EVALUASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN …digilib.unila.ac.id/58118/2/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EVALUASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN …digilib.unila.ac.id/58118/2/SKRIPSI TANPA BAB...
EVALUASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
SWADAYA (BSPS) BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH (MBR) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
DINDA GITA CAHYANI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EVALUASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
SWADAYA (BSPS) BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH (MBR) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
DINDA GITA CAHYANI
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) merupakan fasilitas
pemerintah untuk membantu pelaksanaan pembangunan rumah atau perumahan
yang layak dalam lingkungan yang sehat dan aman secara swadaya. Pelaksanaan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya membutuhkan keterlibatan masyarakat
untuk mencapai tujuan utamanya yaitu menyediakan rumah yang layak huni.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
Kota Bandar Lampung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif,
jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder di mana pengumpulan
data menggunakan teknik dokumentasi, observasi dan wawancara. Secara umum
hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi Pelaksanaan program bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di Kota Bandar Lampung terdapat pelaksanaannya yang telah tercapai dan
ada yang belum tercapai sepenuhnya. Adapun pelaksanaan yang telah tercapai
yaitu pada indikator efisiensi dan ketepatan, sedangkan pada indikator efektivitas
kecukupan, perataan dan responsivitas hingga saat ini belum tercapai sepenuhnya.
Kata Kunci: Evaluasi, Program, BSPS, MBR.
ABSTRACT
PROGRAM EVALUATION OF SELF-HELP HOUSING STIMULAN
ASSISTANCE (BSPS) FOR LOW INCOME COMMUNITIES (MBR)
IN BANDAR LAMPUNG CITY
By
DINDA GITA CAHYANI
The Self-Help Housing Stimulant Assistance (BSPS) Program is a government
facility to help implement the construction of houses or adequate housing in a
self-supporting, healthy and safe environment. Implementation of Stimulant
Assistance Self-help housing requires the involvement of the community to
achieve its main goal of providing decent housing. The purpose of this study was
to evaluate the Self-Help Housing Stimulant Assistance (BSPS) Program for Low-
Income Communities (MBR) in Bandar Lampung City. The research method uses
a qualitative approach, the type of data used is primary and secondary data where
data collection uses documentation techniques, observation and interviews. In
general, the results of the study show that the evaluation of the implementation of
the Self-Help Housing Stimulant (BSPS) Program for Low-Income Communities
(MBR) in Bandar Lampung City has been implemented which has been achieved
and there has not been fully achieved. The implementation that has been achieved
is on indicators of efficiency and accuracy, while the indicators of the
effectiveness of sufficiency, leveling and responsiveness have not yet been fully
achieved.
Keywords: Evaluation, Program, BSPS, MBR.
EVALUASI PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN
SWADAYA (BSPS) BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN
RENDAH (MBR) DI KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
DINDA GITA CAHYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dinda Gita Cahyani, lahir di Bandar
Lampung pada tanggal 30 April 1997. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan
Ayah Dwi Waluyo dan Bunda Saida Fitri Yana. Penulis
bersuku campuran yaitu Suku Jawa dari Ayah dan Suku
Palembang dari Bunda.
Jenjang Akademis yang ditempuh penulis dimulai dari pendidikan Taman Kanak-
Kanak (TK) Kemala Bhayangkari 23 Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun
2003. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2
Palapa Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2009. Pendidikan selanjutnya di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Bandar Lampung diselesaikan pada
Tahun 2012 serta menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Bandar Lampung pada Tahun 2015.
Pada Tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi pada Jurusan Ilmu
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Lampung melalui jalur SBMPTN dan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa
Administrasi Negara (HIMAGARA) pada periode Kepengurusan 2015/2016. Pada
Tahun 2018, tepatnya pertengahan Bulan Januari, penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Periode 1 di Desa Mercubuana, Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten
Tulang Bawang Barat selama 40 hari.
MOTTO
JIKA KAMU BERBUAT BAIK, (BERARTI) KAMU BERBUAT BAIK BAGI DIRIMU SENDIRI DAN JIKA KAMU BERBUAT JAHAT,
MAKA (KEJAHATAN) ITU BAGI DIRIMU SENDIRI”
(QS. AL-ISRA’:7)
“HARTA YANG PALING BERHARGA ADALAH KELUARGA”
(UNKNOWN)
“DO THE BEST TO THE BEST”
(Dinda Gita Cahyani)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLAH SWT Telah kuselesaikan karya ilmiah ini.
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, Kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan Bundaku Tercinta,
Yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan, pengorbanan, dan perjuangan yang tak kenal lelah untukku.
Adikku Dita Adelia Cahyani tersayang,
Terima kasih atas doa serta dukungan semangat selama ini untukku.
Keluarga besar dan sahabat,
yang selalu memberikan doa serta dukungannya.
Para Pendidik
Yang telah memberikan bekal ilmu, dukungan, dan doa
Almamater Tercinta
UNIVERSITAS LAMPUNG.
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul: “Evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Provinsi Lampung”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Publik (SAP)
pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada skripsi ini, karena keterbatasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan. Dalam proses skripsi ini, penulis telah mendapat
pengalaman yang luar biasa dan pihak-pihak yang telah banyak membantu
penyelesaian skripsi ini, baik bantuan moril, materi, berupa petunjuk, bimbingan,
nasehat dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati. pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si., selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara
serta Dosen Pembimbing Utama. Terima kasih pak selama ini telah membimbing
penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Untuk waktu, ilmu-ilmu, serta
motivasi yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sangat berterima kasih dan merasa terbantu dengan semua proses
bimbingan selama ini. Semoga apa yang sudah Bapak berikan kepada saya
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dan semoga kesehatan dan rezeki
selalu dilimpahkan kepada Bapak. Penulis memohon maaf atas segala kesalahan
dalam perkataan dan perbuatan, serta kekurangan penulis yang kurang berkenan.
3. Ibu Intan Fitri Meutia, S.A.N., M.A., Ph.D., selaku Sekretaris Jurusan
Administrasi Publik serta Dosen Pembimbing Kedua. Terima kasih Ibu atas
semua ilmu, waktu, motivasi dan juga nasihat Ibu yang telah diberikan kepada
penulis selama bimbingan proses pengerjaan skripsi. Penulis sungguh-sungguh
berterima kasih dan merasa terbantu sekali selama proses bimbingan selama ini.
Semoga yang Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dan semoga
kesehatan dan rezeki selalu dilimpahkan kepada Ibu. Penulis juga memohon maaf
atas segala kesalahan dalam perkataan dan perbuatan, serta kekurangan penulis
yang sekiranya kurang berkenan.
4. Bapak Nana Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Pembahas dan Penguji. Terima
kasih Pak atas semua arahan, saran, kritik, masukan, nasihat serta waktu yang
telah diluangkan untuk membantu Penulis. Terima kasih atas kesediaan Bapak
sudah menjadi pembahas, Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini juga berkat
bantuan dari Bapak. Semoga Bapak selalu mendapatkan keberkahan dari Allah
SWT dan semoga kesehatan dan rezeki selalu dilimpahkan kepada Bapak. Penulis
juga memohon maaf atas segala kesalahan dalam perkataan dan perbuatan, serta
kekurangan Penulis yang sekiranya kurang berkenan.
5. Bapak Syamsul Ma’arif, S.IP., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik (PA)
yang turut membantu memberikan kemudahan dan motivasi kepada penulis
selama kuliah.
6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Lampung,
Prof. Yulianto, Pak Dedy, Pak Bambang, Pak Eko, Ibu Meiliyana, Ibu Ita, Ibu
Selvi, Ibu Novita, Miss Devi dan Ibu Annisa Utami. Terima kasih banyak telah
membantu penulis serta begitu banyak mengajarkan serta menyalurkan ilmu dan
wawasan yang sangat bermanfaat dan berharga kepada Penulis, jasa-jasa mulia
kalian terus melekat pada diri Penulis semoga selalu terhitung amal yang tidak
akan pernah terputus hingga akhir nanti. Aammiin.
7. Bapak Azhari, Bapak Jauhari dan Mbak Wulan selaku Staf Administrasi yang
selalu sabar dalam memberikan pelayanan dan banyak membantu kelancaran
adminstrasi skripsi hingga terselesaikan.
