EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI...
Transcript of EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI...
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN
DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh
Ihwanul Arifir Rahman
NIM: 1112054100040
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
PERNYATAAN
Yang berlanda tangan di bawah ini:
Nama : Ihwanul Arifir Rahman
NIM :1112054100040
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul EVALUASI
PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI
YAYASAN BINA ANAK PERTIWI PASAR MINGGU
JAKARTA SELATAN adalah benar merupakan karya saya
sendiri dan tidak melakukan tindak plagiat dalam penlusunannya.
Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya
cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia
melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau
keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang 1ain.
Demikian pemyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Nim 1112054100040
Ciputat, 01 Juli 2019
LEMBAR PERSETUJUAN
EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN ANAKJALANAN DI YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN
SkriPsi
Diaiukan Ke Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UntukMemenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:Ihwanul Arifir RahmanNIM: 1112054100040
Di Bawah Bimbingan:
4/ oZ) ^/fr//"d@./ Ahm^d Zakv- M.Si I
NIP:1977L127 200710 1 001
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIALFAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFIIIDAYATULLAII
JAKARTAt440Ht 2019iltr
v
ABSTRAK
Ihwanul Arifir Rahman. Evaluasi Program Pemberdayaan Anak
Jalanan Di Yayasan Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu Jakarta
Selatan
Salah satu masalah kesejahteraan sosial yang layak mendapat
perhatian dan penanganan dari pemerintah maupun masyarakat adalah
anak jalanan. Masalah ini disebabkan karena faktor keretakan rumah
tangga, kemiskinan dan rendahnya kesadaran orangtua terhadap
keselamatan dan pendidikan anak. Lingkungan kota yang keras,
mengakibatkan kondisi kehidupan anak jalanan menjadi rentan
terhadap ancaman kekerasan, pelecehan seksual, eksploitasi hingga
perdagangan anak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani
permasalahan anak jalanan ini, salah satunya melalui program
pemberdayaan anak jalanan yang ada di Yayasan Bina Anak Pertiwi
yang berfokus pada pendidikan keaksaraan, pengembangan nilai-nilai
keagamaan serta pemberian keterampilan dan keahlian anak jalanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana
keberhasilan pelaksanaan program pemberdayaan yang ada di Yayasan
Bina Anak Pertiwi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, teknik pengumpulan
datanya melalui wawancara dan studi kepustakaan. Dalam
mengevaluasi program pemberdayaan anak jalanan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi, peneliti menggunakan model evaluasi CIPP dari
Stufflebeam dkk, yang meliputi evaluasi konteks, input, proses dan
produk.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa pemberdayaan anak
jalanan yang dilaksanakan Yayasan Bina Anak Pertiwi telah
memberikan dampak positif dan manfaat yang baik bagi kehidupan
anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu. Sebagian besar dari
mereka telah berhenti melakukan aktifitasnya di jalanan, dan dapat
hidup mandiri secara sosial dan ekonomi. Namun terdapat beberapa hal
yang belum tercukupi dengan baik seperti fasilitas dan SDM atau
tenaga pengajar. Hal ini memerlukan tinjauan kembali dari pihak
Yayasan Bina Anak Pertiwi agar program tersebut lebih maksimal dan
dapat mencapai tujuan keberhasilan.
Kata kunci: Pemberdayaan, Anak Jalanan, Evaluasi Program
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Melalui pertolongan-Nya skripsi ini terselesaikan dengan baik
yang berjudul “EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN
ANAK JALANAN YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN”. Shalawat serta
salam terhaturkan keharibaan Kanjeng Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabatnya, serta pengikutnya yang
tercerahkan di jalan Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini terdapat banyak uluran
tangan dari berbagai pihak. Mulai dari niat sampai menyelesaikan
penulisan ini, penulis merasa mendapatkan banyak manfaat
berupa ilmu pengetahuan, pengalaman baru dalam penulisan
karya ilmiah dan melatih kesabaran. Penulis yakin tanpa
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat
pribadi maupun suatu lembaga tidaklah mungkin skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada pihak-pihak,
terutama kepada:
vii
1. Kedua orang tua tercinta Abi Alm. Moh Safi dan Umi
Maftuhah, yang telah mendidik, memberikan dukungan
baik secara moril maupun materil dan tidak lepas do’a dan
restunya beliau demi kelancaran studi dan penulisan
skripsi ini.
2. Ibu Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, MA, selaku
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW selaku Wakil
Dekan Bidang Akademik Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi.
5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Ketua Prodi
Kesejahteraan Sosial dan pembimbing penulisan skripsi
ini, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pikiran
dan kesabaran dalam memberikan arahan, motivasi serta
bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Hj. Nunung Khoiriyah, MA selaku sekretaris Prodi
Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan
arahan serta informasi kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. sebagai dosen
pendamping akademik yang selalu memberikan arahan
dan motivasi kepada peneliti.
viii
8. Seluruh Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial yakni
Ibu Ellies Sukmawati, M.Si, Ibu Nurhayati Nurbus, M.Si,
Bapak Ismet Firdaus, M.Si, Bapak Drs. Helmi Rustandi,
M.A yang telah memberikan berbagai ilmu dan
pengetahuan khususnya tentang ilmu Kesejahteraan
Sosial.
9. Pimpinan Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Utama
beserta stafnya yang telah memberikan izin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi
ini.
10. Ketua pengurus Ali Santoso serta staff Yayasan Bina
Anak Pertiwi yang telah mengizinkan peneliti untuk
melakukan penelitian dan telah banyak memberikan
informasi serta bantuan saran dan motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Kanda Idris Hemay M.Si, Kanda Sabran Sanaf S.Psi,
Kanda Abdus Saleh Meller S.Ag, Habiburrahman S.Ag,
Helmiyono S.Ag, Sutarji S.Ag, Muhawi S.Pd.I, Supriyono
Hemay S.S, Sapraji S.Th.I, Kurniyadi, S.Sos, Wahed
Mannan, S.Sos, Suhardi S.Ag, Herman Siswanto, Suliyati
Sanaf S.Th.I, Nia Trisnawati M.Pd, Atifatul Uyun Elvas,
selaku senior yang selalu memberikan bimbingan dan
arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12. Sahabat anak Madura di Jakarta, Moh Faisal As’adi,
S.Sos, Khairil Anwar S.Ag, Hendri Purnawan S.Ag,
Khairul Ulam S.Ag, Bambang Romaidi, Walid, Achmad
Sufaili Muslim, Mohammad Rifky Nuris, Muniri,
ix
Achmad Rofiq, A. Saiful Rijal, Ilma Inayah Diana,
Kurratul Aini, Nita Nur Ningsih, Nory Fitriani Fajrin.
13. Sahabat Special Kessos 2012 dan Seluruh teman-teman
angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang juga
memberikan kehidupan baru sejak awal kuliah, saling
menyemangati dan saling mendukung. Terimakasih atas
suka duka yang kita jalani Bersama.
14. Robiatun Jamilah yang telah setia mendampingi,
memotivasi serta memberikan banyak pengalaman
setiap fase kehidupan peneliti, Terimakasih banyak.
Mudah-mudahan semua amal baik mereka diterima oleh
Allah SWT, dan mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya.
Akhirul kalam, ibarat tiada gading yang tak retak, mudah-
mudahan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin.
Jakarta, 1 Juli 2019M
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ........................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6
E. Metodelogi Penelitian ............................................................ 7
F. Pedoman Penulisan .............................................................. 11
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Teori Evaluasi Program ....................................................... 13
1. Pengertian Evaluasi Program ...................................... 13
2. Tujuan, Manfaat dan Model Evaluasi Program ........ 17
3. Indikator evaluasi .......................................................... 26
B. Pemberdayaan ...................................................................... 27
a. Pengertian Pemberdayaan ............................................ 30
xi
b. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan ............................... 31
c. Tujuan Pemberdayaan .................................................. 32
C. Anak Jalanan ......................................................................... 33
BAB III. PROFIL YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
A. Sejarah Berdirinya ................................................................ 36
B. Visi, Misi dan Tujuan .......................................................... 43
C. Struktur Organisasi .............................................................. 46
D. Denah Yayasan Bina Anak Pertiwi .................................... 48
BAB IV. DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Sasaran Anak Binaan ........................................................... 46
B. Staff Yayasan Bina Anak Pertiwi ...................................... 48
C. Model-Model Layanan ........................................................ 48
D. Bentuk Layanan Pendidikan .............................................. 50
E. Rekrutmen Warga Binaan ................................................... 57
F. Pola Pemberdayaan Ekonomi Produktif ........................... 58
G. Mitra Kerja ............................................................................ 60
H. Sarana dan Fasilitias ............................................................ 61
BAB V. ANALISIS DATA DAN TEMUAN
A. Evaluasi Konteks .................................................................. 62
B. Evaluasi Input ....................................................................... 68
C. Evaluasi Proses ..................................................................... 84
D. Evaluasi Hasil ....................................................................... 91
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 99
B. Saran .................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 104
LAMPIRAN ...................................................................................
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Daftar Informan Penelitian ................................................ 10
Tabel 2 Desain Evaluasi Program Pemberdayaan ........................ 26
Tabel 3 Susunan Personalia Yayasan Bina Anak Pertiwi ............ 40
Tabel 4 Jumlah Anak Jalanan Yayasan Bina Anak Pertiwi ........ 48
Tabel 5 Jadwal Kegiatan Yayasan Bina Anak Pertiwi ................. 56
Tabel 6 Fasilitas dan Sarana Prasarana .......................................... 61
Tabel 7 Analisis Evaluasi Konteks ................................................. 68
Tabel 8 Latar Belakang Anak Binaan/Informan ........................... 71
Tabel 9 Analisis Evalusi Input ......................................................... 81
Tabel 10 Analisis Evalusi Proses .................................................... 89
Tabel 11 Analisis Evalusi Hasil ...................................................... 97
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Denah Lokasi Yayasan Bina Anak Pertiwi ................. 45
Gambar 2 Matrix Program Kerja Yayasan Bina Anak Pertiwi ... 56
Gambar Dokumentasi ............................................................ lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Krisis ekonomi dan konflik sosial politik yang
berkepanjangan bukan saja melahirkan instabilitas politik dan
tekanan kemiskinan yang makin menyengsarakan, tetapi juga
melahirkan ketidakstabilan, kemerosotan status sosial anak, serta
menghabiskan sejumlah besar dana pembangunan yang
seharusnya untuk pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
pelayanan sosial lainnya bagi anak.
Permasalahan sosial anak penting untuk diperhatikan,
diantaranya ialah masalah anak jalanan. Usulan Rano Karno
tatkala ia menjabat sebagai duta besar UNICEF, sesungguhnya
mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia relatif
dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras,
dan bahkan tidak bersahabat (Suyanto 2010, 199). Tidak jauh beda
pengertian dari Kementerian Sosial RI, anak jalanan adalah anak
yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian waktunya untuk
melakukan kegiatan sehari-hari di jalanan termasuk di lingkungan
pasar, pertokoan dan pusat-pusat keramaian lainnya.
(http://www.kemsos.go.id/content/anak-jalanan) diakses pada tanggal
22 september 2018.
2
Data Kementerian Sosial masih ada 16.290 anak jalanan
hingga agustus 2017. Sebelumnya pada 2006, jumlah anak
jalanan di seluruh Indonesia sebanyak 232.894 orang. Kemudian
pada 2010 ada 159.230 anak jalanan, 2011 turun menjadi 67.607
anak jalanan, dan 2015 turun lagi menjadi 33.400 anak jalanan.
Seluruh anak jalanan tersebut tersebar di 21 provinsi
(http://www.jawapos.com) diakses pada 22 september 2018.
Jika melihat data diatas upaya pemerintah untuk
mengurangi jumlah anak jalanan cukup signifikan, akan tetapi
pemerintah juga tidak boleh lengah untuk terus menekan sampai
Indonesia bebas dari anak jalanan. Sesuai dengan program
kemensos “Menuju Indonesia Bebas Anak Jalanan (MIBAJ)
tahun 2017”.
Ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak
terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti: kesulitan
keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan
rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut
hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi dari faktor ini
sering kali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari
nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Studi yang dilakukan
UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of the
street, menunjuk bahwa motivasi mereka hidup dijalanan
bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah
tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan
keretakan kehidupan rumah tangga orangtuanya (Suyanto 2010,
211).
3
Saat ini perhatian pemerintah maupun masyarakat pada
anak jalanan cukup tinggi, yakni dengan munculnya organisasi
social yang memberikan berbagai program-program yang
membantu memenuhi kebutuhan anak anak jalanan dan
mewujudkan kesejahteraan anak jalanan. Oleh karena itu, model
pertolongan terhadap anak jalanan bukan sekedar menghapus
anak-anak dari jalanan, melainkan harus bisa memberdayakan
serta meningkatkan kualitas hidup mereka dari situasi yang
eksploitatif dan membahayakan.
Dalam Al-Quran juga dijelaskan ajakan untuk kita yang
lebih berdaya untuk saling membantu dengan individu atau
kelompok yang kurang mampu. Yakni dalam surat Al-Baqoroh
ayat 177:
ش ۞ انبر ن شرق قبم وجىهكى تىنىا أ غرة ان وان ك انبر ون ي آي وانىو ببلل
خر لئكت ا وانكتبة وان بل وآتى وانن ب وانتبيى انقربى ذوي حبه عهى ان
ضبك وان بم واب انض بئه قبة وف وانض لة وأقبو انر كبة وآتى انص و انز ىفى ان
عبهدوا إذا بعهدهى ببر اء انبأصبء ف وانص ر وانض ئك انبأس وح أون ان ر
ئك صدقىا هى وأون ت قى ان
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan berat itu suatu
kebijakan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang bena (imannya); dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
4
Pemberdayaan adalah memberi kemampuan kepada anak
jalanan sesuai potensi yang melekat pada dirinya agar mandiri
dan tidak menggantungkan hidupnya kepada orang lain (Ferdinan
dan Hodriani 2015, 75).
Ada dua kecendrungan dalam proses pemberdayaan,
pertama menekankan pada proses pemberian atau pengalihan
sebagaian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada
masyarakat agar lebih berdaya. Kedua, kecendrungan yang
menekankan pada proses mendorongatau memotivasi agar
individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya (Fikriyandi, dkk
2015, 53).
Oleh karena itu, dalam penanganan pemberdayaan anak
jalanan diperlukan dukungan dari berbagai pihak, baik
pemerintah, seperti Dinas Sosial, Kepolisian, Dinas Pendidikan
serta peran LSM, Pers, dan masyarakat. Kerjasama yang
dilakukan oleh banyak pihak ini akan membantu mempercepat
proses keberhasilan penanganan anak jalanan. Salah satu upaya
pemberdayaan anak jalanan adalah dengan menampung mereka
di pusat rehabilitasi atau rumah perlindungan sosial anak.
Lembaga Sosial Yayasan Bina Anak Pertiwi di Pasar
Minggu, Jakarta Selatan merupakan salah satu tempat yang
menampung anak-anak jalanan. Yayasan Bina Anak Pertiwi
menjalankan aktivitas bersama dengan masyarakat. Adanya
pengakuan masyarakat serta rasa memiliki yang sangat tinggi
5
terhadap lembaga, merupakan modal utama keberhasilan dan
kelangsungan program.
Yayasan Bina Anak Pertiwi melaksanakan berbagai
program riil di masyarakat, seperti Bimbingan Agama dan Etika
Bermasyarakat, Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kerja,
Pengembangan Seni Budaya (Minat dan Bakat), Pelayanan
Kesehatan dan Kesejahteraan, Pengembangan Usaha Mandiri,
serta Penempatan Kerja.
Dalam menjalankan setiap program pasti ada kendala yang
menjadi penghambat berlangsungnya proses pembinaan anak
jalanan. Kendala dalam input, proses dan hasil dari program
membuat pelaksanaan tidak sesuai yang diinginkan. Oleh karena
itu perlu dilakukan evaluasi dan monitoring dari awal pembuatan
program hingga akhir.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul“Evaluasi Program
Pemberdayaan Anak Jalanan diYayasan Bina Anak Pertiwi
Pasar Minggu Jakarta Selatan”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang dipaparkan di
atas, maka untuk membatasi masalah, peneliti hanya meneliti
evaluasi program pemberdayaan anak jalanan di Yayasan Bina
6
Anak Pertiwi pada usia remaja 13-18 tahun. Pembatasan ini
dilakukan agar skripsi lebih terarah.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana evaluasi program pemberdayaan anak jalanan di
Yayasan Bina Anak Pertiwi?
b. Bagaimana dampak program pemberdayaan anak jalanan di
Yayasan Bina Anak Pertiwi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui evaluasi program pemberdayaan anak
jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
b. Untuk mengetahui dampak program pemberdayaan anak
jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan
gelar sarjana, tetapi diharapkan mempunyai manfaat dan nilai
guna baik secara akademis ataupun secara praktis.
a. Manfaat Akademik
1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan menambah
pengetahuan bagi pengembangan ilmu kesejahteraan
7
sosial, khususnya mengenai studi tentang masalah sosial
anak jalanan.
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkuat
kebenaran teori tentang model pembinaan yang tepat bagi
anak jalanan melalui rumah singgah.
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Yayasan Bina
Anak Pertiwi sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
program pembinaan anak jalanan.
2) Dapat memberikan solusi dalam mencari pengembangan
model pembinaan anak jalanan melalui Rumah Singgah
yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta harapan
anak jalanan.
D. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang peneliti gunakan yaitu:
1. Skripsi Herman Susanto, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial,
dengan judul “Evaluasi Program Keluarga Harapan Di
Kecamatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan”. Dalam
Penelitian ini Herman membahas mengenai program
keluarga harapan terhadap RTSM di Kecamatan Kebayoran
Lama, kemudian Herman mengevaluasi program tersebut.
2. Skripsi Kurniyadi, Mahasiswa Sosiologi, dengan judul
“Pembinaan Anak Jalanan Melalui Lembaga Sosial (Studi
Kasus Pembinanan Anak Jalanan Di Lembaga Sosial
Yayasan Bina Anak Pertiwi Di Pasar Minggu, Jakartta
8
Selatan). Dalam penelitian ini Kurniyadi membahas pola
pembinaan dan bentuk-bentuk pembinaan di Yayasan Bina
Anak Pertiwi terhadap anak jalanan.
Peneliti mengacu pada kedua skripsi tersebut karena dalam
skripsi pertama memiliki kesamaan dalam penelitian yang
dilakukan penulis yaitu mengevaluasi program namun berbeda
objek penelitan. Sedangkan pada skripsi kedua memiliki
kesamaan objek penelitian yaitu Yayasan Bina Anak Pertiwi
namun memiliki perbedaan permasalahan yang dibahas.
Penelitian yang penulis lakukan membahas bagaimana
pelaksanaan program pemberdayaan anak jalanan di Yayasan
Bina Anak Pertiwi dan Apakah program pemberdayaan anak
jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi telah mencapai tujuan
proses yang telah direncanakan.
Dari beberapa skripsi tersebut peneliti mengambil
kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa yang meneliti dengan
judul skripsi “Evaluasi Program Pemberdayaan Anak Jalanan
DiYayasan Bina Anak Pertiwi Pasar Minggu Jakarta
Selatan”.
E. Metodologi penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Bogdad dan Taylor yang dikutip oleh (J.
Moleong 1991, 3) metodologi kualitatif sebagai prosedur sebuah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
9
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Pendakatan ini dirasa sangat cocok dalam menganalisis
tentang evaluasi program pemberdayaan Yayasan bina anak
pertiwi. Hal itu dikarenakan dengan pendakatan ini penulis dapat
mengetahui lebih mendalam implementasi program
pemberdayaan yang dilaksanakan di Yayasan tersebut.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi
saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada
masalah aktual sebagaimana adanya saat penelitian berlangsung.
Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan
peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor
2014, 34-35). Dengan penelitian ini akan digambarkan tentang
hambatan-hambatan dan dampak program yang di laksanakan
Yayasan bina anak pertiwi.
3. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui proses
penelitian langsung terhadap sasaran penelitian yang dilakukan
dilapangan. Data primer diperoleh dari pendiri Yayasan Bina
Anak Pertiwi, staff/pengajar, dan anak-anak jalanan dengan
melakukan pengamatan dan wawancara.
10
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data dan
dokumen yang terkait dengan penelitian, seperti buku referensi
dan dokumentasi terkait Yayasan Bina Anak Pertiwi.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara dalam penulisan ini dilakukan dengan
wawancara sistematik dengan mempersiapkan pedoman
tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada
responden. Pedoman wawancara digunakan sebagai alur
untuk membimbing penulis agar terhindar dari
kemungkinan melupakan beberapa persoalan dalam
penelitian (Bungin 2013, 134). . Dengan wawancara
peneliti dapat memperoleh banyak data yang berguna bagi
penelitiannya. Pada proses wawancara ini peneliti
melakukan wawancara dengan tujuh orang informan,
diantaranya satu orang ketua Yayasanbina anak pertiwi,
dua orang pengurus yayasan, dan empat orang anak
jalanan binaan. Dalam wawancara ini, peneliti berusaha
memperoleh informasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada tujuh informan
tersebut. Wawancara ini dilakukan secara mendalam
sehingga peneliti dapat menggali dan mengetahui
secara lengkap informasi yang dibutuhkan.
11
Penulis mewawancarai Pendiri Yayasan Bina
Anak Pertiwi, staff /pengajar, dan anak-anak jalanan
terkait kegiatan dan program pemberdayaan anak jalanan.
Tabel 1.
Daftar Nama Informan Penelitian di Yayasan Bina Anak
Peritiwi
No
Nama
Umur Jenis
kelamin Jabatan
1 Ali Santoso 31 L Pimpinan yayasan
2 Dianan Lestari 20 P Pengurus
3 Arianto 24 L Pengurus/Pendamping
4 Wahyun Anugrah 13 L Children off the street
5 Ramadhan 14 L Children on the street
6 Muhammad Agus 15 L Children off the street
7 Irfan Nurfajar 17 L Children off the street
b. Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk
menelusuri data historis. Hal ini karena sejumlah besar
fakta dan data sosial tersimpan dalam pengetahuan sejarah
yang berbentuk dokumentasi (Bungin 2013, 153).
Dokumen yang penulis kumpulkan seperti arsip-arisip
12
tentang kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan
Bina Anak Pertiwi.
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Yayasan Bina Anak Pertiwi
yang berada di Jalan Bacang No. 46, Kelurahan Jati Padang,
Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Waktu penelitian
dimulai bulan Februari hingga Mei 2019.
F. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan yang dilakukan dalam skripsi ini
merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, Dan Disertasi) diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tahun 2017.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
skripsi, penulis akan menguraikan dalam enam bab.
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Pada
bab ini akan memberikan kerangka dari penelitian yang
dilakukan.
13
BAB II KAJIAN TEORI Bab ini menjelaskan landasan teori
yang digunakan dalam memaparkan kasus yang diteliti. Penulis
akan membahas tentang pengertian evaluasi dan pemberdayaan
anak jalanan.
