EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN …
Transcript of EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN …
EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG
MISKIN DI JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh Lidya Melawati
NIM: 107054102667
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H./2011 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Juni 2011
Lidya Melawati
EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG
MISKIN DI JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.)
Oleh
Lidya Melawati NIM: 107054102667
Pembimbing,
Ismet Firdaus, M.Si NIP: 150411196
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H./2011 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA TIMUR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 7 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Penguji II, Drs. Wahidin Saputra, M.A Ahmad Zaky, M.Si NIP: 19700903 1996031001 NIP: 150411158
Anggota, Penguji I, Penguji II, Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd Ahmad Zaky, M.SiNIP: 19690322 1996032001 NIP: 150411158
Pembimbing,
Ismet Firdaus, M.Si NIP: 150411196
ABSTRAK
Lidya Melawati Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) Bagi Orang Miskin Di Jakarta Timur
Keluhan utama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan adalah mahalnya biaya pengobatan dan perawatan. Keberadaan program layanan kesehatan untuk orang miskin yang berbasis zakat merupakan salah satu pranata filantropi Islam dalam bentuk instrument kreatif untuk memberikan keamanan dan perlindungan bagi kelompok mustahik dengan pemerataan kesejahteraan yang dilakukan oleh kelompok orang kaya (aghniya). Rumah Zakat juga menjalankan program kesehatan maka dalam hal ini penulis membatasi masalah pada salah satu program Senyum Sehat yaitu Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur. Manfaat keberadaan rumah bersalin gratiis untuk mengurangi angka kematian ibu dan anak, memudahkan akses orang miskin untuk mendapatkan layanan kesehatan dan status kesehatan yang berdampak pada daya tahan mereka untuk bekerja mencari nafkah, dan kemampuan anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang.
Evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur sebuah penilaian program. Layanan kesehatan adalah proses pemenuhan kebutuhan penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Adapun metode penelitian dalam penyusunan skripsi menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara kepada 5 orang anggota dan 3 orang yang mewakili manajemen rumah bersalin gratiis. Dalam pemilihan informan menggunakan purposive sampling. Kesimpulan akhir menggunakan triangulasi.
Pelaksanaan program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis yaitu pengadaan fasilitas kesehatan gratis berupa rumah bersalin dan klinik umum yang berfungsi memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta masyarakat kurang mampu. Hasil evaluasi program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis yaitu relevansi tentang tujuan program perbaikan kualitas kesehatan dan aksesibilitas layanan kesehatan anggota pemberdayaan di wilayah Integrated Community Development (ICD). Efektifitas kemudahan dalam akses-akses kelompok untuk proses pengobatan dan persalinan keselamatan ibu dan anak yang didahulukan bukan administrasi dan biaya. Efisiensi ketelitian dan ketepatan pemeriksaan dokter dan bidan terhadap pasien. Dokter dan bidan tidak hanya memberikan obat saja tapi meluangkan waktu untuk penyuluhan masalah kesehatan. Kaji dampak kepuasan pasien, penurunan angka kematian ibu, penurunan angka kematian bayi dan balita, dan penurunan angka sakit khusus di daerah Jakarta Timur. Berdasarkan kaji kesinambungan rumah bersalin gratiis dapat bertahan jika tetap fokus pada kaum fakir dan miskin. Evaluasi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi seluruh pihak sehingga model Rumah Bersalin Gratiis yang menjadi salah satu solusi permasalahan kesehatan masyarakat dapat lebih tumbuh dan berkembang di masyarakat luas.
v
KATA PENGANTAR
Bismillãhirrahmãnirrahĩm dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas rahmat dan pertolongan Allah S.W.T sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH BERSALIN GRATIIS BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA TIMUR.
Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial Islam jenjang pendidikan strata satu Program Studi Kesejahteraan Sosial pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi beserta Dekanat. 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A sebagai Ketua Sidang Munaqasyah dan
Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris merangkap Penguji II dalam Sidang Munaqasyah.
3. Ibu Nurul Hidayati, M.Pd sebagai Penguji I dalam Sidang Munaqasyah. 4. Bapak Ismet Firdaus, M.Si sebagai Pembimbing Skripsi yang membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi. 5. Ibu Siti Napsiyah, M.SW sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial
dan Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.
6. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial. 7. Bapak Mamit dan Ibu Rohaya sebagai Orang Tua yang selalu memotivasi dan
memberikan semangat serta doa kepada penulis. 8. Keluarga Bapak Prof. Dr. dr. Amir S Madjid, SpAN. KIC dan Ir. Lola
Nursalim Madjid yang telah menjadi Orang Tua Asuh membantu biaya perkuliahan dari semester pertama sampai semester akhir.
9. Keluarga Besar Rumah Bersalin Gratiis yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
10. Keluarga Besar BPZIS (Badan Pengelola Zakat, Infak, dan Shadaqah) Mandiri yang telah membantu secara financial untuk penyusunan skripsi.
11. Abdurrahman dan Mardiana sebagai kakak dan Siti Rahma Vara Dilla selaku adik.
12. Sahabat dan teman-teman terdekat yang selalu memberikan dukungan dan masukkan dalam penyusunan skripsi.
vi
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah S.W.T memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.
Jakarta, 7 Juni 2011
Penulis,
Lidya Melawati
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i LEMBAR PERNYATAAN ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii LEMBAR PENGESAHAN iv ABSTRAK v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 10
1. Pembatasan Masalah 10 2. Perumusan Masalah 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 11 1. Tujuan Penelitian 11 2. Manfaat Penelitian 11
D. Tinjauan Pustaka 12 E. Sistematika Penulisan 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program 14 1. Pengertian Evaluasi Program 14 2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi 17 3. Pendekatan Evaluasi 18 4. Desain Evaluasi 20 5. Indikator Evaluasi 22
B. Layanan Kesehatan 24 1. Pengertian Jasa, Layanan dan Pelayanan 24 2. Kesehatan 24 3. Ciri-Ciri Jasa/Layanan 26
C. Kemiskinan 27 1. Definisi Miskin 27 2. Paradigma Kemiskinan 29 3. Ciri-Ciri Kemiskinan 30 4. Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 32 1. Jenis Penelitian 32 2. Pendekatan Penelitian 32 3. Waktu dan Tempat Penelitian 34 4. Pemilihan Subjek, Informan dan Objek Penelitian 35
viii
B. Metode Penelitian 35 1. Teknik Pemilihan Informan dan Objek 35 2. Instrumen dan Alat Bantu 37 3. Teknik Pengumpulan Data 38 4. Sumber dan Data 40 5. Teknik Analisis Data 42 6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 43 7. Teknik Penulisan 45
BAB IV ANALISIS EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN
RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA TIMUR A. Gambaran Umum Objek Penelitian 46
1. Profil Rumah Bersalin Gratiis 46 2. Latar Belakang Rumah Bersalin Gratiis 46 3. Tujuan Rumah Bersalin Gratiis 47 4. Struktur Rumah Bersalin Gratiis 48 5. Sasaran Program Rumah Bersalin Gratiis 49 6. Penerima Manfaat Program Rumah Bersalin Gratiis 49 7. Cara Pengajuan Bantuan Program RBG 50 8. Jenis Layanan Rumah Bersalin Gratiis 50 9. Fasilitas Pasien Rumah Bersalin Gratiis 51 10. Sumber Dana Rumah Bersalin Gratiis 52 11. Tenaga Kerja Rumah Bersalin Gratiis 52
B. Penemuan dan Pembahasan 53 1. Relevansi Program RBG dengan Kebutuhan Masyarakat 53 2. Efektifitas Program Rumah Bersalin Gratiis 60 3. Efisiensi Rumah Bersalin Gratiis 63 4. Dampak Pelaksanaan Program Rumah Bersalin Gratiis 70 5. Kesinambungan Rumah Bersalin Gratiis 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 77 1. Pelaksanaan Program Layanan Kesehatan RBG 77 2. Hasil Evaluasi Program Layanan Kesehatan RBG 77
B. Saran 82 1. Rumah Bersalin Gratiis 82 2. Untuk Anggota 82 3. Mahasiswa 83
DAFTAR PUSTAKA 84 LAMPIRAN 88
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Persentasi Penyaluran Dana ZIS Tahun 2010 8 2. Tabel 2 Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas 31 3. Tabel 3 Informan Penelitian 36 4. Tabel 4 Objek Penelitian 37 5. Tabel 5 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 49 6. Tabel 6 Jenis Layanan RBG 51 7. Tabel 7 Jumlah Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin 53 8. Tabel 8 Bidang dan Jumlah Pekerja 53 9. Tabel 9 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 60 10. Tabel 10 Jumlah Anggota RBG Tahun 2007-2011 66 11. Tabel 11 Data Angka Kematian Ibu dari Tahun 2008-2010 70
x
DAFTAR GAMBAR (ILUSTRASI)
1. Gambar 1 Skema Alur Tindakan Pengobatan 67
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dan kebodohan merupakan potret sosial yang selama ini
sering kali dipertontonkan di media massa, bahkan fenomena itu kerap
menimbulkan kegelisahan pemerintah sehingga mereka membuat program-
program penanggulangan kemiskinan sebagai bentuk upaya mengurangi
jumlah kemiskinan tersebut. Berbagai program-program tersebut diantaranya
bantuan langsung tunai, pemberian beras masyarakat miskin, program
pemberdayaan masyarakat kelurahan, kredit usaha rakyat dan bahkan dari
kesehatan kini ada upaya orang miskin memperoleh jaminan asuransi
kesehatan.1
Namun dalam pelaksanaan program-program itu hasilnya jauh dari
harapan, meskipun dalam tataran konsep program-program pemerintah
memiliki korelasi pada pengentasan kemiskinan. Hal ini karena koordinasi
dan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat ada perbedaan, program-
program tersebut sering kali tidak tepat sasaran, membentuk karakter
penerima bantuan pasrah, program-program tersebut memiliki keterbatasan
waktu dan tempat. Dari masalah ini sebaiknya dilakukan evaluasi program
untuk menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain terjadi di luar rencana.
Sedangkan program-program pemberdayaan zakat bukanlah sekedar
bantuan sewaktu-waktu untuk meringankan penderitaan hidup orang miskin
1 Gus Yul, Peran LAZ Menghapus Cerita Kemiskinan, artikel diakses pada 30 November
2010 dari www.pkesinteraktif.com/.../185-peran-laz-menghapus-cerita-kemiskinan.htm.
1
2
dan selanjutnya tidak diperdulikan lagi bagaimana nasib mereka, tetapi zakat
bertujuan menanggulangi kemiskinan, menginginkan agar orang-orang
miskin itu mampu memperbaiki sendiri kehidupan mereka.2 Zakat merupakan
salah satu pranata filantropi Islam yang merupakan instrument kreatif untuk
memberikan keamanan dan perlindungan bagi kelompok mustahik dengan
pemerataan kesejahteraan yang dilakukan oleh kelompok orang kaya
(aghniya).3
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi
orang-orang yang beriman, sebagaimana yang dijelaskan dalam Sûrah al-
Baqarah/2:267 dan Hadis Riwayat Bukhari berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
2 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat (Jakarta: PT Mitra Kertajaya Indonesia, 2010), h. 89. 3 Nana Sutisna, Zakat & Empowering, Model Pengelolaan Zakat di Putukrejo: Sinergi
Pengelolaan Zakat Melalui Tiga Pilar Komunitas Untuk Kesejahteraan Kaum Miskin (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 3, September 2010), h. 36.
3
Rasulullah S.A.W bersabda: “Engkau akan melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan demam (karenanya).” (H.R. Bukhari)
Dalam al-Qur’an keharusan setiap orang untuk melindungi keluarga atau
kerabat keturunannya dari kesulitan hidup, sebagaimana yang dijelaskan
dalam Sûrah an-Nisā’/4:9 berikut:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Dalam pasal 16 ayat 1 dan 2 undang-undang no. 38 tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat, secara eksplisit dinyatakan bahwa pendayagunaan zakat
untuk memenuhi kebutuhan hidup para mustahik sesuai dengan ketentuan
agama (delapan golongan ashnaf) dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
produktif. Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 373 tahun 2003 pasal 28
ayat 2 dijelaskan bahwa pendayagunaan zakat untuk usaha produktif
dilakukan apabila zakat sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup para
mustahik dan ternyata masih terdapat kelebihan.
Jadi zakat, infaq dan shadaqah (ZIS), terutama infaq dan shadaqah,
dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif apabila terdapat usaha-usaha
4
nyata yang berpeluang menguntungkan. Dengan demikian, secara garis besar
dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) dapat didistribusikan pada dua jenis
kegiatan yaitu kegiatan-kegiatan konsumtif dan produktif. 4
Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa zakat, infaq dan shadaqah
merupakan salah satu sumber dana pembangunan sarana dan prasarana yang
harus dimiliki ummat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, institusi
ekonomi dan sebagainya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Sûrah at-
Taubah/9:71 berikut:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Lembaga zakat berkewajiban mengembangkan program-program bagi
golongan mustahik sebagai sarana pemecahan masalah mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Secara umum lembaga zakat
harus dapat mencegah (preventif), pemulihan (rehabilitatif), dan
pengembangan (developmental) mustahik agar dapat memaksimalkan
kesempatan untuk berkembang sesuai kemampuan.
4 Nasution, et al., 2008.
5
Manfaat lembaga zakat adalah kepastian muzakki membayar zakat,
menghilangkan rasa rendah diri mustahik, efisiensi dan efektifitas
(pengumpulan dan penyaluran), syiar Islam. Perlu dilakukan sinergi antar
lembaga zakat, terutama dalam praktek pendistribusian zakat dengan lembaga
keuangan syari’ah. Potensi ini akan bisa diaktualkan manakala langkah-
langkah dan upaya sistematis dilakukan dengan amanah, profesional dan
penuh tanggungjawab. Langkah-langkah tersebut antara lain sosialisasi,
kelembagaan dan pendayagunaan.
Fenomena yang terjadi pada lembaga zakat secara tidak langsung
berkaitan erat dengan ilmu kesejahteraan sosial5 yaitu suatu ilmu terapan
yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi)
masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial, pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat, dan memaksimalkan kesempatan anggota
masyarakat untuk berkembang.
Pada mulanya, usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh
kelompok keagamaan.6 Usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan melalui
pelayanan sosial yang bersifat amal (charity). Usaha-usaha kesejahteraan
sosial pada dasarnya berasal dari nilai-nilai humanitarianisme yang percaya
bahwa kondisi kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat adalah sesuatu
yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian muncul kelompok-kelompok
(relawan) yang mengupayakan pengembangan usaha kesejahteraan sosial
5 Adi Isbandi Rukminto, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Jakarta: UI
Press, 2005), h. 17. 6 Charles Zastrow, Introduction to Social Work and Social Welfare (Sixth Edition. Pasific
Grove: Brooks/Cole Publishing Company, 1996). Page 15.
6
untuk memperbaiki kondisi tersebut. Usaha kesejahteraan sosial yang
dilakukan oleh relawan yang didasari semangat filantropis selanjutnya
berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisir.7
Filantropi sosial yang mempromosikan kesejahteraan sosial antara
penyediaan barang pribadi dan pelayanan kepada orang yang membutuhkan.
Ada beberapa karakteristik pendekatan filantropi sosial, diantaranya:8
1. Amal, dimana pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan. Artinya,
tidak ada lagi interaksi dengan penerima bantuan ketika bantuan selesai
diberikan.
2. Penerima pasif, menggunakan pandangan bahwa masyarakat tidak mampu
memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dalam penyelenggaraannya tidak
melibatkan partisipasi penerima.
3. Acak, tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam pelaksanaannya.
4. Kemauan, ketergantungan upaya pada kemauan baik dari para donor dan
kemauan pemerintah untuk menggunakan uang pembayar pajak demi
mendukung kegiatan-kegiatan amal.
Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat digolongkan
sebagai konsumtif tradisional (zakat, infaq dan shadaqah dimanfaatkan dan
digunakan langsung oleh mustahik untuk pemenuhan kebutuhan hidup),
konsumtif kreatif (zakat, infaq dan shadaqah yang diwujudkan dalam bentuk
lain dari jenis barang semula contohnya beasiswa), produktif tradisional
(zakat, infaq dan shadaqah yang diberikan dalam bentuk barang-barang
7 Isbandi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, h. 1-10. 8 James Migley, Social Development:The Developmental Perspective in Social Welfare
(London: Sage Publications Ltd, 1995), h. 15-25.
7
produktif), produktif kreatif (pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah
diwujudkan dalam bentuk modal).9
Rumah Zakat adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang
memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf secara
profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan,
pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran
program unggulan. Selain menerima titipan zakat, infaq dan shadaqah,
Rumah Zakat juga menjalankan beberapa program yaitu Senyum Juara
(pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri (kemandirian,
kewirausahaan).10
Rumah Zakat telah hadir di 44 jaringan kantor, di 38 kota besar dari
Aceh hingga Papua. Dengan dukungan teknologi informasi, kini semua
kantor (pusat-regional-cabang-kantor kas) telah terkoneksi secara online.
Membuat pengelolaan lembaga lebih terintegrasi, transparan dan cepat.
Dalam pengembangan keempat rumpun programnya Rumah Zakat
mengembangkan program pendampingan dan pemberdayaan intensif berbasis
komunitas yang disebut integrated community development (ICD) baik per
kecamatan maupun kelurahan.11
Untuk setiap integrated community development dikelola oleh satu orang
atau lebih mustahik relation officer yang tinggal di tengah-tengah masyarakat
yang dibinanya sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih
9 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press,
1988), h. 61-63. 10 Wikipedia, Rumah Zakat Indonesia, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari
www.wikipedia.id.org/wiki/Rumah_Zakat_Indonesia. 11 Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari
www.rumahzakat.org.
8
terjaga. Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial
membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan
muzakki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para
aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial
bisa semakin dikurangi jaraknya.12
Realisasi dana penyaluran zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) Rumah Zakat
pada tahun 2010 sebagai berikut: 13
Tabel 1. Persentasi Penyaluran Dana ZIS Tahun 2010
Jenis Penyaluran Persentasi Kesehatan 20% Pendidikan 23% Ekonomi 23% Bencana 7% Penyaluran Langsung 3% Ramadhan 5% Qurban 17% Lain-lain 1%
Masyarakat miskin menghadapi masalah keterbatasan akses layanan
kesehatan dan rendahnya status kesehatan yang berdampak pada rendahnya
daya tahan mereka untuk bekerja mencari nafkah, terbatasnya kemampuan
anak dari keluarga untuk tumbuh dan berkembang, dan rendahnya derajat
kesehatan ibu. Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan masyarakat
miskin selain kurangnya kecukupan pangan adalah keterbatasan akses
terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar,
kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, rendahnya pendapatan
12 Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari
www.rumahzakat.org. 13 Wawancara Pribadi dengan Manager Rumah Zakat, Jakarta, 14 April 2011.
9
dan mahalnya biaya jasa kesehatan, serta kurangnya layanan kesehatan
reproduksi.14
Menurut data dari Human Development Indeks (HDI) pada tahun 2010,
Indonesia berada pada peringkat 108 di dunia dari segi kualitas sumber daya
manusia. Harapan hidup manusia di Indonesia adalah 71.5 tahun, pengeluaran
untuk kesehatan di Indonesia adalah 1,2% dari gross domestic product (GDP)
Indonesia, sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit di Indonesia
sangat rendah hal ini dibuktikan dengan tingkat keselamatan ibu dari 100.000
kelahiran adalah 420 ibu meninggal saat melahirkan.15
Dalam kesempatan itu Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelaskan
bahwa laporan pembangunan manusia telah mengubah cara pandang bangsa-
bangsa, yaitu bahwa peningkatan pendapatan penduduk bukan satu-satunya
yang sangat penting karena yang bermakna akhirnya adalah apakah penduduk
berumur panjang, sehat dan mempunyai kehidupan yang produktif.
Pengukuran lain dalam laporan ini adalah multidimensional measure of
poverty index, yang menambahkan ukuran multiple deprivation, atau faktor-
faktor lain yang berpengaruh pada tingkat rumah tangga, meliputi kebutuhan
dasar, pendidikan, air bersih dan pelayanan kesehatan serta hal-hal lain
dibandingkan hanya pada ukuran yang berbasis pendapatan semata.16
Sedangkan dari data di Sudin Kesehatan Jakarta Timur sepanjang tahun
2010 ini, jumlah kematian ibu hamil tercatat 4 orang dari total ibu hamil
14 Tim, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (T.tp.: Tim Penyusun Komite
Penanggulangan Kemiskinan, t.t.), h. 15. 15 Kualitas SDM Indonesia di Dunia, artikel diakses pada 19 Maret 2011 dari
www.ekonomi.kompasiana.com. 16 Human Development Report, artikel diakses pada 19 Maret 2011 dari Human
Development Report | Bataviase.co.id.
10
sebanyak 42.288 orang. Pada tahun 2009, jumlah kematian ibu hamil
sebanyak 5 orang dari total ibu hamil sebanyak 46.346 orang. Sedangkan
tahun 2008 silam, jumlah kematian ibu hamil lebih tinggi lagi yaitu 11 orang
dari jumlah total ibu hamil sebanyak 60.061 orang.17
Sehingga dapat saya simpulkan, beberapa keluhan utama masyarakat
miskin terhadap pelayanan kesehatan adalah mahalnya biaya pengobatan dan
perawatan, perilaku hidup yang tidak sehat, rendahnya mutu layanan
kesehatan dasar disebabkan oleh terbatasnya tenaga kesehatan, kurangnya
sarana kesehatan lainnya, kecenderungan penyebaran tenaga kesehatan yang
tidak merata, dan rendahnya anggaran yang tersedia bagi pembangunan
pelayanan kesehatan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Rumah Zakat
mempunyai program pemberdayaan yaitu senyum juara, senyum mandiri
dan senyum sehat. Namun karena keterbatasan penulis, maka dalam hal
ini membatasi masalah yang akan diteliti pada salah satu program
senyum sehat yaitu Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur
diantaranya:
a. Pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis
(RBG).
b. Evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG). 17 Rodin Daulat, Posyandu Tekan Angka Kematian Ibu Hamil di Jaktim, artikel diakses
pada 3 Mei 2011 dari Pencanangan Pengembangan Hutan Kota Di Kawasan Industri Pulogadung...http://www.timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=664.
11
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas penulis
merumuskan permasalahan yaitu bagaimana pelaksaan dan evaluasi
program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta
Timur dengan rincian:
a. Bagaimana pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah Bersalin
Gratiis (RBG)?
b. Bagaimana evaluasi program layanan kesehatan Rumah Bersalin
Gratiis (RBG)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program
layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) di Jakarta Timur.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan program layanan kesehatan Rumah
Bersalin Gratiis (RBG).
b. Untuk mengetahui hasil evaluasi program layanan kesehatan dari
aspek relevansi, efektifitas, efisiensi, dampak dan kesinambungan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menilai kinerja
program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG).
