peranan sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja di ...
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA...
Transcript of EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA...
1
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI
OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
YULISA
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
`UNIVERSITAS MARITIM RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
2015
i
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI
OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA TANJUNGPINANG
YULISA
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP UMRAH
A B S T R A K
Kesempatan kerja di sektor informal cukup banyak berkembang dewasa ini
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menjadi pendorong sekaligus
peluang yang cukup besar dalam pengembangan dan peningkatan kegiatan-
kegiatan ekonomi baru yang dapat menciptakan lapangan kerja baru. Namun
globalisasi dan iklim persaingan yang semakin ketat juga menuntut sektor
informal untuk semakin kreatif dan produktif tidak hanya untuk berkembang tapi
juga untuk dapat bertahan. Melalui Dinas Tenaga Kerja melaksanakan berbagai
kegiatan dalam Program Peningkatan Kesempatan Kerja salah satunya agar
kelompok usaha sektor informal dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan perannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam hal ini adalah Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Mandiri. Fenomena yang terjadi saat ini adalah kebanyakan peserta tidak tepat
sasaran seperti masyarakat yang diberikan pelatihan tidak punya dasar sama sekali
seperti misalnya pelatihan untuk elektronok, mesin atau menjahit seharusnya
adalah orang-orang yang setidaknya punya dasar misalnya tamatan SMK dengan
jurusam yang sama sehingga pelatihan yang diberikan tidak bisa menghasilkan
keterampilan peserta yang lebih optimal.
Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mengetahui Program
Peningkatan Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang. Dalam pembahasan skripsi ini menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif dan menggunakan teori Agustino (2008:188). Informan dalam penelitian
ini diambil menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih
ada yang harus diperhatikan dan diperbaiki untuk meningkatkan program Tenaga
Kerja Mandiri Oleh Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang, hal ini
juga disejalankan dengan masih banyak peserta yang setelah mengikuti pelatihan
masih tetap menganggur, tidak hanya itu angka pengangguran di Kota
Tanjungpinang semakin meningkat dan tidak mengalami perubahan, banyak
pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang
yang pada akhirnya tidak mampu mencapai tujuan yang diharapkan hanya karena
para peserta tidak mampu beradaptasi dengan kondisi dan suasana pelatihan yang
dilaksanakan. Kemudian masih ada yang belum bekerja karena beberapa faktor
salah satunya adalah modal.
Kata Kunci : Evaluasi Kebijakan
ii
THE EVALUATION OF THE INDEPENDENT WORKFORCE
IMPROVEMENT PROGRAM BY THE CITY'S LABOR AND SOCIAL
TANJUNGPINANG
YULISA
Students of Administrative Science State, FISIP, UMRAH
A B S T R A C T
Job opportunities in the informal sector are more abundant today in
accordance with the needs of the community. This condition is a driving force at
the same time a big opportunity for the development of new economic activities
that can create new jobs. But the climate of globalization and increasing
competition are also demanding the informal sector to become more creative and
productive not only to develop but also to survive. Through the Department of
Labor to implement activities in the Employment Enhancement Program one of
them so that groups of informal sector enterprises can maintain or even increase
its role in employment. The activities carried out in this case is the Development
and Independent Manpower Development. The phenomenon that occurs at this
time is that most participants were not targeted as people who are given training
has no basis at all, such as training for elektronok, machine or sew supposedly
are people who at least have a basic example, graduates of vocational high
schools with jurusam the same so that the training given can not produce a more
optimal skills of the participants.
The purpose of this study was to determine essentially Improvement
Program by the Department of Labor Independent Social and Labor
Tanjungpinang. In the discussion of this thesis uses qualitative descriptive study
and using the theory Agustino (2008: 188). Informants in this study were taken
using purposive sampling technique. Data analysis techniques used in this
research is descriptive qualitative data analysis techniques.
