Evaluasi Program Kia Kb
-
Upload
erlin-irawati -
Category
Documents
-
view
211 -
download
40
description
Transcript of Evaluasi Program Kia Kb
EVALUASI PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) DAN
KELUARGA BERENCANA (KB) UPTD PUSKESMAS KECAMATAN
PONTIANAK KOTA PERIODE JANUARI-JUNI 2015
Oleh:
1. Asep Nurman Hidayat
2. Erlin Irawati
3. Rika Pratiwi Rijayanti
4. Riyang Pradewa Admawan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAN
UPTD PUSKESMAS KECAMATAN PONTIANAK KOTA
PONTIANAK
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KB) merupakan
salah satu jenis upaya kesehatan yang sifatnya esensial, pada fasiltas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama. (PMK RI, 2014) Jenis pelayanan Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang terkait dengan program KIA dan KB
antara lain: pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil, pertolongan persalinan
oleh tenaga kompeten, pelayanan bagi seluruh ibu nifas, pelayanan bagi neonatus,
deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat, penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus
secara adekuat dan pengamatan secara terus-menerus, pelayanan kesehatan bagi
seluruh bayi sesuai standar, pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita,
pelayanan kesehatan yang peduli remaja, kesehatan olahraga dan pelayanan KB.
Di Indonesia, walaupun cakupan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
dan Keluarga Berencana (KB) meningkat, namun belum dapat menurunkan
Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian
Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat.
Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara-negara
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) lainnya. Menurut data dari
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup, AKB sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN sebesar 19 per
1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.(SDKI, 2007)
Penduduk Indonesia pada tahun 2007 adalah 225.642.000 jiwa dengan
angka kelahiran kasar (CBR) 19,1 maka terdapat 4.287.198 bayi lahir hidup.
Dengan AKI 228/100.000 kelahiran hidup, berarti ada 9.774 ibu meninggal per
tahun atau 1 ibu meninggal tiap jam oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas. Besaran kematian neonatal, bayi, dan balita jauh lebih tinggi,
dengan AKN 19/1.000 kelahiran hidup, AKB 34/1.000 kelahiran hidup dan
AKABA 44/1.000 berarti ada 9 neonatal, 17 bayi dan 22 balita meninggal tiap
jam.
Berdasarkan kesepakatan global Millenium Development Goals (MDG’s)
pada tahun 2015 diharapkan AKI menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun
waktu 1990-2015 dan AKB dan AKABA menurun sebesar dua-pertiga dalam
kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen
untuk menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, AKB menjadi
23/1.000 kelahiran hidup, dan AKABA menjadi 32/1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015. (MDG’s, 2000)
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Kecamatan Pontianak
Kota sebagai puskesmas pusat dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tingkat
pertama memiliki program-program esensial dan pengembangan, berdasarkan
data terbaru semester pertama tahun 2015 salah satu program yang memiliki skala
prioritas tinggi untuk dicari alternatif pemecahan masalahnya adalah Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB). (Data
Primer,2015) Mengingat peran puskesmas kecamatan yang cukup strategis berada
di daerah pusat Kota Pontianak, ketidaktercapaian tersebut menimbulkan
pertanyaan sehingga dapat dijadikan sebagai program yang dapat dievaluasi
berdasarkan pedoman-pedoman yang mengatur pelaksanaan program KIA dan
KB di Indonesia.
1.2. Permasalahan Program
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan program yang diangkat
adalah: “Bagaimana evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Kota?”
1.3. Tujuan Evaluasi
1.3.1.Tujuan Umum:
Dipahaminya Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB) yang ada di wilayah kerjaUPTD Puskesmas Kecamatan
Pontianak Kota secara menyeluruh.
1.3.2. Tujuan Khusus:
1. Diketahuinya pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Kota.
2. Diketahuinya masalah dalam pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
3. Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah Program Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) yang ada di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
4. Dirumuskannya alternatif penyelesaian masalah bagi pelaksanaan Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota.
