Explore Sumbar

3
#Exploresumbar Siapa yang tidak tahu media sosial Instagram, apalagi dikalangan pengguna smartphone. Media sosial dimana tempat berbagi foto dan dilengkapi fitur-fitur lainnya. Namun apanya yang menarik dari media sosial yang telah diambil alih oleh Facebook pada April 2012 silam? Saat ini jika pengguna Instagram mencoba menjelajahi hastag #exploresumbar, maka akan ditemui lebih dari 14 ribu foto telah dibagikan kepada dunia dan itu akan bertambah sewaktu-waktu. Terdapat berbagaimacam foto objek wisata sumatera barat yang dapat menyejukan mata serta menjadi referensi liburan. Foto-foto tersebut berisi hampir semua kawasan wisata Sumatera Barat, dari mulai wilayah pantai, hutan, gunung dan sebagainya menjadi konsumsi pubik. Dibalik keindahan dan kemegahan karya sang pencipta tersebut, fenomena #exploresumbar ini sangat mencuat dikalangan masyarakat. Terutama anak muda yang hobbi traveling dan jalan-jalan. Mereka berbondong-bondong untuk menikmati eloknya mayapada ini. Bahkan mereka juga mencari tempat-tempat baru yang awalnya bukanlah kawasan wisata. Setiap fenomena pasti akan menyebabkan perubahan, baik kecil maupun besar. Jika ada sebab maka akan ada akibat yang ditimbulkan. Itulah hukum sebab akibat. Namun baik buruknya akibat yang muncul akan tergantung perlakuan kita terhadapnya. Meminjam kata-kata Tere- liye “Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu: kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir. Nanti kau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi kebaikan-kebaikan yang dilakukan dengan sengaja.” Lantas apa hubungannya? Bayangkan saja, apakah kawasan wisata ada begitu saja? Tentu tidak, pasti ada yang memulai menjadikan suatu tempat dinilai memiliki nilai wisata. Terlepas dari aspek- aspek penilaian tersebut. Obejk wisata yang kita kenal saat ini, dahulunya mungkin hanya tempat biasa. Atau hanya kawasan penduduk yang beaktifitas sehari-hari. Mungkin juga wilayah alam yang belum terjamah dengan ekosistem yang masih terjaga. Dengan adanya fenomena #exploresumbar maka sangat memungkinkan makin banyak objekwisata baru yang akan bermunculan. Masalah kawasan wisata bukan hanya masalah sepele. Terdapat banyak aspek yang sangat berpengaruh. Dari masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Masalah tersebut mungkin saja muncul jika tidak ada perlakuan yang benar.

description

jurnalis

Transcript of Explore Sumbar

Page 1: Explore Sumbar

#ExploresumbarSiapa yang tidak tahu media sosial Instagram, apalagi dikalangan pengguna smartphone.

Media sosial dimana tempat berbagi foto dan dilengkapi fitur-fitur lainnya. Namun apanya yang menarik dari media sosial yang telah diambil alih oleh Facebook pada April 2012 silam? Saat ini jika pengguna Instagram mencoba menjelajahi hastag #exploresumbar, maka akan ditemui lebih dari 14 ribu foto telah dibagikan kepada dunia dan itu akan bertambah sewaktu-waktu. Terdapat berbagaimacam foto objek wisata sumatera barat yang dapat menyejukan mata serta menjadi referensi liburan. Foto-foto tersebut berisi hampir semua kawasan wisata Sumatera Barat, dari mulai wilayah pantai, hutan, gunung dan sebagainya menjadi konsumsi pubik.

Dibalik keindahan dan kemegahan karya sang pencipta tersebut, fenomena #exploresumbar ini sangat mencuat dikalangan masyarakat. Terutama anak muda yang hobbi traveling dan jalan-jalan. Mereka berbondong-bondong untuk menikmati eloknya mayapada ini. Bahkan mereka juga mencari tempat-tempat baru yang awalnya bukanlah kawasan wisata.

Setiap fenomena pasti akan menyebabkan perubahan, baik kecil maupun besar. Jika ada sebab maka akan ada akibat yang ditimbulkan. Itulah hukum sebab akibat. Namun baik buruknya akibat yang muncul akan tergantung perlakuan kita terhadapnya. Meminjam kata-kata Tere-liye “Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan. Tidak ada yang bisa merubahnya, kecuali satu: kebaikan. Kebaikan bisa merubah takdir. Nanti kau akan mengerti, betapa banyak kebaikan yang kau lakukan tanpa sengaja telah merubah siklus sebab-akibat milikmu. Apalagi kebaikan-kebaikan yang dilakukan dengan sengaja.”