Based on the results of the study it can be concluded that there is still to be
addressed and corrected to improve the program Labor Independent by
Department of Social Welfare and Labor Tanjungpinang, it is also adjusted with
many participants after the training is still unemployed, not just the numbers
Tanjungpinang unemployment is increasing and has not changed, a lot of training
that was conducted by the Department of Social Welfare and Labor
Tanjungpinang were ultimately unable to achieve the expected goals simply
because the participants were not able to adapt to the conditions and atmosphere
of the training undertaken. Then there are those who have not worked because of
several factors one of which is the capital.
Keywords: Policy Evaluation
1
EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN TENAGA KERJA MANDIRI
OLEH DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA
KOTA TANJUNGPINANG
A. Latar belakang
Sebagai bagian dari
pembangunan nasional, bidang
ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian merupakan bagian
dari upaya pengembangan
sumberdaya manusia dan
sumberdaya alam yang memegang
peranan penting dalam mewujudkan
pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Pembangunan di bidang
ketenagakerjaan merupakan salah
satu tonggak keberhasilan
pembangunan masyarakat umumnya
yang akan menciptakan masyarakat
yang adil, makmur, aman dan
sejahtera. Jika pelaksanaan
pembangunan di bidang
ketenagakerjaan tidak dapat
terlaksana dengan baik maka akan
menciptakan komunitas
pengangguran di setiap aspek
kehidupan. (Depnakertrans : 2010)
Sumber daya manusia (SDM)
menjadi faktor penting dalam
menunjang keberhasilan
pembangunan. Kegiatan
pengembangan SDM akan
memberikan sumbangan yang besar
pada peningkatan kualitas SDM yang
selanjutnya akan mempengaruhi
peningkatan produksi dan
kesejahteraan masyarakat melalui
penigkatan pendapatan individu
sebagai pelaku ekonomi.
Berdasarkan program perluasan dan
pengembangan kesempatan kerja
DEPNAKERTRANS (2006:1)
,berkaitan dengan SDM Indonesia,
pembangunan ketenagakerjaan di
arahkan pada peningkatan kualitas
manusia dan kualitas hidup
2
masyarakat Indonesia. Pembangunan
kenagakerjaan di tujukan untuk
memperluas lapangan kerja produktif
dari segi jumlah maupun mutunya.
Melalui pembangunan
ketenagakerjaan di harapkan terjadi
penyerapan tambahan angkatan kerja
baru,penurunan jumlah
pengangguran, transformasi pekerja
antar sektor, peningkatan
kesempatan kerja khususnya disektor
industri dan jasa. Peningkatan
kualitas SDM dilakukan melalui
jalur diantaranya pendidikan dan
pelatihan serta pengembangan
keterampilan di tempat kerja.
Pelatihan merupakan jalur
penigkatan kualitas SDM yang lebih
menekankan ke pembentukan dan
pengembangan profesionalisme atau
kompetensi.
Akibat tidak tersedianya Balai
Latihan Kerja (BLK) untuk kota
Tanjungpinang ini,maka dalam
penyelenggaraan pelatihan kerja
pemerintah kota Tanjungpinang
secara kelembagaan dibawah
naungan Dinas Sosial dan Tenaga
Kerja yang memiliki tugas pada
bidang sosial diprioritaskan untuk
peningkatan kualitas SDM dan
aparat bidang kesejahteraan
kemandirian, peningkatan
profesionalisme pembinaan potensi
dan sumber kesejahteraan sosial,
peningkatan pengetahuan dan
keterampilan penanganan masalah
kesejahteraan sosial, serta
peningkatan kepedulian sosial.
(kepriprov:2014)
Pada bidang tenaga kerja di
prioritaskan untuk perluasan
kesempatan kerja melalui
penyebaran informasi dan
perencanaan tenaga kerja,
penempatan tenaga kerja, perluasan
3
kesempatan berusaha, pemagangan
dan pelatihan, kelembagaan,
pengawasan dan perlindungan serta
peningkatan kesejahteraan tenaga
kerja. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Tanjungpinang menjadi
fasilitator untuk menyelenggarakan
pelatihan kerja yang
mengembangkan program-program
pelatihan kerja sebagai pemuda-
pemuda yang putus sekolah atau bagi
mereka yang sedang mencari kerja
atau menganggur yang
direkomendasikan oleh 18 kelurahan
yang ada di Tanjungpinang setiap
tahunnya untuk membekali mereka
dengan keahlian khusus dan
keterampilan agar dapat bekerja
sesuai dengan kebutuhan pasar
tenaga kerja.