12
2) Dapat memberikan masukkan buat Rumah Zakat dari evaluasi
program layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan.
b. Manfaat Akademis
1) Bagi UIN, sebagai bahan referensi atau tambahan pustaka
tentang lembaga zakat dan kesejahteraan sosial.
2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program
pelayanan masyarakat melalui lembaga dan kesejahteraan sosial
bagi mahasiswa jurusan konsentrasi kesejahteraan sosial.
3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara
langsung dilapangan melalui penelitian ini.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi berjudul evaluasi program telah banyak
dilakukan oleh beberapa mahasiswa namun masing-masing dari mereka
memiliki perbedaan dalam metodologi penulisannya, seperti skripsi karya
Izur Suryadi yang melakukan penelitian evaluasi program comdev Indonesia
dalam pemberdayaan masyarakat peternak domba di desa Srogol, kec.
Cijeruk, kab. Bogor. Berbeda dengan skripsi karya Muhammad Hasanuddin
yang melakukan penelitian evaluasi program kampung ternak dompet dhuafa
dalam mengembangkan potensi ternak lokal di desa Lebak Sari Sukabumi
Jawa Barat.
Pada intinya penulis sangat tertarik pada salah satu program pelayanan
yang dilakukan lembaga zakat menyalurkan bantuan sesuai dengan kebutuhan
13
mustahik dan keluarganya. Perbedaan dari skripsi yang lain biasanya evaluasi
dilakukan pada bidang ekonomi sedangkan peneliti akan fokus pada program
layanan kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG). Berdasarkan hasil uraian
di atas maka penulis merasa tertarik dan menelaah untuk mengevaluasi
program secara menyeluruh mulai dari input, proses, output, dan impact. Dan
judul yang digunakan dalam penelitian adalah:
EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH
BERSALIN GRATIIS (RBG) BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA
TIMUR.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penyusunan skripsi ini penulis membagi dalam
lima bab yaitu:
BAB I Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori terdiri dari evaluasi program, layanan kesehatan,
kemiskinan.
BAB III Metodologi Penelitian terdiri dari ruang lingkup penelitian, metode
penelitian.
BAB IV Analisis Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis
(RBG) Bagi Orang Miskin di Jakarta Timur terdiri dari gambaran
umum objek penelitian, penemuan dan pembahasan.
BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi secara etimologi dalam kamus ilmiah populer adalah
penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan dan penentu nilai.18 Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan dengan
penilaian.19
Evaluasi adalah pengidentifikasian keberhasilan atau kegagalan
suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe
evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus (on-going evaluation) dan evaluasi
akhir (ex-post evaluation).20
Tipe evaluasi yang pertama dilaksanakan pada interval periode
waktu tertentu, misalnya per tri wulan atau per semester selama proses
implementasi (biasanya pada akhir phase atau tahap suatu rencana). Tipe
evaluasi yang kedua dilakukan setelah implementasi suatu program atau
rencana. Evaluasi biasanya lebih difokuskan pada pengidentifikasian
kualitas program. Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang
sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan program.21
18 Pius A Partanto dan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka,
1994), h. 163. 19 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 238. 20 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 119.
21 Ibid., h. 119.
14
15
Menurut Suharsimi Arikunto (2004) evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah
menyediakan informasi yang berguna bagi decision maker untuk
menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang
telah dilakukan.22
Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama. Fungsi
evaluasi formatif yaitu evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan
kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya).
Fungsi evaluasi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk
pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.23
Kemudian Stufflebeam juga membedakan evaluasi sesuai di atas
yaitu proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan dan
retroactive evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Jadi
evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan
suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,
motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang
terlibat.24
22 Nana Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan Performance Indicator
bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 23.
23 Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen, Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.
24 Ibid., h.4.
16
Evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap segala macam
pelaksanaan program agar dapat diketahui secara jelas apakah sasaran-
sasaran yang dituju sudah dapat tercapai atau belum. Segala bentuk
program apapun baik itu dalam bentuk profit dan non profit (nirlaba)
dalam pelaksanaan manajerialnya sangatlah disyaratkan untuk
melakukan monitoring dan evaluasi. Fungsi pengawasan dalam suatu
organisasi pada umumnya terkait dengan proses pemantauan
(monitoring) dan evaluasi (evaluation).25
Definisi evaluation (evaluasi) menurut Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECD)/Development Assistance
Committee (DAC) adalah penilaian sistematis dan objektif terhadap
sebuah proyek, program atau kebijakan yang telah selesai atau masih
berlangsung, serta rancangan, implementasi dan hasilnya. Tujuannya
adalah untuk menentukan relevansi dan realisasi tujuan, efisiensi
pembangunan, efektivitas, dampak dan keberlanjutan.26
Menurut John L Herman dalam Tayibnapis (1989) program adalah
segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil
atau manfaat. Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat
dipahami dalam dua makna yaitu secara umum dan khusus.27
Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau
rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian
hari. Sedangkan pengertian secara khusus dari program biasanya
25 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis (Jakarta: FEUI Press, t.t.), h. 187. 26 Purwa Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak Program
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009), h. 70. 27 Mintarti, dkk., Zakat & Empowering, Kajian Perumusan, h. 23.
17
dikaitkan dengan evaluasi yaitu suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung
dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang.28
Menurut Kirkpatrick (1996) Evaluasi program dapat dimaknai
sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat
direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-
masing komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh
evaluator.29
Dari dapat di atas dapat saya simpulkan bahwa evaluasi program
berguna untuk menentukan apakah keluaran dan hasil dari pelaksanaan
program bisa terealisasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini,
Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu
dilakukan:30
a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.
b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif
program.
c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih
baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat
memperkuat program itu sendiri. 28 Ibid., h. 23. 29 Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak, h. 70. 30 Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, h. 188.
18
e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat
perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.
f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup
masuk akal.
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah
kegiatan program secara lebih baik.
h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam
kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut
melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah
berhasil dengan baik.
i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang
lebih luas.
j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan
kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat,
komunitas fungsional dan komunitas lokal.
3. Pendekatan Evaluasi
Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat
tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain
tujuan dan prosedur evaluasi.
Pendekatan Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD)31 mengembangkan evaluasi ini dengan logical
framework sebagai alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan
rancangan pelaksanaan program yang melibatkan pengidentifikasian
31 Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kaji Dampak, h. 70-71.
19
unsur-unsur strategis (masukan, keluaran, hasil, dampak) dan hubungan
sebab-akibat unsur-unsur strategis tersebut, berbagai indikator dan
asumsi atau risiko yang mungkin mempengaruhi keberhasilan dan
kegagalan. Secara sederhana, evaluasi ini memuat lima kriteria evaluasi
yaitu:
a. Relevansi (relevance) didefinisikan sebagai tingkat sejauh mana
(tujuan) suatu program sejalan dengan persyaratan penerima
manfaat, kebutuhan, prioritas, kebijakan mitra dan donor. Pada
dasarnya relevansi merupakan jawaban dari kebermanfaatan dan
kedayagunaan.
b. Efektifitas (effectiveness) ialah jangkauan sejauh mana tujuan dan
target program tercapai, atau diharapkan tercapai, dengan
mempertimbangkan arti penting relatifnya. Secara eksplisit,
efektifitas adalah hubungan antara output (produk dan jasa) dengan
outcome (manfaat dan diharapkan dari sasaran atau penerima
manfaat).
c. Efisiensi (efficiency) adalah ukuran tentang bagaimana sumber
daya/masukan secara ekonomis (dana, keahlian, waktu dan
sebagainya) dikonversikan menjadi hasil. Secara sederhana, efisiensi
dapat diukur dengan membandingkan antara hasil (output) dengan
asupan (input) yang digunakan (waktu, SDM, alat, dan sebagainya).
d. Dampak (impact) merupakan efek primer dan sekunder dalam jangka
panjang, baik positif maupun negatif, yang dihasilkan sebuah
program, langsung atau tidak langsung, dikehendaki maupun tidak
20
dikehendaki. Dalam evaluasi dampak program, beberapa hal yang
perlu ditanyakan adalah perubahan apa yang terjadi sebagai hasil dari
pelaksanaan program, apa perubahan nyata yang dirasakan penerima
manfaat dari pelaksanaan program dan berapa banyak orang yang
merasakan pengaruhnya.
e. Kesinambungan (sustainability) adalah kesinambungan manfaat dari
suatu program setelah bantuan program besar diselesaikan atau
kemungkinan berlanjutnya manfaat dalam jangka panjang. Atau
didefinisikan juga sebagai daya tahan manfaat-bersih (net benefit)
terhadap risiko sepanjang waktu.
4. Desain Evaluasi
Desain evaluasi program (Carol Tayler Fitz Gibbon & Lynn Lyons
Morris, 1987), suatu desain ialah rencana yang menunjukkan bila
evaluasi akan dilakukan dan dari siapa evaluasi atau informasi akan
dikumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama memakai desain
yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut
organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Semua
orang yang terlibat dalam evaluasi adalah orang yang tepat, dilakukan
pada waktu yang tepat, dan ditempat yang tepat seperti yang telah
direncanakan.32
Pada dasarnya suatu desain ialah bagaimana mengumpulkan
informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi dapat
32 Tayibnapis, Evaluasi Program, h. 64.
21
dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah akan
diperlukan atau tidak.33
a. Desain dalam evaluasi sumatif.
Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif,
evaluator sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum,
menyingkat dan membuat laporan tentang keberhasilan program.
Karena laporan tersebut dapat mempengaruhi keputusan tentang
masa depan program atau nasib orang lain, maka evaluator perlu
mendukung penemuannya dengan data yang cukup terpercaya.
Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan
eksperimen ilmiah, metode dimana orang dapat membuat dampak
secara logika pada hasil sesuatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya
evaluasi pendidikan dan perlakuannya. Evaluasi sumatif sebaiknya
memakai eksperimen apabila meneliti program yang akan di evaluasi
dengan hasil evaluasinya.
b. Desain dalam evaluasi formatif.
Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan
program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan
program dan komponen yang ada didalamnya. Hal ini
memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya yang utama,
menganjurkan orang-orang program mengamati terus-menerus
dengan cermat kegiatan-kegiatan dalam program.
33 Ibid., h. 64.
22
Dalam hal ini saya menggunakan desain evaluasi sumatif pada
analisis program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis untuk menilai
keberhasilan program apakah keluaran dan hasil bisa terealisasikan dan
dapat dipertanggungjawabkan.
5. Indikator Evaluasi
Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur
untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal
yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu
fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan
kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat
yang dapat menunjukkan suatu keadaan.34
Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu
kegiatan, yaitu:35
a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang
seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misalnya
dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa
diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani
10 rumah tangga. Maka perlu dicek (dilihat), apakah tenaga kader
yang terlatih tersebut benar-benar ada.
b. Indikator relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan
ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang
ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuan
pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi yang biasa
34 Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126. 35 New Life Options: Evaluasi Program, h. 73.
23
mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang
lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila
dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan.
c. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya
dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan
secara tepat guna (efisien), atau tidak memboroskan sumber daya
yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya suatu layanan
yang dijalankan dengan baik hanya memanfaatkan 4 tenaga
lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga
lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya
pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi
adalah under employment (pengangguran terselubung).
d. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang
ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang
membutuhkan, misalnya apakah puskesmas yang didirikan untuk
melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis,
dimana sebagian warga desa mudah datang ke puskesmas.
Dari penjelasan di atas saya simpulkan bahwa dalam mengevaluasi
program harus memilih pendekatan/desain untuk melakukan penilaian
secara sistematis dan objektif terhadap pelaksanaan program.
24
B. Layanan Kesehatan
1. Pengertian Jasa, Layanan dan Pelayanan
Jasa dan layanan merupakan hal yang sama untuk lebih memperjelas
berikut ini dipaparkan beberapa definisi jasa/layanan.
Pada bukunya Rambat Lupiyoadi mengutip definisi Lethtinen
mengenai jasa adalah satu atau lebih rangkaian aktivitas pada interaksi
antara seseorang atau peralatan fisik yang menyediakan kepuasan
pelanggan.36 Moenir (2008) menjelaskan bahwa pelayanan adalah proses
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung.37
Pelayanan yang dikatakan berwujud tersebut berarti bahwa
pelayanan itu hanya dapat dirasakan, oleh sebab itu lebih jauh Normann
(1991:14) memberikan karakteristik tentang pelayanan sebagai pelayanan
merupakan suatu produksi yang mempunyai sifat tidak dapat diraba,
berbeda dengan barang produksi lain (barang jadi atau barang industri
yang berwujud). Pelayanan itu kenyataannya terdiri dari tindakan nyata
dan merupakan pengaruh yang sifatnya adalah tindak sosial. Produksi
dan konsumsi dari pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena
pada umumnya kejadian bersamaan dan terjadi di tempat yang sama.38
36 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta; Salemba 4,
2006), hal. 5-6. 37 H. A. S Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: PT Bumi Aksara,
1st ed), hal. 17. 38 Usep Mulyana, Manajemen Pelayanan Umum, artikel diakses pada 27 Maret 201 dari
www.usepmulyana.files.wordpress.com/2009/02/mpu-kp-1.pdf.
25
2. Kesehatan
Definisi sehat dari Badan Kesehatan Dunia World Health
Organization (WHO) yaitu kesehatan bukan hanya bebas penyakit,
melainkan mencakup kesejahteraan fisik, mental, sosial dan spiritual.
Pemahaman tentang arti sehat ini sangat mempengaruhi bentuk
perawatan, termasuk hubungan antara tenaga medis dengan pasien,
tindak lanjut perawatan, usaha-usaha penunjang yang antara lain
mencakup rehabilitasi, pencegahan dan diagnosa dini.39
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.40
Menurut undang-undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan
undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yaitu
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap 39 Mary Johnston, Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial dengan Klien Dalam Setting
Rumah Sakit (Surakarta: Tim Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothese, 1988), h. 6.
40 Wikipedia, Kesehatan, artikel diakses pada 16 April 2010 dari Kesehatan Menurut Undang-Undang - Tujuan Kesehatan Dalam Segala ... www.wikipedia.id.org/wiki/Kesehatan.
26
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.41
Sehingga dapat saya simpulkan, layanan kesehatan adalah proses
pemenuhan kebutuhan penaggulangan dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
3. Ciri-ciri Jasa/Layanan
Ciri-ciri Jasa/layanan diantaranya:42
a. Tangible
Merupakan sarana dengan fasilitas yang dapat langsung
dirasakan oleh penerimanya. Hal ini dapat dilihat dari:
1) Kebersihan, kerapihan, kenyamanan dan keamanan ruangan.
2) Penataan interior dan eksterior, termasuk didalamnya tempat
parkir baik yang berada didalam maupun yang diluar.
3) Kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat medis.
4) Penampilan petugas yang bersih dan rapi.
b. Reliability
Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan
secara akurat dan handal. Hal ini dapat dilihat dari:
41 Wikipedia, Kesehatan. 42 Fajriyah Ch. Sudjudi, Pengaruh Layanan Kesehatan RS. Hospital Cinere Terhadap
Loyalitas Konsumen, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2008).
27
1) Prosedur administrasi penerimaan, pendaftaran dan pembayaran
pasien.
2) Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan pasien secara cepat dan
tepat.
3) Jadwal pelayanan tepat, waktu pemeriksaan di rumah bersalin
gratis dan pelayanan di bidang kesehatan.
4) Prosedur layanan tidak berbelit.
c. Responsiveness
Kemampuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien
dengan cepat dan tepat. Hal ini dapat di lihat dari:
1) Dokter cepat tanggap dalam melayani keluhan pasien.
2) Perawat dan petugas lainnya cepat tanggap.
3) Petugas memberikan informasi yang jelas.
4) Tindakan diberikan secara cepat.
C. Kemiskinan
1. Definisi Miskin
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “miskin” diartikan
sebagai tidak berharta benda atau serba kekurangan (berpenghasilan
rendah).43 Dari bahasa aslinya Arab kata miskin berasal dari kata sakana
yang berarti diam atau tenang, tetap, dan statis. Al-Raghib al-Ashfahani
43 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, artikel diakses pada 29 April 2011 dari
media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Miskin.html.
28
mendefinisikan miskin adalah seorang yang tidak memiliki sesuatu apa
pun.44
Imam Syafii berpendapat orang miskin adalah orang yang memiliki
pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. K.H Ali Yafie menjelaskan bahwa orang
miskin adalah orang memiliki harta atau memiliki pekerjaan atau
memiliki keduanya, tetapi harta atau hasil dari pekerjaannya itu hanya
mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.45
Menurut sosiolog Soerjono Soekanto, kemiskinan merupakan suatu
keadaan ketika seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisik dalam kelompoknya
tersebut.46 Sedangkan menurut antropolog Parsudi Suparlan, masyarakat
miskin adalah sekelompok manusia yang kehidupan serta pendapatan
sehari-harinya tidak dapat memenuhi kebutuhan yang paling pokok
sehingga kehidupan mereka serba kekurangan.47
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Sosial
(Depsos) (2002:4) kemiskinan merupakan kondisi yang berada dibawah
garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh
setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100
44 Asep Usman Ismail, Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial: Perspektif al-
Qur’an tentang Perlindungan terhadap Anak dan Fakir Miskin dalam Pengembangan Masyarakat (Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006), h. 134.
45 Ibid., h. 136. 46 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 349. 47 Parsudi Suparlan, Kemiskinan di Perkotaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995),
h. 76.
29
kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri
dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka
barang dan jasa lainnya.48
Sehingga dapat saya simpulkan orang miskin adalah seseorang yang
tidak berharta benda, tidak memiliki pekerjaan tetap, dan penghasilannya
itu tidak mencukupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokoknya.
2. Paradigma Kemiskinan
Ada dua teori dalam memandang kemiskinan:49
Pertama teori neo-liberal adalah kemiskinan absolut merupakan
persoalan individual yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan dan
pilihan-pilihan individu yang bersangkutan seperti lemahnya pengaturan
pendapatan dan lemahnya kepribadian (malas, pasrah dan bodoh).
Strategi penanggulangan kemiskinan dengan cara penyalurkan
pendapatan terhadap orang miskin secara selektif dan memberikan
pelatihan keterampilan pengelolaan keuangan melalui inisiatif
masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Kedua teori demokrasi-sosial adalah kemiskinan relatif merupakan
ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya
akses-akses kelompok tertentu terhadap berbagai sumber-sumber
kemasyarakatan. Strategi penanggulangan kemiskinan dengan cara
penyaluran pendapatan secara universal dan perubahan fundamental
dalam pola-pola pendistribusian pendapatan melalui intervensi negara
dan kebijakan sosial.
48 Suharto, Membangun Masyarakat, h. 133-134. 49 Ibid., h. 139-140.
30
3. Ciri-ciri Kemiskinan
Kemiskinan mempunyai beberapa ciri diantaranya:50
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,
sandang dan papan).
b. Ketidakadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massal.
e. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber
alam.
f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marjinal dan terpencil).
50 Suharto, Membangun Masyarakat, h. 132.
31
4. Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas
Indikator kemandirian individu dan komunitas merupakan indikator
yang dibuat oleh Rumah Zakat untuk memberikan akses dan jaminan di
bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan kepada mustahik.
Tabel 2. Indikator Kemandirian Individu dan Komunitas51
Aspek Individu Komunitas Ekonomi - Fakir tidak berpenghasilan.
- Miskin penghasilan $1.25 per jiwa/hari.
- Mandiri penghasilan lebih dari $ 1.25/jiwa per hari – 15% di atas nishab zakat.
- Muzzaki lebih dari 15% di atas nishab zakat.
Munculnya lembaga keuangan dengan alternatif lembaga formal (mis: Lembaga Keuangan Syari’ah) atau lembaga informal (mis: arisan).
Pendidikan - Terpenuhi pendidikan dasar.
- Mendapat vocational (non formal) training.
- Meningkatnya tingkat partisipasi warga binaan dalam pembiayaan pendidikan dasar di komunitas.
- Munculnya aktivitas pengembangan potensi anak (formal maupun non formal).
Kesehatan Implementasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga warga binaan.
Munculnya dan/atau meningkatnya kuantitas dan kualitas aktivitas usaha kesehatan berbasis masyarakat yaitu posyandu, implementasi PHBS di tatanan rumah tangga warga binaan, menurunnya angka kematian ibu dan anak warga binaan, dan aktivitas dan output program posyandu di wilayah pengembangan masyarakat terpadu.
51 Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari
www.rumahzakat.org.
32
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah jenis
penelitian metode evaluasi.
Metode evaluasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan suatu program atau untuk mengetahui keefektifan
pelaksanaan suatu program. Manfaat metode evaluasi adalah untuk
memberikan rekomendasi pelaksanaan program yang lalu dan untuk
memperbaiki pelaksanaan program yang akan dilaksanakan berikutnya.52
Jadi, metode evaluasi sangat dibutuhkan untuk menilai keberhasilan
dan keefektifan pelaksanaan suatu program. Sesuai dengan jenis
penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini akan
menggambarkan tentang evaluasi program layanan kesehatan rumah
bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metodologi penelitian kualitatif.
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada
mulanya bersumber pada pengamatan kuantitatif yang dipertentangkan
dengan pengamatan kualitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan
52 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2009), h. 144.
32
33
pengukuran tingkatan (perhitungan atau angka) suatu ciri tertentu. Di
pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan
dengan jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian
penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak
mengadakan perhitungan.53
Sedangkan dalam penelitian sosial, dikenal adanya dua metodologi
(proses, prinsip dan prosedur yang ditempuh seorang peneliti dalam
mendekati permasalahan dan mencari jawabannya) yang dikenal dengan
istilah kualitatif dan kuantitatif.54
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller (1986:9)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.55
Menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai
rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi
sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan
pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun
53 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h. 2. 54 Monasse Mallo, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Penerbit Karunika, 1986), h. 31. 55 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 3.
34
praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-
informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu
generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.56
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam Metode Penelitian Pendidikan
mendefinisikan metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif (kualitatif), dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.57
Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang dan perilaku berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat
diterima oleh akal sehat manusia.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian di Rumah Bersalin Gratiis yang beralamat
di Jalan Pulo Asem Timur Raya No. 18, Jakarta Timur. Peneliti memilih
56 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1992), h. 209. 57 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: CV Alfabeta, 2010), h. 15.
35
tempat penelitian tersebut dengan alasan lokasi tempat yang letaknya
strategis dari rumah peneliti sehingga memudahkan dalam pengumpulan
data lapangan, menghemat waktu dan dana dalam melakukan penelitian.
Untuk tempat wawancara penulis melakukan di tempat yang berbeda
yaitu rumah bersalin gratiis dan rumah anggota yang menerima layanan
kesehatan secara gratis di daerah Jakarta Timur. Sedangkan waktu
penelitian dimulai sejak tanggal 1 April 2011 dan penelitian ini akan
berakhir pada tanggal 30 Mei 2011.
4. Pemilihan Subjek, Informan dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek adalah evaluasi program
layanan kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta
Timur. Untuk informan dalam penelitian adalah dokter, bidan dan
pegawai rumah bersalin gratiis. Sedangkan yang menjadi objek dalam
penelitian adalah 5 (lima) orang anggota penerima manfaat layanan
kesehatan secara gratis di Rumah Bersalin Gratiis.
B. Metode Penelitian
1. Teknik Pemilihan Informan dan Objek
Pemilihan informan bertujuan untuk mempermudah peneliti
sehingga tidak perlu menjadikan keseluruhan populasi sebagai informan.
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, orang tersebut harus
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.58
58 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 90.
36
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, dalam memilih
responden ini penulis menggunakan teknik nonprobability sampling.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi
sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh dan snowball.59
Dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985), dalam penelitian
naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-
ciri khusus sampel purposive, yaitu:60
a. Emergent sampling design/sementara.
b. Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju.
c. Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan
dengan kebutuhan.
d. Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.
Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.
Tabel 3. Informan Penelitian No Nama Jabatan Alasan Memilih
1) dr. Hilmi Sulaiman R
Kepala Cabang
Mengetahui keseluruhan program dan pelaksanaan layanan kesehatan rumah bersalin gratiis dengan dana ZIS.
59 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 122-123 60 Ibid., h. 300-301
37
2) Dwi Laksmi
General Administrasi
Mengetahui data anggota dan rutinitas layanan kesehatan rumah bersalin gratiis.
3) Nurzakiah Bidan Kriteria ibu hamil yang mendapat layanan bersalin gratis dan layanan pengobatan umum selama tiga tahun.
Tabel 4. Objek Penelitian
No Nama Status Pasien
Alasan Memilih
1) Ibu Dianti Anggota tahun 2010
Anggota yang sedang berobat umum untuk anak kedua di rumah bersalin gratiis.
2) Ibu Marlina Anggota tahun 2010
Anggota yang sedang berobat umum untuk anak ketiga di rumah bersalin gratiis.
3) Ibu Sitisa’diah
Anggota tahun 2010
Rujukan dari bidan yang lokasi rumahnya dekat dengan rumah bersalin gratiis dan peneliti.
4) Ibu Triwiyanti
Anggota tahun 2010
Rujukan dari bidan karena kondisi ekonomi yang memprihatinkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5) Ibu Caturwiyanti
Anggota tahun 2007
Rujukan dari bidan untuk menilai perbedaan program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis tahun 2007 dengan 2011.
2. Instrumen dan Alat Bantu
Dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak
menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan
key instruments. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang diteliti.61
Instrumen diperlukan untuk mengevaluasi program layanan
kesehatan rumah bersalin gratiis bagi orang miskin. Bentuk instrumen
61 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 133.
38
adalah pertanyaan. Untuk itu dapat digunakan sebagai pedoman
wawancara dan observasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi yaitu:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak.62
Menurut Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain:
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami
masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang;
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh
dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi);
dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang
dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.63
Menurut Esterberg (2002) wawancara adalah merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.64
62 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 135. 63 Ibid., h. 135. 64 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: CV
Alfabeta, 2008), h. 231.
39
Dalam wawancara penulis melakukan tanya jawab terhadap lima
orang anggota, dokter, bidan dan pegawai rumah bersalin gratiis
secara langsung.
b. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala penelitian.65
Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Marshall (1995) menyatakan bahwa
melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari
perilaku tersebut.66
Notoatmodjo mendefinisikan observasi sebagai perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
rangsangan. Rangsangan tadi setelah mengenai indra menimbulkan
kesadaran untuk melakukan pengamatan. Dalam penelitian yang
dimaksud pengamatan tidak hanya sekedar melihat saja melainkan
juga perlu keaktifan untuk meresapi, mencermati, memaknai dan
akhirnya mencatat.67
Dalam hal observasi penulis melakukan pengamatan dan
pencatatan data dalam proses pelaksanaan program layanan
kesehatan di Rumah Bersalin Gratiis pada tanggal 12 Mei 2011.
65 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2009), h. 52. 66 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 226. 67 B Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2006), h. 141.
40
c. Dokumentasi
Guba dan Lincoln (1981:228) mendefinisikan dokumen ialah
setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen sudah lama
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam
banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk
menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.68
Dalam hal dokumentasi penulis pengumpulan berupa sub copy
data asli tentang rumah bersalin gratiis dari data tulisan dan data
gambar.
4. Sumber dan Data
Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang
diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio
tapes, pengambilan foto atau flim. Pencatatan sumber data utama melalui
wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya.69
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan
merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari
segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat
68 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 161. 69 Ibid., h. 122.
41
dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resmi.70
Sumber yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:
a. Sumber primer adalah para anggota yang menerima manfaat layanan
kesehatan secara gratis dan manajemen rumah bersalin gratiis.
b. Sumber sekunder adalah pencatatan dokumentasi dan observasi di
rumah bersalin gratiis.
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Relevansi yaitu need assessment, tujuan-visi-misi rumah bersalin
gratiis, input (sumber daya manusia dan fasilitas) dan eksplorasi
terkait konsistensi rumah bersalin gratiis dalam mencapai tujuan.
b. Efektifitas yaitu target rumah bersalin gratiis, SOP, eksplorasi dan
observasi kondisi aktual.
c. Efisiensi yaitu output rumah bersalin gratiis (layanan, tindakan
medis dan jumlah anggota) dan input (tenaga medis, waktu dan
pendanaan).
d. Dampak yaitu program rumah bersalin gratiis, output program,
analisa perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota.
e. Kesinambungan yaitu keterjaminan pendanaan, penerimaan
masyarakat dan segenap stakeholder, evaluasi teknis dan kualitas,
ketersediaan sumber daya manusia, fasilitas, kebijakan publik di
70 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 113.
42
sektor ekonomi, kesehatan dan politik yang mempengaruhi
pelaksanaan program, respon dari masyarakat.
5. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah proses mencari dan
mengatur data secara sistematis transkrip interview, catatan dilapangan,
dan bahan-bahan lain yang didapatkan, yang kesemuanya itu
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti (terhadap suatu
fenomena) dan membantu peneliti untuk menginterpretasikan
penemuannya kepada orang lain.71 Didalam penelitian kualitatif, analisis
data dilakukan bersamaan atau hampir bersamaan dengan pengumpulan
data, berikut ini adalah prosedur analisis data penelitian kualitatif
menurut Irawan yang digunakan dalam penelitian ini.72
a. Pengumpulan data mentah
Tahap pengumpulan data mentah dilakukan melalui wawancara,
observasi lapangan dan kajian pustaka.
b. Transkrip data
Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari pengumpulan data
mentah diubah ke bentuk tertulis seperti yang diketik persis seperti
apa adanya (verbatim).
c. Pembuatan koding
Pada tahap ini, bagian-bagian tertentu dari transkrip yang sudah
dibuat sebelumnya, dimana merupakan hal-hal yang penting dan
dapat menjadi kata kunci diberikan kode. 71 Prasetya Irawan, Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Depok:
FISIP UI, 2006), h. 73. 72 Ibid,. h. 78-80.
43
d. Kategorisasi data
Yang dimaksud dengan kategorisasi data adalah peneliti mulai
menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep (kata-
kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori.
e. Penyimpulan sementara
Sampai tahap ini, peneliti sudah boleh mengambil kesimpulan,
meskipun masih bersifat sementara, dimana kesimpulan tersebut
sepenuhnya harus berdasarkan data.
f. Penyimpulan akhir
Untuk sampai pada tahap ini, ada kemungkinan peneliti akan
mengulangi langkah satu sampai langkah enam berkali-kali, sebelum
peneliti mengambil kesimpulan akhir dan mengakhiri penelitiannya.
Kesimpulan akhir diambil ketika peneliti sudah merasa bahwa data
sudah jenuh (saturated) dan setiap penambahan data baru hanya
berarti ketumpangtindihan (redundant).
Dari hasil analisis tersebut akan didapatkan jawaban atas pertanyaan
penelitian ini serta mampu memberikan penilaian layanan kesehatan
rumah bersalin gratiis bagi orang miskin di Jakarta Timur.
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Denzin
(1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
44
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori.73
a. Menurut Patton (1987:331) triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
b. Menurut Patton (1987:329) triangulasi dengan metode terdapat dua
strategi, yaitu:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data.
73 Moleong, Metodologi Penelitian, h. 178.
45
2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
c. Triangulasi penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Cara lain ialah membandingkan hasil pekerjaan
seorang analis dengan analis lainnya.
d. Menurut Lincoln dan Guba (1981:307) triangulasi dengan teori
berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan
menurut Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa triangulasi
dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding
(rival expalanations).
7. Teknik Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang
diterbitkan oleh UIN Jakarta Press Tahun 2007.74
74 Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: CeQDA, 2007), h. 26.
46
BAB IV
ANALISIS EVALUASI PROGRAM LAYANAN KESEHATAN RUMAH
BERSALIN GRATIIS BAGI ORANG MISKIN DI JAKARTA TIMUR
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Rumah bersalin gratiis adalah program pengadaan fasilitas
kesehatan gratis berupa rumah bersalin dan klinik umum yang berfungsi
memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta
masyarakat kurang mampu. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan
menggunakan skema keanggotaan per kepala keluarga, sehingga
intervensi kesehatan yang diberikan dapat lebih komperhensif dengan
menggunakan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.75
2. Latar Belakang Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Latar belakang didirikan rumah bersalin gratiis adalah tingkat angka
kematian ibu yang tinggi di Indonesia. Sebagian besar kematian
perempuan saat melahirkan disebabkan komplikasi hamil dan bersalin,
pendarahan, infeksi, eklamsia, aborsi tidak aman, kebersihan yang buruk
dan persalinan yang lama. Sebagian besar dari komplikasi-komplikasi
tersebut dapat dicegah dengan penerapan teknologi kesehatan yang ada.
Namun demikian banyak faktor yang membuat layanan kesehatan
tidak dapat diaplikasikan keseluruhan. Pada waktu kesehatan didekatkan
75 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis, artikel diakses pada 4
April 2011 dari dokumentasi rumah bersalin gratiis.
46
47
kepada masyarakat, belum tentu masyarakat memanfaatkan karena salah
satu faktor utama adalah hambatan ekonomi.
Rumah Zakat membangun pemberdayaan pada bidang kesehatan
dengan healthcare untuk menyehatkan masyarakat kurang mampu.
Healthcare mulai berkiprah pada tahun 1998-2009. Kegiatan kesehatan
berawal dari kegiatan charity yaitu layanan yang diberikan secara
langsung dan dalam waktu-waktu tertentu. Layanan kesehatan yang
diberikan berupa siaga sehat, khitanan, dan bakti sosial kesehatan.
Sebelumnya ada klinik pada tahun 2005, termasuk klinik pertama di Bandung. Rumah bersalin gratiis di Jakarta Timur didirikan tanggal 26 Februari 2007, beralamat di Jalan Taruna no. 43, Pulogadung. Di Taruna lebih dekat ke mustahik. Tahun 2010 sampai sekarang menjadi alat transformasi dan pembangunan pada bidang kesehatan.76
Program kesehatan rumah bersalin gratiis berbasis keanggotaan
untuk akses layanan kesehatan gratis. Layanan yang diberikan kepada
masyarakat kurang mampu terdiri dari layanan pengobatan umum,
layanan kesehatan ibu dan anak, dan layanan jasa. Pada tahun 2008
lokasi rumah bersalin gratiis pindah ke jalan Pulo Asem Timur Raya no.
18, Pulogadung. Perbedaan bangunan saat ini lebih luas dan pelaksanaan
program layanan kesehatan bersifat independent, walaupun dalam
naungan Rumah Zakat.
3. Tujuan Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Tujuan rumah bersalin gratiis adalah perbaikan kualitas kesehatan
dan aksesibilitas layanan kesehatan anggota pemberdayaan di wilayah
76 Wawancara Pribadi dengan Manager rumah bersalin gratiis, Jakarta, 4 April 2011.
48
Integrated Community Development (ICD) baik per kecamatan maupun
kelurahan.77
Visi
Menjadi pusat pemberdayaan kesehatan masyarakat yang bersifat
universal.
Misi
- Menyelenggarakan program kesehatan yang bersifat komperhensif di
seluruh Indonesia menuju pemerataan akses pelayanan kesehatan
yang berkualitas.
- Menintegrasikan nilai-nilai universal dalam setiap aktifitas dan
kebijakan lembaga.
- Menyempurnakan seluruh proses lembaga berbasis teknologi,
komunikasi dan informasi untuk mencapai kinerja yang optimal.
- Menumbuhkan usaha di sektor produktif dalam rangka menunjang
kontinuitas menyelenggarakan program lembaga.
4. Struktur Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Struktur rumah bersalin gratiis yaitu:78
Kepala Cabang : dr. Hilmi Sulaiman R
General Administrasi : Dwi Laksmi
Staf Keuangan : Dewi Puspitasari
Kepala RBG : dr. Agung Z. W
Dokter Jaga : dr. Silvi, dr. Indra dan dr. Maryam
Bidan Jaga : Nurzakiah, Siska dan Suci 77 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis. 78 General Administrasi, Struktur RSI, artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari email
49
Perawat : Eko dan Ningsih
Rekap Medis : Tita Puspitasari
Asisten Apoteker : Rahma dan Ros
Keamanan : Aris M dan Arif M
Petugas Kebersihan : Geneniyati
Supir Ambulance : Ahmad Fakhrur, Toni Hariyanto dan
Triyono
5. Sasaran Program Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Sasaran program rumah bersalin gratiis adalah ibu hamil yang
berasal dari keluarga miskin dengan kriteria usia kandungan di bawah
tujuh bulan dan lebih dari dua puluh minggu, serta tidak termasuk ibu
hamil dengan risiko tinggi dan tidak hamil di luar nikah, yang memiliki
akses minim terhadap fasilitas kesehatan dan tidak memiliki jaminan
kesehatan di Jakarta Timur.79
6. Penerima Manfaat Program Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Penerima manfaat program rumah bersalin gratiis dikhususkan
kepada ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin, namun pelayanan
kesehatan yang diterima akan bermanfaat untuk keluarga inti. Pada
periode 2007-2011 jumlah anggota penerima manfaat adalah:80
Tabel 5. Jumlah Anggota Rumah Bersalin Gratiis Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Anggota 2007 115 orang 2008 39 orang 2009 64 orang
79 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Layanan Bersalin Gratis, artikel diakses pada 4
April 2011 dari dokumentasi rumah bersalin gratiis. 80 General Administrasi, Total Data Rekap Member Rumah Bersalin Gratiis, artikel
diakses pada 25 April 2011 dari email [email protected].
50
2010 53 orang 2011 23 orang
Pada tahun 2011 data anggota masih dapat berubah karena pencataan
data yang direkap hanya sampai bulan Maret.
7. Cara Pengajuan Bantuan Program Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Untuk pengajuan bantuan program layanan kesehatan adalah pasien
ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin yaitu:81
a. Calon anggota datang langsung ke layanan kesehatan gratis Rumah
Zakat terdekat.
b. Pasien datang ke pendaftaran atau melalui rekomendasi bidan untuk
kemudian menjalani pemeriksaan kesehatan fisik dan kehamilan.
c. Calon anggota melengkapi dokumentasi persyaratan pengajuan
bantuan.
d. Setelah persyaratan lengkap dan formulir sudah terisi, maka
diserahkan kembali ke rumah bersalin gratiis.
e. Calon anggota akan di survei oleh surveyor.
f. Setelah data dokumen dan hasil survei dinyatakan sesuai kriteria
penerima bantuan dan dipastikan menjadi anggota rumah bersalin
gratiis, maka pasien mendapatkan fasilitas layanan kesehatan secara
gratis.
8. Jenis Layanan Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Jenis layanan rumah bersalin gratiis yaitu:82
81 Bidanku Sholeh, Info Rumah Bersalin Gratiis, artikel diakses pada 17 April 2011 dari
bidankusholihah.blogspot.com/.../info-rumah-bersalin-gratis.html. 82 Wawancara Pribadi dengan Manager rumah bersalin gratiis, Jakarta, 4 April 2011.
51
Tabel 6. Jenis Layanan Rumah Bersalin Gratiis
Praktek Jenis Layanan
Program Pelayanan Kesehatan
Dokter Umum Hari: Senin-Sabtu Jam: 08.00-16.00 WIB Hari libur tidak praktek.
Layanan Umum
a. Pelayanan kesehatan umum.
Bidan Setiap Hari 24 Jam Hari: Senin-Sabtu Jam: 08.00-16.00 WIB
Layanan Ibu Hamil Layanan Ibu dan Anak
b. Pelayanan persalinan
c. Pelayanan prenatal d. Pelayanan postnatal
dan neonatus e. Pelayanan KB f. Pelayanan Imunisasi
g. Mobil ambulance
dan mobil jenazah Kendaraan Medis Layanan
Jasa Hari: Senin-Sabtu h. Edukasi kesehatan
dan pembinaan anggota
Jam: 08.00-16.00 WIB Oncall
i. Pelayanan rujukan
9. Fasilitas Pasien Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Fasilitas yang disediakan rumah bersalin gratiis untuk pasien sebagai
berikut:83
a. Fasilitas untuk pasien yang berstatus anggota (member) yaitu kartu
berobat pasien, kartu keanggotaan yang lengkap dengan nama
keluarga inti maksimal 5 orang, mendapat fasilitas program
pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis layanan yang dibutuhkan
secara gratis dan penggunaan kartu keanggotaan layanan kesehatan
rumah bersalin gratiis berfungsi selama tiga tahun.
83 Wawancara Pribadi dengan General Administrasi rumah bersalin gratiis, Jakarta, 8
April 2011.
52
b. Fasilitas untuk pasien (non member) yaitu mendapat kartu berobat,
mendapatkan program pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis
layanan yang dibutuhkan dan dikenakan infaq sebagai berikut:
1) Dokter umum dikenakan infaq sebesar Rp.5000,-.
2) Bidan dikenakan infaq sebesar Rp.3000,-.
3) Obat dikenakan infaq sesuai jumlah dan jenis obat yang
diresepkan.
4) Persalinan dikenakan infaq antara Rp.350.000,- sampai dengan
Rp.400.000,-.
c. Fasilitas dalam persalinan diantaranya perlengkapan medis saat
melahirkan, perawatan setelah melahirkan ± satu hari, makan dan
minum disesuaikan dengan kondisi kedatangan pasien ± 2-3 kali,
sebelum pulang bayi dimandikan, imunisasi awal, bingkisan dan
pulang di antar ambulance sesuai permintaan pasien.
10. Sumber Dana Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Sumber dana rumah bersalin gratiis sebagai berikut:84
a. Rumah Zakat
b. Infaq dan shadaqah (ZIS) Rohis Lintas Arta
c. Permata Bank Syariah bantuan sarana dan prasarana
d. Infaq pasien (non member)
11. Tenaga Kerja Rumah Bersalin Gratiis (RBG)
Tenaga kerja yang bekerja melayani pasien di rumah bersalin gratiis
terdiri dari:85
84 Wawancara Pribadi dengan Manager rumah bersalin gratiis, Jakarta, 14 April 2011.
53
Tabel 7. Jumlah Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Pekerja Jenis Kelamin 13 orang Wanita 8 orang Pria
Tabel 8.
Bidang dan Jumlah Pekerja Bidang Pekerjaan Jumlah
Dokter Umum 3 orang Bidan 3 orang Perawat 2 orang Asisten Apoteker 2 orang Petugas Kebersihan 1 orang Keamanan 2 orang Rekap Medis 1 orang Manajemen Rumah Bersalin Gratiis 4 orang Supir Ambulance 3 orang Baksos Kesehatan di luar Rumah Bersalin Gratiis 2 orang
C. Penemuan dan Pembahasan
Adapun variabel yang diteliti dalam penelitian ini mengacu kepada lima
kriteria evaluasi yaitu relevansi, efektifitas, efisiensi, dampak dan
kesinambungan. Dalam hal ini akan dibahas satu per satu sebagai berikut:
1. Relevansi Program Rumah Bersalin Gratiis dengan Kebutuhan
Masyarakat
Relevansi yang menggambarkan konsistensi tujuan, kebijakan,
layanan dan program terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan di rumah bersalin gratiis. Berikut ini penjelasan
tentang relevansi:
a. Tujuan Rumah Bersalin Gratiis
Tujuan rumah bersalin gratiis dalam pelayanan kesehatan yaitu:
85 Wawancara Pribadi dengan General Administrasi rumah bersalin gratiis, Jakarta, 8
April 2011.
54
Perbaikan kualitas kesehatan dan aksesibilitas layanan kesehatan anggota (member) pemberdayaan di wilayah Integrated Community Development (ICD).86
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa anggota (member) adalah
ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin atau tergolong mustahik
yang memiliki akses minim terhadap fasilitas kesehatan di Jakarta
Timur. Perbaikan kualitas kesehatan tersebut untuk keluarga inti
yang termasuk dalam teori kemiskinan relatif.
Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
ketidakadilan dan ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat
ekonomi ke bawah akibat tersumbatnya akses-akses perbaikan
kesehatan.
b. Kebijakan Rumah Bersalin Gratiis
Kebijakan rumah bersalin gratiis yaitu: Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin, frekuensi
pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali, pemeriksaan USG minimal 1 kali selama kehamilan untuk deteksi dini terhadap kelainan bawaan, risiko kehamilan dan persalinan lainnya.87
Untuk menjadi calon anggota diharuskan mengisi berkas lembar
pengantar dan formulir permohonan keanggotaan. Formulir
keanggotaan terdiri dari identitas pemohon, identitas ibu hamil,
riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, persetujuan,
rekomendasi, pernyataan komitmen hidup sehat dan islami,
pernyataan kesungguhan, dan pernyataan pengurus masjid setempat.
Selain itu calon anggota harus melampirkan berkas yang
menguatkan persyaratan diantaranya fotokopi KTP pasien dan 86 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis. 87 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis.
55
suami/wali, fotokopi KK, fotokopi surat nikah, pas foto 4x6, SKTM
dari RT/RW setempat, dan hasil USG.
Untuk pengisian berkas lembar pengantar dan formulir
permohonan keanggotaan dapat dibawa pulang dan dikembalikan
setelah seluruh persyaratan lengkap. Selanjutnya, berkas akan
langsung di follow up melalui survei untuk yang di wilayah ICD
akan di rekap dan di survei bersamaan setiap hari selasa oleh MRO,
sedangkan untuk di wilayah non ICD akan langsung di survei oleh
surveyor internal rumah bersalin gratiis.
Dalam aplikasi program rumah bersalin gratiis mengalami
kendala internal dan eksternal. Kendala internal berasal dari rumah
bersalin gratiis dalam mensurvei menurut general administrasi yaitu
proses survei calon anggota, sering tertunda sampai beberapa hari
karena RBG tidak punya surveyor khusus untuk survei data calon
anggota. Sedangkan kendala eksternal berasal dari anggota yaitu
proses administrasi yang dibutuhkan sebagai kelengkapan
persyaratan menjadi anggota sering tidak lengkap karena anggota
kebanyakan pendatang yang tidak punya KTP dan KK wilayah
Jakarta.
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap anggota
maka dapat disimpulkan:
1) Dari 5 anggota yang diwawancarai untuk ibu Siti tempat
tinggalnya campur dengan mertua yang di dalam ada tiga kepala
56
keluarga.88 Sedangkan ibu Catur, ibu Tri, ibu Dianti dan ibu
Marlina tempat tinggal sementara di rumah kontrakan.89
2) Dari 5 anggota yang diwawancarai untuk ibu Catur, ibu Dianti,
ibu Marlina, dan ibu Siti telah memenuhi persyaratan untuk
menjadi anggota. Namun menurut ibu Catur pada tahun 2007
berbeda dengan tahun yang sekarang lebih selektif dengan
adanya pernyataan dari DKM masjid setempat. Menurut ibu Tri
persyaratan dengan seadanya yaitu SKTM dari RT/RW
setempat, dan fotokopi surat keterangan nikah. Sedangkan KTP
dan KK Jakarta dalam proses pembuatan karena tempat tinggal
yang sebelumnya berpindah-pindah dari Solo ke Bengkulu.
Ketika penulis berada di ruang pendaftaran ada calon anggota
(member) baru, saat itu posisi ibu X hamil dalam kondisi rujukan ke
rumah sakit yang berada di Harmoni dikarenakan tidak ada respon
dari bayi yang ada dikandungan padahal usia kandungan melebihi
waktu yang diperhitungkan, pengajuan member pun baru dilakukan
saat itu karena izin dari bidan. Ibu X harus melengkapi persyaratan
dan mengisi formulir dengan benar.
Berhubung ambulance digunakan untuk keperluan RBG saat itu
baru balik jam 14.00 siang. Ibu X pun disuruh pulang untuk siap-
siap membawa perlengkapan melahirkan dan balik lagi jam 14.00
siang. Ibu X mengisi formulir dilakukan di rumah, saat itu yang
88 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sitisa’diah, Jakarta, 18 April 2011. 89 Wawancara Pribadi dengan Ibu Dianti dan Ibu Marlina, Jakarta, 2 Mei 2011.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Triwiyanti dan Ibu Caturwiyanti, Jakarta, 20 April 2011.
57
dibawa ibu X adalah SKTM dari Kelurahan, jadi pulang untuk
melengkapi persyaratan.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa rumah bersalin
gratiis sangat selektif untuk calon anggota. Dalam memberikan
jaminan pemeliharaan kesehatan anggota dengan riwayat persalinan
normal (tidak pernah sesar) dan ibu hamil bukan di luar pernikahan.
Untuk administrasi yang kurang dapat dilengkapi dengan informasi
surveyor yang meninjau langsung kondisi ekonomi anggota.
c. Layanan Rumah Bersalin Gratiis
Layanan kesehatan rumah bersalin gratiis untuk masyarakat
ekonomi menengah ke bawah yaitu:
Tersedianya sarana dan prasarana rumah bersalin gratiis sesuai standart yang berlaku di Indonesia, tersedianya sumber daya manusia medis yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (memenuhi standart kompetisi dan mempunyai ijin praktik).90
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap anggota
maka dapat disimpulkan:91
1) Tangible merupakan sarana dengan fasilitas yang dapat
langsung dirasakan oleh penerimanya (anggota) yaitu dari 5
anggota yang diwawancarai untuk kondisi ruangan bersih, rapih,
nyaman dan aman. Penataan ruangan cukup memadai dan
ruangan lebih luas dan tertutup. Kunjungan lebih mudah. Alat-
alat medis sudah sudah memadai dan kebersihannya terjaga.
90 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis. 91 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sitisa’diah, Jakarta, 18 April 2011. Wawancara Pribadi
dengan Ibu Dianti dan Ibu Marlina, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Triwiyanti dan Ibu Caturwiyanti, Jakarta, 20 April 2011.
58
Tempat parkir kurang memadai. Penampilan petugas seragam
rapih dan bersih.
2) Responsiveness merupakan kemampuan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat dan tepat yaitu dari 5
anggota yang diwawancarai pelayanan sudah bagus. Tindakan
perawatan tensi, timbang berat badan. Dokter atau bidan yang
meriksa kesehatan memberikan pengobatan secara tepat dalam
pemberian resep obat, dan petugas ramah-ramah dalam
memberikan informasi.
Menurut manager RBG fungsi dan peran dokter, bidan dan
perawat sebagai fasilitator layanan kesehatan yang berhubungan
langsung dengan pasien. Yang berperan dalam pemberian informasi
kepada masyarakat tentang persalinan gratis adalah bidan. Bidan
memberikan info persalinan gratis kepada ibu hamil yang tergolong
mustahik sedang berkunjung ke RBG atau saat melakukan aksi siaga
sehat di wilayah ICD.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa untuk dokter dan
bidan sudah ada izin praktik yang dipasang pada dinding ruangan.
Sedangkan untuk sarana dan prasarana di RBG sudah cukup baik
namun masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan saya masih
berharap adanya tambahan fasilitas diantaranya:92
1) Untuk perlengkapan medis adanya penambahan alat USG,
Rongent, dan Dokter ahli kandungan.
92 Observasi Pribadi di Rumah Bersalin Gratiis, Jakarta, 12 Mei 2011.
59
2) Untuk dapur umum keberfungsian selama ini kurang karena
pemberian makanan kepada pasien dan makanan untuk para
pegawai kerjasama dengan rumah makan tidak dibuat sendiri
oleh pihak RBG.
3) Untuk tempat parkir belum ada arahan sehingga penempatan
motor terkadang tidak tertata rapih.
d. Program Rumah Bersalin Gratiis
Jenis program pelayanan kesehatan dibedakan menjadi tiga
yaitu:
1) Layanan Umum
Pelayanan kesehatan umum yang dilakukan oleh dokter umum
adalah pemeriksaan dan pengobatan umum terhadap pasien.
2) Layanan Ibu dan Anak
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dilakukan bidan
berbentuk klinik kesehatan ibu dan anak menangani pelayanan
prenatal, pelayanan postnatal dan neonates, pelayanan keluarga
berencana (KB), pelayanan imunisasi dan persalinan.
3) Layanan Jasa
Pelayanan kesehatan yang berbentuk jasa yaitu pelayanan jasa
pengantaran ambulance, mobil jenazah, edukasi kesehatan,
pembinaan anggota dan pelayanan rujukan.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa anggota (member)
dapat memilih jenis program pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
pengobatan dan perawatan. Sehingga intervensi kesehatan yang
60
diberikan dapat lebih menjamin pemeliharaan kesehatan anggota
selama 3 tahun secara gratis.
e. Kesimpulan akhir dari pembahasan relevansi di atas maka penilaian
yang mengkategorikan rumah bersalin gratiis cukup relevan,
walaupun dibeberapa aspek masih harus dilakukan perbaikan.
2. Efektifitas Program Rumah Bersalin Gratiis
Efektifitas yang menggambarkan tingkat pencapaian target rumah
bersalin gratiis. Berikut ini penjelasan tentang efektifitas:
a. Target Rumah Bersalin Gratiis
Target penerima manfaat untuk pelayanan kesehatan gratis ada 1500 member dan ambulance 50 pengantaran per bulan. Periode pelaksanaan ibu hamil sampai dengan melahirkan yaitu 1 tahun operasional rumah bersalin gratiis. Sasaran program ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin.93
Penerima manfaat program rumah bersalin gratiis dikhususkan
kepada ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin, namun
pelayanan kesehatan yang diterima akan bermanfaat untuk keluarga
inti. Pada periode 2007-2011 jumlah anggota penerima manfaat
adalah:94
Tabel 9. Jumlah Anggota Rumah Bersalin Gratiis Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Anggota 2007 115 orang 2008 39 orang 2009 64 orang 2010 53 orang 2011 23 orang
93 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis. 94 General Administrasi, Total Data Rekap Member Rumah Bersalin Gratiis, artikel
diakses pada 25 April 2011 dari email [email protected].
61
Pada tahun 2011 data anggota masih dapat berubah karena
pencataan data yang direkap hanya sampai bulan Maret. Total
sementara ibu hamil yang menjadi anggota dari tahun 2007-2011
sebanyak 294 orang. Menurut general administrasi selama proses
persalinan anggota melahirkan dengan normal, kondisi ibu dan anak
dalam keadaan sehat.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa dari tahun ke
tahun rumah bersalin gratiis tetap exsis dalam program keanggotaan
buat ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin. Keluarga inti
tersebut mendapat jaminan pelayanan kesehatan gratis selama 3
tahun.
b. SOP Rumah Bersalin Gratiis
Menurut manager rumah bersalin gratiis untuk pelaksanaan
SOP medis dilakukan di forum audit medis. Sedangkan SOP non
medis dilakukan lewat forum konseling masing-masing karyawan
sesuai jobdesc. SOP rumah bersalin gratiis disahkan pada tahun ini.
Namun pada saat ini SOP masih dalam proses penyelesaian dan
perbaikan. Pemberian sanksi dibedakan menjadi dua kriteria. Jika
pelanggaran kriteria masuk maka sanksi administrasi mulai dari ST
atau SP dan jika pelanggaran tidak termasuk dalam kriteria maka
sanksi sebatas teguran lisan atau peringatan.95
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa pembuatan SOP setelah
program dilaksanakan dan dalam pelaksanaan program ada
95 Wawancara Pribadi via email Manager rumah bersalin gratiis, artikel diakses pada 5
Mei 2011 dari [email protected].
62
peningkatan dari tahun ke tahun. SOP diperlukan dalam program
sebagai pedoman kerja bagi Rumah Zakat dalam menjalankan
kegiatan operasional rumah bersalin gratiis.
c. Kerjasama Rumah Bersalin Gratiis dengan Posyandu
Menurut Manager rumah bersalin gratiis saat ini kerjasama
posyandu yang dilakukan secara rutin baru di wilayah Pulogadung.
Pelaksanaan program sebulan sekali yang terdiri dari pembinaan
posyandu, UKS (siaga sehat), dan penyuluhan PHBS. Kegiatan
posyandu yaitu pemberian PMT untuk balita, pemeriksaan kesehatan
dan pemberian bantuan alat-alat medis, misal timbangan bayi, obat-
obatan dan lain-lain.96
Untuk kerjasama posyandu dilakukan di daerah-daerah wilayah
ICD Rumah Zakat atau daerah yang sudah direkomendasikan
donatur untuk diberikan bantuan. Nara sumber dalam pelaksanaan
adalah dokter, dan bidan yang ada di RBG. Alhamdulillah dapat
respon positif oleh masyarakat.97
Sehingga dapat saya simpulkan bahwa kerjasama rumah
bersalin gratiis dengan posyandu sangat berperan penting dalam
pencapaian target penerima manfaat untuk pelayanan kesehatan
gratis. Dari kegiatan ini RBG dapat meninjau kondisi kesehatan
masyarakat miskin yang memiliki akses minim terhadap fasilitas
96 Wawancara Pribadi via email General Administrasi rumah bersalin gratiis, artikel
diakses pada 28 April 2011 dari [email protected]. 97 Wawancara Pribadi via email General Administrasi rumah bersalin gratiis, artikel
diakses pada 28 April 2011 dari [email protected].
63
kesehatan dan tidak memiliki jaminan pemeliharaan kesehatan
khususnya ibu yang sedang hamil.
d. Kesimpulan akhir dari pembahasan efektifitas di atas maka diperoleh
nilai yang mengkategorikan masih efektif. Walaupun perlu
peningkatan dan perluasan akan kerjasama dengan posyandu di
wilayah Jakarta Timur.
3. Efisiensi Program Rumah Bersalin Gratiis
Efisiensi yang diperlihatkan perbandingan output dengan input.
Dalam hal ini penulis memfokuskan pembahasan tentang layanan ibu
hamil yaitu pelayanan prenatal, pelayanan persalinan, pelayanan
postnatal dan neonatus. Berikut penjelasan tentang efisiensi:
a. Layanan Ibu Hamil
Menurut Bidan layanan kesehatan rumah bersalin gratiis
terhadap ibu hamil yaitu:
1) Pelayanan prenatal yaitu perawatan pra lahir mengacu pada
perawatan medis dan keperawatan direkomendasikan untuk
perempuan sebelum dan selama kehamilan. Kehamilan dimulai
dari usia 0-42 minggu kehamilan. Tujuan prenatal adalah untuk
mendeteksi, mencegah dan mengarahkan untuk memeriksakan
kesehatan saat atau ingin hamil.
2) Pelayanan Persalinan dimulai dari mules sampai bayi mau
keluar. Untuk persalinan normal melalui 10 pembukaan yaitu
sampai posisi kepala bayi.
64
3) Pelayanan postnatal dan neonatus periode awal segera setelah
melahirkan. Pasien wajib kontrol nifas kesehatan ibu dan anak
setelah seminggu kelahiran.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa pelayanan untuk
kesehatan ibu hamil mulai dari pelayanan prenatal, pelayanan
persalinan, pelayanan postnatal dan neonatus dilaksanakan secara
berurutan berdasarkan usia kehamilan.
b. Tindakan Medis Ibu Hamil
Menurut bidan tindakan medis terhadap ibu hamil yaitu:
1) Tindakan medis pra lahir adalah menganjurkan kepada ibu yang
akan atau sedang hamil mengkonsumsi vitamin dan asam folat
untuk mencegah cacat tabung saraf. Tindakan medis saat hamil
timbang, tensi, ukur tinggi fundus, pemberian tablet besi,
riwayat medis, penyuluhan dan pemeriksaan hasil USG.
2) Trimester pertama usia kandungan 0-3 bulan mengalami
keluhan yaitu mual, nga mau makan, muntah dan pusing maka
bidan memberikan vitamin, asam folat dan obat-obatan yang
disesuaikan kondisi pasien. Trimester kedua usia kandungan 3-6
bulan jarang ada keluhan maka bidan memberikan 90 tablet besi
dan anjuran ibadah sholat lima waktu. Trimester ketiga usia
kandungan 6-9 bulan mengalami keluhan yaitu resah, sering
buang air kecil, pegal pada pinggang, sulit tidur maka bidan
menganjurkan shalat tahajud, dzikir, putar puting dan hubungan
suami-istri untuk membuat rangsangan pada bayi.
65
3) Tindakan medis untuk mengetahui tanggal kelahiran bayi
pasien, bidan menggunakan kalender terhitung mulai awal
kehamilan. Tujuan dari penanggalan adalah memprediksi
tanggal persalinan sebagai batasan untuk melahirkan secara
normal dan menghindari rujuk ibu.
4) Rujuk ibu terdiri dari riwayat bedah sesar, pendarahan
pervagiman, persalinan kurang bulan usia hamil kurang dari 37
minggu, ketuban pecah lama lebih dari 24 jam, ketuban pecah
pada persalinan kurang dari 37 minggu usia kandungan, ikterus,
anemia berat, gejala infeksi, hipertensi dalam kehamilan, tinggi
fundus 40 cm/ lebih gawat janin, primipara dalam fase aktif
persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5. Persalinan
normal dapat terjadi jika berat badan bayi 2,5-4 kg dan usia ibu
hamil 20-35 tahun.
5) Dalam proses persalinan jika terjadi pendarahan yang bidan
tidak dapat mengatasi selama masa krisis yaitu 2 jam setelah
melahirkan maka segera di rujuk ke rumah sakit yang berada di
harmoni. Di rumah sakit harmoni akan ditangani oleh dokter
ahli kandungan untuk mendapatkan pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan. Untuk pembiayaan pasien khusus RBG
mendapat diskon (potongan harga) yang disesuaikan kondisi
ekonomi pasien.
6) Tindakan medis setelah melahirkan. Pasien wajib kontrol
seminggu setelah melahirkan, bidan akan meriksa kesehatan ibu
66
dan anak. Tiga minggu setelah melahirkan kontrol nifas dan 40
hari setelah melahirkan mengikuti program keluarga berencana.
Menurut Manager RBG dari awal keanggotaan, dari kami sudah
menjelaskan kepada pasien, jika persalinannya di rujuk, maka biaya
ditanggung sendiri oleh pasien, karena RBG belum punya dana
khusus untuk menangani biaya rujukan. Jika ada donasi dari donatur
untuk anggota RBG, maka dana itu baru bisa dikeluarkan untuk
membantu biaya persalinan anggota yang di rujuk. Solusi yang
sering RBG berikan ke pasien saat di rujuk, mereka harus buat
SKTM agar bisa dibebaskan dari biaya persalinan di R.S. atau Klinik
lain. Pasien RBG biasa di rujuk ke Klinik Harmoni atau R.S.
terdekat atau bisa atas pilihan pasien sendiri.
Dari data diatas dapat saya simpulkan bahwa bidan yang
menangani ibu hamil selain berpendidikan bidan juga pengalaman
dalam tindakan medis yang dilakukan berdasarkan standarisasi
bidan.
c. Jumlah Anggota Ibu Hamil
Tabel 10. Jumlah Anggota Rumah Bersalin Gratiis Tahun 2007-2011
Tahun Jumlah Anggota 2007 115 orang 2008 39 orang 2009 64 orang 2010 53 orang 2011 23 orang
Pada tahun 2011 data anggota masih dapat berubah karena
pencataan data yang direkap hanya sampai bulan Maret. Total
67
sementara ibu hamil yang menjadi anggota dari tahun 2007-2011
sebanyak 294 orang.
Menurut general administrasi selama proses persalinan anggota
melahirkan dengan normal, kondisi ibu dan anak dalam keadaan
sehat. Untuk bukan anggota (non member) ada dua kasus bayi
meninggal karena tidak punya pernafasan, dan satu bayi menderita
bibir sumbing.
Dari data diatas dapat saya simpulkan bahwa keahlian bidan
dalam menangani ibu hamil sampai melahirkan secara normal tidak
ada perbedaan antara anggota dan bukan anggota semua mendapat
pelayanan yang sama secara profesional.
d. Penilaian Anggota Layanan Kesehatan Gratis
Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap anggota
maka dapat disimpulkan dalam efisiensi menggunakan reliability.
Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang dijanjikan secara akurat dan handal. Hal ini dapat dilihat dari:98
1) Prosedur administrasi penerimaan, pendaftaran dan pembayaran
pasien.
Gambar 1. Skema Alur Tindakan Pengobatan
Datang berobat Pulang
Depo Obat (Infaq)
Dokter Atau Bidan
Tindakan Perawat
Pendaftaran
98 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sitisa’diah, Jakarta, 18 April 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Dianti dan Ibu Marlina, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Triwiyanti dan Ibu Caturwiyanti, Jakarta, 20 April 2011.
68
Dari 5 anggota yang diwawancarai untuk ibu Siti, ibu Dianti, ibu
Tri sudah bagus. Begitu juga menurut ibu Catur untuk
administrasi penerimaan, pendaftaran dan pembayaran di RBG
setelah penanganan persalinan berbeda saat saya melahirkan
anak pertama di R.S. Persahabatan itu administrasi penerimaan,
pendaftaran dan pembayaran diurus sampai selesai baru proses
penanganan persalinan. Lain hal dengan ibu Marlina
menurutnya posisi tempat pendaftaran dengan tempat tindakan
perawat sebaiknya berdekatan agar memudahkan pasien.
2) Frekuensi pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali. Dari 5
anggota yang diwawancarai untuk ibu Siti, ibu Dianti dan ibu
Marlina memeriksakan kehamilan rutin dilakukan di RBG.
Untuk ibu Catur pemeriksaan kehamilan dilakukan di
puskesmas karena saat mengajukan jadi anggota usia kandungan
8 bulan. Untuk ibu Tri memeriksakan kehamilan tidak rutin
karena penghasilan suami setiap bulan hanya mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
3) Pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan pasien secara cepat
dan tepat. Dari 5 anggota yang diwawancarai dapat disimpulkan
mereka memanfaatkan kartu anggota dengan baik karena
menggunakan pelayanan kesehatan gratis sesuai kebutuhan
bukan hanya persalinan, perawatan setelah lahir tetapi saat sakit
juga berobat di RBG.
69
4) Jadwal pelayanan tepat, waktu pemeriksaan di RBG dan
pelayanan di bidang kesehatan. Dari 5 anggota yang
diwawancarai dapat disimpulkan bahwa untuk pemeriksaan
dokter umum atau bidan 15 menit, di depo obat 30 menit sampai
1 jam. Pemeriksaan untuk diagnosa penyakit dilakukan oleh
dokter umum, sedangkan pemeriksaan kandungan, imunisasi
dan persalinan dilakukan oleh bidan. Untuk tindakan suntik,
kontrol kadar gula darah dan asam urat, penguapan, nimbang
dan tensi dilakukan oleh perawat.
5) Prosedur layanan tidak berbelit. Dari 5 anggota yang
diwawancarai ibu Catur, ibu Dianti, ibu Marlina, ibu Siti dan ibu
Tri layanan di RBG karena saat pengajuan menjadi anggota
mengutamakan pelayanan kesehatan terlebih dahulu, setelah itu
baru administrasi yang kurang dilengkapi. Untuk non member
pelayanan kesehatan yang didahulukan setelah itu biaya
pengobatan dan perawatan. Untuk biaya pengobatan dan
perawatan dapat dibayarkan pada depo obat.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa efisiensi
berdasarkan realibility sesuai dengan harapan masyarakat dimana
proses penanganan kesehatan didahulukan dibandingkan biaya
pengobatan dan administrasi. Khusus saat proses persalinan sampai
perawatan sedangkan pembayaran dilakukan ketika pasien non
member sudah bisa pulang ke rumah.
70
e. Kesimpulan akhir dari pembahasan efisiensi di atas maka diperoleh
nilai yang mengkategorikan sudah efisien. Walaupun perlu
peningkatan dan perbaikan dalam kualitas kesehatan gratis buat
masyarakat miskin.
4. Dampak Pelaksanaan Program Rumah Bersalin Gratiis
Dampak yaitu pengaruh program rumah bersalin gratiis (preventif
dan kuratif) terhadap anggota. Dalam hal ini dampak sebagai efek primer
dan sekunder dalam jangka panjang, baik positif maupun negatif, yang
dihasilkan sebuah program, langsung atau tidak langsung, dikehendaki
maupun tidak dikehendaki. Dampak pelaksanaan program rumah bersalin
gratiis terhadap pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin
sebagai efek primer dan sekunder dalam jangka panjang. Berikut ini
pembahasan dampak pelaksanaan program rumah bersalin gratiis:
a. Efek Sekunder
Efek sekunder pelaksanaan program rumah bersalin gratiis bagi
wilayah ICD Rumah Zakat adalah penurunan angka kematian ibu
hamil di Jakarta Timur. Menurut Sudin Kesehatan Jakarta Timur dari
tahun ke tahun mengalami penurunan angka kematian ibu hamil
pada proses persalinan. Berdasarkan data berikut:99
Tabel 11. Data Angka Kematian Ibu dari Tahun 2008-2010
Tahun Total Ibu Hamil Jumlah Kematian 2008 60.061 orang 11 orang2009 46.346 orang 5 orang2010 42.288 orang 4 orang
99 Rodin Daulat, Posyandu Tekan Angka Kematian Ibu Hamil di Jaktim, diakses pada 3 Mei
2011 dari Pencanangan Pengembangan Hutan Kota Di Kawasan Industri Pulogadung...http://www.timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=664.