Lantas apa hubungannya? Bayangkan saja, apakah kawasan wisata ada begitu saja? Tentu tidak, pasti ada yang memulai menjadikan suatu tempat dinilai memiliki nilai wisata. Terlepas dari aspek-aspek penilaian tersebut. Obejk wisata yang kita kenal saat ini, dahulunya mungkin hanya tempat biasa. Atau hanya kawasan penduduk yang beaktifitas sehari-hari. Mungkin juga wilayah alam yang belum terjamah dengan ekosistem yang masih terjaga.

Dengan adanya fenomena #exploresumbar maka sangat memungkinkan makin banyak objekwisata baru yang akan bermunculan. Masalah kawasan wisata bukan hanya masalah sepele. Terdapat banyak aspek yang sangat berpengaruh. Dari masalah lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Masalah tersebut mungkin saja muncul jika tidak ada perlakuan yang benar.

Lihat saja objek wisata yang ada saat ini. Bagaiamana hitam pekatnya air laut dan pantai muaro. Pantai Air Manis yang melegenda semakin hari bak tempat sampah. Ngarai sianok yang merupakan patahan semangko aktif bergerak namun dibangun proyek yang besar-besaran. Belum lagi kehidupan sosial masyarakat sekitar tempat wisata yang kaget duit. Pengamen, pedagang, penjaga dan petugas kebersihan serupa debt collector yang menagih bahkan memaksa dengan harga yang terkadang fantastis.

Kembali menarik tali merah dari fenomena media sosial. Media sosial dan media massa saat ini mempunyai pengaruh yang kuat. Media dapat merubah perilaku khalayknya. Chomsky dan Herman (1988) berpendapat , bahwa media merupakan kurir yang sangat kuat dalam mempromosikan ideologi baru kepada anggota masyarakat yang memiliki tingkat melek media yang rendah.

Contohnya saja pada tahun 2013 lalu, lewat kisah pertemanan 5 orang sahabat yang melintasi Gunung Semeru. Film yang diangkat dari novel best seller Donny Dhirgantoro ini mempengaruhi jumlah pendaki Gunung yang terletak di Kabupaten Lumajang ini. Ribuan pendaki

Page 2: Explore Sumbar

berbondong-bondong menjamah gunung tertinggi di Jawa Timur itu setelah menonton film 5cm. ini adalah salah satu bukti bagaimana kuatnya pengaruh media. Apalagi dengan watak masyarakat Indonesia yang masih latah akan sesuatu hal yang baru. Layaknya fenomena “batu akik” saat ini.

Kemudian apa akibat yang terjadi pada Semeru, selain ia didaki oleh ribuan orang? Dari Januari hingga Maret tahun ini gunung dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu ditutup sementara. Menurut Petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), alasan ditutupnya jalur pendakian ini karena petugas dan para sukarelawan sedang melakukan pembersihan dan pemulihan ekosisitem yang tercemar. Sebab banyak pendaki yag meningggalkan sampah sepanjang jalur pendakian Semeru. Gunung terpopuler di Indonesia tersebut menjadi gunung yang banyak sampah.

Mungkin saja kejadian yang menimpa Semeru juga dialami Marapi. Apalagi sedang maraknya masyarakat Sumbar dan Non-Sumbar mengekplor dan mengekspos alam Ranah Minang. Pulau Kasiak, Pulau Pamutusan, Puncak Lawang, Tarusan Kamang dan tempat lainnya sedang mendadak popular. Jika ditangani dengan benar, maka akan menjadi pemasukan bagi masyarakat sekitar dan pemerintah. Namun jika sabaliknya maka alam yang akan rusak. dan dapat berakibat bencana

Untuk itu butuh peran dari semua pihak agar ranah elok nan rancak ini terjaga dengan baik. Sudah sepatutnya pemerintah memperhatikan fenomena-fenomena di media sosial saat ini. Tidak dapat dipungkiri dalam era globalisasi, perannya semakin besar terhadap perilaku masyarakat. Semantara itu untuk pengguna media sosial ingatlah Teori Proses Selektif. Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat melakukan suatu proses seleksi sehingga masyarakatlah yang secara hati-hati menentukan efek apa yang mereka ingin dapatkan dari informasi yang diberikan oleh media.

Bumi ini bukanlah pelacur yang hanya untuk dinikmati dalam semalam. Namun jadikanlah ia kekasih yang selalu dicintai kini dan nanti.

Nama : Muhammad Afandi

Status : Mahasiswa Jurnalistik fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padadjaran

Email :[email protected]

Hp :087805727587

Alamat : Jorong Sungai Tuak, Kec. Tilatang Kamang, Kab. Agam