(www.kepritoday.com, 4 Juni 2014)
Dalam Peraturan Daerah Kota
Tanjungpinang Nomor 2 Tahun 2009
Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kota Tanjungpinang,
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
memiliki Tugas dan Fungsi yaitu
mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan Pemerintahan Daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan di bidang sosial dan
tenaga kerja. Dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja,
menyelenggarakan fungsi,
perumusan kebijakan teknis di
bidang sosial dan tenaga kerja,
penyelenggaraan pelayanan di
bidang sosial dan tenaga kerja,
pembinaan pelaksanaan tugas di
bidang sosial dan tenaga kerja,
pelaksanaan urusan kesekretariatan
dinas, dan pelaksanaan tugas yang
diberikan oleh Walikota.
Kualitas tenaga kerja yang
tinggi serta dalam penguasaan Ilmu
4
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
industi maupun keunggulan koperatif
dalam memasuki dunia kerja.
Pentinglah pertumbuhan industri
yang tinggi perlu guna mengisi
kesempatan yang ada di masing-
masing perusahaan. kendala yang
terjadi adalah tidak selalu lowongan
pekerjaan dapat dimasuki oleh
tenaga kerja. (Siagian: 2008: 17)
Adapun yang melatar belakangi
di lakukan penelitian ini dikarenakan
adanya permasalahan
ketenagakerjaan saat ini, masih
dihadapkan dengan tingginya angka
pengangguran dan kemiskinan yang
terjadi di setiap daerah, oleh karena
itu baik pemerintah, masyarakat
maupun lembaga pelatihan dapat
bersama-sama mengatasi
permasalahan tersebut. Selain itu
masalah lainya adalah terbatasnya
lapangan kerja dan rendahnya
kualitas kerja, baik dari ketrampilan
maupun pendidikan yang belum
dikuasai oleh tenaga kerja, baik di
dalam Negeri maupun di Luar
Negeri. (Kepritoday:2014)
Pemerintah Kota
Tanjungpinang, memberi pelatihan
keterampilan kepada pemuda
pengangguran yang memiliki potensi
mengembangkan diri sehingga
mampu bersaing dalam dunia kerja
sejak tahun 2012. Mereka akan
dilatih berbagai keterampilan agar
bisa bersaing dalam dunia kerja dan
bisa menciptakan lapangan kerja
sendiri. Ada beberapa kegiatan yang
sudah pernah dilakukan oleh pihak
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang.
Masalah yang dihadapi
pemerintah kota adalah terbatasnya
lapangan kerja, sehingga selalu
menambah angka pengangguran,
5
terutama mereka yang tingkat
keterampilannya rendah. Banyaknya
tenaga kerja di sektor formal juga
menjadi salah satu faktor penyebab
tingginya angka pengangguran,
sehingga kesempatan kerja di sektor
formal sangat kecil, sementara
mereka tidak bisa menciptakan
lapangan kerja sendiri. Tidak hanya
itu pelatihan yang dilakukan juga
tidak menjamin seluruh peserta
mampu untuk diterima di dunia
kerja.
Kesempatan kerja di sektor
informal cukup banyak berkembang
dewasa ini sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kondisi ini menjadi
pendorong sekaligus peluang yang
cukup besar dalam pengembangan
dan peningkatan kegiatan-kegiatan
ekonomi baru yang dapat
menciptakan lapangan kerja baru.
Namun globalisasi dan iklim
persaingan yang semakin ketat juga
menuntut sektor informal untuk
semakin kreatif dan produktif tidak
hanya untuk berkembang tapi juga
untuk dapat bertahan. Melalui
Disnakertrans melaksanakan
berbagai kegiatan dalam Program
Peningkatan Kesempatan Kerja salah
satunya agar kelompok usaha sektor
informal dapat mempertahankan atau
bahkan meningkatkan perannya
dalam penyerapan tenaga kerja.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam
hal ini adalah Pembinaan dan
Pengembangan Tenaga Kerja
Mandiri.
