EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD … · 2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance ... Prinsip...

112
i EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN (Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk) Disusun Dan Diajukan Oleh : ANDREW MIKHA PASORONG A311 07 075 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

Transcript of EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD … · 2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance ... Prinsip...

i

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA

LEMBAGA PERBANKAN

(Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk)

Disusun Dan Diajukan Oleh :

ANDREW MIKHA PASORONG

A311 07 075

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2012

ii

LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA

LEMBAGA PERBANKAN

(Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk)

Disusun dan Diajukan Oleh :

ANDREW MIKHA PASORONG

A311 07 075

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak Dra. Aini Indrijawati, M.Si, Ak

NIP. 19660220 199412 2 001

NIP. 19681125 199412 2 002

Tanggal persetujuan ( . . . , . . . , . . . ) Tanggal persetujuan( . . . , . . . , . . )

iii

KATA PENGANTAR

Yeremia 17 : 7

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh

harapannya pada TUHAN!”

Mazmur 42 : 6

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?

Berharaplah kepada Allah!

Sebab aku akan bersyukur lagi pada-Nya,

Penolongku dan Allahku!

Salam sejahtera untuk kita semua

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus , yang telah menuntun dan

memberkati dengan Kasih-Nya yang melimpah kepada penulis selama menjalani masa

perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, hingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Evaluasi Penerapan

Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada

Lembaga Perbankann (Studi Empiris Pada Bank Central Asia (Persero) Tbk)”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis menyadari bahwa

“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”, dengan berpegang pada prinsip

ini penulis dapat menjalani proses perkuliahan. Karena jika tanpa turut campur tangan-

Nya dengan pimpinan Roh Kudus, penulis tidak akan mampu melewati proses

perkuliahaan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara

iv

langsung ataupun tidak langsung. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan

kepada:

1. Secara pribadi kepada Allah Bapa di kerajaanNya karena

berkatNya dan kasihNya terhadap saya dalam pengerjaan skripsi

ini. Tanpa Dia semuanya mustahil bisa saya lakukan. Its All Just

Because of HIS LOVE, Thank U Lord Jesus. Tanpa Engkau saya

tidak bisa berbuat apa-apa dan bukan siapa-siapa.

2. Kepada kedua orang tua ( ayahku, Drs. Yonas Yohan Pasorong

dan ibuku Dra. Pince Pasolang ) dan saudara saya (adekku, Ryan

David Pasorong (calon sarjana hukum)) yang telah mendukung

saya baik secara langsung dan lewat doanya sehingga semuanya

dapat berjalan dengan baik. Tanpa mereka semuanya apa yang

saya kerjakan sulit untuk dilalui.

3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., M.S, selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

4. Bapak Dr. H. Abd Hamid Habbe, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

5. Kepada Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak dan Dra. Aini Indrijawati,

M.Si., Ak selaku pembimbing penulisan skripsi ini dimana beliau

telah memberikan ilmu dan dukungannya.

6. Sahabat-sahabatku dan orang-orang yang saya sayangi yang

telah mendukung dan membantu saya (Ryan Alexander Wongso,

Yunita Amir, Febtriayu, Natalia .M, Cornelia .M, Pierce, Go,

Stefani, Sonda, Renta, Irene Biringkanae dan Kak Minggus).

Thanks buat semuanya, kenangan bersama kalian sulit untuk

dilupakan dan semoga persaudaraan antara kita tetap terjalin. I

will never forget you....

v

7. Kakak-kakaku, teman-teman dan adek-adekku yang manis-manis

di PMKO FE-UH (Lia, Desi, Cristi, Angga, Dona, Fani, K’Ucok,

K’Sery, Panca, Tuty, Wulan dan motornya (hehehe), Fani, Stefani,

Rikha, Boni, Nora, Pierce, Richard, Clinton, Ary dan lain-lain) buat

dukungannya dan bantuannya, sangat disayangkan harus

berpisah dengan kalian Thank u has share with me…

8. Teman-teman di Brosis Edan (Edhu, Pierce, Yuni, Nata, Cornel,

Sherly, Medy, Trie, Renta) yang telah membagi canda tawanya

dan semangatnya serta “kegilaannya”. Suatu kenangan yang tidak

bisa saya lupakan terutama kebersamaan bersama kalian.

9. Special Thanks buat adekku Fika Ristin yang selama ini telah

membantu dan mendoakanku. I will never forget u and thanks

have share with me, always wish all the best for u from Jesus…….

10. Teman-teman di Brosis Edan (Ryan, Pierce, Yuni, Nata, Cornel,

Sherly, Medy, Trie, Renta) yang telah membagi canda tawanya

dan semangatnya serta “kegilaannya”. Suatu kenangan yang tidak

akan terlupakan selamanya.

11. Teman-teman di Home Serafim (Grace, Febhe, Titin, Pierce,

Sonda, Go, Fani, Ryan, Anti, Lia dan Yeyen) atas dukungannya

dan doanya selama ini.

12. Teman-teman di PMK Unhas (Martin, Dio, Eka, Indra, Guntur

(Bapak Sutradara) Vian, Patrick, Selly, Vitha, Hery (pasangan

Duetku di drama natal UH),Vany(Mace) dan lain-lain) meski baru

sebentar bertemu dengan kalian terima kasih buat dukungannya.

13. Teman-teman angkatan PR07TEZHOLIC (Sonda, Go, Pepa, Peni,

Bete’, Ardha, Ocha, Bowo, Andre Mamesah, Dhani, Hadi, Zeth,

Arfa, Rini, Icha, Rara, Rahmat Rahim, Hajir, Eko, Dewi, Gaby,

vi

Upy, Iwan, Peno, Ria, dan lain-lain) terima kasih atas bantuannya

dan dukungannya selama ini.

14. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa yang

akan datang.

Pada akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis

mempersembahkan skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak. Amin!!!

Jesus Christ bless you, “1 Korintus 1:3 “Kasih karunia dan damai sejahtera

dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”

Amsal 13:13 “Orang yang meremehkan ajaran Tuhan, mencelakakan

dirinya; orang yang taat kepada hukum Allah akan mendapat upahnya”.

Makassar, Februari 2012

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Halaman Pengesahan Pembimbing................................................................... ii

Kata Pengantar..................................................................................................... iii

Daftar Isi............................................................................................................. vii

Daftar gambar.................................................................................................... xi

Abstrak........................................................................................................... xii

BAB.I PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 10

1.3 Batasan Masalah.................................................................................. 10

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 11

1.4.1 Tujuan Penelitian.......................................................................... 11

1.4.2 Manfaat Penelitian........................................................................ 11

1.5 Sistematika Penulisan............................................................................. 12

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Good Corporate Governance.................................................................. 14

2.1.1 Definisi Good Corporate Governance........................................... 14

2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance........................................... 17

2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance................................ 19

2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance.......................................... 24

viii

2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance............................................ 26

2.2 Bank......................................................................................................... 27

2.2.1 Pengertian Bank............................................................................ 27

2.2.2. Asas - asas Hukum Perbankan dan Bentuk Hukum Perbankan.. 28

2.2.3 Fungsi Bank.................................................................................... 29

2.2.4 Tujuan bank.................................................................................... 29

2.2.5 Jenis Bank..................................................................................... 29

2.3 Kredit........................................................................................................ 30

2.3.1 Pengertian Kredit............................................................................ 30

2.3.2 Unsur – Unsur Kredit ..................................................................... 31

2.3.3 Tujuan Kredit.................................................................................. 32

2.3.4 Fungsi Kredit.................................................................................. 33

2.3.5 Jenis – Jenis Kredit........................................................................ 34

2.3.6 Analisis Kredit................................................................................. 35

2.4 Kerangka Pikir.......................................................................................... 36

BAB.III METODE PENELITIAN.

3.1 Metode Penelitian..................................................................................... 38

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian................................................................... 39

3.3Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 40

ix

3.4 Teknik Analisis Data................................................................................ 41

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.................................................. 43

4.1. Sejarah Singkat perusahaan................................................................... 43

4.1.1 Awal Berdirinya PT. Bank Central Asia, Tbk................................. 43

4.1.2 Masa Krisis Moneter dan Rush (1997-1998).................................. 44

4.1.3 Menjadi Perusahaan Terbuka....................................................... 45

4.1.4 Informasi, Edukasi dan Entertainment........................................... 46

4.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan............................................................... 46

4.2.1 Visi BCA......................................................................................... 46

4.2.2 Misi BCA........................................................................................ 47

4.2.3 Tata Nilai BCA................................................................................ 47

4.3. Objek Penelitian..................................................................................... 47

4.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tanggung Jawab.................................. 47

BAB V : PEMBAHASAN..................................................................................... 52

5.1. Hasil Penelitian........................................................................................ 52

5.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Bank BCA.................... 63

5.3. Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Central Asia Tbk................ 66

5.3.1. Permohonan Kredit....................................................................... 67

5.3.2. Analisis dan Evaluasi Kredit......................................................... 68

x

5.3.3. Negosiasi Kredit............................................................................ 69

5.3.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit.............................................. 69

5.3.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit...................................... 70

5.3.6. Pemberian Putusan Kredit............................................................. 70

5.3.7. Pencairan Kredit............................................................................ 71

5.4. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap

Prosedur Pemberian Kredit PT. Bank Central Asia Tbk................................ 71

5.4.1. Pertanggungjawaban (Responsibility)…………………………..… 72

5.4.2. Akuntabilitas (Accountability)…………………………................ 74

5.4.3. Transparansi (Transparency)………………………………......... 75

5.4.4. Kewajaran (Fairness)…………………………....………….......… 76

5.4.5. Kemandirian (Independency)………………………………......… 77

BAB VI : KESIMPULAN...................................................................................... 80

6.1. Kesimpulan............................................................................................. 80

6.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran........................................................ 81

Daftar Pustaka................................................................................................... 83

Lampiran …………………………………………………………………........…… 84

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir........................................................................................ 37

xii

ABSTRAK

Andrew Mikha Pasorong (A31107075), Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada lembaga Perbankan (Studi Empiris Pada Bank Central Asia (Persero), Tbk), dibimbing oleh Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak. (Pembimbing I) dan Dra. Aini Indrijawati, M.Si., Ak (Pembimbing II). Kata Kunci: Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG), Budaya Perusahaan, Prosedur Kredit, Bank

Penelitian ini adalah sebuah penelitian studi kasus yang dilakukan di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang perbankan di Indonesia.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara penerapan prinsip tata kelola perusahaan (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit dalam perusahaan. Corporate Governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan para pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dimana terdapat lima prinsip-prinsip Good Corporate Governance yakni: (i) Keterbukaan informasi, (ii) Akuntabilitas, (iii) Pertanggungjawaban, (iv) Kemandirian, (v) Kewajaran.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : apakah prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh PT. Bank Central Asia (persero) Tbk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perushaan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan analisis dokumen dokumen-dokumen perusahaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan triangulasi dan interpretasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan penting antara penerepan GCG terhadap prosedur pemberian kredit. Hasil penelitian ini mendorong dan memotivasi perusahaan agar prinsip GCG dijadikan sebagai budaya perusahaan.

xiii

ABSTRACT

Andrew Mikha Pasorong (A31107075), Evaluation The Application Of Principles Of Good Corporate Governance Procedures In Lending Banking Institutions (Empirical Study In Bank Central Asia (Corporation), Inc.), supervised by Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak. (Supervised I) and Dra. Aini Indrijawati, M.Si., Ak (Supervised II).

Key Words: Good Corporate Governance (GCG), Corporate Culture, Credit Procedure, Bank

This research is a case study conducted at a private company Engaged in the Indonesian banking. The purpose of this study was to determine the relationship between the application of the principles and the Procedure of credit presents. Corporate Governance as a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, government employees, as well as internal and external stakeholders with reapect to the rights and obligations, or in other words a system that directs and controls the company. Where there are five principles of good corporate governance: (i) Transparency, (ii) Accountability, (iii) Responsibility, (iv) Independency, (v) Fairness.

Formulation of the problem of the study are: Whether the application the principles of good corporate governance to the procedure of credit presents which has given by PT, Bank Cental Asia (Persero)Tbk can increase the level of efficiency and effectively of the company.

Data collection methods used in this study were interviews and analysis of company documents. The data obtained were analyzed by using triangulation and interpretation.

The results of this study indicate the existence of an important role between GCG and the procedure of credit presents. The results are encouraging and motivate companies to serve as the principle of good corporate governance culture.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang Penelitian

Krisis yang melanda pada pertengahan 1997 membuat perekonomian

Indonesia tidak stabil. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya corporate

governance. Hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan

perusahaan sehingga control public menjadi sangat lemah dan terkonsentrasinya

pemegang saham besar pada beberapa keluarga yang menyebabkan campur

tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen perusahaan sangat terasa

dan menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma -

norma tata kelola perusahaan yang baik ditambah lagi globalisasi yang sedang

terjadi saat ini mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran dalam bidang

sosial politik dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan tata kelola yang baik (good

corporate governance) pada setiap sektor perekonomian di Indonesia agar dapat

menjaga kelangsungan (survive) demi meningkatkan perekonomian Indonesia.

Kajian mengenai corporate governance meningkat dengan pesat seiring

dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron,

Tyco, WorldCom, Maxwell, Polypec dan lain-lain. Oleh karena itu saat ini isu

good corporate governance menjadi sangat penting. Keruntuhan perusahaan -

perusahaan public tersebut dikarenakan oleh strategi, prosedur maupun praktik

curang (fraud) dari manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena

lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards.

2

Menurut Penelitian Jhonson dkk (2000) salah satu penyebab krisis ekonomi pada

negara-negara di asia pada tahun 1997 adalah karena lemahnya praktek -

praktek good corporate governance pada wilayah tersebut. Iskandar Chamlou

(2000) juga menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia

Tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor ekonomi makro namun juga

karena lemahnya corporate governance yang ada di negara - negara tersebut

sehingga mereka masuk kedalam peringkat krisis ekonomi yang

berkepanjangan, seperti, lemahnya enforcement hukum, standar akuntansi, dan

pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pengawasan komisaris

dan terabaikannya hak minoritas.

Pengelolaan perusahaan (corporate governance) dalam dunia ekonomi

merupakan hal yang dianggap penting sebagaimana yang terjadi dalam

pemerintahan negara. Implementasi good corporate governance (GCG) pada

saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi

setiap perusahaan dan organisasi. Pernyataan tersebut telah menegaskan

bahwa perusahaan - perusahaan memiliki kedudukan penting dalam

menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.

Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997 bukan

semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum

di implementasikannya good corporate governance dan etika yang

melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada

dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi, hanya

dapat mempunyai dampak jangka panjang apabila disertai tiga tindakan penting,

yakni: (1) Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian ; (2) Pelaksanaan Good

Corporate Governance; (3) Pengawasan yang efektif dari otorisasi pengawasan

bank.

3

Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan

beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama,

konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi

pengawasaan dewan komosaris; ketiga, inefisiensi dan rendahnya transparansi

menegenai prosedur pemgendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat,

terlalu tingginya ketergantungan pada pandangan eksternal; dan kelima, ketidak

memadainya pengawasan oleh para kreditor.

Banyak ahli yang berpendapat bahwa kelemahan di dalam penerapan

good corporate governance merupakan salah satu sumber kerawanan ekonomi

yang menyebabkan memburuknya perekonomian negara-negara tersebut pada

tahun 1997 dan 1998 (Husnan, 2001). Pelaksanaan good corporate governance

(GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia

internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang

dengan baik dan sehat. Tantangan terkini yang dihadapi karena prinsip-prinsip

dan praktik good corporate governance masih belum dipahami secara luas oleh

komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2005).