BAB III Penulis akan menggambarkan mengenai sejarah, visi
misi Yayasan Bina Anak Pertiwi, struktur kepengurusan dan
denah Yayasan Bina Anak Pertiwi.
BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini penulis akan
menguraikan data dan temuan yang didapatkan.
BAB V ANALISIS dalam bab ini penulis akan menganalisis data
dan temuan pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan oleh
Yayasan Bina Anak Pertiwi.
BAB VI PENUTUP Pada bab ini peneliti akan memberikan
kesimpulan dan implikasi. Selain itu, peneliti juga akan
memasukkan saran yang bermanfaat untuk pihak yang terkait
dalam penelitian.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata
tersebut diserap ke bahasa Indonesia dengan tujuan
mempertahankan kata aslinya dengan sedikit penyesuaian lafal
Indonesia menjadi “evaluasi” (Arikunto Dan Abdul Jabar 2008,
1).
Evaluasi dalam pandangan M. Chatib Toha (1991, 1)
mengataan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrument dan hasilnya dibandingkan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan. Sedangkan menurut etimologi, evaluasi
adalah penaksiran, perkiraan keadaan, dan penentuan hasil.
Mengevaluasi artinya memberikan penilaian atau menilai.
Evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan program dapat
tercapai. Evaluasi merupakan alat untuk menganalisis dan menilai
fenomena dan aplikasi ilmu pengetahuan.
Maka dari itu kegiatan evaluasi diharapkan dapat melihat
sejauh mana tujuan tercapai serta untuk melihat sejauh mana
kesenjangan antara ekspektasi dengan kenyataan. Dari pengertian
evaluasi diatas bisa disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
14
kegiatan pengukuran, menilai, menganalisis terhadap program
atau kebijakan untuk menentukan hasil dari tujuan yang telah
ditetapkan, sebagai pedoman pengambilan langkah dimasa yang
akan datang.
Kirkpetrick (1999, 96) dalam pandangannya menjelaskan
ada beberapa tahapan atau proses berjalannya evaluasi yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
pertama, yaitu memonitoring program penilaian apakah
suatu program dilaksanakan sebagaimana direncanakan.
memonitoring program ini akan memberikan umpan balik
yang terus menerus pada program yang dilaksanakan dana
mengidentifikasikan masalah begitu muncul.
kedua, evaluasi proses yaitu penilaian bagaimana program
dioperasikan, berfokus pada pelaksanaan program kepada
peserta (service delivery).
ketiga, evaluasi dampak yaitu penilaian apakah suatu
program telah mewujudkan pengaruh terhadap individu-
individu, rumah tangga, lembaga atau lingkungan hidup,
dan apakah dampak terebut dapat secara ilmiah
distribusikan kepada pelaksanaan intervensi program
tersebut.
keempat, cost-benefit atau effectiveness adalah penilaian
dari biaya program dan manfaat yang dihasilkan oleh biaya
tersebut, untuk menentukan apakah manfaatnya cukup
bernilai dibandingkan biaya yang digunakan.
15
Dalam tahapan atau proses ini evaluasi dapat berjalan
dengan sistematis dan terukur akan keberhasilan dalam menilai
suatu kegiatan atau program, sehingga mampu melihat
kekurangan apa saja yang ada dalam program tersebut dan apa
yang harus dilakukan kedepannya dalam memperbaiki program
tersebut.
Dalam pandangan Arikunto dan Abdul Jabar (2008, 3)
mengatakan bahwa secara umum “program” dapat diartikan
sebagai “rencana”. Pengertian program adalah suatu unit atau
kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah system, yaitu
rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali
melainkan berkesinambungan. Sedangkan (Tayibnapis 2000, 9)
mengemukakan dalam bukunya bahwa program merupakan
segala sesuatu yang dicoba dilakukan seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Farida Yusuf Tayibnapis
juga mengatakan bahwa program selalu diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan saksama dan
dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan banyak orang.
Dalam pengertian tersebut terdapat empat unsur pokok
untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:
1. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan
saksama. Bukan asal rancangan, tetapi rancangan
kegiatan yang disusun dengan pemikiran cerdas dan
cermat.
16
2. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan
dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya. Dengan kata
lain terdapat keterkaitan antar kegiatan sebelum
dengan kegiatan sesudahnya.
3. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah
organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi
nonformal, dan bukan kegiatan individual.
4. Kegiatan tersebut dalam implementasi atau
pelaksanaannya melibatkan banyak orang, bukan
kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada
kaitannya dengan kegiatan orang lain.
Akan tetapi dalam pelaksanaanya, program yang dibuat
tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik.
Oleh karena itu, agar program dapat berjalan dengan baik dan
efektif maka perlu diadakan evaluasi program. Evaluasi program
adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu
kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas
masing-masing komponennya.
Evaluasi program juga bisa diartikan sebagai proses untuk
mengetahui apakah sebuah program dapat dijalankan atau tidak
dengan cara mengetahui efektivitas dari masing-masing
komponen rangkaian informasi yang diperoleh dari evaluator.
evaluasi program berfungsi untuk menentukan apakah output dan
outcomes yang diharapkan dari pelaksanaan program bisa
direalisasikan. tentunya dengan melalui pengumpulan serta
analisis data yang memadai dan komprehensif.
17
Evaluasi program yang dilakukan merupakan bentuk
konsep dalam meihat suatu pelaksanaan atau penanggung jawab
program tersebut supaya dapat mengkaji dan meyakinkan bahwa
tujuan program yang direncanakan dapat dicapai dan sesuai
dengan visi misi yang dijalankan oleh sebuah intansi atau
lembaga.
2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
a. Tujuan Evaluasi Program
Dalam melakukan evaluasi program tentu saja mempunyai
tujuan tertentu dalam pelaksanaanya untuk mengetahui
pencapaian keterlaksanaan kegiatan program apakah perlu
diteruskan, diperbaiki atau dihentikan. Menurut (Mulyatiningsih
2011, 214-215), evaluasi program dilakukan dengan tujuan
untuk:
1) Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Hasil evaluasi ini penting untuk
mengembangkan program yang sama di tempat lainnya.
2) Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah
program, apakah program perlu diteruskan, diperbaiki atau
dihentikan.
(Arikunto 2010, 13) juga memaparkan terdapat dua tujuan
evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
diarahkan pada program secara keseluruhan sedangkan tujuan
khusus difokuskan pada tiap-tiap komponen.
18
Suatu program harus senantiasa dievaluasi untuk melihat
sejauh mana implementasi program tersebut telah berhasil
mencapai tujuan pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Keefektifitasan program yang berjalan tidak dapat
dilihat jika tidak dilakukan evaluasi program. Dengan demikian,
kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program tersebut
akan didukung oleh suatu data. Karenanya, evaluasi program
bertujuan untuk menyediakan informasi dan data, serta
rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk
memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau
menghentikan sebuah program. Jadi evaluasi program adalah
upaya untuk mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur
sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan.
Dengan adanya uraian diatas, dapat dikatakan bahwa
evaluasi program merupakan penelitian evaluatif. Pada dasarnya
penelitian evaluatif dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari
suatu kebijakan, dalam rangka menentukan rekomendasi atas
kebijakan yang lalu, yang pada tujuan akhirnya adalah untuk
menentukan kebijakan selanjutnya. Oleh karena itu, Evaluasi
program dilakukan dengan cara yang sama dengan penelitian.
Jadi, evaluasi program merupakan penelitian dengan ciri khusus,
yaitu melihat keterlaksanaan program sebagai realisasi kebijakan,
untuk menentukan tindak lanjut dari program yang dimaksud.
Keduanya dimulai dari menentukan sasaran (variabel), kemudian
membuat kisi-kisi, menyusun instrumen, mengumpulkan data,
19
analisis data, serta mengambil kesimpulan. Yang membedakan
adalah langkah akhirnya.
Oleh karena itu jika kesimpulan penelitian diikuti dengan
saran maka evaluasi program selalu harus mengarah pada
pengambilan keputusan, sehingga harus diakhiri dengan
rekomendasi kepada pengambil keputusan. Untuk mempermudah
mengidentifikasi tujuan evaluasi program, perlu memperhatikan
unsur-unsur dalam kegiatan atau penggarapannya. Ada tiga unsur
penting di dalam kegiatan atau penggarapan suatu kegiatan, yaitu:
what (apa yang digarap), who (siapa yang menggarap), dan how
(bagaimana) menggarapnya.
b. Manfaat Evaluasi Program
Kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan
keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari
masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan
akan menentukan tidak lanjut dari program yang sedang atau
telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah
rekomendasi dari peneliti untuk pengambil keputusan (decision
maker). Suharsimi Arikunto (2010, 22) mengatakan bahwa ada
empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan
hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:
1) Menghentikan program, karena dipandang bahwa
program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat
terlaksana sebagaimana diharapkan.
20
2) Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang
sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya
sedikit).
3) Melanjutkan program; pelaksanaan program menunjukkan
bahwa segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan
harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
4) Desimilasi atau menyebarluaskan program (melaksanakan
program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi
program di waktu lain), karena program tersebut berhasil
dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di
tempat dan waktu yang lain.
c. Model-Model Evaluasi Program
Menurut Kaufman dan Thomas yang dikutib oleh
(Arikunto dan Abdul Jabar 2010, 40-47), membedakan model
evaluasi menjadi delapan, yaitu:
1) Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh
Tyler. Dalam model ini, seorang evaluator secara terus
menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah
ditetapkan. Penilaian yang berkelanjutan ini menilai
tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program
serta efektifitas dari temuan yang telah dicapai oleh
sebuah program.
2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh
Scriven. Goal Free Evaluation Model adalah model
evaluasi yang dikembangkan oleh Scriven. Dalam Goal
21
Free Evaluation, Scriven mengemukakan bahwa dalam
melakukan evaluasi program evaluator tidak perlu
memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Yang
perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah
bagaimana kerjanya (kinerja) suatu program, dengan jalan
mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi
(pengaruh) baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang
diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang tidak
diharapkan).
3) Formatif Sumatif Evaluation Model, dikembangkan oleh
Michael Scriven. Model ini menunjuk adanya tahapan dan
lingkup obyek, yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang
dilakukan pada program masih berjalan (disebut evaluasi
formatif) dan ketika program selesai atau berakhir
(disebut evaluasi sumatif).
4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh
Stake. Model yang dikembangkan oleh Stake dan
Fernades ini menekankan atau memiliki dua hal utama,
yakni Diskripsi (description) dan pertimbangan
(judgement).
5) Responsive Evaluation Model, yang dikembangkan oleh
Robert Stake. Merupakan model yang cocok digunakan
untuk mengevaluasiprogram yang banyak menimbulkan
konflik di masyarakat. Keputusan evaluasi berorientasi
kepada klien atau pengguna program.
6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan”
evaluasi dilakukan. model ini mempunyai lima tahap yang
22
dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan,
implementasi, hasil dan dampak.
7) Discrepancy model, dikembangkan oleh provus. Model
ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di
dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang
dilakukan adalah mengukur besarnya kesenjangan yang
ada disetiap komponen.
8) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam.
Model evaluasi ini terdiri dari:
Contex evaluation : Evaluasi terhadap konteks.
Input evaluation : Evaluasi terhadap masukan.
Process evaluation : Evaluasi terhadap proses.
Product evaluation : Evaluasi terhadap hasil.
Melihat pandangan tau teori diatas terlihat bahwa model-
model evaluasi yang satu dengan yang lainnya memang tampak
bervariasi, akan tetapi maksud dan tujuannya sama yaitu
melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang
berkenaan dengan objek yang dievaluasi. Selanjutnya informasi
yang tealah terkumpul dapat diberikan kepada pengambil
keputusan supaya dapat dengan tepat menentukan tindak lanjut
mengenai program yang telah dievaluasi.
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP
tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah
komponen dari proses sebuah program kegiatan. Model CIPP ini
juga model evaluasi yang melihat program yang dievaluasi
sebagai sistem. Artinya, jika evaluator menentukan model CIPP
23
sebagai model yang digunakan untuk mengevaluasi program,
maka mau tidak mau evaluator harus menganalisis program
tersebut berdasarkan komponen-komponennya.
Rukmanto Adi (2003, 160) menjelaskan bahwa ada
beberapa macam konteks pembahasan dalam evaluasi, hal itu
adalah:
1) Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang
tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan
tujuan program. Evaluasi ini menggambarkan hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
program seperti karakteristik dan perilaku peserta didik,
keunggulan dan kelemahan tenaga pelaksana, sarana,
fasilitas dan sebagainya (Sudjana 2006, 54)
2) Evaluasi Masukan
Model CIPP ini adalah evaluasi masukan. Pada
tahap ini segala sesuatu yang berpengaruh pada proses
pelaksaan evaluasi harus disiapkan dengan benar. Ada
beberapa komponen yang meliputi sumber daya manusia,
sarana dan peralatan pendukung, berbagai prosedur dan
aturan yang diperlukan. Evaluasi masukan ini akan
memberikan bantuan agar dapat memberikan keputusan,
Menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan. Mencari
berbagai alternatif yang akan dilakukan. Menentukan
24
rencana yang matang, Membuat strategi yang akan
dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam
mencapainya.
3) Evaluasi Proses
Evaluasi proses dalam model ini menunjukan pada
"apa" (what) kegiatan yang dilakukan dalam program,
"siapa" (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung
jawab program, "kapan" (when) kegiatan akan selesai.
dalam model ini, evaluasi proses diarahkan pada seberapa
jauh kegiatan yang dilakukan di dalam program sudah
terlaksan sesuai dengan rencana. stufflebeam
mengusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses anatara
lainnya.
Apakah pelaksanaan program sesuai denagn
jadwal?
Apakah staf yang terlibat di dalam pelaksanaan
program akan sanggup menangani kegiatan selama
program berlangsung dan kemungkinan jika
dilanjutkan?
Apakah sarana dan prasarana yang disediakan
dimanfaatkan secara maksimal?
Hambatan hambatan apa saja yang dijumpai
selama pelaksanaan program dan kemungkinan
jika program dilanjutkan?
25
4) Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil ini digunakan untuk menentukan
keputusan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan
demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan
dampak dari suatu program terhadap penerima
(masyarakat penerima program). Sehingga, pertanyaan
utama pada evaluasi ini adalah:
kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil
mencapai tujuannya?
bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda
setelah menerima program tersebut?
Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:
berorientasi pada program. kriteria keberhasilan
pada umumnya dikembangkan berdasarkan
cakupan ataupun hasil dari suatu program.
misalnya, presentase cakupan program terhadapa
populasi sasaran.
berorientasi pada masyarakat. kriteria keberhasilan
pada umumnya dikembangkan berdasarkan pada
perubahan perilaku masyarakat. misalnya
munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya
Berdasarkan teori diatas, maka peneliti membuat alur
kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
26
Table 2
Desain Evaluasi Program Pemberdayaan Anak Jalanan
di Yayasan Bina Anak Pertiwi
a. Tujuan
Program
b. Konteks
program
a. variable klien
1. aspek usia
2. latar belakang
3. wilayah tinggal
b. variable staff
1. Pendidikan staff
2. Pengalaman
staff
c. variable program
1. Layanan yang
diberikan
2. Donator dan
kemitraan
3. Keterjangkauan
lokasi belajar
4. Sarana dan
fasilitas
pendukung
a. proses
perekrutan
anak binaan
b. strategi
pengelolaan
program
pemberdayaan
c. jadwal
pelaksanaan
program
pemberdayaan
d. strategi
pelaksanaan
program
e. penanggung
jawab program
f. kapan program
selesai
a. perubahan
prilaku
klien
b. keberlanjuta
n program
d.Indikator Evaluasi Program
Dalam hubungan dengan kriteria keberhasilan yang
digungakan untuk suatu proses evaluasi, Feurstein seperti yang
dikutip oleh (Isbandi 2001, 130-132) mengajukan beberapa
context input process product
27
indikator yang perlu untuk dipertimbangkan. Ada Sembilan
indikator yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi
suatu kegiatan yaitu:
1) Indikator ketersediaan (Indicators Of Availability).
Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada
dalam suatu proses itu benar-benar ada. Misalnya dalam
suatu program pembangunan sosial yang menyatakan
bahwa diperlukan satu tenaga kader lokal yang terlatih
untuk menangani 10 rumah tangga, maka perlu di cek
apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar
ada.
2) Indikator relevansi (Indicators of Relevance). Indikator ini
menunjukan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu
yang teknologi atau layanan yang ditawarkan. Misalnya,
pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan
dimana diperkenalkan kompor teknologi terbaru, tetapi
ternyata kompor tersebut lebih banyak menggunakan
minyak tanah ataupun kayu dibandingkan dengan kompor
yang biasa mereka gunakan. Berdasarkan keadaan
tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat
dikatakan kurang relevan untuk diperkenalkan bila
dibandingkan dengan kompor yang biasa mereka
gunakan.
3) Indikator keterjangkauan (Indicators Of Accessibility).
Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan
masih berada dalam „jangkauan‟ pihak-pihak yang
28
membutuhkan. Misalnya saja, puskesmas (pusat
kesehatan masyarakat) yang didirikan untuk melayani
suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis,
dimana sebagian besar warga desa dapat dengan mudah
datang ke puskesmas. Atau apakah suatu posko bencana
alam berada dalam jangkauan korban bencana tersebut.
4) Indikator Pemanfaatan (Indicators of Utilisation).
Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang
sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan,
dipergunakan (dimanfaatkan) oleh kelompok sasaran.
Misalnya saja, seberapa banyak pasangan usia subur yang
memanfaatkan layanan jasa puskesmas dalam
meningkatkan KB mandiri. Atau, berapa banyak anak
jalanan yang mengikuti kegiatan baca tulis dari sekian
banyak anak jalanan yang belum bisa membaca dan
menulis.
5) Indikator Cakupan (Indicators of Coverage). Indikator ini
menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan
sesuatu dan menerima layanan tersebut. Misalnya saja,
proporsi orang yang menerima bantuan dana kemanusiaan
untuk mengatasi masalah kemiskinan dari sekian banyak
orang-orang miskin di suatu desa.
6) Indikator Kualitas (Indicators of Quality). Indikator ini
menunjukkan standar kualitas dari layanan yang
disampaikan ke kelompok sasaran. Misalnya saja, apakah
layanan yang diberikan oleh suatu Organisasi Pelayanan
Kemanusiaan (Human Service Organization) sudah
29
memenuhi. syarat dalam hal keramahan, keresponsifan,
dan sikap empati terhadap klien ataupun kualitas dari
tangibles yang ada dalam proyek tersebut.
7) Indikator Upaya (Indicators of Efforts). Indikator ini
menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah
“ditanamkan‟ dalam rangka mencapai tujuan yang sudah
diterapkan. Misalnya, berapa banyak sumber daya
manusia dan sumber daya material yang dimanfaatkan
dalam membangun sarana transportasi antar desa.
8) Indikator Efisiensi (Indicators of Efficiency). Indikator ini
menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara
tepat guna (efisien) atau tidak memboroskan sumber daya
yang ada dalam upaya mencapai tujuan. Misalnya saja,
suatu layanan yang bisa dijalankan dengan baik hanya
dengan menggunakan 4 tenaga lapangan, tidak perlu
dipaksakan untuk mempekerjakan 10 tenaga lapangan
dengan alasan untuk menghindari terjadinya
pengangguran. Bila hal ini dilakukan maka yang terjadi
adalah pengangguran terselubung (underemployment).
9) Indikator Dampak (Indicators of Impact). Indikator ini
melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar
memberikan suatu perubahan di masyarakat. Misalnya
saja, apakah setelah dikembangkan layanan untuk
mengatasi kemiskinan selama tiga tahun di suatu desa,
maka angka penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan sudah menurun.
30
B. Pemberdayaan
a. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah terjemahan dari Bahasa Inggris
yaitu “empowerment” yang secara harfiah berarti
“pemberkuasaan”. Pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun eksistensi seseorang dalam kehidupan dengan
memberi dorongan agar memiliki kemampuan (Fitriyandi Putra
Dkk 2019, 55).
Menurut (Handoko 1997, 337), pemberdayaan adalah
suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses
pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.
Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak
atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai
kehidupan yang baik. Pemberdayaan pada intinya membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka.
Pemberdayaan biasanya diartikan juga suatu proses yang relatif
terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan.
Pemberdayaan biasanya disebut juga sebagai pengembangan
(Rukmanto Adi 2003, 32-33).
Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan
seterusnya untuk meningkatkan taraf hidupnya, upaya itu hanya
biasanya dilakukan dengan meningkatkan keberdayaan mereka,
dengan kekuatan sendiri untuk memperbaiki kehidupannya.
31
Asumsi dasar yang dipergunakan adalah bahwa setiap manusia
memiliki potensi daya, untuk mengembangkan dirinya menjadi
lebih baik. Dengan demikian pada dasarnya manusia itu bersifat
aktif dalam upaya peningkatan keberdayaan dirinya. Dalam
rangka pemberdayaan ini upaya yang amat pokok adalah
peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta akses
kedalam sumber kemampuan ekonomi seperti modal,
keterampilan, teknologi, informasi dan lapangan kerja,
pemberdayaan ini menyangkut pembangunan prasarana dan
sarana dasar, baik fisik maupun non fisik (Soewarman Hasan, 3).
Dalam beberapa pengertian di atas secara garis besar
pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses atau tindakan
untuk membantu seseorang, kelompok serta masyarakat dalam
memecahkan permasalahannya sehingga mereka mampu berdaya
atau bersaing dan mencapai kebutuhan sehari-hari dengan
mandiri.
b. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan
Wrihatnolo dan Dwijowijoto memaparkan ada tiga
tahapan proses pemberdayaan. pertama, penyadaran dengan
target, yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dan
pemberian penyadaran bahwa mereka punya hak untuk
mempunyai sesuatu. prinsipnya, membuat target mengerti bahwa
mereka perlu diberdayakan dan proses pemberdayaan tersebut
dimulai dari dalam diri mereka. Proses selanjutnya adalah
diberikan daya kuasa yang bersangkutan agar mampu terlebih
dahulu. Proses pembentukan kapasitas ini terdiri atas manusia,
32
organiasai, dan sistem nilai. ketiga, target diberi daya, kekuasaan,
otoritas, dan peluang. Sebagaimana dilakukan beberapa
komunitas yang sukses memberdayakan diri sendiri, mereka aktif
memanfaatkan peluang dan berdaya atas diri mereka sendiri tanpa
bergantung pada pihak manapun. Mereka berpartisipasi secara
aktif dalam kegiatan komunitas dan mempunyai perasaan
bermasyarakat.
c. Tujuan Pemberdayaan
Upaya pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk
membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam artian memiliki
potensi atau kemampuan memecahkan masalah-masalah yang
mereka hadapi, dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan
tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak lain,
baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.
Menurut (Suharto 2008, 58) Pemberdayaan menunjukan
pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan lemah,
sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam:
a. memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja
bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari
kesakitan.
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan
33
pendapatnya dan memperoleh barnag-barang dan jasa-
jasa yang mereka perlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.