Kelompok usaha sektor
informal bagaimanapun perlu
mendapat perhatian karena sektor
informal merupakan sektor yang
dapat diandalkan untuk menangani
masalah pengangguran. Pemerintah
Kota Tanjungpinang oleh karenanya
6
melalui Dinas Tenaga kerja
melaksanakan berbagai kegiatan
dalam Program Peningkatan
Kesempatan Kerja salah satunya agar
kelompok usaha sektor informal
dapat mempertahankan atau bahkan
meningkatkan perannya dalam
penyerapan tenaga kerja. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam hal ini
adalah Pembinaan dan
Pengembangan Tenaga Kerja
Mandiri Sektor Informal (TKMSI).
Fenomena yang terjadi saat ini
adalah kebanyakan peserta tidak
tepat sasaran seperti masyarakat
yang diberikan pelatihan tidak punya
dasar sama sekali seperti misalnya
pelatihan untuk elektronok, mesin
atau menjahit seharusnya adalah
orang-orang yang setidaknya punya
dasar misalnya tamatan SMK dengan
jurusan
yang sama sehingga pelatihan yang
diberikan tidak bisa menghasilkan
keterampilan peserta yang lebih
optimal.
Berdasarkan dari uraian diatas,
maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian yang berjudul
: “Evaluasi Program Peningkatan
Tenaga Kerja Mandiri Oleh Dinas
Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang”.
B. Landasan Teoritis
Dengan pandangan yang
tidak jauh berbeda, kebijakan
diterjemahkan kedalam program dan
proyek dengan tindakan fisik,
sehingga suatu kebijakan
menimbulkan konsekuensi (hasil
efek atau akibat) dan membagi
konsekuensi kebijakan menjadi dua
jenis, yaitu ; output dan outcome.
Menurut Arikunto (2010:292) setiap
kegiatan evaluasi biasanya
7
dimaksudkan untuk mengembangkan
kerangka berpikir dalam rangka
pengambilan keputusan Suatu
evaluasi dalam proses
pengembangan dimaksudkan sebagai
perbaikan sistem dengan tujuan,
sebagai berikut : Pertanggung
jawaban kepada pemerintah dan
masyarakat. Penentuan tindak lanjut
hasil pengembangan.
Dari beberapa pendapat para
ahli diatas, evaluasi perlu
dilaksanakan terhadap suatu program
atau kegiatan, dalam hal ini bukan
untuk memberikan keseimbangan
nilai benar atau salah, namun untuk
melihat sejauh mana suatu program
atau kegiatan tersebut diadakan
penyempurnaan serta dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Dan pada
intinya tujuan utama evaluasi
tersebut adalah tidak mencari
kesalahan-kesalahan, tetapi
bagaimana untuk memperbaiki hasil
temuan-temuan yang diperoleh /
didapatkan dalam evaluasi tersebut
pada suatu program atau kegiatan
lainnya.
Evaluasi diperlukan untuk
melihat kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan . Evaluasi
kebijakan publik acapkali hanya
dipahami sebagai evaluasi atas
implementasi kebijakan saja.
Sesungguhnya evaluasi kebijakan
publik mempunyai tiga lingkup
makna seperti yang dikemukakan
oleh Nugroho (2004:184), yaitu :
evaluasi perumusan kebijakan,
evaluasi implementasi kebijakan, dan
evaluasi lingkungan kebijakan. Oleh
karena komponen tersebutlah yang
menentukan apakah kebijakan akan
berhasil guna atau tidak.
Evaluasi kebijakan publik
berkenaan tidak hanya dengan
8
implementasinya, melainkan
berkenanan dengan perumusan,
implementasi dan kebijakan publik.
