Evan Proposal Ajuan

47
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya yang unggul Dalam arti bahwa dalam diri setiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu taraf kematangan tertentu. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dan memperbaiki kualitas pengajaran Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. 1

Transcript of Evan Proposal Ajuan

1

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya yang unggul Dalam arti bahwa dalam diri setiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa siswa pada suatu taraf kematangan tertentu. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kualitas dan kuantitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dan memperbaiki kualitas pengajaran Guru dalam proses belajar mengajar harus memiliki kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya. Mengajar bukan sekedar proses menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih luas, yakni terjadinya proses interaksi manusiawi dengan aspeknya yang cukup komplek Dari keseluruhan proses pendidikan diharapkan mampu menyumbangkan dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dengan peningkatan mutu pendidikan maka masyarakat akan tumbuh berkembang dari masyarakat primitif menuju kearah masyarakat modern. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, negara Republik Indonesia dalam pelaksanaan pembangunan nasional sangat dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas.1

2

Adapun untuk menuju manusia-manusia yang berkualitas tersebut, salah satu cara yang harus ditempuh adalah peningkatan mutu pendidikan. Menempatkan pembelajaran sains dalam suatu konteks lingkungan dan kehidupan masyarakat yang dikaitkan dengan teknologi akan membuat sains dan teknologi lebih dekat dan relevan dengan kehidupan nyata semua siswa. Tujuan utama pendidikan sains adalah mempersiapkan siswa menjadi warga negara dan warga masyarakat ang memiliki suatu kemampuan dan kedasaran untuk: 1. Menyelidiki, menganalisis, memahami dan menerapkan konsep-konsep/ prinsip-prinsip dan proses sains dan teknologi pada situasi nyata, 2. Melakukan perubaha 3. Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan tindakannya Dari kutipan di atas, maka dalam pencapaian tujuan pendidikan perlu kiranya salah satu komponen yang penting dari seluruh upaya pendidikan harus lebih ditingkatkan yaitu diantaranya adalah mutu pendidikan Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan oleh adanya suatu intensitas kesiapan mengajar. Dengan begitu guru dalam proses pembelajaran harus memiliki kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang dicitacitakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Mengajar harus dapat memasuki dunia anak, sehingga lebih mudah untuk beradaptasi dengan jiwa dan kemauan anak itu sendiri, terlebih anak usia SD yang masih banyak bermain dalam belajar. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka langkah pertama yang harus dipahami bagi tenaga kependidikan, guru pada2

3

khususnya adalah mengetahui komponen-komponen yang terkait dalam mutu pendidikan tersebut. Mutu pendidikan ditentukan oleh beberapa komponen antara lain : 1. Siswa, meliputi : kemampuan, lingkungan (sosial, budaya dan geografis), 2. serta intelegensi, kepribadian, bakat dan minat. 3. Guru, meliputi : kemampuan, latar belakang pendidikan, pengalaman 4. kerja, kondisi sosial ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap kerja, 5. kedisiplinan dan kreativitas. 6. Kurikulum, meliputi : landasan program dan pengembangan, GBPP, 7. metode, sarana dan teknik penilaian. 8. Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi : alat peraga dan praktek, 9. laboratorium, perpustakaan, ruang ketrampilan, dan lain-lain. 10. Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan : kelas, guru, kelas, sarana 11. prasarana, peningkatan kedisiplinan, dan kepemimpinan. 12. Proses belajar mengajar, meliputi : penampilan guru, penguasaan 13. materi/kurikulum, penggunaan metode, pendayagunaan alat dan fasilitas. 14. Pengelolaan dana, meliputi : perencanaan dana/anggaran, penggunaan 15. dana dan laporan pertanggungjawaban. 16. Supervisi dan monitoring, meliputi : kepala sekolah sebagai supervisor di 17. sekolahnya, begitu pula dengan penilik. 18. Hubunagan sekolah dengan lingkungan, meliputi hubungan dengan orang (Diknas, 2007: 7).3

