Evolusi Pendidikan di Indonesia
-
Upload
indra-julian-kusmayana -
Category
Documents
-
view
280 -
download
13
Transcript of Evolusi Pendidikan di Indonesia
Manajemen Pendidikan Berbasis Multibudaya
Nama : Indra Yulian Kusmayana
NIM : 0901466
Jurusan : Administrasi Pendidikan
Evolusi Pendidikan di Indonesia
Indonesia pernah mengalami masa penjajahan, baik yang pada masa penjajan Belanda
maupun masa penjajahan Jepang. Sehingga, tidak mengherankan apabila pengaruhnya sangat
kuat dalam segala bidang, baik di bidang politik, ekonomi, maupun militer. Masa penjajahan ini
juga berpengaruh sangat kuat terhadap sejarah pendidikan di Indonesia. Secara garis besar,
sejarah pendidikan di Indonesia terbagi atas sistem pendidikan masa pra kemerdekaan, masa
kemerdekaan, dan masa pemerintahan Republik Indonesia.
1. Sistem pendidikan pra kemerdekaan
Masa Pemerintahan Belanda
Pada masa ini, pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu: pendidikan rendah, pendidikan
menengah, pendidikan kejuruan, dan pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan pada masa
penjajahan Belanda lebih dititikberatkan kepada memenuhi kebutuhan pemerintah Belanda, yaitu
tersedianya tenaga kerja murah untuk hegemoni penjajah dan untuk menyebarluaskan
kebudayaan Barat.
Masa Pemerintahan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, sistem pendidikan di Indonesia banyak mengalami
perubahan. Beberapa sekolah diintegrasikan karena dihapuskannya system pendiikan
berdasarkan bangsa maupun berdasarkan strata sosial tertentu. Bahasa pengantar di semua
sekolah menggunakan Bahasa Indonesia.Tujuan pendidikan lebih ditekankan kepada
dihasilkannya tenaga buruh kasar secara gratis (cuma-cuma) dan praajurit-prajurit untuk
keperluan peperangan Jepang.
2. Sistem Pendidikan Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, tujuan pendidikan adalah untuk mendidik menjadi warga
negara yang sejati, bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara dan masyarakat.
Periode 1945 – 1950
Pendidikan rendah (SR) selama enam tahun.
Pendidikan menengah umum terdiri atas Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) lamanya masing-masing tiga tahun.
Pendidikan Kejuruan. Kejuruan Tingkat Pertama terdiri atas; Sekolah Menengah
Ekonomi Pertama (SMEP), Sekolah Teknik (ST), Sekolah Teknik Pertama (STP),
Sekolah Kepandaian Pertama (SKP), Sekolah Guru B (SGB), Sekolah Guru Darurat
untuk Kewajiban Belajar (KPKPKB). Sementara Kejuruan Tingkat Menengah terdiri
atas; Sekolah Teknik Menengah (STM), Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA),
Sekolah Pendidikan Masyarakat (SPM), Sekolah Menengah Kehakiman Atas (SMKA),
Sekolah Guru A (SGA), Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK), Sekolah Guru
Kepandaian Puteri (SGKP), Sekolah Guru Pendidikan Jasmani (SGPD).
Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi terdiri atas universitas, Konservatori/Karawitan,
Kursus B-1, dan ASRI.
Periode 1950 -1975
Pendidikan pra sekolah dan pendidikan dasar. Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah
Dasar (SD)
Pendidikan Menengah Umum. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA)
Pendidikan Kejuruan. Tingkat pertama; SMEP, SKP, ST, SGB, KPKPKB, dan tingkat
menengah; SMEA, SGA, SKMA, SGKP, SPMA, SPM, STM, dan SPIK. Pendidikan
Tinggi. Universitas, Institut Teknologi, Institut Pertanian, Institut Keguruan, Sekolah
Tinggi, dan Akademi.
Periode 1978 – sekarang
Pendidikan pra sekolah (TK) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pendidikan dasar.
Sekolah Menengah umum, SMP (SLTP), dan SMA (SLTA/SMU).
Pendidikan Menengah Kejuruan. Tingkat Pertama; ST.SKKP. Tingkat Atas terdiri atas;
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Pendidikan Tinggi. Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Diploma, dan
Politeknik.
Meneladani Tokoh-Tokoh Pendidikan Dalam Sejarah Pendidikan Kita
Hidup di masa penjajahan adalah menjalani keterpaksaan dan himpitan kesulitan.
Sekalipun sebagian masyarakat tertentu mengalami kehidupan yang manis karena fasilitas dari
penjajah, tetapi mayoritas penduduk pribumi mengalami penderitaan yang sangat. Sebagian dari
mereka yang memperoleh sedikit keberuntungan hidup itu, dan mereka yang sadar akan
kebebasan hidup yang diperlukan banyak masyarakat, merekalah yang kemudian menjadi tokoh-
tokoh pendidikan yang kita kenal sekarang. maklum ketika itu tidak semua orang bisa sekolah,
kecuali golongan tertentu saja.
Para putera bangsa yang sadar akan pentingnya memajukan para pribumi itu bertekat
untuk menggalang pendidikan bagi masyarakat luas. Seperti yang dilakukan oleh KH. Moch.
Dahlan pendiri pendidikan Muhammadiyah dan tokoh-tokoh lain di nusantara. Hanya rasa
keprihatinan yang mendalam yang menyentuh jiwa mereka yang menjadi motivasi gerakan
pendidikan nasional di masa penjajahan itu.
Mereka bukan pejabat pendidikan, yang memang belum ada untuk masyarakat umum
seperti yang ada sekarang, tetapi kesungguhan perjuangan pendidikan mengalahkan para pejabat
pendidikan kita sekarang. Jaman perjuangan memang berbeda dengan jaman tanpa perjuangan
seperti sekarang. Dulu segalanya bertumpu pada niat baik dan kepdulian, tidak demikian dengan
yang menjabat urusan pendidikan saat ini.
Para tokoh pendidikan kala itu tidak hanya berkorban tenaga adan pikiran saja, mereka
pun berkorban harta dan segala yang mereka miliki demi kemajuan pendidikan bangsa. Sebuah
pengorbanan yang tidak ringan dan perlu dikaji dengan baik untuk cerminan kita generasi
penerusnya. Mengajar bangsa dengan hati, berkorban sepenuh hati, ketulusan yang menyentuh
dan tidak pernah luluh. Sekalipun mereka menghadapi tantangan besar dari pemerintahan
kolonial.
Baru-baru ini saja ramai orang membincangkan tentang perlunya mendidik dengan hati,
padahal sudah sejak semula dalam sejarah pendidikan kita para tokoh pendidikan itu mengajar
dengan dengan hati. Berbuat tanpa pamrih adalah ciri perjuangan mereka. Dan rasa kebangsaan
yang tiggi menjadi pendorong utamanya. Hal-hal demikian inilah yang telah lama luntur dari
wajah pendidikan kita.
Kita memasuki era pendidikan tanpa perjuangan, tanpa tokoh, tanpa figur yang bisa
diteladani dengan bangga dan mengagumkan bangsa. Saatnya negara mengurus pendidikan
dengan napas perjuangan karena, pendidikan adalah bagian penting dari perjuangan bangsa
untuk mengejar ketertinggalan. Tanpa kualitas pendidikan yang baik, tidak akan ada kemajuan
yang bisa diharapkan. Sejarah pendidikan kita juga telah membuktikan hal itu. Kemerdekaan
bangsa ini dapat diraih berkat gerakan pendidikan oleh para tokoh pendidikan ketika itu.