EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ......

191
EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH PULAU BIAWAK DAN SEKITARNYA KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT LERI NURIADI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ......

Page 1: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH

PULAU BIAWAK DAN SEKITARNYA KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT

LERI NURIADI

SEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

Page 2: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2012

Leri NuriadiNRP. C252080444

Page 3: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober
Page 4: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

ABSTRACT

LERI NURIADI. Coral Reefs Management Evaluation at Marine Conservation Area of Biawak Islands of Indramayu, West Java Province. Under direction of SULISTIONO and GATOT YULIANTO.

The research was conducted in Marine Conservastion Area of Biawak Island of Indramayu, West Java Province. The Marine Conservastion Area is located in the Java Sea, northern part of the Indramayu District which familiar with high pressure from fishings, industries, and other human activities. The objective of the research were to assess condition of coral reefs, to assess role and importance of key stakeholders in the coral reef management and to evaluate current its management and recommend to better coral reef management in the area. I employed Line Intercept Transect, Visual Cencus Methods, Reef Check Benthos, Household interview and Expert interview to collect biophysical and socio-economic data. Coral reefs condition categorized as bad to medium condition with percent coral cover variated among 22,7±5,9% to 45,7±13,2%, 13 families and 39 genuses were found. The density of reef fishes were variated among 5.967±1.767 ind/ha to 20.433±10.355 ind/ha with 85 species and 18 families and the density of benthos were variated among 2.000±1.000 ind/ha to 14.667±14.964 with 29 species and 23 families. Result showed that anthropogenic activities gaves high pressure on coral reef condition. Destructive fishing still practiced around the protected area. Law enforcement, surveillance and monitoring actions were not implemented well. Government institution and private sectors need to be collaborated to create good coral reefs management. Collaboration among stakeholders became the key to successful MPA management. Implementation of management policy need to be focused on protect and conserve coral reefs to restore the condition.

Keywords: marine conservation area, coral reefs, stakeholders, coral reefs management

Page 5: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober
Page 6: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

RINGKASAN

LERI NURIADI. Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh SULISTIONO and GATOT YULIANTO.

Pulau Biawak dan sekitarnya di perairan Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) pada tahun 2004 melalui Surat Keputusan Bupati Indramayu nomor 556/Kep.528-Diskanla/2004 yang dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004 tentang Penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut. Salah satu tujuan penetapannya adalah perlindungan habitat dan populasi sumberdaya hayati, diharapkan dapat mempertahankan kondisi ekosistem dan memberikan dampak positif terhadap sumberdaya kelautan di wilayah perairan Indramayu baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Sejak Tahun 2006, pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya secara hukum dilaksanakan oleh Forum Pengelola KKLD Kab. Indramayu berdasarkan Surat Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla/2006 tentang Pembentukan Forum Pengelola KKLD Kab. Indramayu.

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki ekosistem pesisir penting yang salah satunya adalah terumbu karang. Luas sebaran terumbu karang di Pulau Biawak adalah 21,43 ha, Pulau Gosong seluas 37,06 ha dan Pulau Candikian seluas 42,79 ha (LAPAN 2006, diacu dalam Nurhakim 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, mengkaji peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya ekosistem terumbu karang, dan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terumbu karang serta memberikan saran/rekomendasi kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lestari dan berkelanjutan pasca penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai kawasan konservasi laut daerah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Agustus 2010 di Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak dan sekitarnya, Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Data dan informasi yang dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi penelitian, persentase tutupan terumbu karang serta peran dan fungsi stakeholder terkait.

Kondisi terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya sejak ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan tidak memperlihatkan perubahan yang lebih baik. Berdasarkan hasil pengamatan tahun 2010, kondisi tutupan karang pada setiap stasiun pengamatan tergolong pada kategori buruk hingga sedang dengan kisaran tutupan karang hidup antara 22,7±5,9% – 45,7±13,2%. Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang menyebabkan rusaknya terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya disebabkan oleh masih adanya kegiatan antropogenik yang tidak ramah lingkungan diantaranya penangkapan ikan dengan bahan beracun, penangkapan ikan dengan bahan peledak, pencemaran minyak dan turun naik jangkar kapal. Perilaku dari kegiatan antropogenik ini terjadi karena masih lemahnya pengawasan di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Beberapa faktor yang menyebabkan lemahnya

Page 7: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

pengawasan diantaranya adalah: a) Jarak dari daratan menuju pulau Biawak cukup jauh kurang lebih 50 km; b) Sumberdaya manusia belum memenuhi; dan c) pendanaan masih mengandalkan pada dana APBD. Faktor antopogenik ini menjadi ancaman yang harus segera mendapat perhatian dari pengelola kawasan dengan melakukan respon terhadapnya.

Rencana operasional pengelolaan KKLD di titikberatkan kepada kegiatan pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi terumbu karang terutama mengurangi laju degradasi terumbu karang, dengan pelaksanaan program-program seperti: a) peningkatan pengawasan KKLD dan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi; b) pengembangan program rehabilitasi karang; dan c) Pengembangan kegiatan penelitian (research) terumbu karang.

Partispasi dari berbagai stakeholder yang terkait sangat penting dalam pengelolaan terumbu karang. Peran insitusi pemerintah dan swasta perlu diperhatikan dan diakomodir oleh pengambil kebijakan terkait pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Dengan adanya kolaborasi dan kerjasama yang baik, diharapkan setiap hambatan dalam pengelolaan terumbu karang dapat teratasi dan kondisi terumbu karang semakin baik.

Page 8: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPBDilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB

Page 9: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober
Page 10: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH

PULAU BIAWAK DAN SEKITARNYA KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT

Page 11: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

LERI NURIADI

Tesissebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2012

Page 12: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Handoko Adi Susanto, M.Sc.

Judul Tesis : Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.

Nama Mahasiswa : Leri Nuriadi

Nomor Pokok : C252080444

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Page 13: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

Disetujui,

Diketahui,

Tanggal Ujian: 17 April 2012 Tanggal Lulus:

Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc.Ketua Komisi

Ir. Gatot Yulianto, M.Si.Anggota Komisi

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA . Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Page 14: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober
Page 15: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

PRAKATA

Puji syukur atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan oleh-Nya hingga tesis dengan judul “Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat.” dapat terselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Master of Sains pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir Sulistiono, M.Sc. dan Ir. Gatot Yulianto, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing atas arahan dan bimbingannya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan;

2. Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan beserta seluruh staf;

3. Dr. Ir. Handoko Adi Susanto, M.Sc. sebagai penguji luar atas arahan dan masukan untuk perbaikan tesis ini;

4. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI melalui Program COREMAP II yang telah mensponsori beasiswa pendidikan ini;

5. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu beserta staf atas keramahtamahan dan bantuannya;

6. Istri tercinta, Anita Syamsudin, S.Pi., yang senantiasa setia mendampingi dan memotivasi dalam meraih cita-cita;

7. Kedua orang tua, Ibu serta Bapak mertua yang selalu memberi semangat terselesaikannya tesis ini;

8. Pak Tasid beserta keluarga atas peminjaman perahu, Jimmy, Luki, Andra, Ratih, yang telah membantu dalam pengambilan data lapangan serta Heri Rasdiana dan Sukendi Darmasyah yang telah bersama-sama melakukan penelitian di Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat;

9. Rekan-rekan Program Studi SPL angkatan 2008 yang telah menjadi teman diskusi, memberikan saran dan masukan dalam penyusunan tesis ini;

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan masyarakat umum yang membaca dan membutuhkan.

Page 16: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

Bogor, Juni 2012

Leri Nuriadi

Page 17: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober 1978 dari Bapak Drs. Dede Satriadi dan Ibu Leni Nurlena sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang diselesaikan pada tahun 2002. Penulis diterima menjadi CPNS Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2005 sebagai pelaksana pada Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. Pada tahun 2008 penulis diberi kesempatan mengikuti Program Magister Sains di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL) dengan bantuan dana dari COREMAP –World Bank.

Page 18: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xix

xix

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xxi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xxvii

1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 8

2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11

2.1 Terumbu Karang ............................................................................. 11

2.2 Ikan Karang ..................................................................................... 13

2.3 Degradasi Ekosistem Terumbu Karang ........................................... 15

2.4 Pengelolaan Terumbu Karang ......................................................... 18

2.5 Kawasan Konservasi Laut ............................................................... 20

2.6 Stakeholder Pengelolaan Terumbu Karang ..................................... 22

2.7 Kebijakan Operasional Pengelolaan Terumbu Karang ..................... 23

3 METODE ................................................................................................ 27

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 27

3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 28

3.3 Analisis Data ................................................................................... 32

3.4 Analisis Stakeholder.......................................................................... 34

3.5 Analisis Kebijakan ........................................................................... 35

4 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 37

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 37

4.2 Kondisi Terumbu Karang ................................................................ 42

4.2.1 Persentase Tutupan Karang ...................................................... 42

4.2.2 Kondisi Ikan Karang ................................................................ 51

4.2.3 Kondisi Benthos ...................................................................... 60

4.3 Peran dan Kepentingan Stakeholder ................................................ 66

4.4 Kebijakan Operasional Pengelolaan Terumbu Karang .................... 69

5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 81

5.1 Kondisi Terumbu Karang ................................................................. 81

5.2 Peran dan Kepentingan Stakeholder ................................................ 88

5.3 Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang ........................................... 93

Page 19: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xx

xix

6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 105

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 105

6.2 Saran ................................................................................................. 106

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 109

LAMPIRAN ................................................................................................. 117

Page 20: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxi

xxi

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Dampak kegiatan manusia pada ekosistem terumbu karang .................. 16

2 Manfaat dan kerugian yang disebabkan oleh ancaman terhadap terumbu

karang (dalam ribuan US$ km-2

) ............................................................ 17

3 Lokasi dan koordinat stasiun pengamatan .............................................. 27

4 Kategori kondisi persentase tutupan karang hidup ................................ 32

5 Kategori kelimpahan ikan karang ........................................................... 33

6 Parameter fisik perairan Pulau Biawak dan sekitarnya .......................... 41

7 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Tahun 2010.............................................................................................. 50

8 Kelimpahan ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya per stasiun

pengamatan ............................................................................................. 51

9 Kelompok ikan indikator yang ditemukan di Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 57

10 Kelompok ikan target yang ditemukan di Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 58

11 Kelompok ikan mayor yang ditemukan di Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 59

12 Kelimpahan benthos di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ............... 60

13 Daftar stakeholder pengelolaan terumbu karang di KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya ................................................................. 67

14 Matriks analisis stakeholder ................................................................... 68

15 Faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) pada KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya ......................................................................................... 73

16 Hasil analisis komponen SWOT KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya . 73

17 Hasil analisis faktor kekuatan pengelolaan terumbu karang .................. 75

18 Hasil analisis faktor kelemahan pengelolaan terumbu karang ............... 76

19 Hasil analisis faktor peluang pengelolaan terumbu karang .................... 77

20 Hasil analisis faktor ancaman pengelolaan terumbu karang .................. 78

21 Hasil analisis kebijakan pengelolaan terumbu karang ........................... 70

22 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun

2003 ......................................................................................................... 87

23 Peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang

di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ................................................. 92

Page 21: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxii

xxi

24 Respon terhadap pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya ......................................................................................... 103

Page 22: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxiii

xxiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Skema kerangka pemikiran penelitian ................................................... 10

2 Peta stasiun pengamatan ........................................................................ 28

3 Metode pengumpulan data karang, ikan karang dan benthos ................. 30

4 Contoh tabel stakeholder dan analisis stakeholder ................................ 34

5 Contoh format analisis stakeholder ........................................................ 35

6 Format stakeholder grid dalam analisis stakeholder ............................. 35

7 Hirarki Analisis A’WOT ........................................................................ 36

8 Satwa endemik di Pulau Biawak (Biawak dari jenis Varanus salvator) 37

9 Gerbang masuk Pulau Biawak ............................................................... 38

10 Kondisi Terumbu Karang Pulau Biawak dengan kehadiran genus

Porites sp terbesar ................................................................................. 42

11 Kegiatan sampling terumbu karang dengan metode TGM .................... 42

12 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 1 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling ............................................................... 43

13 Karang dengan persen tutupan tebesar di stasiun 1, Gambar

A: Porites sp, Gambar B: Turbinaria sp ................................................ 44

14 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 2 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling ............................................................... 44

15 Karang dengan persen tutupan terbesar di stasiun 2, Gambar A:

Acropora, Gambar B: Diploastrea .......................................................... 45

16 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 3 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling ............................................................... 45

17 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 4 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling ............................................................... 46

18 Karang Pocillopora dengan persen tutupan terbesar di stasiun 4 .......... 47

19 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling. ............................................................. 47

20 Persentase tutupan karang setiap stasiun ................................................ 48

21 Grafik persepsi masyarakat terhadap kegiatan yang merusak

terumbu karang ....................................................................................... 50

22 Grafik kelimpahan ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya per stasiun

pengamatan ............................................................................................ 51

Page 23: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxiv

xxiii

23 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 1 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling .................................................................................................. 52

24 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 2 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling................................................................................................... 53

25 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 3 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling .................................................................................................. 53

26 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 4 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling .................................................................................................. 54

27 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling................................................................................................... 55

28 Grafik kelimpahan kelompok ikan setiap stasiun ................................... 56

29 Grafik kelimpahan benthos di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

(ind/ha)..................................................................................................... 60

30 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 1 di kedalaman 3 m dan 10 m

pada setiap titik sampling ........................................................................ 61

31 Acanthaster plancii di lokasi pengamatan .............................................. 62

32 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 2 di kedalaman 3 m dan 10 m

pada setiap titik sampling ........................................................................ 62

33 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 3 di kedalaman 3 m dan 10 m

pada setiap titik sampling ....................................................................... 63

34 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 4 di kedalaman 3 m dan 10 m

pada setiap titik sampling ....................................................................... 64

35 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan 10 m

pada setiap titik sampling ....................................................................... 65

36 Grafik kelimpahan benthos setiap stasiun ............................................... 66

37 Stakeholder Grid pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ..... 69

38 Grafik persepsi masyarakat terkait pengelolaan terumbu karang ........... 71

39 Grafik prioritas faktor SWOT terhadap kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya .......................................... 73

40 Grafik prioritas faktor kekuatan terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ........................... 75

41 Grafik prioritas faktor kelemahan terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ........................... 76

42 Grafik persepsi masyarakat terhadap pengawasan terumbu karang ....... 77

Page 24: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxv

xxiii

43 Grafik prioritas faktor peluang terhadap kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ......................................... 77

44 Grafik prioritas faktor ancaman terhadap kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ......................................... 78

45 Grafik prioritas terhadap alternatif kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ......................................... 79

46 Skema pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya ............................................................................................... 82

47 Coral Bleaching, indikasi dari penangkapan ikan dengan sianida ......... 83

48 Patahan karang indikasi penangkapan ikan dengan bahan peledak ....... 84

49 Pencemaran minyak di pesisir Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun

2005 ........................................................................................................ 86

50 Skema peran stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya .................................................................. 88

51 Peran DPRD dalam Proses penyusunan APBD ..................................... 90

52 Persepsi masyarakat terhadap pengawasan di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya ......................................................................................... 97

53 Kegiatan transplantasi karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya . 100

54 Kegiatan demplot budidaya terumbu karang di Kab. Indramayu .......... 100

55 Kegiatan pelatihan transplantasi karang di Kab. Indramayu ................. 102

xxv

Page 25: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

xxvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Jenis dan persen kehadiran karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya ............................................................................................... 119

2 Jenis dan distribusi kehadiran ikan di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 120

3 Jenis dan distribusi kehadiran benthos di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 122

4 Surat Keputusan Penetapan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ....... 123

5 Surat Keputusan Forum Pengelola KKLD Indramayu Tahun 2006 ...... 125

6 Surat Keputusan Forum Pengelola KKLD Indramayu Tahun 2007 ...... 129

7 Kuesioner analisis stakeholder ................................................................ 134

8 Kuesioner persepsi masyarakat terhadap 7 kebijakan operasional

pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya .. 146

9 Kuesioner Analisis A’WOT Pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya ................................................................................................ 151

Page 26: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi

keberlanjutan sumberdaya yang ada di kawasan pesisir dan lautan. Ekosistem ini

tumbuh umumnya di daerah tropis. Ekosistem terumbu karang memiliki

produktivitas primer yang tinggi, yaitu bisa mencapai lebih dari 10 kgC/m2/tahun,

dibandingkan dengan produktivitas perairan laut lepas pantai, yang hanya berkisar

antara 50–100 mgC/m2/tahun (Supriharyono 2007). Tingginya produktivitas

primer di daerah terumbu karang ini menyebabkan terjadinya pengumpulan

hewan-hewan yang beranekaragam, seperti ikan, udang, moluska (kerang-

kerangan) dan lainnya (Supriharyono 2007). Luas terumbu karang di perairan

Indonesia diperkirakan sekitar 85.707 km2 yang terdiri dari 50.223 km2 terumbu

penghalang, 19.540 km2 terumbu cincin (atol), 14.542 km2 terumbu tepi, dan

1.402 km2 oceanic platform reef (Tomascik et al. 1997, in Dahuri 2003).

Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting sebagai tempat

memijah, mencari makan, daerah asuhan bagi biota laut dan sebagai sumber

plasma nutfah. Terumbu karang juga merupakan sumber makanan dan bahan baku

substansi bioaktif yang berguna dalam farmasi dan kedokteran. Selain itu terumbu

karang juga mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya yaitu sebagai

pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.

Terumbu karang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia,

sehingga layak mendapat perhatian yang khusus. Besar tutupan karang di dunia

tidak lebih dari 1% dari luas wilayah lautan, namun dapat menyokong kehidupan

hampir sepertiga dari jumlah spesies ikan laut di dunia, menyediakan sekitar 10%

dari total jumlah ikan yang di konsumsi oleh manusia, dan dapat menjadi objek

yang penting dalam industri wisata (Rinkevich 2008).

Tutupan karang mengalami penurunan hingga 1% sebelum tahun 1997,

dan meningkat menjadi 2% antara tahun 1997 dan 2003 (Rinkevich 2008).

Sebagai perbandingan, terumbu karang mengalami penurunan lebih cepat

Page 27: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

2

dibandingkan dengan hutan daratan sekitar 2%/tahun (Bruno dan Selig 2007).

Berdasarkan hasil penelitian P3O LIPI pada tahun 1996, kondisi terumbu

karang di Indonesia 7% dalam kondisi sangat baik, 33% kondisi baik, 46% rusak

dan 15% lainnya dalam kondisi sudah kritis (Supriharyono 2007). Penelitian pada

tahun 2008 menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Indonesia adalah

5,47% kondisi sangat baik, 25,48% kondisi baik, 37,06% kondisi cukup, dan

31,98% dalam kondisi rusak, penelitian ini dilakukan di 985 lokasi (Suharsono

2008). Data kondisi terumbu karang di Indonesia pada tahun 2009 tidak jauh

berbeda dengan nilai 5,56% kondisi sangat baik, 25,89% kondisi baik, 37,10%

kondisi cukup dan 31,45% kondisi kurang/rusak.

Ditinjau dari aspek ekonomi, terumbu karang memberikan sumbangan

yang cukup besar untuk sektor perikanan. Menurut Cesar (2006) in Sjafrie (2010)

menyatakan bahwa terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik

dapat menyumbangkan 18 ton ikan per km2 per tahun, kategori baik sebesar 13

ton/km2/tahun, dan kategori cukup sebesar 8 ton/km2/tahun. Apabila

dikalkulasikan secara ekonomi, nilai terumbu karang yang ada di perairan

Indonesia adalah sebesar 4,2 milyar US$ dari aspek perikanan, wisata dan

perlindungan laut.

Tingkat kerusakan terumbu karang di Indonesia sangat bervariasi.

Kerusakan berat lebih ditemukan di bagian barat Indonesia dibandingkan dengan

bagian timur. Tutupan karang hidup di bagian barat kurang dari 50% bahkan ada

yang lebih rendah dari 25%, sedangkan bagian tengah Indonesia memiliki kondisi

lebih baik dimana lebih dari 30% karang hidupnya dalam keadaan yang baik, dan

di bagian timur kondisinya lebih baik lagi dibanding bagian barat dan tengah

(Hidayati 2003).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi atau kerusakan

ekosistem terumbu karang dilihat dari penyebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu

kerusakan karena alam dan kerusakan karena aktivitas manusia atau antropogenik.

Kerusakan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh alam antara lain

melalui pemanasan global, bencana alam seperti angin taufan, gempa tektonik,

banjir, tsunami, serta fenomena alam lainnya. Aktivitas manusia atau

antropogenik yang dapat merusak ekosistem terumbu karang diantaranya adalah

Page 28: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

3

penggunaan alat tangkap ikan yang membahayakan kehidupan karang seperti

penggunaan bahan peledak dan bahan beracun, penambangan karang, dan

pembuangan limbah baik dari aktivitas industri maupun rumah tangga yang ada di

daerah daratan (Supriharyono 2007).

Dalam rangka penyelamatan terumbu karang, berbagai usaha telah

dilakukan baik secara lokal, regional maupun nasional. Upaya penyelamatan

terumbu karang merupakan tanggung jawab semua pihak, baik itu pemerintah

maupun swasta. Salah satu upaya yang dikembangkan baik oleh pemerintah

maupun swasta adalah program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang.

Salah satu upaya pemerintah untuk melindungi suatu kawasan laut dengan

ekosistem terumbu karang adalah dengan menetapkan kawasan perairan menjadi

kawasan konservasi perairan. Konservasi sumberdaya terumbu karang merupakan

salah satu implementasi pengelolaan ekosistem terumbu karang, dimana kawasan

konservasi ini biasanya dilindungi oleh hukum, sehingga sering disebut pula

sebagai kawasan lindung. Salah satu upaya perlindungan terhadap terumbu karang

melalui pembentukan Kawasan Konservasi Perairan atau Kawasan Konservasi

Laut Daerah.

Perencanaan pendirian Kawasan Konservasi Laut pertama kali masuk

dalam program pemerintah Indonesia pada Repelita V (1988-1993) dengan tujuan

mendirikan Kawasan Konservasi Laut seluas 10 juta ha. Luas areal konservasi

tersebut ditargetkan 10% dari luas batas daerah laut teritorial yang dijadikan

tujuan konservasi. Diperkirakan bahwa areal seluas itu dapat mewakili seluruh

contoh ekosistem yang terdapat di daerah pesisir dan laut (Dahuri 2003).

Pembentukan Kawasan Konservasi Laut kemudian mendapat payung

hukum melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dalam Undang-undang tersebut

disebutkan bahwa untuk menjaga agar pemanfaatan sumber daya alam hayati

dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan langkah-langkah

konservasi sehingga sumber daya alam hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara

dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu

sendiri. Upaya konservasi sumberdaya hayati di daerah dilandasi dengan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pada pasal

Page 29: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

4

10 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut adalah

eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya. Undang-Undang

tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya di revisi dengan dikeluarkannya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan direvisi lagi dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Selanjutnya amanat konservasi

ekosistem tercantum dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan Bab IV pasal 13 yang menyebutkan bahwa dalam rangka pengelolaan

sumberdaya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis, dan

konservasi genetika ikan.

Sampai dengan tahun 2010, Indonesia telah menetapkan kurang lebih

sebanyak 36 Kawasan Konservasi Laut Daerah yang tersebar dari wilayah barat

sampai wilayah timur Indonesia. Jumlah luasan kawasan konservasi yang dapat

dicapai oleh pemerintah Indonesia mencapai ±13,5 juta ha. Pemerintah Indonesia

menetapkan angka 20 juta ha sebagai target capaian penetapan kawasan

konservasi laut di tahun 2020.

Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di wilayah barat

Indonesia yang memiliki perairan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Keanekaragaman hayati yang tinggi ini ditandai dengan keberadaan tiga pulau di

wilayah utara yaitu Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Pulau

Biawak merupakan kawasan yang memiliki berbagai macam ekosistem yaitu

ekosistem mangrove, ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang.

Ekosistem terumbu karang hampir mengelilingi seluruh pulau. Menurut LAPAN

(2006) in Nurhakim (2009), luas sebaran terumbu karang di Pulau Biawak adalah

21,43 ha, Pulau Gosong seluas 37,06 ha dan Pulau Candikian seluas 42,79 ha.

Karang-karang yang tumbuh di perairan Pulau Biawak didominasi oleh karang

batu (massive) dan karang meja (tabullate). Tipe terumbu karang adalah terumbu

karang tepi (fringing reef) (DKP 2005). Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya

ditetapkan menjadi sebuah kawasan konservasi laut daerah melalui Surat

Keputusan Bupati Indramayu Nomor 556/Kep.528-Diskanla/2004 tentang

Penetapan Pulau Biawak dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata

Laut pada tanggal 7 April 2004.

Page 30: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

5

Dengan diimplementasikannya kawasan konservasi laut daerah sebagai

salah satu bentuk perlindungan terhadap ekosistem terumbu karang, diharapkan

dapat memberikan dampak positif bagi kondisi terumbu karang dan juga dapat

memberikan hasil dan manfaat yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar.

Tantangan selanjutnya dari sebuah penetapan kawasan konservasi laut adalah

upaya pengelolaan kawasan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait untuk

tetap menjaga kelestarian terumbu karang sekaligus memberi manfaat bagi

masyarakat sekitar kawasan yang memiliki ketergantungan dengan keberadaan

ekosistem ini. Dengan pembentukan kawasan konservasi tersebut maka dilakukan

upaya-upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang salah satunya dengan

berpedoman kepada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:

KEP.38/MEN/2004 tentang Pedoman Umum pengelolaan terumbu karang.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembentukan kawasan konservasi laut

daerah harapannya mampu menjadi salah satu alternatif pengelolaan ekosistem

terumbu karang, sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap

kelangsungan hidup terumbu karang dan sumberdaya alam lain yang berada di

sekitarnya, sehingga penulis akan melakukan evaluasi pengelolaan terumbu

karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya,

Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Sejak Tahun 2004 Pulau Biawak dan sekitarnya telah menjadi sebuah

Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) berdasarkan Surat Keputusan Bupati

Indramayu Nomor 556/Kep.528-Diskanla/2004 tentang Penetapan Pulau Biawak

dan Sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut pada tanggal 7

April 2004. Berdasarkan ketetapan ini, KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

dibagi dalam 2 (dua) zonasi, yaitu:

1. Internal Zone, yang merupakan kawasan perlindungan habitat dan

populasi Sumber Daya Hayati,

2. Eksternal Zone, yang merupakan perlindungan dan Pemanfaatan Wisata.

Saat penelitian ini dilaksanakan, keberadaan KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya telah berjalan lebih dari 6 (enam) tahun sejak tahun 2004. Rentang

Page 31: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

6

waktu tersebut diharapkan telah menunjukan adanya perubahan yang positif

terhadap pola-pola upaya konservasi, pemanfaatan dan rehabilitasi sumberdaya

alam yang ada di wilayah tersebut, dan mampu menjaga serta memperbaiki

biodiversitas dan fungsi ekosistem yang terdapat di wilayahnya (Pomeroy et al.

2004). Hal ini sesuai dengan pernyataan Selig dan Bruno (2010) bahwa kondisi

terumbu karang di dalam kawasan yang dilindungi mengalami peningkatan,

sebagai contoh tutupan karang di wilayah Karibia meningkat 0,05% dan di

wilayah Pasifik dan Hindia meningkat 0,08% dalam kurun waktu satu tahun.

Sementara kondisi tutupan karang di wilayah perairan yang tidak dilindungi

mengalami penurunan dengan rata-rata 0,27-0,41% di wilayah Karibia dan 0,43%

di wilayah Pasifik dan Hindia.

Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting yang berada di

dalam KKLD. Secara umum, konservasi terumbu karang seringkali mengalami

kesulitan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi umum dalam

pengelolaan terumbu karang adalah bahwa degradasi tidak hanya disebabkan oleh

peristiwa alam, tetapi juga karena faktor manusia (antropogenik).

Beberapa kegiatan yang masih bisa ditemukan di lokasi KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya terkait aktivitas antropogenik adalah: 1) penangkapan ikan

di wilayah KKLD, bahkan tidak sedikit masih bersifat merusak seperti

penggunaan bom, 2) tempat peristirahatan kapal-kapal nelayan, 3) pengambilan

karang hias oleh nelayan luar Indramayu, 4) pencemaran minyak.

Sekalipun sebuah kawasan sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi

laut, pelanggaran terhadap aturan yang ada masih saja terjadi, hal ini bisa

disebabkan oleh berbagai faktor. Idealnya, sebuah kawasan yang sudah ditetapkan

sebagai kawasan konservasi laut harus mampu mengatur prilaku masyarakatnya,

karena pada intinya, pembentukan kawasan menjadi sebuah kawasan konservasi

laut adalah dalam rangka mengatur prilaku manusianya. Keberhasilan sebuah

kawasan konservasi laut dalam menjaga kelestarian ekosistemnya memerlukan

respon mayarakat yang benar terhadap aturan yang berlaku (Bell et al. 2006).

Respon masyarakat terhadap aturan yang ada sangat dipengaruhi oleh kinerja dari

institusi yang mengeluarkan aturan tersebut. Hal ini berarti sebuah kawasan tidak

cukup hanya sekedar ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut, tetapi harus

Page 32: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

7

didukung oleh suatu upaya pengelolaan yang efektif dari pihak yang bertanggung

jawab sebagai pengelola kawasan konservasi laut tersebut (Martinez et al. 2009).

Secara global, sudah banyak kawasan yang ditetapkan sebagai sebuah

kawasan konservasi laut, tapi sangat disayangkan kebanyakan masih sekedar

“aturan dalam kertas” dengan pengelolaan yang kurang efektif (Hodgson 1999).

Data terkini di wilayah Asia Tenggara, dari 332 kawasan konservasi laut

menunjukkan 14% dikelola dengan efektif, 48% kurang efektif dan 38% tidak

efektif (Pomeroy et al. 2004). Sebanyak 12% terumbu karangnya berada dalam

tekanan (Mora et al. 2006, in Christie dan White 2007) dan proses pengelolaannya

tidak berjalan baik (Christie dan White 2007). Sebuah kawasan konservasi laut

yang dikelola dengan baik merupakan “perhiasan” yang tidak banyak ditemukan

(Sale 2008).

Sebuah kawasan konservasi laut akan ditantang kemampuannya dalam

mencapai tujuan sekalipun dengan permasalahan seperti kurangnya jumlah staf

pengelola, rendahnya dana, logistik dan dukungan teknis, kurangnya informasi

keilmuan, lemahnya kelembagaan, lemahnya pengambilan keputusan, dan

lemahnya dukungan politik (Pomeroy et al. 2004). Masalah lain yang dihadapi

dalam pengelolaan sebuah kawasan konservasi laut adalah kurangnya koordinasi

pada setiap level yang berbeda (Martinez et al. 2009).

Pengelolaan kawasan konservasi laut adalah pengelolaan yang kolektif.

Keberhasilannya tergantung kepada implementasi kerjasama antar setiap

stakeholder seperti organisasi massa, kelompok swasta, kelompok lingkungan

hidup, institusi pemerintah, akademisi, dan masyarakat (Davos 1999). Banyak

kajian yang memperlihatkan bahwa input peran stakeholder sangat mempengaruhi

terhadap output keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi laut (Himes 2007).

Keterlibatan stakeholder adalah kunci sukses keberhasilan sebuah kawasan

konservasi laut (Gleason et al. 2009).