Menurut Edward A. Suchman,
seperti yang dikutip Nugroho
(2004:199) ada enam langkah dalam
evaluasi kebijakan, yaitu :
1. Mengidentifikasi tujuan
program
2. Analisa terhadap
masalah
3. Deskripsi dan
standarisasi kegiatan
4. Pengukuran terhadap
tingkatan perubahan
yang terjadi
5. Menentukan apakah
perubahan yang diamati
merupakan akibat dari
kegatan tersebut atau
karena penyebab yang
lain.
6. Beberapa indikator
untuk menentukan
keberadaan suatu
dampak.
Untuk dapat melihat
keberhasilan suatu program yang
dilaksanakan baik oleh pemerintah
maupun oleh dunia swasta, evaluasi
sangat memegang peranan yang
sangat penting. Suatu evaluasi sangat
berguna dan merupakan fungsi
manajemen yang sangat menentukan
untuk mencapai tujuan dalam suatu
organisasi secara berdaya guna dan
berhasil guna. Evaluasi juga dipakai
untuk melihat dan mengetahui
keberhasilan serta kekurangan suatu
program dalam rangka
penyempurnaan baik dalam tahap
rencana maupun dalam tahap
pelaksanaan berikutnya.
9
Banyak sekali pendapat
yang mengetengahkan makna dan
arti evaluasi, namun yang dimaksud
dalam rencana penelitian ini bukan
untuk mempertentangkan apa itu
evaluasi, akan tetapi lebih jauh
evaluasi dipergunakan untuk
menganalisa sebuah keputusan
pemerintah yang di tujukan kepada
publik ternyata harapan tidak sesuai
dengan kenyataan yang diharapkan.
Selanjutnya Compton dkk
mendefinisikan evaluasi adalah suatu
metode scientific untuk mengukur
proses maupun hasil, evaluasi
ditujukan pada pengukuran hasil atau
“ sumamative evaluation dan
prosesnya atau formative evaluation
yaitu suatu bentuk evaluasi yang
mengandung empat elemen, seperti
yang dikutip oleh Dahlan (1998:37)
yaitu :
1. Input yaitu sumber yang
diperlukan untuk
mengimplementasikan
suatu program yang
terdiri dari kondisi
penyandang masalah,
pembinaan dan dana.
2. Kegiatan yaitu hal-hal
yang dilakukan dalam
melakukakan perubahan.
3. Out put yakni hasil
langsung dari program.
4. Out come yaitu hasil
kemudian dari program.
Menurut Agustino (2006:188)
Kinerja kebijakan yang dinilai dalam
evaluasi kebijakan melingkupi :
a. Seberapa jauh kebutuhan,
nilai dan kesempatan telah
dapat dicapai melalui
tindakan kebijakan / program.
Dalam hal ini evaluasi
kebijakan mengungkapkan
10
seberapa jauh tujuan-tujuan
tertentu telah dicapai.
b. Tindakan yang ditempuh oleh
Implementing Agencies sudah
benar-benar efektif,
responsive, akuntabel dan
adil ini. Dalam bagian ini
evaluasi kebijakan harus juga
memperhatikan persoalan-
persoalan hak azasi manusia
ketika kebijakan
dilaksanakan. Hal ini perlu
dilakukan evaluator
kebijakan karena jangan
sampai tujuan dan sasaran
dalam kebijakan tidak
terlaksana, tetapi ketika itu
diimplementasikan banyak
melanggar perikehidupan
warga.
c. Efek dan dampak dari
kebijakan itu sendiri. Dalam
bagian ini evaluator
kebijakan harus dapat
meberdayakan output dan
outcome yang dihasilkan dari
suatu implementasi
kebijakan. Ketajaman
penglihatan ini yang
diperlukan oleh variabel
ketika melihat hasil evaluasi
kebijakan, sehingga
fungsinya untuk member
informasi yang valid dapat
dipercaya menjadi realisasi
dari perwujudan right to
know bagi warga masyarakat.
D. Hasil Penelitian
1. Seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai
melalui program pelatihan mandiri
Dari hasil wawancara dengan
informan maka dapat dianalisa
bahwa pelatihan saaja tidak cukup
untuk mengurangi angka
pengangguran di Kota
11
Tanjungpinang. Banyak upaya yang
telah dilakukan pemerintah selama
ini dalam mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia, namun
masih saja pengangguran tidak
berkurang bahkan lebih bertambah
setiap tahunnya di karenakan tidak
seimbangnya jumlah pencari kerja
dan lapangan pekerjaan. Pemerintah
juga diharapkan mampu
mengembangkan tenaga kerja secara
menyeluruh dan terpadu yang
diarahkan pada peningkatan
kompetensi dan kemandirian tenaga
kerja peningkatan pengupahan,
penjaminan kesejahteraan,
perlindungan kerja dan kebebasab
berserikat, dan Meningkatkan
kualitas dan kuantitas penempatan
tenaga kerja ke luar negeri dengan
memerhatikan kompetensi,
perlindungan, dan pembelaan tenaga
kerja yang dikelola secara terpadu
dan mencegah timbulnya eksploitasi
tenaga kerja. Pelatihan yang
diberikan belum dapat membuat para
peserta membuka usahanya sendiri,
karena berbaagai fator termasuk
modal. Pelatihan kerja sendiri bisa
dimaknai sebagai sebuah kegiatan
memperoleh, meningkatkan, serta
mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, ikap, dan
pandangan hidup kerja pada taraf
keterampilan dan keahlian eksklusif
sinkron dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan
(menurut PP No. 31 tahun 2006
tentang Sistem Pelatihan Kerja
Nasional).
2. Tindakan yang ditempuh sudah
benar-benar efektif, responsive,
akuntabel dan adil
Pada kenyataannya, banyak pelatihan
yang diadakan oleh Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kota Tanjungpinang
12
yang pada akhirnya tidak mampu
mencapai tujuan yang diharapkan
hanya karena para peserta tidak
mampu beradaptasi dengan kondisi
dan suasana pelatihan yang
dilaksanakan. Banyak permasalahan
yang bisa saja muncul yang dapat
mempengaruhi konsentrasi para
peserta dalam menerima materi yang
diberikan.
3. Efek atau dampak kebijakan itu
sendiri
Dari hasil wawancara dengan
seluruh informan maka dapat
dianalisa bahwa dampak dari
pelatihan sudah baik, ada sebagian
yang bekerja dan ada yang bisa
memanfaatkan untuk membuka
usaha sendiri. Untuk menghindari
efek-efek dari pengangguran
pemerintah perlu secara terus-
menerus berusaha mengatasi masalah
pengangguran. Sukirno (2006) dalam
bukunya menyebutkan ada beberapa
tujuan dari kebijakan pemerintah
dalam mengatasi masalah
pengangguran. Tujuan tersebut
diringkas sebagai berikut : Tujuan
Bersifat Ekonomi yaitu menyediakan
lowongan pekerjaan, menyediakan
taraf kemakmuran masyarakat,
memperbaiki pembagian pendapatan.
D. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat diambil kesimpulan bahwa
masih ada yang harus diperhatikan
dan diperbaiki untuk meningkatkan
program Tenaga Kerja Mandiri Oleh
Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang , hal ini juga
disejalankan dengan:
1. Pada dimensi seberapa jauh
kebutuhan nilai dan
kesempatan yang telah
dicapai diketahui bahwa
13
masih banyak peserta yang
setelah mengikuti pelatihan
masih tetap menganggur,
tidak hanya itu angka
pengangguran di Kota
Tanjungpinang semakin
meningkat dan tidak
mengalami perubahan.
Pelatihan saaja tidak cukup
untuk mengurangi angka
pengangguran di Kota
Tanjungpinang. Banyak
upaya yang telah dilakukan
pemerintah selama ini dalam
mengurang jumlah
pengangguran di Indonesia,
namun masih saja
pengangguran tidak
berkurang bahkan lebih
bertambah setiap tahunnya di
karenakan tidak seimbangnya
jumlah pencari kerja dan
lapangan pekerjaan.
Pemerintah juga diharapkan
mampu mengembangkan
tenaga kerja secara
menyeluruh dan terpadu yang
diarahkan pada peningkatan
kompetensi dan kemandirian
tenaga kerja pelatihan l yang
diberikan belum dapat
membuat para peserta
membuka usahanya sendiri,
karena berbagai faktor
termasuk modal.