1.4. Manfaat Evaluasi
1. Manfaat bagi mahasiswa
a. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi program puskesmas sebagai sarana
pembelajaran.
b. Mahasiswa dapat melatih kemampuan dalam menilai suatu pelaksanaan
program, menambah kemampuan dan kecermatan dalam
mengindentifikasi, menganalisa dan menetapkan prioritas permasalahan,
serta mencari alternatif penyelesaian dari suatu masalah dan memutuskan
penyelesaiannya.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Bahan evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB) yang telah berlangsung, sehingga dapat lebih efektif.
b. Memberi alternatif penyelesaian masalah pelaksanaan program
c. Dapat memandu dalam meningkatkan pencapaian program.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Program Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan Balita, remaja, dan Lansia.
2.2 Kegiatan Pokok KIA dan KB
3.1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
- Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
- Ukur tekanan darah.
- Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
- Ukur tinggi fundus uteri.
- Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
- Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
- Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
- Test laboratorium (rutin dan khusus).
- Tatalaksana kasus
- Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
3.2. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal
sebagai berikut :
- Pencegahan infeksi
- Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
- Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
- Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
- Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan
bidan.
3.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga
kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan
pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan
KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan
3 hari setelah persalinan.
Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan
hari ke-28 setelah persalinan.
Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai
dengan hari ke-42 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan adalah :
- Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
- Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
- Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
- Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
- Pelayanan KB pasca salin, adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu
yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan
(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan).
3.4. Pelayanan Kesehatan Neonatus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah
lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
- Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 48 Jam
setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
- Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar
dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan
perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam
keadaan sehat, yang meliputi :
- Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir
Perawatan Tali pusat
Melaksanakan ASI Eksklusif
Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
- Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
Pemberian imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu
perawatan bayi baru lahir.
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
3.5. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh
Tenaga Kesehatan maupun Masyarakat
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan
komplikasi kebidanan.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
- Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
- Anak lebih dari 4.
- Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
- Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari
23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
- Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
- Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
- Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
- Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
- Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
- Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
- Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
- Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
- Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
- Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
- Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
- Ketuban pecah dini.
- Perdarahan pervaginam :
Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta Intra Partum : robekan jalan lahir Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
- Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >
140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
- Ancaman persalinan prematur.
- Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
sepsis.
- Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
- Infeksi masa nifas.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu
hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada
Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
- Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
- Riwayat Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
- Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
- Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
- Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
- Merintih
- Ada pustul Kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
- Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
- BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
- Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
- Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
- Asfiksia
- Infeksi Bakteri
- Kejang
- Ikterus
- Diare
- Hipotermia
- Tetanus neonatorum
- Masalah pemberian ASI
- Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
3.6. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu
dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai
standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan
rujukan. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan
komplikasi kebidanan maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi secara berjenjang mulai dari polindes/poskesdes, puskesmas
mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED
meliputi :
- Pelayanan obstetri :
Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-
eklampsi dan eklampsi)
Pencegahan dan penanganan infeksi.
Penanganan partus lama/macet.
Penanganan abortus.
Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
- Pelayanan neonatus :
Pencegahan dan penanganan asfiksia.
Pencegahan dan penanganan hipotermia.
Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus,
ikterus ringan sedang .
Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
Stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi
rujukan.
3.7. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus
dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan,
kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes,
puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah sakit
pemerintah/swasta.
3.8. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 3 kali,
selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 5 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 8 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh
kembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan
terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
- Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB
1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
- Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
- Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
- Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda
tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku
KIA.
- Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
3.9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita
sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
- Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
- Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).
- Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
- Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
- Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
- Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.
3.10. Pelayanan KB Berkualitas
Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga
diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu
dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah
cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan fertilitasbagi
pasangan yang ingin mempunyai anak .
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan) kehamilan.
Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau
menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang
meliputi :
- KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus
interuptus).
- Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
- Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraceptive
Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007) dan angka ini
merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara negaranegara ASEAN.