8. Bapak Erwin Feriyanto, Bapak Andi Trevino, Bapak Suryadi serta Ibu Maemunah
terima kasih atas kerja samanya dalam membantu penulis melakukan penelitian
dan mencari data selama proses skripsi.
9. Kedua orang tuaku, Ayahku Dwi Waluyo dan Bundaku Saida Fitri Yana tercinta.
Terima kasih untuk kasih sayang, doa, dukungan, bimbingan dan motivasi yang
terus diberikan hingga aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Terima kasih atas
kepercayaan dan amanat yang selama ini kalian berikan kepadaku untuk
menyelesaikan studi sehingga aku bisa mencapai gelar Sarjana Administrasi
Publik (S.AP). Semoga dengan mendapatkan gelar S.AP ini, menjadi salah satu
cara nyata bahwa aku bisa membahagiakan Ayah dan Bunda. Aammiin.
10. Adikku tersayang, Dita Adelia Cahyani. Terima kasih sudah selalu mendukung,
mendengarkan, dan menemani selama Penulis setiap saat. Persaudaraan kita
adalah hal salah satu yang terindah bagi kita.
11. Nabilla Gusni Octavira, sahabat sekaligus teman curhat Penulis. Terima kasih
sudah memotivasi, sabar mendengarkan semua perjalanan penulis saat
mengerjakan dan menyelesaikan skripsi. Semangat Bil skripsi nya, ingat target
kita 4 tahun lulus biar bisa bahagiain kedua orang tua sesuai dengan rencana kita.
Aammiin.
12. Naurah Nazhifah, sahabat penulis sejak awal kuliah hingga saat ini. Terima kasih
Ula sudah setia menemani penulis dari awal masuk kita sekelas sampai penulis
selesai mengerjakan skripsi ini. Semangat Ula, kita harus wisuda bareng yah!
13. Lulu Gita Anzani, sahabat Penulis yang kenal di masa perkuliahan tapi selalu ada
dan selalu mendukung apapun keluh kesah penulis, dan selalu membantu penulis
dalam proses perskripsian hingga selesai skripsi ini. Inget yaa Lulu, gak boleh
males kita harus wisuda bareng juga yaa. Kalau kita nanti sudah lulus kuliah
jangan pernah lupa sama semua tentang perkuliahan ini.
14. Putri Aisyah, sahabat penulis yang penulis kenal di masa perkuliahan ini, yang
baik hati dan selalu membantu penulis dalam proses skripsi ini. Semangat terus
yaa Putri skripsinya jangan mageran yaa, please biar kita juga bisa wisuda bareng.
15. Realita Utama, Anggi Pramesti, Ana Zaskia, teman seperkuliahan Penulis. Terima
kasih sudah membantu, mendukung, berbagi canda dan tawa kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi. Semangat terus buat kalian yaa!
16. Bella, Uty, Syofa, Anggun, Faw, Vella, Yola, Reva, Revi, Indah, 11 orang
kesayangan Penulis semasa penulis SMA hingga sekarang. Terima kasih 11 sudah
memberikan semangat dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Karina Veby Edithya, sepupu Penulis. Terima kasih selama ini sudah membantu
penulis dalam hal apapun.
18. Dwiyan, Aldino, Kenda, Bayu, Bima, Rahmat, Riswan, Andi, terimakasih selalu
membantu penulis, menghibur, juga berbagi canda dan tawa selama kuliah dan
selalu menyempatkan hadir ke seminar sampai penulis kompre.
19. Keluarga besar dan semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak
langsung selama penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
namanya. Penulis ucapkan terima kasih untuk semuanya.
20. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah memberikan banyak
kenangan, banyak ilmu, banyak teman dan banyak sahabat.
Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT dan penulis meminta maaf apabila ada kesalahan
yang disengaja atau pun tidak disengaja. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis secara pribadi dan siapapun yang telah menyediakan waktu untuk
membacanya. Semoga sebuah karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar Lampung, 19 Juli 2019
Penulis
Dinda Gita Cahyani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9
B. Konsep tentang Evaluasi Program .................................................... 10
1. Pengertian Evaluasi ..................................................................... 10
2. Pengertian Evaluasi Program ...................................................... 13
3. Tujuan Evaluasi Program ............................................................ 15
C. Frame Evaluasi Program yang Digunakan ........................................ 17
D. Pengertian Perumahan ....................................................................... 19
E. Konsep Kebijakan Pemberian Subsidi Perumahan bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Oleh Pemerintah ........ 21
1. Pengertian Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ............ 21
2. Konsep Kebijakan Subsidi Perumahan oleh Pemerintah ............ 23
F. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
sebagai Kebijakan oleh Pemerintah .................................................. 26
G. Kerangka Pikir .................................................................................. 27
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .................................................................................. 31
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 31
C. Lokasi Penelitian ............................................................................... 33
D. Informan Penelitian ........................................................................... 33
E. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 35
G. Keabsahan Data ................................................................................. 36
H. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 37
I. Teknik Analisis Data ......................................................................... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 39
1. Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ................................... 39
2. Pengembang Perumahan Green Kemiling Residence ................. 43
B. Hasil Penelitian ................................................................................. 45
1. Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di Provinsi Lampung ............................................... 45
2. Evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di Provinsi Lampung ............................................... 63
C. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 71
1. Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di Provinsi Lampung ............................................................. 71
2. Evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
Provinsi Lampung............................................................................... 75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 82
B. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Pembangunan Perumahan Bersubsidi di Provinsi Lampung
Tahun 2015 – 2018 ......................................................................................... 5
2. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 9
3. Tipe Kriteria Evaluasi Program menurut Willian N. Dunn ....................... 17
4. Informan Penelitian .................................................................................... 34
5. Data Pembangunan Perumahan Bersubsidi di Provinsi Lampung
Tahun 2015 – 2018 ......................................................................................... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ........................................................................................... 30
2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan ............... 42
3. Perumahan Green Kemiling Residence Cluster Kemiling Village ............ 44
4. Bagan Alir Kegiatan BSPS ............................................................................ 47
5. Wawancara dengan Bapak Erwin Feriyanto Kepala Urusan Teknis
Satker Penyediaan Perumahan Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Lampung .......................................................... 51
6. Wawancara dengan Bapak Mohammad Andi Terivo Pengurus
DPD REI Provinsi Lampung dan Pengembang Perumahan Green
Kemiling Residence Cluster Kemiling Village .......................................... 52
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia merupakan
pengejawantahan diri manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai suatu
kesatuan dengan lingkungan alamnya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan
lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap orang. Karena setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Idealnya rumah Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, harus dimiliki oleh
setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan bagi
masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan. Adanya
pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan
keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah
mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan
terjangkau di mana saat ini jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di
Indonesia masih cukup besar, yang menyebabkan banyak warga yang memiliki
rumah termasuk ke dalam kategori Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Oleh
karena itu pembangunan perumahan dan pemukiman harus terus ditingkatkan
2
oleh pemerintah guna menyediakan perumahan layak huni dan dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan
rendah dengan tetap memperhatikan persyaratan minimum bagi perumahan dan
permukiman yang layak, sehat, aman dan serasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS),
rumah merupakan bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Namun rendahnya kualitas hidup
masyarakat khususnya di bidang perumahan dan permukiman kumuh telah
menimbulkan berbagai masalah sosial. Dalam menentukan prioritas tentang
rumah, seseorang atau sebuah keluarga yang berpendapatan sangat rendah
cenderung meletakkan prioritas utama pada lokasi rumah yang berdekatan dengan
tempat yang dapat memberikan kesempatan kerja. Ketidaklayakhunian
merupakan penjelmaan dari dampak yang diakibatkan dari faktor kemiskinan. Di
samping hal tersebut, ketidaklayak hunian juga sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang rendah, pengangguran, dan pendapatan rendah.
Program Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) ini adalah dengan melaksanakan Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (yang selanjutnya disingkat BSPS) yakni bantuan
pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk
meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan/peningkatan kualitas rumah
beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Masyarakat Berpenghasilan Rendah
3
(MBR) adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu
mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah yang layak huni.