4

Mengingat peran guru dalam bidang praktek selai teorin mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap apa yang di pelajar dan mampu merangsang kecerdasan sisa dari metode merasa dan merasa atau yang biasa di sebut dengan metode experimen. pentingnya komponen guru dalam proses belajar mengajar, maka salah satu unsur penting yang harus dimiliki guru adalah penguasan beberapa metode mengajar. Metode mengajar pada suatu kelas tertentu atau pada wilayah tertentu belum tentu akan cocok untuk kelas dan wilayah yang lain. Metode ceramah selama ini sangat mendominasi dalam proses belajar mengajar di sekolah pada umumnya. Hal ini menyebabkan siswa menjadi jenuh, bosan dan pasif. Salah satu alternatif untuk meningkatkan pemahaman beajar anak adalah dengan metode praktikum atau lebih dikenal dengan eksperimen. Dengan metode ini, siswa dapat membuktikan sendiri konsep yang mereka terima, sehingga kemampuan anak anak meningkat baik pada aspek kognitif maupun aspek psikomotornya. Mata pelajaran IPA tidak bisa hanya dengan metode ceramah tanpa ada demonstrasi dan yang lebih mengena dengan pembuktian adalah eksperimen. Yang lebih juga pada pembelajaran ipa khususnya pada pembelajaran tentang penghantar panas dan bukan yaitu konduktor dan isolator yang terdapat pada IPA kelas IV SD. Yang tidak hanya bisa di hayalkan dengan teori tapi dengan adanya prosses pembuktian atau esperimen.

4

5

Dalam hal ini pembelajaran dengan experiman akan mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang IPA hal ini mendoron penulis untuk meneliti Di bidang ipa dengan judul Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Materi Konduktor dan Isolator Melalui Metode Eksperimen. Di kelas IV SDN no 64 Kota Timur Gorontalo 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah Apakah metode eksperimen dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi konduktor dan isolator di Kelas IV SDN No 64 Kota Timur Kota Gorontalo ? 3. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam PTK ini antara lain : untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi konduktor dan isolator pada Siswa Kelas IV SDN No 64 Kota Timur Kota Gorontalo Tahun Pelajaran 2010/2011 melalui metode eksperimen. 4. Manfaat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dan tujuan yang penulis ajukan, maka penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk : 1. a. Guru Meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang telah dilakukan siswa, sehingga siswa bisa berperan langsung dalam pembelajaran ini.

5

6

b.

Guru menjadi lebih dekat dengan siswa karena keikutsertaan guru dalam setiap kelompok eksperimen tersebut, sehingga siswa merasa diperhatikan

2. a.

Siswa Siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk melakukan pembuktian dalam pokok bahasan gaya ( gaya grafitasi, gayagesek, dan gaya magnet ).

b.

Siswa akan lebih aktif lagi dalam menyelesaikan tugas dari guru bersama kelompoknya.

c.

Dengan situasi belajar yang menyenangkan dan eksperimen langsung diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. a.

Sekolah Memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah untuk dapat meningkatkan taraf serap, sehingga tidak ketinggalan dengan sekolah lain.

b.

Kualitas pendidikan di sekolah akan meningkat, karena adanya penigkatan cara mengajar guru dan hasil belajar siswa.

4. Memberi sumbangsih bagi penelitian di masa mendatang, terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

6

7

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat pemahaman 2.1.1. Pengertian pemahaman Pemahaman menurut hamalik (2000:68) merupakan perilaku yang dapat diukur, pemahaman menunjukan kepada induvidu sebagai pelakunya. Menurut sumartono (2000;56) pemahaman atau prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukan hasil tertinggi dalam belajar.Menurut Adrian (2010:45) belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh

seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam diriya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalaman. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa pemahaman adalah suatu prestasi belajar sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang memberikan kontribusi pengetahuan. 2.1.2. Hakikat pelajaran IPA IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut Sains, dalam Bahasa Inggris Sciencemempunyai berbagai macam pengertian. Beberapa ahli di berbagai bidang merumuskan suatu definisi science yang operasional. Menurut Fisher ( 2010) Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Menurut Carin (2010) Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala7

