Faal Paru Word

25
TINJAUAN PUSTAKA 1. Anatomi Dan Fisiologi Paru 1.1 Sistem Pernapasan Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk. 1.2. Rongga hidung Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.

description

cccc

Transcript of Faal Paru Word

Page 1: Faal Paru Word

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Dan Fisiologi Paru

1.1 Sistem Pernapasan

Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi

kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu

bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian

penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan

bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli.

Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara

menghangatkan dan serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk.

1.2. Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis

selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat

(kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat

saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang

mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di

sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang

disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput

lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

1.3. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu

saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan orofaring pada

bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat

Page 2: Faal Paru Word

terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita

suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan

makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang

terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan

berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi

utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan

makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi)

untuk suara percakapan.

1.4 Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian

di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang

rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-

benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah

depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua

cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi

menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung

kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

1.5. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara

orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut

epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane

mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan

getaran-getaran suara pada laring.

Page 3: Faal Paru Word

Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya

udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun .

Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu

menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu

membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara

dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

1.6. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.

Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya

tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari

lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang

tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan.

Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus

sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder),

sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Dinding alveolus

mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan

udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara

yang masuk dan keluar paru-paru

Page 4: Faal Paru Word

1.7. Fisiologi Pernapasan

Adapun fungsi pernapasan, yaitu:

1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (selselnya) untuk

mengadakan pembakaran

2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian

dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh)

3. Melembabkan udara.

Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru-

paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran udara timbal balik

(pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding

alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan

jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.

Proses dari sistem pernapasan atau sistem respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu

1. Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan keluar paru

2. Pertukaran gas di dalam alveoli dan darah. Proses ini disebut pernapasan luar

3. Transportasi gas melalui darah

4. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut pernapasan dalam

5. Metabolisme penggunaan O2 di dalam sel serta pembuatan CO2 yang disebut juga

pernapasan seluler.

Mekanime Pernapasan

Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 bagian, yaitu:

1. Menarik napas (inspirasi)

2. Menghembus napas (ekspirasi)

Bernapas berarti melakukan inspirasi dan ekskresi secara bergantian, teratur, berirama dan

terus menerus. Bernapas merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan.

Page 5: Faal Paru Word

Reflek bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung

(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat atau

mempercepat napasnya, ini berarti bahwa reflex napas juga di bawah pengaruh korteks

serebri.

Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dan

kekurangan oksigen dalam darah.

Inspirasi merupakan proses aktif, disini kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan

tekanan di dalam ruang antara paru-paru dan dinding dada (tekanan intraktorakal). Inspirasi

terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut

datar. Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah dapat rangsangan kemudian

mengkerut datar. Dengan demikian jarak antara stenum (tulang dada) dan vertebrata semakin

luas dan lebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, dengan demikian menarik

paru-paru maka tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar.

Ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan konstraksi otot untuk menurunkan

intratorakal. Ekspirasi terjadi apabila pada suatu saat otot-otot akan kendur lagi (diafragma

akan menjadi cekung, muskulus interkoatalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada

menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi.

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat

lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah

bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada

di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir.

Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi oleh

kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang berlawanan

Page 6: Faal Paru Word

Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya bertambah

dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru-paru, diluar

muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang

menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan

bagian perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga

pleura. Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran

pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas

melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga

diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar

yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah.

Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang mengeluarkan

semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan

pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan dinding rongga dada.

Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura

yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan

pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas

dengan rata. Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan

volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif

terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik

ke posisi yang dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik

dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada

seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara

mengalir ke luar dari paru-paru.

Page 7: Faal Paru Word

Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti sebentar ketika

tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan,

pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk

memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan.

lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif.

Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot-otot yang

menurunkan volume untuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi, kontraksi ini

menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang

kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan

pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas

deflasi maka paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan

volume intratoraks.

1.8 Uji Faal Paru

Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu dalam

keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan

indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru

tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru

bagi seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas,

penderita penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang

bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya.

Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi

darah paru dan transport gas O2 dan CO2 dalam peredaran darah. Fungsi pam disebut normal

apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg dan disebut gagal napas

apabila PaCO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO2 lebih

dari 50mmHg dan PaCO2 kurang dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas

Page 8: Faal Paru Word

berlangsung normal. Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru

seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi

nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru

lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian mekanika

pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan spirometer untuk mencatat grafik

pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam

spirometer.

1.9 Spirometri

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar

volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume

ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced

Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah

inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu.

Biasanya diukur dalam 1 detik (VEP1). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity

(FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi

maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini

penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi

paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran

udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai

gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai VEP1/KVP kurang dari 70% dan menderita

gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan

nilai standar.

Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan

menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan terhadap

nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer

Page 9: Faal Paru Word

menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini

tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun

karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke

spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah

katrol. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas

silinder berputar. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi

ventilasi paru secara lebih mendalam. Melalui spirometri ini, bisa diketahui gangguan

obstruksi ,sumbatan dan restriksi atau pengembangan paru.

1.10 Indikasi Spirometri

Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti:

Diagnostik-

• Untuk mengevaluasi gejala dan tanda

• Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru

• Untuk menilai resiko pra-operasi

Page 10: Faal Paru Word

• Untuk menilai prognosis

• Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program

Monitoring-

• Untuk menilai intervensi terapeutik

• Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru

• Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui

• Untuk memantau orang terkena agen merugikan

Penurunan Nilai Evaluasi-

• Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi

• Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi

Page 11: Faal Paru Word

1.11. Volume Statik Dan Volume Dinamik

Dibawah ini adalah jenis-jenis volume statik dan volume dinamik yang dapat diukur dengan

menggunakan spirometri kecuali Volume Residu, Kapasitas Total paru dan Kapasitas Residu

Fungsional:

Volume Statik-

• Volume Tidal ( VT )

• Volume Cadangan Inspirasi ( VCI )

• Volume Cadangan Ekspirasi ( VCE )

• Volume Residu ( VR )

• Kapasiti Vital ( KV )

• Kapasiti Vital Paksa ( KVP )

• Kapasiti Residu Fungsional ( KRF )

• Kapasiti Paru Total ( KPT )

Volume Dinamik-

• Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama ( VEP1 )

• Maximal Voluntary Ventilasi ( MVV )

a) Vital Capacity (VC): adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu

pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi

secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari

jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil

akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi maksimal. Volume ini disebut residual volume

(RV).

Page 12: Faal Paru Word

b) Forced vital capacity (FVC): Seetelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh

menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan cepat. KVP adalah

volume udara yang diekspirasi ke dalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum.

c) Forced expiratory volume (FEV: Pada awalnya maneuver KVP diukur dengan volume

udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari

semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak 97% dari KVP. Secara umum, VEP1

digunakkan lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi ke dalam spirometri pada 1

saat. Nilai normalnya adalah 70% dari KVP. (Ganong, 2005)

d) Maximal voluntary ventilation (MVV): Responden akan bernapas sedalam dan secepat

mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot

respiratori.

1.12 Cara Pengunaan Spirometri

Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum pemeriksaan.

Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran napas bagian atas dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu serangan asma.

Pasien harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan makan makanan berat dalam waktu 2 jam.

Pasien juga tidak harus merokok dalam waktu 1 jam dan menkonsumsi alkohol dalam waktu 4 jam.

Masukkan data yang diperlukan , yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan ras untuk megetahui nilai prediksi.

Beri pentunjuk dan demonstrasikan maneuver pada pasien, yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup mouth piece.

Pasien dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biaa tiga kali berturut-turut, dan langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth piece.

Manuver dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil terbaik

Page 13: Faal Paru Word

1.13. Beberapa Masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri: 1. Submaksimal usaha

2. Kebocoran antara bibir dan mulut

3. Tidak lengkap inspirasi atau ekspirasi (sebelum atau selama manuver paksa)

4. Ragu-ragu pada awal pemeriksaan

5. Batuk (terutama dalam hitungan detik pertama ekspirasi)

6. Penutupan Glotis

7. Obstruksi corong dengan lidah

8. Fokalisasi selama manuver dipaksa

9. Buruknya postur tubuh.

Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak masalah yang berkaitan dengan

pemeriksaan spirometri dan, mengingat bahwa semua upaya pengukuran tergantung akan

variabel pada pasien yang tidak kooperatif atau mencoba untuk menghasilkan nilai-nilai

rendah. Penutupan glotis harus dicurigai jika aliran berhenti tiba-tiba selama tes bukan

menjadi halus terus menerus kurva. Rekaman dengan batuk, terutama jika ini terjadi dalam

hitungan detik pertama, atau ragu-ragu di awal harus ditolak. Fokalisasi selama pengujian

akan mengurangi arus dan tidak bisa melakukan manuver dengan leher diperpanjang sering

membantu. Upaya yang kuat diperlukan untuk spirometri sering difasilitasi dengan

menunjukkan tes sendiri. Instrumen-Terkait Masalah Ini sangat tergantung pada jenis

spirometer yang digunakan. Pada volume-perpindahan spirometer mencari kebocoran pada

koneksi selang; pada aliran-sensing spirometer mencari robekan dan air mata dalam tabung

konektor flowhead, di spirometer elektronik sangat berhati-hati tentang kalibrasi, akurasi dan

Page 14: Faal Paru Word

linearitas. Standar menyarankan memeriksa kalibrasi setidaknya setiap hari dan diri-tes

sederhana spirometer merupakan pemeriksaan, tambahan sehari-hari berguna bahwa

instrumen berfungsi dengan benar.