Kendala yang dihadapi dalam penerapan prinsip good corporate

governance saat ini di Indonesia adalah maraknya praktik korupsi,

pengelembungan biaya, kolusi serta nepotisme yang masih tumbuh subur dan

terus dipupuk dibanyak perusahaan swasta maupun pemerintah.

Corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang

seperti halnya di Indonesia pada pasca-krisis keuangan menjadi semakin penting

mengingat beberapa hal. Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam

sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (King dan

Levine, 1993). Kedua, negara yang ditandai oleh pasar modal yang belum

4

berkembang, bank berperan utama bagi sumber pembiayaan perusahaan.

Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional.

Keempat, liberalisasi sistem perbankan baik melalui privatisasi maupun

diregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki keleluasaan yang lebih

besar dalam menjalankan operasi bank (Arun, Turner, 2003).

Sebagai mana di kemukakan oleh Caprio dan Levine (2002) terdapat dua

hal yang saling terkait mengenai lembaga intermediasi perbankan yang

berpengaruh terhadap corporate governance. Pertama, bank merupakan sektor

usaha yang tidak transparan, sehingga memungkinkan terjadinya masalah

keagenan. Kedua, bank merupakan sektor usaha yang memiliki tingkat regulasi

tinggi yang dalam hal tertentu justru menghambat mekanisme corporate

governance. Masalah keagenan dalam sector keuangan perbankan pada

hakekatnya dapat dibedakan dalam dua kategori. Pertama masalah keagenan

akibat utang (debt agency problem) dan kedua, masalah keagenan akibat

pemisahan kepemilikan dan pengendalian (separatiaon of ownership and

control).

Institusi keuangan perbankan memiliki sifat usaha yang spesifik (nature of

the firm) yang membedakannya dari institusi non-keuangan (Macey dan O’Hara,

2003) sifat usaha spesifik tersebut mendorong topik penelitian dalam industry

perbankan dewasa ini mengarah pada masalah corporate governance terlebih

lagi setelah beberapa Negara Asia terkena dampak krisis finansial (Arun dan

Turner, 2003). Selain itu industri perbankan merupakan industri ”kepercayaan”.

Jika investor berkurang kepercayaannya karena laporan keuangan yang bias

dari tindakan manajemen, maka mereka akan melakukan penarikan dana secara

bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush. Oleh karena itu kebutuhan

untuk menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) dirasakan

5

sangat kuat dalam industri perbankan untuk menjaga “kepercayaan” tersebut.

Situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks dan resiko kegiatan

usaha perbankan kian beragam. Keadaan tersebut semakin meningkatkan

kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat (good corporate

governance) di bidang perbankan dan juga untuk meghindari kemungkinan

tindakan kriminal yang dilakukan oleh calon nasabah melalui penyesuaian

kebijakan dan prosedur internal, prinsip mengenal nasabah berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009

mengenai Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan

Terorisme Bagi Bank Umum.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan

untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai

syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat.

Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance antara lain transparansi (transparency), kemandirian

(independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban

(responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan

segala prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar

perbankan dapat berkembang dengan baik dan sehat. Salah satunya dalam

prosedur pemberian kredit, dalam hal ini prinsip - prinsip good corporate

governance haruslah dilaksanakan dengan baik agar dapat mencegah terjadinya

kesalahan-kesalahan signifikan dalam prosedur dan strategi serta memastikan

kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki.

Pada masa sekarang banyak masalah yang dihadapi oleh pihak bank

terutama yang menyangkut kondisii kesehatan keuangan dikarenakan kurangnya

6

penerapan prinsip-prinsip good corporate. Masalah yang sering muncul adalah

kredit bermasalah, bahkan ada kredit yang menjadi macet sehingga harus

diputihkan.

Secara teori banyak bank yang memberikan pinjaman dengan jaminan

yang tidak sesuai dengan jumlah pinjaman akan berakibat buruk pada bank

tersebut misalnya mengalami kebangkrutan dan likuidasi dari pemerintah. Untuk

mengatasi terjadinya hal ini, maka pihak bank seyogyanya melakukan upaya

pencegahan seperti meneliti apakah barang jaminan melebihi nilai pinjaman,

apakah pihak keditur mempunyai kemampuan menyelesaikan utangnya pada

bank dan berapa lama batas waktu yang dapat diberikan pada pihak kreditur

terhadap penyelesaian utangnya pada bank.

Piutang merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan,

penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang

membentuk suatu hubungan dimana pihak berutang kepada pihak lain.

Proses pemberian piutang pada perusahaan dagang sebenarnya dimulai

pada saat persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, sampai penyiapan

dan penerbitan faktur, serta berhasil dengan hasil penagihan. Proses ini dimulai

dari :

Memeriksa kelengkapan berkas permohonan kredit

Wawancara

Investigasi kredit

Peninjauan di lapangan

Menghitung resiko perkreditan

Proses pengumpulan data atau informasi kredit

Penetapan titik kritis

7

Analisa kredit bank

Keputusan kredit bank

Setelah melakukan analisis kredit dengan bank, maka kegiatan yang

harus dilakukan oleh bank dalam rangka mengamankan fasilitas kredit yang

diberikan adalah kegiatan pengelolaan dan pengawasan kredit yang dilakukan

secara administratif maupun langsung.

Prosedur pengendalian piutang merupakan mata rantai antara

pengendalian kas disatu pihak dan pengendalian persediaan dilain pihak.

Piutang merupakan mata rantai di antara keduanya.

Ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif maka ada tiga bidang

pengendalian umum pada titik mana dapat diambil tindakan untuk mewujudkan

penerapan prinsip - prinsip good corporate governance melalui pengendalian

piutang. Ketiga bidang tersebut adalah :

1. Pemberian kredit

2. Penagihan

3. Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak

Manajemen kredit merupakan cara pengelolaan kredit yang harus

dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit,

penentuan suku bunga, prosedur pemberien kredit, analisis pemberian kredit

sampai pada kredit tersebut lunas. Sedangkan tujuan utama dari manajeman

kredit adalah meningkatkan penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan,

dengan cara memberikan kredit kepada langganannya dengan layak, dengan

melakukan analisis informasi kredit yang telah diberikan sebelumnya. Dalam

pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

8

juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam kredit bagi masyarakat yang

membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat menukar

uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan

setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, dan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya peraturan tentang undang-undang mengenai

bank telah mengalami beberapa pergantian. Menurut UU No 14/1967 pasal 1

disebutkan bank adalah lembaga yang usaha pokoknya adalah memberikan

kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Kemudian Undang-Undang ini dicabut dengan berlakunya UU No 7/1992 antara

lain disebutkan bahwa fungsi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyrakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada tahun 1998 UU No 7/1992

dirubah dan disempurnakan dengan UU No 10/1998. Menurut Undang-Undang

No 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip

konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada

penyimpanan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan

dari selisih ini disebut sebagai spread base. Apabila suatu bank mengalami suatu

kerugian dari selisih bunga, maka dikenal istilah negative spreed.

Upaya pengendalian piutang berkaitan erat dengan pengendalian

penerimaan kas, pengendalian persediaan dana. Keterkaitan antara

9

pengendalian penerimaan kas, pengendalian persediaan dana piutang,

merupakan pendekatan manajemen preventif.

Pendekatan manajemen preventif merupakan suatu cara untuk

mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan oleh pihak manajer, sehingga dapat menunjukkan

pengendalian piutang yang meliputi pemberian kredit, penagihan dan penetapan

penyelengaraan / pengendalian yang layak sesuai dengan prinsip-prinsip good

corporate governance.

Berdasarkan UU No 10/1998 antara lain fungsi bank adalah menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke

masyrakat dalam bentuk kredit maka PT. Bank Central Asia (Persero)Tbk.

Sebagai salah satu bank umum di Indonesia menyalurkan beberapa jenis kredit

kepada masyarakat antara lain KIB (Kredit Investasi Biaya), KMK (Kredit Modal

Kerja), KUL (Kredit Umum Lainnya). Dan untuk mencegah terjadinya kredit

macet dimana debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya atas kredit yang

diperoleh dari bank maka PT. Bank Central Asia menerapkan peraturan-

peraturan dan prosedur yang berlaku dalam menyalurkan dana atau pinjaman

berupa kredit kepada debiturnya.

Adapun prusedur pemberian kredit pada PT. Bank Central Asia dimulai

dari permohonan kredit, yaitu calon debitur melakukan permohonan kredit

dengan mengisi formulir aplikasi kemudian pihak bank melakukan analisis dan

evaluasi terhadap resiko kredit yang dilakukan oleh pejabat kredit terhadap

nasabah selanjutnya setelah melakukan analisis kredit maka pejabat bank

melakukan negosiasi kredit dengan pemohon untuk mencapai kesepakatan

mengenai jumlah, struktur, dan tipe kredit, kelengkapan dokumen serta syarat

10

dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi pemohon dan kemudian memberikan

putusan kredit apakah nasabah telah memenuhi semua syarat-syarat dan layak

untuk mendapatkan kredit lalu dana kredit di cairkan atau diberikan ke pada

nasabah stelah semua prosedur dipenuhi.

Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai : ”Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance Terhadap

Prosedur Pemberian Kredit Pada Lembaga Perbankan (Studi Empiris Pada

PT. Bank Central Asia (Persero)Tbk)”.

1.2 Rumusan Masalah

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada sector perbankan

sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyrakat dan dunia

internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang

dengan baik dan sehat. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai prinsip-prinsip

dan praktik good corporate governance pada sektor perbankan. Dan perlu

dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap praktik corporate governance

pada lembaga perbankan. Dan sejauh mana efektivitas corporate governance

dalam prosedur pemberian kredit pada sektor perbankan. Untuk itu yang menjadi

masalah pokok dalam penulisan ini yaitu, apakah prinsip-prinsip good corporate

governance (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh PT.

Bank Central Asia (persero) Tbk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perusahaan.

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan skripsi ini, penulisan akan membatasi hanya pada

masalah-masalah yang berhubungan dengan Prinsip-prinsip dan asas-asas good

11

corporate governance (GCG) terhadap pemberian kredit dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Tingkat efisiensi akan dihubungkan dengan seberapa lama waktu yang di

butuhkan untuk mempersiapkan dokumen perlengkapan perkreditan, sedangkan

tingkat efektivitas adalah apakah prosedur pemberian kredit telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk menilai tingkat efisiensi dan efektivitas bagian kredit khususnya

dalam hal pemberian kredit.

2. Untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip dan asas-asas

good corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit yang

dilaksanaakan perusahaan.

1.4.2 Manfaat penelitian

1. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis terhadap suatu

permasalahan sesuai dengan ilmu yang telah diperoleh selama

perkuliahan.

2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas khususnya di

bagian kredit, PT. Bank Central Asia di Makassar.

3. Sekiranya dari penelitian ini dapat mengetahui sejauh mana penerapan

prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam prosedur pemberian

kredit di perbankan.

4. Memberikan pemahaman yang jelas kepada masyrakat bagaimana

prosedur yang tepat dalam meminjam dana di bank.

12

5. Dapat dijadikan bahan referensi dan untuk menambah pengetahuan

mengenai good corporate governance di dunia perbankan pada

umumnya, dan pelaksanaan good corporate governance dalam bagian

kredit pada khususnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan dibagi secara sistematis kedalam 6 bab,

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, masalah pokok, tujuan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Landasan Teori

Bab ini menguraikan lebih lanjut tinjauan umum audit operasional

yang mencakup tentang defenisi good corporate governance,

tujuan, manfaat, program kerja, serta konsep bank dan

perkreditan.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini mencakup lokasi penelitian, metode pengumpulan data,

jenis dan sumber data dan metode analisis yang digunakan.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan

Bab ini menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur

organisasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan.

BAB V Pembahasan

Bab ini menguraikan inti pembahasan yang mendeskripsikan

pembahsan atas data yang diperoleh dari hasil penelitian.

Gambaran umum good corporate governance terhadap prosedur

13

pemberian kredit yang terdiri atas tahapan-tahapan dan

analisanya.

BAB VI Penutup

Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran-saran perbaikan

atas pembahasan dalam bab terdahulu. Yang mungkin dapat

digunkan sebagai bahan masukan bagai berbagai pihak,

khususnya untuk pihak bank yang bersankutan.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Good Corporate Governance

2.1.1 Defenisi Good Corporate Governance

Governance di ambil dari kata latin, gubernance yang artinya

mengarahkan dan megendalikan. Dalam ilmu manajemen bisnis, kata tersebut

diadaptasi menjadi gorporate governance yang sebagai upaya mengarahkan

(directing) dan mengendalikan (control) kegiatan organisasi, termasuk

perusahaan.

Pengertian governance menurut Azhar Kazim yang dikutip oleh Iman dan

Amin (2002:5):

“Governance adalah proses pengelolaan berbagai bidang kehidupan (sosial,

ekonomi, politik, dan sebagainya) dalam suatu negara serta penggunaan

sumber daya (alam, keuangan, manusia) dengan cara yang sesuai dengan

prinsip-prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.

Berdasarkan definisi di atas, governance berarti suatu proses

pengelolaan perusahaan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan

organisasi yang sesuai dengan prinsip - prinsip good corporate governance

(GCG).

Good Corporate Governance (GCG) memiliki banyak defenisi,

diantaranya menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI):

15

Corporate governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan

hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan, serta para pemegang saham kepentingan intern dan ekstern lainya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain

sistem yang megarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Dikalangan pebisnis, secara umum good corporate governance (GCG)

diartikan sebagai tata kelola perusahaan. GCG di artikan pula sebagai sistem

yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah

(value added) untuk semua stakeholder (Monks, 2003).

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak

pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada

waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan

(disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi

kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Komite Cadbury mendefenisikan corporate governance :

Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan dengan tujuan : (1) agar mencapai kesimbangan

antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, (2) untuk

menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada

stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenagan pemilik, direktur,

manajer, pemegang saham, dan sebagainya. (Indra Surya & Ivan, 2006)

OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang

anggota - anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa

(Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Luxemburg,

Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, dan Inggris) dan

16

negara-negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru)

mendefenisikan Corporate Governance sebagai :

Corporate Governance is the system by which business corporations are

directed and controlled. The corporate governance structure specifies the

distribution of rights and responsibilities among different participants in the

corporation, such as, the board managers, shareholders and other stakeholders,

and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs.

By doing this it also provides the structure through which the company objectives

are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.

Tulisan OECD mendefenisikan corporate governance sebagai

sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan

pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan

perusahaan. Corporate Governance juga mengisyaratkan adanya struktur,

perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Corporate

Governance yang baik dapat memberikan perangsang atau insentif yang baik

bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan

perusahaan atau pemegang saham dan harus menfasilitasi pemonitoran yang

efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya

dengan lebih efisien.

Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam mendefenisikan corporate

governance sebagai berikut :

Corporate Governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah -

kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber - sumber

perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka

17

panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham mupun

masyarakat sekitar secara secara keseluruhan.

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate

governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan

tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (shareholder’ value) serta

mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

(stakeholder) seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja,

pemerintah dan masyarakat luas.

Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling

berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha

sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk (Wahyudin,

2008). Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah :

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan

yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan.

Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum

secara konsisten (consistent law enforcement).

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman

pelaksanaan usaha.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa serta pihak yang

terkena dampak dari beberapa perusahaan menunjukkan kepedulian

dan melakukan control social secara obyektif dan bertanggung jawab.