8

gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.Menurut Nash (2010) seorang ahli kimia, menekanakan bahwa science adalah suatu proses atau suatu cara untuk meneropong dunia. Menurut Wigner (2010) seorang ahli fisika mendefinisikan science sebagai gudang / penyimpanan tentang gejala-gejala alam. Menurut T.H. Huxley (2010), seorang ahli biologi Science adalah pikiran sehat yang diorganisir. Secara tepat pernyataan yang mudah dimengerti ini melukiskan kewajaran dan kemasukakalan (rasionalitas) pengetahuan ilmiah sehingga dapat membantu melenyapkan beberapa ilmu sihir (mistik) yang sering melingkupi science. Menurut Bube (2010), seorang ahli fisika Science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut. Pernyataan ini memberikan suatu ketelitian yang menarik terhadap dua aspek tentang bagaimana observasi terjadi (berlangsung) : 1. Observasi gejala-gejala alam (yang merupakan dasar-dasar otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang. 2. Proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara pengamat (orang yang melakukan observasi) dan objek (sesuatu yang diobservasi) Menurut James Conant (2010), seorang ahli kimia organic Science adalah rangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan dan baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimentasi dan observasi, dan merupakan hasil eksperimentasi dan observasi yang lebih lanjut.8

9

Menurut Benyamin, seorang ahli filsafat Science adalah mode of inquiry yang berusaha untuk mencapai pngetahuan tentang dunia dengan menggunakan metode hipotesa yang telah ditetapkan terhadap apa yang diberikan di dalam observasi. Menurut Dampier (2010), seorang ahli sejarah science Science adalah

pengetahuan tentang gejala-gejala alam yang teratur dan studi rasional tentang hubungan antara konsep-konsep yang mana gejala-gejala ini dinyatakan.Menurut A.N. Whitehed (2010) menyatakan bahwa Sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/ fakta (orde observasi) dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (orde konsepsional). Menurut H.W. Fowler (2010) IPA merupakan ilmu yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gajala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. Menurut Sund (2010) mendefinisikan Science sebagai berikut : 1. Scientific attitudes (sikap ilmiah), yaitu kepercayaan/ keyakinan, nilai nilai, gagasan/ pendapat, objektif. 2. Scientific methods (metode ilmiah), yaitu cara-cara khusus dalam menyelidiki/ memecahkan masalah.3.

Scientific products (produk ilmiah), berupa fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya.

9

10

Menurut Hardy & Fleer (1996:15-16) sehingga memung-kinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurut mereka, sekurangkurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut. 1. IPA sebagai kumpulan pengetahuan IPA sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dipertimbangakan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan alam. 2. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation) IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhu-bungan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini IPA dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disi-plin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai. 3. IPA sebagai kumpulan nilai IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan pene-kanan IPA sebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini mene-kankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.

10

11

4. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia Proses IPA dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasannya. 5. IPA sebagai institusi sosial Ini berarti bahwa IPA seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengan kepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer. 6. IPA sebagai hasil konstruksi manusia Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia. Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dan sementara. 7. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaian berbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, me-lainkan pula cara

11

12

bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangat kuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah (scientific approach). Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentang ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh T. Sarkim (1998) maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu: Dimensi Produk, Dimensi Proses, dan dimensi sikap. Dimensi produk meliputi konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan ha-sil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama den-gan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip, hokum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan. Fakta adalah fenomena alam yang berhasil diobservasi tetapi masih memungkinkan adanya perbedaan persepsi di antara pengamat (pelaku observasi). Fakta yang dipersepsi sama oleh setiap observer disebut data. Bertumpu pada sekumpulan data yang sahih itulah suatu fenomena alam diabstraksikan ke dalam bentuk konsep. Secara sederhana ada tiga jenis konsep: konsep teramati, konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah con-toh konsep teramati. Kita dapat memahaminya semata-mata dengan menyaksikan bentuk konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energi, medan, suhu adalah contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumusrumus dan kalimat matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin

12

13

& Sund (1989:4) mengajukan tiga kriteria bagi suatu produk IPA yang benar. Ketiga kriteria tersebut adalah: 1. mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi; 2. mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi; 3. mampu diuji dengan eksperimen. Dimensi proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan, yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan gabungan antara metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam menguhubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati berbagai perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam proses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam enam langkah: (1). sadar akan adanya masalah dan merumusan masalah; (2). pengamatan dan pengumpulan data yang relevan; (3). pengklasifikasian data; (4). perumusan hipotesis; (5). pengujian hipotesis; dan (6). melakukan generalisasi.