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) merupakan fasilitas
pemerintah untuk membantu pelaksanaan pembangunan rumah atau perumahan
yang layak dalam lingkungan yang sehat dan aman secara swadaya. Pelaksanaan
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) membutuhkan keterlibatan
masyarakat untuk mencapai tujuan utamanya yaitu menyediakan rumah yang
layak huni. Program Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan Swadaya
(BSPS) yang kegiatan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pemerintah Provinsi dan
seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia sebagai program pemerintah daerah dan
tindak lanjut program pemerintah pusat dalam penyediaan rumah layak huni bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dalam rangka merealisasikan target
pembangunan sejuta unit rumah per tahun dan melanjutkan kembali
pembangunan rumah tapak melalui subsidi rumah murah yang akan berakhir pada
Tanggal 31 Maret 2015, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan dalam rangka perolehan rumah melalui kredit/pembiayaan pemilikan
rumah sejahtera bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Berdasarkan pendataan yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan, masih ada sekitar 3,4 juta rumah
tidak layak huni saat ini. Kebutuhan rumah bagi keluarga baru sebanyak 800 ribu
unit per tahun. Pemerintah berupaya untuk mengurangi jumlah backlog ini agar
4
kesenjangan berkurang (Berita Tanggal 16 Mei 2017 yang Diakses dari
https://ekbis.sindonews.com/, pada Hari Rabu, 12 Desember, Pukul 13.56 WIB).
Pemerintah Provinsi Lampung sendiri dalam upaya membangun rumah subsidi
untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) ini telah melakukan sejumlah
pembangunan rumah subsidi di Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten
Pringsewu, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kota Metro, dan
Kota Bandar Lampung. Program ini telah berjalan sejak Tahun 2015 dan terus
dilaksanakan hingga Tahun 2018. Sejak Tahun 2015 hingga 2018, di Provinsi
Lampung telah dibangun sebanyak 3.785 unit Rumah Sederhana Tapak (RST)
yang dibangun oleh para pengembang yang tergabung dalam DPD Real Estat
Indonesia (REI) Lampung. Di mana pada Tahun 2015 terjual sebanyak 407
rumah, kemudian pada Tahun 2016 telah dibangun sebanyak 2.000 unit rumah
serta pada Tahun 2017 dari dari target 3.000 unit, terealisasi sebanyak 2.500 unit.
Pencapaian tersebut dinilai sudah cukup bagus dengan kondisi ekonomi Indonesia
yang masih belum begitu baik pada saat ini (Diakses dari https://www.rumah.com/,
pada Hari Rabu, 12 Desember 2018, Pukul 13.56 WIB).
Menurut berita yang dilansir oleh Sumatera Post pada Tanggal 16 November
2017, bahwa Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo mengajak Real
Estate Indonesia (REI) mempercepat penyediaan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Hingga kini, masih ada 93.725 warga Lampung tinggal di
rumah tidak layak huni. Gubernur juga meminta REI memperluas gerakan sejuta
rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo melalui Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan (FLPP). Lampung menjadi daerah percontohan di
5
Sumatera untuk pembangunan satu juta rumah yang merupakan program Presiden
Joko Widodo. Upaya ini, kata Gubernur, sejalan dengan program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) yang dijalankan Pemerintah Provinsi
Lampung bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Mengenai harga rumah tersebut, harga rumah subsidi saat ini mencapai Rp. 130
juta dengan uang muka 5 persen dari harga awal rumah, dan diberikan subsidi
oleh pemerintah sebesar Rp. 4 juta. Angsuran rumah bersubsidi yang diberikan
yaitu Rp. 700 ribu sampai Rp. 800 ribu per bulannya dengan jangka waktu
maksimal 20 tahun ((Diakses dari http://sumaterapost.co/ pada Kamis, 13
Desember 2018, Pukul 19.12 WIB)
Tabel 1. Data Pembangunan Perumahan Bersubsidi di Provinsi Lampung
Tahun 2015 – 2018
No. Tahun Rencana
Pembangunan Realisasi Pembangunan
1. 2015 2907 1146
2. 2016 4300 2456
3. 2017 6463 4321
4. 2018 8908 5540
Jumlah 22578 13463
Sumber : DPD REI Provinsi Lampung, 2018 (Data Diolah Peneliti).
Berdasarkan Tabel 1 di atas, diketahui bahwa data pembangunan perumahan
bersubsidi di Provinsi Lampung Tahun 2015 - 2018, telah terealisasi sebanyak
13463 rumah atau sebesar 59,6% dari rencana pembangunan. Setiap tahun rencana
pembangunan terus mengalami peningkatan, begitu pula dengan realisasi
pembangunannya. Tabel tersebut menyebutkan bahwa rencana pembangunan
paling sedikit terjadi di tahun 2015 dengan jumlah 2907 rumah, dan yang terealisasi
6
sebanyak 1146 rumah. Sedangkan rencana pembangunan yang tertinggi yaitu pada
tahun 2018 dengan jumlah 8908 rumah, dan yang terealisasi sebanyak 5540 rumah.
Menurut Data BPS Provinsi Lampung, pada bulan September 2017, jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan) di Lampung mencapai 1.083.740 orang atau 13,04 persen dari
jumlah penduduk Provinsi Lampung, mereka inilah yang menjadi target
pemerintah dalam penyediaan rumah bersubsidi tersebut. Sayangnya penyediaan
rumah bersubsidi ini belum seluruhnya menyentuh masyarakat miskin di seluruh
daerah. Sejauh ini baru Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Pringsewu,
Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, Kota Metro, dan Kota
Bandar Lampung yang siap menjalankan program rumah bersubsidi ini.
Menurut Isabella, dkk (2017:8) : “Pemenuhan kebutuhan rumah yang
sehat dan layak huni masih jauh dari harapan, maka pemerintah pusat
bekerjasama dengan pemerintah daerah secara terus menerus
melaksanakan kegiatan bantuan stimulan agar dapat memenuhi kebutuhan
rumah yang sehat dan layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dengan pengertian masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah
yang layak huni. Masalah pemenuhan perumahan yang umum terjadi di
Indonesia ialah ketidakmerataan pembangunan, kurangnya partisipasi
masyarakat dan terbatasnya anggaran”.
Namun dalam implementasi program rumah subsidi ini masih banyak kendala
yang dihadapi. Misalnya di Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaannya masih
dijumpai permasalahan antara lain masih kurangnya sosialisasi kepada
masyarakat sehingga partisipasi masyarakat akan program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) masih jauh dari yang diharapkan. Di samping itu
masih terdapat kendala yang berkaitan dengan permasalahan pengadaan lahan
7
yang masih minim untuk pembangunan perumahan disertai harga tanah yang
tinggi. Kemudian juga ditemui kendala yang berkaitan dengan perizinan dan
sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) sehingga percepatan
pembangunan perumahan menjadi sedikit terhambat dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan latar belakang di atas, hal inilah kemudian yang mendasari
dilakukannya penelitian guna mengevaluasi apakah Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di
Kota Bandar Lampung telah berjalan dengan baik sehingga dapat membantu dan
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memiliki rumah yang layak huni.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat
melihat sejauhmana kebijakan pemerintah dalam pembangunan perumahan
bersubsidi dengan judul penelitian “Evaluasi Program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di Kota Bandar Lampung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar
Lampung ?
2. Bagaimanakah evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar
Lampung?
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pelaksanaan Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung.
2. Evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam mengembangkan pengetahuan
di bidang kebijakan publik serta dapat meningkatkan wawasan penulis
khususnya mengenai evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar
Lampung.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai :
a. Bahan masukan yang berharga bagi mahasiswa mengenai evaluasi
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung.
b. Referensi bagi pembaca dan peneliti lainnya dalam meneliti tentang
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian
terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Adapun beberapa penelitian
terdahulu yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
sebagaimana berikut ini :
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No. Aspek Penilaian Keterangan
1. Judul Kebijakan Pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat
(KPR) Sejahtera Susun Sebagai Solusi Kebutuhan
Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) Pada Bank Tabungan Negara (BTN) Cabang
Solo Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun
2014 tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan
Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera (FLPP)
Peneliti Bagas Akhmad Adi Nugroho, Universitas Sebelas
Maret, 2015.