1.14. Prediksi Normal

Prediksi Nilai normal Untuk menginterpretasikan tes fungsi ventilasi dalam setiap individu,

bandingkan hasilnya dengan nilai-nilai referensi yang diperoleh dari yang jelas populasi

subyek normal cocok untuk jenis kelamin, umur, tinggi dan asal etnis dan menggunakan tes

serupa protokol, dan instrumen hati-hati dikalibrasi dan divalidasi. Nilai diprediksi Normal

untuk fungsi ventilasi umumnya bervariasi sebagai berikut:

1) Jenis Kelamin: Untuk ketinggian tertentu dan usia, laki-laki memiliki VEP1, KVP,

FEF25%-75% dan PEF yang lebih besar tetapi memiliki VEP1/KVP yang relatif lebih kecil.

2) Umur: VEP1, KVP, FEF25-75% dan PEF meningkat sementara penurunan VEP1/ KVP

dengan usia sampai sekitar 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Setelah ini, semua

indeks bertahap turun, meskipun kadar penurunan yang tepat tidak diketahui karena

keterkaitan antara usia dan tinggi badan. Penurunan VEP1/ KVP dengan usia pada orang

dewasa karena penurunan yang lebih besar pada VEP1 dari KVP.

3) Tinggi: Semua indeks selain VEP1/ KVP meningkat.

4) Etnis asal: Polinesia termasuk yang paling rendah memiliki VEP1 dan KVP dari berbagai

kelompok etnis seperti kaukasia dan afrika. (Miller MR, Hanikinson JL, 2005)

1.15. Interpretasi Fungsi Ventilasi

Pengukuran fungsi ventilasi sangat berguna dalam arti diagnostik dan juga berguna dalam

mengikuti riwayat alami penyakit selama periode waktu, menilai risiko pra operasi dan dalam

mengukur dampak pengobatan. Kelainan ventilasi dapat disimpulkan jika ada VEP1, KVP,

PEF atau VEP1/KVP adalah luar kisaran normal.

• Normal: KVP≥ 80%, VEP1/KVP≥75%

• Gangguan Obstruksi: VEP1< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 70% nilai prediksi

• Gangguan Restriksi: Kapasitas Vital (KV)< 80% nilai prediksi, KVP<80%

• Gangguan Campuran: KVP< 80% nilai prediksi, VEP1/KVP< 75% nilai prediksi.

Page 15: Faal Paru Word

1.16. Cek Kalibrasi

Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada spirometer

jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan pemeriksaan akan berbeda

dengan setting klinis dan jenis instrumen yang digunakan, dan kebutuhan untuk

menyesuaikan kalibrasi akan tergantung pada apakah itu adalah di luar batas kontrol.

Spirometer yang dikenali sebagai Flow spirometer umumnya memerlukan pemeriksaan

kalibrasi sehari-hari. Faktor penting adalah stabilitas kalibrasi dari waktu ke waktu dan ini

hanya dapat dibentuk dengan tabir, setelah dilakukan pemeriksaan kalibrasi banyak pada

instrumen. Semua spirometer harus dikalibrasi ulang setelah pembersihan atau disinfeksi,

atau jika hasil yang tidak biasa atau tidak diharapkan menunjukkan masalah. Biasanya,

spirometer harus akurat (volume ke dalam ± 0,05 L atau ± 3%, mana yang lebih besar;

mengalir ke dalam ± 0,2 L/detik atau ± 5%, mana yang lebih besar) dan dikalibrasi secara

berkala dengan jarum suntik (bersertifikat) yang akurat 3L. Ketika sebuah spirometer akan

dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas, penting untuk memberikan

waktu untuk itu untuk mencapai baru suhu dan mengukurnya.

Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti spirometer dan

untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk mendeteksi perubahan kinerja

spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu atau lebih subyek dengan fungsi pernafasan

yang stabil harus diukur dan dicatat secara teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang

berlangsung mengendalikan program. Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan

sejarah pelayanan harus disimpan dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri sendiri (jika

Anda memiliki fungsi stabil) pada spirometer Anda setiap minggu atau dua adalah cara yang

praktis memastikan kontrol kualitas. Sebuah variasi dari> 5% pada VEP1 atau KVP harus

mengingatkan Anda untuk masalah dan kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan

benar diperiksa dan diservis Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya,

turbinometers) harus diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis arus

(0-14 L per detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan volume

tertentu (misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa volume

dicatat oleh instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus. Ketika 3L

dilewatkan ke dalam spirometer harus merekam volume ke dalam ± 3,5%; yaitu, spirometer

adalah akurat jika volume tercatat adalah antara 2,895 L dan 3.105 L. Peak flow meter

umumnya dapat diharapkan aus setelah sekitar 12 sampai 24 bulan penggunaan berat,

meskipun ada ini sedikit dipublikasikan data untuk mendukung ini, sedangkan spirometer

volume perpindahan akan biasanya tahun terakhir jika benar service dan pemeliharaan.