13

14

8. Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPA Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah. Secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan kurikuler pendidikan IPA dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiah dan religius. Keilmiah dan tujuan transendental pendidikan IPA sebagaimana dipaparkan di atas sudah barang tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materi pelajaran IPA, melainkan oleh cara melibatkan siswa ke dalam kegiatan di dalamnya (Galton & Harlen, 1990:2). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan pengertian, karakteristik dan tujuan pendidikan IPA SD dalam kurikulum menuntut proses belajar-mengajar IPA yang tidak terlalu akademis yakni penekanan pada penyampaian konsep-konsep dengan sistimatika yang ketak berdasarkan buku teks dan lebih-lebih sekedar verbalistik semata. 2.2. Metode eksperimen 2.2.1. Pengertian metode eksperimen Hakikat metede experimen dalam pembelajaran IPA SD, seperti metode penelitian yang di bahas sebelumnya menurut travers mengatakan bahwa

14

15

eksperimen ilmiah adalah metode yang paling bergengsi di dalam perkembangan ilmu pengetahuan . Menurut Gay (2000:56) metode eksperimen adalah satu satunya metode penelitian yang benar benar dapat menguji hipotesis mengenai hubungan sebab dan akibat . selanjutnya iya mengatakn bahwa metode eksperimen dapat mewakili pendekatan yang sering digunakan untuk memecahkan masalah baik secara praktis maupun secara teori. Menurut Ary dkk (2002:67).Menambahkan bahwa pada umumnya eksperimen merupakan metode penelitian yang paling tangguh dalam pengujian hipotesis. Menurut Smith(2001:35) menyatakan bahwa metode eksperimen yaitu cara pnyajian pelajaran dimana sisa melakukan percobaan dengan mengalami dan mebuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Menurut Roestiyah(2000:47)metode eksperimen adalah salah satu cara mngajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara penyajian atau mengajar dimana siswa melakukan percobaan send Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000) Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalmya di Laboratorium. Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :15

16

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru Atau buku. b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosanterobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat Bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut : a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkn pelajaran Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi. Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir

16

17

yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajari. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. 2. Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. 3. dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. 4. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. 5. Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia.

Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias percobaan kerena alatnya belum ada.

17

18

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : 1. Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. 2. memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. 3. Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. 4. Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab. Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan Dari proses yang dialaminya itu. Fungsi metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Ini berarti, tujuan pengajaran berfungsi sebagai pedoman bagi kita untuk menentukan metode mengajar yang akan kita gunakan. Jadi masalah pemilihan metode yang18

19

tepat, kuncinya terletak pada kemampuan kita dalam mengembangkan dan merumuskan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Metode eksperimen digunakan peneliti untuk memperagakan dan

menunjukkan suatu prosedur yang harus dilakukan siswa yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Metode eksperimen diartikan sebagai cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan menunjukkan kepada siswa suatu proses perpindahan panas (secara konduksi, konveksi, dan radiasi) agar anak dapat melakukan dan menemukan sendiri serta membuktikannya bersama teman temannya tentang perpindahan panas tersebut. Tujuan peneliti menggunakan metode eksperimen pembelajaran IPA: a. Mengajarkan suatu proses atau prosedur dalam perpindahan panas yang benar oleh guru agar dapat dikuasai siswa. b. Mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa tentang perpindahan panas. c. Mengembangkan kemampuan, pengamatan, pendengaran, dan penglihatan kepada siswa. 2.2.2. Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : Kelebihan metode eksperimen : a. Membuat pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkrit, menghilangkan verbalisme.

19

20

b. c. d. e.

