F6 Dispepsi FIX-2.docx

download F6 Dispepsi FIX-2.docx

of 9

Transcript of F6 Dispepsi FIX-2.docx

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    1/9

    Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)

    F6. Upaya Pengobatan Dasar

    DISPEPSIA BERULANG PADA WANITA USIA MUDA

    Disusun Oleh:

    dr. Redya Ayu Triutari

    PUSKESMAS SANGKRAH

    KOTA SURAKARTA

    JAWA TENGAH

    2014

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    2/9

    A. LATAR BELAKANG

    Kejadian dispepsia cukup sering dijumpai dokter dalam menjalankan

    profesinya sehari-hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan

    banyak didapatkan pada usia muda. Di Amerika Serikat kejadian dispepsia 26%

    sampai 34% dari seluruh penduduk.

    Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak

    nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena terganggunya

    daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain seperti perasaan panas di

    dada (heart burn), regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras

    (borborigmi), perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah,

    dan beberapa keluhan lainnya.

    Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia

    nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui

    dengan jelas sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada

    kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.Menurut ROME III, dispepsia fungsional harus memenuhi semua kriteria di

    bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya satu kali seminggu selama minimal dua

    bulan sebelum diagnosis ditegakkan.

    - Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari

    perut bagian atas (di atas umbilikus).

    - Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan dengan suatu

    perubahan frekuensi buang air besar atau konsistensi feses.

    - Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan metabolik atau

    neoplasma.

    Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu

    pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang lemah, infeksiHelicobacter pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan dan gangguan kecemasan.

    Walaupun sering dianggap dapat sembuh sendiri, namun dispepsia fungsional

    dilaporkan berhubungan dengan gangguan kecemasan dan depresi, dapat diikuti nyeri

    kepala, dan anggota tubuh lainnya. Hal ini menyebabkan anak dirawat atau mendapat

    pelayanan kesehatan, gangguan tidur, serta meningkatnya secara signifikan jumlah

    ketidakhadiran di sekolah.

    Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola

    makan. Selain jenis jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan, pola

    makan yang buruk, tergesa gesa dan jadwal yang tidak teratur dan tindakan remaja

    putri seperti memanipulasi jadwal makan sehingga terjadi waktu jeda yang panjang

    antara jadwal makan dapat menyebabkan dispepsia. Pada usia remaja sering terjadigangguan seperti anoreksia nervosa.

    Oleh sebab itu, dispepsia yang sering dianggap sepele pada masyarakat umum

    sebetulnya memerlukan pemantauan klinis apabila kejadiannya terjadi berulang

    khususnya pada usia remaja sebelum keluhan pasien tersebut semakin memberat dan

    jatuh kedalam anoreksia nervosa.

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    3/9

    B. PERMASALAHAN

    I. Identitas Pasien

    Nama : Nn. S

    Umur : 17 tahun

    Alamat : Semanggi 07/05, Pasar Kliwon

    Pekerjaan : Pelajar

    Tanggal Periksa : 14 Agustus 2014

    II. Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 14 Agustus 2014

    1. Keluhan Utama

    Perut Sesak dan sebah

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan perut sebah yang dirasakan sejak 5 jam

    yang lalu sekitar pukul 04.00 dini hari. Kurang lebih sejak 2 bulan yang

    lalu pasien sering mengeluh nyeri ulu hati. Nyeri hilang timbul. Nyeri

    hilang sesudah makan. Mual muntah +, rasa penuh +, cepat kenyang kalau

    makan +, sering sendawa +.

    3. Riwayat Penyakit Dahulu

    a. Riwayat hipertensi : disangkal

    b.

    Riwayat DM : disangkal

    c. Riwayat sakit jantung : disangkal

    d. Riwayat mondok : disangkal

    e.

    Riwayat alergi : disangkal

    4.

    Riwayat Kebiasaan

    a. Riwayat merokok : disangkal

    b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

    5. Riwayat Penyakit Keluarga

    a. Riwayat hipertensi : disangkal

    b. Riwayat DM : disangkal

    c.

    Riwayat asma/alergi : (+) bapak pasien menderita asma

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    4/9

    d. Riwayat sakit jantung : disangkal

    6. Riwayat Gizi

    Pasien sehari hari makan dengan nasi sayur dua- tiga kali sehari @ 1

    piring dengan lauk tahu tempe, kadang telur. Pasien mengaku terkadang

    malas makan dan tidak memiliki jadwal makan yang teratur.

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien adalah seorang pelajar. Pasien tinggal bersama orangtua.

    III. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2014

    1. Keadaan Umum : Sakit ringan, compos mentis, gizi kesan cukup.

    2.

    Tanda Vital

    a. Tensi : 100 / 70 mmHg

    b. Nadi : 96 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.

    c.

    Pernapasan : 20 x/menit, kussmaul (-), Cheyne Stokes (-)

    d. Suhu : 37,0 C per axiler

    3. Status Gizi

    BB = 45 kg

    TB = 157 cm

    BMI =45/ (1,57 m)2= 18, 25 kg/m2 (normoweight)

    4.

    Kulit

    Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).

    5. Kepala

    bentuk mesocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut

    6.

    Wajah

    Simetris, eritema (-)

    7. Mata

    Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-

    ), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal,

    oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong (-/-)

    8. Telinga

    Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran

    (-)

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    5/9

    9. Hidung

    Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)

    10.