C. Anak Jalanan
Sedangkan Anak Jalanan adalah sebuah realitas
pemandangan kita sehari-hari yang menjadi bagian dari
kehidupan perkotaan, yang secara awam masyarakat sering
mendefinisikan anak jalanan berdasarkan jenis pekerjaan yang
dilakukannya. Mereka sering disebut sebagai pengamen,
pemulung, pedagang asongan, pengemis, penjual koran, pengojek
payung, penyemir sepatu, tukang parkir, pembersih mobil, joki
dan sebagainya (Fitriyandi Putra Dkk 2019, 54). Anak jalanan ini
sering kita jumpai dalam perjalanan kita sehari-hari yang
cendrung kehidupannya lebih banyak dihabiskan di jalanan.
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di
perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi (Mulandar (ed.),
1996). Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam
suasana kehidupan kota keras, tidka bersahabat dan tidak
kondusif bagi proses tumbuh-kembang anak. Tetapi, lebih dari tiu
mereka juga cendrung dikucilkan masyarakat, menjadi objek
pemerasan berbagai pihak sesame teman, preman atau oknum
aprata, sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan, dan segala
bentuk penindasan lainnya (Suyanto 2010, 212-213).
34
Pada tahun 1981 Model penampungan anak jalanan
dimulai. Pada saat itu Longres mengadakan suatu pengamatan
tentang strategi intervensi dan program-program yang bertujuan
untuk menangani masalah sosial ini. Longres, menghubungkan
antara ideologi dan asumsi yang membentuk masalah tersebut,
serta menjadi norma-norma dasar dilakukannya intervensi. Ia
mengembangkan faktor-faktor yang bisa digunakan untuk
mengidentifikasi norma-norma dasar dari suatu intervensi sosial
berdasarkan pengamatan tersebut, kemudian Lusk (1984) melihat
faktor-faktor yang dibuat Longres dapat digunakan untuk
memahami intervensi sosial pada anak jalanan. Startategi yang
dibuat Longres berawal dari adabtasi sistem sosial ekonomi
hingga kebutuhan individu, dari adabtasi individu hingga prasarat
sistem social (Fitriyandi Putra dkk 2019, 55).
Menurut Tata Sudrajat, untuk menangani anak jalanan
melalui pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam
penanganan anak jalanan meliputi:
1) Street Based, Merupakan penganan di lapangan atau
tempat-tempat anak jalanan berada, kemudian para
street educator datang kepada mereka, berdialog,
mendampingi mereka bekerja, memahami dan
menempatkan diri sebagai teman. Dalam beberapa
jam, anak-anak diberikan materi pendidikan dan
keterampilan, serta diberikan kehangatan hubungan
dan perhatian yang bisa menumbuhkan kepercayaan
35
satu sama lain yang berguna bagi pencapaian tujuan
intervensi.
2) Centre Based, Pendekatan ini merupakan penanganan
di lembaga atau panti. Anak-anak yang mengikuti
program ini di tampung dan diberikan pelayanan di
lembaga atau panti. Terdapat beberapa pelayanan
pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan,
kesenian, dan pekerjaan. Dalam penanganan di
lembaga atau di panti terdapat beberapa jenis atau
model penampungan yang bersifat sementara (drop in
centre) untuk anak yang masih turun ke jalan dan
tetap (residential centre) untuk anak-anak yang sudah
benar-benar meninggalkan jalanan.
3) Community Based, Di dalam penanganan ini
melibatkan seluruh potensi masyarakat, utamanya
keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini
bersifat preventif, yakni mencegah anak-anak turun ke
jalan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan
pengasuhan anak dan peningkatan taraf hidup,
sementara anak-anak diberi kesempatan memperoleh
pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu
luang dan kegiatan lainnya. Pendekatan ini bertujuan
meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat
agar sanggup melindungi, mengasuh dan memenuhi
kebutuhan anak-anaknya (Fitriyandi Putra dkk 2019,
57).
36
BAB III
PROFIL YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
Yayasan Bina Anak Pertiwi terletak di Jalan Bacang No.
46, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemilihan
tempat yayasan ini yaitu pertama karena Pasar Minggu
merupakan tempat anak jalanan dan juga menjadi lokasi
pengedaran narkoba terbesar setelah Tanah Abang. Kedua, rumah
singgah yang strategis memudahkan anak jalanan untuk
menjangkaunya. Dalam hal ini diharapkan yayasan ini dapat
merangkul banyak anak jalanan (wawancara dengan pengurus
Yayasan Bina Anak Pertiwi pada tanggal 20 Desember 2018).
Di daerah sekitar Yayasan yaitu daerah Jati Padang dan
sekitarnya banyak tempat umum yang dijadikan tempat
perkumpulan oleh anak jalanan, salah satunya perempatan jalan
dan pasar. Di pertigaan jalan antara Jalan Raya Ragunan dan
Jalan Warung Jati Barat menjadi tempat yang sering dijadikan
tempat perkumpulan anak jalanan. Selain itu banyak anak jalanan
mengamen dan nongkrong di perempatan jalan antara Jalan
Warung Jati Barat, Jalan Pejaten Raya dan Jalan Pejaten Barat
sehingga tempat tersebut disebut juga “Repul”. Anak jalanan
daerah tersebut juga sering memanfaatkan kolong jembatan yang
tidak jauh dari perempatan jalan tadi sebagai tempat tinggal
mereka dan mereka juga menjadikan Pasar Minggu sebagai
tempat mereka tinggal dan bekerja.
37
A. Sejarah Berdirinya Yayasan
Awal mula berdirinya Yayasan Bina Anak Pertiwi yaitu
dari sekelompok aktivis mahasiswa yang tergabung dalam sebuah
kelompok kajian social akademik bernama Forum Studi
Dialektika (FOSTUDIA). Mereka merasa gelisah dan prihatin
dengan bangsa Indonesia khususnya semakin banyaknya anak
jalanan dan anak-anak yang putus sekolahnya. Kejadian tersebut
terjadi saat awal terjadinya krisis politik dan ditambah lagi
ekonomi Indonesia yang semakin merosot. Para aktivis
mahasiswa merasa kurang efektifnya demonstrasi yang mereka
lakukan untuk membela masyarakat bawah.
Forum yang dibentuk tersebut beranggotakan mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi yaitu mahasiswa IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bina Sarana Informatika (BSI), Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ), dan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak
(PGTK). Dalam forum tersebut dilakukan pembaharuan
reformasi yang disebut “reformasi gaya baru” yang bertujuan
agar langsung membantu dalam permasalahan kehidupan
masyarakat. Setelah itu dilakukanlah pertimbangan yang
sekiranya dapat mereka lakukan dan diperoleh bahwa anak
jalanan dijadikan prioritas utama karena anak jalanan sendiri
rawan dalam masalah sosial yang kompleks.
Aksi sosial yang mereka lakukan berupa bentuk
kepedulian terhadap pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan
anak jalanan dengan mewujudkannya menjadi pendidikan
sekolah paket A yang setara SD dan memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Pada awalnya kegiatan belajar
38
tersebut dilakukan di Masjid Kebayoran Lama yaitu bulan Juni
1997 yang terdiri dari anak pemulung dan anak jalanan sekitar 73
anak. Kegiatan belajar tersebut berada dibawah naungan sebuah
Yayasan Sosial.
Tidak sesuai yang diinginkan, kegiatan belajar tersebut
kurang berjalan mulus karena ada perbedaan paham antara
kelompok mahasiswa yang mengusung idealism dengan pihak
yayasan tersebut yang akhirnya berujung pada hengkangnya
kelompok mahasiswa dari kegiatan tersebut. Hal itu
menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi bubar.
Namun, kelompok mahasiswa tersebut tetap tidak patah
semangat dan tetap ingin melaksanakan tujuan mereka yaitu
berbagi dengan sesama terutama anak jalanan. Setelah reformasi
bergulir pada bulan Juni 1998 dengan tekad yang bulat mereka
kembali melakukan aksi sosial di daerah Pasar Minggu, Jakarta
Selatan yang kemudian menjadi nama “Pusat Pembinaan dan
Pemberdayaan Anak Jalanan (P3A)”. terpilihnya nama ini
karena dianggap lebih spesifik dalam mencerminkan sebuah
naungan pembinaan untuk anak jalanan.
Pada awalnya kegiatan ini berisi kegiatan mahasiswa
biasanya. Namun, seiring berjalannya waktu kegiatan tersebut
mendapatkan dukungan dan respon yang luas dari berbagai
kalangan, baik pemerintah ataupun masyarakat. Pemerintah
memberikan dukungan dengan mendatangi secara langsung yang
diwakili oleh Bapak Prof. Dr. Sudijarto dari Dirjen Dikluspora
Depdiknas RI. Bahkan yang menjadi donatur tertinggi pada
kegiatan tersebut adalah Depdiknas RI dan Dharma Wanita
39
Dikluspora. Kemudian peresmian kegiatan tersebut dilakukan
langsung oleh Ibu Soerono (Kasi Dikmenti DKI Jakarta) tepatnya
bulan Juni 1998 di Masjid Al-Awwabin, Polsek Pasar Minggu.
Kelompok pengajian masyarakan juga memberikan dukungan
seperti pengajian Jenggala Cipete Selatan, Pengajian Keluarga
Sakinah dan Yayasan RAHMA (memberikan nasi murah), dan
lainnya. Selain itu, ada juga dukungan dari kalangan pengusaha.
Adanya desakan dari kalangan masyarakat untuk
wadahnya memiliki badan hokum karena kegiatan sosial haruslah
memiliki kesinambungan da nada pertanggungjawaban secara
yuridis. Hal itu menyebabkan kelompok mahasiswa tersebut
berpikir serta melakukan pendekatan dengan beberapa tokoh
nasional yang bertujuan agar adanya dukungan dalam
kelangsungan dan keberhasilan proses pembelajaran tersebut.
Akhirnya muncullah nama-nama tokoh nasional seperti
Hj. Anniswati M. Kamaluddin (Ketua Presidium Majlis Nasional
KAHMI). Prof. Dr. Ir. H. Fachrudin (mantan rektor Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang yang merupakan anggota DPR RI),
Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim selaku anggota DPR RI, Hj.
Yufimar Ali, SH (anggota Dewan Pakar ICMI KORWIL DKI
Jakarta dan juga pengusaha) dan H. Houtman Z. Arifin (Bankir
dan mantan Vice President Citibank). Mereka terlibat sebagai
anggota badan pendiri dan sebagai dewan Pembina lembaga yang
akhirnya dilakukan pembakuan akte notaris No. 2, tanggal 3
November 1998 dengan nama “Yayasan Bina Anak Pertiwi,
Pusat Pembinaan dan Rumah Belajar Anak
Jalanan/Terlantar”.
40
Yayasan Bina Anak Pertiwi ini menjadi pusat pembinaan
dan juga rumah belajar anak jalanan/terlantar, aktivitas-
aktivitasnya dilakukan bersama dengan masyarakat. Pengakuan
dari masyarakat dan rasa ingin memiliki lembaga yang sangat
tinggi menjadi alasan utama kelangsungan dan keberhasilan
program lembaga. Masyarakat dan lembaga menanamkan sikap
saling ketergantungan merupakan salah satu hal yang penting
dalam jalannya program di lembaga.
Maka dari itu, perlu adanya sinergisitas dalam
kepentingan lembaga dan kebutuhan masyarakat. Pihak lembaga
perlu melakukan identifikasi jenis kebutuhan, potensi masyarakat
dan menampung aspirasi masyarakat sehingga program yang
dilakukan oleh lembaga dapat menjadi cerminan dari kehidupan
masyarakat tersebut yang akhirnya dapat dilakukan
pemberdayaan oleh lembaga Yayasan.
Sesuai dengan motto Yayasan Bina Anak Pertiwi
“Bersama untuk Bangsa” melakukan program-program yang
nyata di masyarakat salah satunya Bimbingan Agama dan Etika
Bermasyarakat, Pengembangan Seni Budaya atau Minat dan
Bakat, Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Kerja,
Pengembangan Usaha Mandiri, Pelayanan Kesehatan dan
Kesejahteraan serta Penempatan kerja.
B. Visi, Misi, dan Tujuan
Adapun Visi, misi, dan tujuan Yayasan Bina Anak Pertiwi
adalah sebagai berikut (Company profile Yayasan Bina Anak
Pertiwi, dibuat pada tanggal 08 September 2007) :
41
Visi Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah meningkatkan
taraf hidup serta kesejahteraan sosial masyarakat fakir miskin,
terutama anak yatim, anak jalanan/terlantar serta anak kurang
mampu menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat
sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa
depan bangsa yang lebih berkualitas.
Misi Yayasan Bina Anak Pertiwi, yaitu
1. Menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi
2. Menciptakan peluang kerja baru dengan mengembangkan
pelatihan kerja
3. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimilikinya
agar menjadi manusia yang mandiri dan produktif
4. Mengembangkan peran serta masyarakat dan pihak-pihak
terkait untuk turut serta mengentaskan dan memberdayakan
fakir miskin, terutama anak yatim, anak jalanan /terlantar, dan
anak kurang mampu.
Tujuan yang ingin dicapai dari rumah singgah adalah:
1. Mengembangkan sikap mental positif
2. Membangun akhlak al-karimah
3. Menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki warga
belajar
4. Memberikan gambaran akan kepastian masa depan dengan
berbekal berbagai keterampilan kerja dan pengembangan
usaha mandiri, serta penempatan kerja.
42
Aktivitas yang dilakukan Yayasan selalu bersama dengan
masyarakat, di manapun kegiatan tersebut dilangsungkan.
Pengakuan dari masyarakat dan rasa ingin memiliki lembaga
yang sangat tinggi menjadi alasan utama kelangsungan dan
keberhasilan program lembaga. Maka dari itu, perlu adanya
sinergisitas dalam kepentingan lembaga dan kebutungan
masyarakat. Pihak lembaga perlu melakukan identifikasi jenis
kebutuhan, potensi masyarakat dan menampung aspirasi
masyarakat sehingga program yang dilakukan oleh lembaga dapat
menjadi cerminan dari kehidupan masyarakat tersebut yang
akhirnya dapat dilakukan pemberdayaan oleh lembaga Yayasan.
Sesuai dengan motto Yayasan Bina Anak Pertiwi “Bersama untuk
Bangsa” melakukan program-program yang nyata di masyarakat
salah satunya Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat,
Pengembangan Seni Budaya atau Minat dan Bakat, Pendidikan
dan Pelatihan Keterampilan Kerja , Pengembangan Usaha
Mandiri, Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan serta
Penempatan kerja.
43
C. Struktur Organisasi
Tabel 3.
Struktur Badan Pengurus Yayasan Bina Anak Pertiwi
Hubungan yang terbentuk diantara pempinan dan
pengelola yayasan dengan anak binaan yaitu sangat dekat bahkan
anak binaan menganggap mereka semua adalah keluarga sendiri.
Menurut anak binaan, pimpinan adalah orang tua dan kakak bagi
44
mereka. Perhatian yang diberikan pimpinan kepada mereka
membuat mereka seperti sebuah keluarga. Disamping itu, masih
ada beberapa pengelola yang memiliki hubungan kurang dekat
dengan anak binaan karena adanya jarak diantara mereka saat
dalam proses pembinaan.
Menjadi pengelola Yayasan tidak memiliki kriteria
khusus dalam pola perekrutannya layaknya sebuah perusahaan
memepekerjakan karyawannya. Modal utama mereka untuk
menjadi pengelola yaitu keikhlasan untuk memberikan pelayanan
terhadap anak jalanan. Sebagian besar pengelola di yayasan
merupakan Volunteer yang bertindak sebagai Pembina anak
jalanan. Namun, ada juga pengelola yang memang ditugaskan
oleh kementrian sosial RI yakni Bakti Pekerja Sosial (Sakti
Peksos). Sakti Peksos memiliki tugas untuk membantu dan
memantau pelaksanaan program pemberdayaan anak jalanan di
rumah singgah.
45
D. Denah Yayasan Bina Anak Pertiwi
Gambar 1. Denah Lokasi Bina Anak Pertiwi
46
BAB IV
DATA DAN HASIL TEMUAN
Pada dasarnya anak merupakan Karunia Ilahi dan amanah
yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia
yang harus dijunjung tinggi. Anak juga merupakan potensi
sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu
pembinaan dan pemberdayaannya harus dimulai sedini mungkin
agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan
bangsa dan negara. Begitupun dengan anak jalanan, mereka
adalah generasi penerus bangsa yang harus diperhatikan pula.
Selama ini, anak jalanan hanya dipandang sebelah mata karena
kekurangannya, dan bahkan mereka mendapat pencitraan negatif
dari sebagian besar masyarakat. Tetapi bagaimanapun itu, anak
jalanan telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita
semua. Mereka memerlukan perhatian khusus untuk diberikan
pengarahan, pelatihan, dan pembinaan terhadap perilaku mereka
selama ini yang diidentik sebagai pembuat kerusuhan, suka
mencuri, dan amoral.
Latar belakang kegiatan pemberdayaan anak jalanan dari
sejak tahun 1998 dimana anak jalanan semakin banyak.
Pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Anak Pertiwi
adalah dengan menfasilitasi anak-anak untuk tetap belajar,
meskipun mereka masih ada yang mengamen, jual kantong
plastik, jual koran, dan semir sepatu. Sebagai lembaga sosial yang
47
berbasis Islam, pembinaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini
tentu saja berbasis agama Islam. Program-program yang
dilakasanakan, seperti sholat berjemaah, dan pembinaan
keagamaan mendasar bagi anak-anak. Misalnya cara berwudhu’,
cara sholat, mengaji, dan segala macamnya. Tujuannya adalah
agar anak-anak itu mengerti budi pekerti yang baik, bersikap baik
di masyarakat, bisa menghormati orang tua, dan supaya anak ini
tetap berpegang teguh kepada prinsip keagamaan mereka.
(Wawancara dengan Ali Santoso, pada tanggal 28 April 2019).
A. Sasaran Anak Binaan
Anak binaan yang menjadi sarasan Yayasan Bina Anak
Pertiwi adalah anak-anak usia 4-18 tahun, anak-anak putus
sekolah, anak jalanan/terlantar, serta anak kurang mampu. Dan
anak-anak tersebut sama sekali tidak dibebani biaya apapun,
bahkan kebutuhan pembelajaran seperti alat-alat tulis seluruhnya
disediakan oleh penyelenggara. Jadi, anak cukup hanya datang
dan belajar.
Wilayah tinggal para anak binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi berasal dari bantaran kali ciliwung condet, belakang pasar
minggu, bantaran kali jati padang dan kampung gedong pasar
rebo.
“kalau untuk sasaran kita (1) laki-laki dan perempuan
kalau banci kita tidak menerima (2) usia anak 4 sampai
18 tahun (3) anak jalanan (4) anak terlantar (5) penjual
Koran (6) tukang kelontong dan lain-lain itu sasaran
kami yang menurut kami itu layak untuk dibantu”
48
“kita ada 4 wilayah (1) bantaran kali Ciliwung Condet
(2) belakang pasar (3) bantaran kali Jatipadang (4)
kampung gedong pasar rebo”.
Table 4
Jumlah Anak Binaan Yayasan Bina Anak Pertiwi
No Jenis
Kelamin
Usia Jumlah On Street Off Street
1 Laki-laki 4-18 216 Anak 19 Anak 197 Anak
2 Perempuan 4-18 313 Anak 48 Anak 265 Anak
B. Staff Yayasan Bina Anak Pertiwi
Staff yang bertugas di Yayasan Bina Anak Pertiwi
berjumlah 19 orang, meliputi Ketua Pengurus (Ali Santoso),
Sekretaris (Diana Lestari), Bendahara (Nadilah Zein), Kabid
Pendidikan (Rizky Rusdianti Dan Reni Fitriani), Kabid
Media/Peneliti (H.M. Husniadi Dan Rani Cahaya), Kabid
Keterampilan (Akhmad Kamaludin Dan Muhammad Gabriel. M),
Kabid Pengembangan Usaha (Nuzula Firdaus Dan Aisyah), Staf
Umum (Arianto), Kabid Keagamaan (Baihaki), Kabid Kesehatan
(Nopi Purwanto), Sakti Peksos (Deni Setiawan, Agus Malabar,
M. Ardiansyah, Zulfikar Dan Bahar).
C. Model-Model Layanan
Pendidikan layanan khusus anak jalanan dapat
dilaksanakan dengan berbagai model, antara lain:
49
1. Pendidikan Kesetaraan, merupakan layanan pendidikan
bagi anak putus sekolah dengan menerapkan paket A
setara Sekolah Dasar (SD), paket B setara Sekolah
Menengah Pertama (SMP), paket C setara Sekolah
Menengah Atas (SMA).
2. Model Guru Kunjung, merupakan layanan akses
pendidikan bagi anak jalanan dengan mendatangkan atau
mengirimkan guru ke lingkungan komunitas peserta didik.
3. Treatment centre, yaitu layanan pendidikan yang lebih
difokuskan pada perubahan sikap mental, perilaku, dan
upaya pemulihan lainnya agar anak dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dunianya kembali, serta dapat
menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun,
sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang
Republik Indonesia.
4. Boarding house, Adalah tempat tinggal sementara untuk
melakukan proses pembelajaran kepada anak jalanan.
Boarding House bersifat sementara dan diharapkan dalam
jangka waktu tertentu anak akan mengalami proses
adaptasi dengan lingkungan sosial yang dibangun dengan
memperkenalkan kembali atmosfir dalam keluarga, bahwa
dalam hidup ini harus ada hirarki, aturan main, dan
lainnya.
5. Life Skill, Pendidikan dan Pelatihan-Pelatihan
Keterampilan bermata pencaharian, seperti; Komputer,
Sandal Sepatu dan Hotel, Montir Motor, Menjahit,
pertanian, dll.
50
D. Bentuk Layanan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan layanan khusus anak daerah
terpencil merupakan pendidikan inklusif yang dilaksakanakan,
antara lain:
1. Pendidikan Persekolahan, merupakan layanan pendidikan
bagi anak daerah terpencil, penyelenggaraannya berupa:
a) paket A setara SD
b) paket B setara SMP
c) paket C setara SMA
2. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)
a) Pelatihan Budi Daya Hortikultura dan Palawija
b) Pelatihan menjahit dan Bordir
c) Pelatihan komputer
d) Pelatihan Otomotif
e) Pelatihan Rias Kecantikan
f) Pelatihan seni dan budaya
g) Pelatihan Pertukangan
h) Pelatihan budi daya peternakan ikan
3. Pendidikan Keagamaan:
a) Bimbingan Mental dan Akhlak Mulia
b) Taman Pendidikan Agama (TPA)
c) Mengajian Keagamaan untuk Umum
d) Konsultasi Keagamaan
51
Program Kegiatan
Program-program yang dilaksanakan Bina Anak Pertiwi
adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Agama dan Etika Bermasyarakat. Program ini
dalam rangka membangun sikap mental positif, dan
menumbuhkan kembali semangat keberagamaan warga
belajar.