Memudahkan siswa memahami materi pembelajaran yang di sampaikan guru. Proses pembelajaran akan lebih menarik. Merangsang siswa untuk lebih aktif mengamati dan mencoba sendiri. Dapat disajikan bahan materi pembelajaran yang tidak dapat dilakukan dengan metode yang lain. Majadi (2010).

Keterbatasan metode eksperimen adalah : a. Memerlukan ketrampilan guru secara khusus dalam mengkondisikan siswasiwanya. b. Keterbatasan dalam sumber belajar, alat pelajaran, situasi yang harus dikondisikan dan waktu untuk bereksperimen. c. d. Memerlukan waktu yang banyak. Memerlukan kematangan dalam merancang atau persiapan mengajar. Majadi

(2010) Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang20

21

dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. 2. pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. 3. hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. 4. Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan

21

22

merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. 5. aplikasi konsep, setelah siswa merumuan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. 6. evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam

kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan. Jadi bisa disimpilkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang

bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah itu sendiri. 2.3. Pengertian konduktor dan isolator Menurut haryanto (1999:71) konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik , benda ini jika terkena api, air panas atau sinar matahar di salah satu bagian dapat meneruskan panas kebagianlainnya. Dan menurut hariyanto isolator adalah benda yang tidak dapat atau lambat menghantarkan panas.

22

23

Benda yang tergolong konduktor dan isolator mudah kita jumpai perhatikan benda benda yang ada di sekitar rumah dan sekolahmu. Disina ada tembok, tanah, pohon, dan tiang bendera merupakan benda yang dapat menghantarkan panas saat terkena sinar matahari sementara itu tanah,tembok dan pohon merupakan benda benda yang tidak dapat atau lambat menghantar panas itulah sebabnya tanah, tembok dan dan pohon merupakan benda tergolong isolator sedangkan tiang bendera tergolong benda inductor. Isolator menurut Haryanto (1999:76) adalah bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh: karet, plastik, kertas, kayu, mika, dan sejenisnya. Pada isolator semua elektron terikat pada atomnya dan tidak ada elektron yang bebas. Jenis bahan seperti ini digolongkan sebagai penyekat atau bukan penghantar (Isolator). Bahkan di rumah kita bisa di temukan benda benda konduktor dan isolator seperti logam, kaca , kain, dan alat memasak. Konduktor (penghantar) adalah bahan yang di dalamnya banyak terdapat elektron bebas mudah untuk bergerak.Tarikan antara elektron yang berada dalam edaran paling luar dan intinya adalah sangat kecil, hingga dalam suhu normal pun ada satu atau lebih elektron yang terlepas dari atomnya. Elektron bebas ini bergerakgerak secara acak dalam ruang. Gerakan elektron-elektron ini dinamakan bauran ( difusi ). Contoh penghantar : besi, tembaga, aluminium, perak, dan logam lainnya.

23

24

1. Logam Logam memiliki sifat yang mundah menghantarkan panas. Jadi logam merupakan konduktor panas. Hal ini bisa dibuktikan dengan memasukan sendok dan paku kedalam air panas. Tak lama kemudian, sendok dan paku nterasa panas. 2. Kaca Sifat menghantarkan panas tidak hanya dimiliki oleh logam. Kacapun tergolong bahan konduktor panas yang tidak sebaik logam. Tidak semua kaca tahan terhadap panas tinggi ada kaca yang mudah pecah jika terkena panas tinggi. Adapula kaca yang tahan akan panas seperti kaca pada oven. 3. Kayu dan plastic Kayu dan plastic merupakan penghantar panas yang lambat dengan kata lain plastic tergolong isolator panas. Karena bersifat isolator panas maka kayu dan plastic digunakan pada bagian penghambat panas seperti pada gagng setrika. 4. kain Kain merupaka insolator panas oleh karena itu bahan itu digunakan membuat cempal atau pelindung tangan saat mengangkat panici dan pengorengan panas. Panas dari panic dapat ditahan oleh kain sehingg tidak berpindah ketangan, jadi tangan tidak melepuh kepanasan. 5. Alat memasak Ketika memasak atau mengoreng makanan misalnya nasi goreng wajan itu harus dapat diputar putar tentu saja tidak mungkin memutar wajan yang terbuat dari logam karena sangat panas. Amati juga sudip yaitu sendok panjang untuk24