Selanjutnya Gleason et al. (2009) menyatakan bahwa dalam mengelola

kawasan konservasi laut perlu adanya keterpaduan antara sains, stakeholder dan

kebijakan pengelolaan. Dalam rangka merancang sebuah rekomendasi kebijakan

pengelolaan terumbu karang, sangat penting terlebih dahulu mendapatkan

gambaran kondisi terumbu karang yang ada, bagaimana tekanannya dan

Page 33: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

8

bagaimana pengelolaannya (Martinez et al. 2009). Penetapan kawasan menjadi

kawasan konservasi laut adalah upaya yang tepat dalam konservasi terumbu

karang, tetapi disitu ada resiko kegagalan bilamana kawasan tidak dikelola dengan

benar.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis melakukan kajian

tentang evaluasi pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya pasca ditetapkannya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a Mengetahui kondisi ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi

Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya;

b Mengkaji peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu

karang;

c Melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terumbu karang dan

memberikan rekomendasi kebijakan operasional pengelolaan terumbu

karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a Memberikan kontribusi yang baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap pengelolaan terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan;

b Menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Indramayu dalam

pengelolaan terumbu karang;

c Menjadi bahan informasi dan acuan bagi pengelolaan Kawasan Konservasi

Laut Daerah;

d Menambah khasanah akademik bagi studi lebih lanjut tentang pengelolaan

terumbu karang.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya (Pulau Gosong dan Pulau

Candikian) memiliki peran yang sangat penting dalam upaya perlindungan

Page 34: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

9

ekosistem yang terdapat didalamnya. Salah satu ekosistem penting adalah

ekosistem terumbu karang. Menurut Supriharyono (2007) penetapan kawasan

kawasan konservasi merupakan salah satu bentuk pengelolaan ekosistem terumbu

karang.

Sistem pengelolaan terumbu karang dan kawasan konservasi laut telah

banyak dibentuk. Sayangnya, hanya sekitar 14% dari 332 kawasan konservasi laut

dikelola dengan efektif (Pomeroy et al. 2004). Hal ini dikarenakan hanya sedikit

pengelola kawasan yang terlatih dengan baik dan seringkali sedikitnya fasilitas

dalam penegakan hukum terhadap aktivitas yang merusak. Diantara sekian banyak

permasalahan, salah satunya adalah lemahnya koordinasi dan komunikasi antar

stakeholder yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan kawasan (Kunzmann

2002, in Wolff 2009). Penangkapan ikan secara ilegal bahkan masih tercatat

sekalipun di dalam wilayah kawasan konservasi laut yang memiliki pengelolaan

yang baik seperti Great Barrier Reef Marine Park (GBRMP) (Gribble dan

Robertson 1998, in Hodgson 1999).

Kelestarian terumbu karang sepenuhnya ditentukan oleh kepedulian

pemerintah bersama-sama dengan masyarakat setempat untuk mengelolanya

dengan tetap menjamin keberlanjutannya. Oleh karena itu, kesadaran dan

partisipasi aktif dalam setiap program, pengelolaan yang seimbang antara

pemanfaatan dan konservasi menjadi sangat penting.

Peranan stakeholder yang terkait menjadi sangat penting dalam

menentukan keberhasilan pengelolaan terumbu karang di dalam sebuah KKLD.

Stakeholder yang terkait terdiri dari berbagai unsur yaitu pemerintah, swasta,

masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, pelaku bisnis, akademisi, dan lainnya.

Setiap stakeholder memiliki kepentingan masing-masing terhadap keberadaan

terumbu karang dan keberadaan KKLD. Sehingga dalam pelaksanaannya, perlu

adanya aturan dan kebijakan dalam pengelolaan terumbu karang supaya setiap

kepentingan dapat terintegrasi dengan baik.

Pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, salah

satu pedoman yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebijakan

pengelolaan terumbu karang adalah mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan

Page 35: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

10

dan Perikanan Nomor: KEP.38/MEN/2004 tentang pedoman umum pengelolaan

terumbu karang.

Berhasil tidaknya pengelolaan sebuah kawasan konservasi laut sangat

ditentukan oleh faktor internal dan eksternal dalam pengelolaan ekosistem

terumbu karang. Faktor internal meliputi faktor kekuatan dan kelemahan dalam

pengelolaan ekosistem terumbu karang, sementara faktor eksternal adalah faktor

peluang dan ancaman yang ada dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang.

Untuk dapat merumuskan suatu kajian evaluasi pengelolaan ekosistem

terumbu karang, sangat penting untuk mengetahui bagaimana mengintegrasikan

aspek ekologis dan peranan stakeholder dalam suatu program pengelolaan yang

ada, sehingga menjadi sebuah strategi dalam pengelolaan sumberdaya ekosistem

terumbu karang. Berdasarkan konsep pemikiran yang telah diuraikan diatas,

kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian.

Page 36: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terumbu Karang

Terumbu karang (coral reefs) adalah ekosistem yang unik sifatnya.

Terumbu ini dibangun seluruhnya oleh kegiatan biologik. Terumbu karang

merupakan timbunan masif dari CaCO3 yang terutama telah dihasilkan oleh

hewan karang (Filum Cnidaria, Kelas Anthozoa, Ordo Madreporaria=Scleractinia)

dengan tambahan penting dari alga berkapur dan organisme-organisme lain

penghasil kapur (Romimohtarto dan Sri 2007). Terumbu karang menyimpan

sekitar 7x108 tons Carbon per tahun dalam bentuk kalsium karbonat, sehingga

mereka memiliki peranan penting dalam siklus karbon global yang bisa membantu

menetralkan akumulasi karbon dioksida (CO2) sebagai efek rumah kaca di dalam

atmosfer (Wolff 2009).

Sebagai ekosistem dasar laut terumbu karang dengan penghuni utama

karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan

hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri atas

satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang

terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan

spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu

yang disebut koloni. Karang (corals) dibedakan kedalam dua kelompok yaitu

hermatypic dan ahermatypic. Karang hermatypic membentuk terumbu sementara

ahermatypic tidak, pada kebanyakan karang hermatypic di dalam jaringannya

terdapat sel alga yang bersimbiosis dan hidup bersama yaitu zooxanthellae yang

tidak dimiliki oleh kebanyakan karang ahermatypic (Nybakken 1997).

Terdapat tiga tipe struktur terumbu karang di Indonesia, yaitu terumbu tepi

(fringing reef), terumbu penghalang (barrier reef) dan terumbu berbentuk cincin

atau atol (atoll). Terumbu tepi adalah terumbu karang yang berada dekat dan

sejajar dengan garis pantai. Terumbu penghalang serupa dengan terumbu tepi,

dengan kekecualian jarak antara terumbu karang dengan garis pantai atau daratan

cukup jauh, dan umumnya dipisahkan oleh peraian yang dalam. Atol adalah

Page 37: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

12

terumbu tepi yang berbentuk seperti cincin dan ditengahnya terdapat goba (danau)

dengan kedalaman mencapai 45 meter. Selain ketiga kelompok besar tersebut, di

Indonesia terdapat jenis terumbu gosong (patch reef), seperti terumbu karang di

Kepulauan Seribu di utara Pulau Jawa (Dahuri 2003).

Terumbu karang merupakan salah satu dari ekosistem pantai yang

memiliki kenakeragaman hayati dan produktivitas yang tinggi. Tingginya tingkat

keanekaragaman disebabkan antara lain oleh besarnya variasi habitat yang

terdapat di dalam ekosistem terumbu karang. Terumbu karang menempati areal

yang cukup luas dan terdiri atas berbagai bentuk asosiasi yang kompleks, dengan

sejumlah tipe habitat yang berbeda-beda, dan semuanya berada di satu sistem

yang terjalin dalam hubungan fungsional yang harmonis. Indonesia merupakan

pusat segitiga terumbu karang dunia yang dikenal dengan istilah “The Coral

Triangle” yang merupakan kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang

sangat tinggi dengan lebih dari 70 genera dan 500 spesies (Dermawan dan

Mulyana 2008). Nilai produksi primer bersih terumbu karang berkisar 300–5.000

g C (Carbon) m-2 tahun-1, lebih tinggi daripada ekosistem sekitarnya, yaitu hanya

sebesar 20–40 C m-2 tahun-1 (Dahuri 2003). Tingginya produktivitas primer di

perairan terumbu karang memungkinkan perairan ini sering merupakan tempat

pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), dan mencari makan

(feeding ground) dari kebanyakan ikan. Sehingga secara langsung produktivitas

sekunder dari hewan-hewan laut lainnya seperti ikan, udang-udangan (lobster),

dan kerang-kerangan yang berasosiasi dengannya menjadi tinggi pula. Menurut

WWF (1994) in Supriharyono (2008) menyatakan bahwa hasil produksi perikanan

karang bisa mencapai sekitar 10–30 ton/km2/tahun. Dengan luas area karang di

Indonesia sekitar 50.000 km2, maka produksi tahunan ikan karang di Indonesia

mencapai 500.000 – 1.500.000 ton.

Ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis

yang sangat penting diantaranya adalah: (a) pelindung pantai dari hempasan

gelombang, (b) habitat bagi berbagai jenis biota laut, (c) nursery, feeding dan

spawning ground bagi biota laut, (d) penyuplai bahan organik, (e) sumber

biodiversitas dan segala potensinya, (f) peredam proses pemadaman global

melalui mekanisme penyerapan karbon dari udara menjadi deposit karbon di

Page 38: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

13

sedimen, (g) penyedia sumberdaya perikanan ekonomis penting, (h) penyedia

bahan makanan dan obat-obatan, dan (i) daerah pariwisata laut yang sangat indah

(Kusumastanto et al. 2006).

Terumbu karang yang masih baik mempunyai nilai estetika yang tinggi

dan dapat dimanfaatkan pula untuk mendorong industri pariwisata laut. Kegiatan

pariwisata laut yang memberikan kesempatan orang untuk menyelam, mengamati

dan memotret kekayaan serta keindahan bawah air ini tampak semakin

berkembang di Indonesia dan dapat merupakan sumber penghasil devisa (Nontji

2007).

Melihat pentingnya terumbu karang baik sebagai ekosistem maupun

sebagai sumberdaya ekonomi maka perlu untuk menjaga kelestariannya. Sekali

terumbu karang hancur, maka akan sangat sulit dan memerlukan waktu yang

sangat lama untuk memulihkannya kembali seperti sedia kala, itu pun bila masih

mungkin.

2.2 Ikan Karang

Pada daerah terumbu karang, organisme yang paling banyak ditemukan

dalam jumlah besar adalah dari jenis ikan. Sekitar satu pertiga bagian dari semua

spesies ikan hidup pada terumbu karang, sedangkan lainnya memiliki

ketergantungan pada karang, lamun dan mangrove dalam siklus hidupnya

(Hinrichsen 1998, in Dirhamsyah 2005). Indonesia diyakini merupakan salah satu

wilayah di dunia yang kaya akan ikan karang, sekalipun belum ada publikasi yang

komprehensif tentang daftar ikan karang, Indonesia memiliki biodiversitas karang

tertinggi di dunia, terutama di wilayah Indonesia bagian Timur (Allen 2002, in

Dirhamsyah 2005). Dengan jumlahnya yang besar ini, ikan karang menjadi

penyokong hubungan yang ada dalam ekosistem terumbu karang (Nybakken

1997). Kondisi fisik terumbu karang yang kompleks memberikan andil bagi

keragaman dan produktivitas biologinya. Banyak celah dan lubang di terumbu

karang memberikan tempat tinggal, perlindungan, tempat mencari makan dan

berkembang biak bagi ikan dan hewan invertebrata yang berada disekitarnya.

Kelompok-kelompok penting ikan karang meliputi kerapu (groupers), baronang

(rabbit fish), kakatua (parrot fish), surgeon fish, kuniran (goat fish), jacks, hiu

Page 39: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

14

(shark), pari (ray fish), squirre fish, belut laut (eels), croackers, tigawaja (drums),

grunts, priacanthids, dan rudder fish (Supriharyono 2007). Keberadaan ikan

karang sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terumbu karang yang

ditunjukkan oleh persentase penutupan karang hidup. Menurut penelitian kondisi

terumbu karang dengan sistem penangkapan ikan karang secara tradisional

memiliki kondisi karang yang lebih sehat (Hoffman 2002).

Ikan karang terbagi kedalam tiga kelompok yaitu: (1) kelompok ikan

indikator, yaitu ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan

terumbu karang di suatu perairan seperti famili Chaetodontidae; (2) ikan target,

yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi seperti

famili Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae; dan (3) kelompok ikan

mayor, yaitu kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran

lainnya belum diketahui seperti famili Pomacentridae, Scaridae, Acanthuridae,

Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae (Adrim 1993).

Semua jenis ikan pada terumbu karang masuk ke dalam jaring-jaring

makanan dalam beberapa cara sehingga terdapat keseimbangan yang rumit dari

hubungan mangsa-dimangsa. Beberapa kelompok ikan sangat penting bagi

terumbu karang. Ikan kupu-kupu misalnya, yang memakan hanya polip karang.

Ikan ini hanya hadir kalau terdapat karang hidup dan dapat digunakan sebagai

indikator kesehatan dan tutupan karang dengan melihat keanekaragaman jenis dan

banyaknya ikan ini. Ikan kakatua memakan karang dan batuan kapur, dan

membuang butiran-butiran putih yang telah digerus oleh penggiling farengialnya,

mereka penyebab penting erosi terumbu dan pembentuk pasir. Seekor ikan

kakatua dewasa dapat menimbun 500 kg pasir karang/tahun pada terumbu

(Romimohtarto dan Sri 2007).

Pada wilayah kawasan konservasi komunitas ikan dan total biomass ikan

karang lebih besar dibanding komunitas ikan dan biomass ikan diluar kawasan

konservasi. Penelitian ini diteliti dengan melakukan pengamatan underwater

visual cencus (UVC) (Pet-Soede et al. 2001). Berdasarkan hasil penilaian dari 112

penelitian yang dilakukan di 80 kawasan konservasi memperlihatkan peningkatan

ukuran (size) individu dari sebuah organisme, peningkatan biomass dan

keanekaragaman spesies, dan yang lebih mengejutkan lagi dari penelitian ini

Page 40: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

15

adalah peningkatannya terjadi pada jarak 1-3 tahun (Briggs 2005). Menurut

Wantiez et al. (1997) dan Aswani et al. (2007) in Rudi et al. (2009) menyatakan

bahwa kelimpahan spesies, kepadatan dan biomassa ikan pada wilayah yang

mendapat perlindungan lebih tinggi dan lebih signifikan secara statistik dibanding

dengan wilayah yang tidak dilindungi.

2.3 Degradasi Ekosistem Terumbu Karang

Secara umum, kerusakan terumbu karang disebabkan oleh kegiatan

antropogenik dan gangguan alam. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa

kerusakan terumbu karang utamanya disebabkan oleh dampak yang ditimbulkan

oleh aktivitas manusia (Nontji 1999, in Kunzman 2002). Dampak dari

antropogenik terhadap terumbu karang dapat terjadi baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kegitan manusia yang memiliki dampak negatif terhadap terumbu

karang adalah kegiatan penambangan karang, penangkapan ikan yang merusak,

polusi (run off dan tumpahan minyak), pembangunan wilayah pesisir dan

wisatawan yang tidak terkontrol (Nontji 2000). Menurut Burke et al. (2002)

beberapa penyebab kerusakan terumbu karang yaitu: 1) Pembangunan di wilayah

pesisir yang tidak dikelola dengan baik; 2) akivitas di laut antara lain dari kapal

dan pelabuhan termasuk akibat langsung dari pelemparan jangkar; 3) penebangan

hutan dan perubahan tata guna lahan yang menyebabkan peningkatan sedimentasi;

4) penangkapan ikan secara berlebihan; 5) penangkapan ikan dengan

menggunakan bom atau racun; dan 6) perubahan iklim global. Burke et al. (2002)

menambahkan ancaman utama bagi terumbu karang di Indonesia adalah

penangkapan ikan secara berlebihan dan penangkapan ikan yang merusak.

Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan dapat mencapai

64% dari luas keseluruhan, dan mencapai 53% akibat penangkapan ikan dengan

metode yang merusak.

Aktivitas antropogenik memberikan gangguan yang terus menerus,

sementara gangguan dari alam terjadi secara sporadis sehingga perlu waktu yang

cukup lama bagi terumbu karang untuk kembali pada kondisi semula. Beberapa

gangguan alam diantaranya: angin topan, El Nino, gempa bumi dan tsunami, serta

predator.

Page 41: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

16

Kerusakan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari aktivitas manusia

baik di daratan maupun pada ekosistem pesisir dan lautan. Kegiatan manusia di

daratan seperti industri, pertanian, rumah tangga akhirnya dapat menimbulkan

dampak negatif bukan saja pada perairan sungai tetapi juga pada ekosistem

terumbu karang atau pesisir dan lautan. Menurut UNEP (1990) in Dahuri et al.

(2001) sebagian besar (80%) bahan pencemar yang ditemukan di laut berasal dari

kegiatan manusia di daratan (land basic activities).

Secara rinci Bengen (2001) merinci dampak kerusakan terumbu karang

sebagai akibat kegiatan manusia baik di darat maupun di pesisir dan lautan seperti

terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Dampak kegiatan manusia pada ekosistem terumbu karang

No. Kegiatan Dampak Potensial1. Penambangan karang dengan

atau tanpa bahan peledakPerusakan habitat dan kematian masal hewan terumbu

2. Pembuangan limbah panas Meningkatnya suhu air 5-10 oC di atas suhu ambien, dapat mematikan karang dan biota lainnya.

3. Pengundulan hutan di lahan atas

Sedimen hasil erosi dapat mencapai terumbu karang di sekitar muara sungai, sehingga mengakibatkan kekeruhan yang menghambat difusi oksigen ke dalam polip.

4. Pengerukan di sekitar terumbu karang

Meningkatnya kekeruhan yang mengganggu pertumbuhan karang.

5. Kepariwisataan • Peningkatan suhu air karena buangan air pendingin dari pembangkit listrik perhotelan• Pencemaran limbah manusia yang dapat menyebabkan eutrofikasi.• Kerusakan fisik karang karena jangkar kapal• Rusaknya karang oleh penyelam.• Koleksi dan keanekaragaman biota karang menurun.

6. Penangkapan ikan hias dengan menggunakan bahan beracun (misalnya Kalium Sianida)

Mengakibatkan ikan pingsan, mematikan karang dan biota avertebrata.

7. Penangkapan ikan dengan bahan peledak

Mematikan ikan tanpa dikriminasi, karang dan biota avertebrata yang tidak bercangkang.

Sumber: Bengen 2001

Cesar (2000) melaporkan terjadi praktek penangkapan besar–besaran

dengan bahan peledak dan sianida di Indonesia. Penyebabnya adalah permintaan

yang tinggi terhadap ikan karang terutama jenis kerapu (groupers) maupun ikan

Napoleon wrasse. Ikan karang memiliki nilai pasar yang tinggi berkisar US$ 60-

Page 42: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

17

180 per kilo sehingga menyebabkan perburuan ikan karang hampir di seluruh

perairan Indonesia. Untuk menjaga profit yang menggiurkan ini mau tidak mau

supply tetap banyak dan biaya ektraksi harus murah, sehingga masyarakat

beramai-ramai memanen ikan menggunakan bahan peledak dan sianida.

Penangkapan ikan dengan bahan peledak berlangsung sejak Tahun 1930 dan

merupakan kegiatan ilegal, menyebar selama terjadinya perang dunia II dimana

bahan peledak mudah didapatkan.

Jika berbagai ancaman terhadap terumbu karang terjadi, maka kerugian

yang dialami negara akan jauh lebih besar daripada manfaat yang diperoleh. Agar

lebih jelas dapat dilihat data-data pada Tabel 2.

Tabel 2 Manfaat dan kerugian yang disebabkan oleh ancaman terhadap terumbu karang (dalam ribuan US$ km-2)

Fungsi/ Ancaman

Manfaat bersih jumlah manfaat

Kerugian bagi Negara

PerikananPerlindungan pantai

PariwisataLain-nya (*)

Jumlah kerugian (**)

Penangkapan ikan dengan bahan racun

33,3 40,2 0,0 2,6-435,6 n.q 42,8-475,6

Penangkapan ikan dengan peledak

14,6 86,3 8,9-193,0 2,9-481,9 n.q 98,1-761,2

Pengambilan batu karang 121,0 93,6 12,0-260,0 2,9-481,9 >67

(**) 175,5-902,5

Sedimentasi– penebangan kayu

98,0 81,0 - 192,0 n.q 273,0

Sedimentasi- perkotaan n.q n.q n.q n.q n.q n.q

Penangkapan ikan berlebihan

38,5 108,8 - n.q n.q 108,9

Sumber: Cesar (1996) in Dahuri 2003

Keterangan : Selang menunjukkan lokasi nilai rendah dan tinggi atas nilai potensi pariwisata dan perlindungan pantain.q tidak dapat dihitung(*) mencakup kerugian kehilangan pengamanan pangan dan nilai kenaekaragaman hayati (tidak dapat dihitung)(**) kerusakan hutan yang disebabkan oleh pengambilan kayu untuk pengolahan batu kapur (karang) diperkirakan US$ 67.000

Umumnya penyebab sedimentasi karena penebangan hutan atau aktivitas

masyarakat kota, sehingga simbiose algae dan karang menjadi terhalang dari

Page 43: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

18

penangkapan cahaya matahari. Sedimentasi yang lebih parah terjadi apabila

penutupan lahan seperti reklamasi daerah estuaria dan pantai. Sedangkan polusi

yang terjadi disebabkan oleh bahan kimia pertanian dan limbah industri yang

dibuang ke perairan. Menurut penelitian Cesar (2000) biaya polusi dan sampah

kota selama 1 (satu) tahun di Indonesia adalah 987 milyar US$. Sedangkan

keuntungan dari pariwisata adalah 101 milyar USD, dari perikanan 221 milyar

US$, dan kesehatan (farmasi) sebesar 4,8 milyar US$ Sehingga total manfaat

yang didapatkan dari ekosistem terumbu karang adalah 327 milyar US$, atau

sepertiga dari total biaya sebesar 987 milyar US$.

2.4 Pengelolaan Terumbu Karang

Sumberdaya ekosistem terumbu karang mempunyai sifat terbatas dan

dapat mengalami kerusakan, maka sumberdaya ini perlu dikelola untuk menjamin

bahwa sumberdaya dimanfaatkan secara berkesinambungan dan bertanggung

jawab, dan potensi ekonominya tidak dihamburkan secara tidak efisien yang

membuat keuntungan menjadi kecil bahkan tidak ada lagi (Suadi dan Widodo

2006). Untuk mencegah semakin memburuknya kondisi terumbu karang, terutama

dari aktivitas antropogenik, maka diperlukan pengelolaan ekosistem terumbu

karang. Pengelolaan ini pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan

tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara

bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan.

Penurunan kondisi terumbu karang yang berkelanjutan sudah menjadi

kenyataan yang menyedihkan bagi para ilmuwan biologi, konservasionis, dan

semua pihak yang memberi nilai terhadap keberadaannya. Banyak terumbu

karang yang sudah menjadi patahan-patahan sehingga terjadi perubahan fase pada

berkembangnya alga dan rumput laut (seaweeds). Beberapa tahun belakangan,

banyak penelitian mengarah kepada pengidentifikasian karakteristik lokasi

konservasi yang harus segera mendapat perhatian, utamanya di daerah tropis yang

merupakan wilayah sebaran terumbu karang (Briggs 2005).

Salah satu cara dan mungkin satu-satunya cara untuk melindungi

kepulauan karang adalah dengan pembentukan Kawasan Konservasi Laut (KKL).

Sistem zonasi yang diberlakukan di dalam penerapan sebuah Kawasan Konservasi

Page 44: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

19

Laut terbukti dapat diterapkan dalam kerangka menuju pemanfaatan yang

berkelanjutan seperti dengan adanya zona inti, zona berkelanjutan, zona

pemanfaatan dan zona lainnya (Wolff 2009).

Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber

daya alam yang dapat memberi manfaat besar bagi manusia, oleh karena itu

diperlukan kearifan manusia untuk mengelolanya, yang bisa menjadikan sumber

daya alam ini menjamin kesejahteraan manusia sepanjang zaman. Tanpa

menghiraukan masa depan dan terus-menerus merusak, ekosistem terumbu karang

akan menjadi semacam padang gurun tandus di dalam laut yang hanya dipenuhi

oleh patahan-patahan karang dan benda mati lainnya. Karena itu pengelolaan

sangat diperlukan untuk mengatur aktivitas manusia serta mengurangi dan

memantau cara-cara pemanfaatan yang merusak. Pengelolaan terumbu karang

harus berbasis pada keterlibatan masyarakat, sebagai pengguna langsung sumber

daya laut ini. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya terumbu

karang sangat penting mulai dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

sampai pada tahap evaluasi dari suatu cara pengelolaan.

Nontji (2000) menyatakan bahwa degradasi terumbu karang di Indonesia

terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang terumbu karang,

lemahnya penegakan hukum, lemahnya koordinasi antar institusi, adanya tekanan

terhadap terumbu karang dari masyarakat pesisir dan lemahnya kebijakan nasional

tentang pengelolaan terumbu karang.

Dalam hal kebijakan dan strategi pengelolaan terumbu karang, pemerintah

membuat suatu pedoman umum pengelolaan terumbu karang melalui Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.38/MEN/2004 tentang Pedoman

Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Pedoman umum ini dimaksudkan sebagai

acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta

masyarakat dalam rangka pengelolaan terumbu karang.

Tujuan pedoman umum ini adalah:

Page 45: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

20

1) mewujudkan pengelolaan yang seimbang antara intensitas dan variasi

pemanfaatan yang didasarkan pada data ilmiah yang tersedia dan kemampuan

daya dukung lingkungan;

2) mengembangkan pengelolaan yang mempertimbangkan prioritas ekonomi

nasional, masyarakat lokal dan kelestarian sumberdaya terumbu karang;

3) mengembangkan pengelolaan terumbu karang secara kooperatif semua pihak;

4) melaksanakan peraturan formal dan peraturan non formal;

5) menciptakan insentif bagi pengelolaan yang berkeadilan dan

berkesinambungan.

2.5 Kawasan Konservasi Laut

Kawasan Konservasi Laut (KKL) merupakan suatu kawasan yang

berfungsi untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang terdapat di

dalam kawasan tersebut dari berbagai gangguan. Berbagai gangguan terhadap

kawasan konservasi laut yang terjadi semakin meningkat dalam beberapa tahun

belakangan ini, baik gangguan dari alam maupun dari aktivitas kegiatan manusia.

Salah satu langkah yang nyata dalam mengurangi berbagai gangguan tersebut

adalah penetapan kawasan konservasi laut (Dermawan dan Suraji 2006).

Pengertian KKL diusulkan oleh Komite Nasional Konservasi Laut

(KOMNASKOLAUT) sebagai terjemahan resmi dari Marine Protected Area

(MPA). Dengan mengadopsi definisi dari IUCN, KKL dibagi kedalam beberapa

kategori yang dapat disetarakan dengan jenis KKL di Indonesia , definisi kategori

tersebut adalah sebagai berikut (Dermawan 2006) :

“Kawasan Konservasi Laut adalah perairan pasang surut termasuk kawasan pesisir

dan pulau-pulau kecil, termasuk tumbuhan dan hewan didalamnya, serta

termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budaya dibawahnya, yang

dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi

seluruh atau sebagian wilayah tersebut.”

Menurut IUCN (1994) in Supriharyono (2007) ada beberapa tujuan

kawasan konservasi laut, yaitu ; (1) melindungi dan mengelola sistem laut dan

estuaria supaya dapat dimanfaatkan secara terus menerus dalam jangka panjang

dan mempertahankan keanekaragaman genetik; (2) untuk melindungi penurunan,

Page 46: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

21

tekanan, populasi dan spesies langka, terutama pengawetan habitat untuk

kelangsungan hidup mereka; (3) mencegah aktivitas luar yang memungkinkan

kerusakan kawasan konservasi laut; (4) memberikan kesejateraan yang terus

menerus kepada masyarakat dengan menciptakan konservasi laut; dan (5)

menyediakan pengelolaan yang sesuai, yang mempunyai spektrum luas bagi

aktivitas manusia dengan tujuan utamanya adalah penataan laut dan estuaria.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi

Sumber Daya Ikan, Kawasan Konservasi Perairan adalah kawasan perairan yang

dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan

sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, disebutkan jenis-jenis

dari Kawasan Konservasi Perairan, yaitu:

1) Taman Nasional Perairan adalah kawasan konservasi perairan yang

mempunyai ekosistem asli, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

pengkajian, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan yang menunjang

perikanan yang berkelanjutan, wisata bahari dan rekreasi.

2) Taman Wisata Perairan adalah kawasan perairan dengan tujuan utama

untuk dimanfaatkan bagi kepentingan wisata perairan dan rekreasi.

3) Suaka Alam Perairan adalah kawasan konservasi perairan dengan ciri khas

tertentu untuk tujuan perlindungan keanekaragaman jenis ikan dan

ekosistemnya.

4) Suaka Perikanan adalah kawasan perairan tertentu, baik air tawar, payau

maupun laut dengan kondisi dan ciri tertentu, sebagai tempat

berlindung/berkembang biak jenis sumber daya ikan tertentu, yang

berfungsi sebagai daerah perlindungan.

Menurut Dahuri (2003), masalah yang mendasar dalam pengelolaan

kawasan konservasi laut adalah (1) batasan hukum kawasan konservasi; (2)

perusakan habitat; (3) penangkapan yang berlebihan terhadap sumberdaya hayati;

(4) polusi dan sedimentasi; (5) kurangnya fasilitas dan infrastruktur; (6) lemahnya

keikutsertaan dan kesadaran masyarakat lokal; (7) rendahnya keahlian SDM yang

ada; dan (8) lemahnya komitmen politik.

2.6 Stakeholder Pengelolaan Terumbu Karang

Page 47: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

22

Dalam melakukan penelitian terhadap suatu wilayah, perhatian terhadap

masyarakat dan institusi yang mengatur wilayah tersebut merupakan hal yang

penting. Banyak penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya alam yang berhasil

dengan mengedepankan interaksi antara masyarakat dengan institusinya. Dalam

kaitan ini, stakeholder menjadi sangat penting (Budiharsono et al. 2006).

Freeman (1984) in Budiharsono et al. (2006) mendefinisikan stakeholder

sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi

oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) mendefinisikan

stakeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada

permasalahan. Stakeholder sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu, yaitu

dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder terhadap isu atau dari segi

posisi penting dan pengaruh yang dimiliki mereka (Ramirez 1999, in Budiharsono

et al. 2006).

Salah satu pendekatan dalam mengklasifikasikan model pengelolaan

sumberdaya perikanan adalah berdasarkan tingkat pengendalian stakeholder.

Dalam pendekatan ini, Jentoft (1989) diacu dalam Satria (2002)

mengklasifikasikannya menjadi tiga, yakni pemerintah (command and control),

community based-management (CBM) dan Co-Management.