Bentuk Kegiatan: Bimbingan ibadah praktis (Wudhu’, Shalat,
Puasa, dll.)
a) Mengaji Alqur’an,
b) Pengajian tentang budi pekerti (akhlak).
c) Fiqih (pengajian tentang tata cara bersuci, najis, halal
haram, dll.)
d) Penyuluhan tata cara hidup bermasyarakat
e) Pelatihan Khusus Ramadhan (Pesantren Ramadhan).
2. Pelaltihan Keterampilan kerja dan kursus
Keterampilan Kerja dan Kursus: Jenis keterampilan yang
diberikan adalah keterampilan kerja praktis dan tidak
memerlukan legalitas formal akademis serta mudah dilakukan.
Dan jenis keterampilan tersebut berorientasi kerja atau
terbukanya lapangan kerja baru.
52
Bentuk kegiatan:
Pelatihan:
a) Magang kerja (di perkebunan Sukabumi)
b) Pelatihan manajemen usaha
c) Pelatihan Manajemen produksi
d) Pelatihan manajemen quality control
e) Pelatihan manajemen pemasaran dan distribusi
f) Kelompok usaha produktif.
Kursus-kursus:
a) Kursus Setir mobil (dapat SIM)
b) Kursus komputer
c) Kursus montir motor
d) kursus menjahit
e) Kursus tata boga
f) Kursus Sablon
g) Kursus Produksi Sandal dan sepatu
3. Pengembangan Minat dan Bakat (seni Budaya). Kegiatan
ini difokuskan untuk menggali bakat seni yang ada dalam
diri anak binaan.
Bentuk Kegitan:
a) Group Musik (Band)
b) Sanggar tari
c) Teater
53
d) Musikalisasi puisi
e) karate
4. Kesejahteraan dan Pelayanan Kesehatan. Program ini
ditekankan untuk meningkatkan kesejahteraan serta
pelayanan kesehatan Warga Binaan dan masyarakat luas.
Bentuk Kegitan:
a) Penyuluhan kesehatan (Reproduksi, TBC, HIV,
Kesehatan Masyarakat)
b) Pemberian makan bergizi
c) Pemeriksaan dan Pengobatan kesehatan berkala
d) Pelayanan kesehatan serta pembiayan kesehatan
(Sertifikat Sehat Dinkes DKI)
e) Pelayanan kesehatan anak dan keluarga anak jalanan
f) Bantuan kesehatan untuk keluarga miskin (dhuafa)
5. Pengembangan Usaha Mandiri:
Program ini disamping dimaksudkan untuk membuka
lapangan kerja baru bagi anak binaan dan agar tumbuh jiwa
wirausaha atau kemandirian dalam diri abak binaan.
Bentuk Kegitan:
a) Home industry sandal sepatu dan hotel
b) Budi daya belimbing manis
c) Bengkel (servis) motor
d) Warung kelontong
e) Koperasi
54
f) Jenis-jenis kerajinan tangan anak asuh
6. Aksi Sosial/kemanusiaan. Kegiatan ini adalah spontanitas
dalam rangka meringankan saudara-saudara kita yang
sedang tertimpa musiba.
Bentuk kegiatan:
a) Pemberian nasi bungkus selama musibah berlangsung
b) Penyaluran pakaian layak pakai
c) Penyaluran sembako
d) Penyaluran peralatan masak (dapur)
e) Penyaluran pakaian seragam sekolah
55
Gambar 2 Matrix Program Kerja Yayasan Bina Anak Pertiwi
No Program Volume Sumber
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BAP Mitra
A
Setiap Hari Bimbaga
Mingguan Bimbaga
4x/minggu Bimbaga
Mingguan Bimbaga Donatur
Insidental Bimbaga Donatur
Mingguan Bimbaga Maysarakat
Mingguan Bimbaga Masyarakat
Insidental Bimbaga Instansi
Sosialisasi dan ikut serta kegiatan masayarakat Insidental Bimbaga
B
4x/minggu Diklat Donatur
5X/Minggu Diklat Donatur
1X/Minggu Diklat
2/tahun Diklat Donatur
kondisonal humas
setiap bulan Sekretaris Donatur
setiap bulan Sekretaris Donatur
setiap bulan Sekretaris Donatur
setiap bulan Sekretaris Donatur
per 6 bulan Sekretaris Donatur
2
1
Taman Anak Sejahtera
Pengajian Keagamaan
PENDIDIKAN DAN BEASISWA
Beasiswa Anak Asuh Sekolah Formal Tingkat
TK/PAUD/Tpa
Beasiswa Pendidikan
Untuk Anak Jalanan/
dhuafa, Yatim Yang
Sekolah Formal
Beasiswa Anak Asuh Sekolah Formal Tingkat SD/MI
Beasiswa Anak Asuh Sekolah Formal Tingkat
SMP/MTs
Beasiswa Anak Asuh Sekolah Formal Tingkat
SMA/SMK/MA
Penyuluhan Kemasyarakatan
Kerja Bhakti dengan masyarakat sekitar
Ujian Persamaan Negeri
Mengembalikan / merujuk Anak Jalanan ke Sekolah
dan Keluarga
Pendidikan Non Formal (Paket A, B, dan C)
Pendidikan
Pendidikan Formal dengan Layanan Khusus Tingkat
SD, SMP, dan SMA
Beasiswa Anak Asuh Sekolah Formal Tingkat
Perguruan Tinggi (Universitas)
BIMBINGAN AGAMA DAN ETIKA BERMASYARAKAT
Belajar mengaji atau membaca Al-Qur'an
Praktikum Ibadah
Pengajian Akhlak dan Fiqih
Pengajian malam jum'at
Peringatan hari besar Islam/Nasional
Bimbingan Belajar Siswa dan Anak Asuh
YAYASAN BINA ANAK PERTIWI
MATRIK PROGRAM KERJA
PERIODE TAHUN 2019
Bimbingan Ibadah dan
Mengaji
Pelaksanaan ProgramProgram Terurai
PROGRAM POKOK (RUTIN)
1
Penyuluhan Kesehatan, Reporduksi, HIV3
Bimbingan Hidup
Bermasyakat
2
56
Table 5
Jadwal Kegiatan Yayasan Bina Anak Pertiwi
NO HARI
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jum'at
Sabtu
Minggu
1
Pendidikan Taman Anak Sejahtera (TAS/PAUD)
09.00-11.00
09.00-11.00
09.00-11.01
09.00-11.02
LIB
UR
2 Kejar Paket A, B, dan C
13.00-14.30
13.00-14.31
13.00-14.32
13.00-14.33
3 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Anak
13.30-15.00
13.30-15.01
4 Belajar Baca Qur'an (BBQ) Orang Tua
13.30-15.00
5 Bimbingan Belajar
13.00-14.30
13.00-14.31
13.00-14.32
13.00-14.30
6 Keterampilan Bela Diri
08.00-10.00
15.00-18.00
7 Keterampilan Seni Lukis
15.30-17.00
13.00-15.00
8 Keterampilan Musik
10.00-12.00
10.00-12.00
9 Kerajinan Tangan
09.00-11.00
10 Kesehatan (Klinik Kesehatan)
09.00-12.00
11 Futsal 15.00-17.00
57
E. Rekrutmen Warga Binaan
Pola rekrutmen yang Yayasan lakukan adalah dalam
bentuk penjangkauan atau kunjungan lapangan, pengamatan,
kemudian rekrutmen. Pola yang kami kembangkan pada tahap
penjangkauan ini adalah “bermain bersama”. Pekerja sosial atau
pun pembina lainnya pro-aktif mengamati kecenderungan, minat,
serta hobi anak jalanan/terlantar yang kemudian dikemas dalam
bentuk permainan serta pertandingan. Misalnya, bermain bola,
yang kemudian di-follow up dengan pembentukan tim untuk
menjaga kelangsungan komunikasi dengan anak jalanan/terlantar.
Pola bermain ini ternyata sangat efektif dalam
menjangkau anak jalanan/terlantar. Karena dengan bermain
bersama, komunikasi terjalin lebih hangat, dan anak merasa
kehadirannya diakui sehingga tercipta sebuah ruang komunikasi
yang lebih terbuka, akrab dan egaliter. Keakraban yang terjalin
tercermin sebagaimana antar seorang sahabat dengan lainnya
sehingga situasinya sangat cair.
Pola rekrutmen seperti ini terbangun secara berantai dan
tanpa disadari dilakukan juga oleh anak jalanan/terlantar, yaitu,
membawa teman lainnya untuk bergabung bermain bersama. Dan
tidak jarang pertandingan dilakukan antara kelompok anak
jalanan/terlantar melawan kelompok pembina.
Itulah pola rekrutmen yang Yayasan kembangkan, yaitu,
“bermain bersama” dengan menggunakan berbagai media,
seperti, bermain sepak bola, bermain game, nongkrong bareng,
58
dan lain-lain, yang kemudian mengajaknya datang ke yayasan
untuk belajar bersama.
F. Pola Pemberdayaan Ekonomi Produktif
a. Manajemen
Pelaksanaan program pengembangan usaha produktif
dikelola dengan pola central management (manajemen terpusat).
Modal barang ataupun tunai dijadikan “modal/dana abadi
kelompok” usaha pemandirian warga belajar yang dikelola secara
bergulir. Warga belajar dikelompok-kelompokkan menjadi 5
orang. Dari kelima anak tersebut ditunjuklah seorang koordinator
yang merupakan hasil kesepakatan bersama. Lalu dibuatlah
sebuah komitmen bersama atau yang disebut akad kerjasama
bahwa ia akan menjalankan usaha tersebut dengan sungguh-
sungguh, saling jujur serta tidak akan berkhianat satu sama lain.
Jika ada salah seorang yang berkhianat atau berlaku curang, maka
dengan sendirinya ia akan dikeluarkan dari kelompok usaha
produktif dan keanggotaannya dinyatakan gugur. Untuk itu
haknya terhadap usaha tersebut dialihkan kepada warga belajar
yang lain.
Dalam menjalankan usahanya, kelompok usaha tersebut
dibantu oleh suatu “tim manajemen” dari pengurus yayasan.
Koordinator kelompok bertugas mencatat segala jenis
pengeluaran serta pendapatan setiap hari yang kemudian
disetorkan kepada tim manajemen. Tim manajemen mengatur
sirkulasi keuangan dalam kelompok, sedangkan kelompok usaha
59
hanya memegang dalam bentuk barang yang setelah terjual
hasilnya diserahkan kepada tim, yang kemudian dibelanjakan
kembali bersama kordinator kelompok. Perhitungan rugi/laba
dilakukan setiap akhir pekan secara bersama-sama.
Pendekatan ini digunakan sebelum kelompok usaha belum
secara mandiri mampu mengelola usahanya. Namun apabila
warga belajar dipandang mampu mengelola usahanya secara
mandiri, maka secara bertahap akan dilakukan pendelegasian
yang pada akhirnya dikelola secara mandiri.
b. Bimbingan motivasi & Pendampingan Usaha
Bimbingan motivasi diberikan dalam bentuk dukungan
moral, sharing, bertukar pengalaman tentang liku-liku hidup
seorang wiraswastawan. Bahwa segala sesuatu penuh resiko.
Orang yang ingin maju ia harus bersusah-susah dahulu, berjuang
dan bekerja keras tanpa kenal lelah, siap jatuh bangun, dan tidak
takut gagal. Ia akan terus mencoba dan mencoba sampai ia
berhasil. Begitu juga dengan risiko orang berusaha, ia tidak boleh
takut rugi, karena dalam rumus orang berusaha hanya ada dua
pilihan, kalau tidak untung, ia rugi.
Sedangkan Pendampingan Usaha diberikan dalam bentuk
bimbingan manajemen dan pengembangan usaha. Seperti
bagaimana melakukan pencatatan, mengatur pengeluaran, serta
bagaimana agar usaha tersebut bisa lebih berkembang. Kiat-kiat
semacam itu diberikan juga dalam bentuk konsultasi serta
bimbingan teknis. Ada juga dikemas dalam bentuk pertemuan
60
sekaligus pengajian bulanan. Pada kesempatan tersebut tim
manajemen secara khusus mendatangkan orang yang ahli
dibidang pengembangan usaha sekaligus ada siraman rohaninya.
A. Mitra Kerja
Dalam menjalankan berbagai aktivitas ataupun program
yayasan Bina Anak Pertiwi selalu bersama-sama masyarakat baik
perorangan maupun kelompok serta instansi pemerintah dan
swasta. Namun untuk per-orangan, tak dapat disebutkan satu
persatu.
Kelompok Masyarakat dan swasta:
a) Pengajian Jenggala dan Arisan Kudrumaya
b) Rumah Singgah RAHMA
c) Pengajian Keluarga Sakinah
d) Rumah Singgah Sruni
e) Ainindo dan Partners
Instansi Pemerintah:
a) Dirt. PSLB Ditjen Mandasmen Kemendiknas RI
b) Dirjen PNFI Kemendiknas RI
c) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
d) Kemensos RI
e) Disnakertrans DKI Jakarta
f) BPPD Disnakertrans DKI Jakarta
g) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
h) Sudin Sosial Jakarta Selatan
61
i) RSUP. Fatmawati
Lemabaga Amil Zakat:
a) LAZIS PLN PUSDIKLAT
B. Fasilitas Dan Sarana Prasarana
Table 6
Fasilitas Dan Sarana Prasarana Yayasan Bina Anak Pertiwi
NO Fasilitas dan Sarana Prasarana Jumlah
1 Ruang Kantor 1
2 Ruang Aula 1
3 Ruang Kelas 2
4 Perpustakaan 1
5 Kamar Tidur Anak 5
6 Studio Musik 1
7 Ruang Shalat 1
8 Tempat Wudhu 1
9 Kamar Mandi 3
10 Dapur 1
11 Mobil Inventaris 1
62
BAB V
ANALISIS DATA DAN TEMUAN
Sesuai dengan temuan yang didapatkan oleh peneliti di
lapangan baik berupa wawancara, dan studi kepustakaan, bahwa
program pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Yayasan Bina
Anak Pertiwi merupakan sebuah wadah atau tempat bagi anak-
anak jalanan untuk menggali potensi dan mengasah
kreativitasnya diberbagai bidang. Program ini dilakukan
sebagai bentuk kepedulian terhadap hak-hak anak khususnya
anak jalanan yang cenderung luput dari perhatian orangtua dan
orang-orang terdekatnya sehingga mengharuskan mereka untuk
bekerja di jalanan.
Metode analisis evaluasi program yang peneliti
gunakan adalah model evaluasi CIPP yang dikembangkan
Stufflebeam dkk, di dalam evaluasi ini terdapat empat unsur yang
akan dievaluasi yaitu evaluasi konteks (context), evaluasi
masukan (input), evaluasi proses (process) dan evaluasi hasil
(product). Selain itu peneliti juga akan menggunakan indikator
dalam mengevaluasi program ini yaitu indikator ketersediaan,
indikator relevansi, indikator keterjangkauan, indikator
pemanfaatan, indikator cakupan, indikator kualitas, indikator
upaya, indikator efisiensi dan indikator dampak sebagai alat ukur
untuk menilai unsur-unsur yang masuk dalam pelaksanaan
program tersebut.
63
Evaluasi konteks program meliputi tujuan program serta
relevansinya dengan konteks program. Evaluasi konteks
program juga mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang
belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan. Evaluasi
input meliputi tiga variabel, pertama adalah variabel klien yang
terdiri dari aspek usia, wilayah tinggal, latar belakang dan
sebagainya, kedua adalah variabel staff atau pengurus yang terdiri
dari pendidikan dan pengalaman staff, ketiga adalah variabel
program yang terdiri dari layanan yang diberikan, mitra dan
kerjasama, donatur, keterjangkauan lokasi, sarana dan fasilitas.
Evaluasi proses meliputi kegiatan apa yang dilakukan, siapa yang
bertanggungjawab pada program, serta kapan program akan
selesai. Evaluasi hasil berkaitan dengan perubahan perilaku klien
serta keberlanjutan program.
A. Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks dibahas pada bab dua halaman 23,
program menyajikan data tentang alasan-alasan untuk
menetapkan tujuan-tujuan program serta prioritas tujuan.
Evaluasi ini pun menggambarkan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan program seperti
karakteristik dan perilaku peserta didik, keunggulan dan
kelemahan tenaga pelaksana, sarana, fasilitas dan sebagainya
(Sudjana 2006, 54). Indikator penilaian yang peneliti gunakan
dalam evaluasi konteks adalah indikator relevansi, dimana
indikator ini menunjukkan seberapa relevan atau tepatnya suatu
program/layanan yang ditawarkan (Rukmanto Adi 2001, 130-
64
132). Berikut ini merupakan penjelasan tentang unsur-unsur
evaluasi konteks dengan menggunakan indikator relevansi.
a. Tujuan Program
Tujuan utama berdirinya Yayasan bina anak pertiwi ini
adalah untuk mengembangkan sikap mental positif, membangun
akhlak al-karimah, menggali serta memberdayakan potensi yang
dimiliki, memberikan gambaran akan kepastian masa depan
dengan berbekal berbagai keterampilan kerja dan pengembangan
usaha mandiri, serta penempatan kerja. Objeknya adalah anak
jalanan, anak terlantar, pengemis dan yatim piatu. Mereka tidak
ditampung akan tetapi diberikan pendidikan, keterampilan dan
mengembalikan anak ke pangkuan orang tuanya. Ada sebagian
yang tidak memiliki keluarga karena yatim piatu, maka boleh
tinggal Di Yayasan Bina Anak Pertiwi. Anak-anak diajarkan
berbagai macam ilmu seperti sekolah paket kesetaraan, pelajaran
keagamaan, seni budaya, keterampilan dan berbagai bentuk usaha
mandiri. Proses perekrutan anak binaan ini dilakukan dengan
penjangkauan langsung ke lapangan, assesment dan home visit.
Saat ini ada sekitar 529 anak binaan keseluruahan, khusus untuk
anak binaan laki-laki 216 dan anak jalanan perempuan ada 313
anak, dan yang tinggal di Yayasan kadang 5 sampai 8 anak.
Mereka aktif datang dan belajar di Yayasan Bina Anak Pertiwi,
dengan jumlah anak terbesar berasal dari bantaran kali ciliwung
condet, belakang pasar minggu, bantaran kali jati padang dan
kampung gedong pasar rebo. Tujuan diadakannya program
pemberdayaan dan Pendidikan di yayasan ini adalah untuk
65
memberikan Pendidikan, keterampilan, budi pekerti dan
kesempatan menjadikan anak yang kurang beruntung tersebut
masa depannya lebih baik lagi, dan yang paling terpenting ialah
mereka tidak turun kejalanan kembali (wawancara dengan ketua
yayasan Ali Santoso).
“tujuannya paling utama kita mengembangkan mental
mereka, mengasah potensi dan mengembalikan anak
sekolah dan ke orang tuanya bagaimana anak itu tidak
lepas dari pangkuan orang tuanya kecuali yatim piatu
dan tidak mempunyai keluarga baru kita tampng disini itu
tujuan visi dan misi yayasan ini mengembalikan anak
sekolah dan ke orang tuanya bukan untuk ditampungdan
tidak kembali turun ke jalan bagaimana mereka bisa
meraih pendidikan dulu kan wajib belajar 9 tahun kalau
sekarang 12 tahun”
b. Konteks Program
Yayasan bina anak pertiwi memiliki beberapa pelayanan
program antara lain Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, &
C, Pendidikan Layanan Khusus Untuk Anak Jalanan, Pendidikan
Taman Anak Sejahtera/PAUD, Program Beasiswa dengan Sistem
Orang Tua Asuh, Pembinaan Keagamaan dan Mental Spiritual,
Pendidikan Keterampilan (Life Skill), Kelompok Usaha Bersama
(KUBE), Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat,
Konsultansi dan Pendampingan Anak Jalanan/Terlantar.
Hambatan terdapat pada anggaran untuk keterampilan dan tenaga
pengajar atau SDM yang berkurang seiring berjalannya waktu.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh pendamping dan ketua
Yayasan Bina Anak Pertiwi.
66
“kalau sampai saat ini Alhamdulillah semua terpenuhi
hanya yang belum terpenuhi SDMnya saja sedangkan
untuk sarana dan prasarana terus untuk kebutuhan
tempat tinggal mereka semua itu sudah terpenuhi hanya
SDMnya saja kita yang kurang dan kalau yang belum
tercapai sepenuhnya itu memang kita untuk minat dan
bakat mereka untuk keterampilan itu belum sepenuhnya
karena kita juga terbatas dengan anggaran.”
“kalau kebutuhan itu pendidikan sepertinya karena kan
guru-guru disini sukarela dan tidak dibayar, mereka mau
mengajar, mereka ikhlas Insyaallah anak-anak bisa cepat
paham pelajaran dan kalau disini juga kalau anak-anak
umur 4 tahun sudah bisa membaca berarti guru yang
mengajar itu secara ikhlas ridho buat mengajar anak ini
makanya anak ini cepat belajarnya. Saya juga saat awal
masuk disini kaget umur 4 tahun sudah bisa menulis saya
saja umur 4 tahun masih di rumah belum bisa apa-apa
sehingga itu motivasi saya untuk masuk yayasan ini”.
Kendala yang sedang dialami oleh Yayasan Bina Anak
Pertiwi seperti yang telah diungkapkan di atas juga relevan
dengan hasil wawancara peneliti dari salah satu pendamping anak
binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Namun jika ditinjau dari segi konteks program,
Yayasan Bina Anak Pertiwi telah memberikan program
pendidikan dan pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan
dalam kehidupan anak binaan, misalnya seperti pendidikan
paket kesetaraan, anak-anak yang awalnya belum bisa baca dan
tulis akhirnya bisa, pengembangan nilai-nilai etis, BBQ, religi,
seni dan budaya, pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,
peningkatan kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan,
pengembangan minat, bakat serta hobi dan juga apresiasi seni
67
budaya. Senada dengan yang diungkapkan oleh sekretaris
Yayasan bina anak pertiwi berikut ini.
“Program pemberdayaan banyak disini diantaranya aja
nih karate, musik, belajar baca tulis Al-Qur’an (BBQ)
selebihnya bisa dilihat di profil Lembaga. kebutuhannya
itu sudah berjalan semua hanya tinggal menjalankannya
saja. Alat-alat musik sudah ada tetapi kalau dibilang
lengkap saya kurang tau karena saya kurang mengerti
musik, setahu saya sudah ada seperti gitar dan biola.”
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti melihat bahwa
telah ada relevansi antara tujuan program di Yayasan bina anak
pertiwi dengan konteks atau isi programnya, dimana kegiatan-
kegiatan pengembangan dan pelatihan bagi anak jalanan dalam
rangka meningkatkan mutu kehidupannya, hal tersebut relevan
dengan tujuan program di Yayasan Bina Anak Pertiwi yaitu
mengembangkan sikap mental positif, membangun akhlak al-
karimah, menggali serta memberdayakan potensi yang dimiliki
warga belajar dan memberikan gambaran akan kepastian masa
depan dengan berbekal berbagai keterampilan kerja dan
pengembangan usaha mandiri, serta penempatan kerja.
68
Table 7
Analisis evaluasi konteks
Evaluasi Konteks
1. a. Tujuan
Program
Mengembaliakn sikap mental positif, mengasah
potensi serta Memberikan Pendidikan dan
pemberdayaan keterampilan dasar yang
dibutuhkan anak binaan dan berguna bagi masa
depannya serta tidak kembali turun kejalanan
b. Analisis
Tujuan
Program
Berdasarkan hasil penelitian, tujuan program
pendidikan dan pemberdayan tersebut sudah
terlaksana dengan cukup baik, karena Yayasan
bina anak pertiwi telah memberikan kegiatan-
kegiatan yang memberikan Pendidikan
kesetaraan, pembinaan spiritual, keterampilan
dasar seperti karate dan musik dsb, sesuai
dengan tujuan program.
2. a. Konteks
Program
memberikan program pendidikan dan
pengembangan wawasan, tata cara berpikir,
pengembangan nilai-nilai etis, religi, sosial dan
budaya serta pengembangan minat dan bakat
melalui berbagai macam pelatihan keterampilan
pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan
dalam kehidupan anak binaan.
b. Analisis
Konteks
Program
Konteks program tersebut sudah terlaksana
dengan baik namun masih ada kendala dalam
anggaran dan perlu peningkatan SDM
khususnya untuk tenaga pengajar dan peralatan
pendukung pada pengembangan keterampilan
dan musik.
69
B. Evaluasi Input
Sesuai dengan teori yang telah dibahas pada Bab Dua
halaman 23 bahwa dalam evaluasi input terdapat beberapa
komponen yang meliputi sumber daya manusia, sarana dan
peralatan pendukung, berbagai prosedur dan aturan yang
diperlukan. Untuk memudahkan pembahasan, peneliti
membaginya kedalam tiga variabel yaitu variabel klien, variabel
staff dan variabel program. Variabel klien meliputi karakteristik
demografi klien, seperti latar belakang keluarga, pendidikan
terakhir dsb. Variabel staff meliputi aspek demografi dari staff
seperti latar belakang pendidikan staff dan pengalaman staff.
Sedangkan variabel program meliputi aspek tertentu terkait
dengan pelayanan atau program yang diberikan. Dalam hal ini,
peneliti akan memaparkan masing-masing tiga unsur tersebut.
a. Variabel Klien
Anak binaan di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini memiliki
latar belakang yang berbeda-beda, namun pada dasarnya mereka
semua adalah anak yang turun ke jalan, terlantar maupun anak
yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Biasanya anak-
anak tersebut beraktivitas sehari-hari sebagai pengamen, tukang
kelontong, pemulung, pengemis dan sebagainya. Anak yang
bergabung di Yayasan Anak Bina Pertiwi adalah anak yang
masih ingin sekolah dan masih memiliki semangat belajar.
Yayasan ini tidak memberikan syarat ataupun kriteria khusus bagi
anak-anak tersebut, yang terpenting anak tersebut memiliki
semangat yang besar untuk belajar, dan membutuhkan. Hal ini
70
dijelaskan oleh Ketua Yayasan tentang bagaimana latar belakang
serta kriteria anak binaan tersebut.
“kalau untuk sasaran kita (1) laki-laki dan perempuan
kalau banci kita tidak menerima (2) usia anak 0 sampai
18 tahun (3) anak jalanan (4) anak terlantar (5) penjual
Koran (6) tukang kelontong dan lain-lain itu sasaran
kami yang menurut kami itu layak untuk dibantu”
Selama anak binaan bergabung di Yayasan, mereka akan
mendapatkan layanan program Pendidikan dan pemberdayaan.
Untuk Pendidikan, ada paket kesetaraan dan anak binaan
diberikan beasiswa agar bisa melanjutkan bergabung ke sekolah
formal seperti pada umumnya. Sedangkan untuk pemberdayaan,
anak binaan diajarkan berbagai keterampilan kerja, keterampilan
usaha produktif ataupun keahlian seperti bermusik, karate dll,
serta pendalaman tentang agama. Jumlah anak binaan
keseluruhan yang mengikuti kegiatan pendidikan dan nonformal
adalah 529 anak, dan yang tinggal di Yayasan 5-8 anak. Ada
beberapa wilayah tinggal para anak binaan di Yayasan Bina Anak
Pertiwi diantaranya berasal dari bantaran kali ciliwung condet,
belakang pasar minggu, bantaran kali jati padang dan kampung
gedong pasar rebo.
“kita ada 4 wilayah (1) bantaran kali Ciliwung Condet
(2) belakang pasar (3) bantaran kali Jatipadang (4)
kampung gedong pasar rebo”.
Berikut ini akan dipaparkan empat orang anak binaan
yang menjadi informan peneliti:
71
Table 8
Latar belakang anak binaan/informan
No. Nama Latar belakang Usia Kategori
1. Wahyun Nugraha Anak jalanan 13 tahun Children off
the street
2. Ramadhan Anak jalanan 14 tahun Children on
the street
3. Irfan nurfajar Anak jalanan 17 tahun Children off
the street
4. Moh agus Anak jalanan 15 tahun Children off
the street
Informan pertama bernama Wahyun Nugraha, yang biasa
dipanggil wahyun, saat ini wahyun tinggal di Yayasan mengikuti
program paket b dan focus mengikuti karate, BBQ dan music di
Yayasan bina anak pertiwi. Awalnya wahyun adalah seorang
anak jalanan yang mengamen di jalanan pasar minggu. Wahyun
mengenal Yayasan dari neneknya yang terus membujuknya untuk
masuk Yayasan dan memperoleh Pendidikan untuk mengubah
masa depannya yang lebih baik. Wahyun tidak serta merta mau
dalam bujukan neneknya karena kebiasaan dan dunia wahyun
saat itu adalah jalanan. Pada akhirnya kejenuhan hidup dijalanan
dan kesadaran untuk memperoleh Pendidikan mulai muncul
dalam dirinya dia pada 2016 masuk Yayasan sampai saat ini.
“Nenek bujukin buat sekolah lg, awalnya saya tidak mau
karena enak banyak temen-temen. Lama kelamaan jenuh
72
juga gini-gini doang yaudah saya coba ikutin nenek
masuk sini.”
Informan kedua Irfan Nurfajar, biasa dipanggil epan.
Epan ini korban dari broken home, karena keributan dan
perceraian kedua orang tuanya yang beda agama, si epan kabur-
kaburan dari rumah dan menjadi pengamen di jalanan pasar
minggu sampai blok M. Awal mula epan mengenal Yayasan dari
ayahnya yang merupakan ayah tiri dari ketua Yayasan yang
pertama menitipkan si epan agar tidak kembali turun ke jalanan.
Awalnya epan tetap turun kejalanan mengamen dan
bercengkrama dengan teman-teman jalanannya. Sekarang dia
lebih banyak mengahabiskan waktu di Yayasan mendalami ilmu
keagamaan serta mengajar music dan karate. Epan ini merupakan
anak binaan paling senior dan menjadi ketua anak binaan karena
dia mulai bergabung dengan Yayasan bina anak pertiwi sejak
2010.
“dari bapak saya dulu jadi bapak saya bapak tirinya
ketua yayasan ini dulu terus bapak saya cerai saya
ditaruh disini soalnya kan bunda Kristen bokap Islam jadi
saya bingung daripada ribut melulu yasudah saya sempat
kabur dari rumah tuh nah akhirnya daripada seperti itu
kabur-kabur tidak jelas kata bokap dititipin disini sampai
sekarang”
Informan ketiga mohammad agus, biasa dipanggil agus.
Agus sudah 4 tahun di Yayasan sejak 2015 lalu. Kekurangan
dalam keluarganya membuat agus nekat turun ke jalanan mencari
rupiah, Sampai akhirnya tetangga agus menawarkan untuk
sekolah. Karena keinginan agus untuk sekolah maka dia
73
dimasukkan dalam Yayasan bina anak pertiwi mengikuti program
paket c disana.
“Dulu karena keluarga saya serba kekurangan saya
ngamen buat jajan dll. Terus dari tetangga, katanya mau
sekolah tidak? Yaudah karena kita niatnya pengen
sekolah ya diajak kesini sampai sekarang”
Para informan diatas merupakan mantan anak jalanan
yang sekarang lebih banyak menghabiskan banyak waktu di
Yayasan Bina Anak Pertiwi mengikuti program Pendidikan dan
pemberdayaan sesuai minat dan bakatnya. Karena kesungguhan
dan ketekunan mereka mengikuti program di Yayasan banyak
prestasi yang mereka raih dalam perlombaan tingkat kabupaten
sampai nasional.
Dari hasil penelitian di atas terkait dengan input program
khususnya dalam hal ini adalah klien, peneliti melihat anak-anak
yang menjadi sasaran program di Yayasan bina anak pertiwi
sudah memenuhi kriteria dimana anak-anak tersebut berasal dari
keretakan dalam keluarga, keluarga yang kurang mampu (pra
sejahtera) yang membuat mereka terjerumus menjadi anak
jalanan, tapi memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan di
yayasan, dan memiliki semangat untuk merubah kebiasaan
kurang baik menjadi lebih baik lagi berilmu dan berakhlak.
b. Variabel Staff
Para staff atau pengurus yang menjalankan di Yayasan
Bina Anak Pertiwi tergolong para pemuda-pemudi dan memiliki
74
latar belakang pendidikan yang bermacam-macam seperti
pengabdian, relawan, masih ada yang kuliah dan sarjana strata
satu. Akan tetapi mereka dibawah bimbingan senior yang
termasuk pendiri Yayasan Bina Anak Pertiwi. Jumlah staff
pengajar saat ini ada 19 orang.
“pengurus itu jumlahnya sekitar 19 orang, terus kalau
untuk latar belakang pendidikan disini sih banyak
pengurusnya tuh yg berpendidikan. dari minimal sma sampai sarjana”
Para staff yang bertugas di Yayasan Bina Anak Pertiwi
meliputi Ketua Pengurus (Ali Santoso), Sekretaris (Diana
Lestari), Bendahara (Nadilah Zein), Kabid Pendidikan (Rizky
Rusdianti Dan Reni Fitriani), Kabid Media/Peneliti (H.M.
Husniadi Dan Rani Cahaya), Kabid Keterampilan (Akhmad
Kamaludin Dan Muhammad Gabriel. M), Kabid Pengembangan
Usaha (Nuzula Firdaus Dan Aisyah), Staf Umum (Arianto),
Kabid Keagamaan (Baihaki), Kabid Kesehatan (Nopi Purwanto),
Sakti Peksos (Deni Setiawan, Agus Malabar, M. Ardiansyah,
Zulfikar Dan Bahar).
Adapun Pendidikan dan pengalaman dari masing-masing
pengurus/fasilitator di Yayasan Bina Anak Pertiwi ini berbeda-
beda sesuai dengan bidang yang ditekuninya masing-masing.
Ketua yayasan Ali Santoso S.H merupakan mantan anak bianaan
dari awal mula berdirinya Yayasan Bina Anak Pertiwi yang
mendapat gelar sarjana strata 1 hukum dan sering menangani
pendampingan hukum anak jalanan dsb. Diana merupakan
75
sekretaris yayasan masih menjalani perkuliahan di UNINDRA.
Bendahara Nadilah zein merupakan mahasiswa UT. Kabid
Pendidikan diisi oleh Risky Rusdianti S.Hum dan Reni Fitriani
S.Hum keduanya merupakan guru private dan sarjana strata 1
ilmu humaniora. Kabid keterampilan Akhmad Kamaludin
merupakan mahasiswa politik IISIP dan pengajar karate, dan moh
Gabriel lulusan SMA. Kabid pengembangan usaha Nuzula
Firdaus S.I.Pol merupakan mantan sekwan. Kabid keagamaan
Bapak Baihaki merupakan lulusan strata 1 ilmu Al-Qur’an dan
guru di sekolah formal. Untuk para Sakti Peksos merupakan
pemuda-pemuda Kessos yang masih aktif kuliah. Akan tetapi
untuk bidang program masing-masing ada pimpinan atau
penanggung jawabnya. Senada dengan yang diungkapkan oleh
ketua Yayasan Bina Anak Pertiwi berikut ini:
“semuanya saya sebagai pimpinan untuk keseluruhannya
tetapi untuk bidang-bidangnya tergantung bagiannya
kesehatan ya bagian penanggung jawab kesehatan tetepi
untuk semua pengelolaan untuk program apa yang ada di
yayasan ini itu semua tanggung jawab pimpinan”
“Saya merupakan mantan anak bianaan dari awal mula
berdirinya Yayasan Bina Anak Pertiwi yang mendapat
gelar sarjana strata 1 hukum dan sering menangani
pendampingan hukum anak jalanan dsb. Si Diana masih
menjalani perkuliahan di UNINDRA. Bendahara Nadilah
zein merupakan mahasiswa UT. Bagian Pendidikan Risky
Rusdianti dan Reni Fitriani merupakan guru private dan
sarjana strata 1 ilmu humaniora. Kabid keterampilan
Akhmad Kamaludin merupakan mahasiswa politik IISIP
dan pengajar karate, dan moh Gabriel itu lulusan SMA.
Kabid pengembangan usaha Nuzula merupakan mantan
sekwan s1 politik. Kabid keagamaan Bapak Baihaki
merupakan lulusan strata 1 ilmu Al-Qur’an dan guru di
76
sekolah formal. Untuk para Sakti Peksos merupakan
pemuda-pemuda yang masih aktif kuliah.”
Dengan demikian apabila variabel staff ini dikaitkan
dengan indikator relevansi, maka peneliti melihat bahwa
pemilihan pengurus maupun penanggungjawab suatu program di
Yayasan Bina Anak Pertiwi ini masih tergolong para pemuda-
pemudi yang perlu adanya peningkatan pengalaman dan
kapabilitasnya di bidang ilmu sosial, sehingga program bisa
dikelola dan berkembang dengan baik. Ditinjau dari segi
kuantitas, pengurus dan pengajar tetap di Yayasan anak bina
pertiwi masih kurang, sehingga terkadang menyebabkan satu
pengurus harus menangani lebih dari satu tugas.
c. Variabel Program
Pada variabel program, peneliti memfokuskan ke dalam
aspek layanan program yang diberikan, donatur atau jaringan
kemitraan, keterjangkauan lokasi belajar, dan sarana fasilitas
yang tersedia. Pada aspek layanan dan tujuan program peneliti
akan mengulas tentang program yang diberikan kepada anak
binaan. Pada aspek donatur atau jaringan kemitraan, menjelaskan
siapa saja yang terlibat dalam pembiayaan program tersebut. Pada
aspek keterjangkauan lokasi belajar, menjelaskan apakah lokasi
belajar mudah dijangkau oleh seluruh anak binaan atau belum.
Pada aspek sarana fasilitas, peneliti akan mengevaluasi sarana
77
yang sudah tersedia atau yang belum tersedia di Yayasan Bina
Anak Pertiwi.
Layanan yang diberikan Yayasan Bina Anak pertiwi bagi
anak binaan meliputi Pendidikan Kesetaraan Kejar Paket A, B, &
C, Pendidikan Layanan Khusus Untuk Anak Jalanan, Pendidikan
Taman Anak Sejahtera/PAUD, Program Beasiswa dengan Sistem
Orang Tua Asuh, Pmbinaan Keagamaan dan Mental Spiritual,
Pendidikan Keterampilan (Life Skill), Kelompok Usaha Bersama
(KUBE), Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat,
Konsultansi dan Pendampingan Anak Jalanan/Terlantar.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang peneliti
telaah dalam program Yayasan diatas dan kehidupan mereka.
Kelebihannya peneliti melihat gaya hidup anak jalanan di
yayasan cukup teratur baik dari segi pakaian yang bersih, sikap
yang baik, sopan santun, berilmu dan kemandirian mereka.
Semua itu adalah hasil pembinaan dari yayasan yang awalnya
mereka hidup bebas semaunya sekarang menjadi lebih baik dan
berakhlak. Kekurangannya tidak semua program berjalan
dikarenakan anggaran, SDM atau tenaga pengajar yang
berkurang, wajar karena yayasan tidak membayar pengajar
disana. Pengajar/ pembina berasal dari keikhlasan dan relawan
yang ingin membantu dan membagi ilmunya dengan ikhlas
kepada anak binaan. Akan tetapi karena bentuk keikhlasan
Pembina ataupun relawan yang mengajar disana anak-anak cepat
memahami dan berkembang. Seperti yang dinyatakan oleh
pendamping/ staf umum Yayasan bina anak pertiwi:
78
“kalau kebutuhan itu pendidikan sepertinya karena kan
guru-guru disini sukarela dan tidak dibayar, mereka mau
mengajar, mereka ikhlas Insyaallah anak-anak bisa cepat
paham pelajaran dan kalau disini juga kalau anak-anak
umur 4 tahun sudah bisa membaca berarti guru yang
mengajar itu secara ikhlas ridho buat mengajar anak ini
makanya anak ini cepat belajarnya. Saya juga saat awal
masuk disini kaget umur 4 tahun sudah bisa menulis saya
saja umur 4 tahun masih di rumah belum bisa apa-apa
sehingga itu motivasi saya untuk masuk yayasan ini”.
Adapun dari aspek donatur dan jaringan kemitraan,
Yayasan Bina Anak Pertiwi tidak memiliki donatur yang tetap,
namun tiap tahunnya selalu ada donatur yang membantu
pendanaan program baik itu dari perorangan maupun instansi.
Untuk jaringan kemitraan seperti yang telah dijelaskan pada bab
4, yayasan menjalin kerjasama dengan beberapa organisasi
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kerjasama tersebut
tidak hanya berupa bantuan dana atau logistik, tetapi juga dari
segi tenaga pengajar atau relawan yang turut membantu proses
belajar mengajar di yayasan. keyakinan dan niat yang baik
menjadi modal utama yayasan terus berjalan sehingga selalu ada
bantuan-bantuan tak terduga datang. Sesuai dengan penuturan
ketua yayasan berikut ini
“kalau kita sebenarnya ini rahasia lembaga, tergantung
kitanya dari hati dan nurani dari keyakinan kita juga
bagaimana kita juga niatnya dulu untuk menjalankan
lembaga Allah maha melihat kedekatan kita dengan
perusahaan atau dengan donatur tetap itu yang mereka
liat itu sudah ada teknisnya ada strateginya tersendiri
jadi bagaimana perusahaan itu nyaman dengan kita ingin
79
membantu terus ingin memberikan yang lebih besar jadi
memang ada”
Terdapat banyak artis-artis ibu kota pernah mengadakan
acara dan memberi santunan kepada anak binaan di Yayasan bina
anak pertiwi. Seperti penuturan ketua Yayasan berikut ini
“Dari dulu-dulu dek banyak artis ngadain acara ngasi
santunan pada anak-anak disini seperti dude herlino,
agnes monica, aura kasih bulan puasa kemaren kesini,
nunung ovj baru kemaren nih ngasih tv dan masih banyak
artis ftv saya lupa nama-namanya pokoknya ada aja
bantuan tak terduga datang”
Aspek selanjutnya adalah keterjangkauan lokasi, Yayasan
bina anak pertiwi dari hasil pengamatan penulis bahwa terdapat
banyak tempat umum di Jati Padang dan daerah sekitarnya yang
menjadi tempat perkumpulan anak jalanan, seperti: perempatan
jalan dan pasar. Persimpangan jalan yang sering terdapat anak
jalanan adalah pertigaan jalan, antara Jalan Raya Ragunan dan
Jalan Warung Jati Barat. Perempatan jalan antara Jalan Warung
Jati Barat, Jalan Pejaten Barat, dan Jalan Pejaten Raya yang biasa
disebut “Repul”, merupakan tempat mengamen dan nongkrong
anak jalanan. Tidak jauh dari Repul, terdapat sebuah jembatan di
mana di kolong jembatan tersebut dimanfaatkan oleh banyak
anak jalanan untuk tempat tinggal. Tempat umum lain di sekitar
daerah Jati Padang yang menjadi kantung jalanan adalah Pasar
Minggu. Banyak anak jalanan yang tinggal dan bekerja di pasar
tersebut.
80
Yayasan Bina Anak Pertiwi, berada di Jalan Bacang No.
46, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta
Selatan. Pemilihan tempat ini didasarkan oleh dua pertimbangan;
pertama, Pasar Minggu merupakan kantung anak jalanan yang
merupakan lokasi pengedaran narkoba terbesar setelah Tanah
Abang. Kedua, yaitu lokasi rumah singgah sangat strategis,
sehingga mudah dijangkau oleh anak jalanan. Pemilihan lokasi
ini diharapkan dapat merangkul banyak anak jalanan.
Selain keterjangkauan lokasi, di dalam variabel program
juga disebutkan sarana dan fasilitas pendukung. Telah disebutkan
sebelumnya pada bab dua bahwa sarana dan fasilitas program
harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Yayasan Bina Ank Pertiwi
memiliki beberapa fasilitas pendukung diantaranya yaitu aula,
ruang kantor, ruang kelas, studio musik, perpustakaan, kamar
tidur anak, ruang shalat, tempat wudhu dan kamar mandi. Jika
dikaitkan dengan Indikator Ketersediaan, Yayasan Bina Anak
Pertiwi sudah cukup memiliki sarana dan fasilitas pendukung,
namun perlu adanya peningkatan dan perbaikan terhadap sarana
dan fasilitas pendukung tersebut. Seperti penuturan ketua yayasan
berikut
“kalau fasilitas sarana dan prasarana kami Alhamdulillah
sudah cukup hanya SDMnya saja karena belum ada yang
kembali ke hati.”
81
Table 9
Analisis evalusi input
Evaluasi Input
1. a. Aspek Usia Usia anak binaan yang mengikuti program
pendidikan dan pemberdayaan di Yayasan bina
anak pertiwi adalah dari 4 tahun s/d 18 tahun.
b. Analisis Aspek
Usia Berdasarkan hasil penelitian lapangan, usia anak Binaan yang mengikuti program di Yayasan
adalah 4 tahun s/d 18 tahun sesuai dengan sumber
tertulis yang di dapat oleh peneliti.
2. a. Latar Belakang Anak binaan berasal dari broken home, keluarga
yang kurang mampu (pra sejahtera), dimana
membuat anak terjerumus ke dunia jalanan
b. Analisis Latar
Belakang
Latar belakang anak-anak yang menjadi sasaran program di Yayasan bina anak pertiwi sudah
memenuhi kriteria dimana anak-anak tersebut berasal dari keretakan dan keluarga yang kurang
mampu, tapi bangkit memiliki keinginan untuk
mengikuti kegiatan di yayasan, dan memiliki
semangat untuk menjadi lebih baik, sudah sesuai
dengan visi dan misi yayasan.
3. a. Wilayah Tinggal berasal dari bantaran kali ciliwung condet,
belakang pasar minggu, bantaran kali jati padang
dan kampung gedong pasar rebo
b. Analisis Wilayah
Tinggal
Wilayah tinggal anak binaan Yayasan bina anak
pertiwi sudah menjangkau daerah sekitar Kota
Jakarta selatan
82
4. a. Kategori Anak
Jalanan
Children on and off the street
b. Analisis
Kategori
Anak Jalanan
Anak binaan yang menjadi informan adalah anak
yang dulunya sering berpartisipasi di jalan namun
masih ingin merubah hidupnya lebih baik dan
memiliki ilmu dan akhlak yang lebih baik. sesuai
sasaran program pemberdayaan Yayasan bina
anak pertiwi
5. a. Pendidikan Staff Latar belakang pendidikan pengurus dan pengajar
program di Yayasan bina anak pertiwi berbeda-
beda dari minimal lulusan SMA sampai S1.
b. Analisis
Pendidikan
Staff
Tidak ada kriteria pendidikan tertentu untuk
menjadi pengurus Yayasan bina anak pertiwi
7. a. Pengalaman staff Mayoritas pengurus atau pengajar di Yayasan
Bina anak pertiwi masih pemuda pemudi yang
terus mengasah pengalaman dalam ilmu social
dan berorganisasi
b. Analisis
Pengalaman
Staff
Untuk program pendidikan dan pemberdayaan
anak jalanan di Yayasan masih kurang akan tetapi
program yang dijalankan cukup berjalan dengan
baik
8. a. Layanan yang
diberikan
Ada Pendidikan kesetaraan, Pendidikan Layanan
Khusus Untuk Anak Jalanan, Pendidikan Taman
Anak Sejahtera/PAUD, Program Beasiswa dengan
Sistem Orang Tua Asuh, Pembinaan Keagamaan
dan Mental Spiritual, Pendidikan Keterampilan
(Life Skill), Kelompok Usaha Bersama (KUBE),
Pelayanan Kesehatan dan Kesejahteraan
Masyarakat, Konsultansi dan Pendampingan Anak
Jalanan/Terlantar.
83
b. Analisis
Layanan
yang diberikan
Pada program layanan yang diberikan sudah
dilaksanakan dengan baik namun masih perlu
ditingkatkan dalam hal tenaga pengajar serta
peralatan pendukung program.
9. a. Donatur dan
Kemitraan Yayasan memiliki donator dari pemerintahan,
swasta maupun masyarakat akan tetapi tidak
disebutkan secara spesifik donator tersebut.
b. Analisis donatur
dan
kemitraan
Yayasan bina anak pertiwi belum bisa memenuhi
pendanaan secara maksimal karena belum
memiliki donatur tetap. Yayasan hanya menunggu
bantuan dari pihak-pihak yang secara sukarela
ingin membantu, namun mereka telah menjalin
banyak kerjasama dengan berbagai organisasi
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.
10. a. Lokasi Belajar Yayasan Bina Anak Pertiwi, berada di Jalan Bacang
No. 46, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar
Minggu, Jakarta Selatan.
b. Analisis
Keterjangkauan
Lokasi
Belajar
Lokasi sudah strategis karena berada di daerah
yang mudah dijangkau oleh klien, serta tempat banyak
perkumpulan anak jalanan di sekitar yayasan
11. a. Sarana dan
Fasilitas
Pendukung
Sarana dan fasilitas cukup lengkap tinggal
menjaga merawat Yayasan
b. Anabalisi sarana
dan fasilitas
pendukung
Sarana pendukung untuk setiap kegiatan masih
ada yang kurang dari alat music, buku-buku dll.
84
C. Evaluasi Proses
Merujuk pada pemahaman tentang evaluasi proses dalam
model evaluasi CIPP seperti yang telah dijelaskan dalam bab dua
halaman 24, peneliti akan memfokuskan pada kegiatan apa yang
dilakukan dalam program, siapa yang bertanggungjawab atas
program, dan kapan kegiatan akan selesai.
Program pemberdayaan anak jalanan yang dilakukan di
Rumah Belajar Yayasan Bina Anak Pertiwi menfokuskan pada
kemampuan individu, khususnya anak-anak yang berasal dari
keluarga kurang mampu yang rentan turun ke jalan,
maupun yang sudah berada di jalanan, sehingga mereka tidak
turun kembali ke jalanan. Yayasan Bina Anak Pertiwi secara
langsung memberikan fasilitas bagi anakjalanan baik berupa
fasilitas fisik maupun mental. Secara fisik, anak jalanan
mendapatkan sandang, pangan dan papan yang sudah disediakan
di yayasan. Secara mental, pengurus/fasilitator yang juga
merangkap sebagai guru bertugas membimbing anak jalanan
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara memberikan
pendidikan formal, pendidikan agama serta memberikan
program-program pelatihan keterampilan yang bersifat non-
formal
Pendidikan formal yang diberikan Yayasan bina anak
pertiwi adalah dengan mengusahakan beasiswa bagi anak-anak
jalanan yang mengikuti paket kesetaraan ingin melanjutkan
belajar di sekolah umum, namun di samping itu yayasan juga
mengajarkan ilmu dasar seperti membaca, menulis dan berhitung
85
yang biasa dilakukan setelah anak-anak pulang sekolah.
Kemudian yayasan juga mengajarkan pendidikan agama kepada
anak-anak binaannya, contohnya setiap hari sabtu minggu anak-
anak diajarkan mengaji. Sedangkan untuk Pendidikan nonformal,
yayasan juga mengajarkan keterampilan-keterampilan yang
nantinya akan mendukung bagi masa depan anak-anak binaan.
Dalam hal proses perekrutan anak jalanan di Yayasan bina
anak pertiwi, dilakukan melalui beberapa cara seperti
perekrutan langsung di jalanan, assessment, home visit,
rekomendasi dari lembaga lain, serta menerima langsung dari
orangtua anak yang menitipkan.
Adapun untuk proses perekrutan langsung dari jalanan
dilakukan oleh pengurus dengan cara turun langsung ke jalan
untuk melakukan pendekatan kepada anak-anak yang hidup di
jalanan. Agar lebih mudah dalam mengenali dan melakukan
pendekatan terhadap anak-anak yang direkrut langsung di
jalanan, pengurus yayasan juga melakukan pendataan dengan
cara home visit penggalian informasi tentang latar belakang
keluarga anak tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh ketua
yayasan berikut ini.
“kita ada 3 konsep (1) authorizing: kita meninjau
langsung ke lapangan itu kita pada tahun 2010 program
pertama kementrian itu ada namanya dana untuk
program kesejahteran anak dalam bentuk tabungan anak
kita otorising tuh kita penjangkauan (2) assessment: kita
data, mereka pun tidak memberikan data semudah itu
meraka lebih intelektual “ah. saya gak mau didata nanti
data saya dijual”. Benar mereka karena mereka
86
kebanyakan dijanjikan gitu (3) home visit : tujuannya
bagaimana kita bisa meyakinkan mereka (a) rumah
mereka dimana? mereka juga minta foto bareng minta
identitas kita, kita kasih sehingga dia sudah percaya
dengan kita nah kita melakukan home visit tempat tinggal
mereka, nama asli mereka. Saat mereka percaya dengan
kita, kita melakukan home visit kita kunjungi rumahnya
disana kita memberikan pelayanan kepada mereka
selayaknya mereka adalah raja, kami pelayan mereka”
Selain itu ada juga anak binaan yang diantar langsung
oleh orangtuanya untuk belajar di Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Pada dasarnya setiap orangtua pasti menginginkan anaknya
agar bisa sekolah, namun karena masalah ekonomi mereka
tidak bisa menyekolahkan anaknya. Kemudian mereka
mengetahui adanya Yayasan Bina Anak Pertiwi yang
memberikan bantuan pendidikan baik formal maupun nonformal
secara gratis, oleh karena itu mereka mengantarkan anaknya
untuk bergabung di Yayasan dengan harapan agar anaknya
dapat merasakan pendidikan formal maupun nonformal dan
tidak lagi melakukan aktivitas di jalanan.
Sebelum anak-anak tersebut menjadi bagian dari keluarga
yayasan, mereka terlebih dulu harus mengikuti psikohealing.
Dalam kegiatan ini, anak-anak jalanan bisa berbagi cerita
(sharing) dengan relawan yang berprofesi sebagai peksos, agar
dapat diketahui sampai digrade mana mereka ini berada. Bila
masing-masing sudah diketahui tingkatannya, maka pola
pengasuhan akan lebih mudah.
Pada proses pengelolaan program, yayasan bina anak
pertiwi ini memberikan program pendidikan baik formal maupun
87
nonformal. Program pendidikan yang diberikan langsung di
yayasan adalah pelajaran dasar seperti membaca, dan menulis.
Pelajaran yang diajarkan juga seperti sekolah pada umumnya
yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Inggris dll.
Sedangkan untuk pendidikan nonformal dilakukan dengan
memberikan beragam kegiatan pelatihan berupa pengembangan
keterampilan kepada anak binaan. Kegiatan ini berfokus pada
keterampilan untuk mengembangkan kemandirian anak binaan.
Dengan demikian, anak binaan dapat menerapkannya secara
nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kegiatan
pengembangan keterampilan yang ada di yayasan hingga
sekarang ini adalah bela diri, seni music, seni lukis dan kerajinan
tangan.
Strategi dalam pembinaan atau mengajarkan pada anak
binaan perlu kesabaran dan perlakuan khusus yang diterapkan
oleh pengajar. Mengingat anak jalanan adalah anak-anak yang
hidup dengan kebebasan serta jiwa yang liar dan susah diatur.
Seperti penuturan staf umum di yayasan bina anak pertiwi
sebagai berikut
“buat ngedidik ngebina anak jalanan itu ya susah-susah
gampang karena mereka juga latar belakang dari jalanan
yang susah diatur dan juga mau sesuai keinginan sendiri
setelah masuk kesini kita mengerti dulu mereka maunya
apa setelah mereka mentok maunya apa baru kita bisa
memberi motivasi dan mereka ingin berubah terus minta
ajarin ke kita seperti mereka belum bisa menulis,
88
membaca yang penting mereka tidak malu buat berbicara
kalau mereka tetap diam sampai kapanpun akan seperti
itu saja tidak berubah, makanya kalau kita ngebina anak
jalanan ya harus sabar”
Seluruh program-program yang diberikan di rumah
belajar Yayasan bina anak pertiwi kepada anak-anak binaannya
bisa dikatakan berhasil atau selesai ketika anak binaan (klien)
sudah bisa menerapkan semua yang diperoleh dari hasil
pembelajaran dan pengalaman yang didapat selama berada di
yayasan. setelah selesai mengikuti program misalnya paket
kesetaraan atau merasa dirinya siap terjun ke masyarakat,
Kebanyakan anak binaan dengan sendirinya pamit akan keluar
dari yayasan untuk belajar hidup mandiri dan melanjutkan
bekerja sebagaimana mestinya. Anak-anak binaan diharapkan
bisa menerapkan semua ilmu dan pengetahuan yang didapat
untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas.
89
Table 10
Analisis evaluasi proses
Evaluasi Proses
1. a. Proses
Perekrutan
Anak binaan
Yayasan bina anak pertiwi memiliki beberapa
cara diantaranya adalah perekrutan secara
langsung di jalanan, assesmen, home visit,
rujukan dari lembaga lain, dan penerimaan
langsung dari orangtua anak.
b. Analisis Proses
Perekrutan Anak
binaan
Berdasarkan hasil penelitian, proses perekrutan
tersebut sudah dilaksanakan dengan cukup baik,
terbukti dengan banyaknya anak yang
bergabung dengan Yayasan bina anak pertiwi.
a. Strategi
Pengelolaan
Program
Pengelolaan masing-masing program di
Yayasan Bina anak pertiwi dipertanggung-
jawabkan oleh seorang pimpinan koordinator
yang akan mengawasi dan melaporkan
perkembangan anak binaan melalui program
tersebut.
b. Analisis
Strategi
Pengelolaan
Program
Strategi pengelolaan program suda dilaksanakan
dengan baik karena setiap program yang ada
diserahkan kepada seorang coordinator
meskipun masih tergolong muda namun
program berjalan.
a. Jadwal
Pelaksanaan
Program
Kegiatan program di yayasan bina anak pertiwi
setiap hari selalu ada kegiatan sesuai table 8
diatas
90
b. Analisis Jadwal
Pelaksanaan
Program
Jadwal pelaksanaan program terlalu sedikit yang
dijalankan dalam satu hari masih banyak waktu
senggang.
a. Strategi
pengajaran
program
Pada program pendidikan nonformal, anak-anak
bebas memilih pelatihan keterampilan sesuai
dengan minat dan potensi yang mereka miliki.
b. Analisis
strategi
pengajaran
program
Strategi pengajaran program pendidikan non
formal sudah dilakukan dengan tepat karena
anak bebas memilih bidang yang mereka sukai,
selain itu pengajaran dilakukan secara fleksibel
.
a.
Penanggungjawab
Program
Penanggung jawab program keseluruhan
dipegang oleh ketua yayasan Ali Santoso, yang
merupakan mantan anak binaan sejak awal
berdirinya yayasan serta aktiv dalam
pendampingan anak binaan
b. Analisis
Penanggungjawab
Program
Penanggungjawab program sudah tepat karena
diberikan kepada seseorang yang memiliki
pengalaman dibidangnya sehingga bisa
mengurus program dan yayasan dengan baik.
a. Kapan program
selesai
Yayasan bina anak pertiwi tidak dapat
memastikan kapan program ini akan selesai,
pihak yayasan menyerahkan selesainya
program ini kepada pihak donatur yang
membiayai keberlangsungan program.
91
b. Analisis kapan
program selesai
Waktu selesainya program pendidikan non
formal ini belum bisa dipastikan, oleh karena itu
program tersebut akan terus berjalan selama ada
donatur yang membantu keberlangsungan
pendanaan program.
D. Evaluasi Produk (Hasil)
Evaluasi hasil yang telah dijelaskan pada Bab II halaman
25, adalah suatu cara untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
program yang telah dilakukan. Pada tahap ini peneliti akan
memberikan rekomendasi apakah program pemberdayaan
Yayasan Bina Anak Pertiwi dapat dilanjutkan,
dikembangkan/dimodifikasi atau dihentikan. Dalam evaluasi hasil
ini, peneliti menggunakan tolak ukur dari perubahan perilaku
anak binaan/klien serta dampak positif apa yang didapatkan
setelah bergabung di Yayasan Bina Anak Pertiwi dan bagaimana
keberlanjutan program pemberdayaan tersebut di masa
mendatang.
1. Perubahan Perilaku Anak Binaan (Klien)
Program pendidikan dan pemberdayaan yang ada di
Yayasan bina anak pertiwi ini bertujuan untuk memberikan
pengembangan keilmuan, akhlak yang baik dan keterampilan
kepada anak binaannya dalam rangka meningkatkan mutu
kehidupan dimasa depan.
92
Adapun dampak dari perubahan anak jalanan itu sendiri
terlihat ketika setelah mereka bergabung menjadi bagian dari
Yayasan bina anak pertiwi, mereka sudah mulai mengurangi
aktivitasnya di jalanan, bahkan beberapa dari mereka telah
berhenti turun ke jalan dan menghabiskan waktunya untuk
mengikuti kegiatan belajar, bermain ataupun mengikuti
program-program keterampilan yang mereka sukai yang ada di
Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Secara lebih jelasnya, perubahan perilaku atau dampak
jangka panjang yang didapatkan anak-anak jalanan setelah
adanya kehadiran Yayasan Bina Anak Pertiwi adalah sebagai
berikut.
a. Aspek Sosial
1) Meningkatnya Kepercayaan Diri dan Kesadaran Diri
Di Yayasan Bina Anak Pertiwi, anak binaan diberikan
bekal pendidikan formal maupun nonformal yang bertujuan agar
anak binaan bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat baik untuk
dirinya sendiri, untuk anak binaan maupun untuk masyarakat.
Dengan demikian, mereka bisa mendapatkan kepercayaan diri
bahwa mereka mampu melakukan atau membuat sesuatu yang
bisa dibanggakannya. Selain itu, mereka juga mendapatkan
kesadaran diri (self awareness) dimana mereka memahami bahwa
seharusnya kewajiban utama seorang anak adalah belajar dan
bermain sebagaimana anak-anak pada umumnya dan bukan
menghabiskan waktunya untuk beraktivitas di jalanan.
93
2) Tumbuhnya Rasa Aman
Pada dasarnya sejak kecil anak-anak jalanan sudah
sering beraktifitas di jalanan dan mereka sudah terbiasa
berhadapan dengan lingkungan kota yang keras bahkan sangat
tidak bersahabat. Dengan adanya tempat untuk bersinggah,
bermain dan belajar seperti di Yayasan bina anak pertiwi ini,
anak-anak tersebut dapat merasa aman dan nyaman karena di
yayasan mereka dilindungi dan diberikan kasih sayang yang tidak
mereka dapatkan saat mereka di jalanan.
3) Meningkatnya Taraf Pendidikan
Agar dapat membentuk anak binaan yang cerdas dan
berakhlak mulia, Yayasan Bina Anak Pertiwi memberi
pengetahuan umum untuk mengisi wawasan serta pengetahuan
agama untuk bekal spiritual bagi anak binaan. Semua
pembelajaran di sini difokuskan agar anak binaan menjadi cerdas
dan memiliki pengetahuan yang luas. Untuk itu, yayasan ini
menyediakan berbagai pendidikan dengan beragam pelajaran
yang dibutuhkan dan penting untuk dipelajari anak binaan.
Cerdas menurut Yayasan Bina Anak Pertiwi bukan hanya sebatas
dalam hal intelegensi saja, melainkan anak binaan juga diajarkan
untuk cerdas dalam mengatur waktunya sendiri, cerdas dalam
menempatkan diri dalam sebuah situasi dan kondisi, serta cerdas
dalam mengatur emosi.
94
4) Meningkatnya Taraf Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting bagi semua orang. Untuk itu demi mewujudkan anak
bangsa yang cerdas dan berkepribadian mulia, perlu ditunjang
dengan kesehatan yang baik pula untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Di yayasan bina anak pertiwi, kesehatan anak binaan
sangat diperhatikan. Misalnya pola makan anak binaan harus
dijaga, kebersihan lingkungan rumah belajar dan lingkungan
sekitar harus dijaga, dan membersihkan diri harus tepat pada
waktunya serta program klinik kesehatan pada hari selasa jam
09.00-12.00. Dengan begitu anak binaan tetap sehat dan jarang
terserang penyakit. Apabila ada anak binaan yang sakit namun
belum parah, maka akan dirawat dan diobati oleh kakak
pengurus, tetapi jika penyakitnya sudah parah maka akan segera
dibawa ke klinik atau puskemas terdekat.
b. Aspek Ekonomi
1) Kemandirian
Kemandirian adalah salah satu sikap yang penting
untuk ditanamkan dalam diri anak binaan agar mereka dapat
mengatasi setiap masalah atau hambatan yang terjadi tanpa harus
mengandalkan orang lain. Hal ini telah disiapkan oleh Yayasan
bina anak pertiwi agar anak binaan dapat siap menghadapi dan
menjalani masa depan meskipun banyak kendala atau hambatan
yang mungkin akan terjadi. Dengan bekal kemandirian yang
diajarkan di yayasan, anak binaan diharapkan mampu untuk
mengatasi semua kendala dan hambatan tersebut.
95
Untuk membentuk kemandirian anak binaan, yayasan
membiasakan anak-anak agar mereka melakukan segalanya
sendiri, mempersiapkan diri sendiri dan membiasakan untuk tidak
mengeluh dan cengeng. Misalnya bagi yang tinggal di yayasan
ketika memulai hari, anak binaan harus memasak sendiri,
mencuci piringnya, melakukan tugasnya, merapikan barang-
barang setelah selesai digunakan, menyiapkan peralatan belajar,
mengatur kebutuhan pribadinya sendiri dan sebagainya.
2) Terampil
Keterampilan dasar adalah keterampilan tahap permulaan
yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan (Aliminsyah dan Patji 2004, 194).
Keterampilan
merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
kemampuan yang memungkinkan seseorang belajar dan dapat
hidup mandiri dalam menjalani kehidupannya.
Di Yayasan Bina Anak Pertiwi, anak-anak diberikan
berbagai macam program pendidikan nonformal untuk
meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan bidang yang
diminatinya masing-masing. Mereka diajarkan untuk terampil
dan menguasai suatu keahlian seperti contohnya bela diri,
kesenian musik ataupun kerajinan. Bagi anak binaan yang sudah
terampil dan menguasai suatu bidang, maka anak binaan tersebut
akan dengan sendirinya mengaplikasikannya dikehidupan sehari-
hari.
96
3) Kreatif
Tidak hanya diajarkan untuk bersikap terampil, anak
binaan diyayasan bina anak pertiwi ini juga diajarkan untuk
berpikir kreatif. Anak binaan dapat menuangkan dan
mengembangkan segala ide-ide baru yang mereka miliki secara
bebas namun tetap dalam Batasan tertentu. Dalam
mengembangkan kreativitas anak binaan, Yayasan
menyediakan media atau sarana untuk menyalurkan minat
dan bakat anak binaan, sehingga diharapkan semua anak binaan
baik yang masih anak-anak ataupun remaja dapat menjadi lebih
kreatif. Kreativitas ini dapat disalurkan melalui kegiatan
menggambar, menyablon, bermusik, karate, kerajinan dan lain-
lain.
2. Keberlanjutan Program
Program pendidikan dan pemberdayaan yang ada di
Yayasan Bina Anak Pertiwi ini sudah memiliki evaluasi yang
dilakukan secara berkala setelah mengadakan pembelajaran
dengan anak-anak binaan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil
laporan perkembangan anak binaan setiap harinya yang dibuat
oleh masing-masing kakak pengajar/pengurus serta laporan
tentang kebutuhan apa saja yang masih kurang terkait dengan
proses pembelajaran.
Yayasan bina anak pertiwi juga melakukan evaluasi
khusus untuk para pengurus, pengajar serta relawan guna
mengembangkan kapasitas dan kinerjanya masing-masing.
97
Selain melakukan evaluasi, Yayasan bina anak pertiwi
juga mengadakan monitoring terhadap perkembangan anak-anak
binaan setelah keluar atau lulus dari yayasan. Monitoring ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana anak binaan
mengaplikasikan ilmu serta keterampilan yang didapat selama
bergabung menjadi bagian dari yayasan, hal ini pula yang
menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya rencana dan tujuan
program. Kebanyakan dari anak binaan yang telah keluar dari
Yayasan bina anak pertiwi sudah mengurangi bahkan berhenti
melakukan aktivitasnya di jalanan.
table 11
Analisis Evaluasi Hasil
Evaluasi Hasil
1. a. Perubahan
perilaku
klien
Dari segi sosial: meningkatnya kepercayaan
diri (self confidence) serta kesadaran diri (self
awareness), tumbuhnya rasa aman,
meningkatnya taraf pendidikan dan kesehatan.
Dari segi ekonomi: menumbuhkan
kemandirian, terampil dan kreativitas anak
binaan.
98
b. Analisis
perubahan
perilaku klien
Perubahan perilaku anak binaan sudah baik
dan signifikan karena sebelum bergabung
dengan yayasan bina anak pertiwi mereka lebih
sering menghabiskan waktunya di jalanan,
namun setelah menjadi bagian dari anak binaan
mereka sudah berhenti beraktifitas di jalanan
dan memilih belajar dan bermain sebagaimana
anak pada umumnya.
2. a. Keberlanjutan
program
Program pendidikan formal dan nonformal ini
tidak memiliki batas waktu tertentu kapan
program ini akan berakhir, program akan terus
berlanjut ketika donatur terus ada dan
memberikan bantuannya kepada Yayasan Bina
Anak Pertiwi
b. Analisis
keberlanjutan
program
Keberlanjutan program pendidikan dan
pemberdayaan belum bisa dikatakan baik
karena pihak yayasan tidak bisa memastikan
keberlanjutan programnya dan menyerahkan
hal itu kepada donatur.
99
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjelasan yang telah peneliti uraikan,
maka dapat diambil kesimpulan mengenai hasil penelitian pada
program pemberdayaan anak jalanan melalui Yayasan Bina Anak
Pertiwi adalah sebagai berikut.
1. Pada evaluasi konteks yang meliputi aspek tujuan
program dan konteks program dimana tujuan program
pemberdayaan di Yayasan bina anak pertiwi ini adalah
untuk memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar
yang dibutuhkan anak binaan dan berguna bagi masa
depannya, hal tersebut sudah relevan dengan konteks
program pemberdayaan yang berisi program pendidikan,
pengembangan wawasan dan tata cara berpikir,
pengembangan nilai-nilai etis, religi, sosial dan budaya
serta pengembangan minat dan bakat melalui berbagai
macam pelatihan keterampilan. Kedua aspek tujuan dan
konteks tersebut juga selaras dengan tujuan utama
didirikannya Yayasan Bina Anak Pertiwi yaitu
mengembangkan sikap mental positif, membangun akhlak
al-karimah, menggali serta memberdayakan potensi yang
dimiliki warga belajar dan memberikan gambaran akan
kepastian masa depan dengan berbekal berbagai
100
keterampilan kerja dan pengembangan usaha mandiri,
serta penempatan kerja.
2. Pada evaluasi input yang meliputi variabel klien, staff dan
program sudah cukup baik dan sesuai, namun masih ada
beberapa kekurangan atau kendala yang dihadapi. Pada
variabel klien, klien/anak binaan sudah sesuai dengan
sasaran penerima program yakni anak-anak jalanan atau
anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang
mampu, klien berusia antara 4 hingga 18 tahun. Saat ini
anak binaan berjumlah 529 anak. Pada variabel staff,
pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh para
pengurus masih kurang dalam segi ilmu social serta
pengurus yang tergolong masih muda. Dari segi tenaga
pengajar Yayasan Bina Anak Pertiwi saat ini hanya
mengandalkan tenaga relawan dan beberapa binaan senior
sebagai pengajar atau pelatih. Pada variabel program
aspek yang telah terpenuhi pada program adalah
pelayanan yang diberikan, kemitraan, dan keterjangkauan
lokasi. Sedangkan aspek yang belum tercukupi adalah
donator tetap, serta pendanaan. Yayasan Bina Anak
Pertiwi belum memiliki donatur yang tetap sehingga
pendanaan program tidak menentu/tidak dapat dipastikan
jumlahnya. Sarana dan fasilitas pendukung cukup
memadai apalagi bangunan mempunyai sertifikat atau
tidak mengontrak
3. Pada evaluasi proses meliputi proses perekrutan anak
binaan, strategi pengelolaan program, jadwal pelaksanaan
101
program, data klien dan jenis program yang diikuti,
strategi pengajaran program, penanggung jawab program
dan kapan program selesai. Pada proses perekrutan awal
anak binaan dilakukan melalui beberapa cara seperti
penjangkauan langsung di jalanan, assesmen, home visit,
rujukan dari lembaga lain, dan penyerahan langsung dari
orangtua anak binaan. Penanggung jawab keseluruhan
Program pemberdayaan yang ada di Yayasan bina anak
pertiwi adalah Ali Santoso ketua yayasan dan setiap
program ada pimpinan tersendiri yang bertanggung jawab
menjalankan program tersebut.
4. Pada evaluasi hasil terdapat aspek perubahan
perilaku klien dan keberlanjutan program. Perubahan
perilaku anak binaan setelah mengikuti program di
yayasan bina anak pertiwi terlihat dari segi sosial dan
ekonomi. Dari segi sosial perubahan yang dialami anak
binaan yaitu meningkatnya kepercayaan diri (self
confidence) serta kesadaran diri (self awareness),
tumbuhnya rasa aman, meningkatnya taraf pendidikan dan
juga kesehatan. Sedangkan dari segi ekonomi perubahan
yang dialami yaitu tumbuhnya rasa kemandirian,
keterampilan serta kreativitas. Pada aspek keberlanjutan
program pemberdayaan, belum ada batas waktu tertentu
kapan program ini berakhir. Program akan terus berlanjut
ketika donatur terus ada dan memberikan bantuannya
kepada Yayasan bina anak pertiwi, oleh karena itu batas
waktu diserahkan kepada pihak donatur.
102
B. Saran
1. Yayasan Bina Anak Pertiwi
Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian yang telah
peneliti lakukan, peneliti menyarankan kepada Yayasan Bina
Anak Pertiwi untuk tetap melanjutkan program pemberdayaan
bagi anak jalanan dan anak yang kurang mampu ini, karena
menurut peneliti program tersebut bermanfaat untuk anak yang
masih ingin menimba pengetahuan dan wawasan baik itu melalui
kesetaraan paket, keterampilan maupun keagamaan. Peneliti juga
merekomendasikan kepada Yayasan Bina Anak Pertiwi untuk
lebih meningkatkan kuantitas tenaga pengajar dan menambah
sarana dan fasilitas yang mendukung keberhasilan program ini.
Peneliti menyarankan agar Yayasan Bina Anak Pertiwi merekrut
relawan-relawan dari kampus ataupun sekolah tinggi untuk
menjadi tenaga pengajar atau pelatih untuk program- program
yang ada di yayasan. Selain itu, peneliti menyarankan agar
Yayasan mencari dan menetapkan donatur untuk
keberlangsungan program yang ada. Sehingga apabila ada
donatur tetap yang memberikan bantuan pendanaan secara rutin,
maka permasalahan kebutuhan program serta sarana dan fasilitas
yang belum tercukupi bisa terselesaikan dengan baik.
2. Pengurus
Peneliti berharap kepada pengurus pemuda-pemudi untuk
terus solid dan bersatu tunjukan bahwa anak muda bisa dalam
mengelola dan mengembangkan Yayasan Bina Anak Pertiwi,
103
karena pengurus merupakan suatu motor penggerak lembaga
yang sangat penting. Peneliti menyarankan agar pengurus
meningkatkan kinerjanya dengan merekrut kader-kader baru yang
berkompeten dan berdedikasi tinggi terhadap Lembaga supaya
program dan pelayanan semakin baik kedepannya. Peneliti juga
merekomendasikan agar dibuat sebuah divisi fundraising yang
bertugas untuk mencari donatur tetap dan membangun kemitraan
yang lebih luas lagi.
3. Klien/Anak Binaan
Peneliti menyarankan kepada anak binaan agar konsisten
untuk terus belajar, berkembang dan menjadi bagian dari
Yayasan bina anak pertiwi. Apabila sudah merasa mendapatkan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang cukup, jangan
lantas meninggalkan yayasan tetapi kembalilah dan berkontribusi
menggantikan kakak-kakak pendahulu untuk kemajuan Yayasan
Bina Anak Pertiwi kedepannya.
104
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aliminsyah dan Patji. 2004. Kamus Istilah Manajemen. Bandung:
CV. Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis. Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan, edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-4.
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial &Ekonomi:
Format-format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi
Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen, dan
Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Handoko, T. hani. 1997. Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE,
Cet. Ke-1.
J. Moleong, Lexy. 1991. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya, Cet.ke-3.
Kirkpatrick. 1999. Evaluasi Program. Bandung: CV Pustaka
Insani.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Evaluasi Proses Suatu Program.
Jakarta: Bumi Aksara.
Noor, Juliansyah. 2014. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana, Cet. Ke-4.
Rukmanto Adi, Isbandi. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan
Masyarakat Dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada
Pemikiran Dan Pendekatan Praktis) Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbitan FEUI
105
Suwandi dan Basrowi, Memahami Penelitian Kualiltatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Soewarman Hasan, Engking. Strategi Menciptakan Manusia yang
Bersumber Daya Unggul. Bandung: Pustaka Rosdakarya.
Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar
Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suharto, Edi. 2008. Membangun masyarakat memberdayakan
rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2017. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, dan Disertasi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jurnal Dan Internet
Fitriyandi Putra, dkk. 2015, “Pemberdayaan Anak Jalan Di
Rumah Singgah juournal 5, no 1: 53-55.
Sinulingga, Ferdinan Dan Hodriani. 2015. Pemberdayaan Anak
Jalanan Di Rumah Music Yayasan Kelompok Kerja Social
Perkotaan Medan journal 3, no 1: 75.
http://www.kemsos.go.id/content/anak-jalanan diakses pada 22
september 2018.
http://www.jawapos.com diakses pada 22 september 2018
Undang-undang republik Indonesia nomor 35 tahun 2014
perubahan Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak.
106
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Ali Santoso. Ketua Yayasan Bina
Anak Pertiwi. Pada tanggal 28 april 2019
Wawancara pribadi dengan Diana Lestari. Sekretaris Yayasan
Bina Anak Pertiwi. Pada tanggal 28 april 2019
Wawancara pribadi dengan Arianto. Staff Umum Dan
Pendamping Anak Binaan Yayasan Bina Anak Pertiwi.
Pada tanggal 29 april 2019
Wawancara pribadi dengan Irfan Nurfajar. Ketua Anak Binaan
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Pada tanggal 30 april 2019
Wawancra pribadi dengan Wahyun Anugrah. Anak Binaan
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Pada tanggal 30 april 2019
Wawancara pribadi dengan Mohammad Agus. Anak Binaan
Yayasan Bina Anak Pertiwi. Pada tanggal 30 april 2019
Wawancara pribadi dengan Ramadhan. Anak Binaan Yayasan
Bina Anak Pertiwi. Pada tanggal 01 mei 2019
Lampiran 3
TRANSKIP WAWANCARA DI YAYASAN BINA ANAK
PERTIWI
Narasumber : Ali Santoso
Jabatan : Ketua Pengurus
No. Pertanyaan Jawaban
1
Bagaimana latar belakang
berdirinya Yayasan bina
anak pertiwi?
Kalau latar belakang tahun
1997 kebetulan yang
mencetuskan adalah aktivis
HMI UIN, dulu hanya sekedar
baksos saja hanya 8 anak yang
dibina untuk menjalankan
baksos mereka programnya
anak HMI sehingga di tahun
1998 terjadi tragedi
demonstrasi mereka-mereka
mencetuskan untuk
mendirikan sebuah yayasan ya
sampai saat ini lah yayasan ini
yayasan bina anak pertiwi.
2
Apa tujuan dan visi misi
Yayasan bina anak
pertiwi?
Dari dulu visi dan misi kita
tujuannya paling utama kita
mengembalikan anak sekolah
dan ke orang tuanya
bagaimana anak itu tidak lepas
dari pangkuan orang tuanya
dan tidak kembali turun ke
jalan bagaimana mereka bisa
meraih pendidikan dulu kan
wajib belajar 9 tahun kalau
sekarang 12 tahun nah
makanya sebelum ada undang-
undang perlindungan anak dan
pengasuhan anak dalam
keluarga kita kebetulan
yayasan bina anak pertiwi
sendiri yang memang yang
menggerakkan ka Abdus
sendiri bilang bahwa anak
jangan sampai dijadikan
senjata untuk mencari donatur
di yayasan sendiri dan mereka
ditampung bahwa anak lepas
dari pangkuan orang tuanya
bahwa kita memang walaupun
dia masih punya sosok seorang
ibu dia yatim kita kembalikan
kecuali yatim piatu dan tidak
mempunyai keluarga baru kita
tampng disini itu tujuan visi
dan misi yayasan ini
mengembalikan anak sekolah
dan ke orang tuanya bukan
untuk ditampung.
3
Apa latar belakang serta
tujuan dibentuknya
program pemberdayaan
anak jalanan di Yayasan
bina anak pertiwi?
Pada dasarnya memang itu
dari gerakan tahun 1998 yang
dimana anak-anak jalanan itu
semakin banyak tadi sebelum
terjadinya demonstrasi besar-
besaran di tahun 1998 anak
jalanan tidak seperti sekarang
ya kalau dulu data di 2011 data
kementrian itu 9000 anak
jalanan padahal itu belum data
realnya itu masih belum valid
jadi bahwa memang keseluruh
belum yang diemperan kota,
toko dan yang lainnya itu total
anak jalan mencapai bisa
sekitar 10.000 keatas nah
makanya di tahun 1998 itu
anak-anak jalanan semakin
banyak itulah dibentuk banyak
orang yang mendirikan sebuah
yayasan untuk bagaimana anak
jalanan ini jangan sampai
turun ke jalan.
4
Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi dalam
mencapai tujuan
program?
Kalau sampai saat ini
Alhamdulillah semua
terpenuhi hanya yang belum
terpenuhi SDMnya saja
sedangkan untuk sarana dan
prasarana terus untuk
kebutuhan tempat tinggal
mereka semua itu sudah
terpenuhi hanya SDMnya saja
kita yang kurang.
5
Tujuan pemberdayaan
seperti apa yang belum
tercapai oleh anak jalanan
hingga saat ini?
Kalau yang belum tercapai
sepenuhnya itu memang kita
untuk minat dan bakat mereka
untuk keterampilan itu belum
sepenuhnya karena kita juga
terbatas dengan anggaran.
6
Bagaimana pembagian
tugas dan fungsi serta
struktur organiasasi yang
dijalankan oleh Yayasan?
Kalau kita sesuai dengan
struktural misalkan dari ada
ketua, sekretaris, bendahara itu
memang masing-masing punya
peranan dan tanggung jawab
semua yang ada di lembaga
dan mengawasi kinerja
lembaga dibawahnya saya dan
sekretaris itu mencakup
administrasinya manajemen
untuk administrasinya surat
menyurat dan lain-lain
sedangkan bendaharanya itu
untuk masalah keuangan saja
dan sedangkan dibawahnya itu
ada kabid kesehatan, kabid
pendidikan, kabid keagamaan,
kabit keterampilan dan yang
lain sampai koordinator anak
nah itu masing-masing punya
peranannya mereka semuanya
memang punya tugas dan
fungsinya jadi semuanya itu
berjalan hanya kita tetap
kekurang semua organisasi itu
untuk lembaga sosial adalah
SDM kalau fasilitas sarana dan
prasarana kami Alhamdulillah
sudah cukup hanya SDMnya
saja karena belum ada yang
kembali ke hati.
7
Berapa jumlah staff dan
pengajar di Yayasan bina
anak pertiwi serta
bagaimana latar belakang
pendidikannya?
Ada 19 total keseluruhan
dengan latar belakang minimal
SMA sampai S1
8
Program/layanan seperti
apa yang diberikan oleh
Yayasan bina anak
pertiwi?
Kita program sesuai dengan
kurikulum diknas sendiri itu
acuannya makanya kita
dimana anak juga ada yang
kita sekolahkan formal ada
yang kejar paket B dimana
anak disini yang memang
sudah pernah merasakan
belajar paket kita kembalikan
sekolah formal itupun
acuannya sesuai dengan
kurikulum diknas kita tidak
melenceng
9
Bagaimana Yayasan bina
anak pertiwi menjalin
kemitraan dan mencari
donator?
Kalau kita sebenarnya ini
rahasia lembaga, tergantung
kitanya dari hati dan nurani
dari keyakinan kita juga
bagaimana kita juga niatnya
dulu untuk menjalankan
lembaga Allah maha melihat
kedekatan kita dengan
perusahaan atau dengan
donatur tetap itu yang mereka
liat itu sudah ada teknisnya ada
strateginya tersendiri jadi
bagaimana perusahaan itu
nyaman dengan kita ingin
membantu terus ingin
memberikan yang lebih besar
jadi memang ada.
10
Apa saja sarana dan
fasilitas pendukung yang
ada di Yayasan bina anak
pertiwi?
Kalau sarana kita punya rumah
singgah sendiri tidak ngontrak,
ada kamar anak-anak ada
ruang adminnya ada ruang
kantor pimpinan juga ada
ruang studio ada ruang kelas
juga ada aulanya untuk
fasilitas semuanya lengkap
11
Siapa yang menjadi
sasaran utama program
dan bagaimana kriteria
penerima program?
Kalau untuk sasaran kita (1)
laki-laki dan perempuan kalau
banci kita tidak menerima (2)
usia anak 0 sampai 18 tahun
(3) anak jalanan (4) anak
terlantar (5) penjual Koran (6)
tukang kelontong dan lain-lain
itu sasaran kami yang menurut
kami itu layak untuk dibantu
12
Berapa jumlah anak didik
yang ada di Yayasan bina
anak pertiwi?
Total sekarang 529 anak
(setiap bulan dilakukan input
data) kalau yang tinggal disini
gak nentu kadang 8 kadang 6
kadang kana da anak yang
pulang ke rumah karena disini
suka pengen dekat aja sama
mereka, yang menetap sekali
itu ada 4 anak
13
Dari rentang usia berapa
anak didik yang ada
disini?
3-19 tahun
14 Dari wilayah mana saja
anak didik berasal?
Kita ada 4 wilayah (1)
bantaran kali Ciliwung Condet
(2) belakang pasar (3) bantaran
kali Jatipadang (4) kampung
gedong pasar rebo
15 Bagaimana proses awal Kita ada 3 konsep (1)
perekrutan anak didik di
Yayasan bina anak
pertiwi?
authorizing : kita meninjau
langsung ke lapangan itu kita
pada tahun 2010 program
pertama kementrian itu ada
namanya dana untuk program
kesejahteran anak dalam
bentuk tabungan anak kita
otorising tuh kita
penjangkauan (2) assessment :
kita data, mereka pun tidak
memberikan data semudah itu
meraka lebih intelektual “ah..
saya gak mau didata nanti data
saya dijual”. Benar mereka
karena mereka kebanyakan
dijanjikan gitu (3) home visit :
tujuannya bagaimana kita bisa
meyakinkan mereka (a) rumah
mereka dimana? mereka juga
minta foto bareng minta
identitas kita, kita kasih
sehingga dia sudah percaya
dengan kita nah kita
melakukan home visit tempat
tinggal mereka, nama asli
mereka. Saat mereka percaya
dengan kita, kita melakukan
home visit kita kunjungi
rumahnya disana kita
memberikan pelayanan kepada
mereka selayaknya mereka
adalah raja, kami pelayan
mereka.
16 Bagaimana strategi dalam
mengelola program ini?
Kita sistemnya tidak pilih
kasih kita semua sama jadi
sistem pengelolaan kita itu
pendampingan, pendampingan
bagaimana mereka diberikan
rasa kasih sayang dan
perhatian yang lebih seperti
pendidikan, keterampilan,
kesehatan kita semua
perhatikan tapi yang paling
utama itu dulu perhatian dan
kasih sayang, mereka bukan
berarti tidak butuh uang tapi
perhatian dan kasih sayang
walaupun punya uang banyak
dimaki-maki sama pengurus
pasti tidak nyaman. Jadi
dimana posisi kita
mengajarkan juga bagaimana
posisi mereka sebagai teman
kita, adik kita, anak binaan kita
ataupun saudara kita.
17
Bagaimana strategi
pengajaran atau pelatihan
program yang dilakukan
untuk anak didik?
Sama seperti kata saya
sebelumnya perhatian dan
kasih sayang adalah hal yang
paling utama
18
Siapa penanggung jawab
program pemberdayaan
ini?
Semuanya saya sebagai
pimpinan untuk
keseluruhannya tetapi untuk
bidang-bidangnya tergantung
bagiannya kesehatan ya bagian
penanggung jawab kesehatan
tetepi untuk semua
pengelolaan untuk program
apa yang ada di yayasan ini itu
semua tanggung jawab
pimpinan.
19
Apa saja hambatan selama
proses pelaksanaan
program?
Kita yang pertama itu SDM
yang kedua anggaran karena
kita belum mau mengajukan
ke pemerintah. Kita bukan
hanya untuk uji coba tapi
bagaimana kita mencoba untuk
kita sendiri bukan hanya
berpangku tangan saja. Kita
mengajarkan juga darimantan
anak binaan kita, anak binaan
kita, guru-guru itu bagaimana
memberikan kontribusi untuk
lembaga ini. Jadi jangan
tangan diatas mulu harus
memberikan.
20
Prestasi apa saja yang
telah diraih oleh yayasan
bina anak pertiwi?
Alhamdulillah banyak kita
punya musik tingkat rumah
singgah, cerdas cermat, musik,
karate, bola futsal, dan
kunjungan-kunjungan dari
anggota dewan
21
Perubahan perilaku
seperti apa yang dialami
oleh anak didik setelah
mengikuti program di
Yayasan ini?
Biasanya sih setelah kita bina
untuk mengubah karakter anak
tidak semudah membalikkan
telapak tangan, kita punya
acuan maksimal itu kurang
lebih 3 tahun setengah. Kalau
untuk sifat mungkin 4 tahun 2
tahun tetapi untuk keseluruhan
karakter itu 3 tahun setengah
makanya banyak yang bilang
tidak betah songong anaknya
ini lah tergantung niat sih
sebenarnya, makanya orang
bilang kita orang sosial jangan
bilang orang sosial kalau saat
lapar itu masih teriak.
22
Seperti apa dampak yang
diperoleh dari anak didik
dalam jangka Panjang
dengan adanya program
ini?
Kalau dampak positif kita
terutama pertama dari segi
penampilan yang tadinya
dibilang anak jalanan bau tapi
kan mereka manusia punya
hati nurani mereka punya
pikiran berubahlah mereka
dengan penampilan, etikanya,
kemauannya, intelektual
mereka semakin berkembang
yang tadinya pendiam jadi
berbicara, berpendapat yang
tadinya tidak bisa main musik
jadi bisa main musik yang
tadinya tidak sekolah kita
sekolahkan ke sekolah formal.
23
Adakah manfaat yang
didapat bagi lingkungan
masyarakat sekitar dengan
adanya Yayasan bina anak
pertiwi ini?
Banyak, angka kemiskinan
mungkin ya agak berkurang
dari anaknya yang tadinya
program pendidikannya putus
sekolah kita bantu.
Mengurangi angka anak
jalanan, angka anak putus
sekolah.
24
Bagaimana keberlanjutan
program pemberdayaan
anak jalanan di Yayasan
bina anak pertiwi
kedepannya?
Kalau kedepannya kita prinsip
tetap, kalau untuk program kita
juga tetap mengajarkan ke
generasi berikut kita ke anak-
anak yang sudah lama disini
kita ajarkan bagaimana
program ini dijalankan
bagaimana program ini
dimanajemenkan agar mereka
bisa kita latih kedepannya
untuk bisa menjalankan sendiri
itu tujuan kita. Tetap berjalan
hanya perlu mengembangkan
ke program bukan untuk
ditambah-tambah “serakah
namanya” yang sudah
jalankan, kembangkan.
25 Apakah tujuan program
disini sudah tercapai ?