2. Dalam dimensi tindakan yang
sudah benar-benar efektif,
responsive, akuntabel dan
adil diketahui bahwa
pemateri yang disediakan
sudah sesuai kebutuhan,
banyak pelatihan yang
diadakan oleh Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota
Tanjungpinang yang pada
akhirnya tidak mampu
14
mencapai tujuan yang
diharapkan hanya karena para
peserta tidak mampu
beradaptasi dengan kondisi
dan suasana pelatihan yang
dilaksanakan. Kemudian pad
aindikator fasilitas juga
belum berjalan baik karena
masih kurangnya
ketersediaan sarana prasarana
penunjang pembelajaran
3. Kemudian dalam dimensi
efek dan dampak kebijakan
itu sendiri diketahui ada
sebagian yang bekerja dan
ada yang bisa memanfaatkan
untuk membuka usaha sendiri
namun masih ada yang belum
bekerja karena beberapa
faktor salah satunya adalah
modal.
2. Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah hendaknya tidak
hanya memberikan pelatihan
tetapi juga kemudahan akses
permodalan dan informasi
tentang pasar kerja.
2. Sebaiknya fasilitas untuk
pelatihan kembali
diperhatikan agar para peserta
mampu menyerap apa yang
diberikan dengan lebih baik.
3. Bagi peserta seharusnya
dapat memanfaatkan dengan
baik ilmu yang telah
didapatkan selama pelatihan.
4. Perlu adanya anggaran dan
pegawai yang memadai
dalam pelaksanaan program
tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha
Al-Amin, Mufham. 2006. Manajemen Pengawasan. Jakarta: Kalam Indonesia.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi S.A. Jabar. 2010. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta. Penerbit Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Crawford, John. 2000. Ed. 2. Evaluation of Libraries and Information Services.
London : Aslib, the association for information management and
information management international.
Dahlan. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka. Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Islamy, Irfan. 2009. Prinsip- prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta :
Bumi Aksara
Komaruddin. 2002. Menejemen Sumber daya Manusia: Suatu Pendekatan Fungsi
Operatif Edisi I. Penerbit Kappa-Sigma: Bandung.
Lababa, Djunaidi. 2008. Evaluasi program : sebuah pengantar.Jakarta
Malayu, S.P Hasibuan, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta : Bumi
Aksara
16
Mathis, dan Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi pertama:
Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya
Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka. Cipta.
Mustopadidjaya. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik, Formulasi,.
Implementasi dan Evaluasi Kinerja, Jakarta:LAN.
Nugroho, Riant D. 2004. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan
EvalUjian Akhir Semesteri. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
Sedarmayanti, 2007, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung:
Penerbit Mandar Maju.
Siagian, Sondang. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: Bumi
Aksara.
Soemardi. 1992. Pengantar Administrasi Pemerintahan. Bandung: STKS.
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta.
Sukirno, 2006, Ekonomi Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan,
cetakan ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta.
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Lukman.
Wahab, Solichin. 2002. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara. Edisi kedua. Jakarta : Bumi Aksara
Waluyo. 2007. Manajemen Publik. Konsep, Aplikasi & Implementasinya Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah : Bandung : Mandar Maju
17
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku Kita.
Sumber lain :
http://ppid.depnakertrans.go.id/rencana-strategis-kemenakertrans/
http://www.kepriprov.go.id/
http://www.kepritoday.com/dinsosnaker-kota-tanjungpinang-menjadi-fasilitator-
untuk-peningkatan-tenaga-kerja-mandiri/
http://www.haluankepri.com/tanjungpinang/58203-dinsosnaker-pengangguran-di-
tanjungpinang-capai-7000-orang.htmlp
Jurnal :
Sri Sustariyah, Ir., M.T. 2012. Evaluasi Program Perluasan Kesempatan Kerja
Dan Inkubasi Bisnis Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Tiarsie Vol 9, No 1, April 2012