2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance

Konsep Corporate Governance yang komperhensif mulai berkembang

sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash pada 19 Oktober

1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek

18

New York, mengalami kerugian financial yang cukup besar. Di kala itu, untuk

mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, banyak para eksekutif

melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana

“menyembunyikan” kerugian perusahaan atau memperindah kinerja manajemen

dan laporan keuangan.

Yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi juga financial

engineering. Lazimnya pada situasi bisnis kondusif, penyimpangan kelakuan baik

okeh oknum maupun secara kolektif dalam perusahaan sangat kabur, namun

pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka segala macam sumber-sumber

penyimpangan dan penyebab kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari

kelakuan profiteering, commercial crime hingga economic crime.

Dengan kesadaran tinggi untuk meningkatkan daya saing bangsa oleh

segenap negarawan, cendekiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan

untuk meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Gerakan ini

dimulai dari tokoh-tokoh di Inggris yang dipimpin oleh Sir Adrian Cadburt, yang

pada saat itu sebagai Direktur Bank of England dan mantan CEO Group

Cadbury.

Sejak terbitnya cadbury code on corporate governance pada tahun 1992,

semakin banyak intitusi yang terus melakukan penyempurnaan dalan prinsip-

prinsip dan petunjuk teknis good corporate governance, antara lain internasional

corporate governance network (ICGN) yang mendorong organisation for

economic co-operatiaon and development (OECD) mengeluarkan OECD

principles on corporate governance. ICGN sangat berkepentingan dalam

implenmentasi GCG, karena anggota mereka terdiri dari institusi dana pensiun

dan asuransi yang mengeloala dana nasabah untuk investasi jangka panjang.

19

2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Scara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance

antara lain:

1. Transparency (keterbukaan informasi),

Yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan

mengenai perusahaan.

2. Accountability (akuntabilitas),

Yaitu fungsi struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan

sehingga pengelolaan perusahaan secara efektif.

3. Responsibility (pertanggungjawaban),

Yaitu kesesuian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Independency (kemandirian),

Yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional

tanpa benturan kepentingan dan pengaruh / tekanan dari pihak

manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang -

undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Fairness (kewajaran),

Yaitu, perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Organization for Economic Co-operatian and Development (OECD) yang

beranggotakan beberapa Negara, antara lain : Amerika Serikat, Negara-negara

Eropa (Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia,

20

Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki,

Inggris), serta negara - negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia

Baru), telah mengembangkan The OECD principles of corporate governance

pada bulan April 1998. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk

digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik

sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian prinsip

yang universal tersebut akan menjadi pedoman untuk semua Negara atau

perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang

berlaku di negara masing-masing. Prinsip - prinsip corporate governance yang

dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup 5 (lima) hal berikut :

1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The right of

Stakeholders)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu

melindungi hak - hak para pemegang saham, termasuk pemegang

saham minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hak dasar pemegang

saham, yaitu :

a. Hak memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran

kepemilikan.

b. Hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan

saham.

c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang

perusahaan yang berkala dan teratur.

d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi.

f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.

21

2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (The

Equitable Treatment of Shareholders)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance haruslah

menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham,

termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang

adanya praktik perdangangan berdasarkan informasi orang dalam

(insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self deading). Selain

itu, prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka

ketika menemukan transaksi - transaksi yang mengandung benturan

atau konflik kepentingan (conflict if interest).

3. Peran pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (The

Role of Stakeholders)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus

memberikan pengakuan terhadap hak - hak pemangku kepentingan,

sebagaimana ditentukan oleh undang - undang dan mandorong kerja

sama yang aktif antara perusahaan dengan pemangku kepentingan

dalam rangka menciptkan lapangan kerja, kesejahteraan, serta

berkesinambungan (going concern).

4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparansy)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin

adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap

permasalahan berkaitan denga perusahaan. Informasi yang

diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan

standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk

meminta auditor eksternal (kantor akuntan publik) melakukan audit

yang bersifat independen atas laporan keuangan.

22

5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (The Responsibility of

The Board)

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin

adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif

terhadap manajeman oleh dewan komisaris, dan pertanggungjawaban

terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat

kewenagan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesional

komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentngan

lainnya.

Ada empat komponen yang diperlukan dalam konsep good corporate

governance (Kaen, 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,

accountability, dan responsibility.

Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good

corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas

laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja

yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental

perusahaan.

Secara sepintas penerapan GCG di bank umum tidak berbeda dengan

perusahaan lainnya, akan tetapi tidak demikan halnya. Dalam banyak hal

perilaku manajer dan pemilik bank merupakan faktor utama yang memerlukan

perhatian dalam penerapan GCG. Dalam banyak hal Konsep Agency Theory

yang sering digunakan dalam penerapan GCG tidak sepenuhnya dpat digunakan

dalam industri Perbankan. Untuk itu perlu ditelaah lebih lanjut bagaimana

seharusnya penerapan GCG pada industry perbankan dilakukan. (Leo J. Susilo,

2007)

Bank Indonesia (BI) pada tanggal 30 Januari 2006 yang lalu telah

megeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang

23

pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor

8/14/2006 tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum. Upaya BI dengan mengeluarkan peraturan

pelaksanaan GCG tersebut adalah tepat, meskipun agak terlambat.

Sesuai pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan

prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau

jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana pada ayat 1

paling kurang harus diwujudkan dalam 7 (tujuh) hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.

2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan

kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank.

3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor

eksternal.

4. Penerapan manajemen resiko, termasuk sistem pengendalian

intern.

5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana

besar.

6. Rencana strategis bank.

7. Transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan bank.

Dari segi operasional Ross Levine (2005) menyatakan bahwa bank

pada dasarnya mempunyai dua ciri khas yang tidak terdapat pada jenis industry

lainnya yaitu (1) industri perbankan relatif kurang transparan (opaque)

dibandingkan dengan industry lainya karena adanya informasi asimetri, dan (2)

intervensi regulator sangat tinggi dalam perbankan baik secara makro yaitu pada

pasar jasa perbankan maupun secara mikro terhadap masing-masing bank. Hal

24

yang sama juga dikemukakan oleh Wiguna Bargoes Oka dan Bank Indonesia

yang menyatakan dua elemen penting dalam penerapan GCG diperbankan

adalah transparansi dan regulasi. (Leo J. Susilo, 2007)

Terdapat 4 hal yang dijadikan sebagai criteria penilaian bagi BI dalam

menetuakan peringkat GCG perbankan adalah sebagai berikut :

1. Transparan terhadap pihak-pihak terkait.

2. Efektivitas direksi dan komisaris perbankan dalam mengemban

tugasnya.

3. Efektivitas komite-komite yang wajib dibentuk dilingkungan direksi dan

komisaris.

4. Independensi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).

Pengaturan dan implementasi GCG memerlukan komitmen dari top

management dan jajaran organisasi. Pelaksanaan dimulai dari penetapan

kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua

pihak dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode

etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan, merupakan faktor

penting sebagai landasan penerapan GCG.

2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance

Corporate Governance yang tidak efektif menjadi penyebab utama

terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan pada berbagai perusahaan di Indonesia

akhir-akhir ini. Penerapan Corporate Governance yang efektif dapat memberikan

sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta

menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di masa depan.

Dengan melaksanakan Corporate Govenance, menurut Forum for

Corporate Governance (FCGI) (2001 : 4), ada beberapa manfaat antara lain:

25

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan, serta lebih meningkatakan pelayanan

kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah

dan tidak rigid yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate

value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

karena sekaligus meningkatkan stakeholders value dan deviden.

Penerapan Corporate Governance yang baik memberi manfaat sebagai

berikut:

a. Perbaikan dalam komunikasi

b. Minimasi potensial benturan

c. Fokus pada strategi-strategi utama

d. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi

e. Kesinambungan manfaat (sustainability of benefits)

f. Promosi ciri korporat (corporate image)

g. Peningkatan kepuasan pelanggan

h. Perolehan kepercayaan investor

Menurut Siswanto Sutojo dan E. Jhon Aldridge (2005) Good Corporate

Governance mempunyai lima tujuan utama, adalah sebagai berikut:

1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota The Stakeholders

non pemegan saham.

26

3. Meningkatakan nilai perusahaan dan pemegang saham.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus atau

Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan

5. Meningkatakan mutu hubungan Board of Directors dengan

manajemen senior perusahaan.

Kelima tujuan utama GCG menunjukan isyarat bagaimana pentingnya

hubungan antara pihak - pihak yang mempunyai kepentingan dengan

perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.

2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan diterapkannya GCG menurut Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG), adalah:

1. Mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsibility,

independensi, serta kesetaraan dan kewajaran.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing -

masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan

Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan

anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan

tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn

terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social

perushaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan

terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan

tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.

27

6. Meningkatkan daya asing perusahaan secara nasional maupun

internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang

dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi

nasional yang berkesinambaungan.

Dengan demikian, penerapan pelaksanaan prinsip GCG secara optimal

akan mampu mendorong peningkatan kinerja perusahaan yang ada, dan pada

gilirannya memberikan value creation semua pihak yang terkait dengan

perusahaan..

2.2 Bank

2.2.1 Pengertian Bank

Bank pada dasarnya merupakan perusahaan atau lembaga perantara

keuangan (financial Intermediary) yaitu pihak yang kelebihan dana (surplus

spending unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficid spending unit).

Undang-Undang Nomor 10/1998 tentang perbankan, yang dimaksud

dengang bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Jika diperhatikan seluruh batasan dan pengertian bank diatas dapatlah

dikatakan bahwa bank melakukan bermacam-macam kegiatan yang paling

dominan adalah bagian perkreditan.

Adapaun tugas-tugas pokok bank menurut Bambang Cahyono (1998;27)

sebagai berikut :

1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada orang atau badan usaha

(perusahaan) yang memebutuhkan dana.

28

2. Menarik uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

tabanas, rekening koran, giro, deposito berjangka, dan

sebagainya.

3. Menyertakan saham pada perusahaan yang sehat agar terbuka

kemungkinan pengembangan yang lebih cepat atas dasar

pertimbangan keuangan yang sehat pula.

4. Memberikan jasa - jasa dalam bidang lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang.

5. Kegiatan lain dibidang jasa - jasa berupa pemberian jaminan bank

dan menyewakan tempat untuk menyimpan barang-barang

berharga.

2.2.2 Asas-Asas Hukum Perbankan dan Bentuk Hukum Perbankan

Dalam melaksanakan kemitraan antara bank dan nasabah perlu dilandasi

beberapa aspek hukum, agar tercipta suatu kerjasama yang baik. Beberapa asas

hukum tersebut antara lain:

1. Asas Demokrasi Ekonomi

Asas ini secara tegas dalam UU No. 10 Tahun 1998 pasal 2

menyatakan “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berdasarkan asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip

kehati-hatian”.

2. Asas Kepercayaan

Nasabah menyimpan dana pada bank dilandasi oleh dasar

kepercayaan.

3. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau

mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatau yang

29

berhubungan dengan keuangan dari lain-lain dari nasabah bank,

yang menurut kelaziman bank wajib dirahasiakan.

4. Asas Kehati-hatian (Prudental Principle)

Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa

dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usaha, pihak bank wajib

menerapkan sikap kehati-hatian dalam rangka melindungi

keterangan atau informasi nasabah peyimpan dan simpanannya.

Menurut pasal 21 Undan-Undang Nomor 10/1998, bentuk hukum suatu

Bank Umum dapat berupa salah satu dari :

1. Perusahaan Daerah (PD)

2. Koperasi

3. Perseroan Terbatas (PT)

2.2.3 Fungsi Bank

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai financial intermediasi atau

lembaga perantara keuangan serta mempunyai fungsi tambahan memberikan

jasa - jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.

2.2.4 Tujuan Bank

Tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan nasional

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

2.2.5 Jenis Bank

Menurut Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 bahwa jenis-jenis bank

yang ada di Indonesia :

1. Bank Umum

30

Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional dan

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat

Bank yang melaksanakan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

2.3 Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Pada kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan

yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh

masayrakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desapun kata kredit

tersebut sudah sangat popular.

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang berarti

kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah

kepercayaan.

Seseorang atau suatu badan usaha yang memberikan kredit (kreditur)

percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup

memenuhi segala sesuatau yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan dpat

beruapa barang, uang, atau jasa.

Menurut Raymont P.Kent yang dikemukakan oleh Thomas Suyanto

(1993:34) menyatakan bahwa ;

“Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk

melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang

akan datang karena penyerahaan barang - barang sekarang.

Berdasarkan definisi ini nyatalah bahwa dengan adanya penekanan hak

kreditur distu pihak adalah menerima pembayaran atas barang atau jasa yang

31

diberikan, sedangkan debitur berkewajiban membayar kredit (utang) atas barang

atau jasa yang diterima.

Menurut Undang - Undang nomor 10 Tahun 1998 “Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah

jangka waktu waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit

ataupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur

dengan uang.

Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah

penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang

telah dibuatnya.

Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing - masing

pihak, termasuk jangka waktu dan bunga yang telah ditetapkan bersama.

Demikian pula dengan masalah sangsi apabila debitur ingkar janji terhadap

perjanjian yang telah dibuat bersama.

2.3.2 Unsur-Unsur Kredit

Dalam kata kredit terkandung unsur - unsur yang direkatkan menjadi satu.

Sehingga jika membahas mengenai kredit maka termasuk membahas unsure -

unsur yang terkandung didalamnya. Adapun unsure - unsur yang terkandung

dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang

diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-

benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang

akan datang.

32

2. Waktu

Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi

dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan

datang.

3. Degree of risk

Yaitu suatu tingkat resiko yang dihadapi sebagai akibat dari adanya

jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan

kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.

4. Prestasi

Yaitu objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi

juga dapat berbentuk barang atau jasa.

2.3.3 Tujuan kredit

Tujuan kredit mempunyai cakupan yang cukup luas, baik bagi bank

sebagai pemberi kredit, debitur, kreditur sebagai sebagai penerima kredit serta

pihak-pihak yang berkepentingan seperti masyarakat luas, pemerintah maupun

dunia internasional.

Adapun tujuan pemberian kredit menurut Sinungan (1980;3) meliputi :

1. Dilihat dari segi bank (kreditur), maka tujuan kredit adalah :

a. Profitability yaitu tujuan untuk memeproleh hasil dari kredit berupa

keuntungan yang diterima dari pemungutan bunga kredit tersebut.

b. Safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang

diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability

dapat benar - benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

2. Dilihat dari segi nasabah (debitur), maka tujuan kredit adalah :

a. Profitability seperti halnya dengan bank, maka si penerima kredit

memanfaatkan dengan memperoleh keuntungan yang sebesar -

besarnya atas usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit tersebut.

33

b. Responsibility bertujuan bagaimana si penerima kredit

memanfaatkan dan memperoleh keuntungan atas fasilitas kredit

yang diterimanya, dapat memenuhi kewajiban dengan sebaik-

baiknya sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama.

3. Dilihat dari segi kepetingan umum maka tujuan kredit adalah :

a. Productivity : diharapkan peningkatan produktivitas secara

menyeluruh dari masyarakat, baik dari peningkatan produktivitas

yang disertai kelancaran peredaran barang-barang kebutuhan

masyarakat, maupun peningkatan penyerapan tenaga kerja yakni,

dengan membuka lapangan kerja baru karena adanya perusahaan

yang telah berhasil.

b. Sosio economically : kredit menyebabkan suatu peningkatan

social ekonomi dalam kehidupan masyrakat.