Alhamdulillah sudah
semuanya program
pemberdayaan orang tua,
pendidikan anak, kegamaan
mereka, tingkat anak usia dini
semuanya sudah tercapai
karena kami dari saat serah
terima dengan bapak Abdus
tahun 2013 kita
mengembangkan programnya
saja kita tidak merubah, yang
tadinya tidak ada PAUD kita
tambahkan taman anak
sejahtera itu berjalan tadinya
tidak ada. Musik hanya ada
programnya saja tapi tidak
dijalankan kami jalankan itu
caranya, jadi program kerja itu
tidak semuanya bisa
dilaksanakan itu kan project
tahunan tapi Alhamdulillah
kita sampai saat ini berjalan,
yang tadinya tidak ada latihan
beladiri jadi ada latihan
beladiri.
PENGURUS
Narasumber : Diana
Jabatan : Sekretaris
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama
bergabung/ jadi pengurus
di Yayasan bina anak
pertiwi?
Sudah hampir 1 tahun
2
Apakah tujuan yang ingin
dicapai yang telah
dirumuskan dalam
program?
Awalnya masuk kesini hanya
untuk bantu-bantu tetapi saya
ingin meningkatkan
pengetahuan anak-anak sih.
Saya juga kan mengajar di
kelas Taman Anak Sejahtera
dan saya ingin pendidikan di
yayasan ini seperti sekolah
lainnya walaupun sebenarnya
sudah sama karena kita juga
sudah ada NABnya tetapi yang
namanya anak dari jalanan
sintem belajarnya kan berbeda.
3 Sasaran apa yang ingin Ingin meningkatakan
dicapai oleh program
ini…?
pengetahuan anak bianaan dan
mereka lupa dengan jalanan
adalah hal yang paling kita
tekankan
4
Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi oleh
program ini…?
Kebutuhannya itu sudah
berjalan semua hanya tinggal
menjalankannya saja. Alat-alat
musik sudah ada tetapi kalau
dibilang lengkap saya kurang
tau karena saya kurang
mengerti musik, setahu saya
sudah ada seperti gitar dan
biola.
5
Tujuan pengembangan
apakah yang belum
tercapai oleh program
ini…?
Seperti jawaban sebelumnya
kalo untuk belum tercapai
yakni SDM yang masih kurang
disini
6
Berapa jumlah anak didik
yang mengikuti program
ini…?
Jumlah binaan tadinya itu
sekitar 500 lebih, sekarang
karena kita melihat juga sudah
ada yang SMA dan sudah ada
yang keluar SMA kita mencari
lagi dan hanya sekitar 400
lebih anak, sedangkan yang
tinggal disini sekitar ada 15
anak. Kita kembalikan lagi ke
orang tuanya kembali.
7
Dari rentang usia berapa
saja anak didik yang
mengikuti program
tersebut?
3 tahun sampai 19 tahun
8
Apa saja sarana atau
fasilitas yang sudah
terpenuhi?
Sarananya seperti tempat
belajar mengajar, rumah
singgahnya, tempat anak-anak
belajar musik dan tempat
memasak.
9
Apa saja sarana dan
fasilitas penunjang yang
belum terpenuhi?
Yang belum terpenuhi lebih ke
pelengkap keseharian anak-
anak, kulkas karena kemarin
rusak dan lainnya seperti alat
tulis, yang terpenting anak-
anak senang maka kita juga
senang.
10
Berapa jumlah pengajar
program serta bagaimana
pertimbangan dalam
memilih pengajar?
Kalau jumlah pas pengajarnya
saya kurang tahu tetapi kalau
jumlah pengasuh disini tadinya
22 orang dan sekarang hanya
19 orang.
11 Hari apa dan pukul berapa
kegiatan dilakukan?
Kegiatan belajar mengajar
kelas itu dari jam 9 sampai 10,
kalau kejar paket A itu pukul 8
sampai 11. Kegiatan belajar
mengajar itu diadakan hari
senin sampai kamis kalau BBQ
itu hari minggu jam 10 sampai
selesai biasanya jam 12, kalau
karate itu ada di hari jum’at
sabtu minggu sore, kalau
musik anak-anak main sendiri
sebenarnya kita ada untuk
sekolah-sekolah luarnya di hari
minggu jamnya nanti gurunya
yang menentukan.
12
Bagaimana strategi dalam
melatih atau
mengajarkan…?
Kalau strategi untuk mengajar
anak-anak kalau dibilang
hanya sekedar mulut saja itu
sebenarnya kena tetapi anak-
anak itu lebih senang belajar
dengan gaya tubuh, video jadi
kita langsung mempraktekkan
ke anak-anak.
13
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk melatih
anak didik…?
Kalau dibilang waktunya itu
tergantung anak-anaknya kalau
dibilang cerdas cepat
tanggapnya
14
Hambatan apa saja yang
dirasakan selama proses
pelaksanaan program…?
Hambatannya seperti kemarin
saat kegiatan belajar mengajar
warga binaan kita terkena
banjir disini karena
kebanyakan ada dibantaran
kali ciliwung.
15
Bagaimana prosedur agar
anak didik bisa mengikuti
program…?
Kita perjanjian dari awal
misalnya kalau ingin masuk
yayasan harus menyetor
berkas-berkas, mereka harus
mengikuti peraturan-peraturan
dari kita kalau mereka tidak
mengikuti aturan-aturan kita
otomatis karena kita sudah
membuat perjanjian dari awal
binaan akan kita copot dan
kembali ke awal.
16
Pengalaman prestasi apa
saja yang sudah pernah
didapatkan…?
Kalau untuk yayasan sudah
banyak karena berdiri tahun
1997 dan disahkan 1998 dan
saya baru masuk tahun 2017,
yang saya tahu kemarin anak
yang tinggal di yayasan itu
menang karate di Bekasi Open
juara 1 terus kemarin ada
terakhir di daerah Cipayang
Depok mengadakan acara
musik itu juara 2. Kemarin
juga karate 2 kali belum ada 3
bulan yang lalu karate sudah
mendapatkan 3 piala itu juara 1
juara 2 dan juara 1
17
Perubahan perilaku
seperti apa yang dialami
oleh anak didik setelah
mengikuti program di
Yayasan…?
Kalau misalnya perilaku dalam
cara berbicaranya yang
awalnya berbicara kasar tidak
baik kita ajarin cara berbicara
terutama untuk berbicara maaf
dan tolong karena mereka
paling susah untuk
mengucapkannya karena anak
zaman sekarang susah
ngomong maaf ya, akhirnya
kita ajarin mereka sedikit demi
sedikit.
18 Apakah dampak yang Awalnya yang tidak bisa
diperoleh siswa dalam
waktu yang relative
dengan adanya program
ini…?
menulis, membaca dan
perilaku mereka lebih baik.
jadi dampak yang terlihat
seperti itu
19
Apakah sejauh ini tujuan-
tujuan program yang
ditetapkan sudah
tercapai?
Tiga perempat itu sudah
tercapai
20
Adakah manfaat yang
didapat bagi masyarakat
sekitar dari program yang
dijalankan?
Kalau anaknya ikut binaan
disini banyak ilmu yang
mereka dapatkan, pengetahuan
lebih banyak lah karena kita
kan mengajarkan. Waktu itu
pernah melibatkan ibu-ibu
dalam kegiatan wirausaha
seperti jual peyek
21
Apa harapan anda
kedepan dengan adanya
program yang dimiliki di
Yayasan?
Harapannya biar anak-anak
terus berlatih, terus berlatih
biar permainannya lebih bagus
pokoknya dapat pengetahuan
yang lebih dan mereka itu next
generasi yayasan intinya itu
saja sih jaga yayasan.
Narasumber : Arianto
Jabatan : Staff Umum
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama
bergabung/ jadi pengurus
di Yayasan bina anak
pertiwi?
Saya masih baru disini sekitar
bulan Agustus 2018
2
Apakah tujuan yang ingin
dicapai yang telah
dirumuskan dalam
program?
Saya ingin anak-anaknya
sekolah formal, mencapai cita-
cita mereka, membantu orang
tuanya juga biar tidak ada
yang turun ke jalanan lagi dan
mungkin yayasan juga bisa
lebih dikenal orang terutama
masyarakat luar
3
Sasaran apa yang ingin
dicapai oleh program
ini…?
(Program apa saja yang
ada disini ?)
Program disini ada music,
karate, dan lainnya kurang
lebih ada 10 program
4
Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi oleh
program ini…?
Kalau kebutuhan itu
pendidikan sepertinya karena
kan guru-guru disini sukarela
dan tidak dibayar, mereka mau
mengajar, mereka ikhlas
Insyaallah anak-anak bisa
cepat paham pelajaran dan
kalau disini juga kalau anak-
anak umur 4 tahun sudah bisa
membaca berarti guru yang
mengajar itu secara ikhlas
ridho buat mengajar anak ini
makanya anak ini cepat
belajarnya. Saya juga saat
awal masuk disini kaget umur
4 tahun sudah bisa menulis
saya saja umur 4 tahun masih
di rumah belum bisa apa-apa
sehingga itu motivasi saya
untuk masuk yayasan ini
5
Tujuan pengembangan
apakah yang belum
tercapai oleh program
ini…?
Yang belum tercapai sih tadi
lebih focus ke pendidikan
untuk anak-anaknya dan saat
orang tua anak terkena
musibah kita bikin bantuannya
itu dari website atau kita
promosiin anak ini perlu uang
dana sekian untuk dibantu
terus kegiatan ini kurang dana
sekian kalau untuk sekarang
itu donatur Cuma satu dan
selebihnya itu uang pribadi
6 Berapa jumlah anak didik Anak binaan itu hamper 500
yang mengikuti program
ini…?
anak tapi tidak semua anak
tinggal disini, yang disini
hanya 5 orang. Kalau anak
didik yang biasanya sekolah
formal pagi itu tinggal di gang
buntu
7
Dari rentang usia berapa
saja anak didik yang
mengikuti program
tersebut?
Kalau anak binaan itu umur 3
tahun sampai tingkat SMA
kalau anak didik itu tingkat
SMA
8
Apa saja sarana atau
fasilitas yang sudah
terpenuhi?
Untuk fasilitas sekarang itu
masih banyak yang kurang
soalnya kan kita tidak ingin
minta-minta dari orang-orang
gitu kita ingin mengandalkan
dana pribadi dan donatur yang
masuk jadi kita bisa dibilang
kekurangan donatur kita masih
mencari donatur kalau soal
alat-alat music, guru karate,
dan guru-guru disini itu udah
ada
9
Apa saja sarana dan
fasilitas penunjang yang
belum terpenuhi?
10
Berapa jumlah pengajar
program serta bagaimana
pertimbangan dalam
memilih pengajar?
Untuk semuanya itu ada 10
tenaga pengajar termasuk
karate
11
Hari apa dan pukul berapa
kegiatan dilakukan?
Hari senin sampai kami itu
belajar di sekolah, hari jum’at
pelatihan music, hari minggu
itu pengajian, kalau ada
kegiatan orang dari luar itu
hari jum’at sabtu
12
Bagaimana strategi dalam
melatih atau
mengajarkan…?
Buat ngedidik ngebina anak
jalanan itu ya susah-susah
gampang karena mereka juga
latar belakang dari jalanan
yang susah diatur dan juga
mau sesuai keinginan sendiri
setelah masuk kesini kita
mengerti dulu mereka maunya
apa setelah mereka mentok
maunya apa baru kita bisa
memberi motivasi dan mereka
ingin berubah terus minta
ajarin ke kita seperti mereka
belum bisa menulis, membaca
yang penting mereka tidak
malu buat berbicara kalau
mereka tetap diam sampai
kapanpun akan seperti itu saja
tidak berubah, makanya kalau
kita ngebina anak jalanan ya
harus sabar
13
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk melatih
anak didik…?
Tergantung anaknya sih
terkadang ada anak yang ingin
diajarin oleh pengajar A kan
kita tidak bisa karena kalau
kita yang ngajar percuma tidak
akan masuk makanya kita
harus mengerti lagi
14
Hambatan apa saja yang
dirasakan selama proses
pelaksanaan program…?
Hambatannya sih paling dari
latar belakang anak-anaknya
15
Bagaimana prosedur agar
anak didik bisa mengikuti
program…?
Kalau disini prosedurnya balik
lagi ke mereka tergantung
mereka maunya apa kita ikutin
kita ajarin dan setelah anak itu
bisa baca bisa tulis mereka
ikut paket A, B, C. saat awal
kita tidak mencari mereka di
jalan tetapi mereka yang
datang sendiri kesini
16
Pengalaman prestasi apa
saja yang sudah pernah
didapatkan…?
Kalau untuk prestasi banyak
seperti prestasi music
17 Perubahan perilaku seperti
apa yang dialami oleh
Dari awalnya mereka masuk
tidak bisa apa-apa seperti tidak
anak didik setelah
mengikuti program di
Yayasan…?
bisa baca jadi bisa baca. Dari
pertama masuk mereka nakal,
bandel tetapi setelah paham
tentang pembelajaran mereka
langsung nurut gitu langsung
berubah ada keinginan juga
18
Apakah dampak yang
diperoleh siswa dalam
waktu yang relative
dengan adanya program
ini…?
Yang paling menonjol yakni
perilaku mereka yang lebih
baik, minimal setiap ketemu
pengurus bersalaman dan
perkataan mereka yang
awalnya sembarangan sudah
menjadi lebih baik
19
Apakah sejauh ini tujuan-
tujuan program yang
ditetapkan sudah tercapai?
Kalau untuk semua belum
sepeti keinginan agar anak-
anak disini bisa sekolah
formal semua itu belum
tercapai
20
Adakah manfaat yang
didapat bagi masyarakat
sekitar dari program yang
dijalankan?
Dulu kita dipandang
masyarakat jelek untuk
sekarang kita bisa buktikan
anak-anak yayasan, anak-anak
jalanan mampu. Dulu malam
disini datang anak-anak pank
tidur disini subuh keluar balik
lagi malam jadi orang itu
mandangnya jelek sebagai
perkumpulan preman-preman
gitu tapi sekarang sudah steril
semua anak-anak pank sudah
tidak boleh kesini jadi hanya
anka-anak yang mau belajang
aja disini yang boleh masuk
yang mau diatur, dibina
21
Apa harapan anda
kedepan dengan adanya
program yang dimiliki di
Yayasan?
Semoga programnya berjalan
lancar, yayasan lebih dikenal
masyarakat, kalau bisa dikenal
diseluruh Indonesia, nama
yayasan juga diangkat, sempat
dulu vakum dan dipandang
jelek ya semoga dinilai baik
oleh masyarakat dan yang
terpenting itu donasi.
ANAK BINAAN
Narasumber : Irfan Fajar
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak
didik disini?
Sejak 2007
2
Dari mana anda
mendengar tentang adanya
Yayasan bina anak
pertiwi?
Dari bapak saya dulu jadi
bapak saya bapak tirinya ketua
yayasan ini dulu terus bapak
saya cerai saya ditaruh disini
soalnya kan bunda Kristen
bokap Islam jadi saya bingung
daripada ribut melulu yasudah
saya sempat kabur dari
sekolah tuh nah akhirnya
daripada seperti itu kabur-
kabur tidak jelas kata bokap
dititipin disini sampai
sekarang
3
Menurut anda, bagaimana
program pemberdayaan di
Yayasan ini?
Saya sih enak gitu aja paling
kalau soal program yang
diikuti music, BBQ, karatenya
juga ada
4 Apakah anda mengikuti
program disini?
iya
5
Apa alasan anda
mengikuti program
tersebut?
Ya karena suka aja saya suka
music
6
Bagaimana perasaan anda
setelah mengikuti program
tersebut?
Ya bahagia aja enak gitu
namanya juga hobi
7
Bagaimana kesan anda
terhadap pelatih atau
pengajar program?
Saya tidak belajar sudah dari
jalanan dulu kan saya dulu
sempat ngamen malah saya
disini ngajarin
8
Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi pada
program tersebut?
Kalau belajarnya sih pengen
main biola sama angklung
paling pianika sama gitar-gitar
kecil gitu sebenarnya ada tapi
pinjam punya anak-anaknya
9
Hari apa dan pukul berapa
kegiatan dilakukan?
Biasanya sabtu minggu
biasanya setelah isya’ latihan
music untuk tampil di acara-
acara kemarin juara 3 di
kabupaten Bogor
10
Bagaimana suasana
belajar atau suasana
pelatihannya?
Ramah, enak guru-gurunya
kalau belajar. Saya kan disini
tidak ikut sekolahnya kalau
say amah mantau aja gitu
11
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk
mengikuti program?
Kalau latihan music dulu
sempat off karena mungkin
yang diajarin bosen juga, kan
disini apa adanya yakan tidak
ada gaji kalau disini mah ya
sukarela aja yang mau ngajarin
anak-anak. Dulu lama tuh
offnya pas saat saya pulang
dari laut baru aktif lagi main
music lagi
12
Hambatan apa saja yang
dirasakan selama proses
latihan?
Kekurangan pengajar dan
peralatan yang masih minjem
13
Apa yang anda dapatkan
selama proses latihan?
Bisa main gitar bisa main
music tadinya mah boro-boro
main gitar masih kemana-
mana
14
Pengalaman prestasi apa
saja yang sudah pernah
anda dapatkan?
Kalau ikut lombanya baru
yang kemarin di kabupaten
Bogor juara 3 kalau yang
sekarang-sekarang belum
kalau yang dulu banyak
pialanya sudah banyak
15 Perubahan prilaku seperti
apa yang anda alami
Banyak, yang tadinya kalau
belajar mengajar yang tadinya
setelah mengikuti
program…?
benar-benar tidak bisa
membaca jadi bisa membaca
yang tadinya tidak bisa nulis
jadi bisa nulis
16
Manfaat apa yang anda
peroleh setelah mengikuti
program tersebut?
Bisa membaca, menulis, music
dan lainnya
17
Apa harapan anda
kedepan untuk Yayasan
ini?
Biar tambah lebih maju lagi
tambah lebih baik lagi gitu
Narasumber : Agus
No. Pertanyaan Jawaban
1
Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak
didik disini?
Sudah 4 tahun dari tahun 2015
2
Dari mana anda
mendengar tentang
adanya Yayasan bina
anak pertiwi?
Dari tetangga, katanya mau
sekolah tidak? Yaudah karena
kita niatnya pengen sekolah ya
diajak kesini sampai sekarang
3
Menurut anda, bagaimana
program pemberdayaan di
Yayasan ini?
Bagus sih
4
Apakah anda mengikuti
program disini?
(Apa saja Program yang
anda diikuti disini?)
Karate dan music
5
Apa alasan anda
mengikuti program
tersebut?
Suka dan hobi juga
6
Bagaimana perasaan anda
setelah mengikuti
program tersebut?
Bahagia dan senang karena
saya bisa menyalurkan hobi
saya
7
Bagaimana kesan anda
terhadap pelatih atau
pengajar program?
Baik dan menyenangkan selalu
berteman dan berbaur dengan
kita
8 Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi pada
Kalau di music sama seperti
bang irfan ( belajarnya sih
program tersebut? pengen main biola sama
angklung paling pianika sama
gitar-gitar kecil gitu
sebenarnya ada tapi pinjam
punya anak-anaknya ) kalau di
karate tidak ada sih
9 Hari apa dan pukul berapa
kegiatan dilakukan?
Sabtu minggu biasanya jam
duaan
10
Bagaimana suasana
belajar atau suasana
pelatihannya?
Biasa saja, senang gitu dan
asyik
11
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk
mengikuti program?
4 jam
12
Hambatan apa saja yang
dirasakan selama proses
latihan?
Tidak ada
13
Apa yang anda dapatkan
selama proses latihan?
Banyak. Jadi tahu bagaimana
jurus-jurus ini jadi tahu
beladiri
14
Pengalaman prestasi apa
saja yang sudah pernah
anda dapatkan?
Belum. Nanti September
lomba gubernur
15
Perubahan prilaku seperti
apa yang anda alami
setelah mengikuti
program…?
Banyak. Seperti dulu tidak bisa
menulis, membaca sekarang
sudah bisa sudah lancar
16
Manfaat apa yang anda
peroleh setelah mengikuti
program tersebut?
Jadi tahu nulis, membaca dan
bisa bela diri
17
Apa harapan anda
kedepan untuk Yayasan
ini?
Makin maju dan sukses terus
Narasumber : Bayu Anugerah
No. Pertanyaan Jawaban
1 Sudah berapa lama anda
bergabung menjadi anak
Sejak 2016
didik disini?
2
Dari mana anda
mendengar tentang adanya
Yayasan bina anak
pertiwi?
Dari nenek yang selalu nyuruh
untuk kesini
3
Menurut anda, bagaimana
program pemberdayaan di
Yayasan ini?
Bagus. program yang saya
ikuti music dan karate
4 Apakah anda mengikuti
program disini?
Iya ikut
5
Apa alasan anda
mengikuti program
tersebut?
Ya karena suka aja dan saya
ingin seperti yang lain
6
Bagaimana perasaan anda
setelah mengikuti program
tersebut?
Ya bahagia bisa bela diri juga
semua ada
7
Bagaimana kesan anda
terhadap pelatih atau
pengajar program?
Baik dan ramah suka bercanda
dan sering ngobrol bareng
8
Kebutuhan apa saja yang
belum terpenuhi pada
program tersebut?
Alat music seperti gitar, biola
9 Hari apa dan pukul berapa
kegiatan dilakukan?
Biasanya sabtu minggu
10 Bagaimana suasana belajar
atau suasana pelatihannya?
Asik
11
Berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk
mengikuti program?
4 jam kurang lebih tiap hari
ada sih jadwalnya
12
Hambatan apa saja yang
dirasakan selama proses
latihan?
Tidak ada sudah nyaman
13
Apa yang anda dapatkan
selama proses latihan?
Bisa main music seru juga
bela diri dan membaca
menulis yang awalnya ga bisa
jadi bisa
14
Pengalaman prestasi apa
saja yang sudah pernah
anda dapatkan?
Dapat piala 2 juara. Juara 1
dan kemarin juga juara 3 di
Bekasi karate
15
Perubahan prilaku seperti
apa yang anda alami
setelah mengikuti
program…?
Dulu tidak bisa membaca,
menulis sekarang jadi bisa
membaca dan menulis
16
Manfaat apa yang anda
peroleh setelah mengikuti
program tersebut?
Saya bisa seperti anak-anak
yang lain meskipun ikutan
sekolah paket
17 Apa harapan anda kedepan
untuk Yayasan ini?
Tambah baik dan bagus
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Tampak Depan Yayasan Bina Anak Pertiwi
Kegiatan Belajar Yayasan Bina Anak Pertiwi
Wawancara Pribadi Dengan Ali Santoso Sebagai Ketua Yayasan
Bina Anak Pertiwi
Wawancara Pribadi Dengan Diana Sebagai Sekretaris Yayasan
Bina Anak Pertiwi
Wawancara Pribadi Dengan Arianto Sebagai Staff Umum
Yayasan Bina Anak Pertiwi
Wawancara Dengan Anak Binaan Yayasan Bina Anak Pertiwi
jj
Kegiatan Belajar, Seni Dan Keterampilan Anak Binaan Yayasan
Bina Anak Pertiwi