Metode Deskriptif Kualitatif
Hasil Penelitian Masih sedikitnya masyarakat kota Solo yang
berminat terhadap rumah susun, padahal rumah susun
merupakan solusi terbaik di tengah susahnya
mendapatkan lahan di Kota Solo ini. Oleh karena itu
pemerintah seharusnnya lebih mensosialisasikan
program ini kepada Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) agar tertarik mengambil program ini.
10
Perbedaan Penelitian ini khusus membahas mengenai
permasalahan :
a. Implementasi Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun
2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan di Bank BTN?
b. Apa saja kendala Bank BTN dalam menjalankan
Pengadaan Perumahan melalui Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah Sejahtera (FLPP)?
Kontribusi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) agar bisa
memanfaatkan program KPR Sejahtera Susun sebagai
solusi untuk memenuhi hak perumahan mereka di
saat lahan untuk perumahan semakin terbatas.
2. Judul Keefektivan Kebijakan Pemberian Subsidi KPR/BTN
Serta Sarana Dan Prasarana Permukiman Di
Perumnas Pucang Gading Cabang Semarang
Peneliti Dewi Wulandari Marchat, Universitas Negeri
Semarang, 2011
Metode Kualitatif
Hasil Penelitian Mekanisme dan syarat pemberian subsidi KPR/BTN
di Perumnas Pucang Gading telah sesuai dengan
ketentuan yang ada.
Perbedaan Penelitian ini membahas mekanisme pemberian
subsidi KPR/BTN, kondisi sarana prasarana serta
ketepatan sasaran dan tujuan
Kontribusi Tulisan ini untuk menjelaskan mekanisme dan syarat
pemberian subsidi KPR/BTN yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Sumber : Diadopsi dari Penelitian Nugroho (2015) dan Merchat (2011).
B. Konsep Tentang Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Evaluasi juga merupakan salah satu sarana yang
penting dalam melakukan setiap kegiatan. Setiap berjalannya kegiatan
biasanya evaluasi dilakukan untuk menilai dan mengkaji ulang, guna
11
memperbaiki atau menilai kegiatan tersebut sudah sesuai dengan apa yang
diinginkan. Menurut Wirawan (2015:3):
“Evaluasi adalah proses mengumpulkan informasi mengenai objek
evaluasi dan menilai objek evaluasi dengan membandingkannya dengan
standar evaluasi. Sedangkan menurut Mengginson dalam
Mangkunegara (2014:9) mengemukakan bahwa evaluasi atau penilaian
prestasi adalah penilaian prestasi kerja (performance appraisal), suatu
proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seseorang
karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya”.
Uzer (2003 : 120) mengatakan bahwa :
“Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk
memperoleh informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua
hal atau lebih yang merupakan alternatif yang diinginkan, karena
penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil secara acak, maka
alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya pemberian
nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan
informasi untuk proses pengambilan keputusan”.
Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arikunto (2009 : 3) bahwa :
“Evaluasi meliputi mengukur dan menilai yang digunakan dalam
rangka pengambilan keputusan. Hubungan antara pengukuran dan
penilaian saling berkaitan. Mengukur pada hakikatnya adalah
membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran atau kriteria
tertentu (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat
kuantitatif. Penilaian berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu
mengandung arti, mengambil keputusan terhadap sesuatu yang
berdasarkan pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau
bodoh dan sebagainya. Mengukur adalah membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran (bersifat kuantitatif), menilai adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (bersifat
kualitatif), dan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut di atas”.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan, demikian juga
dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2009 : 13), ada dua tujuan evaluasi yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program
secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-
masing komponen. Menurut Wirawan (2015 : 22-23) evaluasi dilaksanakan
12
untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan obyek evaluasinya di antaranya
adalah:
1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.
2. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana.
3. Mengukur apakah pelaksnaan program sesuai dengan standar.
4. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menentukan mana dimensi
program yang jalan, mana yang tidak berjalan.
5. Pengembangan staf program.
6. Memenuhi ketentuan undang-undang.
7. Akreditasi program.
8. Mengukur cost effectifenis dan cost efficiency.
9. Mengambil keputusan mengenai program.
10. Akuntabilias.
11. Memberikan balikan kepada pimpinan dan program.
12. Mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi.
Evaluasi mempunyai karakteristik yang membedakannya dari metode-metode
analisis kebijakan lainnya, yaitu:
1. Fokus nilai. Evaluasi berbeda dengan pemantauan, dipusatkan pada
penilaian menyangkut keperluan atau nilai dari sesuatu kebijakan dan
program.
2. Interdependensi Fakta-Nilai. Tuntutan evaluasi tergantung baik ”fakta”
maupun “nilai”.
13
3. Orientasi Masa Kini dan Masa Lampau. Tuntutan evaluatif, berbeda
dengan tuntutan-tuntutan advokat, diarahkan pada hasil sekarang dan masa
lalu, ketimbang hasil di masa depan.
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai
kualitas ganda, karena mereka dipandang sebagai tujuan dan sekaligus
cara. (Dunn, 2003: 608-609).
Berdasarkan pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan
beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang evaluasi yakni evaluasi
merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh
mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat
dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut.
2. Pengertian Evaluasi Program
Program merupakan suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang
berisikan kebijakan serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam
kurun waktu tertentu. Menurut Arikunto (2004: 2) :
“Program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan
khusus. Pengertian program secara umum, dapat diartikan sebagai
rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di
kemudian hari. Sedangkan pengertian program secara khusus biasanya
dikaitkan dengan evaluasi yang berarti suatu kesatuan atau unit kegiatan
yang merupakan implementasi atau realisasi suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang”.
Adapun evaluasi program merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan suatu program. Melakukan
evaluasi program ialah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
14
tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang telah direncanakan (Arikunto,
2004: 297).
Kemudian menurut Tyler (Arikunto dan Jabar, 2009: 5), evaluasi program
merupakan proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah
terealisasikan. Sedangkan menurut Cronbach dan Stufflebeam evaluasi
program merupakan upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada
pengambil keputusan.
Evaluasi program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan
mendatangkan hasil atau manfaat. Evaluasi program dapat dilakukan terhadap
sebagian atau seluruh unsur-unsur implementasi program. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana program tersebut berhasil mencapai
maksud pelaksanaan dari program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa
adanya evaluasi, program-program yang berjalan tersebut tidak dapat dilihat
tingkat pencapaian tujuannya. Keterlaksanaan (implementasi) program dalam
pencapaian tujuannya sangat ditentukan oleh banyak faktor yang saling
berkaitan. Hal ini menunjukan bahwa seluruh proses program adalah sebuah
sistem, oleh karenanya dalam melaksanakan evaluasi perlu adanya pendekatan
sistem dan berpikir secara sistemik.
Menurut Isaac dan Michael (1984: 6) sebuah program harus diakhiri dengan
evaluasi. Hal ini dikarenakan apakah program tersebut berhasil menjalankan
fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut mereka, ada
tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu: (1) menyatakan pertanyaan serta
menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang
15
relevan dengan penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan
pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau
menghentikan program tersebut.
3. Tujuan Evaluasi Program
Menurut Mulyatiningsih (2011: 114-115), evaluasi program dilakukan dengan
tujuan untuk:
a. Menunjukkan sumbangan program terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Hasil evaluasi ini penting untuk mengembangkan program yang sama di
tempat lain.
b. Mengambil keputusan tentang keberlanjutan sebuah program, apakah
program perlu diteruskan, diperbaiki atau dihentikan.
Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui sesuatu kondisi, maka evaluasi
program dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk penelitian evaluatif. Oleh
karena itu, dalam suatu evaluasi program, pelaksana berfikir serta menentukan
langkah bagaimana melaksanakan penelitian.
Menurut Intan Fitri Meutia (2012:24), evaluasi berusaha mengidentifikasi
mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan
program. Dengan demikian evaluasi bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan.
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
3. Mengetahui dan menganalisa konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin
terjadi di luar sosial.