Namun demikian metode yang dipakai lebih banyak menggunakan metode
jangka pendek seperti pil dan suntik. Menurut data SDKI 2007 akseptor
KB yang menggunakan suntik sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%,
susuk 2,8%, tubektomi 3,1%, vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini
terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka
pendek sehingga perlu pemantauan yang terus menerus. Disamping itu
pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS
dengan 4 terlalu (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu
diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan
aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan KB. Dari aspek
kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai standard dan variasi
pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan
klinis dan non-klinis secara berkesinambungan. Selanjutnya aspek
manajerial, pengelola program KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi
analisis situasi program KB dan sistem pencatatan dan pelaporan
pelayanan KB.
2.3 Analisis Sistem
2.3.1 Pengertian sistem
Terdapat beberapa macam pengertian dari sistem yang dikemukan oleh
berbagai ahli, antara lain sebagai berikut: (Azwar dkk, 2009).
a. Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan
oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan
b. Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk
mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien.
c. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing
bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran
kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula
2.3.2 Unsur sistem
Sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan
mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen
tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan. Elemen tersebut
adalah: (Azwar dkk, 2009)
a. Masukan
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen dalam sistem
yang diperlukan untuk berfungsinya sistem tersebut. Masukan yang
termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan adalah tenaga, dana,
metode, sarana dan prasarana.
b. Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Proses yang termasuk dalam sistem pelayanan kesehatan
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian
c. Keluaran
INPUT PROSES OUTPUT
DAMPAK
UMPAN BALIK
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yan dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem
d. Umpan balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan dari bagian atau elemen
yang merupakan keluaran dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut
e. Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem
f. Lingkungan
Lingkungan (enviroment) adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan mempengaruhi, secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.1. Hubungan unsur sistem
2.3.3 Pendekatan Sistem
Suatu sistem pada dasarnya dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Untuk terbentuknya sistem
tersebut, perlu dirangkai berbagai unsur atau elemen sedemikian rupa
sehingga secara keseluruhan terbentuk kesatuan yang berfungsi untuk
mencapai tujuan. Apabila prinsip pokok atau cara kerja sistem ini
diterapkan ketika menyelenggarakan pekerjaan administrasi, maka prinsip
pokok atau cara kerja ini dikenal dengan nama pendekatan sistem (System
approach). (Azwar dkk, 2009)
Beberapa batasan tentang pendekatan sistem adalah:
a. Pendekatan sistem adalah penerapan suatu prosedur logis dan rasional
dalam merancang suatu rangkaian komponen-komponen yang
berhubungan sehingga dapat berfungsi sebagai satu kesatuan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
b. Pendekatan sistem adalah suatu strategi menggunakan metode analisa,
desain dan manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien
c. Pendekatan sistem adalah penerapan dari cara berpikir yang sistematis
dan logis dalam membahas serta mencari pemecahan dari suatu
masalah atau keadaan yang dihadapi
Diperlukan penilaian dari tiap elemen untuk menjamin berjalan baiknya
sistem. Pengkajian terhadap setiap elemen sistem disebut analisis sistem.
Dilakukan penguraian elemen dengan analisis sistem yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masala serta mengupayakan pencegahannya. Adapun
langkah-langkah dari analisis sistem adalah sebagai berikut:
a. Menguraikan sistem
b. Merumuskan masalah tiap bagian dan sistem secara keseluruhan
c. Mengumpulkan data untuk meperjelas masalah dan kemungkinan
pemecahannya
d. Mengembangkan model sistem baru
e. Uji coba dicatat setiap hasil yang diperoleh, lalu dipilih model yan
paling menguntungkan
f. Penerapan dan melakukan pemantauan berkala
BAB III
METODE EVALUASI
Metode evaluasi yang digunakan dalam laporan evaluasi program
KesehatanIbudanAnak / KeluargaBerencana (KIA/KB) terbagi dalam beberapa
tahap. Berikut ini adalah uraian dari tahap-tahap dalam evaluasi program tersebut
3.1. Penetapan Tolak Ukur dari Keluaran
Penetapan tolak ukur dalam evaluasiprogram KesehatanIbudanAnak /
KeluargaBerencana (KIA/KB) di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota
Januari - Juni 2015 berdasarkan sumber rujukan laporan pelaksana
program gizi di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota bulanJanuari - Juni
tahun 2015.