71
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa keberadaan rumah
bersalin gratiis di Jakarta Timur sangat berperan dalam penurunan
angka kematian ibu saat proses persalinan. Dan keberadaan RBG
sangat membantu ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin untuk
mendapatkan akses kesehatan gratis secara layak.
b. Efek Primer
Efek primer pelaksanaan program rumah bersalin gratiis
terhadap anggota adalah peningkatan status kesehatan keluarga inti
anggota, ibu dan bayi selamat dalam proses persalinan, peningkatan
pengetahuan dan implementasi PHBS. Dalam hal ini indikator
keluaran dan dampak dari program yang sudah berlangsung pada
tahun sebelumnya. Untuk mengetahui keluaran dan dampak melalui
wawancara kepada 5 anggota yang mendapatkan layanan kesehatan
gratis.100
Berikut ini kesimpulan dari wawancara kepada 5 anggota:
1) Menurut ibu Dianti dan ibu Marlina saat mengandung bidan
menyarankan untuk menjaga asupan makanan yang bergizi,
jangan suka jajan sembarangan karena ada pengawetnya.
2) Menurut ibu Dianti dan ibu Marlina pemulihan setelah
melahirkan butuh waktu 2 jam, selain itu harus minum obat
penambah darah dan vitamin. Hal tersebut dibenarkan bidan
untuk masa kritis pasien 2 jam setelah melahirkan.
100 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sitisa’diah, Jakarta, 18 April 2011. Wawancara
Pribadi dengan Ibu Dianti dan Ibu Marlina, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Triwiyanti dan Ibu Caturwiyanti, Jakarta, 20 April 2011.
72
3) Dari 5 anggota yang diwawancarai yaitu ibu Dianti, ibu Marlina,
ibu Siti, ibu Tri dan ibu Catur untuk obat-obatan yang
diresepkan dokter atau bidan selama ini cocok dan cepat untuk
penyembuhan. Namun pada ibu Marlina akan alergi jika minum
obat DMT maka dokter mengganti dengan resep obat yang lain.
4) Dari 5 anggota yang diwawancarai kondisi anak yang lahir di
RBG dalam keadaan sehat dan normal. Untuk ibu Catur anak
kedua perempuan kini usia 3 tahun. Ibu Siti anak kedua laki-laki
usia 2 tahun saat penulis wawancara kondisi anak dalam masa
penyembuhan RBG karena diare. Ibu Tri anak kelima wanita
baru seminggu melahirkan maka wajib kontrol nifas dan kontrol
kesehatan bayi. Ibu Marlina anak ketiga wanita usia 2 tahun,
sedang melakukan tindakan kesehatan karena sakit pilek jadi
harus diuap. Untuk ibu Dianti saat berobat tidak membawa anak
yang lahir di RBG.
5) Perasaan dari 5 anggota yang terpilih menjadi anggota RBG
sangat senang dan membantu meringankan beban mereka untuk
mendapatkan akses dan jaminan kesehatan secara gratis selama
3 tahun. Meningkatkan status kesehatan keluarga inti anggota.
6) Dari 5 anggota yang terpilih jadi anggota RBG maka mengikuti
saran bidan dan dokter untuk menjaga sholat 5 waktu untuk
keluarga inti anggota, untuk suami pekerjaannya halal dan
merokok dikurangi karena tidak baik buat kesehatan, uang untuk
73
rokok ditabung untuk kebutuhan yang lain, dan menjaga
perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut Manajemen rumah bersalin gratiis petugas kesehatan
pernah berkeluh kesah seputar ketidakpatuhan pasien terhadap terapi
yang dokter atau bidan berikan kepada mereka.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa keberadaan
pelayanan rumah bersalin dan klinik umum yang berasal dari dana
ZIS sangat berperan untuk kesejahteraan ibu hamil dan keluarga
yang tergolong mustahik. Hasil dari pelaksanaan program rumah
bersalin gratiis adalah penurunan angka kematian ibu, bayi dan
balita dan penurunan angka sakit di wilayah Jakarta Timur.
c. Kesimpulan akhir dari pembahasan dampak di atas maka diperoleh
efek primer dan efek sekunder yang mengkategorikan nilai positif
baik dari dampak maupun keluaran.
5. Kesinambungan Program Rumah Bersalin Gratiis
Kesinambungan merupakan analisa keberlanjutan program rumah
bersalin gratiis dari berbagai aspek. Keberlanjutan adalah
kesinambungan manfaat dari suatu program setelah program
dilaksanakan dan berlanjut manfaatnya dalam jangka panjang terhadap
risiko sepanjang waktu.
Berikut ini pembahasan tentang kesinambungan program RBG yaitu:
a. Sumber Daya
Manusia
74
Dalam hal sumber daya manusia di rumah bersalin gratiis
terkait dengan survei data terhadap anggota yang tergolong
mustahik. Menurut Manager RBG idealnya, setiap tahun dilakukan
verifikasi (survei ulang) data seluruh anggota (member). Namun,
sampai saat ini belum dapat dilakukan karena beberapa kendala
yaitu:101
1) Kekurangan sumber
daya manusia.
2) Data domisili dan
kontak anggota yang kurang valid. Hal ini disebabkan sebagian
besar anggota bukan penduduk asli Jakarta atau tempat tinggal
dikontrakan yang sewaktu-waktu akan pindah.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa rumah bersalin
gratiis harus menambah sumber daya manusia untuk bidang survei.
Surveyor yang mempunyai latar belakang pendidikan kesejahteraan
sosial.
b. Pendanaan
Dalam hal pendanaan di rumah bersalin gratiis terkait dengan
monitoring kepada anggota. Menurut Manager RBG monitoring
kepada anggota dilakukan pada saat pembinaan mentor anak asuh
yang dilakukan oleh MRO di bawah Rumah Zakat. Waktu
pembinaan mentor anak asuh diadakan sebulan sekali dan
pembinaan kesehatan melalui pengajian dari MRO diadakan sepekan
101 Wawancara Pribadi via email General Administrasi rumah bersalin gratiis, artikel
diakses pada 28 April 2011 dari [email protected].
75
dua kali, namun hanya mencakup beberapa wilayah di Jakarta
Timur. Ketika pembinaan, perkembangan kesehatan anggota dicek
melalui penerapan komitmen hidup sehat secara Islami sesuai nota
kesepahaman anggota.102
Sedangkan waktu pembinaan kesehatan anggota yang diadakan
sendiri oleh tim RBG, sempat berjalan pada awal hingga
pertengahan tahun 2010, namun terkendala karena pendanaan. Hal
itu disebabkan dana yang tersedia selama ini hanya untuk pelayanan
kesehatan yang bersifat kuratif.
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa pemberdayaan
kepada anggota untuk layanan kesehatan terus dilakukan oleh RBG
sendiri dan Rumah Zakat. Namun hal ini tidak akan berlanjut jika
tidak ditunjang dengan pendanaan, maka solusi yang tepat adalah
RBG bekerja sama dengan posyandu-posyandu yang berada di
wilayah Jakarta Timur dan mudah di akses oleh anggota untuk
memberikan pembinaan kesehatan melalui layanan kesehatan gratis
untuk ibu hamil dan balita.
c. Teknis
Dalam hal teknis di rumah bersalin gratiis terkait dengan
pemberlakuan kartu anggota untuk layanan kesehatan gratis.
Menurut Manager RBG kartu anggota awalnya berlaku untuk 5
tahun, namun dalam perjalanannya mengalami perubahan pola
102 Wawancara Pribadi via email Manager rumah bersalin gratiis, artikel diakses pada 5 Mei
2011 dari [email protected].
76
intervensi pemberdayaan pada saat ini kartu anggota berlaku untuk 3
tahun. Keputusan ini dilakukan oleh Pusat Rumah Zakat.
Dengan jangka waktu 3 tahun disesuaikan dengan jangka waktu
pembinaan ICD Rumah Zakat, dengan asumsi (harapan) sebagian
besar anggota berdomisili di wilayah ICD. Kartu anggota dapat
digunakan untuk keluarga inti anggota maksimal berjumlah 5 orang.
Hal ini dilakukan untuk mengedukasi suami dan istri dalam
perencanaan mempunyai anak berdasarkan keluarga berencana. Dan
diharapkan setelah 3 tahun, anggota sudah bisa merubah taraf
hidupnya menjadi lebih baik.103
Dari data di atas dapat saya simpulkan bahwa dalam
pelaksanaan program rumah bersalin gratiis, Rumah Zakat
melakukan evaluasi program secara internal yang disesuaikan
dengan konsep pemberdayaan masyarakat dan pendanaan yang baik.
d. Kesimpulan
Kesinambungan
Kekhawatiran ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin akan
biaya persalinan dan kesehatan yang mahal, keterlambatan
penanganan medis dan administrasi yang ribet pada pelayanan
kesehatan dengan kehadiran rumah bersalin gratiis berubah menjadi
senyum sehat. Walaupun RBG berbasis filantropis Islam yang
pendanaan berasal dari ZIS, namun dalam pelaksanaan preventif dan
103 Wawancara Pribadi via email Manager rumah bersalin gratiis, artikel diakses pada 5
Mei 2011 dari [email protected].
77
kuratif tentang pelayanan kesehatan bersifat universal tidak
membedakan agama, suku, budaya dan ras.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis
Rumah bersalin gratiis adalah program pengadaan fasilitas
kesehatan gratis berupa rumah bersalin dan klinik umum yang berfungsi
memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta
masyarakat kurang mampu. Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan
menggunakan skema keanggotaan per kepala keluarga, sehingga
intervensi kesehatan yang diberikan dapat lebih komperhensif dengan
menggunakan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.104
Rincian pelayanan di Rumah Bersalin Gratiis yaitu pelayanan
prenatal, pelayanan persalinan, pelayanan postnatal dan neonatus,
pelayanan KB, pelayanan imunisasi, pelayanan kesehatan umum,
pelayanan jasa pengantaran ambulance dan mobil jenazah, edukasi
kesehatan dan pembinaan anggota, pelayanan rujukan.
2. Hasil Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis
Pada penelitian ini telah dievaluasi program layanan kesehatan
rumah bersalin gratiis dari aspek relevansi, efektifitas, efisiensi, kaji
dampak dan kesinambungan. Hasilnya berupa analisa deskriptif yang
dibuat melalui jenis penelitian kualitatif evaluatif. Berdasarkan data di
atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
104 Hilmi Sulaiman R, Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis, artikel diakses pada 4
April 2011 dari dokumentasi rumah bersalin gratiis.
77
78
a. Relevansi
Relevansi yang menggambarkan konsistensi tujuan, kebijakan,
layanan dan program terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan di rumah bersalin gratiis. Anggota adalah
ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin atau tergolong mustahik
yang memiliki akses minim terhadap fasilitas kesehatan di Jakarta
Timur. Perbaikan kualitas kesehatan tersebut untuk keluarga inti
yang termasuk dalam teori kemiskinan relatif.
Rumah bersalin gratiis sangat selektif untuk calon anggota.
Dalam memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan anggota
dengan riwayat persalinan normal (tidak pernah sesar) dan ibu hamil
bukan di luar pernikahan. Untuk administrasi yang kurang dapat
dilengkapi dengan informasi surveyor yang meninjau langsung
kondisi ekonomi anggota.
Dalam pelayanan dokter dan bidan sudah ada izin praktik yang
dipasang pada dinding ruangan. Anggota (member) dapat memilih
jenis program pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pengobatan dan
perawatan. Sehingga intervensi kesehatan yang diberikan dapat lebih
menjamin pemeliharaan kesehatan anggota selama 3 tahun secara
gratis. Kesimpulan relevansi cukup relevan, walaupun dibeberapa
aspek masih harus dilakukan perbaikan.
f. Efektifitas
Program layanan kesehatan dari tahun ke tahun rumah bersalin
gratiis tetap efektif. Dalam program keanggotaan buat ibu hamil
79
yang berasal dari keluarga miskin. Keluarga inti tersebut mendapat
jaminan pelayanan kesehatan gratis selama 3 tahun.
Pembuatan SOP setelah program dilaksanakan dan dalam
pelaksanaan program ada peningkatan dari tahun ke tahun. SOP
diperlukan dalam program sebagai pedoman kerja bagi Rumah Zakat
dalam menjalankan kegiatan operasional rumah bersalin gratiis.
Kerjasama rumah bersalin gratiis dengan posyandu sangat berperan
penting dalam pencapaian target penerima manfaat untuk pelayanan
kesehatan gratis. Dari kegiatan ini RBG dapat meninjau kondisi
kesehatan masyarakat miskin yang memiliki akses minim terhadap
fasilitas kesehatan dan tidak memiliki jaminan pemeliharaan
kesehatan khususnya ibu yang sedang hamil.
Kesimpulan efektifitas masih efektif, walaupun perlu
peningkatan dan perluasan akan kerjasama dengan posyandu di
wilayah Jakarta Timur.
g. Efisiensi
Efisiensi yang diperlihatkan perbandingan output dengan input.
Dalam hal ini penulis memfokuskan pembahasan tentang layanan
ibu hamil yaitu pelayanan prenatal, pelayanan persalinan, pelayanan
postnatal dan neonatus dilaksanakan secara berurutan berdasarkan
usia kehamilan.
Bidan yang menangani ibu hamil selain berpendidikan bidan
juga pengalaman dalam tindakan medis yang dilakukan berdasarkan
standarisasi bidan. Keahlian bidan dalam menangani ibu hamil
80
sampai melahirkan secara normal tidak ada perbedaan antara
anggota dan bukan anggota semua mendapat pelayanan yang sama
secara profesional.
Efisiensi berdasarkan realibility sesuai dengan harapan
masyarakat dimana proses penanganan kesehatan didahulukan
dibandingkan biaya pengobatan dan administrasi. Khusus saat proses
persalinan sampai perawatan. Pembayaran dilakukan ketika pasien
non member sudah bisa pulang ke rumah. Kesimpulan efisiensi
sudah efisien, walaupun perlu peningkatan dan perbaikan dalam
kualitas kesehatan gratis buat masyarakat miskin.
h. Dampak
Dampak pelaksanaan program rumah bersalin gratiis terhadap
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin sebagai efek
primer dan sekunder dalam jangka panjang. Keberadaan rumah
bersalin gratiis di Jakarta Timur sangat berperan dalam penurunan
angka kematian ibu saat proses persalinan. Dan keberadaan RBG
sangat membantu ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin untuk
mendapatkan akses kesehatan gratis secara layak.
Keberadaan pelayanan rumah bersalin dan klinik umum yang
berasal dari dana ZIS sangat berperan untuk kesejahteraan ibu hamil
dan keluarga yang tergolong mustahik. Hasil dari pelaksanaan
program rumah bersalin gratiis adalah penurunan angka kematian
ibu, bayi dan balita dan penurunan angka sakit di wilayah Jakarta
Timur.
81
i. Kesinambungan
Kesinambungan merupakan analisa keberlanjutan program
rumah bersalin gratiis dari berbagai aspek. Keberlanjutan adalah
kesinambungan manfaat dari suatu program setelah program
dilaksanakan dan berlanjut manfaatnya dalam jangka panjang
terhadap risiko sepanjang waktu.
Pemberdayaan kepada anggota untuk layanan kesehatan terus
dilakukan oleh RBG sendiri dan Rumah Zakat. Namun hal ini tidak
akan berlanjut jika tidak ditunjang dengan pendanaan, maka solusi
yang tepat adalah RBG bekerja sama dengan posyandu-posyandu
yang berada di wilayah Jakarta Timur dan mudah diakses oleh
anggota untuk memberikan pembinaan kesehatan melalui layanan
kesehatan gratis untuk ibu hamil dan balita. pelaksanaan program
rumah bersalin gratiis, Rumah Zakat melakukan evaluasi program
secara internal yang disesuaikan dengan konsep pemberdayaan
masyarakat dan pendanaan yang baik.
Rumah bersalin gratiis dapat terus berlanjut dan
berkesinambungan jika tetap fokus pada nilai kemanusiaan untuk
membantu kaum fakir dan miskin terhadap akses jaminan pelayanan
kesehatan gratis. Berusaha terus untuk memperbaiki kualitas layanan
dan mengembangkan program yang kurang disentuh oleh
pemerintah misalnya persalinan gratis untuk ibu hamil yang berasal
dari keluarga miskin, pembinaan rohani melalui integrated
community development.
82
B. Saran
1. Rumah Bersalin Gratiis
Untuk perbaikan pelaksanaan program layanan kesehatan rumah
bersalin gratiis di masa mendatang, penulis menyarankan perbaikan yang
dapat dilakukan oleh pihak rumah bersalin gratiis yaitu:
Relevansi perlu menyusun target terukur yang sesuai dengan tujuan
program dan terkait dengan sasaran, melakukan sosialisasi dan
internalisasi tujuan rumah bersalin gratiis ke segenap stakeholder.
Efektifitas perlunya evaluasi berkala terhadap pencapaian target sehingga
perbaikan berkesinambungan dapat terus berjalan, perlu mengupayakan
peningkatan kinerja petugas kesehatan dan penghargaan diberikan untuk
memotivasi berprestasi dalam melayani pasien.
Sedangkan dampak perlu ada upaya penyebaran informasi lebih,
tidak sebatas mulut ke mulut, selain optimalisasi layanan dalam gedung,
peningkatan layanan luar gedung nampaknya dapat menjadi alternatif
untuk peningkatan kebermanfaatan. Kesinambungan keunggulan
kompetitif rumah bersalin gratiis (gratis, kuratif, religius, berbasis
kesehatan keluarga miskin) harus dipertahankan bahkan ditingkatkan
untuk dapat memberi program kesehatan secara lebih profesional dan
terwujudnya perilaku hidup sehat setelah anggota sembuh melalui
program promosi kesehatan.
2. Untuk Anggota
Dengan pengobatan gratis ini bisa memanfaatkan keberfungsian
kartu selama tiga tahun, namun dalam perjalanannya jika anggota
83
mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi dan sudah bisa dikatakan
mandiri maka dengan sukarela mengembalikan kartu anggota dan
merubahnya dengan infaq.
3. Mahasiswa
Saat ingin melakukan penelitian sebaiknya pikirkan konsep secara
matang. Tempat penelitian sebaiknya di survey untuk kenyamanan saat
meneliti jangan sampai pada pertengahan mengalami perubahan pada
tempat dan konsep penelitian, seperti yang dialami penulis bukan hanya
waktu, dana dan kelulusan jadi tertunda.
84
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press, 1988.
Hadari, Nawawi. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 1992.
Irawan, Prasetya. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: FISIP UI, 2006.
Ismail, Asep Usman. Bunga Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial:
Perspektif Al-Qur’an tentang Perlindungan terhadap Anak dan Fakir Miskin dalam Pengembangan Masyarakat. Jakarta: IAIN Indonesian Social Equity Project, 2006.
Johnston, Mary. Relasi Dinamis Antara Pekerja Sosial dengan Klien
Dalam Setting Rumah Sakit. Surakarta: Tim Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Orthopaedi dan Prothese, 1988.
Lupiyoadi, Rambat dan Hamdani, A. Manajemen Pemasaran Jasa.
Jakarta; Salemba 4, 2006. Mallo, Monasse. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Karunika,
1986. Migley, James. Social Development: The Developmental Perspective in
Social Welfare. London: Sage Publications Ltd, 1995. Moenir, H. A. S. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia Jakarta:
PT Bumi Aksara, 1st ed. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1999. Nasuhi, Hamid. dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA,
2007. Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arloka, 1994. Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta: PT Mitra Kertajaya Indonesia,
2010.
84
85
Rukminto, Adi Isbandi. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: UI Press, 2005.
Rukminto, Adi Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Jakarta: FEUI Press, t.t.
Sandjaja, B dan Heriyanto, Albertus. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2006. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers,
1987. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2010. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT Refika Aditama, 2005. Suparlan, Parsudi. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1995. Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen, Evaluasi
untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Tim Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan. T.tp.: Tim Penyusun
Komite Penanggulangan Kemiskinan, t.t. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penilitian
Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Zastrow, Charles. Introduction to Social Work and Social Welfare. Pasific
Grove: Brooks/Cole Publishing Company, 1996.
JURNAL Mintarti, Nana dkk. Zakat & Empowering, Kajian Perumusan
Performance Indicator bagi Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Zakat. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009.
Sutisna, Nana. Zakat & Empowering, Model Pengelolaan Zakat di
Putukrejo: Sinergi Pengelolaan Zakat Melalui Tiga Pilar
86
Komunitas Untuk Kesejahteraan Kaum Miskin. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 3, September 2010.
Udiutomo, Purwa. dkk. Zakat & Empowering, Evaluasi dan Kajian
Dampak Program Layanan Kessehatan Cuma-Cuma. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, vol. 2, Juni 2009.
DOKUMENTASI
General Administrasi. Struktur RSI, artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari email [email protected].
General Administrasi. Total Data Rekap Member RBG (Rumah Bersalin
Gratiis), artikel diakses pada 25 April 2011 dari email [email protected].
Nasution, et al., 2008. New Life Options: Evaluasi Program, h. 73. Observasi Pribadi di Rumah Bersalin Gratiis, Jakarta, 12 Mei 2011. R, Hilmi Sulaiman. Deskripsi Program Rumah Bersalin Gratiis, diakses
pada 4 April 2011 dari Dokumentasi Rumah Bersalin Gratiis.
SKRIPSI Sudjudi, Fajriyah Ch. Pengaruh Layanan Kesehatan RS. Hospital Cinere
Terhadap Loyalitas Konsumen. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2008.
INTENET
Bidanku Sholeh. Info Rumah Bersalin Gratiis, artikel diakses pada 17 April 2011 dari bidankusholihah.blogspot.com/.../info-rumah-bersalin-gratis.html.
Daulat, Rodin. Posyandu Tekan Angka Kematian Ibu Hamil di Jaktim,
artikel diakses pada 3 Mei 2011 dari http://www.timur.jakarta.go.id/v10/?page=Berita&id=664.
Human Development Report, artikel diakses pada 19 Maret 2011 dari
Human Development Report | Bataviase.co.id.
Kualitas SDM Indonesia di Dunia, artikel pada 19 Maret 2011 dari www.ekonomi.kompasiana.com.
Mulyana, Usep. Manajemen Pelayanan Umum, artikel diakses pada 27
Maret 2011 dari www.usepmulyana.files.wordpress.com/2009/02/mpu-kp-1.pdf.
87
Mengenal Lebih Dekat Rumah Zakat, artikel diakses pada 25 Maret 2011 dari www.rumahzakat.org.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an, artikel diakses pada 29 April
2011 dari media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Miskin.html. Wikipedia. Rumah Zakat Indonesia, artikel diakses pada 25 Maret 2011
dari www.wikipedia.id.org/wiki/Rumah_Zakat_Indonesia.