16
Menurut Arikunto dan Jabar (2009:7), terdapat perbedaan yang mencolok
antara penelitian dan evaluasi program adalah sebagai berikut:
(a) Dalam penelitian, peneliti ingin mengetahui gambaran mengenai sesuatu
yang kemudian hasilnya dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi
program pelaksanaan ingin mengetahui seberapa tinggi kondisi atau mutu
sesuatu dari hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul
dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu.
(b) Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntut oleh rumusan masalah karena
ingin mengetahui jawaban dari penelitiannya, sedangkan dalam evaluasi
program pelaksanaan ingin mengetahui tingkat ketercapaian tujuan
program, dan jika tujuan belum tercapai sebagaimana ditentukan,
pelaksanaan ingin mengetahui letak kekurangannya serta penyebabnya.
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu, demikian
juga dengan evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu program harus
senantiasa dievaluasi untuk melihat sejauh mana implementasi program
tersebut telah berhasil mencapai tujuan pelaksanaan program yang telah
ditetapkan sebelumnya. Keefektifitasan program yang berjalan tidak dapat
dilihat jika tidak dilakukan evaluasi program. Dengan demikian, kebijakan-
kebijakan baru sehubungan dengan program tersebut akan didukung oleh suatu
data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan informasi
dan data, serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk
memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah program. Jadi evaluasi program adalah upaya untuk mengukur
17
ketercapaian program, yaitu mengukur sejauhmana sebuah kebijakan dapat
terimplementasikan.
C. Frame Evaluasi Program yang Digunakan
Program pemerintah merupakan bagian dari kebijakan publik. Oleh karena itu
kerangka acuan yang akan digunakan dalam evaluasi program pemerintah melalui
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) ini mengacu kepada teori yang dikemukakan oleh Willian N.
Dunn (Nugroho, 2012 : 729) yang menggambarkan kriteria-kriteria evaluasi
program pemerintah sebagai berikut :
Tabel 3. Tipe Kriteria Evaluasi Program menurut Willian N. Dunn
Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
Efektivitas Apakah yang diinginkan telah
tercapai ?
Unit pelayanan
Efisensi
Seberapa banyak usaha diperlukan
untuk mencapai hasil yang
diinginkan?
Unit biaya, manfaat
bersih, Rasio cost-
benefit.
Kecukupan
Seberapa jauh pencapaian hasil
yang diinginkan memecahkan
masalah?
Biaya tetap, efektifitas
Tetap
Perataan
Apakah biaya dan manfaat
didistribusikan secara merata
kepada kelompok-kelompok
berbeda?
Kriteria pareto, kriteria
Kaldor-Hicks, kriteria
Rawls
Responsivitas
Apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuhan, preferensi
atau nilai-nilai kelompok tertentu?
Konsistensi survei
warga negara
Ketepatan
Apakah hasil (tujuan) yang
diiinginkan benar-benar berguna
atau bernilai?
Program publik harus
merata dan efisien
Sumber: Wiliam Dunn dalam (Nugroho 2012: 729)
Berdasarkan tabel di atas sebagaimana disampaikan oleh Dunn, dapat dijelaskan
kriteria-kriteria evaluasi program tersebut sebagaimana berikut ini :
18
a. Efektifitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil (akibat)
yang diharapkan.
b. Efisiensi berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas
ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang
terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan
melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan.
c. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas
memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah.
d. Perataan (equity), berkenaan dengan pemerataan distribusi manfaat kebijakan.
e. Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
yang menjadi target kebijakan.
f. Ketepatan, dalam proses ini keberhasilan suatu kebijakan dapat dilihat dari
tujuan kebijakan yang benar benar tercapai berguna dan bernilai pada
kelompok sasaran, mempuyai dampak perubahan sesuai dengan misi kebijakan
tersebut.
Selanjutnya peneliti menggunakan tipe penelitian yang dikemukakan oleh Wiliam
N. Dunn sebagai bahan dasar acuan penelitian, dengan menggunakan tipe ini
peneliti dapat melakukan penililaian terhadap suatu kebijakan berdasarkan enam
unsur yakni efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan.
19
D. Pengertian Perumahan
Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang paling utama di
samping sandang dan pangan. Rumah sebagai kebutuhan papan adalah bangunan
yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
keluarga. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah juga memiliki peran
sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga dan nilai kehidupan.
Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia merupakan
pengejawantahan diri manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai suatu
kesatuan dengan lingkungan alamnya. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945
tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28 H dijelaskan bahwa tempat tinggal dan
lingkungan yang layak adalah hak bagi setiap orang. Oleh karena itu setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Saat ini jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia masih
cukup besar, yang menyebabkan banyak tempat tinggal warga yang masuk
kategori rumah tidak layak huni.
Perumahan berasal dari kata dasar Rumah. Menurut Wahab (2014:9), rumah
adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu
tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun
untuk istilah tempat tinggal yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau
kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-
kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,
hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain. Berdasarkan Ketentuan Umum
20
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman disebutkan bahwa Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi
sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Kemudian
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.13/PRT/M/2016 tentang BSPS, pengertian rumah merupakan bangunan
gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan
keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Adapun menurut Siswono Yudhohusodo (1991 : 1) :
“Perumahan adalah suatu cerminan dan pengejawantahan dari diri pribadi
manusia, baik secara perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan dapat juga mencerminkan
taraf hidup, kesejahteraan, dan peradaban manusia penghuninya,
masyarakat maupun suatu bangsa”.
Menurut Ettinger dalam Panudju (2009 : 29), kriteria perumahan sebaiknya
memenuhi standar yang baik ditinjau dari berbagai aspek antara lain sebagai
berikut:
a. Ditinjau dari segi kesehatan dan keamanan dapat melindungi penghuninya dari
cuaca hujan, kelembapan dan kebisingan, mempunyai ventilasi yang cukup,
sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah serta dilengkapi dengan prasarana
air, listrik, ddan sanitasi yang cukup.
b. Mempunyai cukup ruangan untuk berbagai kegiatan di dalam rumah dengan
privasi yang tinggi.
c. Mempunyai cukup akses pada tetangga, fasilitas kesehatan, pendidikan,
rekreasi, agama, perbelanjaan dan lain sebagainya.
21
E. Konsep Kebijakan Pemberian Subsidi Perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) Oleh Pemerintah
1. Pengertian Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman pengertian Masyarakat Berpenghasilan
Rendah yang selanjutnya disebut MBR adalah masyarakat yang mempunyai
keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk
memperoleh rumah.
Kemudian lebih lanjut pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dijelaskan bahwa kriteria
Masyarakat Berpenghasilan Rendah antara lain :
a) Tidak memiliki rumah yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari yang
bersangkutan dan diketahui oleh kepala desa/lurah setempat.
b) Belum pernah menerima subsidi pemerintah untuk pemilikan rumah.
c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d) Penghasilan yang bersangkutan tidak melebihin batas penghasilan yang
dipersyaratkan yaitu maksimal penghasilan Rp. 4 juta per bulan.
Rumah pada hakikatnya menjadi suatu hal yang sangat penting bagi manusia.
Setiap orang berhak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Indonesia
sebagai negara berkembang sedang menghadapi permasalahan dalam
pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
22
Untuk itu pemerintah menggalakkan Program Gerakan Nasional
Pembangunan Sejuta Rumah (GN-PSR) yang merupakan program penyediaan
rumah bersubsidi dalam bentuk pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RSH)
dan rumah susun. Keberadaan program ini diharapkan dapat menstimulasi
MBR untuk memiliki rumah layak huni. Dalam mewujudkan program GN-
PSR ini kemudian diikuti dengan kemudahan dalam sistem pembiayaan
perumahan bagi MBR. MBR diberi kemudahan pembiayaan dengan adanya
pinjaman berupa dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Kebijakan FLPP yang berasal dari Kemenpera ini bertujuan agar terus
tersedianya dana murah jangka panjang untuk membangun perumahan rakyat.
Sebagai realisasi program GN-PSR tersebut maka kemudian dibangun
perumahan yang menyediakan Rumah Sederhana Sehat bersubsidi bagi MBR
di berbagai daerah di Indonesia, di mana Penyediaan rumah subsidi/rumah
murah merupakan salah satu program yang dicanangkan pemerintah untuk
membantu masyarakat berpenghasilan rendah dalam menjangkau rumah yang
layak huni.