    Mulut

    Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil

    lidah atropi (-)

    11.

    Leher

    JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),

    pembesaran kelenjar getah bening (-).

    12.Thoraks

    Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), sela iga melebar (-),

    pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-)

    Jantung :

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan

    parasternal tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.

    Perkusi :

    batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra

    batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea

    medio clavicularis sinistra

    batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis

    dextra

    batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis

    dextra

    pinggang jantung :spatium intercostale III, linea parasternalis

    sinistra

    Kesan : batas jantung kesan tidak melebar

    Auskultasi : HR 96 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-),

    gallop (-)

    Pulmo

    Depan

    Inspeksi

    Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.

    Dinamis : pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak

    melebar, retraksi intercostal (-).

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    6/9

    Palpasi

    Statis : simetris

    Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

    Perkusi

    Kanan : sonor

    Kiri : sonor

    Auskultasi

    Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

    Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

    Belakang

    Inspeksi :

    Statis : punggung kanan kiri simetris

    Dinamis : pengembangan dada simetris

    Palpasi : fremitus raba simetris

    Perkusi : paru kanan sonor, paru kiri sonor

    Batas paru kanan bawah setinggi vertebre thoraks VI

    Batas paru kiri bawah setinggi vertebre thoraks VII

    Penanjakan diafragma : 5 cm kanan sama dengan kiri

    Auskultasi:

    Kanan: SDV (+), ST (-)

    Kiri: SDV (+), ST (-)

    Abdomen

    Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-),

    sikatrik (-).

    Auskultasi : peristaltik (+) normal

    Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)

    Palpasi : supel (-), nyeri tekan (+) epigastrium, Ballotement (-), Hepar

    dan lien tidak teraba

    13.Genitourinaria

    Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)

    14.

    Kelenjar getah bening inguinal

    tidak membesar

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    7/9

    15.Ekstremitas : normal

    C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

    1. DIAGNOSIS : Ulcer Like Dispepsia

    2. PENATALAKSANAAN

    Tujuan penatalaksanaan dispepsia secara umum ialah:

    a. Menetralisir asam lambung yang berlebihan. ( Preparat Antasida)

    b. Menghambat produksi asam lambung. (Pilihan terapi dengan Penyekat H2

    reseptor atau dengan PPI)

    c. Melindungi sel-sel mukosa lambung. ( Sitoproteksi misal dengan Sukralfat)

    d. modifikasi gaya hidup. (Diet tepat waktu dan menghindari makanan

    merangsang asam lambung)

    Terapi :

    1.

    Obat-obatan antasid (obat ini mengandung senyawa basa/alkali untuk

    menetralisir asam lambung (HCL) yang berlebihan.

    - Antasid DOEN (obat generik), promag, mylanta, rennie, dexanta, plantacid.

    2. H2 blocking agent (untuk menghambat produksi asam lambung / HCL)

    - Cimetidin (obat generik), cimet, ranitidine, radin, famotidin.

    Ctt: Untuk laki-laki, hindari penggunaan cimetidin untuk jangka panjang,

    karena menimbulkan efek samping impotensi dan gynekomastia.

    3. Koloid alumunium (untuk melapisi sel-sel lambung dari serangan asam

    lambung.

    - sucralfat

    4. Penghambat pompa proton (H+)

    - omeprazol, OMZ

    5. Obat-obat anti mual muntah

    - metoklopramid, primperan, compositum, vometa.

    6. Analgesik (mengurangi rasa nyeri)

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    8/9

    - parasetamol, parasetamol-coles, panadol, hebron. Jangan menggunakan

    analgesik yang bersifat asam spt ibuprofen, proris, aspirin, asam

    mefenamat.

    7. Antiflatulen (untuk mengurangi gas dan kembung)

    -

    simetikon,dimetil polisiloksan

    Medikamentosa

    R/ Antasida Doen tab No X

    S 4 dd tab I ac dan sebelum tidur

    R/ Domperidon syr fl No I

    S 3 dd C I ac

    R/ Ranitidin tab No X

    S 2 dd tab I ac

    Edukasi yang diberikan kepada pasien:

    1. Atur pola makan seteratur mungkin.

    2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi

    lambung

    (coklat, keju, dan lain-lain).

    3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang,melon, semangka, dan lain-lain).

    4. Hindari makanan yang terlalu pedas.

    5. Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.

    6. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obat anti-

    inflammatory, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen,dan

    ketoprofen.Acetaminophenadalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri

    karena tidak mengakibatkan iritasi pada dinding lambung.

    7. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.

  • 8/10/2019 F6 Dispepsi FIX-2.docx

    9/9

    8. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.

    9. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan

    terlalu banyak, terutama makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat,

    atau makan sesaat sebelum olahraga.

    D. MONITORING DAN EVALUASI

    Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang

    dialami sudah berkurang atau belum. Diperiksa apakah masih ada nyeri tekan

    epigastrium. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga diminta untuk

    melakukan pemeriksaan endoskopi di rumah sakit untuk mengetahui keadaan

    lambung dan usus bila ternyata keluhan semakin berulang dan memberat.

    Surakarta, September 2014

    Dokter Internsip Dokter Pendamping

    dr. Redya Ayu Triutari dr. Heri Wijanarko