Wikipedia. Kesehatan, artikel diakses pada 16 April 2010 dari www.wikipedia.id.org/wiki/Kesehatan.
Yul, Gus. Peran LAZ Menghapus Cerita Kemiskinan, artikel diakses pada
30 November 2010 dari www.pkesinteraktif.com/.../185-peran-laz-menghapus-cerita-kemiskinan.htm.
WAWANCARA
Wawancara Pribadi dengan General Administrasi, Jakarta, 8 April 2011. Wawancara Pribadi via email dengan General Administrasi rumah bersalin
gratiis, artikel diakses pada 28 April 2011 dari [email protected].
Wawancara Pribadi dengan Ibu Caturwiyanti, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Dianti, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Marlina, Jakarta, 2 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Sitisa’diah, Jakarta, 18 April 2011. Wawancara Pribadi dengan Ibu Triwiyanti, Jakarta, 20 April 2011. Wawancara Pribadi dengan Manager RBG, Jakarta, 4 April 2011. Wawancara Pribadi dengan Manager RBG, Jakarta, 14 April 2011. Wawancara Pribadi via email dengan Manager rumah bersalin gratiis,
artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari [email protected].
84
85
LAMPIRAN
86
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Lidya Melawati Nomor Pokok/NIM : 107054102667 Jenis Kelamin : Perempuan Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Mei 1987 Alamat Asal : Jalan Jati Manggis No. 33A
Kel. Jati, Kec. Pulogadung, Jakarta Timur Kode Pos : 13220 Telepon/HP : 021 96568266 Jurusan/Program Studi : Kesejahteraan Sosial/S1 Judul Skripsi Evaluasi Program Layanan Kesehatan Rumah Bersalin Gratiis (RBG) Bagi
Orang Miskin di Jakarta Timur
Saya orang betawi asli yang terlahir sebagai anak ke-tiga dari pasangan Bapak Mamit dan Ibu Rohaya, mempunyai cita-cita sebagai guru agama.......meneruskan sekolah ke UIN impian saya dan seiring doa serta usaha dapat terwujud namun jurusan yang saya dapat bukan PAI melainkan Kessos.........tahun 2007 awal dari perjalanan saya menuju kampus UIN, mesti berbagai rintangan harus saya lalui termasuk sering datang terlambat karena jarak tempuh pulogadung sampai ciputat......berbeda dengan teman-teman yang bisa kumpul setelah kuliah sedangkan saya mesti bekerja partime untuk biaya ongkos........selama kuliah cita-cita saya berubah ingin menjadi pekerja sosial yang profesional membantu masyarakat menuju kesejahteraan melalui kemampuan yang dimilikinya.....semua ini berat akan tetapi jika kita berusaha dan berdoa dengan niat ikhlas untuk menuntut ilmu dunia dan akhirat maka Allah SWT akan memudahkan langkah kita.......thanks Allah............terima kasih atas bantuan orang tua dan orang tua asuh saya atas doa dan dukungan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Terima kasih buat para dosen yang mau mengajari dan membimbing saya dalam proses belajar di UIN.......
STRUKTUR KEPENGURUSAN RUMAH BERSALIN GRATIIS
84
OBSERVASI PENELITIAN RUMAH BERSALIN GRATIIS
Hari : Kamis
Tanggal : 12 Mei 2011
Jam : 08.15 s/d 16.00 WIB
A. Kegiatan Tenaga Kerja Rumah Bersalin Gratiis.
Kegiatan pekerja sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Pukul 08.00 s/d 08.30 WIB melakukan breafing seluruh anggota di ruang
tunggu secara internal. Para pekerja setiap hari rutin melakukan inspirasi
pagi di mulai dari jam 7.55 – 8.30 WIB yaitu tilawah secara bergantian,
baca visi dan misi, pembacaan hadist, baca asmaul-husna, materi umum
(agama, kesehatan, dan lain-lain), info-info/pengumuman, yel-yel dan
doa.
2. Pukul 08.30 s/d 16.00 WIB para pekerja bersiap-siap untuk melayani
kesehatan masyarakat.
3. Dalam bekerja menggunakan busana yang diseragamkan yaitu untuk
wanita memakai baju tangan panjang warna hitam, rok panjang hitam
dan kerudung hijau sedangkan yang pria celana bahan panjang warna
hitam, kemeja panjang warna putih dan dasi.
4. Untuk pekerja memakai alas kaki sandal atau sepatu dalam bekerja.
5. Salam, senyum, sapa dan ramah selalu dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
B. Tata Ruang Rumah Bersalin Gratiis.
Rumah Bersalin Gratiis yang
beralamat di Jalan Pulo Asem Timur
Raya No. 18, Jakarta Timur. Bangunan
ini dirawat dan dibersihkan dua kali
sehari jam 06.30-08.00 WIB dan jam
15.30-16.30 WIB. Bangunan ini berada
di pinggir jalan raya akses menuju kesini naik mikrolet 21.
84
85
Ruangan pendaftaran tahun 2009
s/d april 2011, saat ini ruangan yang
tempat bagasi mobil dirubah jadi ruang
pendaftaran pasien. Ruang pendaftaran
dipindahkan ke garasi yang cukup luas
dilengkapi tempat duduk untuk 14
orang, ber-AC, dua lemari arsip/data
pengunjung, TV, telepon, seperangkat
komputer, telepon dan meja kerja. Dalam sudut ruangan terdapat poster
Rumah Zakat dan Senyum Sehat, background Rumah Zakat. Hal ini
dilakukan pihak RBG demi kenyamanan pasien dan pekerja dalam proses
administrasi. Ruangan pendaftaran dalam kondisi rapih dan bersih.
Ruangan tindak perawatan tahun
2009 s/d april 2011, saat ini ruangan
pendaftaran yang terlihat pada gambar di
atas berubah menjadi ruang tindakan
perawatan yang dilakukan suster
(perawat). Fasilitas dalam ruangan
dilengkapi peralatan tensi, timbangan,
timbangan bayi, alat ukur tinggi badan,
uap, perlengkapan suntik, sarung tangan dan menutup mulut, oksigen, tempat
tidur pasien, alat untuk kontrol kadar gula darah dan asam urat, kipas angin,
meja dan kursi untuk pemeriksaan.
Untuk tindakan pemeriksaan oleh perawat berlangsung 1-2 menit
tindakan tensi dan nimbang sedangkan 1-10 menit jika uap atau tindakan
lainnya. Untuk pendaftaran pasien 2-4 menit.
Ruang tunggu pasien yang terdapat di
luar ruangan terbagi menjadi 4 bagian yaitu
ruang tunggu tindak perawatan, ruang
tunggu untuk pemeriksaan ke dokter, ruang
tunggu untuk pemeriksaan ke bidan, dan
ruang tunggu untuk nunggu obat. Larangan
86
merokok dan buang sampah pada tempatnya di tempel pada dinding ruang
tunggu.
Ruangan dokter umum dalam
kondisi bersih dan rapih. Fasilitas
ruangan yaitu ruangan ber-AC, ranjang
pemeriksaan untuk pasien, westafel,
tempat sampah, meja dan kursi untuk
pemeriksa pasien, pintu masuk antara
pasien dan dokter dibedakan. Beberapa
lemari arsip dan meja obat.
Sedangkan pada dinding ruangan di pajang surat izin praktek dokter
umum, jam dinding dan kalender. Pada meja dokter ada catatan jenis-jenis
penyakit dan cara penanganan yang tepat, buku resep obat dan surat izin
dokter. Peralatan medis steril. Kebanyakan pasien adalah ibu dan anak. Untuk
pemeriksaan kesehatan secara umum dilakukan oleh dokter kepada pasien
dengan waktu 5-16 menit disesuaikan diagnosa jenis penyakit bukan pada
banyak antrian pasien. Pada pukul 11.15 WIB waktu istirahat untuk dokter
melakukan ishoma. Untuk pemeriksaan dokter umum dilanjutkan pukul 13.00
s/d 15.30 WIB.
Ruang bidan dalam kondisi rapih
dan bersih. Fasilitas ruangan yaitu
ruangan ber-AC, lemari es yang berisi
obat-obat yang harus didinginkan, kasur
pemeriksaan, meja dan kursi pemeriksa,
wetafel, tempat sampah, pintu masuk
pasien dan bidan dibedakan. Terdapat
alat USG namun belum dipergunakan
karena belum adanya dokter ahli kandungan.
Dinding ruangan di pajang surat izin praktek bidan, rujuk ibu, tanda
bahaya pada masa mengandung, frame cuci tangan yang efektif, pertumbuhan
dan perkembangan balita, 40 minggu perkembangan janin, kalender, jam
dinding. Persetujuan Untuk pemeriksaan bidan antara 4-16 menit namun saat
87
ini penulis mengamati satu orang ibu hamil yang sedang meriksakan
kandungan bersama suaminya berlangsung selama 4 menit.
Ruangan persalinan dilengkapi
fasilitas ruangan ber-AC dan kipas angin,
kamar mandi dan westafel untuk pasien
pasca melahirkan, gambar hand manuver
KBI-KBE di dinding, westafel, lemari
baju dan perlengkapan ibu dan bayi,
lemari obat-obatan, semua alat medis
dalam keadaan steril, alat standard inkubator bayi, dua tempat tidur pasien
dan perlengkapan untuk persalinan, tempat tidur bayi untuk mengukur tinggi
dan berat bayi, tabung oksigen, 2 buah lampu sorot, 4 buah clemek untuk
bidan dan perawat.
Satu kursi duduk, 1 jemuran tuk handuk. Ruangan tertata rapih dan
bersih namun saat penulis masuk ada bercak betadine, tak berapa lama
petugas membersihkan ruangan.
Ruangan rawat pasien setelah
melahirkan terbagi menjadi dua
ruangan dan Acnya jadi satu,
fasilitasnya lima tempat tidur untuk
ibu dan lima box bayi, tirai horden
yang menutupi antara pasien satu
dengan yang lain, lima meja+lemari
buat pakaian. Ruangan ini tertutup
untuk umum hanya pihak keluarga dan orang yang diizinkan RBG boleh
masuk. Ruangan ini bersih dan rapih.
88
Ruangan depo obat mempunyai
fasilitas sebagai berikut ber-AC, 3 lemari
obat, satu set komputer, meja racik obat,
westafel, ruangan terjaga kebersihannya.
Untuk meracik obat butuh waktu 15 menit
satu pasien namun jika saat yang berobat
banyak maka terjadi antrian.
Toilet khusus pasien RBG berada di depan ruangan bidan, saat pagi toilet
dalam keadaan bersih dan tertata rapih. Untuk fasilitas yang ada di dalam
yaitu tempat sampah, keset, cuci tangan detol, westafel, closed duduk dalam
kondisi tertutup, bak air dan gayung.
Ruang istirahat dokter berada di depan ruang persalinan. Fasilitas dalam
ruangan ini yaitu dua kasur busa, dua lemari pakaian, kipas angin dan AC,
dialasi matras untuk shalat dan duduk-duduk, kebersihan terjaga. Ruangan ini
agak sedikit berantakan penataan barang-barang. Ruangan ini digunakan oleh
perawat dan bidan untuk bermalam dan setiap hari jaga 24 jam secara
bergiliran untuk melayani proses persalinan normal.
Ruangan proyek baksos kesehatan berada paling ujung dekat tangga
lantai dua dan samping dapur. Fasilitas ruang proyek terdiri dari kamar
mandi, ruangan khusus obat-obatan jadi satu dengan tempat sholat, satu set
komputer + printer, meja dan kursi kerja, kipas angin, telepon dan lemari
arsip data kegiatan baksos kesehatan.
Ruangan lainnya yang terbuka terdapat cadangan ranjang tidur pasien,
box bayi, dua kursi dorong untuk pasien, lemari yang berisikan sprai, selimut,
sarung bantal yang sudah bersih dan distrika tersusun rapih.
Untuk ruang tunggu pasien melahirkan ada di dalam fasilitas kipas angin,
lemari TV+TV, bangku tunggu, lemari es berisikan makanan dan minuman
untuk pekerja.
Ruangan dapur ada di paling pojok dalam bangunan. Penataan ruangan
ini kurang rapi, ruangan ini kebersihannya terjaga dalam ruangan ini ada
ruangan yang menyatu dengan gudang yang tidak boleh dibuka, fasilitas
89
dalam ruang dapur yaitu mesin cuci, kompor gas, galon-galon air, rak sepatu,
sepeda, panci dan termos.
Ruangan manajemen terdapat di lantai dua yang terdiri dari ruang kerja,
ruang tamu dan kamar mandi pegawai. Tiga set meja+kursi kerja yang
dilengkapi komputer, ber-AC, ruang sholat dan lemari arsip data anggota
yang mendapat pelayanan kesehatan gratis. ruang tamu yang berisi sofa, meja
dan lemari TV+TV, kipas angin.
Mushollah ada di atas depo obat lantai dua agak sulit di jangkau sama
pasien yang ingin sholat.
90
PEDOMAN WAWANCARA LEMBAGA
1. Sejak kapan Rumah Bersalin Gratiis mulai berkiprah untuk membantu
kesehatan masyarakat? 2. Apa yang menjadi dasar (melatarbelakangi) berdirinya RBG dimasyarakat? 3. Apa tujuan (visi dan misi RBG)? 4. Program pelayanan apa saja yang terdapat di RBG untuk kesehatan
masyarakat? 5. Fasilitas apa saja yang tersedia di RBG? 6. Kendala atau masalah apa saja yang RBG temui dalam proses member?
kendala dari member itu sendiri atau dari RBG kepada member? 7. Rujukan jika member pendarahan atau ada masalah itu tempatnya dimana?
Kalo membernya tidak punya uang solusi RBG seperti apa? apakah dibebaskan biaya?
8. RBG selain masalah pengobatan pernah mengadakan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat tentang pola hidup sehat yang murah dan menyehatkan? Berapa kali? Rutin/Tidak? dilakukan dimana biasanya? siapa nara sumbernya? bagaimana tanggapan masyarakat?
9. Apakah RBG melakukan kerjasama kepada Posyandu? bagaimana bentuk kerjasama tersebut diwilayah mana aja?
10. Jika RBG ingin melakukan suatu perubahan biasanya dibidang mana?alasannya?
11. Fungsi dan peran dokter umum, bidan, dan perawat dalam pelayanan kesehatan di RBG?
12. Pernah nga ada member yang melahirkan anaknya cacat atau meninggal? Alasannya? Berapa Banyak?
13. Apakah semua pelaksanaan program harus mengikuti SOP? ada kah pelanggaran dalam pelaksanaan program di luar SOP? bagaimana solusinya?
14. Untuk program member itu seperti apa prosesnya apakah ada waktu2 tertentu seperti pendaftaran murid baru di sekolah? saat mengisi formulir pasien ada yang tungguin atau formulirnya dibawa pulang dulu? berapa lembar formulirnya? berisikan apa saja? adakah kriteria khusus untuk menjadi member kesehatan? prosesnya berapa lama? saat formulir dah dikumpul langsung di proses atau nunggu beberapa orang member lagi baru diproses?
15. Survey dilakukan saat apa? siapa yang survey, berapa orang dengan berapa pertanyaan, berapa lama waktunya? kriteria waktu survey apa saja? adakah pelatihan untuk petugas survey bentuknya seperti apa?
16. Siapa saja yang berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat miskin yang sedang hamil untuk gabung jadi member?
17. Apakah selain dokter dan bidan, pegawai di RBG lulusan keperawatan? bagian mana saja yang perawat?
18. Kalo dari wawancara awal dengan bapak RBG pernah melakukan evaluasi pada program member adanya perubahan awalnyakan member berlaku 5 tahun, cakupan seluruh anggota keluarga inti tanpa ada batasan tetapi
91
sekarang berubah member berlaku 3 tahun dan hanya 5 orang saja gimana kalo ada alasan mengapa harus ada perubahan?
19. Untuk pemutusan member terjadi pada saat apa? jika dalam satu tahun ada member yang ekonominya meningkat apakah member akan diputuskan atau bagaimana kebijakan RBG?
20. Apakah monitoring kepada member dilakukan saat survey aja atau ada waktu tertentu yang harus dilakukan monitoring ulang ke member?
92
HASIL WAWANCARA PENULIS DENGAN PIHAK RUMAH BERSALIN GRATIIS
1. Sejak kapan Rumah Bersalin Gratiis mulai berkiprah untuk membantu
kesehatan masyarakat? Sejak tahun 1998 s/d 2009 kegiatan kesehatan bersifat charity.
Sebelumnya ada klinik pada tahun 2005, termasuk klinik pertama di Bandung. Rumah bersalin gratiis di Jakarta Timur didirikan tanggal 26 Februari 2007, beralamat di Jalan Taruna no. 43, Pulogadung. Di Taruna lebih dekat ke mustahik. Tahun 2010 sampai sekarang menjadi alat transformasi dan pembangunan pada bidang kesehatan.
2. Apa yang menjadi dasar (melatarbelakangi) berdirinya RBG dimasyarakat? Hambatan ekonomi masyarakat yang menyebabkan tidak mendapat
akses kesehatan. 3. Apa tujuan (visi dan misi RBG)?
Visi: menjadi pusat pemberdayaan kesehatan masyarakat yang bersifat universal.
Misi - Menyelenggarakan program kesehatan yang bersifat komperhensif di
seluruh Indonesia menuju pemerataan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
- Menintegrasikan nilai-nilai universal dalam setiap aktifitas dan kebijakan lembaga.
- Menyempurnakan seluruh proses lembaga berbasis teknologi, komunikasi dan informasi untuk mencapai kinerja yang optimal.
- Menumbuhkan usaha di sektor produktif dalam rangka menunjang kontiniutas menyelenggarakan program lembaga.
4. Program pelayanan apa saja yang terdapat di RBG untuk kesehatan masyarakat?
Jenis Layanan Rumah Bersalin Gratiis
Praktek Jenis Layanan Program Pelayanan Kesehatan
Dokter Umum Layanan Umum Hari: Senin-Sabtu
Jam: 08.00-16.00 WIB Hari libur tidak praktek.
j. Pelayanan kesehatan umum
Bidan k. Pelayanan persalinan
Layanan Ibu Hamil Setiap Hari
24 Jam l. Pelayanan
prenatal Hari: Senin-Sabtu Layanan Ibu
dan Anak Jam: 08.00-16.00 WIB m. Pelayanan
postnatal dan neonatus
n. Pelayanan KB o. Pelayanan
93
Imunisasi p. Mobil
ambulance dan mobil jenazah
Kendaraan Medis Layanan Jasa Hari: Senin-Sabtu Jam: 08.00-16.00 WIB q. Edukasi
kesehatan dan pembinaan anggota
Oncall
r. Pelayanan rujukan
5. Fasilitas apa saja yang tersedia di RBG? Fasilitas untuk pasien yang berstatus member yaitu kartu berobat
pasien, kartu keanggotaan yang lengkap dengan nama keluarga inti maksimal 5 orang, mendapat fasilitas program pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis layanan yang dibutuhkan secara gratis dan penggunaan kartu keanggotaan layanan kesehatan rumah bersalin gratiis berfungsi selama tiga tahun. Fasilitas dalam persalinan diantaranya perlengkapan medis saat melahirkan, perawatan setelah melahirkan ± satu hari, makan dan minum disesuaikan dengan kondisi kedatangan pasien ± 2-3 kali, sebelum pulang bayi dimandikan, imunisasi awal, bingkisan dan pulang di antar ambulance sesuai permintaan pasien. Fasilitas untuk non member yaitu mendapat kartu berobat, mendapatkan program pelayanan kesehatan sesuai dengan jenis layanan yang dibutuhkan dan dikenakan infaq sebagai berikut: 5) Dokter umum dikenakan infaq sebesar Rp.5000,-. 6) Bidan dikenakan infaq sebesar Rp.3000,-. 7) Obat dikenakan infaq sesuai jumlah dan jenis obat yang diresepkan. 8) Persalinan dikenakan infaq antara Rp.350.000,- sampai dengan
Rp.400.000,-. 6. Kendala atau masalah apa saja yang RBG temui dalam proses member?
kendala dari member itu sendiri atau dari RBG kepada member? Kalau dari RBG sendiri kendalanya dalam proses survey calon member,
sering tertunda sampai beberapa hari karna RBG tidak punya surveyor khusus untuk survey data calon member. Selama ini jika calon member itu ada di wilayah ICD Rumah Zakat maka yang survey MRO...di wilayah luar ICD, RBG memberdayakan PIC dari relawan.Kalo kendala dari membernya, dalam hal administrasi yang di butuhkan sebagai kelengkapan persyaratan menjadi member.................seringnya tidak lengkap..mis..karena mereka kebanyakan pendatang, KTP dan KK tidak ada.
7. Rujukan jika member pendarahan atau ada masalah itu tempatnya dimana? Kalo membernya tidak punya uang solusi RBG seperti apa? apakah dibebaskan biaya?
Dari awal kememberan, dari kami sudah menjelaskan kepada pasien, jika persalinannya di rujuk, maka biaya di
94
tanggung sendiri oleh pasien,karena RBG belum punya dana khusus untuk memback up biaya rujukan, jika ada donasi dari donatur untuk member RBG, maka dana itu baru bisa di keluarkan untuk membantu biaya persalinana member yang di rujuk.Solusi yang sering kami berikan ke pasien saat di rujuk, mereka harus buat SKTM agar bisa di bebaskan dari biaya persalinan di RS atau Klinik lain. Pasien RBG biasanya di rujuk ke Klinik Harmoni atau RS terdekat atau bisa atas pilihan pasien sendiri.
8. RBG selain masalah pengobatan pernah mengadakan penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat tentang pola hidup sehat yang murah dan menyehatkan? Berapa kali? Rutin/Tidak? dilakukan dimana biasanya? siapa nara sumbernya? bagaimana tanggapan masyarakat?
Iya. sebulan sekali ada pembinaan posyandu, UKS atau siaga sehat, dan selalu di sertai dengan penyuluhan PHBS. Dilakukan di daerah2 wilayah ICD RZ, atau daerah2 yang memang sudah di tunjuk oleh donatur untuk di berikan bantuan. nara sumbernya dari dokter, bidan yang ada di RBG. Alhamdulilah direspon positif oleh masyarakat.
9. Apakah RBG melakukan kerjasama kepada Posyandu? bagaimana bentuk kerjasama tersebut diwilayah mana aja?
Iya. Saat ini yang rutin baru di wilayah posyandu yang ada di Pulogadung. Pemberian PMT untuk balita, pemeriksaan kesehatan dan pemberian bantuan alat2 medis, mis timbangan bayi dll.
10. Jika RBG ingin melakukan suatu perubahan biasanya dibidang mana?alasannya?
Semua bidang pasti kami ingin selalu ada perubahan, perubahan dalam rangka pengembangan sehingga kami bisa memberikan layanan yang semaksimal mungkin kepada semua masyarakat.Dan keberadaan RBG bisa di rasakan oleh semua lapisan masyarakat.
11. Fungsi dan peran dokter umum, bidan, dan perawat dalam pelayanan kesehatan di RBG?
Sebagai fasilitator layanan RBG yang berhubungan langsung dengan pasien atau masyarakat yang datang ke RBG.
12. Pernah nga ada member yang melahirkan anaknya cacat atau meninggal? Alasannya? Berapa Banyak?
Kalo member seinget ku belum ada...tapi kalo non member ada yang cacat dan akhrinya meninggal....
13. Apakah semua pelaksanaan program harus mengikuti SOP? ada kah pelanggaran dalam pelaksanaan program di luar SOP? bagaimana solusinya?
Pelaksanaan program untuk layanan medis di RBG sudah ada SOPnya yang baru saja disahkan. Sampai sekarang berkas yang sudah disahkan dikirimkan ke pusat untuk direview, namun belum dikirim balik ke cabang. Pelaksanaan SOP dilakukan di forum audit medis untuk SOP medis, sedang SOP non medis dilakukan lewat forum konseling masing-masing karyawan sesuai jobdescnya. Jika ada pelanggaran dari SOP, kalau kriterianya masuk untuk diberikan sanksi administrasi mulai dari ST atau SP, akan diberikan ST atau SP. Namun kalau tidak
95
termasuk dalam kriteria mendapat sanksi, maka sampai sekarang baru sebatas teguran lisan/peringatan.
14. Untuk program member itu seperti apa prosesnya apakah ada waktu2 tertentu seperti pendaftaran murid baru di sekolah? saat mengisi formulir pasien ada yang tungguin atau formulirnya dibawa pulang dulu? berapa lembar formulirnya? berisikan apa saja? adakah kriteria khusus untuk menjadi member kesehatan? prosesnya berapa lama? saat formulir dah dikumpul langsung di proses atau nunggu beberapa orang member lagi baru diproses?
Form member ada di bagian pendaftaran, silakan diambil. Pengajuan member bisa melalui dua rute, melalui pemeriksaan bidan terlebih dahulu, atau mendaftar administrasi lebih dahulu, yang mana duluan tidak masalah. Intinya, persyaratan yang harus dipenuhi adalah telah diperiksa oleh bidan dan dibuatkan berita acara pemeriksaan yang hasilnya (secara medis) direkomendasikan untuk jadi member karena kemungkinan persalinannya akan berlangsung normal dan bisa ditolong di RBG. Sedangkan persyaratan administrasi dibutuhkan untuk membuktikan bahwa member adalah termasuk dalam kategori mustahik, yang dibuktikan dengan data2 keluarga, penghasilan, rekomendasi RT/RW dan masjid, dll. Formulir member dapat dibawa pulang, dan dikembalikan setelah seluruh persyaratan lengkap. Setelah lengkap, berkas akan langsung difollow up melalui survey. Untuk yang di wilayah ICD akan direkap dan disurvey bersamaan setiap hari selasa oleh MRO, sedang untuk di wilayah non ICD akan langsung disurvey oleh surveyor internal RBG.
15. Survey dilakukan saat apa? siapa yang survey, berapa orang dengan berapa pertanyaan, berapa lama waktunya? kriteria waktu survey apa saja? adakah pelatihan untuk petugas survey bentuknya seperti apa?
Survey dilakukan oleh 2 pihak, surveyor MRO (pendamping ICD) atau surveyor internal RBG. Untuk wilayah ICD, survey dilakukan MRO, setiap selasa pada setiap pekan. Sedangkan untuk wilayah non ICD, survey dilakukan oleh surveyor internal RBG, yang waktunya bebas, setiap kali ada data masuk langsung disurvey. Form survey ada di pendaftaran, silakan minta. Pelatihan untuk surveyor diberikan oleh branch manager pada saat awal rekrutmen sebagai surveyor, atau saat awal tahun, atau ketika ada perubahan komponen yang harus disurvey. Calon member yang sudah disurvey diminta untuk menelpon/konfirmasi ke RBG 3 hari pasca survey untuk menanyakan statusnya apakah di acc atau tidak.
16. Siapa saja yang berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat miskin yang sedang hamil untuk gabung jadi member?
Bidan, ketika ada ibu hamil mustahik yang berkunjung. MRO di wilayah masing-masing. Tim RBG ketika melakukan aksi siaga sehat (pengobatan massal) di wilayah ICD.
17. Apakah selain dokter dan bidan, pegawai di RBG lulusan keperawatan? bagian mana saja yang perawat?
96
Karyawan yang memiliki latar belakang keperawatan adalah perawat. Sisanya sesuai jabatan masing-masing (asisten apoteker lulusan sekolah farmasi, finance lulusan akuntansi, dst.)
18. Kalo dari wawancara awal dengan bapak RBG pernah melakukan evaluasi pada program member adanya perubahan awalnyakan member berlaku 5 tahun, cakupan seluruh anggota keluarga inti tanpa ada batasan tetapi sekarang berubah member berlaku 3 tahun dan hanya 5 orang saja gimana kalo ada alasan mengapa harus ada perubahan?
Keputusan ini dari Rumah Zakat Pusat, karena ada perubahan pola intervensi pemberdayaan yang coba dilakukan. Jangka waktu 3 tahun disesuaikan dengan jangka waktu pembinaan ICD rumah zakat, dengan asumsi sebagian besar member berdomisili di wilayah ICD. Jumlah 5 orang lebih ke mengedukasi keluarga member untuk memilki perencanaan dalam keluarga (anak).
19. Untuk pemutusan member terjadi pada saat apa? jika dalam satu tahun ada member yang ekonominya meningkat apakah member akan diputuskan atau bagaimana kebijakan RBG?
Idealnya, setiap tahun dilakukan verifikasi (survey ulang) data seluruh member. Namun, sampai tahun ini hal ini belum dilakukan. Kendalanya (1) kekurangan SDM (2) data domisili dan kontak member yang kurang valid, mengingat sebagian besar member tidak memiliki tempat tinggal yang permanen, bahkan cukup banyak member yang bukan penduduk asli Jakarta, sehingga ketika didatangi rumahnya sedang berada di kampung halamannya.
20. Apakah monitoring kepada member dilakukan saat survey aja atau ada waktu tertentu yang harus dilakukan monitoring ulang ke member?
Monitoring member dilakukan pada saat pembinaan member yang dilakukan terintegrasi dengan sektor lain, yakni MRO dan Mentor Anak Asuh. Sedangkan waktu pembinaan member yang diadakan sendiri oleh tim RBG, sempat berjalan pada awal 2010 hingga pertengahan, namun berhenti karena kendala pendanaan. Waktu pembinaan dari Mentor Anak Asuh diadakan sebulan sekali, sedangkan pembinaan (pengajian) dari MRO diadakan sepekan dua kali, namun mencakup beberapa wilayah. Ketika pembinaan, perkembangan member dicek melalui penerapan komitmen hidup sehat islami sesuai nota kesepahaman member.
97
PEDOMAN WAWANCARA INFORMAN A. Indikator Penerima Bantuan Persalinan Gratis di Rumah Bersalin Gratiis
(RBG). 1. Dalam hal ini peneliti menuliskan latar belakang informan yang terdiri
dari: a. Nama istri dan suami. b. Umur. c. Alamat rumah/tempat tinggal. d. Pekerjaan istri dan suami. e. Jumlah anak. f. Penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. g. Kepemilikan rumah. h. Status pasien. i. Golongan.
2. Wawancara kepada informan secara langsung.
B. Indikator Evaluasi Program Rumah Bersalin Gratiis. 1. Indikator Input/Masukan
a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG? b. Apakah menurut anda pelayanan tindakan, pemeriksaan, persalinan dan
ruang tunggu sudah nyaman dan aman? c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? f. Bagaimana menurut anda tempat parkir di RBG? g. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta
sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? h. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian?
Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian? i. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang
menentuka anda harus ke dokter/bidan? j. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit
anda? k. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat
itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu?
l. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? m. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan
permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan?
2. Indikator Proses Efisiensi a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam
kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung?
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat?
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG?
98
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat?
e. Pada saat akan melahirkan apakah bidan selalu mengingatkan untuk anda punya uang simpanan untuk jaga-jaga jika terjadi pendarahan akan dirujuk?
f. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda?
g. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja?
h. Saat persalinan jam berapa anda melahirkan? Dan jam berapa anda pulang ke rumah?
i. Berapa kali anda melakukan kontrol nifas? j. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis
imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? k. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain?
3. Indikator Output/Keluaran a. Apakah dokter/bidan memberikan pengetahuan kepada anda selama
pemeriksaan kandungan? Berupa apa saja? b. Bagaimana kondisi anda setelah melahirkan? Butuh waktu berapa lama
untuk pemulihan? Berapa kali anda dijahit? Adakah obat yang harus diminum setelah melahirkan?
c. Bagaimana kondisi anak yang dilahirkan? Berapa berat badannya? Berapa tingginya?
d. Apakah anda KB di sini? e. Apakah layanan kesehatan anda di RBG sudah sesuai tindakan
medisnya? Berapa lama anda sembuh? Apakah selama ini obat yang diberikan cocok? Apakah anda pernah alergi obat?
f. Bagaimana perasaan anda dapat bantuan persalinan gratis? Manfaat apa yang anda rasakan?
g. Apakah semua layanan kesehatan di RBG gratis? Apakah layanannya sudah cukup puas bagi anda?
4. Indikator Impact/Dampak a. Apakah ada pembagian makanan atau susu formula untuk anda/anak
anda? b. Apa saja saran dari bidan/dokter kepada anda dan suami? Apakah anda
dan suami menerapkannya? c. Apakah anda dan suami diajari cara memandikan bayi, mengganti tali
pusar, saat membedong, saat menggendong?
99
WAWANCARA PASIEN DARI RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) RUMAH ZAKAT
Hari/Tanggal : Senin/2 Mei 2011 Jam : 10.54-11.13 WIB Tempat Wawancara : Rumah Bersalin Gratiis Informan : Ibu Dianti
Identitas Pasien Nama : Dianti Nama Suami : Friadi Umur : 29 Tahun Alamat : Jalan Kayu Mas No. 2, RT. 004/RW. 004, Pulogadung
Jakarta Timur Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Bapak : Supir Pribadi Jumlah Anak : 3 orang Penghasilan : Rp 1.000.000,- perbulan Rumah : Kontrak dengan biaya Rp 300.000,- per/bulan Status : Member RBG tahun 2010 Golongan : Orang miskin (mustahik)
Hasil Wawancara
1. Indikator Input/Masukan a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG?
Ruangannya bersih dan rapih , nga ada sampah berantakan. b. Apakah menurut anda pelayanan tindakan, pemeriksaan, persalinan dan
ruang tunggu sudah nyaman dan aman? Menurut saya nyaman dan aman, kalo mau periksa cuman antri.
c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? Ada dokter/bidan sama saya dan suster aja.
d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? Ya, cukup memadailah sekarang sih lebih bagus waktu saya sih belum seperti ini keadaannya masih terbuka. Kalo sekarang sudah tertutup dan ruangannya lebih besar.
e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? Lebih mudah lagi nga berebutan.
f. Bagaimana menurut anda tempat parkir di RBG? Kurang memadai penempatan saat parkirnya.
g. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? Alat-alat sudah cukup memadai dan keberihannya terjaga.
h. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian? Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian?
100
Petugasnya rapih dan pakaiannya bersih serta sama. i. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang
menentuka anda harus ke dokter/bidan? Tindakan perawat tensi darah, nimbang dan yang nentuin perawat mau kemananya.
j. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit anda? Dokter/bidan cepat nanganinya, semuanya enak menurut saya.
k. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu? Pada tahun 2010 pas lahir sampai sekarang. Anak ke tiga. Waktu itu saya ngurus member pas kandungan 8 bulan lebih. Selama pemeriksaan kandungan saya bayar antara Rp 8.000,- s/d Rp 17.000,- sekali periksa.
l. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? Pas pemeriksaan saat berobat ditawarin sama bidan untuk masuk member terus saya mau karena suami saat itu sedang di PHK.
m. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan? Fotocopy KK, KTP, Foto, surat keterangan tidak mampu dari RT/RW, DKM masjid, USG iya. Berlaku sampai 3 tahun untuk satu keluarga saya aja. Suami, saya dan anak.
2. Indikator Proses Efisiensi
a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung? Periksa kehamilan sebulan sekali, nga ada masalah. Diajarin waktu hamil pas bulannya jangan banyak makan, banyak gerak tuk olahraga, istirahat, minum susu dikurangi waktu mau persalinan.
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat? Nga ribet sih. Pertama ke pendaftaran lalu ke perawat tuk di tensi dan ditimbang setelah itu baru ke dokter/ke bidan terakhir adalah ke depo obat nunggu obat.
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG? Jadwalnya sudah sesuai.
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat? 1/4 jam baik pemeriksaan dokter umum maupun bidan. Antri di depo obat ya ½ jam.
e. Pada saat akan melahirkan apakah bidan selalu mengingatkan untuk anda punya uang simpanan untuk jaga-jaga jika terjadi pendarahan akan dirujuk? Nga dikasih tau akan dirujuk kan dari pemeriksaan dah bisa lahir normal. Ada tetangga saya lahir di sini trus dirujuk ke harmoni bayarnya itu seadanya uang aja, besokkannya uang dia di kembalikan pihak RBG.
101
f. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda? Bawa baju bayi, kain, ambet, baju ganti saya, pembalut dan gendongan bayi.
g. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja? Dapat makan, minum, obat, terus dapat tas bingkisan dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.
h. Saat persalinan jam berapa anda melahirkan? Dan jam berapa anda pulang ke rumah? Saya datang jam 07.00 WIB melahirkan jam 09.00 WIB dan pulang habis maghrib.
i. Berapa kali anda melakukan kontrol nifas? Hanya sekali.
j. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? 4 kali yaitu imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis. Nanti bulan Agustus disuruh balik untuk imunisasi campak.
k. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain? Obat yang digunakan lebih bagus daripada puskesmas.
3. Indikator Output/Keluaran
a. Apakah dokter/bidan memberikan pengetahuan kepada anda selama pemeriksaan kandungan? Berupa apa saja? Makanan harus bergizi kalo bisa nga ada bahan pengawetnya.
b. Bagaimana kondisi anda setelah melahirkan? Butuh waktu berapa lama untuk pemulihan? Berapa kali anda dijahit? Adakah obat yang harus diminum setelah melahirkan? Lemas butuh waktu 2 jam tuk memulihkan. Saat itu nga dijahit. Ada obat penambah darah dan vitamin.
c. Bagaimana kondisi anak yang dilahirkan? Berapa berat badannya? Berapa tingginya? Sehat dan normal. Beratnya 2,7 kg, Tingginya 49 cm.
d. Apakah anda KB di sini? Ya, KB suntik 3 bulan sekali berdasarkan tanggal.
e. Apakah layanan kesehatan anda di RBG sudah sesuai tindakan medisnya? Berapa lama anda sembuh? Apakah selama ini obat yang diberikan cocok? Apakah anda pernah alergi obat? Sudah sesuai, dua hari dah sembuh. Cocok obatnya nga alergi.
f. Bagaimana perasaan anda dapat bantuan persalinan gratis? Manfaat apa yang anda rasakan? Senang. Ngebantu banget waktu suami saya lagi nga kerja lantaran dikeluarin dari tempat kerjanya.
g. Apakah semua layanan kesehatan di RBG gratis? Apakah layanannya sudah cukup puas bagi anda? Iya, gratis. Sangat puas, kualitasnya bagus lah.
102
4. Indikator Impact/Dampak a. Apakah ada pembagian makanan atau susu formula untuk anda/anak anda?
Nga ada. b. Apa saja saran dari bidan/dokter kepada anda dan suami? Apakah anda
dan suami menerapkannya? Iya, suruh rajin sholat biar ngebantu saat persalinan. Larangan merokok dilaksanain nga sepenuhnya. Ngerokok dulunya sehari satu bungkus jadi setengah sekarang.
c. Apakah anda dan suami diajari cara memandikan bayi, mengganti tali pusar, saat membedong, saat menggendong? Nga.
103
WAWANCARA PASIEN DARI RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) RUMAH ZAKAT
Hari/Tanggal : Senin/2 Mei 2011 Jam : 11.58-12.40 WIB Tempat Wawancara : Rumah Bersalin Gratiis Informan : Ibu Marlina
Identitas Pasien Nama : Marlina Nama Suami : Umar Iswanto Umur : 25 Tahun Alamat : Jalan Kp Pulo Jahe, RT. 005/RW. 014, Pulogadung
Jakarta Timur Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Bapak : Supir KWK Jumlah Anak : 3 orang Penghasilan : Rp 30.000,- perbulan Rumah : Kontrak dengan biaya Rp 200.000,- per/bulan Status : Member RBG tahun 2010 Golongan : Orang miskin (mustahik)
Hasil Wawancara
1. Indikator Input/Masukan a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG?
Ruangannya bagus sih rapih, sampah sih kata saya nga ada. b. Apakah menurut anda ruang tindakan, pemeriksaan, persalinan dan ruang
tunggu sudah nyaman dan aman? Sudah cukup, dulu beda sama sekarang lebih nyaman sekarang lebih rapi banget, beda dikit aja sih. Lingkungan aman
c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? Ada dokter/bidan sama saya.
d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? Tata ruang rapih sih
e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? Kalo bisa sih tempat pendaftaran sama tensi berdekatan jangan berjauhan nga mondar-mandir lah
f. Bagaimana menurut anda tempat parkir di RBG? Tempat parkir belum rapih, pada parkir motor sendiri-sendiri.
g. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? Alat-alat medis belum lengkap nga ada USG, Rongent, dan suntik mantub. Bersih dan steril sih alat-alatnya.
h. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian? Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian? Cakep-cakep deh, rapih, bersih dan seragam.
104
i. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang menentuka anda harus ke dokter/bidan? Tindakan uap, suntik, tensi, nimbang, dokter cuma periksa doang. Ditanya pas di pendaftaran, kalo bidan biasanya suntik KB dan periksa kehamilan sedangkan dokter selain KB dan pemeriksaan kehamilan.
j. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit anda? Dokter/bidan ngasih masukan langsung sih.
k. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu? Pada tahun 2010. Anak ke tiga. Waktu itu saya bikin-bikin member pas kandungan 6 bulan.
l. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? Mba yati karyawan disini yang kebetulan rumahnya dekat saya.
m. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan? Fotocopy KTP, foto, KK, surat keterangan tidak mampu dari RT/RW, surat nikah, pengurus masjid, dan ada tanda tangan materai nunggu hasil survey ke rumah dulu. Awalnya sih lima tahun pas ketemu dokter bilang ikut member yang sekarang aja 3 tahun.
2. Indikator Proses Efisiensi
a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung? Periksa dari kandungan 4 bulan. Ada kalo kecapean keluar flek jadi USG sampai 5 kali karena khawatir plasenta/ari-arinya kebawah. Nga boleh minum jamu, susu distop kalo kandungan dah besar, dan nga boleh makan goreng-gorengan.
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat? Prosedurnya nga berbelit. Pertama ke pendaftaran lalu ke perawat tuk di tensi dan ditimbang setelah itu baru ke dokter/ke bidan terakhir adalah ke depo obat nunggu obat agak lama.
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG? Udah sesuai
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat? Pemeriksaan ke dokter/bidan lamanya 15 menit. Lama di depo obat ½ -1 jam.
e. Pada saat akan melahirkan apakah bidan selalu mengingatkan untuk anda punya uang simpanan untuk jaga-jaga jika terjadi pendarahan akan dirujuk? Bidannya bicara, bu walaupun kita member ya ibu jaga-jaga untuk dana talangan takutnya dioper (dirujuk) nantinya.
105
f. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda? Bawa baju bayi, kain, dan baju ganti saya.
g. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja? Dapat makan, minum, obat, terus dapat tas bingkisan yang berisi satu set bedak, shampo dan sabun bayi, kudungan dua, wash lap, baju kita, handuk dan kasa dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.
h. Saat persalinan jam berapa anda melahirkan? Dan jam berapa anda pulang ke rumah? Saya datang jam 01.30 WIB melahirkan jam 10.07 WIB dan paginya baru pulang.
i. Berapa kali anda melakukan kontrol nifas? Tiga kali kontrol nifas.
j. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? Imunisasi Cuma BCG aja, karena anaknya sakit-sakitan mulu. Setiap hari selasa dan jum’at untuk imunisasi.
k. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain? Belum ada suntik mantub, rongent dan USG. Lebih enak disini ramah-ramah.
3. Indikator Output/Keluaran a. Apakah dokter/bidan memberikan pengetahuan kepada anda selama
pemeriksaan kandungan? Berupa apa saja? Makanan harus bergizi kalo bisa masak sendiri jangan beli karena suka ada bahan pengawetnya.
b. Bagaimana kondisi anda setelah melahirkan? Butuh waktu berapa lama untuk pemulihan? Berapa kali anda dijahit? Adakah obat yang harus diminum setelah melahirkan? Lemas butuh waktu 2 jam tuk memulihkan. Saat itu nga dijahit. Ada obat penambah darah dan vitamin.
c. Bagaimana kondisi anak yang dilahirkan? Berapa berat badannya? Berapa tingginya? Sehat dan normal. Beratnya 3,3 kg, Tingginya 49 cm.
d. Apakah anda KB di sini? Ya, KB suntik 3 bulan sekali berdasarkan tanggal.
e. Apakah layanan kesehatan anda di RBG sudah sesuai tindakan medisnya? Berapa lama anda sembuh? Apakah selama ini obat yang diberikan cocok? Apakah anda pernah alergi obat? Cepat sembuh, obat-obatnya cocok. Ada kalo minum obat DMT alergi.
f. Bagaimana perasaan anda dapat bantuan persalinan gratis? Manfaat apa yang anda rasakan? Ya, senang banget ke pilih survey dan terpilih. Ngebantu banget deh.
g. Apakah semua layanan kesehatan di RBG gratis? Apakah layanannya sudah cukup puas bagi anda? Semuanya sih gratis kalo member. Kualitasnya bagus dan cukup puas lah.
106
4. Indikator Impact/Dampak a. Apakah ada pembagian makanan atau susu formula untuk anda/anak anda?
Nga ada bantuan saya beli sendiri. b. Apa saja saran dari bidan/dokter kepada anda dan suami? Apakah anda
dan suami menerapkannya? Iya, anjuran ibadah biar dijaga, masakkan anak masak sendiri jangan beli karena ntar ada pengawetnya. Larangan merokok dilaksanain nga sepenuhnya. Larangan jangan banyak ngerokok mending uangnya buat nambah-nambah beli beras tadinya ngerokok sehari tiga bungkus jadi sekarang satu bungkus sehari.
c. Apakah anda dan suami diajari cara memandikan bayi, mengganti tali pusar, saat membedong, saat menggendong? Nga. Lagi pula udah anak ketiga mah dah pengalaman.
107
WAWANCARA PASIEN DARI RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) RUMAH ZAKAT
Hari/Tanggal : Senin/18 April 2011 Jam : 13.02-13.10 WIB Tempat Wawancara : Rumah Pasien Informan : Ibu Sitisa’diah
Identitas Pasien Nama : Sitisa’diah Nama Suami : Irfansyah Umur : 28 Tahun Alamat : Jalan Jati Kenari No. 29 RT. 010/RW. 004, Jati
Jakarta Timur Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Bapak : Sudah tidak bekerja setahun ini karena sakit105
Jumlah Anak : 2 orang Penghasilan : Nga Ada106
Rumah : Rumah kecil dihuni oleh tiga kepala keluarga.107
Status : Member RBG 2010 Golongan : Orang miskin (mustahik)
Hasil Wawancara
1. Indikator Input/Masukan a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG?
Ruangan bagus, rapih. b. Apakah menurut anda pelayanan tindakan, pemeriksaan, persalinan dan
ruang tunggu sudah nyaman dan aman? Pelayanan sudah lengkap, nyaman dan aman.
c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? Ada dokter/bidan sama saya dan suster aja.
d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? Rapih sih.
e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? Lebih mudah lah
f. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? Alat-alat medis dilengkapi lagi deh. Bersih alat-alatnya.
g. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian? Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian? Penampilan petugasnya rapih, bersih dan kompak.
105 Menurut Ibu Siti tadinya suaminya kerja di mebel (ukiran kayu) karena sakit tumor di kepala yang menyebabkan mata kirinya sudah tidak bisa melihat lagi nan mata kanan mulai bermasalah. 106 Untuk penghasilan paling dari tetangga ada yang nyuruh-nyuruh cuci gosok. 107 Menurut Ibu Siti untuk rumah nyampur dirumah mertua
108
h. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang menentuka anda harus ke dokter/bidan? Tindakan perawat tensi darah dan nimbang berat badan.
i. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit anda? Dokter/bidan lebih teliti, ramah-ramah. Waktu saya melahirkan ngerasa banget didukung dan dapat semangat dari bidan.
j. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu? Ikutnya di RBG sembilan bulan yang lalu. Saya mengandung anak ke dua. Sekarang anak saya usianya 9 bulan.
k. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? Informasinya dari tetangga yang pernah periksa kesana. Pas pemeriksaan saat berobat ditawarin sama bidan untuk masuk member terus saya mau karena suami saat itu sedang di PHK.
l. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan? Fotocopy KK, Fotocopy KTP, surat keterangan tidak mampu dari RT/RW, surat nikah, pengurus masjid, dan hasil USG nunggu hasil survey ke rumah dulu. Ikut member selama 3 tahun.
2. Indikator Proses Efisiensi a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam
kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung? Pemeriksaan kehamilan.
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat? Prosedurnya nga berbelit. Daftar dulu, setelah itu ditensi darah dan nimbang baru ke dokter/bidan.
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG? Jadwalnya udah sesuai.
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat? Pemeriksaan ke dokter/bidan lamanya 15 menit. Lama di depo obat ½ -1 jam.
e. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda? Bawa baju bayi, kain, dan baju ganti saya.
f. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja? Dapat makan, minum, obat, terus dapat tas bingkisan dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.
g. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? Imunisasi, berobat batuk, pilek, demam dan terakhir kemarin diare.
109
h. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain? Puskesmas dibelakang sini biayanya Rp 2000,-. Puskesmas kurang celaten beda banget sama RBG yang lebih teliti dan ramah-ramah.
3. Indikator Impact/Dampak
a. Bagaimana perasaan ibu setelah mendapat layanan kesehatan gratis? Mendapat layanan kesehatan gratis senang banget, meringankan beban persalinan lah.
b. Manfaat apa yang ibu rasakan tentang RBG? Nga bingung masalah berobat. Dan meringankan beban biaya persalinan dan pengobatan. Ditingkatkan lagi pelayanannya.
c. Apakah kartu member ini membantu seluruh keluarga ini dalam pengobatan? Kartu member sih membantu banget pengobatan selama tiga tahun. Untuk penyakit suamiku tumor di mata belum ada obat nya kemarin sih dokter nyaranin untuk ke RS. Persahabatan tapi karena harus ke bedah dan biayanya mahal jadi saya ke alternatif aja. Ya Paling diurut-urut aja.
110
WAWANCARA PASIEN DARI RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) RUMAH ZAKAT
Hari/Tanggal : Rabu/20 April 2011 Jam : 10.34 -10.50 WIB Tempat Wawancara : Rumah Pasien Informan : Ibu Triwiyanti
Identitas Pasien Nama : Triwiyanti Nama Suami : Abdul Hamid Umur : 30 Tahun Alamat : Jalan Tanah Koja III RT. 008/RW. 005108 Klender,
Jakarta Timur Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Bapak : TKI pelayaran di Korea Jumlah Anak : 4 orang Penghasilan : Rp 700.000,- perbulan109
Rumah : Kontrak satu ruangan, kamar madi dan dapur diluar Lingkungan Gang Kecil
Status : Member RBG 2010 Golongan : Orang miskin (mustahik)
Hasil Wawancara
1. Indikator Input/Masukan a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG?
Kondisi ruangan bagus, rapih dan bersih. b. Apakah menurut anda pelayanan tindakan, pemeriksaan, persalinan dan
ruang tunggu sudah nyaman dan aman? Pelayanannya bagus.
c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? Didalam ruangan ada dokter/bidan, sama aku.
d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? Penataan ruangan bagus.
e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? Lebih mudah lah
f. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? Alat-alat medis lengkap kok. Bersih alat-alatnya.
g. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian? Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian? Penampilan petugasnya rapih.
108 Menurut Ibu Tri sebelum tinggal di Jakarta beliau tinggal di Bengkulu namun setelah suami pertamanya meninggal pernah tinggal di Solo. 109 Kemarin-marin kirim uang cuam 700 rb s/d 800 rb aja namun karena bulan ini aku mau melahirkan jadi kirim uangnya Rp. 1.500.000,-
111
h. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang menentuka anda harus ke dokter/bidan? Tindakan perawat tensi darah dan nimbang berat badan.
i. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit anda? Dokter/bidan ramah-ramah. Waktu saya melahirkan ngerasa banget didukung dan dapat semangat dari bidan.
j. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu? Aku dari umur 5 bulan dikandungan. Saat itu ngandung anak ke lima.
k. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? Rekomendasi bidan.
l. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan? Seadanya aja surat keterangan nikah sama surat keterangan tidak mampu dari RT setempat karena KK dan KTP aku belum punya lantaran sering pindah kota dan dipersulit ngurusnya. Member sampai 3 tahun cuma lima orang, anak pertama ku nga bisa berobat.
2. Indikator Proses Efisiensi a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam
kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung? Pemeriksaan kehamilan aku nga rutin karena ekonomi saat itu untuk kebutuhan sehari-hari.
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat? Prosedurnya nga berbelit. Ke loket dulu, setelah itu ditensi darah dan nimbang, ke dokter/bidan dan terakhir ke apotek.
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG? Jadwalnya udah sesuai.
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat? Pemeriksaan ke dokter/bidan lamanya 1/4 jam. Lama di depo obat ½ -1 jam.
e. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda? Bawa baju bayi, kain, dan baju ganti aku.
f. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja? Dapat makan, minum susu dan teh, obat, terus dapat tas bingkisan dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.
g. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? Persalinan dan Imunisasi awal bayi.
112
3. Indikator Impact/Dampak a. Bagaimana perasaan ibu setelah mendapat layanan kesehatan gratis?
Mendapat layanan kesehatan gratis aku merasa ditolong banget. b. Manfaat apa yang ibu rasakan tentang RBG?
Merasa ditolong banget. Ya alhamdulillah meringankan biaya persalinan lah. Kemarin sebelum pulang kerumah bidan pesan anaknya agar dimandikan, kasih shampo jangan dilap-lap doang atau dicelup, selalu ganti tali pusarnya.
c. Apakah kartu member ini membantu seluruh keluarga ini dalam pengobatan? Waktu aku nerima kartu member dokter sih nanyain masalah ekonomi dan sekolah anak-anak. Kalo tuk sekolah anak-anak kan masih dapat bantuan sedang ekonomi ya seadanya. Kata dokter sih untuk ekonomi nanti akan di follow up lagi untuk ikut di home industri.
113
WAWANCARA PASIEN DARI RUMAH BERSALIN GRATIIS (RBG) RUMAH ZAKAT
Hari/Tanggal : Rabu/20 April 2011 Jam : 10.58 -11.33 WIB Tempat Wawancara : Rumah Pasien Informan : Ibu Caturwiyanti
Identitas Pasien Nama : Caturwiyanti Nama Suami : Suratman Umur : 27 Tahun Alamat : Jalan Tanah Koja III RT. 002/RW. 005110 Klender,
Jakarta Timur Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan Bapak : Security Taman111
Jumlah Anak : 2 orang Penghasilan : Rp 700.000,- perbulan Rumah : Kontrak satu ruangan, satu kamar madi dan dapur
Lingkungan Gang Kecil Status : Member RBG 2007 Golongan : Orang miskin (mustahik)
Hasil Wawancara
1. Indikator Input/Masukan a. Bagaimana menurut anda kondisi setiap ruangan RBG?
Ruangan bagus, rapih. b. Apakah menurut anda pelayanan tindakan, pemeriksaan, persalinan dan
ruang tunggu sudah nyaman dan aman? Pelayanan sudah lengkap, nyaman dan aman.
c. Siapa saja selain anda yang ada diruang pemeriksaan dokter/bidan? Didalam ruangan ada dokter/bidan, sama saya.
d. Bagaimana penataan ruangan menurut anda sudah sesuai dan memadai? Penataan ruangan lebih luaslah dari 2007, kalo 2007 tempat persalinan baru satu dan perawatan tiga kalo sekarang mah udah dua tempat persalinannya dan ruang rawatnya untuk lima orang. Ruang tunggunya lebih enak yang sekarang dulu mah diruang pelataran sempit.
e. Memudahkan atau membuat anda sulit dalam kunjungan? Lebih mudah lah
f. Apakah menurut anda alat-alat medis di RBG sudah lengkap serta sesuai standar? Apakah sudah terjaga kebersihannya? Alat-alat medis lebih lengkap deh. Bersih alat-alatnya.
110 Menurut Ibu catur beliau tinggal di tanah koja baru dua tahun sebelumnya ngontrak dekat rumah mertua di Jl. Kincir IV no.9 B Rt.14/06 Jati Pulo Gadung. 111 Dari data Rumah Bersalin Gratiis pada tahun 2007 Pak Suratman pekerjaannya sales.
114
g. Bagaimana penampilan petugas menurut anda dalam berpakaian? Apakah dokter/bidan/perawat/pegawai selalu rapih dalam berpakaian? Penampilan petugasnya rapih, bersih dan kompak.
h. Tindakan apa saja yang diberikan perawat pada anda? Siapa yang menentuka anda harus ke dokter/bidan? Tindakan perawat tensi darah dan nimbang berat badan lansung deh tuh mau ke dokter/bidan.
i. Apakah dokter/bidan selalu cepat tanggap dengan keluhan penyakit anda? Dokter/bidan lebih teliti, ramah-ramah. Waktu saya melahirkan ngerasa banget didukung dan dapat semangat dari bidan.
j. Sejak kapan anda mendapat bantuan program persalinan di RBG? Saat itu anda sedang mengandung anak ke berapa? Berapa bulan usia kandungan anda, saat itu? Saya periksa di RBG dari anak saya 8 bulan pada tahun 2007. Saya mengandung anak ke dua.
k. Dari mana anda mendapatkan informasi persalinan gratiis di RBG? Saya dapat informasinya dari teman almarhum suami katanya melahirkan anaknya dapat persalinan gratis di RBG.
l. Apa saja persyaratan yang anda harus lengkapi saat mengajukan permohonan member di RBG? Kartu member anda berlaku sampai kapan? Fotocopy KTP, KK, surat keterangan tidak mampu dari RT/RW, surat nikah, USG nunggu hasil survey ke rumah dulu. Berlaku member 5 tahun untuk satu keluarga. Prosedur persyaratan sekarang makin diperketat pake surat dari masjid dan materai.
2. Indikator Proses Efisiensi a. Berapa kali anda memeriksakan kehamilan? Apakah ada masalah dalam
kandungan selama pemeriksaan? Apakah bidan memberitahu pantangan selama mengandung? Saya pemeriksaan kandungan dipuskesmas baru di RBG usia kandungan 8 bulan.
b. Apakah menurut anda prosedur layanan kesehatan di RBG berbelit? Bagaimana alur kunjungan saat anda berobat? Prosedurnya nga berbelit. Ke loket dulu, setelah itu ditensi darah dan nimbang, ke dokter/bidan dan terakhir ke apotek.
c. Bagaimana menurut anda jadwal pelayanan di RBG? Jadwalnya udah sesuai.
d. Bagaimana waktu pemeriksaan dan persalinan? Berapa lama anda diruangan dokter? Berapa lama anda diruangan bidan? Berapa lama anda diruangan depo obat? Pemeriksaan ke dokter/bidan lamanya 1/4 jam. Lama di depo obat 1 jam.
e. Apa saja perlengkapan yang anda harus dibawa saat persalinan? Siapa saja yang berada dalam proses persalinan anda? Bawa baju bayi, kain, dan baju ganti saya.
f. Pada masa perawatan sampai dengan pulang anda dapat fasilitas apa saja? Saya melahirkan jam lima shubuh dan pulang magrib selama melahirkan saya diberi makan pagi-siang-sore, pulang pun diantar dengan ambulance sampai rumah, diajarin cara mandi dan bedong oleh asisten bidan.
115
Pulang dianter pake ambulance. Supir ambulance yang anter, saya mau kasih uang rokok buat ucapan terima kasih namun ditolaknya alasannya takut dosa. Mungkin karena saking tulusnya kali yah. Ya Allah saya baru heran dan nga percaya kok ada zaman sekarang persalinan sampe 100% gratis. Sampe-sampe kemarin saya nazar untuk ngasih parsel buah ke bidannya sebagai ucapan terima kasih. Dapat makan, minum susu dan teh, obat, terus dapat tas bingkisan dari RBG diantar dengan Ambulance ke rumah.
g. Berapa kali anda, melakukan imunisasi untuk anak anda? Apa saja jenis imunisasinya? Apakah bidan/perawat memberitahu waktu imunisasi? Persalinan, Imunisasi lengkap, kemarin sih anak sunat dapat gratis di RBG. Karna kartu saya masa aktif sampai 5 tahun.
h. Apakah yang membedakan RBG dengan layanan kesehatan yang lain? Kalo ada uang untuk ongkos yah saya milih ke RBG karena meriksanya teliti dan lebih cocok aja dari segi obat. Kalo nga ada yang kepuskesmas aja dibelakang sini biayanya Rp.2000,-. Kalo persalinan pelayanannya bagus di RBG pasien ditangani terlebih dahulu baru administrasi beda banget sama RS. Persahabatan waktu melahirkan anak pertama administrasi dulu kelar baru deh ditangani pasiennya. Pegawai RBG ramah-ramah lain dengan kalo berobat ke lain tempat kadang pegawainya kurang ramah padahal kita dah bayar.
3. Indikator Impact/Dampak a. Bagaimana perasaan ibu setelah mendapat layanan kesehatan gratis?
Mendapat layanan kesehatan gratis sangat senang sekali. Menurut saya ni ya sangat menolong banget dan sangat membantu buat keluarga saya. Mendapat layanan kesehatan gratis aku merasa ditolong banget.
b. Manfaat apa yang ibu rasakan tentang RBG? Meringankan beban saya dalam pengobatan. Kalo selama ini sih pengobatan aja untuk pencegahan belum.
116
PROFIL LEMBAGA RUMAH ZAKAT
A. Nama Lembaga
Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat
yang memfokuskan pada pengelolaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf
secara profesional dengan menitikberatkan program pendidikan, kesehatan,
pembinaan komunitas dan pemberdayaan ekonomi sebagai penyaluran
program unggulan.
Lembaga yang memulai kiprah sejak Mei 1998 di Bandung, awalnya
bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) dan mengalami perubahan
nama menjadi Rumah Zakat semakin menguatkan eksistensinya sebagai
lembaga amil zakat.
Legalitas formal mulai dari Akta Notaris No. 31 Tanggal 12 Juli 2001
oleh DR. Wiratni Ahmadi, SH; SK Menkeh Y.A. 7/37/22; LAZDA
451.12/Kep.478-Yansos/2002; LAZNAS Kep. Menag No. 157 Tahun 2003
direvisi LAZNAS menjadi No. 42 Tahun 2007; Dir. Sospol 280/LK-
YAYAS/2000; Depag W.i/I/BA/03.2/4386/2000; Izin Domisili
19/DM/VIII/2001; NPWP 02.083.957.7-424.000; Keputusan Menkumham RI
No. C-1490.HT.01.02.TH 2006 tercatat pada lembaran berita Negara RI No.
68 Tanggal 22-08-2003; Perubahan Akta Yayasan No. 01 Tanggal 05-02-
2010 kini lembaga yang dipelopori oleh Ustadz Abu Syauqi dan tim namanya
menjadi Rumah Zakat Indonesia.
B. Latar Belakang
Hingga awal 2006, Rumah Zakat Indonesia yang dipelopori oleh Ustadz
Abu Syauqi dan tim, telah memiliki kantor pusat di Bandung dan 28 titik
kantor pelayanan di 12 propinsi utama di Indonesia. Semangat membumikan
nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial membingkai gerak lembaga ini
sebagai mediator antara nilai kepentingan muzakki dan mustahiq. Antara yang
memberi dan menerima, antara para aghniya (orang kaya) dan mereka yang
dhuafa sehingga kesenjangan sosial bisa semakin dikurangi jaraknya.
117
Harmoni ini semakin hangat dengan telah bergabungnya 28.220 donatur (per
Agustus 2006).
Merekalah yang menjadi tiang penyangga lembaga, selain tentu
dukungan doa anak yatim dan para mustahik yang menyuburkan gerakan
sosial ini dilakukan. Selain menerima titipan zakat, infaq dan shadaqah,
Rumah Zakat juga menjalankan beberapa program yaitu Senyum Juara
(pendidikan), Senyum Sehat (kesehatan) dan Senyum Mandiri (kemandirian,
kewirausahaan).
Rumah Zakat Indonesia telah hadir di 44 jaringan kantor di 38 kota besar
dari Banda Aceh NAD hingga Jayapura, Papua. Dengan dukungan teknologi
informasi, kini semua kantor (pusat-regional-cabang-kantor kas) telah
terkoneksi secara online. Membuat pengelolaan lembaga lebih terintegrasi,
transparan dan cepat. Dalam pengembangan keempat rumpun programnya
Rumah Zakat Indonesia mengembangkan program pendampingan dan
pemberdayaan intensif berbasis komunitas yang disebut Integrated
Community Development (ICD) baik per kecamatan maupun kelurahan.
Untuk setiap ICD dikelola oleh satu orang atau lebih Mustahik Relation
Officer (MRO) yang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang dibinanya
sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih terjaga.
Semangat membumikan nilai spritualitas menjadi kesalehan sosial
membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan
muzakki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para
aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial
bisa semakin dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan
dukungan para muzakki dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang
penyangga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para mustahik
yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan.
C. Tujuan
Visi
Menjadi lembaga amil zakat bertaraf internasional yang unggul dan
terpercaya.
118
Misi
- Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara
produktif.
- Menyempurnakan kualitas pelayanan masyarakat melalui keunggulan
insani.
D. Brand Value
Trusted
Menjalankan usaha dengan professional, transparan dan terpercaya.
Progressive
Senantiasa berani melakukan inovasi dan edukasi untuk memperoleh manfaat
yang lebih.
Humanitarian
Memfasilitasi segala upaya humanitarian dengan tulus secara universal pada
seluruh umat manusia.
E. Lingkup Karya
ZIS Consultant Human Capital Management
Program and Project Monev Report
Management Volunteer Relationship Management Superinfak Consultant
Volunteer Rumah Juara
Internet Marketing International Philanthropy
Strategic Development Finance
Rumah Sehat Marketing Management Inf. System Rumah Mandiri Service Quality Management
F. Sumber Daya Optimalisasi
Jenis Jumlah Amil/SDM 405 Kantor Cabang dan Pusat 46 Donatur Aktif 84221 Penerima Manfaat 653462 Wilayah Integrated Comm. Dev (ICD) 121 Sekolah Juara 11 Rumah Bersalin Gratiis 7 Klinik Sehat 1 Layanan Bersalin Gratis 17 Armada Kesehatan dan Mobil Jenazah Gratiis 40 Empowering Centre 17
119
G. Program
PROGRAM RUMAH ZAKAT
SENYUM SEHAT
- Rumah Bersalin Gratiis.
- Layanan Bersalin Gratiis.
- Siaga Sehat. - Armada Sehat
Keluarga. - Ambulances
Ringankan Duka. - Siaga Gizi Balita. - Revitalisasi
Posyandu. - Program Khitanan
SENYUM MANDIRI
- Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI).
- Empowering Centre. - Sarana Usaha
Mandiri. - Water Well. - Pelatihan Skill dan
Pemberdayaan Potensi Lokal.
- Budidaya Agro.
SENYUM JUARA - SD Juara. - SMP Juara. - Beasiswa Ceria SD-
SMA. - Beasiswa Mahasiswa. - Beasiswa Juara SD-
SMP. - Lab Juara. - Mobil Juara. - Gizi Sang Juara. - Kemah Juara.
SuperQurban Ramadhan
SEASONAL PROGRAM
120
H. Struktur Organisasi
DEWAN PEMBINA H. Asep Lu'lu'iddin, S.Ag Muhammad Rachmadi
AUDITOR INDEPENDEN
KAP Bambang Mudjiono KAP Ahmad Toha KAP Kanaka Puradiredja
KONSORSIUM KONSULTAN AHLI
Konsultan Legal : Yayan Sutarna, SH., MH Konsultan Marketing : AM. Adhy Trisnanto Konsultan Pajak : Arif Muhlasin, Ak. BKP Konsultan Keuangan : Muhammad Sunusi, SE., Akt Konsultan Pemberdayaan : Hendrati Dwi Mulyaningsih, SE., MM
DEWAN PENGURUS
Chief Executive Officer (CEO) : Rachmat Ari Kusumanto Chief Strategic Relationship Officer (CSRO) : Rachmat Noviar Bustari Chief Funding Officer (CFO) : Nur Efendi Area Jakarta Raya dan Sumatera R.Herry Hermawan Area Jawa-Kalimantan-Sulawesi-Papua Chief Operating Officer (COO) : Sri Nurmiyati Chief Program Officer (CPO) : Asep Mulyadi
DEWAN PENGAWAS SYARIAH Kardita Kintabuwana, Lc., MA
Referensi Syariah Dr. Setiawan Budi Utomo, Lc., MM
DEWAN PENGAWAS Emryas Imsak Soelaiman
I. Penghargaan
1. Social Entreneurship Achievement 2010 dari majalah SWA.
2. LAZ terbaik 2010 Versi Majalah SWA.
3. IMZ AWARD 2010 kategori Best Fundraising Growth and Best
Empowerment In Education Program