3.2. Pengumpulan Data
Data-data yag digunakan terdiri dari:
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan melalui:
Wawancara dengan pelaksana program KesehatanIbudanAnak /
KeluargaBerencana (KIA/KB) di Puskesmas Kecamatan Pontianak
Kota bulanJanuari - Juni 2015
b. Data sekunder, mencakup data yang didapatkan dari:
Penelusuran laporan pelaksana program KesehatanIbudanAnak /
KeluargaBerencana (KIA/KB) di Puskesmas Kecamatan Pontianak
Kota bulanJanuari - Juni 2015
3.3. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan membandingkan data variabel
program - program di Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota - Juni 2015
dengan tolak ukur unsur-unsur program untuk mencari adanya
kesenjangan. Untuk memilih prioritas masalah dapat digunakan teknik
kriteria matriks, yaitu melihat pentingnya masalah(I), ditinjau dari
besarnya masalah (Prevalence/P), akibat yang ditimbulkan (Severity/S)
dan kenaikan besarnya masalah(Rate of Increase/RI), derajat keinginan
masyarakat yang tidak terpenuhi/DU (Degree of Unmet Need), keuntungan
social karena selesainya masalah/SB (Social Benefit), kepedulian
masyarakat/PB (Public Concern), dan suasana politik/PC (Political
Climate). Selain itu juga dilihat kelayakan teknologi (T) dan ketersediaan
sumber daya (R) untuk menetapkan prioritas masalah.
3.4. Pembuatan Kerangka Konsep dari Masalah yang Diprioritaskan
Tujuan pembuatan kerangka konsep adalah mencari faktor-faktor
yang kemungkinan menjadi penyebab dari masalah yang diprioritaskan.
Diharapkan dengan menggunakan kerangka konsep maka semua faktor
penyebab dapat diidentifikasi tanpa ada yang terlewat, untuk kemudian
dicari alternatif jalan keluar yang terbaik.
3.5. Identifikasi Penyebab Masalah
Kemungkinan penyebab masalah diidentifikasi dengan
membandingkan data atau hasil masukan, proses dan umpan balik program
dengan tolak ukurnya masing-masing.
3.6. Perencanan Penyelesaian Masalah
Perencanaan penyelesaian masalah disusun berupa rancangan program
yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah di masa yang akan datang.
3.7. Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah
Penentuan prioritas masalah dilakukan untuk memilih alternatif
penyelesaian masalah yang paling menjanjikaan. Sebelum melakukan
pemilihan sebaiknya dicoba memadukan berbagai alternatif penyelesaian
masalah terlebih dahulu. Bila tidak dapat dilaksanakan barulah dilakukan
pemilihan. Cara pemilihan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan
teknik kriteria matriks. Kriteria yang dimaksud adalah:
a. Efektifitas penyelesaian masalah
1. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan/M(magnitude)
2. Pentingnya penyelesaian masalah, yang dikaitkan dengan
kelanggengan selesainya masalah/I(Importance)
3. Sensitivitas, yang dikaitkan dengan kecepatan dalam
menyelsaikan masalah/V(vulnerability)
b. Efisiensi penyelesaian masalah
Nilai efiiensi dikaitkan dengan biaya/C(cost) yang diperluan untuk
melaksanakan penyelesaian masalah. Semakin besar biaya diangga
semakin tidak efisien (dinilai sampai dengan 5), sedangkan semakin
kecil biaya dianggap semakin efisien (diberi nilai 1).
c. Penyelesaian masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas
penyelesaian masalah yang dipilih
Tabel 3.1. Penentuan Prioritas Cara Menyelesaikan Masalah
Cara Pemecahan
Masalah
Efektivitas Efisiesi Jumlah
(MxIxV/C)M I V C
1
2
3,dst