Sesuai amanat Pasal 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahwa dalam hal penyediaan rumah
untuk masyarakat berpenghasilan rendah, maka pemerintah :
1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
2) Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah dan/atau pemerintah daerah wajib memberikan
23
kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program
perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
3) Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi
MBR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. subsidi perolehan rumah;
b. stimulan rumah swadaya;
c. insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan;
d. perizinan;
e. asuransi dan penjaminan;
f. penyediaan tanah;
g. sertifikasi tanah; dan/atau
h. prasarana, sarana, dan utilitas umum.
4) Pemberian kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
dituangkan dalam akta perjanjian kredit atau pembiayaan untuk perolehan
rumah bagi MBR.
5) Ketentuan mengenai kriteria MBR dan persyaratan kemudahan perolehan
rumah bagi MBR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Menteri.
2. Konsep Kebijakan Pemberian Subsidi Perumahan oleh Pemerintah
Nicholson dalam Turner (1982 : 106) mengartikan bahwa proses penyediaan
perumahan perlu adanya keleluasaan bagi masyarakat (penghuni) baik
24
menyangkut perangkat lunak (prosedur, peraturan), maupun perangkat keras
(unit hunian, sarana dan prasarana).
Salah satu perilaku yang dimiliki manusia adalah keberadaan manusia dalam
lingkungan yang tidak bisa dikendalikan yang mengakibatkan keterasingan
serta mahalnya biaya pembenahan (Turner, 1982 : 107).
Perilaku tersebut juga mempengaruhi proses peruntukan perumahan bagi
manusia. Kesalahan dalam mengantisipasi perilaku tersebut dan
ketidaksesuaian dalam sistem penyediaan perumahan mengakibatkan tenaga
dan dana lebih banyak terbuang dan masa pakai rumah menjadi lebih pendek.
Sistem tersebut baiknya disusun atas perpaduan perilaku, sumber daya, dan
keinginan masyarakat (perumahan).
Subsidi perumahan merupakan suatu kredit yang diperuntukkan kepada
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk
subsidi yang diberikan berupa : subsidi selisih bunga, penambahan dana
pembangunan, memperbaiki rumah.
Perumahan rakyat bisa jadi bentuk kepemilikan rumah di mana properti
dimiliki oleh otoritas pemerintah, yang mungkin bersifat pusat atau lokal.
Perumahan sosial adalah istilah umum yang mengacu pada perumahan sewa
yang mungkin dimiliki dan dikelola oleh negara, oleh organisasi nirlaba, atau
oleh kombinasi keduanya, biasanya dengan tujuan menyediakan perumahan
25
yang terjangkau. Perumahan sosial juga bisa dilihat sebagai obat potensial
untuk ketidaksetaraan perumahan.
Ada beberapa hal yang dapat dilihat dalam kaitan antara subsidi dengan
pembangunan perumahan. Pertama, ada masalah kemampuan, yaitu apa yang
dapat dilakukan untuk diri kita sendiri, dan dengan cara apa kita bergantung
pada orang lain, apakah itu negara atau agensi lain. Kedua, perlu menghargai
masalah pengendalian, karena yang penting adalah siapa yang memiliki
kekuatan atas sumber daya yang diperlukan untuk menyediakan perumahan
berkualitas. Ini adalah pemahaman kedua isu yang menjadi jantung
penyediaan perumahan bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Ada
anggapan bahwa orang miskin tidak mampu, bahwa mereka tidak memiliki
aset sendiri dan tidak dapat bernegosiasi melalui kompleksitas lingkungan
perkotaan modern. (Turner, 1982 : 107).
Pemberian subsidi perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) oleh pemerintah ini merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan
perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berbasis
kawasan serta keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan
fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial
budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan
semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
26
F. Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sebagai Kebijakan
oleh Pemerintah
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.13/PRT/M/2016 tentang Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS),
bantuan pemerintah berupa stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
untuk meningkatkan keswadayaan dalam pembangunan/peningkatan kualitas
rumah beserta prasarana, sarana, dan utilitas umum. Adapun bentuk BSPS
berupa :
1. Uang, diberikan kepada perseorangan penerima BSPS guna membeli bahan
bangunan dalam rangka kegiatan Pembangunan Baru (PB) atau Peningkatan
Kualitas (PK).
2. Barang, dalam hal penerima BSPS tidak memiliki kemampuan untuk
melaksanakan Pembangunan Baru (PB) atau Peningkatan Kualitas (PK), maka
BSPS dalam bentuk uang dapat digunakan untuk upah kerja.
Penerima BSPS yang tidak memiliki kemampuan yang dimaksud harus memenuhi
kriteria : lanjut usia sekurang-kurangnya 58 (lima puluh delapan) tahun; dan/atau
penyandang disabilitas. Serta, upah kerja yang dimaksud digunakan paling banyak
15% (lima belas persen) dari besaran BSPS yang diterima.
Perseorangan penerima BSPS merupakan MBR yang memenuhi persyaratan
antara lain : a. warga negara Indonesia yang sudah berkeluarga; b. memiliki atau
menguasai tanah; c. belum memiliki rumah, atau memiliki dan menempati rumah
satu-satunya dengan kondisi tidak layak huni; d. belum pernah memperoleh
BSPSdari pemerintah pusat; e. berpenghasilan paling banyak senilai upah
27
minimum provinsi setempat; f. diutamakan yang telah memiliki keswadayaan dan
berencana membangun atau meningkatkan kualitas rumahnya; g. bersedia
membentuk kelompok; dan h. bersedia membuat pernyataan.
G. Kerangka Pikir
Salah satu masalah utama dari pembangunan perumahan di negara berkembang
adalah pembiayaan. Pengadaan perumahan membutuhkan sumber daya finansial
yang tidak sedikit dan seringkali menguras perekonomian suatu negara, maka tak
heran jika masalah pembiayaan seringkali menjadi dalih di balik kurangnya
komitmen pemerintah pada hak rakyat akan perumahan. Hal ini tidak akan
menjadi masalah bagi MBR karena tanpa komitmen pemerintah pun mereka dapat
memenuhi sendiri kebutuhan akan perumahan dengan cara membeli rumah di
pasar komersial yang disediakan oleh pengembang. Akan tetapi tidak demikian
halnya dengan Masyarakat Berpenghasilan Rendah, mereka membutuhkan
jaminan berupa bantuan pembiayaan perumahan karena dengan kemampuan daya
beli yang dimiliki, hampir mustahil bagi mereka untuk mengakses rumah dengan
harga pasar.
Guna mengatasi hal ini, maka pemerintah sejak Tahun 2010 meluncurkan
program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebagai program
pembiayaan perumahan yang ditujukan terutama kepada Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Masyarakat Berpenghasilan Menengah
(MBM). Program ini merupakan pembaruan dari program pembiayaan dari
sebelumnya berbasis subsidi menuju pada skema yang berbasis likuiditas. Ada
beberapa perubahan penting yang terjadi dengan diluncurkannya skema FLPP,
28
perubahan-perubahan ini dilakukan sedemikian rupa agar MBR dan MBM
semakin diringankan dalam mengakses kredit perumahan.
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah bantuan pemerintah berupa
stimulan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk meningkatkan
keswadayaan dalam pembangunan/peningkatan kualitas rumah beserta prasarana,
sarana, dan utilitas umum sebagaimana diatur di dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/
2016 tentang Lingkup Pengaturan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS).
Maksud kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) adalah untuk
meningkatkan prakarsa MBR dalam pembangunan/peningkatan kualitas rumah
beserta prasarana, sarana, dan utilitas. Kemudian tujuan kegiatan BSPS adalah
terbangunnya rumah yang layak huni oleh MBR yang didukung dengan prasarana,
sarana, dan utilitas umum (PSU) sehingga menjadikan perumahan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur serta berkelanjutan serta untuk mengoptimalkan
pengaturan bantuan pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah
yang berupa stimulan rumah swadaya serta melaksanakan ketentuan Pasal 54 ayat
(5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Oleh karena itu, pemerintah harus berkomitmen sungguh-sungguh untuk
mewujudkan perumahan bagi MBR sebagai kewajiban negara untuk memenuhi
hak MBR atas papan, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Komitmen
tersebut hendaknya dilandasi dengan upaya untuk: pertama, melakukan
29
harmonisasi dan/atau revisi terhadap peraturan perundang-undangan terkait
dengan penyediaan tanah dan perumahan bagi MBR. Kedua, meningkatkan
koordinasi antar sektor dan/atau instansi terkait yang mempunyai tugas dan
wewenang dalam menyusun kebijakan dan mencadangkan atau menyediakan
tanah untuk pembangunan perumahan bagi MBR berikut prasarana dan sarananya.
Ketiga, mengupayakan tersedianya anggaran untuk penyediaan tanah dan
pembangunan perumahan bagi MBR berikut bentuk prasarana dan sarananya,
yang dikelola secara transparan dan akuntabel. Keempat, memusatkan upaya
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi MBR dengan menjadikan MBR sebagai
subjek dan bukan objek pembangunan (perumahan).
Komitmen Pemerintah dalam pemberian subsidi perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) harus dilakukan evaluasi. Dalam Penelitian ini
diarahkan pada persoalan apakah kebijakan program rumah bersubsidi mampu
menjangkau bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah dalam memenuhi
kebutuhan akan perumahan. Adapun sebagai sebagai bahan dasar acuan
penelitian digunakan Teori Wiliam N. Dunn untuk menilai suatu kebijakan publik
yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan enam indikator yakni efektivitas,
efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, ketepatan.
Berikut ini kerangka pikir tentang tentang evaluasi kebijakan program Pemerintah
Kota Bandar Lampung dalam pemberian subsidi perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
30
Gambar 1. Kerangka Pikir
(Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2018)
Fenomena Kebijakan
1. Perumahan bersubsidi belum merata dibangun di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota di Kota Bandar Lampung.
2. Perumahan yang sudah dibangun masih jauh jumlahnya dari jumlah
penduduk berpenghasilan rendah di Kota Bandar Lampung.
3. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat sehingga partisipasi
masyarakat akan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
(BSPS) masih jauh dari yang diharapkan
1. Efektivitas 4. Perataan
2. Efisiensi 5. Responsivitas
3. Kecukupan 6. Ketepatan
Indikator Pelaksanaan Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
(Menurut Willian N. Dunn)
Tujuan Program Rumah Bersubsidi
Tercapai
Tujuan Program Rumah Bersubsidi
Belum/Tidak Tercapai
Intervensi Pemerintah
Penyediaan Program Bantuan Stimulan Swadaya Perumahan (BSPS)
Pasal 3 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 13/PRT/M/2016
tentang Lingkup Pengaturan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
Evaluasi Pelaksanaan Program
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian ini
dipilih sebagai upaya memecahkan masalah dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang ada dan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang diperoleh
dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2014: 4), metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode
ini kemudian diterapkan dalam melakukan penelitian tentang evaluasi Program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan hal utama dalam penelitian kualitatif. Penentuan
masalah pada dasarnya menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2014: 92)
yaitu bergantung pada paradigma yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu sebagai
peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan demikian, dalam
32
penelitian kualitatif ini hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus
penelitian.
Adapun fokus yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu :
1. Intervensi Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia No. 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) pada Pasal 3 mengenai Lingkup
Pengaturan BSPS, sebagai berikut :
a) Bentuk BSPS.
b) Jenis kegiatan BSPS.
c) Persyaratan penerimaan BSPS.
d) Penetapan lokasi dan calon penerima BSPS.
e) Penyaluran BSPS.
f) Pembinaan pelaksanaan BSPS.
g) Pemantauan dan evaluasi.
2. Evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Bandar Lampung
menggunakan teori Willian N. Dunn (Nugroho, 2012 : 729) sebagai berikut :
Tipe Kriteria Pertanyaan
Efektivitas Apakah yang diinginkan telah tercapai ?
Efisensi
Seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan?
Kecukupan
Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan
memecahkan masalah?
Perataan
Apakah biaya dan manfaat didistribusikan secara
merata kepada kelompok-kelompok berbeda?
Responsivitas
Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan,
preferensi atau nilai-nilai kelompok tertentu?
Ketepatan
Apakah hasil (tujuan) yang diiinginkan benar-benar
berguna atau bernilai?
33
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Satuan Kerja (Satker) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi
Lampung, Jl. Kemuning I No. 34 A, Rawa Laut, Kota Bandar Lampung,
Lampung, Kode Pos 35127, DPD Real Estate Indonesia (REI) Provinsi Lampung,
Jl. H. Agus Salim, Kaliawi, Tj. Karang Pusat, Kota Bandar Lampung, Lampung,
Kode Pos 35115 dan Perumahan Green Kemiling Cluster Kemiling Village, Jl.
Terusan Teuku Cik Ditiro, Sumber Agung, Kemiling, Kota Bandar Lampung,
Lampung, Kode Pos 35158.
D. Informan Penelitian
Suyanto dan Sutinah (2011: 171-172) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan informan adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan
selama proses penelitian. Teknik pemilihan informan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan pemakaian teknik
purposive disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri yaitu untuk
mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan
penelitian ini.
34
Selanjutnya informan dalam penelitian ini antara lain terdiri dari :
Tabel 4. Informan Penelitian
No. Nama Informan Jabatan Jumlah
1. Mohammad Andi
Trevino
Bendahara DPD REI Provinsi
Lampung
1 orang
Direktur Pengembang Rumah
Bersubsidi
2. Erwin Feriyanto Kepala Bagian Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Satuan Kerja
(SatKer) Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Provinsi Lampung
1 orang
3. 1. Ibu Maemunah
2. Bapak Suryadi
Masyarakat yang membeli Rumah
Bersubsidi (yang sudah dan akan
membeli)
2 orang
4 orang
E. Sumber dan Jenis Data
Sutopo (2006: 56) mengemukakan bahwa jenis data dikelompokkan berdasarkan
jenis dan posisinya, mulai dari yang paling nyata sampai dengan yang paling
samar-samar dan mulai dari yang paling terlibat sampai dengan yang bersifat
sekunder. Sumber data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti sumber data tertulis. Sumber
data dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Data primer yang digunakan adalah berasal dari hasil wawancara. Sumber data
ditulis atau direkam (Sutopo (2006 : 57). Wawancara dilakukan kepada
informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara
mengenai evaluasi kebijakan pemberian subsidi perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah.
35
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada
(Sutopo, 2006: 58). Data sekunder digunakan sebagai pendukung guna
mencari fakta yang sebenarnya. Data sekunder juga diperlukan untuk
melengkapi informasi dalam rangka mencocokkan data yang diperoleh.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau cara yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah proses pengumpulan data yang perlu dari sumber-
sumber tertulis, berupa laporan dalam membantu penyempurnaan data-data
yang diperoleh sebelumnya antara lain berupa literatur atau buku-buku
penunjang sebagai bahan acuan tinjauan pustaka, data-data mengenai
kebijakan program Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam pemberian
subsidi perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
2. Wawancara
Wawancara menurut Suyanto dan Sutinah (2011: 21) adalah proses
percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,
kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan oleh
dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
yang diwawancarai (interviewed).
36
G. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.
Menurut Moleong (2010: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
metode. Pada triangulasi dengan metode, Patton dalam Moleong (2010: 331)
menjelaskan terdapat dua strategi triangulasi, yaitu: (1) pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan
(2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
Menurut Bungin, triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap
penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan
metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi
sesuai dengan informasi yang diberikan ketika diinterview. Begitu pula teknik
yang dilakukan untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika di-
interview dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda.
Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya
adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. (Bungin,
2011: 265).
37
H. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui penelitian, kemudian penulis melakukan
pengolahan data tersebut sesuai dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan
(Suyanto dan Sutinah, 2011: 27). Setelah data yang yang diperoleh dari lapangan
telah terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah mengolah data dengan teknik
sebagai berikut :
1. Editing, yaitu cara yang digunakan untuk meneliti kembali data yang telah
diperoleh dari lapangan baik diperoleh dari kuesioner, wawancara maupun
dokumentasi.