Model command and control merupakan model konvensional. Dalam hal

ini, pemerintah memegang seluruh kendali pengelolaan sumberdaya perikanan,

khususnya dalam hak inisiatif maupun pengawasan melalui organisasi formal

yang dimilikinya. Nelayan atau pelaku usaha perikanan tidak mendapat

kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengelola sumberdaya perikanan. Dengan

demikian proses pengelolaan sumberdaya perikanan berlangsung secara

sentralistik. Model community based-management (CBM) atau pengelolaan yang

berbasis pada masyarakat yang merupakan kebalikan dari model command and

control. Dalam CBM, pengelolaan sepenuhnya dilakukan oleh nelayan atau

pelaku usaha perikanan di suatu wilayah tertentu melalui organisasi yang sifatnya

informal. Dalam model ini, partisipasi nelayan sangatlah tinggi dan mereka

memiliki otonomi terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan tersebut. Terakhir

adalah model co-management yang akhir-akhir ini terus disosialisasikan. Model

ini merupakan sintesis dari dua model sebelumnya. Dalam model ini, pemerintah

Page 48: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

23

dan masyarakat yang seringkali diawali organisasi nelayan atau koperasi

perikanan bersama-sama terlibat dalam proses pengelolaan sumberdaya mulai dari

perencanaan hingga pengawasan (Satria 2002).

Analisis stakeholder adalah suatu sistem untuk mengumpulkan informasi

mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan

menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang

memungkinkan terjadinya trade-off.

2.7 Kebijakan Operasional Pengelolaan Terumbu Karang

Kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan

berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan

informasi yang relevan, sehingga kebijakan dapat dimanfaatkan ditingkat politik

dalam rangka memecahkan masalah-masalah kebijakan (Dunn 2001). Kebijakan

adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan dengan

maksud untuk membangun suatu landasan yang jelas dalam pengambilan

keputusan dan langkah yang diambil. Kebijakan didasarkan pada masalah yang

ada di daerah, selanjutnya kebijakan harus secara terus menerus dipantau, direvisi

dan ditambah agar tetap memenuhi kebutuhan yang terus berubah.

Kebijakan umum pengelolaan terumbu karang di Indonesia adalah:

“Mengelola ekosistem terumbu karang berdasarkan keseimbangan antara

pemanfaatan dan kelestarian yang dirancang dan dilaksanakan secara

terpadu dan sinergis oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, perguruan tinggi, serta organisasi non

pemerintah”.

Tujuan kebijakan umum pengelolaan terumbu karang nasional adalah

terciptanya pengelolaan ekosistem terumbu karang dengan keseimbangan antara

pemanfaatan dan kelestariannya yang dirancang dan dilaksanakan secara terpadu

dan sinergis oleh masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah, swasta,

perguruan tinggi serta lembaga non pemerintah. Kebijakan tersebut merupakan

suatu upaya menjawab dan mengantisipasi berbagai isu dan permasalahan yang

menjadi penyebab terbesar semakin terdegradasinya ekosistem terumbu karang di

Indonesia.

Page 49: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

24

Kebijakan umum sebagaimana tersebut di atas, dijabarkan menjadi tujuh

kebijakan operasional sebagai berikut (Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor: KEP.38/MEN/2004):

a. Kebijakan 1

Mengupayakan pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi

ekosistem terumbu karang, terutama bagi kepentingan masyarakat yang

kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem

tersebut, berdasarkan pada kesadaran hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku serta mengacu kepada standar-standar nasional dan

internasional dalam pengelolaan sumberdaya alam.

b. Kebijakan 2

Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota, dengan meningkatkan

hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat menyusun dan

melaksanakan program-program pengelolaan ekosistem terumbu karang

berdasarkan prinsip keseimbangan antara pemanfaatan sumberdaya alam

yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan masyarakat dan karakteristik

biofisik dan kebutuhan pembangunan wilayah.

c. Kebijakan 3

Menyusun rencana tata ruang pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk

mempertahankan kelestarian ekosistem terumbu karang dan sumberdaya

alam pesisir dan laut secara nasional serta mampu menjamin kelestarian

fungsi ekologis terumbu karang dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

d. Kebijakan 4

Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat dalam

pengambilan keputusan mengenai pengelolaan ekosistem terumbu karang

yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi,

pengawasan dan penegakan hukum.

e. Kebijakan 5

Page 50: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

25

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan

kegiatan ekonomi kerakyatan, dengan mempertimbangkan sosial budaya

masyarakat setempat dan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem

terumbu karang dan lingkungan sekitar.

f. Kebijakan 6

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem

informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan ekosistem terumbu

karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan kerjasama

internasional.

g. Kebijakan 7

Menggali dan meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan ekosistem

terumbu karang.

Kebijakan tidak hanya membatasi diri pada pengujian-pengujian teori

deskriftif umum maupun teori-teori ekonomi, karena masalah-masalah kebijakan

yang kompleks, dimana teori-teori semacam ini seringkali gagal untuk

memberikan informasi yang memungkinkan para pengambil kebijakan

mengontrol dan memanipulasi proses-proses kebijakan. Walaupun demikian

analisis kebijakan juga menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan

yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan suatu masalah dan juga

menghasilkan informasi mengenai nilai-nilai serta arah tindakan yang lebih baik.

Jadi analisis kebijakan mencakup kegiatan evaluasi dan anjuran kebijakan.

Quandun in Dunn (2001) menyebutkan bahwa analisis kebijakan adalah

setiap jenis analisa yang menghasilkan dan menyajikan informasi sehingga dapat

menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan dalam menguji pendapat mereka.

Kata “analisis” digunakan dalam pengertian yang paling umum yang secara tidak

langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan pertimbangan yang mencakup

tidak hanya pengujian kebijakan dalam pemecahan terhadap komponen-

komponen tapi juga merencanakan dan mencari sintesa atas alternatif-alternatif

baru. Aktivitas ini meliputi sejak penelitian untuk memberi wawasan terhadap

masalah atau isu yang mendahului atau untuk mengevaluasi program yang sudah

selesai.

Dalam analisis kebijakan terdapat tiga pendekatan yaitu:

Page 51: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

26

1. Pendekatan empiris, adalah pendekatan yang menjelaskan sebab akibat

dari kebijakan publik. Pertanyaan pokoknya adalah mengenai fakta yaitu

apakah sesuatu itu ada?

2. Pendekatan evaluatif, adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan

penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Pertanyaan pokoknya

adalah berapa nilai sesuatu?

3. Pendekatan normatif, adalah pendekatan yang terutama berkaitan dengan

pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan.

Pertanyaan pokoknya adalah tindakan apa yang harus dilakukan?

Page 52: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

3 METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau

Biawak dan sekitarnya yang merupakan wilayah administrasi Kabupaten

Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Lokasi titik-titik pengamatan ditentukan

berdasarkan keterwakilan lokasi dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan

dan penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan data. Pengamatan ekosistem

terumbu karang yang dilakukan di Pulau Biawak dan sekitarnya dibagi menjadi 5

(lima) stasiun (Tabel 3) pengamatan yang terdiri dari:

1) Pulau Biawak diwakili tiga stasiun,

2) Pulau Gosong diwakili satu stasiun,

3) Pulau Candikian diwakili satu stasiun.

Tabel 3 Lokasi dan koordinat stasiun pengamatan

Stasiun Lokasi Koordinat

1 Bagian Barat Pulau Biawak 05˚55'43.38'' LS

108˚22'14.3'' BT

2 Bagian Selatan Pulau Biawak 05˚56'16.9'' LS

108˚22'54.5'' BT

3 Bagian Utara Pulau Biawak 05˚55'27.3'' LS

108˚22'52.5'' BT

4 Pulau Gosong 05˚51'49.9'' LS

108˚23'22.4'' BT

5 Pulau Candikian 05˚48'19.5'' LS

108˚25'34.2'' BT

Sebagai acuan dalam menentukan lokasi titik pengamatan, digunakan peta

dasar Indonesia untuk wilayah Jawa-Pantai Utara (Tanjung Priok hingga Cirebon)

lembar II nomor 79 dengan skala 1:200.000 yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-

Oseanografi tahun 2003. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei–Agustus 2010. KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah utara Indramayu, yaitu

sekitar 26 mil (±50 km). Akses menuju pulau ini berasal dari beberapa daerah

sekitarnya, misalnya Desa Brondong dan Desa Karangsong. Untuk menuju pulau

Page 53: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

28

tersebut harus memakai perahu yang disewa dari nelayan karena belum ada

angkutan khusus yang berangkat setiap hari.

Pengamatan ekosistem terumbu karang di wilayah KKLD dilakukan pada

waktu siang hari dari pukul 09.00-16.00 WIB. Pengambilan data sosial dilakukan

di sekitar Kabupaten Indramayu dengan melibatkan instansi pemerintah, Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat nelayan sekitar KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya.

(digambar ulang dari peta dasar Indonesia no.79 Dinas Hidro Oseanografi 2003).

Gambar 2 Peta stasiun pengamatan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kajian tesis ini terdiri dari dua jenis data yaitu

data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan

dari kajian berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti buku-

Page 54: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

29

buku yang dipublikasikan, hasil penelitian yang terkait, laporan, serta bahan

publikasi lainnya. Pengumpulan data pada kajian tesis ini mengandung 2 (dua)

jenis pengumpulan data yaitu pengumpulan data biofisik dan pengumpulan data

sosial ekonomi.

a) Pengumpulan data biofisik

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data lifeform komunitas

karang, ikan karang dan benthos. Pengambilan data lifeform terumbu karang

diambil dengan menggunakan metode Transek Garis Menyinggung (TGM) dari

English et al. (1997), dengan beberapa modifikasi. Pengamatan dilakukan pada

dua kedalaman yaitu 3 m dan 10 m, masing-masing kedalaman diletakkan 3

transek masing-masing berukuran 20 m dari 0-20 m (titik sampling 1), 25-45 m

(titik sampling 2) dan 50-70 m (titik sampling 3) dengan jarak antar transek 5 m

yang terletak pada satu garis sepanjang 70 m sejajar pantai. Masing-masing

transek dihitung sebagai 1 (satu) titik sampling (Gambar 3). Semua biota dan

substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga

sentimeter.

Metode pengamatan yang digunakan dalam pengumpulan data ikan karang

adalah dengan metode underwater visual census (UVC), dimana ikan-ikan yang

terlihat di dalam transek dicatat jenis dan jumlahnya. Posisi transek ini sama

dengan posisi garis transek pada pengamatan tutupan terumbu karang. Ikan karang

yang diambil datanya untuk dicatat adalah ikan-ikan yang berada di wilayah

transek pada saat pengambilan data dilakukan. Ikan-ikan yang ditemui dicatat.

Sensus dilakukan dengan radius pandang 2,5 m ke sebelah kiri dan 2,5 m ke

sebelah kanan garis transek yang telah dipasang 3 buah dari 0-20 m (titik

sampling 1), 25-45 m (titik sampling 2), dan 50-70 m (titik sampling 3), sehingga

luas bidang yang teramati pada setiap transeknya adalah 5 m x 20 m = 100 m2.

Jenis dan kepadatan individu ikan karang diamati pada setiap transek. Spesies

ikan yang didata dikelompokkan kedalam tiga kelompok utama, yaitu: ikan target,

ikan indikator dan ikan major (English et al. 1997).

Pengumpulan data benthos dilakukan untuk menghitung jumlah biota

bentik yang hidup berasosiasi dan berperan dalam menunjang tingkat kesuburan

Page 55: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

30

karang dan terumbu karang (Manuputty et al. 2006). Peralatan dan bahan yang

digunakan sama dengan metode TGM. Sampling dilakukan setelah kegiatan

TGM, dengan metode reef check benthos (RCB), yaitu berupa transek yang sama

sepanjang 70 m dengan lebar 1 meter ke kanan dan 1 meter ke kiri dari garis

transek yang telah dipasang 3 buah dari 0-20 m (titik sampling 1), 25-45 m (titik

sampling 2), dan 50-70 m (titik sampling 3). Total bidang pengambilan dan

pencatatan biota bentik: (2x20) m2 = 40 m

2.

Penyelaman untuk pengumpulan data karang, ikan dan benthos dilakukan

dengan satu kali penyelaman dan sau kali pencatatan data pada satu transek/titik

sampling yang diambil datanya.

Gambar 3 Metode pengumpulan data karang, ikan karang dan benthos.

b) Pengumpulan data sosial ekonomi

Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dengan metode

wawancara/interview dan kuesioner untuk mendapatkan data stakeholder,

kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang dan persepsi masyarakat

terhadap pengelolaan terumbu karang. Wawancara dimaksudkan untuk

mendapatkan keterangan dari responden yang tinggal di sekitar lokasi penelitian

dengan berpedoman pada suatu daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Hadi dan Sudharto (2005) wawancara

dapat dilakukan dengan beberapa cara:

Page 56: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

31

1) Wawancara bebas atau tanpa pedoman pertanyaan. Wawancara bebas

dapat dilakukan pada waktu peninjauan di lapangan dimana peneliti

menginventarisir issu dan permasalahan.

2) Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan. Pedoman

digunakan sebagai panduan dalam wawancara. Wawancara dilakukan

secara terstruktur, yaitu dengan menggunakan pedoman pertanyaan

untuk menghimpun data dari responden.

Pengumpulan data stakeholder dilakukan dengan cara : (1)

mengidentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman (berkaitan dengan perencanaan

kebijaksanaan) dan berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian.

Hasilnya berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait pengelolaan

ekosistem terumbu karang, (2) identifikasi stakeholder menggunakan pendekatan

partisipatif dengan teknik snow ball dimana setiap stakeholder mengidentifikasi

stakeholder lainnya. Berdiskusi dengan stakeholder yang teridentifikasi

pertamakali dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan

stakeholder penting lain yang berkaitan dengannya. Metode ini dapat membantu

pengertian yang lebih mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan

stakeholder. Stakeholder penentu (pengambil kebijakan dan lembaga legislatif),

stakeholder penunjang (LSM, Perguruan Tinggi, pengusaha dan lembaga donor

swasta), stakeholder kunci (nelayan, dan lainnya dimana sumber ekonominya

sangat bergantung dengan KKL).

Pengumpulan data untuk menentukan prioritas kebijakan operasional

pengelolaan terumbu karang dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner.

Responden terdiri dari pengambil kebijakan, pakar dan praktisi yang terkait

dengan pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, seperti pemerintah,

DPRD, Bappeda, LSM, Perguruan Tinggi, pakar lingkungan, dan tokoh

masyarakat.

Pengumpulan data terhadap persepsi masyarakat terkait pengelolaan

terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dengan metode

wawancara dan kuesioner. Responden merupakan stakeholder yang terkait dengan

pengelolaan dan pemanfaatan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Pemilihan

responden menggunakan teknik purpossive sampling, sehingga pemilihan

Page 57: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

32

responden didasarkan atas ciri-ciri responden yang sudah diketahui sebelumnya.

Penetapan ini didasari atas informasi yang mendahului tentang keadaan responden

(Hadi 2005). Sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu, dimana

seseorang diambil sebagai responden karena dianggap memiliki informasi yang

diperlukan dalam penelitian. Pemilihan responden berdasarkan kelompok kunci

dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Responden yang dipilih secara purpossive sebanyak 50 responden yang terdiri

dari pemerintah daerah (14 orang), DPRD (1 orang), Bappeda (1 orang),

perguruan tinggi (3 orang), LSM (2 orang), swasta (1 orang), organisasi

mahasiswa (4 orang) dan masyarakat sekitar lokasi penelitian (20 orang).

3.3 Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan jenisnya.

Adapun analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a) Persentase tutupan karang

Analisis persentase tutupan karang hidup berdasarkan metode TGM

dihitung dengan formulasi English et al. (1997) yaitu:

li

Ni = x 100%

L

Dimana: Ni = persen penutupan karang

li = panjang total lifeform/jenis ke-i

L = panjang transek (70 m)

Untuk menilai kondisi tutupan karang, digunakan kategori berdasarkan

publikasi oleh Gomez et al. (1994) dimana untuk persentase tutupan karang

hidup sebagai berikut (Tabel 4):

Tabel 4 Kategori kondisi persentase tutupan karang hidup

Persentase tutupan Kategori

0 – 24,9 % Buruk

25 – 49,9 % Sedang

50 – 74,9 % Baik

75 – 100 % Sangat baik

Page 58: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

33

b) Analisis ikan karang

Untuk mengetahui kelimpahan masing-masing ikan karang dengan jumlah

stasiun ke-i, bisa dihitung kelimpahannya per satuan unit dengan rumus:

∑ind. Jenis ikan karang pada sts ke-i

Kelimpahan jenis ikan =

Luas transek

Komunitas ikan karang yang teramati dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok utama (English et al. 1997) yaitu: Ikan target, ikan indikator dan ikan

major. Kelompok ikan target adalah ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis

dan hidup berasosiasi dengan perairan terumbu karang; Kelompok ikan indikator

adalah ikan yang hidupnya berasosiasi sangat erat dengan terumbu karang, seperti

ikan kepe-kepe dari famili Chaetodontidae; Kelompok ikan major adalah semua

ikan yang tidak termasuk di kedua kelompok tersebut, yang pada umumnya

berupa ikan-ikan berukuran kecil yang dimanfaatkan sebagai ikan hias, kelompok

ikan ini biasanya bergerombol dalam jumlah individu yang sangat banyak.

Untuk menilai kelimpahan ikan karang di lokasi pengamatan, digunakan

kategori menurut Djamali dan Darsono (2005) in Sumadiharga et al. (2006)

sebagai berikut (Tabel 5):

Tabel 5 Kategori kelimpahan ikan karang

Kelimpahan ikan (ind/ha) Kategori

>10.000 Sangat melimpah

4.000 – 10.000 Melimpah

2.000 – 4.000 Kurang melimpah

1.000 – 2.000 Jarang

200 – 1.000 Sangat jarang

c) Analisis benthos

Untuk mengetahui kelimpahan masing-masing makrobenthos dengan

jumlah stasiun ke-i, bisa dihitung kelimpahannya per satuan unit dengan rumus:

∑ind. benthos pada sts ke-i

Kelimpahan benthos =

Luas transek

Untuk perhitungan analisis ekologis persentase tutupan karang,

kelimpahan ikan karang dan kelimpahan benthos dilakukan dengan Ms. Excel

2007.

Page 59: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

34

3.4 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder merupakan suatu sistem untuk mengumpulkan

informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan

informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi

yang memungkinkan terjadinya trade-off.

Berdasarkan identifikasi stakeholder tersebut dilakukan analisis

kepentingan (importance) dan pengaruh (influence) masing-masing stakeholder

dalam kaitan dengan kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu

karang. Kepentingan merujuk pada peran seorang stakeholder di dalam

pencapaian output dan tujuan serta menjadi fokus pertimbangan terhadap

keputusan yang akan dibuat, sedangkan pengaruh merujuk pada kekuatan yang

dimiliki seorang stakeholder yang teridentifikasi dari hasil analisis stakeholder.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis stakeholder adalah

(Budiharsono et al. 2006):

1) Identifikasi stakeholder, melakukan identifikasi stakeholder terkait

pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dan

membuat daftar stakeholder.

2) Membuat tabel stakeholder, daftar stakeholder dimasukan dalam tabel

stakeholder untuk dilakukan analisis terhadap peran dan pengaruh masing-

masing stakeholder.

UNSUR STAKEHOLDER

Unsur A Stakeholder A

Unsur B Stakeholder B

Unsur C Stakeholder C

Unsur D Stakeholder D

dan seterusnya dan seterusnya

Gambar 4 Contoh tabel stakeholder dalam analisis stakeholder.

3) Menganalisis pengaruh dan kepentingan stakeholder, pengaruh dan

kepentingan stakeholder dianalisis dengan format analisis stakeholder

LGA Romania, RTI 2001 (Chetwynd dan Chetwynd 2001).

Page 60: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

35

Kelompok

Stakeholder

Peran dalam

kegiatan

Pelaksana

Pengorganisir

Pembuat

keputusan

Pemanfaat

Pengontrol

Pendukung

penentang

Pengaruh kegiatan

terhadap kepentingan

stakeholder

T = tidak dikenal

1 = tidak penting

2 = agak penting

3 = sedang

4 = sangat penting

5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap

keberhasilan kegiatan

T = tidak dikenal

1 = tidak penting

2 = agak penting

3 = sedang

4 = sangat penting

5 = pemain kunci

Tahap

penyiapan

Tahap

pelaksanaan

Stakeholder A

Stakeholder B

dan seterusnya

Gambar 5 Contoh format analisis stakeholder.

4) Membuat stakeholder grid, stakeholder yang sudah di analisis dengan

analisis stakeholder, dikelompokkan sesuai dengan pengaruh dan

kepentingannya.

Pengaruh

Rendah

Pengaruh

Tinggi

Kepentingan

Tinggi

Kelompok Stakeholder

yang penting namun

barangkali perlu pemberdayaan

Kelompok stakeholder yang

paling kritis

Kepentingan

Rendah

Kelompok stakeholder

yang paling rendah prioritasnya

Kelompok yang bermanfaat

untuk merumusan atau menjembatani keputusan dan

opini

Gambar 6 Format stakeholder grid dalam analisis stakeholder.

5) Menyepakati hasil analisis dengan stakeholder utama

3.5 Analisis Kebijakan

Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan operasional

pengelolaan ekosistem terumbu karang adalah metode A'WOT, yaitu metode yang

merupakan penggabungan antara AHP (analytical hierarchy process) dengan

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities and threats). Penentuan

faktor-faktor dari setiap komponen SWOT dan pembobotannya diperoleh dari

hasil wawancara dengan responden. Wawancara adalah komunikasi langsung

Page 61: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

36

antara peneliti dan informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab

dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik informan merupakan pola

media yang melengkapi informasi lisan yang disampaikan oleh informan.

Keputusan alternatif dievaluasi dengan respek untuk masing-masing faktor

SWOT dengan penggunaan AHP. Dalam hal ini, analisis SWOT digunakan

sebagai frame dasar yang akan menghasilkan keputusan situasional, sedangkan

AHP digunakan untuk membantu meningkatkan analisis SWOT dalam

mengelaborasikan hasil analisis sehingga keputusan kebijakan operasional

pengelolaan ekosistem terumbu karang dapat diprioritaskan. Penentuan faktor-

faktor masing-masing komponen SWOT dilakukan secara partisipatoris. Setelah

dilakukan penentuan faktor-faktor, SWOT kemudian dilakukan analisis AHP.

Dalam Analisis AHP juga digunakan AHP partisipatif, yaitu respondennya adalah

seluruh stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang.

Tahapan metode A'WOT adalah: (1) Mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang

dengan metode SWOT; dan (2) Melakukan analytical hierarchy process (AHP).

Hirarki A'WOT penentuan kebijakan operasional pengelolaan ekosistem terumbu

karang pada Gambar 7. Selanjutnya data yang sudah diperoleh diolah dengan

menggunakan program komputer Expert Choice 2000 (Budiharsono et al. 2006).

Gambar 7 Hirarki analisis A’WOT.

Page 62: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya terletak di

perairan sebelah utara Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Secara

administratif, KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya terletak di Kecamatan Kota

Indramayu, Kabupaten Indramayu. KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya meliputi

Pulau Biawak, Pulau Gosong dan Pulau Candikian. Secara geografis Pulau

Biawak terletak pada posisi 05o56’022’’ LS dan 108

o22’015’’ BT, Pulau Gosong

terletak pada posisi 5o52’076” LS dan 108

o24’337’’ BT dan Pulau Candikian

terletak 5o48’089” LS dan 108

o24’487’’ BT. Berdasarkan rencana pengelolaan

(management plan) KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya tahun 2005, luas total

KKLD Kabupaten Indramayu ±15.540 ha, yang terdiri atas luas wilayah perairan

±14.798 ha dan luas daratan ±742 ha (Pulau Biawak ± 130 ha, Pulau Gosong

±312 ha dan Pulau Candikian ±300 ha).

Pulau Biawak terletak di lepas pantai Laut Jawa, terletak 26 mil (±50 km)

di sebelah utara pantai Indramayu. Keadaan topografi datar, beberapa bagian

pulau yang ditumbuhi mangrove tergenang air laut terutama pada saat pasang

naik. Panjang pulau dari timur ke barat ± 1 km dan dari utara ke selatan ± 0,5 km.

Pulau ini dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini hidup satwa endemik yaitu

Biawak (Varanus salvator).

Sumber foto: Foto survei, 2010 Gambar 8 Satwa endemik di Pulau Biawak (Biawak dari jenis Varanus salvator).

Page 63: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

38

Di Pulau Biawak tidak terdapat perkampungan, yang bermukim hanya

petugas penjaga mercusuar dari Direktorat Jendral Perhubungan Laut. Para

petugas bergilir untuk masa-masa tertentu. Pada umumnya setiap 6 (enam) bulan

mereka menjaga mercusuar. Mercusuar dibangun pada tahun 1872 dan diresmikan

oleh Z.M. Willem III. Menara ini merupakan salah satu daya tarik pengunjung

(obyek wisata).

Kondisi pulau yang jaraknya relatif jauh dari daratan Indramayu (Pulau

Jawa) menjadikan pulau ini jarang dikunjungi terkecuali nelayan-nelayan yang

melakukan penangkapan ikan di sekitar perairan pulau tersebut, sedangkan pada

Pulau Gosong dan Pulau Candikian sama sekali tidak ada manusia yang

menghuni. Kedua pulau tersebut dikunjungi hanya untuk menangkap ikan. Pulau

Biawak dan Pulau Gosong dijadikan tempat berlabuh bagi para nelayan ketika

mereka terkena badai sehingga mereka dapat terhindar dari arus gelombang yang

tinggi.

Sumber foto: Foto survei, 2010

Gambar 9 Gerbang masuk Pulau Biawak.

Pulau Gosong terletak sekitar 7 km dari arah timur laut Pulau Biawak.

Biota laut sebagai komoditi perikanan masih banyak dijumpai. Pulau ini

berbentuk cincin akibat pengerukan yang dilakukan oleh Pertamina Balongan

(Exor I) untuk penimbunan wilayah pantai di kawasan industri pada awal tahun

1990-an. Di pulau ini dijumpai hanya beberapa vegetasi tumbuhan. Pulau ini

merupakan karang dan biasanya muncul pada saat sedang surut.

Pulau Candikian terletak sekitar 14 km arah timur laut Pulau Biawak.

Pulau Candikian sebagian kecil saja daratan yang berada di atas permukaan air

Page 64: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

39

laut dan hanya ditumbuhi oleh beberapa jenis tumbuhan. Pulau Candikian juga

bukan merupakan pulau hutan walaupun luas daratannya lebih besar dari Pulau

Gosong. Jenis tanaman pantai yang ditemukan adalah ketapang dan bakau

(Bruguiera sp). Mangrove yang ada di dominasi oleh jenis Rhizopora sp.

Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai

jenis bakau sebagai ciri khas ekosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove

masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka

sebagaimana jarang dijumpai di pantai utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh

diantaranya adalah Sonneratia spp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizopora

sp, Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp, dan

Heriera sp. Sementara di Pulau Gosong terdapat jenis Avicennia sp dan di Pulau

Candikian terdapat jenis Bruguiera sp (Diskanla, 2005).

Pada umumnya kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki kesamaan

morfologis. Formasi geologi wilayah pesisir pantai utara Indramayu terutama

Pulau Biawak tersusun atas batuan sedimen yang terdiri batu-batuan kapur

(karang), dan hancuran batu karang, pasir putih, pasir, campuran hancuran bahan

literit serta jenis batuan pliocene sedimentary facies, alluvium, sedimen kersik

lumpur dan humus yang berasal dari daratan pesisir Indramayu dan Laut Jawa

(Diskanla 2005). Kondisi banjir jarang terjadi, tanah bersifat anaerobik ketebalan

tanah dibawah top soil (0-4 m). Penyebaran ketiga jenis batuan menurut

kedalaman laut adalah sebagai berikut batuan kapur (karang) 0-10 m, batuan pasir

dan karang 10–20 m, batuan pasir dan sedimen lebih dari 20 m.

Wilayah Kabupaten Indramayu beriklim tropis yang mempengaruhi

dominan angin laut yang berhembus sepanjang hari. Pulau Biawak dan sekitarnya

didominasi oleh musim penghujan (Bulan November-Maret) dan musim kemarau

(Bulan Juni-Agustus), dengan adanya pengaruh dominan dua musim angin, yaitu

musim barat (angin baratan) dan musim timur (angin timuran).

Kelembaban udara rata-rata mencapai 80% dengan suhu berkisar 23–32 oC

dan suhu rata-rata 30 oC perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu

besar. Curah hujan disekitar perairan Kabupaten Indramayu bervariasi dengan

nilai rata-rata per tahun sebesar 1.621 mm. Curah hujan bulanan antara 100-400

mm pada musim barat 50–100 pada musim timur (Diskanla 2005).

Page 65: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

40

Karakteristik pasang surut campuran cenderung diurnal dengan range

pasang surut sampai 80 cm. Pola pasang yang terjadi adalah tipe diurnal, yaitu

dalam satu hari terjadi dua kali pasang naik dan pasang surut, dengan fluktuasi

berkisar 1-2 meter dan mencapai puncaknya pada saat bulan purnama. Jenis

pasang surut tersebut merupakan tipe umum jenis pasut di perairan Laut Jawa.

Karakteristik pasang surut Cirebon dan sekitarnya mempunyai tipe pasang surut

ganda campuran (Dahuri 1996, in Diskanla 2005). Gerakan pasang surut air laut

menyebabkan terjadinya perubahan permukaan air laut sepanjang pantai secara

teratur setiap hari. Selain angin dan gelombang, pasang surut air laut di tepi

pantai Indramayu mempunyai peranan sangat besar terhadap erosi pantai yang

sangat berpengaruh pada keragaan geomorfologi pantai.

Kondisi suatu perairan merupakan faktor kunci yang mendukung

kehidupan flora dan fauna. Kondisi perairan tersebut meliputi sifat fisika, kimia

dan biologi. Sifat fisika yang penting antara lain adalah kecepatan arus, salinitas,

kecerahan, suhu, dan kedalaman.

Gelombang laut diperairan Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki

spesifikasi tinggi dan arah jalarnya dipengaruhi oleh angin, sedangkan tinggi

gelombang bervariasi antara 0,5-1 m. Ketinggian gelombang pada saat musim

angin barat dapat mencapai 2–3 m. Arah arus di Pulau Biawak dan sekitarnya

secara umum didominasi dari arah timur laut sampai tenggara. Hal ini

menunjukkan bahwa pola arus permukaan di perairan tersebut diakibatkan oleh

pola angin yang terjadi, sebagaimana sifat fisis arus permukaan di perairan Laut

Jawa pada umumnya. Arus di ketiga pulau tersebut cukup tinggi pada waktu angin

barat dan timur, sedangkan arusnya dapat mencapai 5-10 m/det, dan perubahan

pasang surut sekitar 1,5-2 m menurut musim (Diskanla 2005). Arus berdasarkan

hasil pengamatan memiliki rata-rata 0,167 m/det, pada saat pengamatan dilakukan

kondisi perairan relatif tenang.

Variasi salinitas horisontal maupun vertikal pada perairan Pulau Biawak

dan sekitarnya relatif kecil. Data kisaran salinitas rata-rata umumnya berkisar 30-

33 ppm (Diskanla 2005). Berdasarkan pengamatan di lapangan data yang tercatat

berkisar antara 28-33 ppm. Data kisaran derajat keasaman (pH) pada perairan

disekitar Pulau Biawak dan sekitarnya umumnya memiliki nilai pH 7-8.

Page 66: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

41

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukan kemampuan

cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami

kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan fotosintesa. Kecerahan

perairan didapatkan dari perbandingan antara kedalaman secchi disc dengan

kedalaman perairan di kali 100%. Tingkat kecerahan yang berbeda-beda antar

lokasi antara 80-100% (Diskanla 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, kecerahan

berkisar antara 80-95%.

Variasi rata-rata temperatur air di Pulau Biawak, Pulau Gosong, dan Pulau

Candikian berkisar antara 28–30 oC (Diskanla 2005). Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan, suhu berkisar antara 26–29 oC. Adanya variasi tersebut

dipengaruhi oleh kedalaman pulau yang bervariasi. Secara umum apabila

kedalaman semakin kecil maka temperatur air laut pada saat siang hari akan

semakin besar, karena adanya pengaruh penetrasi cahaya matahari. Meskipun

demikian karena adanya mekanisme naik turunnya air laut oleh karena pasang

surut maka temperatur perairan akan berkisar pada temperatur normal pada

umumnya.

Tingkat kedalaman perairan laut di Pulau Biawak dan sekitarnya

berdasarkan peta dasar yang diterbitkan Dinas Hidro Oseonografi Tahun 2002

yaitu 36 meter sampai dengan 50 meter di bawah permukaan laut. Sedangkan

kedalaman laut di sekitar pulau antara 36 meter hingga 46 meter di bawah

permukaan laut. Daerah yang paling dalam terdapat pada bagian tengah perairan

selat antara Pulau Biawak dengan Pulau Gosong dan Pulau Gosong dengan Pulau

Candikian dengan kisaran kedalaman 50 meter di bawah permukaan laut, pada

daerah ini arus air laut yang ada sangat deras.

Hasil pengukuran kondisi perairan Pulau Biawak dan sekitarnya yang

diamati pada saat penelitian pada lima stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Parameter fisik perairan Pulau Biawak dan sekitarnya

Stasiun

Waktu

Pengamatan

(WIB)

Salinitas (‰) Suhu (˚C) Kecepatan

arus (m/det)

Kecerahan

(%)

1 10.40 33 26 0 95

2 15.00 28 26 0,167 85

3 15.00 30 28 0,167 90

4 09.46 31 29 0,167 80

5 12.00 30 29 0,167 85

Sumber: pengumpulan data 2010

Page 67: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

42

4.2 Kondisi Terumbu Karang

4.2.1 Persentase Tutupan Karang

Dari hasil survei di lapangan, tipe terumbu karang di Pulau Biawak dan

sekitarnya merupakan terumbu karang tepi (fringing reef). Pengamatan kondisi

tutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode transek garis

menyinggung (TGM) pada 5 stasiun pengamatan. Penyelaman dilakukan

sebanyak 1 (satu) kali penyelaman pada masing-masing stasiun, pada musim

kemarau dengan kondisi fisik perairan terlihat pada Tabel 6. Komponen penyusun

terumbu karangnya sangat padat dan banyak didominasi oleh karang-karang keras

dari famili Acroporidae, Faviidae dan Poritidae. Jumlah genus yang ditemukan

selama penelitian sebanyak 39 genus dari 13 famili karang (Lampiran 1). Persen

kehadiran terbesar dari genus Porites sp sebanyak 20,58% yang disusul kemudian

dari genus Acropora sp 11,59% dan Diploastrea sp 9,15%.

Sumber foto: Foto survei, 2010 Gambar 10 Kondisi Terumbu Karang Pulau Biawak dengan kehadiran genus

Porites sp terbesar.

Sumber foto: Foto survei, 2010

Gambar 11 Kegiatan sampling terumbu karang dengan metode TGM.

Page 68: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

43

Kelimpahan karang bervariasi di setiap lokasi pengamatan, hasil

pengamatan di kelima stasiun terhadap persentase tutupan karang keras di Pulau

Biawak dan sekitarnya diperoleh:

a. Bagian Barat Pulau Biawak (Stasiun 1)

Gambar 12 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 1 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian barat Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m persentase

tutupan karang hidup bervariasi antara 31,4-47,8%, dan pada kedalaman 10 m

bervariasi antara 19,4-39,4%. Pada kedalaman 3 m, Porites sp dan Acropora sp

merupakan genus karang dengan persen tutupan terbesar dibandingkan yang

lainnya. Ciri khas dari Porites antara lain adalah adanya tiga septa yang

bergabung menjadi satu disebut triplet dengan satu pali (Suharsono 2008). Porites

mempunyai jenis sekitar 25 jenis, tersebar di seluruh perairan Indonesia

(Suharsono 2008). Pada kedalaman 10 m, Turbinaria sp merupakan genus dengan

tutupan karang terbesar. Turbinaria merupakan koloni berbentuk gada, lembaran

atau daun. Koralit membulat, setengah tenggelam atau berupa tabung kecil dengan

dinding yang porus dengan struktur yang seragam di seluruh permukaan. Septa

kecil dan pendek, kolumela besar dan padat. Polip relatif besar dan pendek. Genus

ini tersebar di seluruh perairan Indonesia sebanyak 15 jenis (Suharsono 2008).

Page 69: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

44

A

B

Sumber foto: Foto survei, 2010 Gambar 13 Karang dengan persen tutupan tebesar di stasiun 1, Gambar A: Porites

sp, Gambar B: Turbinaria sp.

b. Bagian Selatan Pulau Biawak (Stasiun 2)

Gambar 14 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 2 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian selatan Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m persentase

tutupan karang hidup bervariasi antara 32,6-51,4%, dan pada kedalaman 10 m

bervariasi antara 23,8-64,9%. Pada kedalaman 3 m, Acropora sp merupakan

genus karang yang ditemukan dengan persen tutupan terbesar di lokasi. Acropora

tersebar di seluruh perairan Indonesia sekitar 113 jenis (Suharsono 2008). Pada

kedalaman 10 m, karang massive ditemukan banyak terdapat di lokasi ini,

diantaranya Porites sp dan Diploastrea sp. Genus Diploastrea merupakan koloni

Page 70: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

45

massive dengan ukuran besar dan membulat, tersebar di seluruh perairan

Indonesia dan hanya mempunyai satu jenis yaitu Diploastrea heliopora

(Suharsono 2008).

.

A

B

Sumber foto: Foto survei, 2010

Gambar 15 Karang dengan persen tutupan terbesar di stasiun 2, Gambar A:

Acropora, Gambar B: Diploastrea.

c. Bagian Utara Pulau Biawak (Stasiun 3)

Gambar 16 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 3 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian Utara Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m persentase

tutupan karang hidup bervariasi antara 16,9-13,0%, dan pada kedalaman 10 m

bervariasi antara 9,8-40,2%. Genus Acropora sp merupakan genus karang dengan

Page 71: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

46

tutupan karang terbesar di kedalaman 3 m. Pada kedalaman 10 m Diploastrea sp

merupakan genus dengan tutupan karang terbesar.

d. Pulau Gosong (Stasiun 4)

Gambar 17 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 4 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi Pulau Gosong, pada kedalaman 3 m persentase tutupan karang

hidup bervariasi antara 31,0-63,6%, dan pada kedalaman 10 m bervariasi antara

40,5-47,1%. Pada kedalaman 3 m Porites sp merupakan genus karang dengan

persen tutupan terbesar di lokasi. Pada kedalaman 10 m, jenis karang dengan

tutupan karang terbesar adalah Pocillopora sp. Karang Pocillopora merupakan

koloni bercabang, submassive, koralit hampir tenggelam, septa bersatu dengan

kolumela. Percabangan relatif besar dengan permukaan berbintil-bintil yang

disebut verucosae. Sebarannya ditemukan di seluruh Indonesia (Suharsono 2008).

Karang ini ditemukan dari terumbu di perairan dangkal hingga perairan dalam.

Karang Pocillopora merupakan salah satu karang perintis di ekosistem terumbu

karang. Keberadaannya sangat menentukan keberhasilan penempelan jenis karang

lainnya (Munasik et al. 2006).

Page 72: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

47

Sumber foto: Foto survei, 2010

Gambar 18 Karang Pocillopora dengan persen tutupan terbesar di stasiun 4.

e. Pulau Candikian (Stasiun 5)

Gambar 19 Grafik persentase tutupan karang di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan

10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi Pulau Candikian, pada kedalaman 3 m persentase tutupan

karang hidup bervariasi antara 17,3-28,9%, dan pada kedalaman 10 m bervariasi

antara 32,0-58,2%. Pada kedalaman 3 m, karang massive ditemukan banyak

terdapat di lokasi ini, Diploastrea sp merupakan genus karang dengan tutupan

karang terbesar di lokasi ini, biasa ditemukan di daerah rataan terumbu sampai

dengan daerah tubir. Pada kedalaman 10 m, Porites sp merupakan genus karang

yang ditemukan dengan tutupan karang terbesar.

Page 73: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

48

Berdasarkan data dari setiap titik sampling per stasiun, maka ditentukan

nilai rata-rata persentase tutupan karang pada setiap stasiun untuk kedalaman 3 m

dan 10 m. Dari hasil perhitungan data diketahui bahwa secara umum kondisi

tutupan karang pada setiap stasiun pengamatan tergolong kategori buruk hingga

sedang dengan kisaran tutupan karang hidup bervariasi antara 22,7±5,9% –

45,7±13,2% (Gomez et al. 1994), dapat dilihat pada grafik Gambar 20.

Gomez et al. 1994

Persentase tutupan Kategori

0 – 24,9 % : Buruk

25 – 49,9 % : Sedang

50 – 74,9 % : Baik

75 – 100 % : Sangat baik

Gambar 20 Persentase tutupan karang setiap stasiun.

Page 74: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

49

Persentase karang mati bervariasi antara 10,4±8,0% – 58,9±23,2% pada

kedalaman 3 m dan 2,5±1,7% – 32,0±16,6% pada kedalaman 10 m. Salah satu

faktor yang bisa mengakibatkan kematian karang diantaranya adalah tingginya

pencemaran. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa lokasi KKLD

merupakan wilayah jalur transportasi kapal sehingga rawan terkena pengaruh

tumpahan minyak buangan kapal, dan juga peristiwa tumpahnya minyak yang

terjadi pada Tahun 2005 di perairan sekitar Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu.

Akibatnya terumbu karang juga tidak luput dari pengaruh pencemaran minyak.

Menurut O'Sullivan dan Jacques (2001), jika terjadi kontak secara langsung antara

terumbu karang dengan minyak maka akan terjadi kematian terumbu karang yang

meluas. Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi sinar

matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam. Menurut Fakhrudin

(2004), lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan

mengurangi kelarutan oksigen yang akhirnya sampai pada tingkat tidak cukup

untuk mendukung bentuk kehidupan laut yang aerob.

Selain persentase karang mati, patahan karang juga memiliki nilai

persentase yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase patahan karang pada

masing-masing stasiun yang berkisar antara 4,2±6,7% – 62,3±15,0% pada

kedalaman 3 m dan 20,3±6,5% – 68,4±10,6% pada kedalaman 10 m. Kerusakan

ini terjadi akibat masih adanya aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan

terhadap ekosistem terumbu karang seperti pengeboman ikan, penggunaan jaring

ikan yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan jangkar yang berlabuh di

kawasan konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya.

Wilayah utara Pulau Biawak adalah wilayah yang paling rawan terjadi

aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan karena wilayah ini tidak dapat

terawasi secara langsung dari wilayah daratan, dimana pintu gerbang kawasan

terletak di bagian selatan Pulau Biawak. Data memperlihatkan bahwa persentase

karang hidup di wilayah utara Pulau Biawak (Stasiun 3) sangat rendah cenderung

masuk kategori buruk hingga sedang dengan persentase 26,4±10,7% pada

kedalaman 3 m dan 24,9±15,2% pada kedalaman 10 m, sementara persentase

patahan karangnya masing-masing kedalaman 62,3±15% dan 41,5±18,9%.

Page 75: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

50

Pada penelitian ini, penulis tidak melakukan kajian atas kerusakan pada

terumbu karang yang disebabkan oleh faktor alam tapi lebih kepada faktor yang

ditimbulkan oleh kegiatan antropogenik di sekitar KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya. Hasil kuesioner terhadap persepsi masyarakat terkait kerusakan

terumbu karang dan penyebabnya terlihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Grafik persepsi masyarakat terhadap kegiatan yang merusak terumbu

karang. Berdasarkan nilai persepsi masyarakat dari 50 responden yang diambil,

88% menyatakan bahwa masih terjadinya kegiatan penangkapan ikan yang

merusak lingkungan dengan persentase pengrusakan dengan bom sebesar 60%

(Gambar 21).

Berdasarkan data setiap stasiun maka nilai persentase tutupan karang yang

mewakili tiap pulau pada kawasan konservasi diketahui seperti terlihat pada

Tabel 7.

Tabel 7 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun

2010

Lokasi Keda-

laman

Karang

Hidup

(%)

Karang

Mati

(%)

Alga

(%)

Karang

Lunak

(%)

Patahan

Karang

(%)

Pasir

(%)

Lainnya

(%)

Bagian Barat

Pulau Biawak

3 m 37,0±9,3 44,0±11,7 3,8±6,5 - 4,2±6,7 10,9±2,4 0,2±0,3

10 m 27,4±10,6 2,5±1,7 1,4±1,5 0,3±0,5 68,4±10,6 - -

Bagian Selatan

Pulau Biawak

3 m 39,2±10,6 15,3±3,6 - 9,5±4,8 36,0±12,5 - -

10 m 42,3±20,9 31,0±22,6 - 0,3±0,5 20,3±6,5 - -

Bagian Utara

Pulau Biawak

3 m 26,4±10,7 10,4±8,0 - 1,0±1,0 62,3±15,0 - -

10 m 24,9±15,2 32,0±16,6 0,1±0,2 0,1±1,0 41,5±18,9 0,2±0,3 1,2±1,2

Pulau Gosong 3 m 42,4±18,4 22,6±8,9 1,3±1,2 2,4±2,3 31,4±24,7 - -

10 m 43,0±3,6 22,5±7,2 - 1,0±1,7 33,4±7,4 - -

Pulau

Candikian

3 m 22,7±5,9 58,9±23,2 - 3,6±3,1 19,9±23,3 1,5±2,6 -

10 m 45,7±13,2 9,2±4,8 - 1,0±1,1 41,8±22,0 2,2±2,2 -

Sumber: olah data 2010

Page 76: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

51

4.2.2 Kondisi Ikan Karang

Hasil dari pengamatan ikan dengan menggunakan metode underwater

visual census (UVC) yang dilakukan di 5 stasiun tercatat sebanyak 83 spesies ikan

dari 19 famili (Lampiran 2). Dari hasil perhitungan data diketahui bahwa

kelimpahan ikan bervariasi antara 5.967±1.767 ind/ha sampai dengan

20.433±10.355 ind/ha. Kelimpahan ikan pada tiap-tiap stasiun disajikan pada

Tabel 8 dan Gambar 22.

Tabel 8 Kelimpahan ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya per

stasiun pengamatan

Lokasi Kedalaman Kelimpahan

(ind/ha)

STDEV

(±)

Bagian Barat Pulau Biawak 3 m 18.700 1.493

10 m 17.100 5.289

Bagian Selatan Pulau Biawak 3 m 12.700 7.208

10 m 12.233 3.163

Bagian Utara Pulau Biawak 3 m 5.967 1.767

10 m 9.733 5.314

Pulau Gosong 3 m 20.433 10.355

10 m 15.633 3.014

Pulau Candikian 3 m 7.800 1.587

10 m 16.900 3.759

Gambar 22 Grafik kelimpahan ikan di Pulau Biawak dan sekitarnya per

stasiun pengamatan.

Jumlah dan jenis ikan yang dicatat dikelompokkan ke dalam tiga kategori

yaitu: kelompok ikan indikator, kelompok ikan target dan kelompok ikan mayor.

Kelompok ikan indikator 5 spesies, ikan target 27 spesies dan ikan mayor 51

Page 77: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

52

spesies. Secara keseluruhan ikan-ikan karang di perairan Pulau Biawak dan

sekitarnya didominasi oleh jenis-jenis seperti Pomacentrus alexanderae,

Pomacentrus smithi, Chromis ternatensis dan Chromis cyanea dari kelompok ikan

mayor. Spesies ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah

Pomacentrus alexanderae disusul oleh spesies Pomacentrus smithi. Kelimpahan

ikan bervariasi di setiap lokasi pengamatan, kelimpahan ikan berdasarkan

pengelompokan ikan ke dalam kelompok ikan indikator, kelompok ikan target dan

ikan kelompok mayor di setiap titik sampling pada kelima stasiun di Pulau

Biawak dan sekitarnya diperoleh:

a. Bagian Barat Pulau Biawak (Stasiun 1)

Gambar 23 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 1 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling.

Pada lokasi bagian barat Pulau Biawak, kelimpahan ikan didominasi oleh

kelompok ikan mayor dengan kelimpahan bervariasi antara 16.800-18.500 ind/ha

di kedalaman 3 m dan 9.600-19.300 ind/ha di kedalaman 10 m. Pada kedalaman 3

m didapatkan 25 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Pomacentrus

alexanderae dengan kelimpahan 15.133±1.012 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

didapatkan 31 spesies dan masih didominasi oleh Pomacentrus alexanderae

dengan kelimpahan 6.167±3.808 ind/ha. Pomacentrus alexanderae merupakan

jenis ikan yang menyukai alga (Dhahiyat et al. 2003). Dominasi Pomacentrus

disebabkan juga oleh sifat mereka yang teritori (Low 1971, in Dhahiyat et al.

2003). Selain itu Pomacentrus sangat dipengaruhi oleh karakteristik morfologis

dan substrat, beberapa spesies diantaranya cenderung menggunakan karang

Page 78: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

53

sebagai habitat daripada sebagai sumber makanan (Roberts dan Ormond 1987, in

Dhahiyat et al. 2003).

b. Bagian Selatan Pulau Biawak (Stasiun 2)

Gambar 24 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 2 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling.

Pada lokasi bagian selatan Pulau Biawak, kelimpahan ikan didominasi

oleh kelompok ikan mayor dengan kelimpahan bervariasi antara 4.400-16.200

ind/ha di kedalaman 3 m dan 8.300-14.000 ind/ha di kedalaman 10 m. Pada

kedalaman 3 m didapatkan 18 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah

Pomacentrus alexanderae dengan kelimpahan 6.700±6.188 ind/ha yang diikuti

oleh Chromis cyanea dengan kelimpahan 2.400±964 ind/ha . Pada kedalaman 10

m didapatkan 19 spesies dan masih didominasi oleh Pomacentrus alexanderae

dengan kelimpahan 7.500±1.600 ind/ha yang diikuti oleh Abudefduf sexfasciatus

dengan kelimpahan 1.600±1.637 ind/ha.

c. Bagian Utara Pulau Biawak (Stasiun 3)

Gambar 25 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 3 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling.

Page 79: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

54

Pada lokasi bagian utara Pulau Biawak, kelimpahan ikan didominasi oleh

kelompok ikan mayor dengan kelimpahan bervariasi antara 3.800-4.900 ind/ha di

kedalaman 3 m dan 5.200-13.400 ind/ha di kedalaman 10 m. Pada kedalaman 3 m

didapatkan 26 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Pomacentrus

alexanderae dengan kelimpahan 1.300±889 ind/ha yang diikuti oleh

Neoglyphidodon melas dengan kelimpahan 767±666 ind/ha . Pada kedalaman 10

m didapatkan 31 spesies didominasi oleh Chromis analis dengan kelimpahan

2.267±950 ind/ha yang diikuti oleh Pomacentrus alexanderae dengan kelimpahan

1.500±1.559 ind/ha.

d. Pulau Gosong (Stasiun 4)

Gambar 26 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 4 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling.

Pada lokasi Pulau Gosong, kelimpahan ikan didominasi oleh kelompok

ikan mayor dengan kelimpahan bervariasi antara 7.500-29.100 ind/ha di

kedalaman 3 m dan 11.900-17.700 ind/ha di kedalaman 10 m. Pada kedalaman 3

m didapatkan 26 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Pomacentrus

alexanderae dengan kelimpahan 10.100±5,484 ind/ha yang diikuti oleh Chromis

ternatensis dengan kelimpahan 3.733±5.143 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

didapatkan 29 spesies didominasi oleh Chromis ternatensis dengan kelimpahan

6.000±3.460 ind/ha yang diikuti oleh Pomacentrus alexanderae dengan

kelimpahan 4.200±2.931 ind/ha. Kehadiran Pomacentrus alexanderae dan

Chromis tenatensis membuat kelimpahan ikan di lokasi ini menjadi tinggi.

Tingginya kelimpahan Chromis ternatensis di lokasi ini disebabkan pula oleh

kondisi terumbu karang yang lebih baik dibanding lokasi lainnya.

Page 80: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

55

e. Pulau Candikian (Stasiun 5)

Gambar 27 Grafik kelimpahan kelompok ikan indikator, ikan target dan ikan

mayor di Stasiun 5 di kedalaman 3 m dan 10 m pada setiap titik

sampling.

Pada lokasi Pulau Candikian, kelimpahan ikan didominasi oleh kelompok

ikan mayor dengan kelimpahan bervariasi antara 5.100-8.000 ind/ha di kedalaman

3 m dan 12.800-18.800 ind/ha di kedalaman 10 m. Pada kedalaman 3 m

didapatkan 26 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Pomacentrus smithi

dengan kelimpahan 2.467±3.213 ind/ha yang diikuti oleh Pomacentrus

alexanderae dengan kelimpahan 1.567±1.193 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

didapatkan 23 spesies didominasi oleh Pomacentrus alexanderae dengan

kelimpahan 3.900±1.539 ind/ha dan Chromis atripectoralis dengan kelimpahan

3.867±3.050 ind/ha yang diikuti oleh Ambliglyphidodon curacao dengan

kelimpahan 2.467±3.139 ind/ha. Di lokasi ini teramati keberadaan sekelompok

ikan Bolbometopon muricatum yang mempunyai nama lain Green Humphead

Parrotfish berasal dari family Scaridae. Ikan ini dikenal juga sebagai ikan kakatua,

satu-satunya anggota dari genus Bolbometopon yang merupakan ikan kakatua

terbesar yang dapat tumbuh sampai 1,3 m dan berat 46 kg, mempunyai benjolan di

kepala dan menggunakannya sebagai pemecah karang. Ikan ini merupakan

pemakan karang, dan mengkonsumsi karang sebanyak 5 ton dalam setahun. Ikan

ini menurut IUCN, statusnya vurnerable (terancam punah). Disamping sebagai

pemakan karang, ikan ini mempunyai peranan dalam resilience ekosistem

terumbu karang dengan menyedikan tempat untuk koloni baru coralline algae

dan karang (Bellwood et al. 2003, in Green dan Bellwood 2009).

Berdasarkan data dari setiap titik sampling per stasiun, maka ditentukan

nilai rata-rata kelimpahan ikan berdasarkan kelompok ikan indikator, ikan target

Page 81: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

56

dan ikan mayor pada setiap stasiun untuk kedalaman 3 m dan 10 m, dapat dilihat

pada grafik Gambar 28.

Gambar 28 Grafik kelimpahan kelompok ikan setiap stasiun.

Pada kelompok ikan indikator, sebanyak 5 (lima) spesies ikan dari famili

Chaetodontidae telah dijumpai selama penelitian berlangsung. Jenis-jenis tersebut

adalah Chaetodon octofasciatus, C. baronessa, Chelmon rostratus,

Chaetodontoplus mesoleucus dan Heniochus varius. Ikan-ikan yang termasuk

famili ini mempunyai bentuk tubuh yang pipih serta lebar, sehingga gerakannya

meliuk-liuk mirip kepet. Jenis ini dikenal pula dengan nama ikan kepe-kepe.

Diperkirakan terdapat sekitar 114 jenis ikan kepe-kepe, dan di Indonesia

ditemukan sekitar 44 jenis (Dahuri 2003). Sebagian besar merupakan penghuni

terumbu karang, sebagian kecil hidup di daerah lamun, rumput laut dan habitatl

Page 82: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

57

lainnya. Ikan dari jenis ini hidup di daerah perairan laut tropis pada kedalaman

perairan 0-20 meter (Dahuri 2003). Diantara ikan kepe-kepe tersebut, ikan kepe-

kepe yang paling dominan jenisnya di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya adalah

Chaetodon octofasciatus (80,56%). Ikan ini tersebar merata di semua lokasi

penelitian, dan hal ini terlihat dari angka persentase kehadirannya. Chaetodon

octofasciatus memungkinkan untuk dijadikan indikator degradasi terumbu karang

akibat tekanan lingkungan. Namun, tidak semua ikan Chaetodontidae sebagai

pemakan karang keras (scleractinian coral), ada juga pemakan octocoral (karang

lunak). Kehadiran yang dominan dari Chaetodon octofasciatus mengindikasikan

bahwa terumbu karang sudah mengalami perubahan. Jenis-jenis ikan indikator

yang ditemukan di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya selama penelitian

disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9 Kelompok ikan indikator yang ditemukan di Pulau Biawak dan sekitarnya

Kelompok Ikan Indikator Lokasi

P. Biawak P. Gosong P. Candikian

Chaetodontidae Chaetodon octofasciatus + + +

Chelmon rostratus + - -

Heniochus varius + - -

Chaetodontoplus mesoleucus + - -

Chaetodon baronessa + - -

Sumber: Data Primer hasil survei 2010

Catatan: (+) = ada; (-) = tidak ada

Pada kelompok ikan target, sedikitnya ada 27 spesies ikan

konsumsi/pangan yang tergolong dalam 8 (delapan) genus mendiami perairan

Pulau Biawak dan sekitarnya. Secara umum ikan-ikan target yang tecatat selama

penelitian sebagian besar merupakan ikan dewasa. Kelimpahan terbesar yang

didapatkan selama penelitian dari kelompok ikan target adalah Caesio cuning

sebesar 27,42%. Caesio cuning atau ikan ekor kuning ditemukan di setiap pulau,

ikan tersebut selalu hidup berkelompok (schooling). Namun demikian kelimpahan

ikan ini masuk kategori sangat jarang dengan kelimpahan bervariasi antara

67±115 – 1.100±624 ind/ha, hal ini dikarenakan ikan ini membutuhkan ruang

yang luas sehingga lebih suka pada pola pertumbuhan karang yang merayap

(encrusting), sehingga banyak biota (plankton) yang tersingkap tidak berada di

rongga-rongga karang yang memudahkan kelompok ikan Caesio cuning untuk

memperoleh makanan (Zamani et al. 2011), sementara KKLD Pulau Biawak dan

Page 83: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

58

sekitarnya didominasi oleh jenis karang bercabang dan karang massive. Jenis-jenis

ikan target yang ditemukan di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya selama

penelitian disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10 Kelompok ikan target yang ditemukan di Pulau Biawak dan sekitarnya

Kelompok Ikan Target Lokasi

P. Biawak P. Gosong P. Candikian

Serranidae Epinephelus hexagonatus + - + Cephalopolis fulva + - - Plectropomus laevis + - - Epinephelus malabaricus + - - Cephalopholis argus - + +

Cephalopolis boenak - + -

Epinephelus fasciatus + - -

Cephalopholis micropion + - -

Lutjanidae Lutjanus lunulatus - + -

Lutjanus gibbus - + -

Lutjanus notatus - + -

Lutjanus russelli + - - Lethiridae Monotaxis grandoculis + - - Caesionidae Caesio cuning + + + Siganidae Siganus guttatus + - - Scarridae Scarus ghobban + - +

Chlorurus sordidus + + -

Scarus rivulatus + + +

Scarus viridifucatus + + +

Bolbometopon muricatum - - +

Chlorurus bleekeri - + -

Scarus flavipectoralis + - -

Scarus ferrugineus + - - Mullidae Parupeneus barberinus + - - Nemipteridae Scolopsis lineatus + + +

Scolopsis trilineatus + - -

Scolopsis bilineatus + + +

Sumber: Data Primer hasil survei 2010

Catatan: (+) = ada; (-) = tidak ada

Pada penelitian ini ikan mayor mendominasi baik dalam jumlah jenis

maupun kelimpahan. Pada kelompok ikan mayor, didapatkan sebanyak 51 spesies

ikan dari 9 genus. Genus yang paling sering dijumpai di lokasi adalah dari famili

Pomacentridae dengan 26 spesies. Kelimpahan terbesar dari kelompok ikan mayor

adalah Pomacentrus alexanderae sebesar 37,78%. Ikan dari famili Pomacentridae

menempati peringkat teratas dalam jumlah jenis maupun kelimpahan. Hal ini

dapat dimengerti mengingat jenis ini memiliki jumlah jenis yang tinggi untuk

kelompok ikan karang dan menempati hampir semua habitat di terumbu karang.

Jenis-jenis ikan mayor yang ditemukan di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

selama penelitian disajikan dalam Tabel 11.

Page 84: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

59

Tabel 11 Kelompok ikan mayor yang ditemukan di Pulau Biawak dan sekitarnya

Kelompok Ikan Mayor Lokasi

P. Biawak P. Gosong P. Candikian Pomacentridae Abudefduf bengalensis + - - Abudefduf sexfasciatus + + - Abudefduf vaigiensis + - - Ambliglyphidodon curacao + + + Ambliglyphidodon leucogaster + + Amphiprion clarkii + - + Amphiprion ocelaris + + - Amphiprion sandaracinos + - - Chromis analis + + + Chromis atripectoralis + + + Chromis cyanea + + + Chromis notata + + + Pomacentrus taeniometopon - + - Chromis ternatensis + + - Chrysiptera cyanea - + - Dischistodus perspicillatus + - - Dischistodus prosopotaenia + + + Neoglyphidodon melas + + - Neoglyphidodon bonang + + + Neopomacentrus cyanomos - - + Pomacentrus alexanderae + + + Pomacentrus burroughi + + - Plectroglyphidodon lacrymatus - - + Pomacentrus smithi - - + Pomacentrus trichrous + - - Pomacentrus trilineatus + - -

Labridae Bodianus mesothorax - - +

Cheilinus fasciatus + + +

Chlorurus sordidus - + -

Diproctacanthus xanthurus + + -

Epibulus insidator - + -

Gomphosus varius - - +

Halichoeres leucurus + - -

Halichoeres melanurus + - -

Hemigymnus melapterus + + +

Halichoeres purpuracens - + -

Halichoeres prosopeion - - +

Halichoeres radiatus + - -

Halichoeres trimaculatus + + -

Halichoeres vrolikii + - -

Labroides dimidiatus + + +

Thalassoma lunare + + + Pomacanthidae Centopyge nox + - + Pomacanthus sextriatus - - + Monacanthidae Cantherhines pullus + - - Scorpaenidae Pterois volitans + - - Holocentridae Sargocentron rubrum + + - Muraenidae Strophidon sathete + - - Haemulidae Plectorhinchus chaetodonoides - - + Ephippidae Platax teira + - - Platax pinnatus + - -

Sumber: Data Primer hasil survei 2010

Catatan: (+) = ada; (-) = tidak ada

Page 85: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

60

4.2.3 Kondisi Benthos

Hasil dari pengamatan ikan dengan menggunakan metode Reef Check

Benthos (RCB) yang dilakukan di 5 stasiun tercatat sebanyak 29 spesies dari 23

famili dan 6 filum (Lampiran 3). Dari hasil perhitungan data diketahui bahwa

kelimpahan benthos bervariasi antara 2.000±1.000 ind/ha sampai dengan

14.667±14.964 ind/ha. Kelimpahan benthos pada tiap-tiap stasiun disajikan pada

Tabel 12 dan Gambar 29.

Tabel 12 Kelimpahan benthos di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Lokasi Kedalaman Kelimpahan

(ind/ha)

STDEV

(±)

Bagian Barat Pulau Biawak 3 m 11.667 3.224

10 m 7.500 4.770

Bagian Selatan Pulau Biawak 3 m 7.083 3.503

10 m 3.333 1.909

Bagian Utara Pulau Biawak 3 m 3.833 1.010

10 m 8.333 3.185

Pulau Gosong 3 m 5.500 1.323

10 m 14.667 4.964

Pulau Candikian 3 m 2.000 1.000

10 m 2.750 3.269

Gambar 29 Grafik kelimpahan benthos di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

(ind/ha).

Kelimpahan benthos bervariasi di setiap lokasi pengamatan, kelimpahan

benthos berdasarkan filum di setiap titik sampling pada kelima stasiun di Pulau

Biawak dan sekitarnya diperoleh:

Page 86: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

61

a. Bagian Barat Pulau Biawak (Stasiun 1)

Gambar 30 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 1 di kedalaman 3 m

dan 10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian barat Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m didapatkan

11 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Atriolum robustum dari filum

Chordata dengan kelimpahan 6.833±4.163 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

didapatkan 11 spesies yang didominasi oleh Aaptos aaptos dari filum Porifera

dengan kelimpahan 2.417±3.971 ind/ha.

Keberadaan Porifera yang cukup besar di daerah barat pulau dapat

menginvasi kawasan terumbu karang sehingga memperkecil area larva hewan

karang untuk hidup dan tumbuh. Porifera menutupi karang yang mati dengan

cepat serta memperkecil kemungkinan larva hewan karang untuk menempel dan

hidup.

Salah satu predator alami yang ditemukan di stasiun 1 diantaranya adalah

ditemukannya Bintang Laut Mahkota Duri atau Crown of Thorn starfish/COTs

(Acanthaster plancii). Bintang laut ini merupakan salah satu jenis yang berpotensi

menimbulkan masalah besar dalam pengelolaan terumbu karang. Menurut Lassig

(1995) dalam Fraser et al. (2000) Acanthaster plancii adalah predator karang yang

Page 87: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

62

efisien karena dapat memakan karang seluas 5–13 m persegi karang hidup dalam

satu tahun.

Sumber foto: Foto survei, 2010

Gambar 31 Acanthaster plancii di lokasi pengamatan.

b. Bagian Selatan Pulau Biawak (Stasiun 2)

Gambar 32 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 2 di kedalaman 3 m

dan 10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian selatan Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m didapatkan

9 spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Spirobranchus giganteus dari filum

Annelida dengan kelimpahan 2.167±1.893 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

Page 88: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

63

didapatkan 6 spesies yang didominasi oleh Atriolum robustum dari filum Chordata

dengan kelimpahan 1.667±1.127 ind/ha.

Filum Annelida yang terdapat di daerah ini adalah famili Sabellidae

dengan spesies Sabellastarte indica yang dikenal dengan sebutan cacing kipas dan

famili Serpulidae dengan spesies Spirobranchus giganteus yang dikenal dengan

sebutan cacing pohon natal.

c. Bagian Utara Pulau Biawak (Stasiun 3)

Gambar 33 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 3 di kedalaman 3 m

dan 10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi bagian utara Pulau Biawak, pada kedalaman 3 m didapatkan 8

spesies dengan kelimpahan tertinggi adalah Pedum spondiloidum dari filum

Moluska dengan kelimpahan 1.500±1.090 ind/ha. Pada kedalaman 10 m

didapatkan 7 spesies yang didominasi oleh Dysidea sp dari filum Porifera dengan

kelimpahan 4.833±1.665 ind/ha.

Selain Dysidea sp, spesies dari filum Moluska yang ditemukan di daerah

ini adalah Drupella sp yang merupakan kelas Gastropoda famili Muricidae.

Hewan ini merupakan hewan koralivora (pemangsa koralit karang). Ciri

kerusakan biologis karang akibat prilaku koralivora Drupella (baik intensitas dan

Page 89: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

64

luasnya) cenderung serupa dengan dampak yang disebabkan Acanthaster plancii

(Ayling 2000). Drupella memilih mangsanya (umumnya koloni karang) karena

berbagai alasan yang cukup kompleks, diantaranya: bentuk pertumbuhan koloni

karang, kemudahan mereka untuk mengambil jaringan karang yang hidup,

produksi lendir dari karang, nilai nutrisi jaringan karang juga kemampuan

pertahanan nematosit (sel penyengat) dari karang itu sendiri (Morton et al. 2002).

d. Pulau Gosong (Stasiun 4)

Gambar 34 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 4 di kedalaman 3 m

dan 10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi Pulau Gosong, pada kedalaman 3 m didapatkan 15 spesies

dengan kelimpahan tertinggi adalah Atriolum robustum dari filum Chordata

dengan kelimpahan 1.583±946 ind/ha diikuti oleh Diadema savignyii dengan

kelimpahan 917±764 ind/ha. Pada kedalaman 10 m didapatkan 14 spesies yang

didominasi oleh Aaptos aaptos dari filum Porifera dengan kelimpahan

7.250±3.250 ind/ha, diikuti oleh Sebelastarte indica dengan kelimpahan

2.333±3.185 ind/ha dan Atriolum robustum dengan kelimpahan 2.000±3.041

ind/ha.

Page 90: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

65

e. Pulau Candikian

Gambar 35 Grafik kelimpahan benthos di Stasiun 5 di kedalaman 3 m

dan 10 m pada setiap titik sampling.

Pada lokasi Pulau Candikian, pada kedalaman 3 m didapatkan 6 spesies

dengan kelimpahan tertinggi adalah Diadema setosum dari filum Echinodermata

dengan kelimpahan 583±520 ind/ha dan Drupella rugosa dari filum Moluska

dengan kelimpahan 583±144 ind/ha. Pada kedalaman 10 m didapatkan 5 spesies

yang didominasi oleh Aaptos aaptos dari filum Porifera dengan kelimpahan

1.667±2.887 ind/ha. Hewan dari Filum Echinodermata yang biasa terdapat di

daerah ini adalah Bulu babi. Hewan yang memiliki nama Internasional sea urchin

atau edible sea urchin ini tidak mempunyai lengan. Tubuhnya umumnya

berbentuk seperti bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi dengan

duri-duri (Nontji 2007). Bulu babi hidup di terumbu karang (zona pertumbuhan

alga) dan lamun. Ada yang mempunyai duri yang panjang dan lancip, ada pula

yang durinya pendek dan tumpul. Makanannya terutama alga, tetapi ada beberapa

jenis yang juga memakan hewan-hewan kecil lainnya (Nontji 2007).

Berdasarkan data dari setiap titik sampling per stasiun, maka ditentukan

nilai rata-rata kelimpahan benthos berdasarkan filum pada setiap stasiun untuk

kedalaman 3 m dan 10 m, dapat dilihat pada grafik Gambar 36.

Page 91: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

66

Gambar 36 Grafik kelimpahan benthos setiap stasiun.

4.3 Peran dan Kepentingan Stakeholder

Analisis stakeholder menjadi alat penting dalam mengidentifikasi para

pelaku pengelolaan terumbu karang. Pelaku pengelolaan ini meliputi orang dan

organisasi yang terlibat ataupun terkena dampak dari suatu perencanaan. Untuk

memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas, analisis stakeholder ini harus

menguji dan mengidentifikasi berbagai dimensi yang berbeda-beda. Analisis ini

harus mampu memisahkan antara kelompok yang relevan dengan kelompok yang

berkepentingan dalam sektor umum, swasta dan organisasi. Dengan pemisahan

tersebut akan terihat jelas potensi mereka sehingga tingkat keterwakilan bisa lebih

proporsional. Namun perlu segera disadari bahwa analisis stakeholder ini hanya

Page 92: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

67

menyediakan alat untuk mengidentifikasi potensi stakeholder, dan tidak menjamin

bahwa mereka akan terlibat secara aktif didalamnya.

Proses penentuan stakeholder dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

1. Mengidentifikasi sendiri berdasarkan keterkaitan relevan dalam bidang

pengelolaan terumbu karang;

2. Mengidentifikasi berdasarkan catatan statistik serta laporan-laporan baik

yang dikeluarkan oleh pemerintah atau non pemerintah;

3. Identifikasi dengan pendekatan partisipatif dimana setiap stakeholder

mengidentifikasi stakeholder lainnya, melakukan diskusi sehingga setiap

stakeholder dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan

stakeholder penting lain yang berkaitan dengan pengelolaan terumbu

karang.

Untuk memudahkan analisis stakeholder, setiap stakeholder dikategorikan

kedalam beberapa unsur yaitu: pemerintah (pengambil kebijakan dan lembaga

legislatif), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, organisasi

sosial, serta pakar dan profesional. Berdasarkan hasil analisis stakeholder, maka

stakeholder yang terkait dengan penyusunan kebijakan pengelolaan terumbu

karang di perairan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Kabupaten Indramayu

dapat dilihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13 Daftar stakeholder pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya

UNSUR STAKEHOLDER

Pemerintah Pusat

Pemerintah Provinsi

Pemerintah Kabupaten

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Dinas Kelautan dan Perikanan

Dinas Perikanan dan Kelautan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kantor Lingkungan Hidup

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata

Dinas Perhubungan

BAPPEDA

DPRD

Lembaga Swadaya Masyarakat LSM Siklus

Organisasi Sosial Organisasi mahasiswa

Pakar dan Profesional Pakar Lingkungan Hidup

Universitas

Masyarakat Masyarakat nelayan, tokoh masyarakat

Page 93: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

68

Berdasarkan tabel stakeholder dilakukan analisis peran dan pengaruh

masing-masing stakeholder dalam kaitan dengan kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan dengan

wawancara dan kuesioner terhadap wakil dari semua stakeholder yang

teridentifikasi. Hasil kegiatan wawancara dan kuesioner berlanjut pada pemetaan

stakeholder dengan memberi skor berdasarkan peran dan pengaruh stakeholder

pada pengelolaan terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, seperti

terlihat pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14 Matriks analisis stakeholder

Kelompok

Stakeholder

Peran dalam

kegiatan

Pelaksana

Pengorganisir

Pembuat

keputusan

Pemanfaat

Pengontrol

Pendukung

penentang

Pengaruh

kegiatan terhadap

kepentingan

stakeholder

T = tidak dikenal

1 = tidak penting

2 = agak penting

3 = sedang

4 = sangat penting

5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder

terhadap keberhasilan

kegiatan

T = tidak dikenal

1 = tidak penting

2 = agak penting

3 = sedang

4 = sangat penting

5 = pemain kunci

Tahap

penyiapan

Tahap

pelaksanaan

Kementerian

Kelautan dan

Perikanan

Pendukung 3 3 3

DKP Provinsi Pendukung 3 3 3

DKP Kabupaten Pengorganisir dan

pengontrol

5 5 5

DPRD Pembuat

Keputusan

4 5 4

BAPPEDA Pendukung 3 5 3

Dishutbun Pendukung 4 4 4

Disporabudpar Pendukung 4 4 4

Dishub Pendukung 2 2 2

Masyarakat

nelayan

Pemanfaat,

pelaksana dan

pengontrol

5 3 4

LSM Pendukung dan

Pelaksana

4 4 4

UNWIR Pendukung dan

pelaksana

4 3 4

MAPALA Pendukung 3 3 3

Kantor LH Pendukung 4 4 4

Sumber format: LGA Romania, RTI 2001

Page 94: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

69

Untuk melihat besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing

stakeholder terhadap pengelolaan terumbu karang, alat analisis yang digunakan

adalah “stakeholder grid” yang mengkategorikan stakeholder menurut tingkat

kepentingan dan pengaruhnya terhadap kebijakan pengelolaan terumbu karang

yang diilustrasikan pada Gambar 37.

Pengaruh rendah Pengaruh tinggi

Kepentingan tinggi Kelompok A:

LSM

UNWIR

Warga

Kelompok B:

Pemerintah Pusat, kota dan

Kabupaten

Tokoh Masyarakat

Kepentingan rendah Kelompok C:

Dishub

Organisasi sosial

(MAPALA)

Kelompok D:

DPRD

BAPPEDA

Sumber format: Budiharsono et al. 2006

Gambar 37 Stakeholder Grid pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

4.4 Kebijakan Operasional Pengelolaan Terumbu Karang

Kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang secara khusus telah

dimulai sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor: Kep.38/men/2004 Tentang Pedoman umum pengelolaan terumbu karang.

Pedoman Umum sebagaimana dimaksud sebagai acuan bagi Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat dalam rangka

pengelolaan terumbu karang secara berkelanjutan.

Setelah Kawasan Pulau Biawak dan sekitarnya ditetapkan sebagai

Kawasan Konservasi Laut Daerah, pemerintah pusat melalui Kementerian

Kelautan dan Perikanan menyusun rencana pengelolaan (Management Plan)

Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya Kabupaten

Indramayu Provinsi Jawa Barat untuk dijadikan acuan dalam pengelolaan KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya kedepannya. Selain itu, pemerintah daerah melalui

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu pada tahun 2005 menyusun

Naskah Akademik Pengelolaan KKLD Pulau Biawak Kabupaten Indramayu.

Page 95: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

70

Implementasi dari kegiatan pengelolaan KKLD yang telah di rencanakan

merupakan kunci untuk menjaga sumberdaya pesisir. Dari hasil pengamatan di

lapangan, keberadaan KKLD yang telah berjalan sejak diterbitkannya SK Bupati

Indramayu seperti tersebut di atas, belum dapat memberikan perubahan yang

signifikan baik pengaturan dan pengelolan sumberdaya alam pesisir, laut dan

pulau-pulau kecil khususnya terumbu karang yang ada di kawasan tersebut.

Tahun 2006 pemerintah daerah Kabupaten Indramayu menetapkan Forum

Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu melalui Keputusan Bupati Indramayu

Nomor: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla/2006, sehingga idealnya segala bentuk

pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dapat dilaksanakan oleh forum

ini, terutama terkait dengan proses perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan

pemantauan pengelolaan terumbu karang di kawasan tersebut. Untuk itu, perlu

adanya kebijakan operasional yang tepat dalam melaksanakan pengelolaan

terumbu karang di kawasan tersebut. Salah satu pedoman yang dapat digunakan

dalam menyusun kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang adalah

pedoman umum pengelolaan terumbu karang berdasarkan pada Surat Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: Kep.38/men/2004 Tentang Pedoman

umum pengelolaan terumbu karang.

Forum pengelola KKLD Pulau Biawak dalam menetapkan kebijakan

operasional dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak

diamanatkan mengacu pada pedoman umum tersebut. Kebijakan operasional

pengelolaan terumbu karang dijabarkan menjadi 7 kebijakan. Dalam

melaksanakan kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya, perlu adanya skala prioritas sesuai dengan kebutuhan.

Analisis A’WOT digunakan untuk menentukan skala prioritas dari 7

kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang dengan menggabungkan

faktor-faktor komponen SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and

Threats) dengan Analysis Hierarchy Process (AHP). Untuk membantu penentuan

faktor SWOT, dilakukan wawancara dan kuesioner terkait kebijakan pengelolaan

terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya terhadap 50 responden

(Gambar 38) dan dalam penentuan AHP dilakukan wawancara dan kuesioner

kepada stakeholder yang berperan dalam pengelolaan terumbu karang yaitu Dinas

Page 96: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

71

Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

DPRD, Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Pemuda Olah Raga

Kebudayaan dan Pariwisata, LSM, Universitas Wiralodra, Pakar dan Tokoh

Masyarakat.

Gambar 38 Grafik persepsi masyarakat terkait pengelolaan terumbu karang.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa beberapa faktor kekuatan

(Strengths) yang menjadi pendukung pengelolaan terumbu karang di lokasi

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya diantaranya adalah; 1) adanya upaya

perlindungan terhadap sumberdaya terumbu karang dengan ditetapkannya Pulau

Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah; 2) terumbu

Page 97: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

72

karang hampir mengelilingi seluruh pulau dan bisa dijumpai di ketiga pulau

sehingga memiliki sebaran yang luas; dan 3) memiliki kenekaragaman karang

yang tinggi sehingga memiliki potensi wisata bahari.

Faktor kelemahan yang teridentifikasi adalah; 1) lemahnya pengawasan

dan penegakan hukum terhadap eksploitasi terumbu karang; 2) akses

penyebrangan dari daratan menuju Pulau Biawak memakan waktu cukup lama

antara 4 sampai 6 jam perjalanan dengan perahu nelayan 20 PK; 3) kurangnya

penelitian dan kajian ilmiah mengenai terumbu karang yang mampu mendukung

pengelolaannya; dan 4) biaya operasional tinggi, hal ini sangat dirasakan oleh

masyarakat nelayan sekitar.

Faktor Peluang yang mendukung pengelolaan terumbu karang adalah; 1)

tingginya perhatian pemerintah terhadap kelestarian terumbu karang,

diantaranya dengan dibentuknya Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu

melalui Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla/2006

dimana Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu sebagai

Ketua Forum dengan dibantu oleh perwakilan dinas-dinas dan instansi lainnya

sebagai anggota pengelola diantaranya Dinas Kehutan dan Perkebunan,

POLAIRUD, Kepala Danlanal, Universitas Wiralodra Indramayu (UNWIR),

Dinas Perhubungan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pertambangan

dan Lingkungan Hidup dan BAPPEDA Indramayu; 2) permintaan terhadap hasil

perikanan dan objek wisata yang makin meningkat; dan 3) tersedianya teknologi

monitoring dan transplantasi karang.

Faktor ancaman dalam pengelolaan terumbu karang adalah; 1) kerusakan

terumbu karang akibat pencemaran, sebagai contoh tumpahan minyak pada tahun

2005 di perairan Pulau Biawak dan sekitarnya; 2) kegiatan penangkapan ikan

yang merusak lingkungan, seperti penggunaan bom atau racun; dan 3)

eksploitasi/pemanfaatan terumbu karang untuk tujuan komersil, seperti

pengambilan karang hias ilegal.

Faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) pada KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 15.

Page 98: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

73

Tabel 15 Faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) pada KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya

STRENGTHS

a. Statusnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah, yang pemanfaatan sumberdaya

alamnya mengandung misi konservasi.

b. Luasnya sebaran terumbu karang di sekitar perairan Pulau Biawak dan sekitarnya.

c. Keanekaragaman karang tinggi sehingga memiliki potensi wisata bahari.

WEAKNESSES

d. Lemahnya Pengawasan dan penegakan hukum terhadap eksploitasi terumbu karang.

e. Akses penyebrangan dari daratan menuju Pulau Biawak memakan waktu yang lama

kira-kira 4 – 6 jam

f. Kurangnya penelitian ilmiah mengenai terumbu karang yang mampu mendukung

pengelolaannya

g. Biaya operasional tinggi

OPPORTUNITIES

h. Tingginya perhatian pemerintah terhadap kelestarian terumbu karang (dibentuknya

Forum Pengelola KKLD Kab. Indramayu)

i. Permintaan terhadap hasil perikanan dan objek wisata yang makin meningkat

j. Tersedianya teknologi monitoring dan transplantasi karang

THREATS

k. Kerusakan terumbu karang akibat pencemaran

l. Kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan (bom, racun)

m. Eksploitasi/pemanfaatan terumbu karang untuk tujuan komersil

Hasil analis dari faktor strengths, weaknesses, opportunities dan threats bisa

dilihat pada Gambar 39 dan Tabel 16 berikut:

Gambar 39 Grafik prioritas faktor SWOT terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Tabel 16 Hasil analisis komponen SWOT KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Komponen SWOT Bobot Prioritas Relatif

Strengths (kekuatan) 0,331 P2

Weaknesess (kelemahan) 0,153 P3

Opportunities (peluang) 0,127 P4

Threats (ancaman) 0,389 P1

Page 99: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

74

Hasil analisis komponen SWOT pada KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya menunjukkan bahwa ancaman (threats) menempati prioritas utama

dalam pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dengan nilai sebesar

0,389, kemudian diikuti oleh faktor kekuatan (strengths) sebesar 0,331, faktor

kelemahan (weaknesses) sebesar 0,153 dan faktor peluang (opportunities)

sebesar 0,127 (Tabel 18).

Pencemaran lingkungan terhadap terumbu karang, penangkapan ikan

dengan cara tidak ramah lingkungan (penggunaan bom dan racun) serta

pemanfaatan terumbu karang untuk tujuan komersil (pengambilan karang untuk

ikan hias) merupakan prioritas utama yang paling penting untuk diperhatikan

dalam pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan

kondisi saat ini dimana kondisi terumbu karang Pulau Biawak dan sekitarnya

dalam kategori buruk hingga sedang dengan kisaran tutupan karang hidup antara

22,7±5,9% – 45,7±13,2%.

Untuk lebih merinci tentang faktor dominan dalam pengelolaan terumbu

karang sebagaimana analisis yang telah dilakukan berikut disampaikan uraian

tingkat prioritas dari masing-masing faktor pendukung seperti kekuatan,

kelemahan, peluang/kesempatan dan ancaman.

1) Prioritas pada faktor kekuatan

Berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan teridentifikasi

beberapa faktor kekuatan yang menjadi pendukung dalam pengelolaan terumbu

karang yaitu a) status kawasan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah dengan

kekuatan hukum melalui Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 556/Kep.528-

Diskanla/2004 dan adanya legitimasi yang kuat terkait pengelolaan terumbu

karang dengan PERDA No.14 Tahun 2006 yang memiliki asas-asas sebagai

berikut:

a) Perlindungan pelestarian dan keanekaragaman hayati berserta

ekosistemnya untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

b) Pemanfaatan potensi sumberdaya secara berkelanjutan yang dititik

beratkan pada pertimbangan aspek ekologis

Page 100: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

75

c) Dalam pengelolaan KKLD prinsip-prinsip keterbukaan, kebersamaan,

keadilan dan perlindungan hukum bagi setiap pemangku kepentingan.

d) Proses-proses dalam perencanaan dan pengelolaan KKLD akan dilakukan

secara mufakat, keterpaduan, kesimbangan, berkelanjutan, berkeadilan dan

berbasis-masyarakat.

Faktor pendukung kedua adalah b) luasnya sebaran terumbu karang yang

mengelilingi Pulau Biawak dan sekitarnya, dan faktor ketiga adalah c)

keanekaragaman karang yang tinggi sehingga berpotensi untuk kegiatan wisata

bahari. Skala prioritas dari faktor kekuatan bisa dilihat pada Gambar 40 dan Tabel

17 berikut:

Gambar 40 Grafik prioritas faktor kekuatan terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Tabel 17 Hasil analisis faktor kekuatan pengelolaan terumbu karang

Faktor Kekuatan (Strengths) Bobot Prioritas Relatif

Statusnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah, yang

pemanfaatan sumberdaya alamnya mengandung misi konservasi 0,657 P1

Luasnya sebaran terumbu karang di sekitar perairan Pulau Biawak

dan sekitarnya. 0,249 P2

Keanekaragaman karang tinggi sehingga memiliki potensi wisata

bahari. 0,094 P3

Adanya Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 556/Kep.528-

Diskanla/2004 dan PERDA No.14 Tahun 2006 menjadi legitimasi yang kuat

dalam pengelolaan terumbu karang, sehingga keberadaan PERDA tersebut

menjadi faktor prioritas utama dalam pengelolaan terumbu karang.

Page 101: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

76

2) Prioritas pada faktor kelemahan

Faktor kelemahan yang bisa teridentifikasi dalam pengelolaan terumbu

karang adalah; d) lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap

eksploitasi terumbu karang; e) akses penyeberangan dari daratan menuju Pulau

Biawak memakan waktu yang lama kira-kira 4-6 jam; f) kurangnya penelitian

ilmiah mengenai terumbu karang yang mampu mendukung pengelolaannya; dan

g) biaya operasional tinggi. Skala prioritas dari faktor kelemahan bisa dilihat pada

Gambar 41 dan Tabel 18 berikut:

Gambar 41 Grafik prioritas faktor kelemahan terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Tabel 18 Hasil analisis faktor kelemahan pengelolaan terumbu karang

Faktor Kelemahan (Weaknesses) Bobot Prioritas Relatif

Lemahnya Pengawasan dan penegakan hukum terhadap

eksploitasi terumbu karang 0,353 P1

Akses penyebrangan dari daratan menuju Pulau Biawak

memakan waktu yang lama kira-kira 4-5 jam 0,238 P3

Kurangnya penelitian ilmiah mengenai terumbu karang yang

mampu mendukung pengelolaannya 0,279 P2

Biaya operasional tinggi 0,130 P4

Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap kegiatan

eksploitasi terumbu karang menjadi prioritas pertama yang harus diperhatikan

sebesar 35,3% dalam pengelolaan terumbu karang, hal ini disebabkan karena

sering terjadinya kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan dengan

penggunaan bom dan racun. Prioritas kedua dengan bobot 27,9% adalah perlunya

kegiatan-kegiatan ilmiah untuk mengumpulkan data kondisi karang di KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya karena data yang terkumpul sampai penelitian ini

dilaksanakan sangatlah minim.

Page 102: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

77

Gambar 42 Grafik persepsi masyarakat terhadap pengawasan terumbu karang.

3) Prioritas pada faktor peluang

Faktor peluang yang bisa teridentifikasi dalam pengelolaan terumbu

karang adalah; h) tingginya perhatian pemerintah dan LSM terhadap kelestarian

terumbu karang (dibentuknya Forum Pengelola KKLD Kab. Indramayu); i)

permintaan terhadap hasil perikanan dan objek wisata yang makin meningkat; dan

j) tersedianya teknologi monitoring dan transplantasi karang. Skala prioritas dari

faktor peluang bisa dilihat pada Gambar 43 dan Tabel 19 berikut:

Gambar 43 Grafik prioritas faktor peluang terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Tabel 19 Hasil analisis faktor peluang pengelolaan terumbu karang

Faktor Peluang (Opportunities) Bobot Prioritas Relatif

Tingginya perhatian pemerintah terhadap kelestarian terumbu

karang (dibentuknya Forum Pengelola KKLD Kab. Indramayu) 0,634 P1

Permintaan terhadap hasil perikanan dan objek wisata yang

makin meningkat 0,240 P2

Tersedianya teknologi monitoring dan transplantasi karang 0,126 P3

Tingginya perhatian pemerintah terhadap kelestarian terumbu karang

menjadi faktor pendukung yang menempati prioritas pertama dengan bobot

Page 103: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

78

63,4%, hal ini terlihat dengan dibentuknya Forum Pengelola KKLD Kabupaten

Indramayu dimana keanggotannya merupakan gabungan dari berbagai dinas dan

instansi.

4) Prioritas pada faktor ancaman

Faktor ancaman yang bisa teridentifikasi dalam pengelolaan terumbu

karang adalah; k) kerusakan terumbu karang akibat pencemaran; l) kegiatan

penangkapan ikan yang merusak lingkungan; dan m) Eksploitasi/pemanfaatan

terumbu karang untuk tujuan komersil. Skala prioritas dari faktor ancaman bisa

dilihat pada Gambar 44 dan Tabel 20 berikut:

Gambar 44 Grafik prioritas faktor ancaman terhadap kebijakan pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Tabel 20 Hasil analisis faktor ancaman dalam pengelolaan terumbu karang

Faktor Ancaman (Threats) Bobot Prioritas Relatif

Kerusakan terumbu karang akibat pencemaran 0,347 P2

Kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan (bom

dan racun) 0,534 P1

Eksploitasi/pemanfaatan terumbu karang untuk tujuan

komersil 0,118 P3

Kondisi terumbu karang yang mengalami penurunan akibat kegiatan

penangkapan ikan yang merusak lingkungan (bom dan racun) perlu mendapat

perhatian khusus dalam pengelolaan terumbu karang, sehingga kegiatan

penangkapan secara merugikan ini mendapat prioritas pertama pada faktor

ancaman terhadap pengelolaan terumbu karang dengan nilai bobot 53,4%.

Selanjutnya prioritas alternatif kebijakan pengelolaan terumbu karang di

evaluasi berdasarkan faktor-faktor SWOT yang sudah diidentifikasi. Tabel 21

menunjukan hasil analisis A'WOT yang menghasilkan berbagai alternatif

Page 104: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

79

kebijakan dalam pengelolaan terumbu karang dengan variasi bobot berkisar 0,047

sampai dengan 0,291. Rekomendasi kebijakan yang diusulkan dengan bobot

tertinggi adalah Upaya pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi

terumbu karang, kemudian diikuti dengan peningkatan kerjasama, koordinasi dan

kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota,

serta masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Tabel 21 Hasil analisis kebijakan pengelolaan terumbu karang

Kebijakan Pengelolaan Terumbu karang Bobot Prioritas Relatif

Upaya pelestarian, perlindungan, dan

peningkatan kondisi terumbu karang

0,291 P1

Pengembangan kapasitas dan kapabilitas

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

Pemerintah Kabupaten/Kota

0,161 P3

Penyusunan rencana tata ruang pengelolaan

wilayah pesisir dan laut untuk mempertahankan

kelestarian terumbu karang

0,047 P7

Peningkatan kerjasama, koordinasi dan

kemitraan antara Pemerintah, Pemerintah

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta

masyarakat dalam pengambilan keputusan

0,201 P2

Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir

melalui pengembangan kegiatan ekonomi

kerakyatan

0,101 P5

Pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, penelitian, sistem informasi,

pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan

terumbu karang

0,091 P6

Peningkatan pendanaan untuk pengelolaan

terumbu karang

0,107 P4

Gambar 45 Grafik prioritas terhadap alternatif kebijakan pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Page 105: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

80

Hasil lengkap rumusan alternatif kebijakan dalam pengelolaan terumbu

karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai berikut:

1) Upaya pelestarian, perlindungan, dan peningkatan kondisi terumbu karang;

2) Peningkatan kerjasama, koordinasi dan kemitraan antara Pemerintah,

Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta masyarakat dalam

pengambilan keputusan;

3) Pengembangan kapasitas dan kapabilitas Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

4) Peningkatan pendanaan untuk pengelolaan terumbu karang;

5) Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan

kegiatan ekonomi kerakyatan;

6) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian, sistem

informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan terumbu karang;

7) Penyusunan rencana tata ruang pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk

mempertahankan kelestarian terumbu karang.

Page 106: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

5 PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Terumbu Karang

Terumbu karang yang tersebar di wilayah pesisir, keberadaannya akan

selalu mendapat tantangan dari faktor antropogenik dan alam termasuk

didalamnya penangkapan ikan berlebih (overfishing), praktek penangkapan ikan

yang tidak ramah lingkungan (destructive fishing), pembangunan untuk wisata,

pemutihan karang (coral bleaching), pengasaman air laut (acidification), sea-level

rise, blooming alga, pencemaran, penyakit karang, kehadiran spesies pemangsa

karang, dan kerusakan akibat angin topan/badai (Crabbe 2010). Faktor alam dan

intensitas antropogenik yang meningkat perlu mendapatkan perhatian yang lebih,

karena dampaknya terhadap kondisi karang hidup pada suatu ekosistem terumbu

karang sangat besar.

Dari hasil survei luasan tutupan karang hidup di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya yang dilakukan pada 5 (lima) stasiun, secara keseluruhan didapatkan

bahwa karang yang hidup didominasi oleh jenis karang massive. Hal ini karena

jenis karang massive memiliki tingkat kerentanan yang lebih baik dibandingkan

dengan jenis karang bercabang (branching coral) terhadap gangguan yang berasal

dari alam maupun aktivitas manusia (antropogenik). Jenis karang bercabang akan

mudah rusak atau patah jika terkena benturan keras atau bom.

Berdasarkan hasil penelitian, persentase tutupan karang hidup KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya antara 22,7±5,9% – 45,7±13,2% yang tergolong

pada kategori buruk hingga sedang (Gomez et al. 1994). Persentase karang mati

bervariasi antara 10,4±8,0%–58,9±23,2% pada kedalaman 3 m dan 2,5±1,7% –

32,0±16,6% pada kedalaman 10 m. Selain persentase karang mati, patahan karang

juga memiliki nilai persentase yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari persentase

patahan karang pada masing-masing stasiun yang berkisar antara 4,2±6,7% –

62,3±15,0% pada kedalaman 3 m dan 20,3±6,5% – 68,4±10,6% pada kedalaman

10 m.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi terumbu karang di

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya dapat digambarkan berdasarkan skema

Page 107: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

82

pengelolaan di kawasan konservasi laut yang merupakan modifikasi dari kerangka

pengelolaan dan faktor-faktor yang memicu perubahan ekosistem atau habitat

dalam suatu kawasan konservasi perairan menurut Martinez et al. (2009) (Gambar

46).

Gambar 46 Skema pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya. (Modifikasi kerangka pengelolaan Marine Protected Area, Martinez

et al. 2009)

Faktor antropogenik yang menyebabkan hancurnya terumbu karang di

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya yaitu: kegiatan penangkapan ikan yang tidak

ramah lingkungan, aktivitas penambatan jangkar dari perahu nelayan yang

bersandar di pulau dan adanya pencemaran air laut dari tumpahan minyak pada

tahun 2005.

Kegiatan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan yang masih

terjadi di kawasan antara lain kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan

beracun seperti sianida (potassium) dan penggunaan bahan peledak atau bom.

Penggunaan bahan beracun seperti sianida banyak dilakukan oleh para pemburu

Page 108: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

83

ikan hias. Selain pemburu ikan hias, terumbu karang juga mengalami kerusakan

dari aktivitas pengambilan karang hias untuk kepentingan perdagangan baik lokal

maupun untuk ekspor. Pemburu ikan hias dan pengambil karang hias bukan

berasal dari daerah Indramayu melainkan dari wilayah lain. Menurut informasi

petugas penjaga mercusuar di Pulau Biawak, sering menemukan pemburu ikan

hias dan terumbu karang yang membawa senjata dalam operasinya hingga petugas

tidak dapat berbuat banyak untuk memperingatkannya.

Berkurangnya persentase tutupan karang yang disebabkan oleh kegiatan

penangkapan ikan konsumsi dengan sianida di Indonesia diestimasi berkisar

antara 0,05–0,06 m2 per 100 m

2 per tahun (Mous et al. 2000). Kerusakan terumbu

karang lebih besar lagi bila target ikan yang ditangkap adalah ikan hias

ornamental, karena ikan tangkapan berukuran kecil sehingga karang bercabang

akan hancur dalam area yang cukup luas, sekitar 0,4% karang hilang per tahunnya

(McManus et al. 1997, in Mous et al. 2000).

Jones dan Gulberg (1999) menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi

akibat kegiatan penangkapan ikan dengan sianida adalah terjadinya pemutihan

(bleaching) karang, yang disebabkan hilangnya zooxanthela pada karang ketika

karang terkena sianida. Gambar 47 memperlihatkan kondisi karang yang

mengalami bleaching sebagai indikasi akibat praktek penangkapan ikan dengan

sianida di wilayah utara Pulau Biawak.

Sumber foto: Sukendi (foto pengamatan di lokasi P. Biawak, 2010)

Gambar 47 Coral Bleaching, indikasi dari penangkapan ikan dengan sianida.

Penggunaan bahan peledak (bom) di kawasan Pulau Biawak juga sering

terjadi. Hanya saja, pelaku pemboman tidak diketahui dengan pasti apakah

Page 109: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

84

nelayan Indramayu atau nelayan dari luar Indramayu. Salah satu ciri bahwa

terumbu karang mengalami kerusakan adalah banyaknya karang dalam bentuk

patahan kecil yang berserakan di dasar perairan dengan luasan yang cukup luas.

Wilayah utara Pulau Biawak (Stasiun 3) memperlihatkan bukti masih

berlangsungnya kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan bom.

Berdasarkan hasil penelitian, wilayah utara Pulau Biawak memiliki nilai tutupan

karang hidup paling rendah yaitu 26,4±10,7% pada kedalaman 3 m dan 24,9±15,2

% pada kedalaman 10 m. Patahan karang di wilayah ini relatif paling tinggi

dibandingkan dengan wilayah lainnya yaitu 62,3±15,0% pada kedalaman 3 m dan

41,5±18,9% pada kedalaman 10 m. Hal ini disebabkan karena wilayah utara pulau

adalah wilayah yang kurang mendapat pengawasan mengingat aktivitas manusia

terkonsentrasi di wilayah selatan. Keberadaan penjaga mercusuar di wilayah

selatan, sedikitnya mampu menjaga kondisi terumbu karang disekitar wilayah

selatan lebih baik.

Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dianggap menjadi

salah satu faktor utama yang menyebabkan rusaknya terumbu karang di perairan

Indonesia (Erdman 2000, in Fox et al. 2000). Bom skala rumah tangga dari TNT,

potassium klorida atau amonium nitrat dengan ukuran 0,5 kg sampai 10 kg yang

diledakan di area terumbu karang dapat menghancurkan karang dengan radius 1–

5 m dan membunuh organisme laut lainnya dengan radius 77 meter (Jennings dan

Lock 1996, in Fox et al. 2000).

Sumber foto: Sukendi (foto pengamatan di lokasi P. Biawak, 2010)

Gambar 48 Patahan karang indikasi penangkapan ikan dengan bahan peledak.

Kerusakan terumbu karang berpengaruh terhadap keberadaan ikan-ikan

indikator, karena ikan-ikan ini berasosiasi paling kuat dengan karang. Hal ini

Page 110: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

85

terlihat dengan rendahnya jumlah ikan indikator yang ditemukan selama

penelitian yaitu sebanyak 5 (lima) jenis dengan kelimpahan terbanyak didominasi

oleh ikan Chaetodon octofasciatus.

Keberadaan Pulau Biawak di utara Pulau Jawa digunakan para nelayan

pencari ikan sebagai tempat untuk peristirahatan atau transit kapal. Hampir setiap

malam selama penelitian berlangsung, banyak kapal bersandar di Pulau Biawak.

Selain itu, bila cuaca buruk, para nelayan menjangkarkan kapalnya di Pulau

Biawak dan bermalam hingga cuaca kembali membaik. Aktivitas turun naik

jangkar ini menyebabkan rusaknya terumbu di wilayah selatan Pulau Biawak.

Jangkar menyebabkan kerusakan pada terumbu karang pada saat proses

membuang jangkar, mengatur dan mengambil jangkar (Dinsdale 2004a). Karang

terbelah dan pada saat jangkar menghantam subsrat karang. Setelah terpasang,

kerusakan berikutnya terjadi saat rantai jangkar ditarik pada stuktur substrat

karang. Jika jangkar tersangkut pada koloni karang, karang akan terbalik pada saat

pengambilan jangkar (Dinsdale 2004a).

Patahan karang selain sebagai indikasi adanya penangkapan dengan

menggunakan bahan peledak, juga merupakan indikasi proses penjangkaran kapal.

Pada terumbu karang yang rusak dan sudah terangkat, biota pada terumbu karang

jarang ditemukan dan digantikan patahan karang mati (Dinsdale 2004b). Jangkar

dapat menyebabkan karang terbelah dan terpecah kemudian mati dan menjadi

patahan karang (Saphier dan Hoffman 2005). Pada kedalaman 3 m terlihat bahwa

persentase patahan karang mencapai 36,0±12,5% di wilayah selatan pulau

(Stasiun 2).

Pada tahun 2005, berdasarkan informasi yang dikumpulkan, pernah terjadi

pencemaran dari tumpahan minyak di sekitar Pulau Biawak dan Pulau Gosong.

Tumpahan minyak dapat menyebar dan memberi dampak pada daerah

penangkapan, ekosistem pesisir dan pantai. Peristiwa ini juga memberi dampak

pada ekosistem pesisir di sekitar kawasan konservasi Pulau Biawak.

Minyak mengalami kontak dengan karang dengan berbagai cara. Minyak

memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan air, sehingga umumnya minyak

akan mengapung diatas permukaan karang. Beberapa karang akan berada di

permukaan pada saat air laut surut, hal ini menyebabkan karang mengalami

Page 111: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

86

kontak langsung dengan minyak sehingga karang tertutup oleh minyak. Gerakan

ombak akan memecah minyak menjadi tetesan minyak di dalam kolom air.

Lambat laun tetesan ini akan bersentuhan dengan karang. Pada beberapa tempat

yang memiliki kandungan partikel yang tinggi di sekitar terumbu karang, minyak

akan menyatu dengan partikel mineral dan tenggelam. Partikel yang mengandung

minyak ini akan mempengaruhi karang (IPIECA 2000). Lebih buruk lagi, partikel

mengandung minyak akan tenggelam dan sampai pada dasar perairan, sehingga

dasar perairan terkontaminasi dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat

menyebabkan dampak yang berat terhadap organisme bentik karena sedimen

mengeluarkan komponen beracun (Farrington 1999, in Haapkyla et al. 2007).

Sumber foto: Arsip Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Tahun 2005

Gambar 49 Pencemaran minyak di pesisir Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun

2005.

Dampak kronis dari pencemaran oleh minyak terhadap karang adalah

dapat menyebabkan matinya seluruh koloni karang. Dampak kronis antara lain

mempengaruhi histologi, biokimia, perilaku, reproduksi, dan perkembangan

karang (NOAA 2010). Peristiwa tumpahan minyak di cagar alam Eliat (Laut

Merah) menyebabkan struktur karang berubah secara drastis dan belum berubah

seperti kondisi pada saat sebelum terkena polusi hingga lebih dari 10 tahun (Loya

1976a, in Loya dan Rinkevich 1980).

Pengumpulan data kondisi terumbu karang di kawasan konservasi Pulau

Biawak dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: 1) melakukan pengamatan langsung

di lapangan; dan 2) melakukan pengumpulan data sekunder terhadap penelitian

atau pengamatan sebelumnya. Sampai penelitian ini dilaksanakan, data persentase

tutupan karang yang ditemukan sangat minim sekali, hal ini dikarenakan

Page 112: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

87

kurangnya kegiatan monitoring dan evaluasi kondisi terumbu karang di kawasan

konservasi Pulau Biawak dan sekitarnya.

Dari hasil pengumpulan data sekunder didapatkan data persentase tutupan

karang yang merupakan hasil penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan pada

tahun 2003. Kondisi tutupan karang tahun 2003 menggambarkan kondisi terumbu

karang sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi, sementara data

pengamatan tahun 2010 menggambarkan kondisi terumbu karang setelah Pulau

Biawak dan sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut daerah.

Untuk memperoleh gambaran bagaimana persentase tutupan terumbu

karang di Pulau Biawak dan sekitarnya, Tabel 22 memperlihatkan persentase

tutupan terumbu karang sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi (DKP

2003)

Tabel 22 Persentase tutupan karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya Tahun

2003

Lokasi Kedalaman

(m)

Karang

Hidup (%)

Karang

mati (%)

Abiotik

(%)

Alga

(%)

Biota

Lain (%)

P. Biawak 3 52.4 12.7 32.2 2.6 -

10 23.1 39.9 35.9 - 1.0

P. Gosong 3 31.4 12.2 48.2 7.0 1.2

10 14.5 37.9 41.8 0.3 0.8

P. Candikian 3 53.6 29.3 9.1 1.6 3.6

10 52.7 47.2 - - -

Sumber: DKP 2003

Meskipun hasil dari survey yang dilakukan DKP tahun 2003 dan

pengamatan pada tahun 2010 tidak dapat semata-mata dibandingkan, dikarenakan

tidak adanya titik koordinat pada hasil survey tahun 2003 dan tanda pada lokasi

pengambilan data, sehingga adanya kemungkinan perbedaan penyimpangan titik

lokasi pengambilan data, namun dari kedua data tersebut dapat memberikan

gambaran mengenai kondisi terumbu karang di kawasan tersebut. Berdasarkan

data tutupan karang hidup pada Tahun 2003, tutupan karang hidup di Pulau

Biawak dan sekitarnya bervariasi antara 14,5-53,6%, dengan demikian kondisi

terumbu karang berada pada kategori buruk hingga baik. Sementara data

persentase turupan karang hidup di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya pada

Tahun 2010 memperlihatkan nilai tutupan bervariasi antara 22,7±5,9% –

45,7±13,2%, sehingga berada pada kategori buruk hingga sedang. Berdasarkan

Page 113: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

88

kedua data tersebut kondisi persentase tutupan karang hidup tidak mengalami

perubahan yang signifikan, bahkan beberapa lokasi memperlihatkan penurunan

persentase tutupan karang hidup. Kondisi tutupan karang hidup di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya masih dalam kategori buruk hingga sedang.

5.2 Peran dan Kepentingan Stakeholder

Dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya, para stakeholder diharapkan saling berinteraksi dan berkolaborasi

untuk menentukan pola pengelolaan yang tepat agar tidak merugikan salah satu

atau beberapa pihak yang bersangkutan. Hal ini diperlihatkan dengan

partisipasi/peran serta dari masing-masing stakeholder dalam pengelolaan

tersebut. Skema peran stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD

Pulau Biawak dan sekitarnya tersaji pada Gambar 50.

Gambar 50 Skema peran stakeholder dalam pengelolaan terumbu

karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu berperan sebagai

pengorganisir dan pengontrol sekaligus stakeholder kunci dalam pengelolaan

terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya karena merupakan

stakeholder yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam

pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, hal ini diperkuat dengan adanya

SK Bupati Indramayu Nomor: 556/Kep.528-Diskanla/2004 dimana didalamnya

memutuskan menugaskan Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu untuk

mempersiapkan rencana pengelolaan KKLD dan mengkoordinasikan serta

Page 114: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

89

mensosialisasikan dengan pihak terkait. Selanjutnya diperkuat lagi dengan

dikeluarkannya Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 523.1.05/Kep.80A-

Diskanla/2006 tentang Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu dimana

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan bertindak selaku ketua forum. Susunan

dari forum pengelola ini dapat mengalami perubahan sesuai dengan

kebutuhannya, tercatat pada tahun 2007, Bupati Indramayu mengeluarkan Surat

Keputusan baru tentang Pembentukan Forum Pengelola Kawasan Konservasi

Laut Daerah Kabupaten Indramayu dengan Nomor: 523.9/Kep.466A-

Diskanla/2007.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Indramayu tentang Pembentukan

Forum Pengelola Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Indramayu

dengan Nomor: 523.9/Kep.466A-Diskanla/2007, segala bentuk biaya

dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dalam menetapkan

APBD salah satu lembaga yang berperanan penting dalam terealisasinya

anggaran untuk kegiatan pemerintah daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD).

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki kepentingan rendah

terhadap pengelolaan terumbu karang, namun memiliki pengaruh yang tinggi

terhadap keberhasilan dalam pengelolaan terumbu karang. DPRD berperan dalam

membuat keputusan dalam program kerja yang diusulkan oleh pemerintah daerah,

apakah mereka menyetujui atau tidak. Sehingga pengelola KKLD harus menaruh

perhatian terhadap kondisi ini. Berdasarkan peran dan fungsinya, DPRD memiliki

3 (tiga) fungsi yaitu: 1) fungsi legislasi; 2) fungsi anggaran; dan 3) fungsi

pengawasan. Pelaksanaan ketiga fungsi tersebut secara ideal diharapkan dapat

melahirkan output yaitu: 1) Peraturan Daerah (PERDA) yang aspiratif dan

responsif; 2) anggaran belanja daerah (APBD) yang efektif dan efisien; dan 3)

terdapatnya suasana pemerintahan daerah yang transparan dan akuntabilitas

(Kartiwa 2006).

Dalam Pasal 19 ayat 2, UU 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa

penyelenggara pemerintahan daerah adalah pemerintahan daerah dan DPRD,

kemudian pada pasal 40 ditegaskan bahwa DPRD berkedudukan sebagai unsur

Pemerintah Dearah yang bersama-sama dengan Kepala Daerah membentuk dan

Page 115: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

90

membahas APBD. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa hubungan antara

Pemerintah Dearah dan DPRD merupakan mitra sejajar yang sama-sama

melakukan tugas sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. Hubungan

tercermin dalam pembuatan kebijakan daerah yang berupa Peraturan Daerah.

Dengan demikian antara kedua lembaga tersebut harus membangun hubungan

yang saling mendukung dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Untuk itu

perlu memperkuat peran dan fungsi DPRD dalam pengelolaan terumbu karang di

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Peranan DPRD dalam penyusunan APBD

dapat dilihat pada Gambar 51.

Keterangan: APBD = Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

PPAS = Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

RKA-SKPD = Rencana Kerja Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKA-PPKD = Rencana Kerja Anggaran-Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Gambar 51 Peran DPRD dalam Proses penyusunan APBD.

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) berperan sebagai

pendukung dalam pengelolaan terumbu karang KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya. Bappeda berperan dalam menentukan perencanaan pembangunan

suatu daerah setiap tahunnya. Menurut aturan KEPRES Nomor 27 Tahun 1980,

dalam BAB I bahwa badan ini adalah Badan Staf yang langsung dibawah dan

Page 116: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

91

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah. Dimana Bappeda berperan sebagai

pembantu kepala daerah dalam menentukan kebijakan di bidang perencanaan

pembangunan daerah. Peran dan fungsi Bappeda adalah: 1) Perumusan kebijakan

teknis bidang perencanaan pembangunan daerah; 2) Pemberian perizinan dan

pelaksanaan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah; dan 3)

Pemberian pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Seperti

halnya DPRD, maka dipandang perlu untuk memperkuat peran dan fungsi

Bappeda dalam pengelolaan terumbu karang kedepannya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan,

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perhubungan dan

Kantor Lingkungan Hidup merupakan stakeholder pendukung dalam pengelolaan

terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai pendukung dan

pelaksana dalam pengelolaan terumbu karang. LSM yang bergerak di bidang

lingkungan memiliki visi dan misi menciptakan kelestarian lingkungan, sehingga

dukungan lembaga ini terhadap pengelolaan terumbu karang sangat bermanfaat.

Pengalaman serta upaya yang telah dilakukan LSM terkait pengelolaan terumbu

karang akan sangat membantu dalam keberhasilan pengelolaan selanjutnya.

Masyarakat memiliki kepentingan yang kuat terhadap pengelolaan

terumbu karang, mereka berperan sebagai pemanfaat, pelaksana sekaligus

pengontrol dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya. Hanya saja, pada kasus pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya, peranan masyarakat dalam pengelolaannya sangat rendah

dikarenakan lokasi KKLD yang cukup jauh dari lokasi penduduk lokal

Indramayu. Sehingga fungsi masyarakat sebagai pengontrol menjadi kurang.

Masyarakat tidak dapat optimal dalam membantu pengawasan terumbu karang.

Sistem pengelolaan dengan berbasis masyarakat tidak akan terlaksana dengan baik

apabila diterapkan dalam pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang di

Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan sekitarnya disajikan pada

Tabel 23.

Page 117: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

92

Tabel 23 Peran dan kepentingan stakeholder dalam pengelolaan terumbu karang

di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Stakeholder Peran yang dilakukan dalam

pengelolaan terumbu karang

Kepentingan dalam pengelolaan

terumbu karang

Dinas Perikanan

dan Kelautan

Stakeholder kunci - Menjalankan fungsi

pengelolaan KKLD sesuai SK Bupati

Indramayu

1. Implementasi visi dan misi Dinas

Perikanan dan Kelautan Kab.

Indramayu

2. Merupakan Tugas Pokok dan Fungsi

dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kab.

Indramayu

3. Meningkatkan kesejahteraan

masyarakat nelayan Kab. Indramayu

khususnya di sekitar KKLD

Pemerintah Pusat

(Kementerian

Kelautan dan

Perikanan)

1. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman

dan Kriteria dalam pengelolaan terumbu

karang

2. Pembiayaan dalam pengelolaan

terumbu karang

Implementasi visi dan misi terkait

pengelolaan dan pemanfaatan Kawasan

Konservasi Perairan

DPRD 1. Penetapan kebijakan publik terkait

pengelolaan terumbu karang

2. Penerbitan Peraturan Daerah terkait

pengelolaan terumbu karang

3. Meningkatkan peran KKLD P. Biawak

sebagai daerah wisata

Implementasi Misi DPRD Kab

Indramayu: Berperan aktif dalam

percepatan dan mendukung proses

pengambilan kebijakan publik yang

berkualitas

BAPPEDA Pemetaan dan penyusunan data untuk

perencanaan tata ruang

Mewujudkan Tata Ruang Daerah

Dinas Kehutanan

dan Perkebunan

1. Rehabilitasi kawasan

2. Peningkatan kualitas lingkungan

Perlindungan dan Pengamatan hutan

Dinas Pemuda

Olahraga

Kebudayaan dan

Pariwisata

1. Promosi KKLD

2. Peningkatan kegiatan wisata bahari

3. Penyediaan operator wisata

Meningkatkan nilai pariwisata Kab.

Indramayu

Dinas

Perhubungan

Secara tidak langsung membantu

pengawasan perairan KKLD karena

adanya petugas mercusuar

Sekitar KKLD merupakan jalur

transportasi kapal

Kantor LH 1. Pengembangan teknologi

2. Pengembangan data dan informasi

3. Pengendalian pencemaran

4. Rehabilitasi

Pengelolaan Lingkungan Hidup

LSM Siklus 1. Pemberdayaan masyarakat sekitar

KKLD

2. Program rehabilitasi terumbu karang

3. Peningkatan kerjasama dan kinerja

antar lembaga

4. Pemantauan kondisi terumbu karang

1. Melestarikan alam dan

mensejahterakan masyarakat Indramayu

2. Menjalin kemitraan dengan

pemerintah dalam menjalankan

program

Universitas

Wiralodra

1. Kegiatan penelitian

2. Praktek Kerja Lapang mahasiswa

3. Program rehabilitasi terumbu karang

4. Program edukasi terhadap masyarakat

sekitar KKLD

Meningkatkan pelaksanaan dan kualitas

Tri Dharma Perguruan Tinggi

menghasilkan ilmuan yang profesional,

mandiri, dan bertanggung jawab

terhadap masyarakat indramayu dan

mampu bersaing dalam menghadapi era

globalisasi di dunia perguruan tinggi

Mahasiswa

Pencinta Alam

1. Membantu program rehabilitasi

kawasan

Melestarikan alam

Masyarakat 1. Pemanfataan yang ramah lingkungan

dan tidak merusak ekosistem

2. Berpartisipasi dalam rehabilitasi

terumbu karang

Pemanfaatan sumberdaya terumbu

karang

Page 118: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

93

5.3 Evaluasi Pengelolaan Terumbu Karang

Kebijakan pengelolaan terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya

tidak terlepas dari pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya secara

keseluruhan. Terumbu karang di Pulau Biawak dan sekitarnya merupakan salah

satu bagian dari Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) secara yuridis dan

fakta merupakan daerah konservasi dan perlindungan sekaligus sebagai kawasan

pariwisata. Kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Indramayu sebagai daerah otonomi dalam pengelolaan sumberdaya alam di

wilayah pesisir dan laut, didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 18 ayat (3) kewenangan daerah untuk

mengelola sumberdaya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi: (huruf a): eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan

laut.

Pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya secara legal dikelola

oleh Forum Pengelola KKLD Kabupaten Indramayu sesuai dengan Surat

Keputusan Bupati Indramayu Nomor: 523.1.05/Kep.80A-Diskanla/2006.

Sehingga pengelolaan terhadap terhadap terumbu karang di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya pada dasarnya menjadi kewenangan forum ini. Pembentukan

forum pengelola KKLD merupakan langkah yang tepat dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Indramayu sebagai lembaga yang berfungsi untuk mengelola KKLD

sesuai dengan fungsinya. Berdasarkan SK tersebut, Kepala Dinas Perikanan dan

Kelautan ditetapkan sebagai ketua forum, sehingga jabatan ketua dan

keanggotaannya melekat pada bidang/jabatan dalam sebuah instansi, bukan pada

orang perseorangan. Tidak bisa dipungkiri bahwa adanya kelembagaan dan

lembaga yang mengelola terumbu karang sangat penting keberadaannya dalam

pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya. Dalam

pengelolaan sumberdaya hayati laut, lembaga pengelola dibentuk oleh Pemerintah

untuk mengelola terumbu karang dan menyelesaikan setiap konflik diantara

pengguna dari manfaat terumbu karang. Oleh karena itu, kemampuan pengelola

dalam mengelola terumbu karang menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan

pengelolaan terhadap terumbu karang di KKLD.

Page 119: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

94

Bila dilihat dari pemegang kendali pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya, maka pengendalian pengelolaan diklasifikasikan pada model

pengelolaan oleh pemerintah (command and control). Model command and

control merupakan model konvensional yang memungkinkan pemerintah

memegang seluruh kendali pengelolaan sumberdaya yang ada termasuk

melakukan pengawasan melalui organisasi formal didasarkan pada fungsi alokasi,

distribusi dan stabilisasi (Salim 2010). Fungsi alokasi melalui regulasi

dimaksudkan untuk membagi sumberdaya sesuai dengan tujuan yang

ditetapkannya. Fungsi distribusi dilakukan pemerintah dalam upaya mewujudkan

keadilan dan kewajiban sesuai pengorbanan dan biaya yang dipikul oleh setiap

orang atau kelompok. Sementara itu, fungsi keadilan dilakukan dalam bentuk

keberpihakan kepada mereka yang posisinya lemah.

Pengelolaan sumberdaya terumbu karang berbasis pemerintah adalah

pengelolaan sumberdaya terumbu karang dengan pemerintah sebagai pemegang

kuasa dan wewenang dalam memanfaatkan sumberdaya tersebut. Pemerintah

memiliki seluruh hak yang berkenaan dengan pemanfaatan sumberdaya, yaitu hak

memanfaatkan, hak mengatur, hak eksklusif dan hak mengalihkan (Priyono 2004).

Sebagai konsekuensi dari model pengelolaan ini, maka pemerintah sebagai

pengelola harus mampu menyediakan pendanaan dalam rangka pengelolaan

KKLD. Sumber pendanaan KKLD yang bisa diidentifikasi diperoleh dari:

1. Pembiayaan dari pemerintah pusat, pembiayaan dari pemerintah pusat

bersumber dari APBN, anggaran dari pusat ini sangat terbatas dan kurang

memadai dalam menunjang program-program KKLD.

2. Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU), DAK

dapat digunakan dalam mendukung program pengelolaan KKLD untuk

program yang sangat mendesak/penting. Program-program yang dianggap

penting harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat. DAU dapat

digunakan dalam pengelolaan KKLD dalam jumlah yang kecil karena

DAU disalurkan ke daerah untuk berbagai kepentingan.

3. Pembiayaan dari pemerintah daerah, pembiayaan dari pemerintah didapat

dari hasil PAD yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya retribusi,

BUMD dan lainnnya.

Page 120: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

95

4. Pembiayaan dari lainnya, sumber pembiayaan dari lainnya adalah bantuan

atau pinjaman dari luar negeri. Dengan bantuan pemerintah pusat,

pemerintah daerah dapat mengakses pinjaman dan atau hibah dari luar

negeri yang diperuntukkan bagi pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya.

Pada kenyataannya pengelolaan sumberdaya yang berpusat pada

pemerintah mengandung beberapa kelemahan diantaranya (Nikijuluw 2001, in

Satria 2002):

1. Keterlambatan pemerintah dalam menegakkan aturan yang sudah

ditetapkan;

2. Kesulitan dalam penegakan hukum karena kurangnya aparat atau personel

dan fasilitas untuk melakukan pengawasan maupun pengendalian;

3. Ketidak sesuaian antara peraturan yang dibuat pemerintah pusat dengan

kenyataan di lapangan;

4. Munculnya berbagai peratutan yang saling bertentangan satu sama lain;

5. Tingginya biaya transaksi, khususnya dalam biaya sosialisasi, biaya

pemantauan, biaya pelaporan, dan biaya kegiatan yang tidak diantisipasi

sebelumnya;

6. Banyaknya wewenang yang tersebar di banyak instansi departemen

sehingga seringkali menyebabkan masalah dalam koordinasi;

7. Ketidakakuratan data dan informasi yang didapatkan pemerintah sehingga

menyebabkan ketidaktepatan keputusan yang diambil;

8. Kegagalan dalam merumuskan keputusan manajemen dapat terjadi ketika

pemerintah harus cepat mengatasi masalah-masalah yang muncul di

lapangan.

Forum pengelola sebagai lembaga pengelola KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya harus dapat memberikan tindakan atau respon yang tepat dalam

melakukan pengelolaan terumbu karang. Bila melihat skema pengelolaan terumbu

karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya pada Gambar 46, kondisi terumbu

karang dipengaruhi oleh faktor pemicu kerusakan (alam dan antropogenik) dan

bagaimana pengelola kawasan melakukan respon dari sisi pengelolaannya.

Respon tersebut berdasarkan kerangka pengelolaan dan faktor-faktor yang

Page 121: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

96

memicu perubahan ekosistem atau habitat dalam suatu kawasan konservasi

perairan menurut Martinez et al. (2009) diantaranya: 1); pengawasan; 2)

partisipasi institusi; 3) penelitian; 4) rehabilitasi dan 5) pendidikan/pelatihan/

edukasi, dimana keberhasilan pengelolaan ini akan dicapai dengan adanya

perencanaan yang benar.

Studi lain menjelaskan bahwa unsur-unsur yang menentukan keberhasilan

pengelolaan terumbu karang dalam suatu wilayah konservasi adalah: 1) Ekosistem

terumbu karang dan nilai pentingnya; 2) Perencanaan dan kerjasama antar

stakeholder; 3) Pengelolaan; 4) Penegakan hukum; 5) Penetapan no take zone; 6)

Pemetaan; 7) Monitoring; 8) Restorasi; 9) Penelitian; 10) Pelatihan; 11)

Pendidikan; 12) Sumber Daya Manusia dan dana; dan 13) Evaluasi dan pelaporan

(U.S. Coral Reff Task Force Working Group on Ecosystem Science and

Conservation 2000).

Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor kekuatan (Strength), kelemahan

(Weaknesess), peluang (Oportunity) dan ancaman (Threats) (SWOT), prioritas

pertama yang perlu mendapat perhatian adalah pada faktor ancaman. Dalam

pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, faktor-faktor

yang mengancam terumbu karang seperti pengeboman, pencemaran dan

eksploitasi terumbu karang perlu segera direspon dengan cepat. Prioritas pertama

kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya adalah melakukan upaya pelestarian, perlindungan, dan peningkatan

kondisi terumbu karang.

Di dalam pengelolaan sebuah kawasan yang efektif, kegiatan antropogenik

dapat dikendalikan dengan adanya sistem pengawasan yang baik. Di beberapa

kawasan konservasi perairan, pengelola kawasan membentuk tim pengawas yang

bertugas untuk menjaga kelestarian kawasan dengan melakukan patroli di wilayah

kawasan. Kegiatan pemantauan (monitoring), pengendalian (controlling) dan

pengawasan (surveillance) menjadi sangat penting untuk bisa mengendalikan

kegiatan antropogenik dan menciptakan kawasan yang lestari. Martinez et al.

(2009) menyatakan bahwa didalam pengelolaan sebuah kawasan konservasi

perairan, maka termasuk didalamnya adalah pelaksanaan kegiatan pengawasan,

pengendalian dan pemantauan kawasan.

Page 122: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

97

Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya dilakukan oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan masyarakat

melalui kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) sekitar kawasan.

Persepsi masyarakat terhadap fungsi pengawasan di Kawasan Konservasi Pulau

Biawak dan sekitarnya memperlihatkan bahwa 56% responden menyatakan

pengawasan belum optimal (Gambar 52).

Gambar 52 Persepsi masyarakat terhadap pengawasan di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya.

Menurut Martinez et al. (2009) kegiatan antropogenik yang merusak

ekosistem terumbu karang terjadi akibat masih lemahnya pengawasan yang

optimal, dan kegiatan pengawasan belum optimal terjadi akibat beberapa faktor

yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang menyebabkan belum optimalnya

kegiatan pengawasan di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya diantaranya: 1)

Jarak dari daratan menuju pulau Biawak cukup jauh ±50 km; 2) Sumberdaya

manusia belum memenuhi; dan 3) Pendanaan masih mengandalkan pada dana

APBN dan APBD. Kurangnya pendanaan dan lemahnya penegakan aturan

menyebabkan keberadaan kawasan konservasi laut tidak mampu untuk

menciptakan kelestarian bagi ekosistem didalamnya (Lundquist dan Granek 2005,

in Teh et al. 2008). Kurang cukupnya pendanaan suatu KKLD dalam waktu yang

cukup lama mempengaruhi kapasitas dari kegiatan pengawasan di kawasan

tersebut (Evans dan Russ 2004, in Teh et al. 2008). Lemahnya pengawasan akan

berpotensi pada berlangsungnya aktivitas merusak dan mengancam keutuhan

kawasan konservasi (Gribble dan Robertson 1998, in Teh et al. 2008).

Sebagai perbandingan, sebuah kawasan konservasi yang memiliki

pendanaan yang cukup mampu menginvestasikan dananya untuk kegiatan

Page 123: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

98

pengawasan dan teknologinya sehingga mampu meningkatkan kapabilitas

pelaksanaan pengawasan kawasan konservasi. Sebagai contoh, pada tahun 2000

otoritas Kawasan Great Barrier Reef Australia menganggarkan satu pertiga dari

anggaran pertahunnya untuk pengawasan, hasilnya mampu menciptakan kondisi

ekosistem yang lebih baik.

Pengelolaan terumbu karang di suatu kawasan konservasi perairan juga

dipengaruhi oleh partisipasi institusi. Institusi yang dimaksud adalah institusi

pemerintah maupun institusi swasta yang terkait dengan pengelolaan terumbu

karang dan berkepentingan dalam pemanfaatan terumbu karang.

Forum yang diketuai oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Indramayu ini harus bisa mengakomodir dan mengoptimalkan fungsi-

fungsi dari institusi yang ada di wilayah Kabupaten Indramayu untuk dapat

berpartisipasi secara aktif dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis stakeholder, maka dapat dilihat

besarnya pengaruh dan kepentingan dari beberapa institusi seperti Dewan

Perwakilan Rakyat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),

Pemerintah provinsi dan Daerah terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat,

organisasi sosial, bahkan masyarakat, sehingga harus bisa dioptimalkan

peranannya masing-masing dalam pengelolaan terumbu karang.

Dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya, selain peran pemerintah, perlu juga diperhatikan peran pihak swasta.

Bagi institusi swasta, keberadaan kawasan konservasi perairan dalam melindungi

terumbu karang sebagai ekosistem yang berada didalamnya, merupakan peluang

bisnis yang sangat besar. Pihak swasta memiliki kekuatan secara ekonomi dalam

jangka waktu yang panjang untuk mendukung keberadaan dan pengelolaan

kawasan konservasi perairan (Riedmiller 2003). Kemampuan ekonomi serta dana

yang besar dari pihak swasta merupakan aset yang perlu mendapat perhatian dan

jangan sampai terabaikan dalam upaya pengelolaan terumbu karang. Keterlibatan

pihak swasta di kawasan konservasi terumbu karang di Sabah-Malaysia mampu

mengurangi kegiatan penangkapan ikan yang ilegal dan perburuan penyu (Teh et

al. 2008). Sebagai hasilnya, secara komparatif terjadi peningkatan kelimpahan

ikan dan banyaknya penetasan penyu di Pulau Lankayan. Teh et al. (2008) juga

Page 124: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

99

mengemukakan beberapa poin yang dapat ditingkatkan dengan melibatkan pihak

swasta dalam pengelolaan terumbu karang yaitu: 1) ketersediaan dana dalam

jangka waktu yang panjang; 2) kenakeragaman dan kesehatan karang terjaga

untuk kegiatan wisata; 3) dukungan dalam pengawasan bekerjasama dengan

lembaga pengelola KKLD; dan 4) meminimalisir sosial konflik.

Faktor lain yang mendorong keberhasilan pengelolaan terumbu karang di

kawasan konservasi perairan adalah kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian harus

merupakan bagian dari pengelolaan dan menjadi agenda bagi pengelola dalam

mengelola terumbu karang. Kegiatan penelitian yang menyangkut dalam

pengelolaan terumbu karang adalah: 1) kegiatan monitoring dan survei kondisi

terumbu karang; 2) penelitian eksperimental atau penelitian di laboratorium; 3)

penelitian terhadap teknik dan teknologi terbaru tentang karang; 4) penelitian

terhadap hubungan antara aktivitas manusia dan degradasi karang; dan 5)

penelitian terhadap hubungan antara alam dan manusia yang mempengaruhi

karang (U.S. Coral Reff Task Force Working Group on Ecosystem Science and

Conservation 2000). Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah supaya pengelola

mengetahui secara pasti apakah terumbu karang di kawasan tersebut kondisinya

membaik atau memburuk.

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan penelitian di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya, 28% menyatakan ada, 20% menyatakan tidak ada dan 52%

menyatakan tidak tahu. Sementara berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder

dilapangan, sangat minim sekali hasil-hasil penelitian terkait terumbu karang di

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya yang didapatkan. Data tentang kondisi

terumbu karang yang didapatkan selama pengumpulan data sekunder tercatat

merupakan data Tahun 2003 hasil penelitian Depatemen Kelautan dan Perikanan

dalam rangka melakukan inventarisasi dan penilaian potensi calon kawasan

konservasi laut daerah di Indramayu, Jawa Barat.

Kerusakan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya salah

satunya adalah karena penggunaan bahan peledak/bom. Ledakan menyebabkan

karang hancur menjadi patahan-patahan yang berserakan di dasar perairan, tidak

jarang menutupi dan mengubur karang lainnya sehingga memperlambat proses

pemulihan karang (recovery). Untuk memperbaiki kondisi ini, pengelola perlu

Page 125: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

100

melakukan upaya perbaikan dan pemulihan karang di kawasan sehingga proses

pemulihan dapat segera terjadi. Upaya restorasi dan rehabilitasi karang mampu

memberikan kontribusi dalam kegiatan konservasi terumbu karang (Fox et al.

2005).

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pelestarian terumbu karang di

Pulau Biawak dan sekitarnya, 56% menyatakan ada, 6% menyatakan tidak, dan

38% menyatakan tidak tahu. Menurut data yang dikumpulkan, Dinas Kelautan

dan Perikanan Kab. Indramayu sudah melaksanakan kegiatan pelestarian terumbu

karang dengan rehabilitasi terumbu karang. Beberapa diantaranya adalah: 1)

Tahun 2004, kegiatan transplantasi terumbu karang; dan 2) Tahun 2005, membuat

demplot budidaya terumbu karang.

Sumber foto: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu (2004)

Gambar 53 Kegiatan transplantasi karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya.

Sumber foto: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu (2005)

Gambar 54 Kegiatan demplot budidaya terumbu karang di Kab. Indramayu.

Page 126: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

101

Unsur keberhasilan lainnya dalam pengelolaan terumbu karang di

Kawasan Konservasi Perairan adalah dengan melaksanakan kegiatan pendidikan

dan/atau pelatihan tentang terumbu karang. Pendidikan merupakan bidang yang

dapat mendukung tercapainya tujuan pengelolaan terumbu karang, dimana

masyarakat akan lebih memahami dan mengerti pentingnya sumber daya terumbu

karang bagi kehidupan manusia. Masyarakat harus mendapat pengetahuan tentang

sumber daya pesisir dan bagaimana cara memanfaatkan yang benar sehingga tidak

menimbulkan dampak yang merugikan di masa yang akan datang. Pendidikan

harus memiliki program yang tepat sesuai dengan sasarannya, diantaranya: 1)

pendidikan yang berorientasi terhadap pengguna (user) dari terumbu karang; 2)

pendidikan yang berorientasi kepada generasi muda atau pelajar, melalui

pendidikan di sekolah-sekolah, sehingga setiap pelajar akan tertarik dan peka

terhadap kegiatan konservasi; 3) pendidikan yang berorientasi kepada masyarakat

lokal dengan fokus materi pada keseluruhan informasi tentang perlindungan

terumbu karang serta nilai dan keuntungan ekonomi bagi masyarakat; 4)

pendidikan yang berorientasi pada keterlibatan masyarakat luas dalam

pengelolaan terumbu karang; 5) pendidikan yang berorientasi pada pengambil

kebijakan pada setiap level pemerintahan; dan 6) pendidikan yang berorientasi

pada penyebarluasan informasi melalui media cetak maupun media elektronik.

Pelatihan merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia dalam pengelolaan terumbu karang. Pelatihan dapat

berbentuk apa saja, diantaranya pelatihan formal/informal training (melalui

workshop atau universitas), in-service training (pelatihan oleh agensi), on-the-job

training (pelatihan bersama spesialis, kerja kelompok atau tim), dan self training

(pelatihan mandiri dengan membaca dan belajar atau melalui kursus yang sesuai).

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pelatihan terumbu karang, 42%

menyatakan ada, 20% meyatakan tidak ada dan 38% menyatakan tidak tahu.

Menurut data yang dikumpulkan, pernah dilaksanakan kegiatan pelatihan

pelestarian terumbu karang di Kab. Indramayu oleh Departemen Kelautan dan

Perikanan melalui pelatihan transplantasi terumbu karang pada tahun 2008.

Page 127: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

102

Sumber foto: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu (2008)

Gambar 55 Kegiatan pelatihan transplantasi karang di Kab. Indramayu.

Pengelolaan yang baik terlaksana karena hasil perencaan yang baik. Setiap

ekosistem terumbu karang yang dilindungi harus memiliki rencana pengelolaan

yang disiapkan atas kerjasama dari berbagai stakeholder terkait. Rencana

pengelolaan harus sesuai dengan mandat undang-undang atau peraturan dan harus

mencakup masalah hukum, administratif, dan pendidikan bersama-sama dengan

tujuan ekologi dan fisik.

Kebijakan yang dipakai dalam pengelolaan terumbu karang harus

berdasarkan pada hukum dan mengacu pada peraturan atau perundang-undangan

yang berlaku tentang pengelolaan terumbu karang. Perencanaan suatu pengelolaan

sangat penting untuk dijadikan pedoman dalam pengelolaan, dan menjalankan

pengelolaan sesuai rencana menjadi faktor keberhasilan pengelolaan itu sendiri.

Untuk mengelola terumbu karang secara lestari dibutuhkan implementasi

rencana pengelolaan yang menggabungkan koleksi data dasar status terumbu

karang, hasil pemantauan yang terus menerus, strategi implementasi, dan

pengelolaan yang adaptif. Karena setiap lokasi berbeda, maka strategi yang

berskala luas mungkin saja dibutuhkan untuk mengelola sumberdaya secara lebih

baik. Pengelolaan yang efektif akan membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas serta dukungan pendanaan. Karena banyak tekanan pada terumbu

karang yang berakar dari masalah sosial dan ekonomi, pengelolaan juga harus

melihat aspek lain selain aspek biologi. Implementasi pengelolaan harus

menitikberatkan pada pengelolaan yang dapat menolong menciptakan masa depan

yang baik bagi terumbu karang dan memungkinkan pemulihan kondisi terumbu

karang yang telah menurun. Dengan menempatkan terumbu karang lebih tinggi

Page 128: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

103

yaitu ke dalam agenda regional, ekosistem yang indah dan memiliki produktivitas

yang tinggi ini akan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk menghadapi

tekanan yang bertambah dan dapat terus menyediakan jasa-jasa yang tak ternilai

bagi masyarakat Indramayu pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada

umumnya.

Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau

Biawak dan sekitarnya, maka beberapa respon yang bisa dilakukan unruk

meningkatkan pengelolaan terumbu karang tersaji pada Tabel 24.

Tabel 24 Respon terhadap pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak

dan sekitarnya

Pengawasan Partisipasi

institusi Penelitian Rehabilitasi Edukasi

Meningkatkan

kapabilitas

pengawasan

Mengoptimalkan

partisipasi

stakeholder yang

memiliki

pengaruh yang

tinggi dalam

pengelolaan

terumbu karang

Kegiatan

penelitian

menjadi bagian

pengelolaan

Melaksanakan

restorasi dan

rehabilitasi

karang

Pendidikan harus

memiliki

program yang

tepat sesuai

dengan

sasarannya

Kerjasama

seluruh

stakeholder

Kerjasama

Pemerintah dan

Swasta dalam

pengelolaan

terumbu karang

Melakukan

kerjasama

dengan lembaga

penelitian baik

pemerintah

maupun swasta

Kerjasama

dengan

stakeholder

terkait dalam

melaksanakan

rehabilitasi

terumbu karang

Pelatihan dapat

berbentuk apa

saja, diantaranya

pelatihan

formal/informal

training, in-

service training,

on-the-job

training dan self

training

Menurut Bengen (2005) bahwa suatu pengelolaan dikatakan berkelanjutan

apabila kegiatan tersebut dapat mencapai tiga tujuan, yaitu ekologi, sosial dan

ekonomi. Berkelanjutan secara ekologi mengandung arti, bahwa pengelolaan

dapat mempertahankan integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan

dan konservasi sumberdaya ikan termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity),

sehingga pemanfaatan dapat berkesinambungan. Berkelanjutan secara sosial

mensyaratkan bahwa kegiatan pengelolaan hendaknya dapat menciptakan

pemerataan hasil, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat,

pemberdayaan masyarakat, identitas sosial dan pengembangan kelembagaan.

Penelitian ini lebih ditekankan pada evaluasi pengelolaan terumbu karang di

Page 129: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

104

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai sebuah ekosistem dengan pengaruh

aktivitas antropogenik yang berlangsung di sekitarnya, sehingga perlu adanya

penelitian lebih mendalam tentang evaluasi pengelolaan terrumbu karang di

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya terhadap perubahan sosial dan ekonomi

masyarakat supaya dapat diketahui sejauhmana keberhasilan pengelolaannya dan

sejauhmana pengelolaan ini bisa dikatakan berkelanjutan.

Page 130: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil analisis pengelolaan terumbu karang di Kawasan

Konservasi Laut Daerah Pulau Biawak dan Sekitarnya, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Kondisi terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya sejak

ditetapkan sebagai kawasan konservasi perairan belum memperlihatkan

perubahan yang lebih baik. Berdasarkan hasil pengamatan tahun 2010,

kondisi tutupan karang pada setiap stasiun pengamatan tergolong pada

kategori buruk hingga sedang dengan kisaran tutupan karang hidup antara

22,7±5,9% – 45,7±13,2%. Beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya

terumbu karang Pulau Biawak dan sekitarnya adalah:

a) Kegiatan antropogenik yaitu penangkapan ikan dengan bahan beracun,

penangkapan ikan dengan bahan peledak, pencemaran minyak, aktivitas

turun naik jangkar perahu nelayan;

b) Belum optimalnya kegiatan pengawasan KKLD, yang menyebabkan

kurangnya kontrol terhadap kegiatan antropogenik yang terjadi di sekitar

kawasan;

c) Belum optimalnya dukungan pendanaan dalam rangka pengelolaan

terumbu karang.

2) Dalam pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya,

stakeholder yang memiliki peran sebagai pengorganisasi dan pengontrol

adalah Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Indramayu. DPRD sebagai

pembuat keputusan memiliki peran penting dalam penetapan APBD yang

merupakan sumber pendanaan dari Forum Pengelola KKLD Indramayu

sebagai badan pengelola kawasan.

3) Pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

diklasifikasikan pada model pengelolaan berbasis pemerintah (command and

Page 131: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

106

control), sehingga pemerintah memegang seluruh kendali pengelolaan

sumberdaya yang ada termasuk penyediaan sumber pendanaan dalam

pengelolaan KKLD. Sumber pendanaan pengelola berasal dari APBD

sehingga dukungan terhadap pengelolaan kurang optimal, dampaknya

pelaksanaan program pengelolaan seperti pengawasan, edukasi, penelitian,

dan rehabilitasi kurang optimal.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi terumbu karang dan

pengelolaannya di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya, maka beberapa hal yang

dapat disarankan antara lain:

1) Dalam rangka memulihkan kondisi terumbu karang di KKLD Pulau Biawak,

pengelola harus dapat menciptakan interaksi dan kolaborasi setiap

stakeholder untuk meningkatkan kegiatan pengawasan, penelitian, edukasi,

rehabilitasi dan meningkatkan partisipasi insitusi baik insitusi pemerintah

maupun swasta.

2) Membuka peluang bagi pihak swasta untuk berperan dalam pengelolaan

KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya terutama di bidang ekowisata bahari,

dengan pertimbangan:

a) KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya ditetapkan sebagai Kawasan

Konservasi dan Wisata Laut, sehingga kegiatan pariwisata bahari perlu

berkembang dan akan berdampak pada pelestarian dan perlindungan

terumbu karang sebagai aset wisata;

b) Ketersediaan dana dalam jangka waktu yang panjang;

c) Dapat memberikan dukungan pengawasan yang bekerjasama dengan

pengelola KKLD;

d) Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan meminimalisir konflik.

3) Dalam melaksanakan Kebijakan operasional pengelolaan terumbu karang di

KKLD Pulau Biawak harus lebih memprioritaskan pada upaya pelestarian,

perlindungan, dan peningkatan kondisi terumbu karang, dengan pelaksanaan

program-program seperti:

Page 132: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

107

a. Peningkatan pengawasan KKLD dan penegakan hukum terhadap

pelanggaran yang terjadi;

b. pengembangan program rehabilitasi karang;

c. Pengembangan kegiatan penelitian (research) terumbu karang.

4) Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan memperhatikan

keterwakilan musim disertai data ekosistem terumbu karang yang berkala dan

memperbanyak ulangan dalam pengambilan sampel untuk mengetahui

persentase tutupan karang, kelimpahan jenis ikan dan kelimpahan benthos.

5) Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang kondisi terumbu karang

sebagai dampak kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir khususnya

masyarakat Kab. Indramayu dan umumnya masyarakat diluar Kab.

Indramayu.

Page 133: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

108

Page 134: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

DAFTAR PUSTAKA

Adrim M. 1993. Pengantar Studi Ekologi Komunitas Ikan Karang dan Metode Pengkajiannya. Materi Kursus Pelatihan Metodelogi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Puslitbang Oseanologi LIPI, 54 hal.

Allen G, Steene R, Humann P, Deloach N. 2003. Reef Fish Identification, Tropical Pacific. New World Publication, Inc-Jacksonville, Florida USA. Odissey Publishing-El Cajon California USA. Printed by Star Standard Industries Pte Ltd, Singapore.

Ayling AM. 2000. The Effect of Drupella spp. Grazing on Coral Reef in Australia. Sea Research ABN 51 594 242 720. PO BOX 810 Mossman Queensland 4873 Australia.

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan. IPB. Bogor: 62 p.

Bengen DG. 2005. Merajut Keterpaduan Pengelolaan Sumberdaya pesisir dan laut kawasan timur Indonesia bagi pembangunan kelautan berkelanjutan. Disajikan pada seminar Makassar maritime meeting. Makassar.

Bell JD, Ratner BD, Stobutzki I, Oliver J. 2006. Addressing the Coral Reef Crisis in Developing Countries. Elsevier Ltd Ocean & Coastal Management 2006; 49:976–985.

Briggs JC. 2005. Coral Reefs: Conserving the Evolutionary Sources. Elsevier Biological Conservation 126:297-305.

Bruno JF, Selig ER. 2007. Regional Decline Of Coral Cover in The Indo-Pacific: Timing, Extent, and Subregional Comparisons. Open Access Plos one [terhubung berkala]. http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/ journal.pone.0000711 [13 September 2010].

Budiharsono S, Suaedi, Asbar. 2006. Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan.

Burke L, Selig E, Spalding M. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di Asia Tenggara (Ringkasan untuk Indonesia). World Resources Institute, Amerika Serikat.

Cesar HS. 2000. Coral Reefs : Their Functions, Threaths and Economics Value. Working Paper Series “Work in Progress”. World Bank. Washington DC.

Page 135: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

110

Chetwynd E.Jr, Chetwynd JF. 2001. A Practical Guide to Citizen Participation in Local Government in Romania, RTI, 2001

Christie P, White AT. 2007. Best Practices for Improved Governance of Coral Reef Marine Protected Areas. Springer-Verlag 2007;26:1047–1056.

Crabbe MJC. 2010. Coral Ecosystem Resilience, Conservation and Management on the Reef of Jamaica in the Face of Anthropogenic Activities and Climate Change. Diversity 2:881-896.

Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.. Jakarta: Pradnya Paramita.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Asset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia.. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Davos CA. 1999. Sustainable Cooperation as the Challenge for a New Coastal Management Paradigm. Coastal Conservation 5:171-180.

Dermawan A, Mulyana Y. 2008. Konservasi Kawasan Perairan Indonesia bagi Masa Depan Dunia. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Dermawan A, Suraji, editor. 2006. Draft Strategi Utama Jejaring Kawasan Konservasi Laut. Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (COREMAP II), Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Dhahiyat Y, Sinuhaji D, Hamdani H. 2003. Struktur Komunitas Ikan Karang di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Jurnal Iktiologi Indonesia, 3:87-94.

Dinsdale E. 2004a. Coral Reefs Health Indicators: Integrating Ecological and Perceptual Assessments of Anchor Damage [Tesis]. Townsville, Queensland, Australia: James Cook University.

Dinsdale E. 2004b. Assessing Anchor Damage on Coral Reefs: A Case Study in Selection of Environmental Indicators. Springer-Verlag, Environmental management, 33:126-139.

Dirhamsyah. 2005. Analysis of the Efectiveness of Indonesia’s Coral Reef Management Frameworks [Thesis]. New South Wales: University of Wollongong. Australia.

Dirhamsyah. 2006. The Indonesian Coral Reef Rehabilitation and Management Program: Lesson Learned in Community-Based Reff Management at Senayang and Lingga Island, Riau. Coastal Development 2005;9:85-96.

Page 136: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

111

[Diskanla] Dinas Perikanan dan Kelautan, Satuan Kerja Pengelolaan Sumber Daya Perikanan dan kelautan Propinsi Jawa Barat. 2005. Laporan Akhir Penyusunan Naskah Akademik Pengelolaan KKLD Pulau Biawak Kabupaten Indramayu. Indramayu: DPK.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2003. Inventarisasi dan Penilaian Potensi Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah di Indramayu Jawa Barat. Jakarta: DKP.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2004. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.38/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. 2005. Laporan Akhir Management Plan Kawasan Konservasi Laut Daerah P. Biawak Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Jakarta: DKP.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Jakarta.

Dunn WN. 2001. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Tim Fakultas ISIPOL Universitas Gadjah Mada, penerjemah; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

English S, Wilkinson C, Baker V. 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN-Australia Marine Science Project: Living Coastal Resources, Australian Institute of Marine Science.

Fahruddin. 2004. Dampak Tumpahan Minyak pada Biota Laut. Career Development Network, Faculty of Engineering University of Indonesia. Jakarta Pramudianto.

Fox HE, Pet JS, Dahuri R, Caldwell RL. 2000. Coral Reef Restoration After Blast Fishing in Indonesia. Proceeding 9th International Coral Reef Symposium, Bali, Indonesia, 23 – 27 Oktober 2000.

Fox HE, Mous PJ, Pet JS, Muljadi AH, Caldwell RL. 2005. Experimental Assessment of Coral Reef Rehabilitation Following Blast Fishing. Conservation Biology, 2005: 19:98-107.

Fraser N, Crawford B, Kusen J. 2000. Best Practices Guide for Crown-of-Thorns Cleans-Ups. Proyek Pesisir Special Publications. Coastal Resources Center Coastal Management Report #2225. Coastal Resources Center, University of Rhode Island, Narragansett, Rhode Island. 38 p.

Page 137: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

112

Gleason M, McCreary S, Henson MM, Ugoretz J, Fox E, Merrifield M, McClintock W, Serpa P, Hoffman K. 2009. Science-Based and Stakeholder Driven Marine Protected Area Network Planning: A Successful Case Study From North Central California. Ocean and Coastal Management 2009.12.001.

Gomez ED, Yap HY. 1978. Monitoring Reef Condition. In: Kenchington RA, Hudson BET, editor. Coral Reef Management Handbook. Jakarta: UNESCO Regional Office Science and Technology for South East Asia. p 187-195.

Gomez ED, Alino PM, Yap HY, Licuanan WY. 1994. A Review of the Status of Philippine Reefs. Marine Pollution Bulletin 1994; 29:62-68.

Green AL, Bellwood DR. 2009. Monitoring functional groups of herbivorous reef fishes as indicators of coral reef resilience – a practical guide for coral reef managers in the Asia Pacific Region. IUCN Working Group on Climate Change and Coral Reefs. IUCN, Gland, Switzerland. 70 pages.

Hadi, Sudharto P. 2005. Metodologi Penelitian Sosial: Kuantitatif, Kualitatif, dan Kaji Tindak. Program Magister Ilmu Lingkungan. UNDIP. Semarang.

Haapkyla J, Ramade F, Salvat B. 2007. Oil Pollution on Coral Reefs: A Review of the States of Knowledge and Management Needs. Vie et milieu – Live and environment 2007; 57(1/2): 91-107.

Hidayati D. 2003. Coral Reef Rehabilitation and Management Program in Indonesia, editor. Proceedings of the third International Surfing Reefs Symposium, Raglan, New Zealand, June 22 – 25 2003, p303 – 319.

Himes AH. 2007. Performance Indicators in MPA Management: Using Questionnaires to Analyze Stakeholder Preferences. Elsevier, Ocean and Coastal Management 2007; 50:329–351.

Hodgson G. 1999. A Global Assessment of Human Effects on Coral Reefs. Elsevier Science Ltd, Marine Pollutions Bulletin 1999; 38:345 – 355.

Hoffman TC. 2002. Coral Reef Health and Effects of Socio-economic Factors in Fiji and Cook Islands. Elsevier. Marine Pollution Bulletin 2002; 44:1281-1293.

[IPIECA] International Petroleum Industry Environmental Conservation Association. 2000. Biological impact of oil pollution: Coral reefs. IPIECA Report Series, Vol.3.

Jones RJ, Gulberg OH. 1999. Effects of Cyanide on Coral Photosynthesis: Implication for Identifying The Cause of Coral Bleaching and for Assessing the Environmental Effects of Cyanide Fishing. Marine Ecology Progress Series 1999; 177:83-91.

Page 138: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

113

Juanda B. 2007. Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor: IPB.

Kartiwa HA. 2006. Implementasi Peran dan Fungsi DPRD dalam rangka Mewujudkan “Good Governance”,(makalah), 2006.

Kay R, Alder J. 1999. Coastal Planning and Management. E & FN SPON, an Imprint of Routledge, London and New York, 375p.

Kunzman A. 2002. On the way to Management of West Sumatra’s Coastal Ecosystems. The ICLARM, quarterly. 2002: 25:4.

Kusumastanto T, Ardianto L, Damar A. 2006. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. Buku Materi Pokok MMPI5104/2SKS/MODUL 1-6, Cetakan 1, Jakarta: Universitas Terbuka.

Loya Y, Rinkevich B. 1980. Effects of Oil Pollution on Coral Reef Communities. Marine Ecology – Progress Series 1980; 3:167-180.

Manuputty AEW, Giyanto, Winardi, Suharti SR, Djuwariah. 2006. Monitoring Kesehatan Karang (Reef Health Monitoring). Jakarta.

Martınez CO, Casalguero FG, Sempere JTB, Cebrian CB, Valle C, Lizaso JLS, Forcada A, Jerez PS, Sosa PM, Falcon JM, Salas F, Graziano M, Chemello R, Stobart B, Cartagena P. Ruzapa AP, Vandeperre F, Rochel E, Planes S, Brito A. 2009. A Conceptual Framework for the Integral Management of Marine Protected Areas. Elsevier. Ocean & Coastal Management 2009 52:89–101.

Morton B, Graham B, Kwok CT. 2002. Corallivory and Prey Choice by Drupella rugosa (Gastropoda Muricidae) in Hongkong. Oxford Molluscan 68:217-223

Mous PJ, Pet-Soede L, Erdmann M, Cesar HSJ, Sadovy Y, Pet JS. 2000. Cyanide Fishing on Indonesian Coral Reefs for the Live Food Fish Market – What Is The Problem?. SPC Live Reef Fish Information Bulletin 7:20-27.

Munasik, Sugianto DN, Pranowo WS, Suharsono, Situmorang J, Nitimulyo KH. 2006. Pola Arus dan Kelimpahan Karang Pocillopora damicornis di Pulau Panjang, Jawa Tengah. Ilmu Kelautan. 2006; 11(1):11-18.

[NOAA] National Oceanic and Atmospheric Administration. 2010. Oil Spills in Coral Reefs: Planning and Response Considerations. Department of Commerce, United States of America 2010.

Nontji A. 2000. Coral reefs of Indonesia: Past, present and future. Proceedings 9th

International Coral Reefs Symposium, Bali, 2000 Indonesia. Vol I hlm 17–27.

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Edisi Revisi. Cetakan 5. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Page 139: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

114

Nurhakim MA. 2009. Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Kawasan Konservasi dan Wisata Laut Pulau Biawak dan Sekitarnya, Kabupaten Indramayu [Tesis]. Jakarta: Program Pascasarjana, Universitas Terbuka.

Nybakken JW. 1997. Marine Biology an Ecological Approach. Fourth Edition. United States of America: Addison Wesley Educational Publishers Inc.

O'Sullivan AJ, Jacques TG. 2001. Impact Reference System - Effects of Oil in the Marine Environment: Impact of Hydrocarbons on Fauna and Flora. Internet Edition. European Commission Directorate General Environment Civil Protection and Environmental Accidents Brussels. Belgium.

Pet-Soede C, Densen WLT, Pet JS, Machiels MAM, 2001. Impact of Indonesian Coral Reef Fisheries on Fish Community Structure and the Resultant Catch Composititon. Elsevier, Fisheries Research 2001; 51:35-51.

Pollnac R, Bunce L, Townsley P, Pomeroy R. 2000. Socioeconomic Manual for Coral Reef Management. Global Coral Reef Monitoring Network, Australian Institute of Marine Science, 251p.

Pomeroy RS, Lani MW, John EP, Gonzalo AC. 2004. How is Your MPA Doing?A Methodology for Evaluating the Management Effectiveness of Marine Protected Areas. Elsevier, Ocean & Coastal Management 2005; 48:485–502.

Priyono A. 2004. Kebijakan Pengelolaan Terumbu Karang di Perairan Kelurahan Pulau Panggang Kepulauan Seribu Daerah Khusus Ibukota Jakarta [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Riedmiller S. 2003. How Can The Private Sector Benefit From Investing in Marine Conservation? Some Experiences of The Chumbee Project in Zanzibar/Tanzania. Di dalam: Vth World Park Congress: Sustainable Finance Stream. Durban-South Africa, September 2003, hlm 1.

Rinkevich B. 2008. Management of Coral Reefs: What We Have Gone Wrong When Neglecting Active Reef Restoration. Marine Pollution Bulletin 2008; 56:1821-1824.

Romimohtarto K, Sri J. 2007. Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Edisi Revisi, Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Rudi E, Elrahimi SA, Kartawijaya T, Herdiyana Y, Setiawan F, Pardede ST, Campbell SJ, Tamelander J. 2009. Reef Fish Status in Nothern Acehnese Reef Based on Management Type. Biodiversitas 2009; 10:88-93.

Sale PF. 2008. Management of Coral Reefs: Where We Have Gone Wrong and What We can Do About It. Elsevier, Marine Pollution Bulletin 2008; 56:805–809

Page 140: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

115

Salim M. 2010. Dinamika Kebijakan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang Pada Masa Reformasi dan Otonomi Daerah [Tesis]. Semarang: Magister Ilmu Sejarah Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.

Salm RV, John C, Erkki S. 2000. Marine and Coastal Protected Areas: A guide for planners and managers. IUCN. Washington DC. 371pp.

Saphier AD, Hoffman TC. 2005. Forecasting Models to Quantify Three Anthropogenic Stresses on Coral Reefs From Marine Recreation: Anchor Damage, Diver Contact and Copper Emission from Antifouling Paint. Marine Pollution Bulletin, in press.

Satria A. 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo. Anggota IKAPI.

Selig ER, Bruno JF. 2010. A Global Analysis of The Effectiveness of Marine Protected Areas in Preventing Coral Loss. Open Access Plos one [terhubung berkala].http://www.plosone.org/article/info:doi/10.1371/journal.pone.0009278 [19 Maret 2012].

Sjafrie NDM. 2010. Nilai Ekonomi Terumbu Karang di Kecamaan Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 2010; 36(1):97-109.

Suadi, J Widodo. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI.

Sumadiharga OK, Djamali A, Badrudin M. 2006. Keanekaragaman Jenis Ikan Karang di Perairan Belitung Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Ilmu Kelautan. 2006; 11(4):201-209.

Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Edisi revisi cetakan kedua. Jakarta: Penerbit Djambatan, 129 halaman.

Teh LCL, Teh LSL, Chung FC. 2008. A Private Management Approach to Coral Reef Conservation in Sabah, Malaysia. Springer. Biodivers Conservation 2008; 17:3061-3077.

U.S. Coral Reff Task Force Working Group on Ecosystem Science and Conservastion. 2000. Coral reef protected areas: A guide for management. U.S. Coral Reef Task Force, Department of the Interior, Washington D.C. 14 pp.

Wolff M. 2009. Tropical Waters and Their Living Resources: Ecology, Assessment and Management. H.M. Hauschild GmbH, Bremen, Germany.

Page 141: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

116

Zamani NP, Wardiatno Y, Nggajo R. 2011. Strategi Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) pada Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Jurnal Saintek Perikanan. 2011; 6(2):38-51.

Page 142: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

LAMPIRAN

Page 143: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

119

Lampiran 1. Jenis dan persen kehadiran karang di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya

10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10m 3m

Acroporidae Acropora sp 8 12 3 15 5 16 2 4 4 7 22 54 76 11.59%

Anacropora sp 2 2 0 2 0.30%

Astreopora sp 2 1 2 3 2 5 0.76%

Montipora sp 1 1 2 2 1 5 6 0.91%

Agaricidae Agaricia sp 1 1 1 1 2 0.30%

Coeloseries sp 2 2 2 2 4 0.61%

Leptoseris sp 1 2 1 7 2 9 4 13 1.98%

Pachyseris sp 2 6 3 3 1 7 2 2 12 14 26 3.96%

Pavona sp 10 1 5 1 3 6 1 7 1 29 6 35 5.34%

Astrocoeniidae Madracis sp 1 3 3 1 4 0.61%

Caryophylliidae Euphyllia sp 2 1 1 2 2 4 0.61%

Physogira sp 1 1 1 1 2 3 0.46%

Plerogyra sp 1 1 0 1 0.15%

Dendrophylliidae Turbinaria sp 18 2 1 18 3 21 3.20%

Faviidae Barabattoia sp 1 1 2 0.30%

Cyphastrea sp 3 3 2 8 8 1.22%

Diploastrea sp 8 6 5 6 8 4 6 7 10 23 37 60 9.15%

Echinopora sp 2 1 2 1 5 1 6 0.91%

Favia sp 2 2 2 1 1 5 3 8 1.22%

Favites sp 1 3 3 1 5 3 1 7 10 17 2.59%

Goniastrea sp 2 1 3 2 4 6 0.91%

Montastrea sp 3 3 5 2 3 3 13 16 2.44%

Platygira sp 1 2 1 1 3 4 0.61%

Fungiidae Ctenactis sp 1 5 1 5 6 0.91%

Fungia sp 1 2 15 2 4 2 20 6 26 3.96%

Sandalolitha sp 1 1 1 2 1 3 0.46%

Merulinidae Hydnophora sp 1 2 2 4 1 4 6 10 1.52%

Merulina sp 2 1 1 1 1 2 4 6 0.91%

Mussidae Blastomussa sp 1 1 1 0.15%

Lobophyllia sp 1 3 1 1 1 1 1 3 6 9 1.37%

Symphyllia sp 2 1 1 2 2 1 3 6 9 1.37%

Oculinidae Galaxea sp 2 1 7 1 3 8 6 14 2.13%

Pocilloporidae Pocillopora sp 1 1 30 24 1 1 31 27 58 8.84%

Seriatopora sp 1 1 3 8 1 3 2 15 4 19 2.90%

Poritidae Alveopora sp 1 1 2 1 3 4 0.61%

Goniopora sp 1 1 3 4 8 8 9 17 2.59%

Porites sp 10 26 3 14 4 7 11 34 17 9 45 90 135 20.58%

Siderastreidae Psammocora sp 9 9 9 1.37%

Siderastrea sp 1 1 1 0.15%

656 100.00%

Genus

Jenis Karang Distribusi kehadiran karang pada stasiun pengamatanTotal

Persen

kehadiranFamiliTotalStasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Page 144: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

120

Lampiran 2. Jenis dan distribusi kehadiran ikan di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya

3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m

2 2 1 1 4 11 3 5 4 3

Chaetodon octofasciatus 2 1 1 1 3 6 3 5 4 3

Chelmon rostratus 1 1

Heniochus varius 1

Chaetodontoplus mesoleucus 2

Chaetodon baronessa 1 1

8 14 25 7 13 10 20 6 12 9

Epinephelus hexagonatus 1 2 1 1 2 1

Cephalopolis fulva 1

Plectropomus laevis 1

Epinephelus malabaricus 2 1

Cephalopholis argus 2 1

Cephalopolis boenak 1

Epinephelus fasciatus 1

Cephalopholis micropion 2

Lutjanus lunulatus 1

Lutjanus gibbus 1

Lutjanus notatus 1

Lutjanus russelli 1

Lethiridae Monotaxis grandoculis 1

Caesionidae Caesio cuning 1 1 9 3 5 13 1 1

Siganidae Siganus guttatus 11

Scarus ghobban 1 1 2

Chlorurus sordidus 2 2 3

Scarus rivulatus 2 1 1 4

Scarus viridifucatus 1 1 1 1 2

Bolbometopon muricatum 3

Chlorurus bleekeri 1

Scarus flavipectoralis 1

Scarus ferrugineus 1

Mullidae Parupeneus barberinus 1

Scolopsis lineatus 1 3 1 1 1 1

Scolopsis trilineatus 1

Scolopsis bilineatus 1 3 1 1 2 2 2 1

186 135 106 118 47 112 191 149 69 361

Abudefduf bengalensis 1

Abudefduf sexfasciatus 2 1 2 12 2

Abudefduf vaigiensis 1

Ambliglyphidodon curacao 1 1 2 4 2 5 1 25

Ambliglyphidodon leucogaster 1 1 1 1 3 2 3

Amphiprion clarkii 1 2

Amphiprion ocelaris 1 3 1

Amphiprion sandaracinos 4

Chromis analis 35 5 23 4 4 3 20

Chromis atripectoralis 2 5 1 6 2 13 2 37

Chromis cyanea 11 32 25 11 33 8 1 2 3

Chromis notata 1 2 1 1 3 4 2 2

Pomacentrus taeniometopon 1

Chromis ternatensis 4 1 38 60

Chrysiptera cyanea 2 1

Dischistodus perspicillatus 1

Dischistodus prosopotaenia 1 1 1 1 1 1

Neoglyphidodon melas 1 8 3 1

Neoglyphidodon bonang 1 4 4

Neopomacentrus cyanomos 1

Pomacentrus alexanderae 154 32 67 75 13 15 101 42 18 39

Pomacentrus burroughi 1 8 10

Plectroglyphidodon lacrymatus 1

Pomacentrus smithi 25 221

Pomacentrus trichrous 2 3

Pomacentrus trilineatus 2

Spesies

Jenis Ikan

Nemipteridae

KELOMPOK IKAN MAYOR

Pomacentridae

KELOMPOK IKAN INDIKATOR

Chaetodontidae

KELOMPOK IKAN TARGET

Serranidae

Lutjanidae

Scarridae

Distribusi Kehadiran pada Stasiun Pengamatan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Family

Page 145: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

121

Lampiran 2 (lanjutan)

3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m

186 135 106 118 47 112 191 149 69 361

Bodianus mesothorax 1

Cheilinus fasciatus 1 1 2 6 2 1 2

Chlorurus sordidus 2

Diproctacanthus xanthurus 1 1 1 1

Epibulus insidator 1

Gomphosus varius 1

Halichoeres leucurus 4

Halichoeres melanurus 1 1 1 1 1

Hemigymnus melapterus 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2

Halichoeres purpuracens 1

Halichoeres prosopeion 1

Halichoeres radiatus 1

Halichoeres trimaculatus 1 1 1

Halichoeres vrolikii 1

Labroides dimidiatus 1 3 1 2 1 1 4 1

Thalassoma lunare 2 9 4 4 2 1 4 3 2 3

Pomacanthidae Centopyge nox 2 1 1

Pomacanthus sextriatus 1

Monacanthidae Cantherhines pullus 1

Scorpaenidae Pterois volitans 1

Holocentridae Sargocentron rubrum 2 2 1

Muraenidae Strophidon sathete 1

Haemulidae Plectorhinchus chaetodonoides 1

Platax teira 1

Platax pinnatus 1

Spesies

Jenis Ikan

KELOMPOK IKAN MAYOR

Labridae

Ephippidae

Distribusi Kehadiran pada Stasiun Pengamatan

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 Family

Page 146: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

122

Lampiran 3. Jenis dan distribusi kehadiran benthos di KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya

3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m

Acanthasteridae Acanthaster plancii 1

Actiniidae Entacmea quadricolor 1

Aplysiidae Aplysia sp 9

Callyspongiidae Callyspongia 1

Chalinidae Acervochalina velina 33

Colobometridae Colobometra perspinosa 1

Comasteridae Comaster multibranchiatus 1 3 3 1 2

Capilaster 2 1 2

Oxycomanthus bennetti 2

Diadematidae Diadema savignyi 2 8 3 3

Diadema Setosum 2 7 5

Echinothrix calamaris 6 2 1 4

Didemnidae Atriolum robustus 82 21 14 20 3 19 24

Didemnum molle 1

Dysideidae Dysidea sp 4 58

Holothuridae Holothuria edulis 1

Muricidae Drupella rugosa 3 6 1 1 6 4

Pectinidae Pedum spondiloidum 2 14 8 18 3 8 9 2

Petrosiidae Strongylopora 7

Phyllidiidae Phyllidia sp 1 13 1 12 5 3

Sabellidae Sabellastarte indica 5 3 6 3 8 11 2 28

Serpulidae Spirobranchus giganteus 11 26 3 20

Stichodactylidae Heteractis magnifica 4 3 1 3

Suberitidae Aaptos aaptos 1 29 6 7 87 20

Styelidae Polycarpa aurata 2

Terrebelliidae Loimia medusa 1

Tridacnidae Tridacna maxima 1 1 1

Tridacna crocea 1

Trochidae Trochus niloticus 3

Distribusi kehadiran pada stasiun pengamatan

Famili Spesies

Jenis benthos

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

Page 147: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

123

Lampiran 4. Surat Keputusan Penetapan KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Page 148: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

124

Lampiran 4 (lanjutan)

Page 149: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

125

Lampiran 5. Surat Keputusan Forum Pengelola KKLD Indramayu Tahun 2006

Page 150: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

126

Lampiran 5 (lanjutan)

Page 151: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

127

Lampiran 5 (lanjutan)

Page 152: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

128

Lampiran 5 (lanjutan)

Page 153: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

129

Lampiran 6. Surat Keputusan Forum Pengelola KKLD Indramayu Tahun 2007

Page 154: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

130

Lampiran 6 (lanjutan)

Page 155: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

131

Lanju Lampiran 6 (lanjutan)

Page 156: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

132

Lampiran 6 (lanjutan)

Page 157: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

133

Lampiran 6 (lanjutan)

Page 158: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

134

Lampiran 7. Kuesioner analisis stakeholder

Kuesioner Analisis Stakeholder Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah

Pulau Biawak Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat

Identitas responden

Nama : …………………………………………………

Umur : …………………………………………………

Jenis Kelamin : …………………………………………………

Pekerjaan/Instansi : …………………………………………………

Jabatan : …………………………………………………

Telp/HP : …………………………………………………

Tanggal Wawancara : …………………………………………………

Paraf : …………………………………………………

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 159: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

135

Lampiran 7 (lanjutan)

DATA NON GOVERNMENT STAKEHOLDER Kota/Kabupaten : ………………………………………….. Tanggal : …………………………

Profil lembaga

Nama Lembaga : …………………………………………………………………………………….

Nama Pimpinan : 1. …………………………………………………………………………………

2. .…..……………………………………………………………………………

Alamat : …..…….………………………………………………………………………

...............….…….……….…………………………………………………….

Telephone : .…………………………….. Facsimile : ..........………………………

E-mail : .……………………………………………………………………………………

Tanggal berdiri : .....……………………………………………………………………………….

No. Akta (bila ada): ……………………………..………………………………………………….

Struktur Organisasi:

Ada (terlampir) Tidak ada

Jenis organisasi : Yayasan Ormas Orpol

Asosiasi CBO Koperasi

…………………………………………………………………………….

Tipe kegiatan : Penelitian Advokasi Info-com

Pendanaan Pendidikan & lat. B. Kemanusiaan

…………………………………………………………………………...

……………………………………………………………………………

Page 160: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

136

Lampiran 7 (lanjutan)

Bidang kegiatan : Pertanian Sosial Kebudayaan

Perburuhan Lingkungan hidup Ibu & anak

Ek. Masyarakat Gizi & makanan Industri

Tek. Tepat guna Masy. Adat Gender

Industri kecil Hak asasi manusia Ketrampilan

………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………

Wilayah Kegiatan: Desa/Kel. Kab. Kota. Propinsi

Nasional Internasional

Sumber Dana: Modal sendiri Iuran anggota Pemerintah

Donor Dlm. Neg. Donor LN Usaha sendiri

………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………..

Mitra Kerja : Instansi Pemerintah

No. Nama Instansi Nama Program Waktu Keterangan

Page 161: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

137

Lampiran 7 (lanjutan)

LSM/ORNOP (Organisasi Non Pemerintah)

No. Nama LSM/ORNOP Nama Program Waktu Keterangan

Lembaga Internasional

No. Nama Lembaga Int. Nama Program Waktu Keterangan

Masyarakat

No. Nama kelompok Nama Program Waktu Keterangan

Peran Dalam Pengelolaan Partisipatif

1. Apa yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

2. Keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak bersama dalam masyarakat.?

sering pernah tidak pernah

Page 162: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

138

Lampiran 7 (lanjutan)

Penjelasan rinci:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

3. Jika Anda pernah terlibat, dimana tingkat keterlibatannya:

Kelurahan Kab./kota Propinsi Nasional

Penjelasan rinci:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

4. Bentuk keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak? konsultasi persetujuan pelaksanaan

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

5. Apa tugas layanan masyarakat yang dilakukan lembaga Anda dalam pelaksanaan

proyek/program pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak?

memfasilitasi melatih mendampingi

mengawasi mengevaluasi ………………………

…………………………………………

……………………………………………

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 163: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

139

Lampiran 7 (lanjutan)

Pengelolaan Yang Partisipatif

1. Pendapat mengenai sistem partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak selama ini?

sudah baik cukup baik tidak baik

Alasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

2. Bila ada, apa hambatan utama tidak jalannya partisipasi masyarakat?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

3. Pendapat tentang peran pemerintah sebagai fasilitator pembangunan:

sudah baik cukup baik tidak baik

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

4. Usulan perbaikan/peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

5. Perlukah pelaku pengelolaan ekosistem terumbu karang (stakeholder) membentuk

sebuah forum dialog?

perlu tidak perlu tidak tahu

mengapa:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 164: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

140

Lampiran 7 (lanjutan)

6. Bila perlu, bentuk yang paling baik menurut anda adalah?

forum dialog NGS & GS forum NGS saja tidak tahu

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

7. Bila perlu, siapa yang harus memfasilitasi pertemuan?

pemda NGS . tidak tahu

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 165: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

141

Lampiran 7 (lanjutan)

DATA GOVERMENT STAKEHOLDER Kota/Kabupaten : …………………………………………..

Tanggal : …………………………

Profil lembaga

Nama Dinas/Inst.: …………………………………………………………………………………

Nama Pimpinan: 1. .………………………………………………………………………………

2. .………………………………………………………………………………

Alamat : …………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………

Telephone : .…………………………….. Facsimile : ………………………………

E-mail : .………………………………………………………………………………

Struktur Organisasi : Ada (terlampir) Tidak ada

Tipe kegiatan : .………………………………………………………………………………

………..…………………………………………………………………………

Mitra Kerja : Pengusaha

No. Nama Perusahaan Nama Program Waktu Keterangan

Page 166: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

142

Lampiran 7 (lanjutan)

LSM/ORNOP

No. Nama LSM/ORNOP Nama Program Waktu Keterangan

Lembaga Internasional

No. Nama Lembaga Int. Nama Program Waktu Keterangan

Kelompok Masyarakat

No. Nama kelompok Nama Program Waktu Keterangan

Peran Dalam Perencanaan Partisipatif

1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak yang benar menurut Anda apabila masyarakat mengetahui ikut dalam setiap proses ada sosialisasi

ikut memilih dan menetapkan

…………………………………………………………...........................................

Page 167: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

143

Lampiran 7 (lanjutan)

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

2. Keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak bersama masyarakat.

sering pernah tidak pernah

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

3. Batas keterlibatan institusi Anda dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak konsultasi persetujuan pelaksanaan

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

4. Apa tugas layanan masyarakat yang dilakukan dinas/instansi dalam pelaksanaan

pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak?

memfasilitasi melatih mendampingi

memobilisasi mengawasi mengevaluasi

…………………………………………

……………………………………………

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 168: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

144

Lampiran 7 (lanjutan)

Perencanaan Yang Partisipatif

1. Pendapat mengenai mekanisme partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak di

wilayah Anda selama ini?

sudah baik cukup baik tidak baik

Alasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

2. Adakah hambatan pelaksanaan partisipasi pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak bersama masyarakat?

ada tidak ada

Bila ada, apa hambatan utama tidak jalannya partisipasi masyarakat?

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

3 Usulan perbaikan/peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Biawak

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

4. Perlukah pelaku pengelolaan ekosistem terumbu karang (stakeholder) membentuk

sebuah forum dialog pembangunan

perlu tidak perlu tidak tahu

mengapa:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 169: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

145

Lampiran 7 (lanjutan)

5. Bila perlu, bentuk yang paling baik menurut anda adalah:

forum dialog NGS & GS forum NGS saja tidak tahu

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

6. Bila perlu, siapa yang harus memfasilitasi pertemuan

pemda NGS tidak tahu

Penjelasan:

……………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 170: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

146

Lampiran 8. Kuesioner persepsi masyarakat terhadap 7 kebijakan operasional

pengelolaan terumbu karang di KKLD Pulau Biawak dan sekitarnya

Kuesioner Kebijakan Operasional Pengelolaan Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah

Pulau Biawak Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat

Identitas responden

Nama : …………………………………………………

Umur : …………………………………………………

Jenis Kelamin : …………………………………………………

Pekerjaan/Instansi : …………………………………………………

Jabatan : …………………………………………………

Telp/HP : …………………………………………………

Tanggal Wawancara : …………………………………………………

Paraf : …………………………………………………

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 171: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

147

Lampiran 8 (lanjutan)

Kuesioner

Kebijakan 1. Upaya pelestarian dan perlindungan

a) Adakah upaya pelestarian ekosistem terumbu karang di perairan P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

b) Apakah saudara tahu apa itu KKLD (Kawasan Konservasi Laut Daerah)? (ya/tidak) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

c) Adakah kegiatan yang merusak terumbu karang di KKLD P. Biawak (penangkapan ikan dengan bom/racu, pencemaran/polusi, lainnya)? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

d) Adakah peraturan yang mengatur upaya pelestarian terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

e) Adakah badan pengelola KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tida tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

f) Adakah kegiatan menjaga kawasan (pengawasan) KKLD dan sekitarnya? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Kebijakan 2. Kapasitas dan Kapabilitas Pemerintah

a) Adakah program kegiatan dari Pemerintah (Pusat/Provinsi/Kota/ Kabupaten) untuk pengelolaan terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan

…………………………………………………………….......................................

Page 172: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

148

Lampiran 8 (lanjutan)

…………………………………………………………….......................................

b) Adakah program pemerintah yang melibatkan masyarakat di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Kebijakan 3. Tata ruang Pengelolaan

a) Tahukah anda batas wilayah KKLD P. Biawak? (ya/tidak) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

b) Tahukah anda batas pemanfaatan wilayah KKLD P. Biawak? (ya/tidak) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

c) Tahukah anda kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di wilayah KKLD P. Biawak? (ya/tidak) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Kebijakan 4. Kemitraan Pemerintah dan Masyarakat

a) Adakah kerjasama antara Pemerintah (Pusat/Provinsi/Kota/Kabupaten) dan masyarakat dalam pengambilan keputusan terhadap wilayah KKLD P. Biawak dan pengelolaan terumbu karang? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

b) Adakah hubungan kerjasama antar nelayan? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Kebijakan 5. Pengembangan Ekonomi Rakyat

a) Adakah kegiatan usaha kecil di wilayah KKLD P. Biawak yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat? (ada/tidak/tidak tahu)

Page 173: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

149

Lampiran 8 (lanjutan)

Sebutkan:

……………………………………………………………................

……………………………………………………………................

b) Adakan kegiatan yang diusahakan Pemerintah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

c) Adakah kegiatan usaha di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak Tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

d) Adakah kegiatan yang diusahakan masyarakat lokal untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan ekosistem terumbu karang? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Kebijakan 6. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a) Apakah saudara tahu apa itu ekosistem terumbu karang? (ya/tidak) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

b) Adakah kegiatan pelatihan tentang terumbu karang? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

c) Adakah kegiatan penelitian terhadap kondisi terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

d) Adakah kerjasama masyarakat/pemerintah dengan lembaga penelitian di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Page 174: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

150

Lampiran 8 (lanjutan)

Kebijakan 7. Sumber Pendanaan

a) Adakah sumber dana dari pemerintah (Pusat/Provinsi/Kota/Kabupaten) untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

b) Adakah sumber dana dari pihak swasta (LSM/perusahaan) untuk pengelolaan ekosistem termbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

c) Adakah sumber dana dari Lembaga Penelitian atau Akademik (LIPI/Universtas/lainnya) untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

d) Adakah upaya masyarakat sendiri untuk mencari dana untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang di wilayah KKLD P. Biawak? (ada/tidak/tidak tahu) Sebutkan:

…………………………………………………………….......................................

…………………………………………………………….......................................

Page 175: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

151

Lampiran 9. Kuesioner Analisis A’WOT Pengelolaan KKLD Pulau Biawak dan

sekitarnya

Masyarakat Swasta Pemerintah ………………

KUISIONER

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

KKLD P. BIAWAK KABUPATEN INDRAMAYU

Nama :

Umur (tahun) :

Pekerjaan/Istansi :

Jabatan :

Pendidikan :

Alamat :

Telp :

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 176: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

152

Lampiran 9 (lanjutan)

A. Penentuan Bobot Komponen S, W, O dan T

Strengths (S) Weaknesses (W) a. Statusnya sebagai Kawasan

Konservasi Laut Daerah, yang

pemanfaatan sumberdaya alamnya

mengandung misi konservasi.

b. Luasnya sebaran terumbu karang di

sekitar perairan P. Biawak dan

sekitarnya. c. Keanekaragaman karang tinggi

sehingga memiliki potensi wisata

bahari.

d. Lemahnya Pengawasan dan penegakan

hukum terhadap eksploitasi terumbu

karang.

e. Akses penyebrangan dari daratan

menuju P. Biawak memakan waktu

yang lama kira-kira 4 jam

f. Rendahnya pengetahuan masyarakat

mengenai ekosistem terumbu karang

dan pemanfaatannya

g. Biaya operasional tinggi

Opportunities (O) Threats (T) h. Tingginya perhatian pemerintah

dan LSM terhadap kelestarian

terumbu karang

i. Permintaan terhadap hasil

perikanan dan objek wisata yang

makin meningkat

j. Tersedianya teknologi monitoring

dan transplantasi karang

k. Kerusakan terumbu karang akibat

pencemaran

l. Kegiatan penangkapan ikan yang

merusak lingkungan (Bom, racun,

trawl)

m. Eksploitasi/pemanfaatan terumbu

karang untuk tujuan komersil

1. Urutkan peringkat komponen SWOT = Strengths (Kekuatan), Weaknesses (W),

Opportunities (Peluang), Threats (Ancaman) dari yang mempunyai prioritas tertinggi

sampai terendah dalam kaitannya dengan pengelolaan terumbu karang di perairan Pulau

Biawak dan sekitarnya.

Prioritas

Atribut S W O T

S 1

W - 1

O - - 1

T - - - 1

B. Penentuan Bobot Faktor dari Komponen S, W, O dan T

a. Faktor kekuatan (S)

2. Urutkan faktor yang paling penting sampai yang tidak penting dari komponen kekuatan dalam

kaitannya dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Biawak Kabupaten

Indramayu

a. Statusnya sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah, yang pemanfaatan sumberdaya

alamnya mengandung misi konservasi.

b. Luasnya sebaran terumbu karang di sekitar perairan P. Biawak dan sekitarnya.

c. Keanekaragaman karang tinggi sehingga memiliki potensi wisata bahari.

Page 177: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

153

Lampiran 9 (lanjutan)

Prioritas

Atribut a b c

a 1

b - 1

c - - 1

b. Faktor kelemahan (W)

3. Urutkan faktor yang paling penting sampai yang tidak penting dari komponen kelemahan

dalam kaitannya dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Biawak

Kabupaten Indramayu

d. Lemahnya Pengawasan dan penegakan hukum terhadap eksploitasi terumbu karang

e. Akses penyebrangan dari daratan menuju P. Biawak memakan waktu yang lama kira-kira

4 jam

f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai ekosistem terumbu karang dan

pemanfaatannya

g. Biaya operasional tinggi.

Prioritas

Atribut d e f g

d 1

e - 1

f - - 1

g - - - 1

c. Faktor peluang (O)

4. Urutkan faktor yang paling penting sampai yang tidak penting dari komponen peluang dalam

kaitannya dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Biawak Kabupaten

Indramayu

h. Tingginya perhatian pemerintah dan LSM terhadap kelestarian terumbu karang

i. Permintaan terhadap hasil perikanan dan objek wisata yang makin meningkat

j. Tersedianya teknologi monitoring dan transplantasi karang

Prioritas

Atribut h i j

h 1

i - 1

j - - 1

Page 178: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

154

Lampiran 9 (lanjutan)

d. Faktor ancaman (T)

5. Urutkan faktor yang paling penting sampai yang tidak penting dari komponen ancaman dalam

kaitannya dengan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau Biawak Kabupaten

Indramayu

k. Kerusakan terumbu karang akibat pencemaran

l. Kegiatan penangkapan ikan yang merusak lingkungan (Bom, racun, trawl)

m. Eksploitasi/pemanfaatan terumbu karang untuk tujuan komersil

Prioritas

Atribut k l m

k 1

l - 1

m - - 1

Page 179: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

155

Lampiran 9 (lanjutan)

B. Penentuan Bobot Alternatif Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Terumbu

Karang

6. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan statusnya sebagai Kawasan Konservasi Laut

Daerah, yang pemanfaatan sumberdaya alamnya mengandung misi konservasi.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 180: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

156

Lampiran 9 (lanjutan)

7. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan luasnya sebaran terumbu karang di sekitar

perairan P. Biawak dan sekitarnya.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindunga

n

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 181: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

157

Lampiran 9 (lanjutan)

8. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan keanekaragaman karang tinggi sehingga memiliki

potensi wisata bahari.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembanga

n ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 182: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

158

Lampiran 9 (lanjutan)

9. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan lemahnya Pengawasan dan penegakan hukum

terhadap eksploitasi terumbu karang.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 183: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

159

Lampiran 9 (lanjutan)

10. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan akses penyebrangan dari daratan menuju P.

Biawak memakan waktu yang lama kira-kira 4 jam.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkat

an

pendanaa

n

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembanga

n ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 184: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

160

Lampiran 9 (lanjutan)

11. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai

ekosistem terumbu karang dan pemanfaatannya.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembanga

n ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 185: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

161

Lampiran 9 (lanjutan)

12. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan biaya operasional tinggi.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembanga

n ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 186: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

162

Lampiran 9 (lanjutan)

13. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan tingginya perhatian pemerintah dan LSM terhadap

kelestarian terumbu karang.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 187: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

163

Lampiran 9 (lanjutan)

14. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan permintaan terhadap hasil perikanan dan objek

wisata yang makin meningkat.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 188: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

164

Lampiran 9 (lanjutan)

15. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan tersedianya teknologi monitoring dan transplantasi

karang.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 189: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

165

Lampiran 9 (lanjutan)

16. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan kerusakan terumbu karang akibat pencemaran.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 190: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

166

Lampiran 9 (lanjutan)

17. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan kegiatan penangkapan ikan yang merusak

lingkungan (Bom, racun, trawl).

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembanga

n ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1

Page 191: EVALUASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN … · KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT ... RINGKASAN LERI NURIADI ... Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 17 Oktober

167

Lampiran 9 (lanjutan)

18. Penentuan alternatif kebijakan pengelolaan ekosistem terumbu karang di perairan Pulau

Biawak Kabupaten Indramayu dengan kegiatan eksploitasi/pemanfaatan terumbu karang

untuk tujuan komersil.

Urutkan kegiatan yang paling penting sampai kurang penting

Prioritas

Atribut Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

Peningkatan

kapasitas

dan

kapabilitas

pemerintah

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

Pengembangan

ilmu

pengetahuan

dan teknologi

Peningkatan

pendanaan

Peningkatan

upaya

pelestarian

dan

perlindungan

1

Peningkatan

kapasitas dan

kapabilitas

pemerintah

- 1

Penyusunan

tata ruang

pengelolaan

P. Biawak

- - 1

Peningkatan

kerjasama

antara

pemerintah

dan

masyarakat

- - - 1

Peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

- - - - 1

Pengembang

an ilmu

pengetahuan

dan teknologi

- - - - - 1

Peningkatan

pendanaan - - - - - - 1