Dengan demikian, beberapa unsur dalam mencapai tujuan kredit yang

diperhatikan yaitu ; kepercayaan, waktu, tingkat resiko dan prestasi. Bila semua

ini berdampak positif, maka tingkat produktifitas dapat ditingkatkan, peredaran

uang lebih lancer, dan volume usahapun dapat ditingkatkan sehingga pada

akhirnya dapat mempertinggi kesejahteraan secara menyeluruh.

2.3.4 Fungsi Kredit

Disamping memiliki tujuan, pemberian fasilitas kredit juga memiliki suatu

fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit tersebut adalh sebagai berikut :

a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal dan uang

b. Kredit dapat menumbuhkan kegairahan berusaha bagi masyarakat

c. Kredit sebagai stabilitas ekonomi

d. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

e. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang

34

f. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

2.3.5 Jenis-Jenis Kredit

Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat

dapat dilihat dari berbagai sudut menurut Suyatno (1993;7) yaitu, sebagai

berikut :

1. Kredit dilihat deri sudut tujuannya :

a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk

memperlancar jalannya proses konsumtif.

b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk

memeperlancar jalannya proses produksi.

c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan

untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi.

2. Kredit dilihat dari segi waktunya :

a. Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka

waktu maksimum 1 tahun.

b. Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit yang

berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.

c. Kredit jangka panjang (long term loan), yaitu yang berjangka

waktu lebih dari 3 tahun.

3. Kredit dilihat dari sudut jaminan :

a. Agunan pribadi yakni suatu perjanjian dimana suatu pihak

menyanggupi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin

pembayarannya suatu utang apabila si terutang (kreditur) tidak

menepati kewajibannya.

b. Agunan barang, baik barang tetap maupun tidak tetap.

c. Agunan efek, yaitu kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek

saham, obligasi dan sertifikat yang didaftar (listed) dibursa efek.

35

d. Agunan dokumen, yaitu kredit yang diberikan dengan agunan

dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).

4. Kredit dilihat dari sudut penggunaan :

a. Kredit Eksploitasi (Modal kerja) adalah kredit berjangka waktu

pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan

sehingga dapt berjalan lancer.

b. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka

panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk

melakukan investasi atau penanaman modal.

2.3.6 Analisis Kredit

Analisis kredit dimaksudkan sebagai review atas atas penjualan plafond

kredit dari nasabah terutama dibindang keuangan. Untuk melakukan analisis

kredit dibidang jasa dan keuangan, beberapa faktor yang harus direview adalah :

a. Struktur permodalan usaha

b. Manajemen kepengurusan, kecakapan dan pengalaman berusaha

akan menentukan berkembangnya usaha.

c. Analisis financial dari nereca keuangan perusahaan pada periode-

periode tahun yang sudah berjalan, disamping juga analisis terhadap

kemampuan membayar kembali pinjaman berikut bunganya.

Menurut Santoso (1996;24) analisis kredit mempunyai hubungan analisis

financial perusahaan atau keuangan pribadi nasabah sehingga didalam proses

analisisnya, informasi kenuangan nasabah harus terkukmpul dengan jelas.

Analisis kredit sangat penting dalam proses perkreditan karena akan

menentukan nasib kredit dikemudian hari. Analisis kredit tidak hanya dianggap

sebagai persyaratan procedural, tetapi merupakan syarat mutlak untuk analisis

36

laporan keuangan nasabah. Analisis keungan merupakan back up akan masa

depan yang serba tidak pasti dan mengandung resiko bisnis yang cukup besar.

Jadi didalam analisis kredit faktor kepercayaan, waktu dan resiko melekat

erat antara satu dengan yang lainnya tidak dapat terpisahkan. Dari hal tersebut

dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan informasi yang hendak dicari guna

melakukan analisis dan yang selebihnya berperan adalah judgement

pengambilan keputusan.

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, penulis

menyusun kerangka pemikiran dari penelitian kali ini yang dapat digambarkan

pada diagram berikut :

37

Gambar 2.1

Kerangka Pikir

s

PT. BANK CENTRAL ASIA

(Persero) Tbk.

(KREDITUR)

Masyarakat

(DEBITUR)

PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE

GOVERNANCE :

Transparency

Accountability

Responsibility

Independency

Fairness

Prosedur

pemberian kredit

(KREDIT)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan alat yang dapat membantu seorang peneliti

guna mendapat hasil dan kesimpulan dari objek yang diteliti. Untuk

mengumpulan data-data yang selanjutnya akan diidentifikasi, dianalisis, dan

diinterpretasikan, diperlukan sebuah metode-metode penelitian yang tepat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan paradigma kualitatif. Menurut Poewandari (1998) penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengelola data yang sifatnya

deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto,

rekaman video dan lain-lain. Penelitian kualitatif menekankan pada pentingnya

kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh

pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.(Phantom dalam

Poerwandari,1998)

Penelitian ini bersifat deskriptif umtuk menganalisa penerapan good

corporate governance pada lembaga perbankan dan penerapannya pada

prosedur pemberian kredit kepada masyarakat pada salah satu bank swasta.

Pemilihan studi ini dikarenakan penelitian kualitatif digunakan untuk

mendeskripsikan interaksi dengan informan dan juga dapat memberikan

informasi yang lebih mendalam. Desain ini cocok untuk menggali informasi-

informasi yang melatar belakangi perilaku tertentu dan pendapat informan

mengenai masalah tertentu.

39

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengamati dan menggkaji data-data

faktual tentang gambaran proses penerapan prinsip good corporate governance

yang terjadi dilapangan, kemudian mendeskripsikan hasil temuan dilapangan

kedalam bentuk tulisan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk mengambil data

dalam suasana yang wajar dan tanpa manipulasi / merekayasa sesuai situasi,

sehingga data yang diperoleh akan memenuhi validasi data yang diperlukan.

Upaya untuk memperoleh data yang valid dilakukan dengan menggali informasi

setuntas munggkin dan mengambil data sesuai fokus kajian. Pelaporan data

disusn dalam bentuk deskriptif kemudian peneliti menarik kesimpulan.

Penggalian informasi secara mendalam, menyeluruh dan lengkap dari

masing-masing subjek penelitian akan memberikan hasil penelitian kualitatif.

Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan

tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian. Pengguna metode

penelitian deskriptif dengan paradigma kualitatif diharapkan dapat memperoleh

gambaran yang jelas dan mendalam tentang pengaruh penerapan prinsip Good

Corporate Governance terhadap prosedur pemberian kredit pada PT. Bank

Central Asia (Persero) Tbk.

3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana proses penelitian

berlangsung. Peneliti berkeinginan untuk mengetahui tentang penerapan prinsip

good corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit pada salah satu

lembaga perbankan di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakaan di Kantor Cabang

Utama (KCU) Panakukang PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk Makassar.

Informan penelitian dipilih berdasarkan atas pertimbangan atau criteria

tertentu dari peneliti, dengan harapan mendapatkan informasi sebanyak

mungkin. Teknik ini dikenal dengan purposive sampling. Criteria yang ditentukan

40

oleh peneliti yaitu pihak berkompeten dan memiliki kewenangan dalam

pengawasan penerapan good corporate governance dan telah berpengalaman

lebih dari 2 tahun.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dengan

menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data serta

mempelajari literatur-literatur yang ada berupa karya ilmiah. Buku-

buku atau kepustakaan lain yang berhubungan erat dengan masalah

dalam penulisan ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat

mengenai gambaran umum perusahaan dan data-data yang relevan

dengan subjek penelitian yang dilakukan. Adapun alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

a. Kuisioner

Merupakan suatu lembar isian yamg didalamnya berisi

pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang

berhubungan dengan penelitian.

b. Wawancara

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan tanya jawab secara langsung para pejabat yang

berwenang atau pada bagian yang berhubungan langsung dengan

masalah yang diteliti. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sudjana

dan Ibrahim (2004) yaitu ; “alat pengumpulan data yang digunakan

ntuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat,

41

aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari

individu atau responden.

c. Pengamatan (Observasi)

Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati lansung objek yang diteliti.

d. Dokumentasi

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi berupa

pendokumentasian berbagai catatan lapangan (field note) dan

pendokumentasian visual (foto), yang tujuannya untuk

menghasilkan data pelengkap penelitian. Selain itu, peneliti

menggunkan alat bantu perekam (camrecorder). Alat perekam

berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti

dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus

berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek.

3.4 Teknik Analisis Data.

Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis kualitatif maka dari itu penulis memiliki beberapa langkah dalam

melakukan teknik analisis secara kualitatif yaitu :

1. Mentranskrip data yang masih mentah dari hasil kuisioner dan

wawancara terstruktur.

2. Hasil dari penelitian berupa data kemudian disorting ( mengolah

informasi yang diperoleh sehingga sistematis berdasarkan variabel

yang diteliti) dengan cara mereduksi data yang diperoleh. Proses

reduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak

diperlukan.

42

3. Data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi, peneliti melakukan

classifying (mengklasifikasikan informasi yang disusun sebelumnya

agar dapat dibandingkan responden) dengan cara menyajikan data

tersebut.

4. Penyajian diikuti dengan proses mengumpulkan data-data yang saling

berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian

dan pengamatan yang lebih mendalam. Data-data yang saling

berhubungan dikelompokan sehingga terbebtuk kelompok-kelompok

data yang selanjutnya akan disimpulkan.

5. Sedangkan untuk menganalisis data dipakai content analysis (teknik

yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan

karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis).

6. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, kemudian

meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data

yang diperoleh dari lapangan. Isi kesimpulan tersebut akan

menyatakan kredibilitas dari asumsi awal yang ditentukan oleh

peneliti.

43

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Singkat perushaan

4.1.1. Awal Berdirinya PT. Bank Central Asia, Tbk

Bank Central Asia, berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 di pusat

perniagaan Kota Jakarta dengan nama”Bank Central Asia, N.V.” (sekarang

menjadi Kantor Cabang Utama KPO Asemka). Dalam Perkembangan

selanjutnya, tiga bank pernah merger dengan BCA, yaitu Bank Sarana Indonesia

(31 Januari 1973), Bank Gemari (30 Juni 1976), dan bank Indo Commercial (30

Maret 1979). Setelah go public tahun 2002, BCA bernama “PT Bank Central

Asia, Tbk”.

Kantor pusat BCA terletak di jalan Jendral Sudirman kav 22-23, Jakarta

Selatan 12920. Di sana terdapat dua gedung BCA, Wisma I (18 lantai) dan

Wisma II (10 lantai). Dilantai 1 dan 2 Wisma I BCA, terdapat Kantor Cabang

Korporat (KCK) Sudirman. Bertepatan dengan usia setengah abad BCA, pada

tahun 2007 Kantor Pusat BCA akan pindah ke kompleks Grand Indonesia yang

terletak di depan Bundaran Hotel Indonesia.

Pada akhir Juli 2006 BCA memiliki 772 cabang di seluruh Indonesia, dari

Banda Aceh Hingga Jayapura, sekitar 4.500 ATM BCA, dua kantor Perwakilan di

Singapura dan Hongkong. Berdasarkan laporan keuangan per 31 maret 2006,

BCA memiliki aset sebesar Rp 150,458 trilliun, menduduki peringkat kedua

dalam hal aset di bawah Bank Mandiri

44

Pada Tahun 2001 BCA meluncurkan situs web www.klikbca.com yang

berisi informasi tentang BCA dan sekaligus sebagai sarana untuk mengakses

fasilitas perbankan internet BCA (KlikBCA individu dan KlikBCA Bisnis). Selain itu

BCA juga memiliki layanan hotline 24 jam HaloBCA bagi masyarakat yang dapat

dihubungi melalui nomor telepon (021) 500-888, atau email [email protected].

4.1.2. Masa Krisis Moneter dan Rush (1997-1998)

Perjalanan BCA tidaklah selamanya mulus. Krisis keuangan di Thailand

pertengahan tahun 1997 memicu krisis nilai tukar di Negara Asia lain seperti

Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika yang pada awal tahun 1997 relatif stabil Rp. 2.450,- per US$

merosot drastis akibat semakin tingginya aktivitas spekulasi. Puncaknya pada

akhir Januari 1998, Rupiah mencapai Rp. 16.000,- per dolar. Akibat depresiasi

Rupiah ini, kondisi ekonomi Indonesia melemah dan kepercayaan masyarakat

semakin menurun.

Penutupan bank, yaitu sebanyak 16 bank swasta nasional oleh

pemerintah menyebabkan keguncangan kepercayaan masyarakat terhadapa

lembaga perbankan. Pada awal November 1997 terjadi penarikan simpanan

(rush) oleh masyarakat khawatir terhadap keselamatan dananya di bank.

Keadaan yang terus tidak membaik menimbulkan ketidakpuasan di masyarakat.

Peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada pertengahan Mei

1998 memicu terjadinya kerusuhan di Jakarta dan beberapa kota lain di

Indonesia. BCA pun tidak luput dari kerusuhan tersebut sekitar 250 cabang BCA

di seluruh Indonesia rusak dibakar, dilempari batu, atau bahkan dijarah.

Tak lama setelah peristiwa tersebut, BCA yang pada masa itu mayoritas

sahamnya dimiliki oleh keluarga Liem Sioe Liong (Soedono Salim atau Om Liem)

45

mengalami rush, yaitu penarikan dana besar-besaran oleh para nasabah yang

panic dan khawatir BCA akan tutup karena mengalami kerugian akibat

kerusuhan. Rush berkepanjangan ini membuat BCA tidak sanggup lagi menahan

derasnya arus penarikan dan terpaksa minta bantuan dari pemerintah Indonesia.

Sebagai konsekuensinya BCA diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan

Nasioanal (BPPN) menjadi “Bank Take Over” (BTO).

Dalam status “BTO” tersebut BCA mengalami program Rekapitalisasi Dan

Restrukturisasi yang dilaksanakan BPPN, di mana pemerintah (yang diwakili

BPPN) menjadi pemegang saham mayoritas. Hanya waktu empat bulan setelah

rus, dana nasabah mulai kembali mengalir masuk ke BCA dan bahkan mencapai

jumlah lebih besar dibandingkan dengan kondisi sebelum rush. Sebuah bukti

bahwa BCA merupakan bank yang masih dipercaya.

Program rekapitalisasi berakhir pada tahun 1999 dengan 92,8% saham

BCA dikuasai oleh pemerintah melalui BPPN. Pada tanggal 25 April 2000 BPPN

menyerahkan kembali BCA kepada Bank Indonesia, yang berarti “BCA” telah

“sehat” kembali. Pada saat itu BCA yang memiliki asset Rp. 96,188 Triliun

melakukan penawaran umum 22,5% saham kepada masyarakat (go public).

4.1.3. Menjadi Perusahaan Terbuka

Divestasi (pelepasan) 51% saham BCA yang dilakukan pemerintah

dimenangkan oleh Farindo Investments (Mauritius) Limited pada tahun 2002.

Sisa saham yang masih dimiliki pemerintah sebesar 5,02% dijual oleh PPA

(Perusahaan Pengelola Aset-pengganti BPPN) pada tanggal 21 September

2005. Pada akhir tahu tersebut BCA memiliki asset sejumlah Rp. 148,73 triliun.

Kepemilikan saham BCA per tanggal 31 Maret 2006 dimiliki oleh Farindo

Investments (Mauritius) Ltd qualite qua Farallon Capital Management LLC, sdr.

46

Bambang Hartono dan sdr. Robert Budi Hartono (51,17%), Anthony Salim

(1,76%), PT Bank Central Asia Tbk (0,06% berdasarkan pelaksanaan Pembelian

Kembali Saham), Dan masyarakat (47,01%).