25

membolak balik makanan di wajan, pangkal sudip biasanya dibuat dari isolator panas misalnya kayu dan plastic yang tahan panas. Jadi bisa di tarik kesimpulan bahawa konduktor merupakan penghantar panas yang baik, sedangkan isolator adalah bukan penghantar panas yang baik. 2.4. Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah jika guru menggunakan metode eksperimen maka pemahaman siswa pada materi konduktor dan isolator di kelas IV SDN No 64 Kota timur dapat meningkat. 2.5. Indicator kinerja Sebagai tingkat pemahaman siswa yaitu dari 60% diharapkan meningkat menajdi 80% sesudah diadakanpembelajan dengan metode ekpserimen.

25

26

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN No 64 Kota Timur Gorontalo. Penetapan aspek ini didasarkan pada hasil pengamatan melalui PTK melalui metode eksperimen. bahwa sebagian besar siswa belum memahami materi IPA khsusnya konduktor dan isolator.. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep IPA yang terdapat pada sub pokok bahasan konduktor dan isolator dimana membantu medingkatkan pemahaman siswa untuk memahami lebih mendalam tentang IPA dan dunia sekitar. 3.2. Gambaran umum tentang lokasi penelitian Sekolah Dasar Negeri No 64 Kota timur merupakan sekolah yang strategis yang terletak di jantung Kota Gorontalo yang tidak jauh dari lokasi kampus Universiatas Negeri Gorontalo. Keadaan guru di SDN no 64 kota timur berjumlah 9 orang, dan semuanya merupakan PNS dan di tambah dengan tata usaha 1 orang. Siswa di SDN 64 Kota Timur berjumlah ruang belajar 6 kelas. Kelas yang menjadi obyek penelitian adalah kelas IV dengan jumlah siswa 23 orang. 3.3. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Tepatnya pada bulan November, desember sampai dengan januari.

26

27

3.4. Karakteristik Siswa Dari 23 orang siswa kelas IV hanya 4 orang yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata dan 7 orang mempunyai kemampuan rata-rata dan 12 orang dibawah rata-rata. 3.5. Prosedur Penelitian Tahap Persiapan (rencana) Dalam tahap penelitian ini peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Melakukan konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian. Disamping itu peneliti melakukan diskusi dengan guru pengamat dan subjek peneliti terutama menyangkut kesiapan mereka untuk diadakan tindakan kelas. b) Melakukan observasi awal terhadap subyek penelitian. c) Pengkajian masalah sekaligus observasi dan evaluasi didesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang mengacu pada metode eksperimen yang didukung PTK. 3.6. Teknik pemantauan Teknik yang digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengolah pembelajaran menggunakan observasi (pengamatan sejawat). Hasil pemantauan dan evaluasi ini merupakan dasar informasi dalam melanjutkan tindakan pada siklus yang kedua. Vokus aktifitas dalam pemantauan adalah guru

27

28

mitra mengamati perilaku guru dan siswa sesuai dengan instrumen yang telah disusun pada kegiatan perencanaan. Hasil pengamatan ini kemudian dilakukan evaluasi tentang aspek-aspek apa yang belum optimal dalam pelaksanaan penelitian. Kemudian hasil pemantauan dievaluasi untuk dijadikan dasar untuk tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. 3.7. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dan evaluasi dianalisis bersama antara pengamat dan guru secara kualitatif. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi diri dan seluruh proses kegiatan. Refleksi yang digunakan adalah untuk mengetahui keberhasilan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk memperbaiki pegelolaan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. 3.8.Metode dan Teknik Analisa Data. Metode yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Data yang terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan cara kualitatif.

28

29

3.9. Data dan Sumber Yang Digunakan. 1. Data hasil yang diperoleh melalui pelaksanaan penelitian pada akhir siklus pembelajaran. 2. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran yang diberikan guru mitra (teman sejawat) pada siklus pembelajaran.

29