2. Tabulasi, yaitu menyusun data ke dalam bentuk tabel yang telah di proses dan
di susun ke dalam suatu pola tertentu agar sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah dibuat agar tersusun secara berurutan.
3. Interpretasi, yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran hasil penelitian
untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang
diperoleh dengan data lain.
I. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan pengujian data, penelitian akan merekam proses wawancara
dan kemudian melakukan transkrip hasil wawancara tersebut ke dalam bentuk
teks, untuk menambah validitas data, akan diberikan surat konfirmasi atas
kebenaran transkrip wawancara yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, peneliti akan melakukan analisis
dengan menggunakan teknik analisis dari Miles & Huberman (Gunawan, 2014:
38
210-212), yaitu tiga langkah pengolahan data dalam penelitian kualitatif, yaitu :
reduksi data (data reduction), paparan data (data display), dan penarikan
kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying). Pada pelaksanaannya
tahapan ini tidak dilakukan secara beruntutan, namun secara luwes dan fleksibel,
disebut juga sebagai model interaktif dikarenakan proses-proses tersebut saling
berhubungan dan bereaksi selama dan sesudah proses pengumpulan data.
1. Reduksi data (data reduction)
Di tahap ini, peneliti akan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk
melakukan pengumpulan data.
2. Paparan data (data display)
Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan
sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis
sajian data.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying).
Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab pertanyaan
pada fokus penelitian melalui hasil analisis data. Simpulan tersebut kemudian
disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada
kajian penelitian.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dan saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) merupakan intervensi yang
dilakukan pemerintah dalam penyediaan rumah layak huni kepada Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) sudah berjalan secara bertahap setiap tahunnya, di
mana pelaksanaannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia NoMOR 13/PRT/M/2016 tentang Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) sebagai berikut :
a. Bentuk Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya yaitu pemerintah melakukan
pembangunan rumah layak huni bersubsidi kepada masyarakat MBR.
b. Jenis kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya merupakan program
pemerintah untuk membantu mendanai kepemilikan rumah masyarakat yang
akan diberikan subsidi berupa keringanan kredit atau uang muka.
c. Persyaratan penerimaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya secara umum
adalah memiliki KTP, tidak memiliki rumah, belum pernah menerima subsidi
perolehan rumah berupa pemilikan rumah dari Pemerintah, memiliki Nomor
83
Pokok Wajib Pajak (NPWP), memiliki SPT Tahunan PPH Orang Pribadi dan
memiliki penghasilan tidak melebihi batas penghasilan sesuai syarat.
d. Penetapan lokasi dan calon penerima bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
dilakukan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Perumahan Swadaya Kementerian
PUPR dan Pemerintah Daerah setempat.
e. Penyaluran Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dilakukan setelah calon
penerima bantuan telah memenuhi seluruh persyaratan selaku penerima bantuan
BSPS.
f. Pembinaan pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dilakukan
sebagai upaya memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi
masyarakat.
g. Pemantauan dan evaluasi Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, di
mana pemantauan dilakukan melalui sistem berbasis teknologi komunikasi
jaringan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Perumahan Swadaya Kementerian
PUPR dan evaluasi dilakukan untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan
pelaksanaan kegiatan ke depan yang lebih baik oleh Direktorat Jenderal
(Ditjen) Perumahan Swadaya Kementerian PUPR dan pemerintah daerah
setempat.
2. Berdasarkan kriteria evaluasi Pelaksanaan program bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota
Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa terdapat pelaksanaannya yang telah
tercapai dan ada yang belum tercapai sepenuhnya. Adapun pelaksanaan yang
telah tercapai yaitu pada indikator efisiensi dan ketepatan, sedangkan pada
84
indikator efektivitas kecukupan, perataan dan responsivitas hingga saat ini belum
tercapai sepenuhnya.
B. Saran
1. Untuk memperluas Program bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Provinsi Lampung pada umumnya
dan Kota Bandar Lampung pada khususnya maka perlu peningkatkan intervensi
oleh Kementerian/Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pemerintah
daerah untuk lebih memberikan kemudahan kepda stakeholder yaitu kemudahan
kepada pengembang perumahan yang berpartisipasi dalam hal pengurusan dan
pembebasan lahan, kemudahan perizinan serta meningkatkan sinergitas
Perbankan dan stakeholder lainnya seperti industri bahan bangunan dalam
menyiapkan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Program BSPS saat ini belum seluruhnya terlaksana di seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Lampung akibat belum siapnya infrastruktur di daerah. oleh karena itu
Pemerintah Provinsi harus memberikan pendampingan kepada Kabupaten yang
belum dapat melaksanakan Program BSPS untuk segera menyiapkan sarana dan
prasarana di daerahnya masing-masing agar pengadaan perumahan bersubsidi ini
dapat merata di seluruh Provinsi Lampung.
3. Masih perlunya sosialisasi dari seluruh pemangku kepentingan dalam Program
bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) di Provinsi Lampung yang lebih gencar agar serapan perumahan
bersubsidi ini oleh masyarakat berpenghasilan rendah dapat semakin meningkat di
masa yang akan datang.
85
4. Salah satu penyebab belum tercapainya target penjualan rumah bersubsidi yang
adalah disebabkan masih adanya Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang belum
mampu untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membayar atau
mengangsur kredit pemilikan rumah (KPR) kepada pihak Perbankan. Oleh karena
itu kiranya pihak Perbankan dapat memberikan kebijakan untuk dapat
menurunkan suku bunga kredit Perbankan sehingga tingkat serapan penjualan
rumah bersubsidi semakin dapat dinikmati oleh masyarakat luas yang
berpenghasilan rendah.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2009. Evaluasi Program
Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Kencana Prenada
Media Group. Jakarta.
Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Salemba Empat.
Jakarta.
Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif). UII Press. Yogyakarta.
Isaac, Stephen dan Michael. 1984. Handbook in Research and Evaluation. Edit
Publisher. California.
Moleong, Lexy J.. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Mulyatiningsih, Endang. 2011. Evaluasi Proses Suatu Program. Bumi Aksara.
Jakarta.
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Panudju. Bambang. 2009. Pengadaan Perumahan Kota Dengan Peran Serta
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. PT. Alumni. Bandung.
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Uzer, Mohammad Usman. 2003. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Wahab, Solichin. 2014. Analisis Kebijakan Publik : Dari Formulasi Ke
Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Bumi Aksara.
Jakarta.
Wirawan. 2015. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Salemba Empat.
Jakarta.
Yudhohusodo, Siswono. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat. Yayasan Padamu
Negeri. Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Peraturan Menteri Nomor 20/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas
Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Perolehan Rumah Melalui
Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.13/PRT/M/2016
Tentang BSPS.
C. Jurnal
Nugroho, Bagas Akhmad Adi. 2015. Kebijakan Pembiayaan Kredit Perumahan
Rakyat (KPR) Sejahtera Susun Sebagai Solusi Kebutuhan Perumahan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Pada Bank Tabungan Negara
(BTN) Cabang Solo Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan dalam Rangka
Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah
Sejahtera (FLPP). Universitas Sebelas Maret. Solo.
Meutia, Intan Fitri 2012. Evaluasi Grand Strategy Kepolisian Negara Republik
Indonesia Tahap I “Trust Building” Periode 2005-2010, Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Marchat, Dewi Wulandari. 2011. Keefektivan Kebijakan Pemberian Subsidi.
KPR/BTN Serta Sarana Dan Prasarana Permukiman di Perumnas Pucang
Gading Cabang Semarang. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Isabella, Julio Sesar. Amaliatulwalidain. 2017. Evaluasi Program Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (Desa Rejo Mulyo Kecamatan Way
Serdang Kabupaten Mesuji Tahun 2014). Jurnal Pemerintahan dan Politik
Volume 2 No. 1 Januari 2017.
D. Sumber Internet
http://sumaterapost.co/. Diakses pada Kamis, 13 Desember 2018, Pukul 19.12
WIB.
https://www.rumah.com/., Diakses pada Hari Rabu, 12 Desember 2018, Pukul
13.56 WIB.
https://ekbis.sindonews.com/., Diakses pada Hari Rabu, 12 Desember, Pukul
13.56 WIB.
https://www.rumah.com/., Diakses Hari Rabu, 12 Desember, Pukul 13.56 WIB..