4.1.4. Informasi, Edukasi dan Entertainment

Untuk memberikan informasi dan edukasi tentang produk dan fasilitas

yang dimiliki, BCA melakukan penayangan program melalui televisi, yaitu Gebyar

BCA, mobilista BCA (Desember 2004 – Juni 2006), dan Welcome To BCA (sejak

Juli 2006).

Gebyar BCA adalah program televisi yang bersifat edutainment dan

dikemas dalam bentuk variety show, disiarkan langsung dari stasiun televisi.

Dalam acara tersebut ditayangkan informasi produk dan fasilitas BCA untuk

diketahui masyarakat luas, serta diselingi kuis interaktif berhadiah jutaan rupiah.

Untuk menyambut ulang tahun BCA yang ke-50 pada tahun 2007, sejak

awal Juli 2006 setiap kamis malam di MetroTV ditayangkan program Welcome

To BCA, yang bertujuan memperkuat citra BCA sebagai bank transaksi dan

membangun citra BCA untuk tetap menjadi bank pilihan masyarakat Indonesia.

4.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan

Sebagai upaya memelihara keberadaan BCA sebagai salah satu bank

pilihan utama di Indonesia, BCA memiliki tiga pilar penting, yaitu visi, misi, dan

tata nilai dalam menjalakan roda bisnisnya.

4.2.1 Visi BCA

Dengan menerapkan manajemen professional, BCA turut menunjang

pembangunan ekonomi Indonesia, memberikan jasa perbankan yang

47

beragam dan berkualitas tinggi, khususnya kepada nasabah retail

komersial melalui jaringan kantor cabang yang tersebar luas serta

mencapai return on assets di atas rata-rata industry perbankan nasional.

Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar

penting perekonomian.

4.2.2 Misi BCA

Membangun instistusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran

dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.

Memahami beragam kebutuhan nasabah dan meberikan layanan

financial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.

Meningkatkan nilai “franchise” dan “stakeholders”.

4.2.3 Tata Nilai BCA

Fokus pada nasabah.

Integritas.

Kerja sama tim.

Berusaha mencapai yang terbaik.

4.3. Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Bank Central Asia, Tbk Kantor Cabang

Utama (KCU) Makassar yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 31

Makassar khususnya di bagian perkreditan.

4.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tanggung Jawab

Struktur organisasi secara keseluruhan menunjukkan hubungan antara

fungsi-fungsi dan tanggung jawab individu yang memimpin atas masing-masing

48

fungsinya. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda

tersebut, maka kerjasama antar bagian-bagian diharapkan dapat berjalan secara

harmonis, sehingga semua kebijakan perusahaan dapat diimplementasikan

dengan baik dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan optimal.

Adapun struktur organisasi PT. Bank Central Asia, Tbk Kantor Cabang

Utama (KCU) Makassar dan uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut

:

1. Kepala Kantor Cabang Utama (KCU)

a. Memimpin dan mengelola seluruh kegiatan kantor cabang dan

cabang pembantu wilayah kerjanya serta berkerja sama dengan

seluruh officer serta pegawai kantor cabang lainnya untuk mencapai

sasaran laba yang diinginkan

b. Mengelola dan mengembangkan rencana bisnis, mobilisasi dana dan

jasa-jasa perbankan lainnya, mementau hasil-hasil lainnya dan

memecahkan masalah yang timbul dikantor cabang.

c. Menjamin kelancaran, efisiensi dan pelayanan yang cepat dan ramah

kepada nasabah dikantor cabang.

2. Pengawasan Internal Control

a. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan

organisasi di cabang utama dan cabang-cabang pembantu.

b. Mengecek kebenaran pembukuan mutasi dan rekening yang telah

ditentukan, unit-unit kerja cabang dan cabang-cabang pembantu

terhadap pelaksanaan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.

c. Menyampaikan temuan dan laporan hasil pengawasan kepada

pemimpin cabang disertai dengan kesimpulan dan saran.

3. Kabag Sumber Daya Manasia (SDM)

49

a. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan

internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan

pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya demi kelancaran

jalannya unit kerja SDM.

b. Memonitor dan mengurus jalannya kegiatan perencanaan

administrasi dan pengembangan SDM di KCU dan KCP terkait agar

dapat tercapai efektifitas yang optimal.

4. Electronic Data Processing (EDP)

Memonitor dan melakukan koordinasi serta bertanggung jawab terhadap

sistem komunikasi dalam operasional kerja KCU dan KCP.

5. Kepala Operasional Cabang

Bertanggung jawab serta membantu tugas pemimpin cabang dalam

aktivitas operasional cabang sebagai pendukung aktivitas intern cabang,

sekaligus sebagai coordinator umum pada tingkat mekanisme bagian

masing-masing.

6. Kepala Kredit dan Pemasaran Cabang

Melakukan fungsi manajerial, memonitoring dan koordinasi secara aktif

atas jalannya kegiatan perkreditan cabang dan produk aktiva agar dapat

dicapai efektivitas yang optimal.

7. Kepala Layanan

Memonitor dan mengkoordinasi jalannya operasiaonal layanan kepada

nasabah, serta memberikan pengarahan langsung sesuai wewenangnya

demi kelancaran pelayanan.

8. Kepala Pendukung Operasi

Melakukan fungsi manajerial dan memonitor serta mengkoordinasi secara

aktif atas seluruh kegiatan sistem operasional cabang agar dapat dicapai

efektifitas yang optimal’

50

9. Account Officer (AO)

Memonitor pelaksanaan pemeriksaan bidang perkreditan, agar

mendukung terciptanya perkerditan dicabang yang baik dan benar sesuai

dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan.

10. Kabag Custumer Service Officer (CSO)

Memonitor secara aktif dan melakukan koodinasi dalam hubungan

internal atau eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan

pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya demi kelancaran

jalannya adaministrasi customer service.

11. Kabag Teller

Memonitor secara aktif dan melakukan pengarahan langsung sesuai

dengan wewenangnya atas jalannya tarnsaksi yang ditangani oleh teller,

serta mengkoordinasikan kegiatan di Front Office yang berhubungan

dengan Back Office.

12. Kabag Prioritas

Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi langsung sesuai

dengan wewenangnya atas jalannya operasional dalam lingkup nasabah

prioritas.

13. Kabag Logistik

Mengolah dan mengurus kegiatan pengadaan, penyimpanan,

pemeliharaan, penatausahaan barang dan jasa serta administrasi

pembayaran, efektivitas dan efisiensi untuk segenap unit.

14. Kabag Keuangan dan Pembukuan

Melakukan fungsi manajerial, monitoring dan melakukan koordinasi

secara aktif atas jalannya kegiatan bidang keungan dan pembukuan agar

dicapai efektivitas yang optimal.s

15. Kabag Kredit Card

51

Memonitor dan melakukan koordinasi secara efektif serta memberikan

pengarahan langsung sesuai wewenangnya, atas jalannya operasional

credit card agar dapat dicapai hasil yang maksimal.

16. Kabag IDS

Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalan hubungan

internal atau eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan

pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran

jalannya operasional deposit.

17. Kabag ITS

Memonitor dan melakukan koordinasi secara aktif dalam hubungan

internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan

pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran

operasional ITS.

52

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dan data yang di peroleh penulis, diperoleh

informasi, sejak berdirinya Bank BCA telah bekerja keras untuk menciptakan tim

manajemen yang kuat dan professional serta ditambah lagi dengan

diterapkannya prinsip-prinsip good coorporate governance yang telah diakui

secara internasional. Bank BCA disupervisi oleh dewan Komisaris yang di pilih

berdasarkan anggota komunitas keuangan.

Dari data yang diperoleh penulis manajemen eksekutif tertinggi Bank BCA

adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Bank BCA juga

memiliki beberapa komite yang menunjang berjalannya operasional perusahaan

yaitu Komite Aset dan liability, Komite Kebijakan perkreditan, Komite Kredit,

Komite Manajemen Resiko, Komite Pengarah Teknologi, dan Komite

Pertimbangan Kasus Kepegawaian. Bank BCA juga Memiliki tiga Komite yang

melakukan pengawasan atas keseluruhan operasional perusahaan dan

melakukan pertanggung jawaban kepada Dewan Komisaris yaitu Komite

Remunerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Resiko, dan Komite Audit. Fokus

Utama strategis BCA adalah pada Pertumbuhan Kualitas penyaluran kredit, dan

Efisiensi memungkinkan Bank untuk mencapai pertumbuhan berkualitas tinggi

dan meningkatkan perannya sebagai bank transaksional yang menyediakan

layanan penyelesaian pembayaran dalam

53

Mendukung tercapainya perekonomian Indonesia yang kuat dan tujuan

pembangunan nasional.

Dari data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan dokumen,

adapun tugas pokok komite-komite yang mengawasi dan menunjang operasional

perusahaan dan prosedur pemberian kredit di Bank BCA dalam Penerapan

Prinsip-Prinsip GCG:

1. Komite Audit :

Tugas dan Tanggung Jawab Pokok

Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang

independen kepada Dewan Komisaris terhadap penerapan tata kelola

perusahaan, yang difokuskan kepada pengawasan atas:

1. Kepatuhan Perseroan terhadap peraturan dan perundangan yang

berlaku.

2. Keandalan (reliability) laporan keuangan.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi Perseroan, dengan menitikberatkan pada

pengelolaan risiko.

4. Evaluasi fungsi audit internal sejak perencanaan, pelaksanaan audit serta

tindak lanjut hasil-hasilnya, termasuk menghadiri pembahasan hasil-hasil

audit apabila dipandang perlu.

Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut Komite Audit

membuat rencana kegiatan tahunan yang dapat menjawab, mendalami, dan

memberi keyakinan bahwa tata kelola perusahaan telah berjalan dengan

integritas tinggi dan andal. Komite Audit juga menjalin hubungan kerja yang

efektif dengan Direksi, Divisi Audit Internal, dan Auditor Eksternal maupun pihak

terkait lainnya.

Tugas dan tanggung jawab pokok Komite Audit dijabarkan sebagai berikut :

54

1. Melakukan penelaahan atas Laporan Kepatuhan terhadap Ketentuan

Kehati-hatian yang dilaporkan secara bulanan.

2. Melakukan penelaahan kepatuhan Perseroan terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Bank.

3. Menghadiri dan membuat relasi aktif dengan asosiasi-asosiasi seperti

Paguyuban Komisaris Independen Indonesia dan Ikatan Komite Audit

Indonesia untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas

peraturan, perundangan serta best practices yang berkembang.

4. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan

Perseroan seperti Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh

Kantor Akuntan Publik (KAP), Laporan Keuangan Publikasi (triwulanan)

dan secara random untuk Laporan Keuangan Bulanan on line, serta

Proyeksi dan Informasi Keuangan lainnya.

5. Melakukan penelaahan atas rencana kerja dan pelaksanaan pemeriksaan

yang dilakukan oleh Divisi Audit Internal.

6. Menelaah independensi dan objektivitas Akuntan Publik.

7. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh

Akuntan Publik untuk memastikan semua risiko yang penting telah

dipertimbangkan.

8. Melaporkan kepada Dewan Komisaris berbagai risiko yang dihadapi BCA.

9. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Dewan Komisaris atas

pengaduan yang berkaitan dengan Perseroan.

10. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan KAP

kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS.

11. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja

Komite Audit.

55

2. Komite Pemantau Resiko

Tugas dan Tanggung Jawab

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Komite Pemantau Risiko

bertugas membantu Dewan Komisaris dalam hal keberadaan, operasi dan

efektivitas program pengelolaan risiko BCA, kebijakan dan praktik-praktik,

termasuk dan tidak terbatas pada kepatuhan atas kebijakan Bank Indonesia

terkait implementasi Basel II. Selain itu, Komite Pemantau Risiko juga bertugas

dalam memberi masukan atau rekomendasi atas toleransi risiko BCA dan

memastikan ketersediaan informasi dan implementasi dari standar, kontrol,

batasan, pedoman dan kebijakan sehubungan dengan pengukuran dan

pengelolaan risiko terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko

operasional, risiko reputasi, risiko strategis, risiko hukum dan risiko kepatuhan.

Dalam menjalankan tugas pemantauannya, Komite Pemantau Risiko

memiliki kewenangan dalam hal:

1. Menerima dan memeriksa laporan dari manajemen BCA perihal langkah-

langkah yang telah diambil untuk melakukan pengawasan dan kontrol

eksposur.

2. Melakukan pemeriksaan atas laporan tentang hal-hal signifikan yang

disiapkan oleh grup pengelolaan risiko internal dan memberikan masukan

bila diperlukan.

3. Memantau proses underwriting dan pengawasan serta kepatuhan atas

kebijakan manajemen risiko. Selain itu, Komite Pemantau Risiko

mengevaluasi kinerja manajemen terhadap kebijakan yang ada untuk

memastikan bahwa:

a) Proses pengelolaan risiko telah berjalan efektif, dan

b) Tanggung jawab Direksi dan Manajemen terkait maupun karyawan BCA

terhadap pengelolaan risiko telah didefinisikan dengan jelas.

56

4. Memantau dan mengevaluasi tugas Komite Manajemen Risiko dan

Satuan Kerja Manajemen Risiko.

5. Meminta manajemen untuk melakukan analisis atas risiko tertentu sesuai

kebutuhan dan menetapkan batasan, kontrol dan prosedur tertentu yang

disetujui Dewan Komisaris untuk memitigasi risiko.

6. Menerima laporan dan rekomendasi dari Direksi dan manajemen BCA

yang terkait sehubungan dengan masalah pengelolaan risiko yang

signifikan dan menyiapkan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

7. Secara mandiri atau bersama Komite Audit, melakukan kaji ulang dan

diskusi tentang regulasi perbankan.

8. Membuat laporan secara periodik kepada Dewan Komisaris tentang

masalah-masalah material menyangkut pengelolaan risiko dan kepatuhan

BCA.

9. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja

Komite Pemantau Risiko.

3. Komite Remunerasi dan Nominasi

Tugas dan Tanggung Jawab

Misi Komite Remunerasi dan Nominasi adalah untuk mengembangkan

kualitas manajemen melalui kebijakan remunerasi dan nominasi. Misi tersebut

diwujudkan melalui tugas dan tanggung jawab pokok Komite Remunerasi dan

Nominasi sebagai berikut:

1. Mengevaluasi kebijakan remunerasi dan nominasi Perseroan.

2. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai:

a. Kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk

disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)

Perseroan.

57

b. Kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara

keseluruhan untuk kemudian oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada

Direksi.

3. Menyusun dan merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai

sistem dan prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan

Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS.

4. Memastikan kebijakan remunerasi telah sesuai dengan Peraturan Bank

Indonesia.

5. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan

Komisaris dan/atau Direksi untuk disampaikan kepada RUPS.

6. Merekomendasikan pihak-pihak independen calon anggota Komite Audit dan

Komite Pemantau Risiko kepada Dewan Komisaris.

4. Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI)

KPTI, yang sebelumnya disebut Komite Teknologi Informasi, dibentuk

untuk meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan

teknologi nformasi (TI) yang tepat guna. Berikut adalah fungsi pokok KPTI:

Melakukan review dan memberikan rekomendasi rencana strategis TI

agar sejalan dengan rencana bisnis BCA.

Melakukan evaluasi secara berkala atas dukungan TI pada kegiatan

usaha BCA.

Memastikan investasi TI memberikan nilai tambah kepada perusahaan.

5. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP)

KKP dibentuk untuk mengarahkan perumusan kebijakan perkreditan

dalam rangka pencapaian target perkreditan yang sesuai dengan prinsip kehati-

hatian. Komite tersebut berfungsi sebagai Komite Penasihat Direksi yang

bertugas antara lain memantau serta mengevaluasi penerapan kebijakan

58

perkreditan agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen serta

melakukan kajian berkala terhadap Kebijakan Dasar Perkreditan BCA. Komite

tersebut membuat laporan atas risalah rapat yang diselenggarakan sesuai

kebutuhan, sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun.

6. Asset & Liability Committee (ALCO)

ALCO berfungsi antara lain untuk menetapkan kebijakan dan strategi

pengelolaan likuiditas sejalan dengan kebutuhan likuiditas bank dan

meminimalisasi idle funds. Selain itu ALCO menetapkan kebijakan dan strategi

yang berkaitan dengan risiko pasar, strategi harga serta strategi dalam penataan

portofolio investasi dan strategi penataan struktur neraca melalui antisipasi

perubahan suku bunga sehingga dapat dicapai tingkat marjin bunga bersih (Net

Interest Margin - NIM) yang optimum. Komite tersebut melaporkan realisasi

kerjanya melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas

hal tertentu. Komite tersebut mengadakan rapat minimum sekali dalam 1 (satu)

bulan.

7. Komite Kredit (KK)

KK dibentuk untuk membantu Direksi dalam mengevaluasi dan/atau

memberikan keputusan kredit sesuai batas wewenang yang ditetapkan Direksi

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BCA dengan memperhatikan

pengembangan bisnis tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian.

Fungsi pokok KK adalah :

Memberikan pengarahan apabila perlu dilakukan analisa kredit

yang lebih mendalam dan komprehensif.

Memberikan rekomendasi atas rancangan keputusan kredit yang

diajukan oleh pemberi rekomendasi/pengusul.

59

Melakukan koordinasi dengan Asset & Liability Committee (ALCO)

dalam hal aspek pendanaan kredit dan penyesuaian suku bunga

kredit terutama untuk debitur korporasi dan komersial.

8. Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian(KPKK)

KPKK dibentuk untuk memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai

penyelesaian kasus kepegawaian melalui penelaahan kasus pelanggaran dan/

atau kejahatan yang dilakukan pegawai/karyawan. Dengan adanya rekomendasi

tersebut maka keputusan Direksi yang diambil dapat memenuhi prinsip keadilan

dan kesetaraan. KPKK dapat memberikan saran dan pengarahan (jika

diperlukan) kepada cabang dan wilayah dalam menangani kasus-kasus

menyangkut kepegawaian. Komite tersebut melaporkan realisasi kerjanya

melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas hal

tertentu.

9. Komite Manajemen Risiko (KMR)

KMR dibentuk untuk menyusun kebijakan, strategi dan pedoman

penerapan manajemen risiko, serta menyempurnakan pelaksanaan manajemen

risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan proses dan sistem manajemen

risiko yang efektif dan menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis

yang menyimpang dari prosedur normal (irregularities). Pertanggungjawaban

Komite dilaporkan melalui laporan tertulis secara berkala minimal 3 (tiga) bulan

sekali kepada Direksi. Sedangkan mengenai hasil pertemuan khusus yang

diadakan untuk membahas hal tertentu, juga dilaporkan kepada Direksi secara

tertulis.

Untuk menghadapi kegiatan operasional perbankan yang semakin

kompleks, bank-bank dituntut untuk menegakkan prinsip tata kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance- GCG) guna menjamin keberlangsungan

usaha. Komitmen untuk memenuhi standar tertinggi dalam pelaksanaan tata

60

kelola perusahaan merupakan salah satu unsur utama yang mendasari

ketangguhan BCA dalam menghadapi berbagai tantangan selama masa krisis

pada tahun-tahun sebelumnya. BCA telah mengembangkan berbagai langkah

untuk memastikan tata kelola perusahaan telah diterapkan dengan baik di

seluruh jenjang organisasi termasuk terus meningkatkan fungsi intermediasinya

dengan fokus pada strategi pendanaan dan pemberian kredit.

Dalam dokumen PT. Bank Central Asia, visi dan misi perusahaan

dinyatakan sebagai berikut :

Visi

Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting

perekonomian Indonesia.

Misi

• Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan

solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.

• Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial

yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.

• Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.

Penulis menarik kesimpulan PT. Bank Central Asia Tbk juga memberikan

perhatian kepada seluruh pihak yang berkepentingan artinya dalam menjalankan

kegiatannya PT. Bank Central Asia tidak sekedar peduli pada pemegang saham

tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan.

Dari hasil evaluasi penulis melalui wawancara Komisaris dan Direksi

Bank BCA berkomitmen untuk menegakkan sistem perbankan yang sehat dan

kuat di Indonesia dan mentransformasi Bank BCA menjadi bank umum

terkemuka (Blue Chip Company) di kawasan Asia Tenggara (Regional Champion

Bank). Manajemen berkeyakinan bahwa cara suatu perusahaan beroperasi untuk

61

meraih tujuan merupakan hal yang sama pentingnya dengan hasil yang dicapai

maka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan

salah satu prasyarat mutlak dalam proses tranformasi ini.

BCA juga memiliki komitmen untuk mempertahankan standar tertinggi

dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance - GCG) sebagai salah satu prasyarat utama bagi keberhasilan dan

keberlanjutan usaha dan BCA menjunjung tinggi etika dan standar

profesionalisme pada seluruh jenjang organisasi.

Penerapan prinsip-prinsip GCG secara baik akan meningkatkan

kepercayaan investor dan merupakan nilai tambah bagi para pemegang saham

dan pemangku kepentingan lainnya. Bank BCA percaya bahwa penerapan

prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik GCG diseluruh lini operasional yang

konsisten akan memberikan manfaat baik bagi bank maupun para pemangku

kepentingan lainnya dengan :

1. Meningkatkan kesungguhan manajemen dalam menerapkan prinsip-

prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi,

kewajaran dan kehati-hatian dalam pengelolaan bank.

2. Meningkatakan kinerja bank, efisiensi dan pelayanan kepada

stakeholders.

3. Mempermudah perolehan dana pembiayaan yang lebih murah yang pada

akhirnya akan meningkatkan shareholder’s values.

4. Meningkatkan minat dan kepercayaan investor.

5. Terlindunginya bank dari intervensi eksternal dan tuntutan hukum.

6. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

62

Dari hasil wawncara dan evaluasi penulis dari waktu ke waktu, BCA

senantiasa menekankan pentingnya pelaksanaan GCG secara efektif. Selama

tahun 2010, BCA terus menyempurnakan prosedur-prosedur GCG, seperti:

1. Dengan dibantu konsultan asing yang berpengalaman, memperbaharui sistem

pelaporan yang dipergunakan oleh Dewan Komisaris maupun Komite-Komite

terkait. Konsultan tersebut menyederhanakan seluruh laporan yang

disampaikan kepada Dewan Komisaris dalam bentuk “dashboard”.

Keberadaan sistem yang akan dioperasikan mulai tahun 2011 ini diyakini akan

meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Dewan Komisaris berkat

kemampuan sistem ini untuk menyediakan informasi terkini secara online.

2. Senantiasa menyempurnakan kebijakan GCG sejalan dengan perubahan

peraturan atau perundang undangan yang berlaku dan praktik terbaik GCG.

3. Melakukan penyesuaian kebijakan dan prosedur internal Prinsip Mengenal

Nasabah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009

tanggal 1 Juli 2009 mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan

PencegahanPendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.

4. Melakukan penilaian menyeluruh secara berkala dalam bentuk self

assessment terhadap pelaksanaan GCG, yang meliputi 11 (sebelas) aspek

penilaian sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai

GCG. Self assessment tentang pelaksanaan GCG di lingkungan BCA selama

tahun 2010 menghasilkan peringkat nilai komposit 1,35 atau sama dengan

predikat “Sangat Baik”.

Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan peraturan-peraturan terkait

lainnya adalah pokok-pokok pelaksanaan GCG di BCA :

A. Rapat Umum Pemegang Saham

B. Dewan Komisaris dan Komite-Komite Penunjangnya

C. Direksi dan Komite-Komite Eksekutif di Bawah Direksi.

63

D. Rapat-Rapat Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Gabungan Dewan

Komisaris dan Direksi

E. Penerapan fungsi Kepatuhan, Fungsi Audit Intern, Fungsi Audit Ekstern dan

Fungsi Sekretaris Perusahaan

F. Penerapan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern

G. Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (related parties) dan Penyediaan

Dana Besar (large exposures)

H. Rencana Strategis Perseroan

I. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank yang Belum

Diungkap dalam Laporan Lainnya

J. Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi

K. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah

L. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris dan Direksi

M. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris dan

Direksi dengan Anggota Dewan Komisaris Lainnya, Direksi Lainnya dan/atau

Pemegang Saham Pengendali Bank.

N. Opsi Saham

O. Penyimpangan Internal

P. Permasalahan Hukum

Q. Transaksi Benturan Kepentingan

R. Pembelian Kembali Saham Perseroaan (Shares Buy Back)

S. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial

5.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Bank BCA

Dari hasil wawancara dan penelitian maka penulis memperoleh informasi

mengenaii prinsip-prinsip GCG yang diterapkan di Bank BCA yang antara lain :

a. Keterbukaan (Transparency)

64

1. Bank mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,

akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh stakeholders

sesuai dengan haknya.

2. Informasi tersebut meliputi visi, misi, sasaran usaha,strategi bank, kondisi

keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham

pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko,

sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepetuhan, sistem

dan implementasi GCG serta informasi dan fakta material yang dapat

mempengaruhi keputusan modal.

3. Prinsip keterbukaan itu tetap memperhatikan ketentuan rahasia bank,

rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders

yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut. Bank

BCA menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia, Badan Pengawas

Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya, serta mengumumkan kepada public mengenai

terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang dapat

mempengaruhi harga atau nilai efek atau keputusan investasi pemodal

secara tepat waktu dan obyektif berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. PBI No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance bagi bank umum beserta perubahannya PBI

No.8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI2006

mewajibkan Bank BCA untuk melaporkan pelaksanaan GCG pada setiap

akhir tahun buku di mulai pertama kali untuk posisi laporan akhir

Desember 2007.

b. Akuntabilitas (Accountability)

65

1. Bank menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ

bank yang selaras dengan visi, misi sasaran usaha dan strategi bank

serta menetapkan kompetensi kepada organ tersebut sesuai tanggung

jawab masing-masing.

2. Dalam pengelolaannya, bank menetapkan check and balance system.

3. Bank juga memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran berdasarkan

ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate

values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki reward and

punishment system.

4. Bank meyakini bahwa semua organ organisasi Bank mempunyai

kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami

perannya dalam implementasi GCG.

c. Tanggung Jawab (Responsibility)

1. Bank berpegang pada prinsip kehatihatian (prudential banking practices)

dan menjamin kepatuahan terhadap peraturan yang berlaku.

2. Bank sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan

melaksanakan tanggung jawab social secara wajar.

d. Independensi (Independency)

1. Bank menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders

manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta terbebas

dari benturan kepentingan (conflict of interest).

2. Bank mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala

tekanan dari pihak manapun.

e. kewajaran (fairness)

66

1. Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan

asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).

2. Bank memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

keterbukaan.

5.3. Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Central Asia Tbk

Perbankan sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang besar

dalam menunjang keberhasilan berbagai program pemerataan pendapatan dan

kesempatan berusaha. PT Bank Central Asia Tbk sebagai salah satu bank umum

dalam hal ini telah merespon keinginan para nasabahnya yakni bukan saja bank

yang hanya mengumpulkan dana dan menerima simpanan masyarakat dalam

tabungan, deposito dan giro tetapi juga sebagai lembaga keuangan yang

memberikan perhatian terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah.

Memperhatikan peranan perbankan yang sedemikian strategis dalam mencapai

tujuan nasional dan sebagai intermediasi dalam menghimpun dana dan

menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta dilihat dari sumber

pendapatan utama bank, dimana sumber pendapatan utamanya adalah dari

pemberian kredit, dengan demikian dalam pemberian kredit harus

memperhatikan prinsip kehati-hatian dan melaksanakan prosedur perkreditan

yang sehat untuk menghindari masalah yang akan timbul, dikarenakan banyak

sekali terjadi kredit bermasalah di dunia perbankan antara lain kredit kurang

lancar atau kredit macet.

Kredit macet adalah keadaan dimana debitur tidak dapat memenuhi

kewajiban atas kredit yang ia peroleh dari bank, yaitu kewajiban atas

pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Oleh karena itu, tidaklah

67

mengherankan banyak bank di Indonesia, baik bank pemerintah maupun bank

swasta menerapkan aturan kredit tersendiri, peraturan yang berlaku dalam

menyalurkan dana atas pinjaman berupa kredit kepada debiturnya. Semua ini

dilakukan pihak bank untuk mengamankan bisnis bank tersebut dari bahaya

kredit macet.

Sistem pemberian kredit yang terdiri atas beberapa prosedur secara

hierarkii dan terstruktur, dimana setiap prosedur terdiri atas langkah-langkah

yang konkrit sebagai wujud nyata dari sasaran yang ingin dicapai oleh

perusahaan. Adapun prosedur pemberian kredit yang diberikan oleh Bank BCA

adalah sebagai berikut :

5.3.1. Permohonan Kredit)

1. Calon debitur mengisi formulir aplikasi permohonan kredit konsumen

yang telah disediakan dengan melampirkan dokumen yang

dipersyaratkan.

2. Setelah menerima permohonan beserta lampirannya tersebut petugas

cabang melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dab kebenaran

pengisian dananya, apabila masih ada yang belum lengkap agar

dimintakan kepada permohonan untuk dilengkapi dan apabila sampai

batas waktu yang ditetapkan masih belum juga dilengkapi maka

permohonan kredit tersebut ditolak dengan memberikan alasan secara

bijaksana.

3. Sentra kredit konsumen / KCU (termaksud capem/capem plus) setelah

menerima permohonan kredit beserta persyaratan dan kelengkapan data

pemohon, selanjutnya melakukan analisa kredit yang didasarkan pada

hasil kunjungan (on the spot) dan verifikasi terhadap permohonan yang

68

disampaikan oleh pemohon serta memintakan informasi BI (Bank

Indonesia) untuk pemohon kredit.

4. Sentra kredit konsumen / KCU (temasuk capem/capem plus) agar

meneliti secara secara seksama kontinuitas perusahaan tempat pemohon

berkerja mengingat kredit konsumtif umumnya berjangka panjang.

5. Sebelum kredit diberikan, petugas kredit wajib melakukan verifikasi atas

kebenaran kebenaran data pemohon dan informasi lainnya.

6. Setelah dilakukan verifikasi secara lengkap, pemohon kredit diproses

dengan sistem scoring.

7. Analisa pemberian kredit untuk pemohon yang telah menjadi debitur

produktif Bank BCA yaitu KI (kredit investasi) dan / atau KMK (kredit

menegah kecil) maupun nondebitur adalah menggunakan sistem scoring

kredit konsumtif.

5.3.2. Analisis dan Evaluasi Kredit

1. Kredit yang akan diproses harus diadakan penyidikan a\dan analisis

tertulis oleh pejabat pemprakarsa.

2. Apabila pejabat kredit melakukan setiap permohonan kunjungan (on the

spot) ke nasabah, maka data LKN (laporan kunjungan nasabah)

diserahkan kepada petugas administrasi kredit untuk selanjutnya

dimasukkan ke dalam data pemohon atau calon debitur.

3. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang

diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal

ini termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan daftar-daftar hitam

dan daftar-daftar kredit macet.

4. Dari data dan informasi yang diperoleh pejabat pemprakarsa melakukan

analisis dan evaluasi tingkat risiko kredit untuk kemudian menuangkan

69

hasilnya dalam formulir penilaian tinglat risiko kredit untuk kemudian

menuangkan hasilnya dalam formulir penilaian tingkat risiko kredit ( kredit

risk ranting/CRR).

5. Selain dilakukan penelitian CRR serta disimpulkan bahwa proses kredit

dapat diteruskan, maka langkah selanjutnya adalah membuat analisis dan

evaluasi kredit yang dituangkan dalam suatu memorandum analisis kredit.

6. Hasil analisis dan evaluasi kredit dituangkan dalam memorandum analisis

resiko (MAR) oleh pejabat yang ditunjuk.

5.3.3. Negosiasi Kredit

1. Setelah melakukan analisis dan evaluasi maka pejabat pemprakarsa

perlu melakukan negosiasi dengan pemohon untuk mencapai

kesempatan mengenai jumlah, struktur dan tipe kredit, kelengkapan

dokomen serta syarat dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi

pemohon.

2. Negosiasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses kredit sesuai

dengan keperluan analisis, dengan menggunakan berbagai sarana

antara lain telepon, faksimili, e-mail. Hasil negosiasi dituangkan dalam

bentuk notulen atau langsung dimasukkan dalam MAK (memorandum

analisis kredit)atau catatan lainnya.

5.3.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit

1. Berdasarkan hasil kesimpulan analisis, evaluasi serta negosiasi, dapat

ditetapkan struktur dan tipe kredit serta ketentuannya (jangka waktu, ciri

dan tujuan pengguna kredit).

2. Pada intinya struktur dan tipe kredit terdiri atas :

a. Identitas pemohon

70

b. Jumlah pinjaman

c. Keperluan

d. Sumber pembiayaan atau dana

e. Jenis pinjaman, janka waktu, bunga, denda

f. Syarat-syarat kredit lainnya

5.3.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit

1. Setelah pejabat pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi kdit maka

pejabat yang bersangkutan meng-up date status apalikasi pinjaman.

2. Untuk permohonan kredit yang direkomendasikan setuju, maka AO meng-

up date status pinjaman sesuai pada MAK.

3. Kemudian pejabat pemrakarsa meneruskan paket permohonan kredit

pada pejabat pemutus melalui ADK (administrasi kredit) KCU.

4. ADK mencatat tanggal penerimaan berkas dari pejabat pemrakarsa

dalam Register Permohonan Kredit KCU (RPKK) yang kemudian

meneruskan paket kredit tersebut kepada pemutus.

5.3.6. Pemberian Putusan Kredit

1. Pejabat pemutus penerima paket kredit berikut formulir PTK dari pejabat

pemrakarsa melalui ADK, dan selanjutnya memberikan putusan atas

permohonan kredit dimaksud dengan menandatangani formulir PTK.

2. Setelah kredit diputus ADK mencatat pada register putusan kredit.s

3. Kemudian ADK menyiapkan surat penolakan atau penawaran putusan

kredit (offering letter) dan menyampaikan pada pemohon.

71

5.3.7. Pencairan Kredit

1. Ketentuan

a. Pencarian kredit dilakukan setelah formulir instruksi pencarian

kredit (IPK) ditandatangani oleh pejabat yang berwenang (ADK

dan Pimpinan KCU).

b. ADK mencatat tanggal pencairan kredit dalam register

permohonan kredit KCU (RPKK).

2. Syarat penerbitan IPK

a. Surat perjanjian kredit dan surat perjanjian accessoir yang

mengikutinya telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang

bersangkutan.

b. Semua dokumen yang telah ditetapkan dalam putusan kredit telah

lengkap dan telah diterima keabsahannya ( termasuk dokumen

aslinya ), serta memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang

berkaitan dengan kredit telah memberikan perlindungan bagi Bank

BCA.

c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit

telah dilunasi oleh pemohon, baik secra tunai maupun overbooking

selama bukan dari rekening kredit yang diputus.

5.4. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap

Prosedur Pemberian Kredit PT. Bank Central Asia Tbk.

Dari prosedur pemberian kredit PT. Bank Central Asia yang telah dijelaskan di

atas, Bank BCA telah menerapkan prinsip-prinsip GCG di setiap jenjang

prosedur yang di butuhkan dalam pemberian kredit yang antara lain :

72

5.4.1. Pertanggungjawaban (Responsibility)

Bank harus mengungkapkan secara tepat waktu, memadai, jelas akurat

dan dapat dipertimbangkan serta mudah diakses oleh stskeholders sesuai

dengan haknya. Informasi yang harus di ungkapkan meliputi visi, misi, sasaran

usaha, dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi

pengurus, pemegang saham, cross shareholding, pejabat eksekutif,

pengeloalaan resiko (risk management), sistem pengawasan dan pengendalian

intern, status kepatuahan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian yang

dapat mempengaruhi kondisi bank.

Unsur-unsur Pertanggungjawaban (Responsibility) :

a. Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?

b. Mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,

akurat, dan dapat diperbandingkan?

c. Mengembangkan teknologi informasi manajemen?

d. Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?

e. Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang

material?

Dari hasil evaluasi penulis melalui wawancara dan kuisioner pada

prosedur pemberian kredit yang diterapkan, Bank BCA telah menerapkan

manajemen resiko yang dapat membantu menanggulangi dan meminimalisir

resiko-resiko yang akan timbul dalam pemberian kredit.

Selama krisis keuangan global tahun 2008 dan 2009, BCA menerapkan

kebijakan manajemen risiko yang terarah dan dirancang untuk memastikan

kecukupan likuiditas Bank serta untuk mempertahankan kualitas kredit. Sejalan

dengan pemulihan kondisi ekonomi, pada akhir tahun 2009 BCA telah

menyesuaikan pedoman manajemen risiko, terutama criteria pemberian

pinjaman, sehingga mencerminkan perubahan kondisi, dengan tetap menjaga

73

risk appetite secara konservatif. Pada tahun 2010 fokus manajemen risiko beralih

dari upaya untuk mengantisipasi dampak negative krisis keuangan global

terhadap Indonesia, ke arah mendukung strategi pertumbuhan Bank dengan

mengembalikan batasan minimal peringkat risiko ke tingkatan sebelum kondisi

krisis. Sepanjang tahun, BCA memperkuat usaha di bidang penyaluran kredit

dan mencari peluang bisnis baru dengan tetap menekankan pada prinsip kehati-

hatian perbankan. Tim manajemen risiko BCA mengkaji strategi dan kebijakan

kredit untuk memantau dan mengawasi risiko; selain itu juga di beberapa area

memperketat dan di beberapa area lainnya melonggarkan prosedur pemberian

kredit, wewenang, hurdle rate dan rasio minimal cakupan agunan. BCA juga

secara intensif memantau portofolio kredit terutama kredit yang bersifat massal

dan secara aktif fokus dalam pengelolaan risiko kredit padasektor-sektor

ekonomi berisiko tinggi dengan mengunakan berbagai skenario stress test.

Berkat sistem manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, BCA

berhasil mempertahankan likuiditas, mengelola risiko operasional, dan

membatasi risiko kredit di tahun 2010. Portofolio kredit tumbuh 24,2% dengan

rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) yang stabil pada tingkat

yang rendah sebesar 0,6% ( Tabel 1) dan rasio cadangan kredit bermasalah

sebesar 394,5%. Likuiditas dapat terjaga dengan secondary reserves sebesar

Rp 64,4 triliun dan USD 1,2 miliar. Pada akhir tahun 2010, tidak terdapat indikasi

peningkatan NPL yang signifikan maupun tekanan terhadap posisi likuiditas.

Dalam hal ini Bank BCA juga melakukan fungsinya dalam pemerataan

pendapatan sebagai upaya dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap

masyarakat dengan menawarkan beberapa jenis kredit yang di butuhkan oleh

masyrakat

.

74

5.4.2. Akuntabilitas (Accountability)

Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing

organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi

perusahaan. Bank harus meyakini bahwa bahwa semua organ organisasi bank

mempunyai kompentensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami

peranannya dalam pelaksanaan GCG.

Unsur-unsur Akuntabilitas (Accountability):

a. Terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?

b. Menetapkan penilaian kerja?

c. Membentuk Komite Audit?

d. Membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor

internal?

e. Menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?

Bank BCA telah menetapkan tanggung jawab dan pembagian tugas (job

desk) yang jelas bagi para pejabat atau masing-masing organ organisasi yang

terlibat dalam prosedur pemberian kredit serta menyedikan sarana dan

prasarana yang baik untuk menunjang dalam proses pemberian kredit, misalnya

dalam pengajuan permohonan kredit di Bank BCA tidak diperkenankan melalui

pihak ketiga, memeriksa kebenaran isi buku pembantu dan ditandatangani oleh

pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang secara berkala memeriksa

kecocokan angka dalam kartu pembantu dengan buku besarnya masing-masing

serta secara berkala melakukan mutasi pegawai/pejabat sehingga meminimalisir

terjadinya kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. Dalam menunjang hal ini

Bank BCA juga membentuk beberapa komite yang bertugas untuk mengawasi

jalannya operasional dan prosedur pemberian kredit antara lain, Komite

Remunerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Resiko, Komite Kredit dan Komite

Audit.

75

5.4.3. Transparansi (Transparency)

Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Unsur-unsur Transparansi (Transparency)

a. Mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam setiap program

dan prosedur?

b. Membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan

kekuasaan?

c. Mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

d. Berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?

Dari evaluasi penulis Bank BCA memiliki komitmen yang tinggi terhadap

aspek transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan dan non

keuangan termasuk informasi produk dan jasa, serta penerapan pengelolaan

pengaduan nasabah. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan di BCA

telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan termasuk dalam hal kredit,

yaitu dengan secara rutin melaporkan jumlah penyaluran dan pendapatan Bank

BCA melalui pemberian kredit dan bunga kredit dalam laporan tahunannya

(BBCA Annual Report) yang di muat di situs resmi Bank BCA serta dapat diakses

oleh masyarakat. Dalam RUPS bagi para pemegang saham Bank BCA juga

melaporkan hal tersebut termasuk bila ada perubahan data-data nasabah kredit

(debitur). Dan hal ini membuktikan bahwa Bank BCA memiliki komitmen yang

tinggi untuk menjaga kepercayaan, kepentingan serta transparansi terhadap para

pemegang saham.

76

5.4.4. Kewajaran (Fairness)

Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders

berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment). Bank harus

memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan

masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai

akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

Unsur-unsur Kewajaran (Fairness) :

a. Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan

pemegang saham, khususnya minoritas?

b. Membuat kebijakan untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-

kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?

c. Setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara

wajar?

Untuk senantiasa memperhatikan dan menjaga kepentingan para

pemagang saham, Bank BCA terus memberikan kesempatan kepada seluruh

stakeholders untuk memberikan masukan dan pendapat kepada pihak

manajemen melalui Rapat Umum Pemegang saham. Dalam RUPS para

pemegang saham diberikan hak untuk mengetahui segala informasi mengenai

operasional perusahaan dan hal-hal yang telah dicapai oleh pihak manajemen

termasuk jika ada perubahan yang berkaitan dengan pemberian kredit yang

mejadi fokus utama Bank BCA baik itu dari segi jenis kredit yang disalurkan oleh

Bank BCA, prosedur pemberian kredit yang diterapkan oleh pihak manajemen,

jumlah kredit dan pendapatan yang diterima oleh Bank BCA dari sektor kredit

yang merupakan fokus utama Bank BCA serta jika ada perubahan dari informasi

yang berkaitan dengan data nasabah kredit. Dalam RUPS bank BCA juga

meberikan hak kepada para pemegang saham untuk :

77

1. Menyetujui Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan Perseroan

dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan serta

memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et

decharge) kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris BCA atas

tindakan pengurusan dan pengawasan yang telah dilakukannya

masing-masing.

2. Memberi kuasa dan wewenang kepada Direksi untuk menentukan dan

membayar dividen final.

3. Mengambil keputusan-keputusan menyangkut struktur organisasi

misalnya perubahan Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan,

pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan.

4. Mengangkat dan/atau mengubah susunan anggota Direksi dan Dewan

Komisaris.

5. Memutuskan penetapan gaji, tunjangan lain serta honorarium Direksi

dan Dewan Komisaris Perseroan.

6. Memberi persetujuan terhadap transaksi yang mengandung benturan

kepentingan termasuk pemeberian kredit.

7. Memberikan kuasa dan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk

menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memperhatikan

rekomendasi dari Komit Audit.

5.4.5. Kemandirian (Independency)

Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh

stakeholders manapun yang tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta

bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Bank dalam mengambil

keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.

Unsur-unsur Kemandirian (Independency) :

78

a. Dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan

kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?

b. Menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan

independen?

c. Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan

prinsip korporasi yang sehat?

d. Menghindari benturan kepentingan?

e. Memiliki peraturan tentang benturan kepentingan?

Dari evaluasi penulis melalui wawancara dan kuisioner untuk mencegah

terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) dan dominasi yang tidak

wajar oleh stakeholders dalam mengambil keputusan termasuk dalam hal

putusan pemberian kredit maka bank BCA melakukan pengendalian internal

yang di terapkan melalui bebarapa komite yang di tugaskan untuk mengawasi

dan memastikan prosedur pemberian dan kredit yang disalurkan seta mematuhi

peraturan dan undang-undang yang berlaku seperti Melakukan penyesuaian

kebijakan dan prosedur internal, Prinsip Mengenal Nasabah berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009

mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Maka Bank BCA membentuk Komite

Kredit untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.

Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis maka diperoleh data

penyaluran kredit Bank BCA yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

yang cukup besar. Dan hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap Bank BCA oleh karena tata kelola perusahaa yang di

terapkan oleh Bank BCA berjalan dengan sangat baik sehingga berpengaruh

79

terhadap kualitas pelayanan yang duberikan oleh Bank BCA yang juga sangat

baik.

TABEL 1

Kredit - gross

(dalam miliar Rupiah)

TAHUN KREDIT

2006 61.422

2007 82.389

2008 112.784

2009 123.901

2010 153.923

Sumber : Bank Central Asia, 2011

Penulis juga memperoleh data mengenai rasio kredit bermasalah yang

dari tahun ke tahun mengalami tren yang semakin menurun dan hal ini dapat

menjadi salah satu bukti bahwa prosedur pemberian kredit di Bank BCA telah

dilaksanakan dengan sangat baik yang ditandai dengan rendahnya persentase

kredit bermasalah dan tingginya penyaluran kredit di Bank BCA. Hal ini juga

dapat menjadi bukti bahwa penerapan Prinsip-prinsip good corporate

governance di Bank BCA telah meningkatakan efisiensi dan efektifitas prosedur

dan penyaluran kredit di Bank BCA.

TABEL 2

Rasio Kredit Bermasalah

(Non Performing Loan – NPL(%))

TAHUN KREDIT

2006 1,3

2007 0,8

2008 0,6

2009 0,7

2010 0,6

Sumber : Bank Central Asia, 2011

80

52

44

80

BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Dalam melakukan penelitian di PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk

untuk mengevaluasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance, maka

peneliti menyebarkan kuisioner yang mengungkapkan mengenai penerapan

prinsip-prinsip good corporate governance terhadap prosedur pemberian

kredit. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan :

5. Penerapan prinsip Transparansi pada PT. Bank Central Asia Tbk telah

dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan bank mengungkapkan

informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat

diperbandingkan serta dapat diakses oleh stakeholders sesuai dengan

haknya dan menerapkan manajemen resiko dalam penyaluran kredit.

6. Penerapan prinsip Akuntabilitas pada PT. Bank Cental Asia Tbk telah

dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank menetapkan

tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ bank yang selaras

dengan visi, misi sasaran usaha dan strategi bank serta menetapkan

kompetensi kepada organ tersebut sesuai tanggung jawab masing-

masing.

7. Penerapan Prinsip Pertanggungjawaban pada PT. Bank Central Asia Tbk

telah dulakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank berpegang

pada prinsip kehatihatian (prudential banking practices) dan menjamin

81

kepatuahan terhadap peraturan yang berlaku atas prosedur pemberian

kreditnya.

4. Penerapan Prinsip Kewajaran pada PT. Bank Central Asia Tbktelah

dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank memberikan

kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan

dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai

akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

5. Penerapan Prinsip Kemandirian pada PT. bank Central asia telah

dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank mengambil

keputusan secara obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak

manapun terhadap penyaluran kreditnya.

Bank BCA berusaha menciptakan iklim usaha yang bersih dan sehat

dengan berusaha menekan perilaku fraud pada prosedur pemberian kredit

yang di terapkan di perusahaan tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip

good corporate governance pada prosedur pemberian kredit. Dari penelitian

ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan prinsip-prinsip good

corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit.

Sejak pertama kali bank BCA menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance sampai saat ini berhasil menekan tingkat resiko kredit dengan

tren semakin menurun.

6.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran

Karena penelitian ini adalah sebuah studi kasus maka terdapat beberapa

keterbatasan dalam pembuatannya. Pertama, hasil dari penelitian ini hanya

berasal dari satu perusahaan saja dengan fokus perbankan umum atau

konvensional dan tidak menyangkut perbankan model lain (syariah) dan

82

terbatasnya waktu yang dikumpulkan yaitu kurang dari satu bulan.

Perpanjangan waktu penelitian (problem engagement ini field) sulit dilakukan

karena penelitian dibatasi oleh perusahaan untuk menjaga kinerja para

karyawan. Kedua, meskipun penelitian ini dalam interpretasi data atau fakta

yang disajikan dapat mengalami bias karena sifat subjektifitas dari peneliti.

Hasil dari wawancara, narasi dalam annual report dan gambar dapat salah

interpretasi karena data dan fakta yang di analisis ada yang tanpa

pengesahaan dari pihak ketiga yang tidak memihak/netral. Meskipun

demikian, hal-hal di atas seharusnya bukan menjadi suatu masalah karena

apapun pendekatannya atau paradigma penelitian yang digunakan, tidak ada

yang bebas dari bias subjektifitas.

Akhirnya, dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada pada

penelitian ini, penelitian yang akan datang diharapkan dapat melibatkan lebih

banyak bank dan dengan berbagai model, baik konvensional maupun syariah.

Serta waktu yang digunakan dalam meneliti. Hendaknya lebih panjang,

karena semakin lama waktunya , maka data yang didapat akan semakin

lengkap dan validitasnya lebih terjamin.

83

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia, 2004, Booklet Perbankan Indonesia, Direktorat Perizinan dan

Informasi Pebankan.

Bank, World, 2005, Corporate Governance Country Assessment: Republic of Indonesia, Jakarta.

Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. Rajagrafido Persada:

Jakarta.

Chinn, Richard, 2000. Corporate Governance handbook, Gee Publishing Ltd. London

Faisal, 2004, Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium nasional VII, Ikatan Akuntansi Indonesia.

Forum for Corporate Governance in Indonesis (FCGI), Tata Kelola Perusahaan

Jilid 1 EDISI ke-4, PricewaterhouseCopers dan FCGI, Jakarta: 2005.

Ghufron, M, 2008, “69,3%Bank Tak Patuhi GCG”, www.jurnalnasional.com@2008, PT. Media Nusantara Pradana.

Effendi, Arief, 2005, Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 1, No. 1, Jakarta.

Moeljono, Djokosantoso, 2005, “Good Corporate Culture Sebagai Inti Dari Good Corporate Governance”, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Moesono, A, 2001, “Metode Pengumpulan Data Kualitatif: Focus Group Discussion”, Pelatihan Metode Penelitian Tingkat Lanjut, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, LPUI.

Moh, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance pada badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, Alfabeta, Bandung.

Nyoman Tjager, 23-24 Jan 2003, GCG Indonesia Rendah, Seminar nasional GCG, Bali.

Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003, Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum, Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006, Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, Indonesia.

84

LAMPIRAN

85

DAFTAR PERTAYAAN

Perihal: Pengajuan pertanyaan untuk penelitian

Kepada

Responden yang terhormat

Di tempat

Dengan hormat,

Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi

Universitas Hasanuddin. Saat ini, saya sedang dalam tahap penyelesaian tugas

akhir dengan melakukan penelitian di tempat Bapak/Ibu. Penelitian ini mengenai

“Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada Lembaga Perbankan”

Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu peneliti

memperoleh data yang dibutuhkan. Pendapat Bapak/Ibu merupakan data yang

sangat berarti dalam menentukan keberhasilan penelitian ini.

Penelitian ini hanya semata-mata digunakan bagi pendidikan dan ilmu

pengetahuan, dan saya berjanji akan menjaga kerahasiaannya jika hal tersebut

menyangkut kerahasiaan perusahaan.

Demikian permohonan ini, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Makassar, 12 Desember 2011

Hormat saya,

Andrew Mikha Pasorong

Peneliti

86

Evaluasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Transparansi (Transparency)

Bank harus mengungkapkan secara tepat waktu, memadai, jelas akurat

dan dapat dipertimbangkan serta mudah diakses oleh stskeholders

sesuai dengan haknya. Informasi yang harus di ungkapkan meliputi visi,

misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham, cross

shareholding, pejabat eksekutif, pengeloalaan resiko (risk management),

sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuahan, sistem

dan pelaksanaan GCG serta kejadian yang dapat mempengaruhi kondisi

bank.

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah perusahaan anda Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?

Apakah perusahaan anda sudah mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan?

Apakah perusahaan anda Mengembangkan teknologi informasi manajemen?

Apakah perusahaan anda Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?

Apakah perusahaan anda Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material?

Akuntabilitas (Accountability)

Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing

organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan

strategi perusahaan. Bank harus meyakini bahwa bahwa semua organ

organisasi bank mempunyai kompentensi sesuai dengan tanggung

jawabnya dan memahami peranannya dalam pelaksanaan GCG.

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah pada perusahaan anda sudah terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?

Apakah perusahaan anda menetapkan penilaian kerja?

87

Apakah Perusahaan anda membentuk Komite Audit?

Apakah perusahaan anda membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor internal?

Apakah perusahaan Anda menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?

Pertanggungjawaban (Responsibility)

Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap

prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pertayaan Ya Tidak

Apakah perusahaan anda mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam setiap program dan prosedur?

Apakah perusahaan anda membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan kekuasaan?

Apakah perusahaan anda mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

Apakah perusahaan anda berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?

Kewajaran (Fairness)

Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders

berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment). Bank

harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan

bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

keterbukaan.

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah perusahaan anda Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan pemegang saham, khususnya minoritas?

Apakah perusahaan anda membuat kebijakan

88

untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?

Apakah setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara wajar?

Kemandirian (Independency)

Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh

stakeholders manapun yang tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak

serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Bank dalam

mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari

pihak manapun.

Pertanyaan Ya Tidak

Apakah dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?

Apakah perusahaan anda menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan independen?

Apakah perusahaan anda Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat?

Apakah perusahaan anda berusaha untuk menghindari benturan kepentingan?

Apakah perusahaan memiliki peraturan tentang benturan kepentingan?

Evaluasi Penerapan GCG terhadap prosedur pemberian kredit

No Pertanyaan Ya Tidak Komentar

1

2

3

4

Apakah permohonan kredit sebelum dianalisa telah mendapat petunjuk/pengarahan terlebih dahulu? Apakah pengajuan permohonan kredit tidak melalui pihak ketiga/broker? Apakah nasabah memperoleh berbagai kredit di cabang

89

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

tersebut? Apakah pemutusan pemberian kredit didukung oleh analisa prosedur kredit yang lazim? Apakah pemutusan pemberian kredit dilakuakn atas dasar ketentuan yang berlaku? Apakah penandatanganan perjajian kredit telah lengkap? Apakah kreditur lancar (tingkat kolektibilitas nasabah debitur di atas 95%)? Apakah pembukuan rekening debitur dilakukan atas dasar ketentuan yang berlaku? Apakah pembukuan rekening dilakuakan setelah syarat-syarat putusan kredit dipenuhi oleh nasabah? Apakah kredit telah diberikan penggunaannya sesuai dengan tujuan permohonannya? Apakah nasabah aktif menyampaikan laporan keuangan kegiatan usahanya/posisi stock secara teratur? Apakah semua kredit yang diberikan selalu dibuatkan ikatan perjanjian yang lengkap? Apakah pembuatan nota perhitungan bunga tiap bulandikirimkan pula kebagian pembukuan/administrasi secara rutin? Apakah target pendapatan bunga kredit dibandingkan kolektibilitasnya telah tercapai? Apakah pemungutan denda overdue telah dilaksanakan?

90

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Apakah setiap perjanjian kredit yang akan jatuh tempo telah diproses peneyelesaiannya atau perpanjangannya sehingga tidak ditemui adanya overdue? Apakah penyimpanan filling dokumen-dokumen kredit dilakukan dengan tertip dan teratur? Bila ada perubahan data-data nasabah, apakah sudah disampaikan petugas yang mengelolanya? Apakah map-map disimpan secara aman dan sistematis sehingga mudah untuk diambil dan dikembalikan? Apakah dokumen-dokumen asli semuanya telah disimpan dengan baik? Apakah angka dalam kartu pembantu perkreditan setiap bulan dicocokkan dengan buku besarnya masing-masing setiap bulan? Apakah kartu debitur/buku pembantu telah dikelola dengan baik sebagai alat pengawasan? Apakah penyusunan buku pembantu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan? Apakah keabsahan dan kebenaran isi buku pembantu telah diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang? Apakah penggolongan kolektivitas kredit telah sesuai dengan ketentuan? Apakah administrasi perkreditan lainnya telah dilaksanakan dengan cermat dan tepat?

91

31

32

33

Apakah administrasi pendapatan kredit telah dilakukan dengan benar? Apakah diadakan mutasi pegawai/pejabat secara teratur? Apakah organiasasi/pembagian kerja telah memedai? Apakah presarana kerja kerja yang diperlukan telah memadai? Apakah pengetahuan dan kecakapan para petugas telah memadai? Apakah waktu yang diperlukan untuk menghitung bunga dan pembuatan nota debet sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan? Apakah tata cara pemberian cek/bilyet giro untuk debitur telah benar?

92

TABEL TABULASI KUISIONER PENELITIAN

Kuisioner yang disebar : 5

Nilai : 1 (Ya)

0 (Tidak)

A. Transparansi (Transparency)

NO PERTANYAAN YA TIDAK

Apakah perusahaan anda Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?

Apakah perusahaan anda sudah mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan?

Apakah perusahaan anda Mengembangkan teknologi informasi manajemen?

Apakah perusahaan anda Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?

Apakah perusahaan anda Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material?

Apakah kreditur lancar (tingkat kolektibilitas nasabah debitur di atas 95%)?

Apakah kredit telah diberikan penggunaannya sesuai dengan tujuan permohonannya?

Apakah nasabah aktif menyampaikan laporan keuangan kegiatan usahanya/posisi stock secara teratur?

Bila ada perubahan data-data nasabah, apakah sudah disampaikan petugas yang mengelolanya?

Apakah map-map disimpan secara aman dan sistematis sehingga mudah untuk diambil dan dikembalikan?

Apakah dokumen-dokumen asli semuanya telah disimpan dengan baik?

93

B. Akuntabilitas (Accountability)

NO PERTANYAAN YA TIDAK

Apakah pada perusahaan anda sudah terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?

Apakah perusahaan anda menetapkan penilaian kerja?

Apakah Perusahaan anda membentuk Komite Audit?

Apakah perusahaan anda membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor internal?

Apakah perusahaan Anda menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?

Apakah semua kredit yang diberikan selalu dibuatkan ikatan perjanjian yang lengkap?

Apakah pembuatan nota perhitungan bunga tiap bulandikirimkan pula kebagian pembukuan/administrasi secara rutin?

Apakah target pendapatan bunga kredit dibandingkan kolektibilitasnya telah tercapai?

Apakah pemungutan denda overdue telah dilaksanakan?

Apakah kartu debitur/buku pembantu telah dikelola dengan baik sebagai alat pengawasan?

Apakah keabsahan dan kebenaran isi buku pembantu telah diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang?

Apakah diadakan mutasi pegawai/pejabat secara teratur?

Apakah organiasasi/pembagian kerja telah memedai?

C. Pertanggungjawaban (Responsibility)

NO PERTAYAAN YA TIDAK

Apakah perusahaan anda mempertimbangkan

94

tanggung jawab sosial dalam setiap program dan

prosedur?

Apakah perusahaan anda membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan kekuasaan?

Apakah perusahaan anda mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

Apakah perusahaan anda berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?

Apakah nasabah memperoleh berbagai kredit di cabang tersebut?

Apakah pemutusan pemberian kredit didukung oleh analisa prosedur kredit yang lazim?

Apakah pemutusan pemberian kredit dilakuakn atas dasar ketentuan yang berlaku?

Apakah penandatanganan perjajian kredit telah lengkap?

Apakah pembukuan rekening debitur dilakukan atas dasar ketentuan yang berlaku?

Apakah pembukuan rekening dilakuakan setelah syarat-syarat putusan kredit dipenuhi oleh nasabah?

Apakah angka dalam kartu pembantu perkreditan setiap bulan dicocokkan dengan buku besarnya masing-masing setiap bulan?

Apakah administrasi perkreditan lainnya telah dilaksanakan dengan cermat dan tepat?

Apakah penggolongan kolektivitas kredit telah sesuai dengan ketentuan?

Apakah administrasi pendapatan kredit telah dilakukan dengan benar?

D. Kewajaran (Fairness)

NO PERTAYAAN YA TIDAK

95

Apakah perusahaan anda Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan pemegang saham, khususnya minoritas?

Apakah perusahaan anda membuat kebijakan untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?

Apakah setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara wajar?

Apakah permohonan kredit sebelum dianalisa telah mendapat petunjuk/pengarahan terlebih dahulu?

Apakah setiap perjanjian kredit yang akan jatuh tempo telah diproses peneyelesaiannya atau perpanjangannya sehingga tidak ditemui adanya overdue?

Apakah penyimpanan filling dokumen-dokumen kredit dilakukan dengan tertip dan teratur?

Apakah penyusunan buku pembantu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?

Apakah tata cara pemberian cek/bilyet giro untuk debitur telah benar?

E. Kemandirian (Independency)

NO PERTANYAAN YA TIDAK

Apakah dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?

Apakah perusahaan anda menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan independen?

Apakah perusahaan anda Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat?

Apakah perusahaan anda berusaha untuk menghindari benturan kepentingan?

Apakah pengajuan permohonan kredit tidak melalui pihak ketiga/broker?

96

Apakah presarana kerja kerja yang diperlukan telah memadai?

Apakah pengetahuan dan kecakapan para petugas telah memadai?

Apakah waktu yang diperlukan untuk menghitung bunga dan pembuatan nota debet sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan?