Analisis Implementsi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Dan
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD … · 2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance ... Prinsip...
Transcript of EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD … · 2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance ... Prinsip...
i
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA
LEMBAGA PERBANKAN
(Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk)
Disusun Dan Diajukan Oleh :
ANDREW MIKHA PASORONG
A311 07 075
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAN
EVALUASI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PADA
LEMBAGA PERBANKAN
(Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk)
Disusun dan Diajukan Oleh :
ANDREW MIKHA PASORONG
A311 07 075
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si, Ak Dra. Aini Indrijawati, M.Si, Ak
NIP. 19660220 199412 2 001
NIP. 19681125 199412 2 002
Tanggal persetujuan ( . . . , . . . , . . . ) Tanggal persetujuan( . . . , . . . , . . )
iii
KATA PENGANTAR
Yeremia 17 : 7
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN!”
Mazmur 42 : 6
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku akan bersyukur lagi pada-Nya,
Penolongku dan Allahku!
Salam sejahtera untuk kita semua
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus , yang telah menuntun dan
memberkati dengan Kasih-Nya yang melimpah kepada penulis selama menjalani masa
perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, hingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Evaluasi Penerapan
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada
Lembaga Perbankann (Studi Empiris Pada Bank Central Asia (Persero) Tbk)”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis menyadari bahwa
“Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan”, dengan berpegang pada prinsip
ini penulis dapat menjalani proses perkuliahan. Karena jika tanpa turut campur tangan-
Nya dengan pimpinan Roh Kudus, penulis tidak akan mampu melewati proses
perkuliahaan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
iv
langsung ataupun tidak langsung. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan
kepada:
1. Secara pribadi kepada Allah Bapa di kerajaanNya karena
berkatNya dan kasihNya terhadap saya dalam pengerjaan skripsi
ini. Tanpa Dia semuanya mustahil bisa saya lakukan. Its All Just
Because of HIS LOVE, Thank U Lord Jesus. Tanpa Engkau saya
tidak bisa berbuat apa-apa dan bukan siapa-siapa.
2. Kepada kedua orang tua ( ayahku, Drs. Yonas Yohan Pasorong
dan ibuku Dra. Pince Pasolang ) dan saudara saya (adekku, Ryan
David Pasorong (calon sarjana hukum)) yang telah mendukung
saya baik secara langsung dan lewat doanya sehingga semuanya
dapat berjalan dengan baik. Tanpa mereka semuanya apa yang
saya kerjakan sulit untuk dilalui.
3. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, SE., M.S, selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.
4. Bapak Dr. H. Abd Hamid Habbe, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
5. Kepada Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak dan Dra. Aini Indrijawati,
M.Si., Ak selaku pembimbing penulisan skripsi ini dimana beliau
telah memberikan ilmu dan dukungannya.
6. Sahabat-sahabatku dan orang-orang yang saya sayangi yang
telah mendukung dan membantu saya (Ryan Alexander Wongso,
Yunita Amir, Febtriayu, Natalia .M, Cornelia .M, Pierce, Go,
Stefani, Sonda, Renta, Irene Biringkanae dan Kak Minggus).
Thanks buat semuanya, kenangan bersama kalian sulit untuk
dilupakan dan semoga persaudaraan antara kita tetap terjalin. I
will never forget you....
v
7. Kakak-kakaku, teman-teman dan adek-adekku yang manis-manis
di PMKO FE-UH (Lia, Desi, Cristi, Angga, Dona, Fani, K’Ucok,
K’Sery, Panca, Tuty, Wulan dan motornya (hehehe), Fani, Stefani,
Rikha, Boni, Nora, Pierce, Richard, Clinton, Ary dan lain-lain) buat
dukungannya dan bantuannya, sangat disayangkan harus
berpisah dengan kalian Thank u has share with me…
8. Teman-teman di Brosis Edan (Edhu, Pierce, Yuni, Nata, Cornel,
Sherly, Medy, Trie, Renta) yang telah membagi canda tawanya
dan semangatnya serta “kegilaannya”. Suatu kenangan yang tidak
bisa saya lupakan terutama kebersamaan bersama kalian.
9. Special Thanks buat adekku Fika Ristin yang selama ini telah
membantu dan mendoakanku. I will never forget u and thanks
have share with me, always wish all the best for u from Jesus…….
10. Teman-teman di Brosis Edan (Ryan, Pierce, Yuni, Nata, Cornel,
Sherly, Medy, Trie, Renta) yang telah membagi canda tawanya
dan semangatnya serta “kegilaannya”. Suatu kenangan yang tidak
akan terlupakan selamanya.
11. Teman-teman di Home Serafim (Grace, Febhe, Titin, Pierce,
Sonda, Go, Fani, Ryan, Anti, Lia dan Yeyen) atas dukungannya
dan doanya selama ini.
12. Teman-teman di PMK Unhas (Martin, Dio, Eka, Indra, Guntur
(Bapak Sutradara) Vian, Patrick, Selly, Vitha, Hery (pasangan
Duetku di drama natal UH),Vany(Mace) dan lain-lain) meski baru
sebentar bertemu dengan kalian terima kasih buat dukungannya.
13. Teman-teman angkatan PR07TEZHOLIC (Sonda, Go, Pepa, Peni,
Bete’, Ardha, Ocha, Bowo, Andre Mamesah, Dhani, Hadi, Zeth,
Arfa, Rini, Icha, Rara, Rahmat Rahim, Hajir, Eko, Dewi, Gaby,
vi
Upy, Iwan, Peno, Ria, dan lain-lain) terima kasih atas bantuannya
dan dukungannya selama ini.
14. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat dijadikan referensi bagi penulis guna perbaikan di masa yang
akan datang.
Pada akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis
mempersembahkan skripsi ini dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak. Amin!!!
Jesus Christ bless you, “1 Korintus 1:3 “Kasih karunia dan damai sejahtera
dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”
Amsal 13:13 “Orang yang meremehkan ajaran Tuhan, mencelakakan
dirinya; orang yang taat kepada hukum Allah akan mendapat upahnya”.
Makassar, Februari 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman Pengesahan Pembimbing................................................................... ii
Kata Pengantar..................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................. vii
Daftar gambar.................................................................................................... xi
Abstrak........................................................................................................... xii
BAB.I PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 10
1.3 Batasan Masalah.................................................................................. 10
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................. 11
1.4.1 Tujuan Penelitian.......................................................................... 11
1.4.2 Manfaat Penelitian........................................................................ 11
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................. 12
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Good Corporate Governance.................................................................. 14
2.1.1 Definisi Good Corporate Governance........................................... 14
2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance........................................... 17
2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance................................ 19
2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance.......................................... 24
viii
2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance............................................ 26
2.2 Bank......................................................................................................... 27
2.2.1 Pengertian Bank............................................................................ 27
2.2.2. Asas - asas Hukum Perbankan dan Bentuk Hukum Perbankan.. 28
2.2.3 Fungsi Bank.................................................................................... 29
2.2.4 Tujuan bank.................................................................................... 29
2.2.5 Jenis Bank..................................................................................... 29
2.3 Kredit........................................................................................................ 30
2.3.1 Pengertian Kredit............................................................................ 30
2.3.2 Unsur – Unsur Kredit ..................................................................... 31
2.3.3 Tujuan Kredit.................................................................................. 32
2.3.4 Fungsi Kredit.................................................................................. 33
2.3.5 Jenis – Jenis Kredit........................................................................ 34
2.3.6 Analisis Kredit................................................................................. 35
2.4 Kerangka Pikir.......................................................................................... 36
BAB.III METODE PENELITIAN.
3.1 Metode Penelitian..................................................................................... 38
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian................................................................... 39
3.3Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 40
ix
3.4 Teknik Analisis Data................................................................................ 41
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.................................................. 43
4.1. Sejarah Singkat perusahaan................................................................... 43
4.1.1 Awal Berdirinya PT. Bank Central Asia, Tbk................................. 43
4.1.2 Masa Krisis Moneter dan Rush (1997-1998).................................. 44
4.1.3 Menjadi Perusahaan Terbuka....................................................... 45
4.1.4 Informasi, Edukasi dan Entertainment........................................... 46
4.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan............................................................... 46
4.2.1 Visi BCA......................................................................................... 46
4.2.2 Misi BCA........................................................................................ 47
4.2.3 Tata Nilai BCA................................................................................ 47
4.3. Objek Penelitian..................................................................................... 47
4.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tanggung Jawab.................................. 47
BAB V : PEMBAHASAN..................................................................................... 52
5.1. Hasil Penelitian........................................................................................ 52
5.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Bank BCA.................... 63
5.3. Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Central Asia Tbk................ 66
5.3.1. Permohonan Kredit....................................................................... 67
5.3.2. Analisis dan Evaluasi Kredit......................................................... 68
x
5.3.3. Negosiasi Kredit............................................................................ 69
5.3.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit.............................................. 69
5.3.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit...................................... 70
5.3.6. Pemberian Putusan Kredit............................................................. 70
5.3.7. Pencairan Kredit............................................................................ 71
5.4. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap
Prosedur Pemberian Kredit PT. Bank Central Asia Tbk................................ 71
5.4.1. Pertanggungjawaban (Responsibility)…………………………..… 72
5.4.2. Akuntabilitas (Accountability)…………………………................ 74
5.4.3. Transparansi (Transparency)………………………………......... 75
5.4.4. Kewajaran (Fairness)…………………………....………….......… 76
5.4.5. Kemandirian (Independency)………………………………......… 77
BAB VI : KESIMPULAN...................................................................................... 80
6.1. Kesimpulan............................................................................................. 80
6.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran........................................................ 81
Daftar Pustaka................................................................................................... 83
Lampiran …………………………………………………………………........…… 84
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir........................................................................................ 37
xii
ABSTRAK
Andrew Mikha Pasorong (A31107075), Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada lembaga Perbankan (Studi Empiris Pada Bank Central Asia (Persero), Tbk), dibimbing oleh Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak. (Pembimbing I) dan Dra. Aini Indrijawati, M.Si., Ak (Pembimbing II). Kata Kunci: Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG), Budaya Perusahaan, Prosedur Kredit, Bank
Penelitian ini adalah sebuah penelitian studi kasus yang dilakukan di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang perbankan di Indonesia.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara penerapan prinsip tata kelola perusahaan (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit dalam perusahaan. Corporate Governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan hubungan para pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dimana terdapat lima prinsip-prinsip Good Corporate Governance yakni: (i) Keterbukaan informasi, (ii) Akuntabilitas, (iii) Pertanggungjawaban, (iv) Kemandirian, (v) Kewajaran.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : apakah prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh PT. Bank Central Asia (persero) Tbk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perushaan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan analisis dokumen dokumen-dokumen perusahaan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan triangulasi dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan penting antara penerepan GCG terhadap prosedur pemberian kredit. Hasil penelitian ini mendorong dan memotivasi perusahaan agar prinsip GCG dijadikan sebagai budaya perusahaan.
xiii
ABSTRACT
Andrew Mikha Pasorong (A31107075), Evaluation The Application Of Principles Of Good Corporate Governance Procedures In Lending Banking Institutions (Empirical Study In Bank Central Asia (Corporation), Inc.), supervised by Dra. Hj. Sri Sundari, M.Si., Ak. (Supervised I) and Dra. Aini Indrijawati, M.Si., Ak (Supervised II).
Key Words: Good Corporate Governance (GCG), Corporate Culture, Credit Procedure, Bank
This research is a case study conducted at a private company Engaged in the Indonesian banking. The purpose of this study was to determine the relationship between the application of the principles and the Procedure of credit presents. Corporate Governance as a set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, government employees, as well as internal and external stakeholders with reapect to the rights and obligations, or in other words a system that directs and controls the company. Where there are five principles of good corporate governance: (i) Transparency, (ii) Accountability, (iii) Responsibility, (iv) Independency, (v) Fairness.
Formulation of the problem of the study are: Whether the application the principles of good corporate governance to the procedure of credit presents which has given by PT, Bank Cental Asia (Persero)Tbk can increase the level of efficiency and effectively of the company.
Data collection methods used in this study were interviews and analysis of company documents. The data obtained were analyzed by using triangulation and interpretation.
The results of this study indicate the existence of an important role between GCG and the procedure of credit presents. The results are encouraging and motivate companies to serve as the principle of good corporate governance culture.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang Penelitian
Krisis yang melanda pada pertengahan 1997 membuat perekonomian
Indonesia tidak stabil. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya corporate
governance. Hal ini ditandai dengan kurang transparannya pengelolaan
perusahaan sehingga control public menjadi sangat lemah dan terkonsentrasinya
pemegang saham besar pada beberapa keluarga yang menyebabkan campur
tangan pemegang saham mayoritas pada manajemen perusahaan sangat terasa
dan menimbulkan konflik kepentingan yang sangat menyimpang dari norma -
norma tata kelola perusahaan yang baik ditambah lagi globalisasi yang sedang
terjadi saat ini mengakibatkan terjadinya perubahan besar-besaran dalam bidang
sosial politik dan ekonomi. Oleh karena itu diperlukan tata kelola yang baik (good
corporate governance) pada setiap sektor perekonomian di Indonesia agar dapat
menjaga kelangsungan (survive) demi meningkatkan perekonomian Indonesia.
Kajian mengenai corporate governance meningkat dengan pesat seiring
dengan terbukanya skandal keuangan berskala besar seperti skandal Enron,
Tyco, WorldCom, Maxwell, Polypec dan lain-lain. Oleh karena itu saat ini isu
good corporate governance menjadi sangat penting. Keruntuhan perusahaan -
perusahaan public tersebut dikarenakan oleh strategi, prosedur maupun praktik
curang (fraud) dari manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena
lemahnya pengawasan yang independen oleh corporate boards.
2
Menurut Penelitian Jhonson dkk (2000) salah satu penyebab krisis ekonomi pada
negara-negara di asia pada tahun 1997 adalah karena lemahnya praktek -
praktek good corporate governance pada wilayah tersebut. Iskandar Chamlou
(2000) juga menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi dikawasan Asia
Tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor ekonomi makro namun juga
karena lemahnya corporate governance yang ada di negara - negara tersebut
sehingga mereka masuk kedalam peringkat krisis ekonomi yang
berkepanjangan, seperti, lemahnya enforcement hukum, standar akuntansi, dan
pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pengawasan komisaris
dan terabaikannya hak minoritas.
Pengelolaan perusahaan (corporate governance) dalam dunia ekonomi
merupakan hal yang dianggap penting sebagaimana yang terjadi dalam
pemerintahan negara. Implementasi good corporate governance (GCG) pada
saat ini bukan lagi sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi
setiap perusahaan dan organisasi. Pernyataan tersebut telah menegaskan
bahwa perusahaan - perusahaan memiliki kedudukan penting dalam
menjalankan perannya dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997 bukan
semata-mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga di akibatkan oleh belum
di implementasikannya good corporate governance dan etika yang
melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada
dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitalisasi, hanya
dapat mempunyai dampak jangka panjang apabila disertai tiga tindakan penting,
yakni: (1) Ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian ; (2) Pelaksanaan Good
Corporate Governance; (3) Pengawasan yang efektif dari otorisasi pengawasan
bank.
3
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan
beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama,
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi
pengawasaan dewan komosaris; ketiga, inefisiensi dan rendahnya transparansi
menegenai prosedur pemgendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat,
terlalu tingginya ketergantungan pada pandangan eksternal; dan kelima, ketidak
memadainya pengawasan oleh para kreditor.
Banyak ahli yang berpendapat bahwa kelemahan di dalam penerapan
good corporate governance merupakan salah satu sumber kerawanan ekonomi
yang menyebabkan memburuknya perekonomian negara-negara tersebut pada
tahun 1997 dan 1998 (Husnan, 2001). Pelaksanaan good corporate governance
(GCG) sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia
internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang
dengan baik dan sehat. Tantangan terkini yang dihadapi karena prinsip-prinsip
dan praktik good corporate governance masih belum dipahami secara luas oleh
komunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri, 2005).
Kendala yang dihadapi dalam penerapan prinsip good corporate
governance saat ini di Indonesia adalah maraknya praktik korupsi,
pengelembungan biaya, kolusi serta nepotisme yang masih tumbuh subur dan
terus dipupuk dibanyak perusahaan swasta maupun pemerintah.
Corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang
seperti halnya di Indonesia pada pasca-krisis keuangan menjadi semakin penting
mengingat beberapa hal. Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam
sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (King dan
Levine, 1993). Kedua, negara yang ditandai oleh pasar modal yang belum
4
berkembang, bank berperan utama bagi sumber pembiayaan perusahaan.
Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional.
Keempat, liberalisasi sistem perbankan baik melalui privatisasi maupun
diregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki keleluasaan yang lebih
besar dalam menjalankan operasi bank (Arun, Turner, 2003).
Sebagai mana di kemukakan oleh Caprio dan Levine (2002) terdapat dua
hal yang saling terkait mengenai lembaga intermediasi perbankan yang
berpengaruh terhadap corporate governance. Pertama, bank merupakan sektor
usaha yang tidak transparan, sehingga memungkinkan terjadinya masalah
keagenan. Kedua, bank merupakan sektor usaha yang memiliki tingkat regulasi
tinggi yang dalam hal tertentu justru menghambat mekanisme corporate
governance. Masalah keagenan dalam sector keuangan perbankan pada
hakekatnya dapat dibedakan dalam dua kategori. Pertama masalah keagenan
akibat utang (debt agency problem) dan kedua, masalah keagenan akibat
pemisahan kepemilikan dan pengendalian (separatiaon of ownership and
control).
Institusi keuangan perbankan memiliki sifat usaha yang spesifik (nature of
the firm) yang membedakannya dari institusi non-keuangan (Macey dan O’Hara,
2003) sifat usaha spesifik tersebut mendorong topik penelitian dalam industry
perbankan dewasa ini mengarah pada masalah corporate governance terlebih
lagi setelah beberapa Negara Asia terkena dampak krisis finansial (Arun dan
Turner, 2003). Selain itu industri perbankan merupakan industri ”kepercayaan”.
Jika investor berkurang kepercayaannya karena laporan keuangan yang bias
dari tindakan manajemen, maka mereka akan melakukan penarikan dana secara
bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush. Oleh karena itu kebutuhan
untuk menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) dirasakan
5
sangat kuat dalam industri perbankan untuk menjaga “kepercayaan” tersebut.
Situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks dan resiko kegiatan
usaha perbankan kian beragam. Keadaan tersebut semakin meningkatkan
kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat (good corporate
governance) di bidang perbankan dan juga untuk meghindari kemungkinan
tindakan kriminal yang dilakukan oleh calon nasabah melalui penyesuaian
kebijakan dan prosedur internal, prinsip mengenal nasabah berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009
mengenai Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme Bagi Bank Umum.
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan
untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai
syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat.
Oleh karena itu ketaatan akan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance antara lain transparansi (transparency), kemandirian
(independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan
segala prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar
perbankan dapat berkembang dengan baik dan sehat. Salah satunya dalam
prosedur pemberian kredit, dalam hal ini prinsip - prinsip good corporate
governance haruslah dilaksanakan dengan baik agar dapat mencegah terjadinya
kesalahan-kesalahan signifikan dalam prosedur dan strategi serta memastikan
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki.
Pada masa sekarang banyak masalah yang dihadapi oleh pihak bank
terutama yang menyangkut kondisii kesehatan keuangan dikarenakan kurangnya
6
penerapan prinsip-prinsip good corporate. Masalah yang sering muncul adalah
kredit bermasalah, bahkan ada kredit yang menjadi macet sehingga harus
diputihkan.
Secara teori banyak bank yang memberikan pinjaman dengan jaminan
yang tidak sesuai dengan jumlah pinjaman akan berakibat buruk pada bank
tersebut misalnya mengalami kebangkrutan dan likuidasi dari pemerintah. Untuk
mengatasi terjadinya hal ini, maka pihak bank seyogyanya melakukan upaya
pencegahan seperti meneliti apakah barang jaminan melebihi nilai pinjaman,
apakah pihak keditur mempunyai kemampuan menyelesaikan utangnya pada
bank dan berapa lama batas waktu yang dapat diberikan pada pihak kreditur
terhadap penyelesaian utangnya pada bank.
Piutang merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan,
penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana, atau jenis transaksi lainnya yang
membentuk suatu hubungan dimana pihak berutang kepada pihak lain.
Proses pemberian piutang pada perusahaan dagang sebenarnya dimulai
pada saat persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, sampai penyiapan
dan penerbitan faktur, serta berhasil dengan hasil penagihan. Proses ini dimulai
dari :
Memeriksa kelengkapan berkas permohonan kredit
Wawancara
Investigasi kredit
Peninjauan di lapangan
Menghitung resiko perkreditan
Proses pengumpulan data atau informasi kredit
Penetapan titik kritis
7
Analisa kredit bank
Keputusan kredit bank
Setelah melakukan analisis kredit dengan bank, maka kegiatan yang
harus dilakukan oleh bank dalam rangka mengamankan fasilitas kredit yang
diberikan adalah kegiatan pengelolaan dan pengawasan kredit yang dilakukan
secara administratif maupun langsung.
Prosedur pengendalian piutang merupakan mata rantai antara
pengendalian kas disatu pihak dan pengendalian persediaan dilain pihak.
Piutang merupakan mata rantai di antara keduanya.
Ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif maka ada tiga bidang
pengendalian umum pada titik mana dapat diambil tindakan untuk mewujudkan
penerapan prinsip - prinsip good corporate governance melalui pengendalian
piutang. Ketiga bidang tersebut adalah :
1. Pemberian kredit
2. Penagihan
3. Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak
Manajemen kredit merupakan cara pengelolaan kredit yang harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit,
penentuan suku bunga, prosedur pemberien kredit, analisis pemberian kredit
sampai pada kredit tersebut lunas. Sedangkan tujuan utama dari manajeman
kredit adalah meningkatkan penjualan yang menguntungkan bagi perusahaan,
dengan cara memberikan kredit kepada langganannya dengan layak, dengan
melakukan analisis informasi kredit yang telah diberikan sebelumnya. Dalam
pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank
8
juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam kredit bagi masyarakat yang
membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat menukar
uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan
setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak, dan lain sebagainya.
Dalam perkembangannya peraturan tentang undang-undang mengenai
bank telah mengalami beberapa pergantian. Menurut UU No 14/1967 pasal 1
disebutkan bank adalah lembaga yang usaha pokoknya adalah memberikan
kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
Kemudian Undang-Undang ini dicabut dengan berlakunya UU No 7/1992 antara
lain disebutkan bahwa fungsi bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyrakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pada tahun 1998 UU No 7/1992
dirubah dan disempurnakan dengan UU No 10/1998. Menurut Undang-Undang
No 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip
konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpanan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan
dari selisih ini disebut sebagai spread base. Apabila suatu bank mengalami suatu
kerugian dari selisih bunga, maka dikenal istilah negative spreed.
Upaya pengendalian piutang berkaitan erat dengan pengendalian
penerimaan kas, pengendalian persediaan dana. Keterkaitan antara
9
pengendalian penerimaan kas, pengendalian persediaan dana piutang,
merupakan pendekatan manajemen preventif.
Pendekatan manajemen preventif merupakan suatu cara untuk
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pihak manajer, sehingga dapat menunjukkan
pengendalian piutang yang meliputi pemberian kredit, penagihan dan penetapan
penyelengaraan / pengendalian yang layak sesuai dengan prinsip-prinsip good
corporate governance.
Berdasarkan UU No 10/1998 antara lain fungsi bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali ke
masyrakat dalam bentuk kredit maka PT. Bank Central Asia (Persero)Tbk.
Sebagai salah satu bank umum di Indonesia menyalurkan beberapa jenis kredit
kepada masyarakat antara lain KIB (Kredit Investasi Biaya), KMK (Kredit Modal
Kerja), KUL (Kredit Umum Lainnya). Dan untuk mencegah terjadinya kredit
macet dimana debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya atas kredit yang
diperoleh dari bank maka PT. Bank Central Asia menerapkan peraturan-
peraturan dan prosedur yang berlaku dalam menyalurkan dana atau pinjaman
berupa kredit kepada debiturnya.
Adapun prusedur pemberian kredit pada PT. Bank Central Asia dimulai
dari permohonan kredit, yaitu calon debitur melakukan permohonan kredit
dengan mengisi formulir aplikasi kemudian pihak bank melakukan analisis dan
evaluasi terhadap resiko kredit yang dilakukan oleh pejabat kredit terhadap
nasabah selanjutnya setelah melakukan analisis kredit maka pejabat bank
melakukan negosiasi kredit dengan pemohon untuk mencapai kesepakatan
mengenai jumlah, struktur, dan tipe kredit, kelengkapan dokumen serta syarat
10
dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi pemohon dan kemudian memberikan
putusan kredit apakah nasabah telah memenuhi semua syarat-syarat dan layak
untuk mendapatkan kredit lalu dana kredit di cairkan atau diberikan ke pada
nasabah stelah semua prosedur dipenuhi.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai : ”Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Prosedur Pemberian Kredit Pada Lembaga Perbankan (Studi Empiris Pada
PT. Bank Central Asia (Persero)Tbk)”.
1.2 Rumusan Masalah
Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada sector perbankan
sangat diperlukan untuk membangun kepercayaan masyrakat dan dunia
internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang
dengan baik dan sehat. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai prinsip-prinsip
dan praktik good corporate governance pada sektor perbankan. Dan perlu
dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap praktik corporate governance
pada lembaga perbankan. Dan sejauh mana efektivitas corporate governance
dalam prosedur pemberian kredit pada sektor perbankan. Untuk itu yang menjadi
masalah pokok dalam penulisan ini yaitu, apakah prinsip-prinsip good corporate
governance (GCG) terhadap prosedur pemberian kredit yang ditetapkan oleh PT.
Bank Central Asia (persero) Tbk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perusahaan.
1.3 Batasan Masalah
Pada penulisan skripsi ini, penulisan akan membatasi hanya pada
masalah-masalah yang berhubungan dengan Prinsip-prinsip dan asas-asas good
11
corporate governance (GCG) terhadap pemberian kredit dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Tingkat efisiensi akan dihubungkan dengan seberapa lama waktu yang di
butuhkan untuk mempersiapkan dokumen perlengkapan perkreditan, sedangkan
tingkat efektivitas adalah apakah prosedur pemberian kredit telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk menilai tingkat efisiensi dan efektivitas bagian kredit khususnya
dalam hal pemberian kredit.
2. Untuk memperoleh gambaran mengenai prinsip-prinsip dan asas-asas
good corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit yang
dilaksanaakan perusahaan.
1.4.2 Manfaat penelitian
1. Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis terhadap suatu
permasalahan sesuai dengan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
2. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas khususnya di
bagian kredit, PT. Bank Central Asia di Makassar.
3. Sekiranya dari penelitian ini dapat mengetahui sejauh mana penerapan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam prosedur pemberian
kredit di perbankan.
4. Memberikan pemahaman yang jelas kepada masyrakat bagaimana
prosedur yang tepat dalam meminjam dana di bank.
12
5. Dapat dijadikan bahan referensi dan untuk menambah pengetahuan
mengenai good corporate governance di dunia perbankan pada
umumnya, dan pelaksanaan good corporate governance dalam bagian
kredit pada khususnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan dibagi secara sistematis kedalam 6 bab,
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, masalah pokok, tujuan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini menguraikan lebih lanjut tinjauan umum audit operasional
yang mencakup tentang defenisi good corporate governance,
tujuan, manfaat, program kerja, serta konsep bank dan
perkreditan.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini mencakup lokasi penelitian, metode pengumpulan data,
jenis dan sumber data dan metode analisis yang digunakan.
BAB IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi, dan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan.
BAB V Pembahasan
Bab ini menguraikan inti pembahasan yang mendeskripsikan
pembahsan atas data yang diperoleh dari hasil penelitian.
Gambaran umum good corporate governance terhadap prosedur
13
pemberian kredit yang terdiri atas tahapan-tahapan dan
analisanya.
BAB VI Penutup
Bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran-saran perbaikan
atas pembahasan dalam bab terdahulu. Yang mungkin dapat
digunkan sebagai bahan masukan bagai berbagai pihak,
khususnya untuk pihak bank yang bersankutan.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Good Corporate Governance
2.1.1 Defenisi Good Corporate Governance
Governance di ambil dari kata latin, gubernance yang artinya
mengarahkan dan megendalikan. Dalam ilmu manajemen bisnis, kata tersebut
diadaptasi menjadi gorporate governance yang sebagai upaya mengarahkan
(directing) dan mengendalikan (control) kegiatan organisasi, termasuk
perusahaan.
Pengertian governance menurut Azhar Kazim yang dikutip oleh Iman dan
Amin (2002:5):
“Governance adalah proses pengelolaan berbagai bidang kehidupan (sosial,
ekonomi, politik, dan sebagainya) dalam suatu negara serta penggunaan
sumber daya (alam, keuangan, manusia) dengan cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas.
Berdasarkan definisi di atas, governance berarti suatu proses
pengelolaan perusahaan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan
organisasi yang sesuai dengan prinsip - prinsip good corporate governance
(GCG).
Good Corporate Governance (GCG) memiliki banyak defenisi,
diantaranya menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI):
15
Corporate governance sebagai perangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang saham kepentingan intern dan ekstern lainya
sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain
sistem yang megarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Dikalangan pebisnis, secara umum good corporate governance (GCG)
diartikan sebagai tata kelola perusahaan. GCG di artikan pula sebagai sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder (Monks, 2003).
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Komite Cadbury mendefenisikan corporate governance :
Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan dengan tujuan : (1) agar mencapai kesimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, (2) untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenagan pemilik, direktur,
manajer, pemegang saham, dan sebagainya. (Indra Surya & Ivan, 2006)
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) yang
anggota - anggotanya antara lain, Amerika Serikat, Negara-negara Eropa
(Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia, Luxemburg,
Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, dan Inggris) dan
16
negara-negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia Baru)
mendefenisikan Corporate Governance sebagai :
Corporate Governance is the system by which business corporations are
directed and controlled. The corporate governance structure specifies the
distribution of rights and responsibilities among different participants in the
corporation, such as, the board managers, shareholders and other stakeholders,
and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs.
By doing this it also provides the structure through which the company objectives
are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.
Tulisan OECD mendefenisikan corporate governance sebagai
sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan
pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan. Corporate Governance juga mengisyaratkan adanya struktur,
perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja. Corporate
Governance yang baik dapat memberikan perangsang atau insentif yang baik
bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan
perusahaan atau pemegang saham dan harus menfasilitasi pemonitoran yang
efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya
dengan lebih efisien.
Menurut Bank Dunia (World Bank) dalam mendefenisikan corporate
governance sebagai berikut :
Corporate Governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah -
kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber - sumber
perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka
17
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham mupun
masyarakat sekitar secara secara keseluruhan.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan
tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (shareholder’ value) serta
mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholder) seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja,
pemerintah dan masyarakat luas.
Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk (Wahyudin,
2008). Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah :
1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan.
Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten (consistent law enforcement).
2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
pelaksanaan usaha.
3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa serta pihak yang
terkena dampak dari beberapa perusahaan menunjukkan kepedulian
dan melakukan control social secara obyektif dan bertanggung jawab.
2.1.2 Sejarah Good Corporate Governance
Konsep Corporate Governance yang komperhensif mulai berkembang
sejak setelah kejadian The New York Stock Exchange Crash pada 19 Oktober
1987 dimana cukup banyak perusahaan multinasional yang tercatat di bursa efek
18
New York, mengalami kerugian financial yang cukup besar. Di kala itu, untuk
mengantisipasi permasalahan internal perusahaan, banyak para eksekutif
melakukan rekayasa keuangan yang intinya adalah bagaimana
“menyembunyikan” kerugian perusahaan atau memperindah kinerja manajemen
dan laporan keuangan.
Yang dilakukan tidak hanya window dressing tetapi juga financial
engineering. Lazimnya pada situasi bisnis kondusif, penyimpangan kelakuan baik
okeh oknum maupun secara kolektif dalam perusahaan sangat kabur, namun
pada saat kesulitan, maka mulailah terbuka segala macam sumber-sumber
penyimpangan dan penyebab kerugian dan kejatuhan perusahaan, mulai dari
kelakuan profiteering, commercial crime hingga economic crime.
Dengan kesadaran tinggi untuk meningkatkan daya saing bangsa oleh
segenap negarawan, cendekiawan dan usahawan, maka dimulailah gerakan
untuk meningkatkan praktik-praktik yang baik dalam perusahaan. Gerakan ini
dimulai dari tokoh-tokoh di Inggris yang dipimpin oleh Sir Adrian Cadburt, yang
pada saat itu sebagai Direktur Bank of England dan mantan CEO Group
Cadbury.
Sejak terbitnya cadbury code on corporate governance pada tahun 1992,
semakin banyak intitusi yang terus melakukan penyempurnaan dalan prinsip-
prinsip dan petunjuk teknis good corporate governance, antara lain internasional
corporate governance network (ICGN) yang mendorong organisation for
economic co-operatiaon and development (OECD) mengeluarkan OECD
principles on corporate governance. ICGN sangat berkepentingan dalam
implenmentasi GCG, karena anggota mereka terdiri dari institusi dana pensiun
dan asuransi yang mengeloala dana nasabah untuk investasi jangka panjang.
19
2.1.3 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Scara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance
antara lain:
1. Transparency (keterbukaan informasi),
Yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas),
Yaitu fungsi struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban),
Yaitu kesesuian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4. Independency (kemandirian),
Yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh / tekanan dari pihak
manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang -
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kewajaran),
Yaitu, perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Organization for Economic Co-operatian and Development (OECD) yang
beranggotakan beberapa Negara, antara lain : Amerika Serikat, Negara-negara
Eropa (Austria, Belgia, Denmark, Irlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Italia,
20
Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki,
Inggris), serta negara - negara Asia Pasifik (Australia, Jepang, Korea, Selandia
Baru), telah mengembangkan The OECD principles of corporate governance
pada bulan April 1998. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk
digunakan sebagai referensi di berbagai negara yang mempunyai karakteristik
sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian prinsip
yang universal tersebut akan menjadi pedoman untuk semua Negara atau
perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang
berlaku di negara masing-masing. Prinsip - prinsip corporate governance yang
dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup 5 (lima) hal berikut :
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (The right of
Stakeholders)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu
melindungi hak - hak para pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hak dasar pemegang
saham, yaitu :
a. Hak memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran
kepemilikan.
b. Hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan
saham.
c. Hak untuk memperoleh informasi yang relevan tentang
perusahaan yang berkala dan teratur.
d. Hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
e. Hak untuk memilih anggota dewan komisaris dan direksi.
f. Hak untuk memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan.
21
2. Perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham (The
Equitable Treatment of Shareholders)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance haruslah
menjamin perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham,
termasuk pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang
adanya praktik perdangangan berdasarkan informasi orang dalam
(insider trading) dan transaksi dengan diri sendiri (self deading). Selain
itu, prinsip ini mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka
ketika menemukan transaksi - transaksi yang mengandung benturan
atau konflik kepentingan (conflict if interest).
3. Peran pemangku kepentingan berkaitan dengan perusahaan (The
Role of Stakeholders)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus
memberikan pengakuan terhadap hak - hak pemangku kepentingan,
sebagaimana ditentukan oleh undang - undang dan mandorong kerja
sama yang aktif antara perusahaan dengan pemangku kepentingan
dalam rangka menciptkan lapangan kerja, kesejahteraan, serta
berkesinambungan (going concern).
4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparansy)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap
permasalahan berkaitan denga perusahaan. Informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit, dan disajikan sesuai dengan
standar yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan untuk
meminta auditor eksternal (kantor akuntan publik) melakukan audit
yang bersifat independen atas laporan keuangan.
22
5. Tanggung jawab dewan komisaris atau direksi (The Responsibility of
The Board)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif
terhadap manajeman oleh dewan komisaris, dan pertanggungjawaban
terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat
kewenagan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesional
komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentngan
lainnya.
Ada empat komponen yang diperlukan dalam konsep good corporate
governance (Kaen, 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility.
Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good
corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja
yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan.
Secara sepintas penerapan GCG di bank umum tidak berbeda dengan
perusahaan lainnya, akan tetapi tidak demikan halnya. Dalam banyak hal
perilaku manajer dan pemilik bank merupakan faktor utama yang memerlukan
perhatian dalam penerapan GCG. Dalam banyak hal Konsep Agency Theory
yang sering digunakan dalam penerapan GCG tidak sepenuhnya dpat digunakan
dalam industri Perbankan. Untuk itu perlu ditelaah lebih lanjut bagaimana
seharusnya penerapan GCG pada industry perbankan dilakukan. (Leo J. Susilo,
2007)
Bank Indonesia (BI) pada tanggal 30 Januari 2006 yang lalu telah
megeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.8/4/PBI/2006 tentang
23
pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
8/14/2006 tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum. Upaya BI dengan mengeluarkan peraturan
pelaksanaan GCG tersebut adalah tepat, meskipun agak terlambat.
Sesuai pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan
prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana pada ayat 1
paling kurang harus diwujudkan dalam 7 (tujuh) hal sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan
kerja yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank.
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor
eksternal.
4. Penerapan manajemen resiko, termasuk sistem pengendalian
intern.
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana
besar.
6. Rencana strategis bank.
7. Transparansi kondisi keuangan dan nonkeuangan bank.
Dari segi operasional Ross Levine (2005) menyatakan bahwa bank
pada dasarnya mempunyai dua ciri khas yang tidak terdapat pada jenis industry
lainnya yaitu (1) industri perbankan relatif kurang transparan (opaque)
dibandingkan dengan industry lainya karena adanya informasi asimetri, dan (2)
intervensi regulator sangat tinggi dalam perbankan baik secara makro yaitu pada
pasar jasa perbankan maupun secara mikro terhadap masing-masing bank. Hal
24
yang sama juga dikemukakan oleh Wiguna Bargoes Oka dan Bank Indonesia
yang menyatakan dua elemen penting dalam penerapan GCG diperbankan
adalah transparansi dan regulasi. (Leo J. Susilo, 2007)
Terdapat 4 hal yang dijadikan sebagai criteria penilaian bagi BI dalam
menetuakan peringkat GCG perbankan adalah sebagai berikut :
1. Transparan terhadap pihak-pihak terkait.
2. Efektivitas direksi dan komisaris perbankan dalam mengemban
tugasnya.
3. Efektivitas komite-komite yang wajib dibentuk dilingkungan direksi dan
komisaris.
4. Independensi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
Pengaturan dan implementasi GCG memerlukan komitmen dari top
management dan jajaran organisasi. Pelaksanaan dimulai dari penetapan
kebijakan dasar (strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua
pihak dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode
etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan, merupakan faktor
penting sebagai landasan penerapan GCG.
2.1.4 Manfaat Good Corporate Governance
Corporate Governance yang tidak efektif menjadi penyebab utama
terjadinya krisis ekonomi dan kegagalan pada berbagai perusahaan di Indonesia
akhir-akhir ini. Penerapan Corporate Governance yang efektif dapat memberikan
sumbangan yang penting dalam memperbaiki kondisi perekonomian, serta
menghindari terjadinya krisis dan kegagalan serupa di masa depan.
Dengan melaksanakan Corporate Govenance, menurut Forum for
Corporate Governance (FCGI) (2001 : 4), ada beberapa manfaat antara lain:
25
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, serta lebih meningkatakan pelayanan
kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
dan tidak rigid yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan
karena sekaligus meningkatkan stakeholders value dan deviden.
Penerapan Corporate Governance yang baik memberi manfaat sebagai
berikut:
a. Perbaikan dalam komunikasi
b. Minimasi potensial benturan
c. Fokus pada strategi-strategi utama
d. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi
e. Kesinambungan manfaat (sustainability of benefits)
f. Promosi ciri korporat (corporate image)
g. Peningkatan kepuasan pelanggan
h. Perolehan kepercayaan investor
Menurut Siswanto Sutojo dan E. Jhon Aldridge (2005) Good Corporate
Governance mempunyai lima tujuan utama, adalah sebagai berikut:
1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota The Stakeholders
non pemegan saham.
26
3. Meningkatakan nilai perusahaan dan pemegang saham.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus atau
Board of Directors dan manajemen perusahaan, dan
5. Meningkatakan mutu hubungan Board of Directors dengan
manajemen senior perusahaan.
Kelima tujuan utama GCG menunjukan isyarat bagaimana pentingnya
hubungan antara pihak - pihak yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.
2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance
Tujuan diterapkannya GCG menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), adalah:
1. Mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsibility,
independensi, serta kesetaraan dan kewajaran.
2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing -
masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan
Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan
tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn
terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab social
perushaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan
tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
27
6. Meningkatkan daya asing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang
dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkesinambaungan.
Dengan demikian, penerapan pelaksanaan prinsip GCG secara optimal
akan mampu mendorong peningkatan kinerja perusahaan yang ada, dan pada
gilirannya memberikan value creation semua pihak yang terkait dengan
perusahaan..
2.2 Bank
2.2.1 Pengertian Bank
Bank pada dasarnya merupakan perusahaan atau lembaga perantara
keuangan (financial Intermediary) yaitu pihak yang kelebihan dana (surplus
spending unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficid spending unit).
Undang-Undang Nomor 10/1998 tentang perbankan, yang dimaksud
dengang bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Jika diperhatikan seluruh batasan dan pengertian bank diatas dapatlah
dikatakan bahwa bank melakukan bermacam-macam kegiatan yang paling
dominan adalah bagian perkreditan.
Adapaun tugas-tugas pokok bank menurut Bambang Cahyono (1998;27)
sebagai berikut :
1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada orang atau badan usaha
(perusahaan) yang memebutuhkan dana.
28
2. Menarik uang dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
tabanas, rekening koran, giro, deposito berjangka, dan
sebagainya.
3. Menyertakan saham pada perusahaan yang sehat agar terbuka
kemungkinan pengembangan yang lebih cepat atas dasar
pertimbangan keuangan yang sehat pula.
4. Memberikan jasa - jasa dalam bidang lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.
5. Kegiatan lain dibidang jasa - jasa berupa pemberian jaminan bank
dan menyewakan tempat untuk menyimpan barang-barang
berharga.
2.2.2 Asas-Asas Hukum Perbankan dan Bentuk Hukum Perbankan
Dalam melaksanakan kemitraan antara bank dan nasabah perlu dilandasi
beberapa aspek hukum, agar tercipta suatu kerjasama yang baik. Beberapa asas
hukum tersebut antara lain:
1. Asas Demokrasi Ekonomi
Asas ini secara tegas dalam UU No. 10 Tahun 1998 pasal 2
menyatakan “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya
berdasarkan asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip
kehati-hatian”.
2. Asas Kepercayaan
Nasabah menyimpan dana pada bank dilandasi oleh dasar
kepercayaan.
3. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)
Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan atau
mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatau yang
29
berhubungan dengan keuangan dari lain-lain dari nasabah bank,
yang menurut kelaziman bank wajib dirahasiakan.
4. Asas Kehati-hatian (Prudental Principle)
Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa
dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usaha, pihak bank wajib
menerapkan sikap kehati-hatian dalam rangka melindungi
keterangan atau informasi nasabah peyimpan dan simpanannya.
Menurut pasal 21 Undan-Undang Nomor 10/1998, bentuk hukum suatu
Bank Umum dapat berupa salah satu dari :
1. Perusahaan Daerah (PD)
2. Koperasi
3. Perseroan Terbatas (PT)
2.2.3 Fungsi Bank
Fungsi pokok perbankan adalah sebagai financial intermediasi atau
lembaga perantara keuangan serta mempunyai fungsi tambahan memberikan
jasa - jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran.
2.2.4 Tujuan Bank
Tujuan perbankan Indonesia adalah menunjang pelaksanaan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2.2.5 Jenis Bank
Menurut Undang Undang RI No. 10 Tahun 1998 bahwa jenis-jenis bank
yang ada di Indonesia :
1. Bank Umum
30
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Bank yang melaksanakan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Pada kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan
yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh
masayrakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desapun kata kredit
tersebut sudah sangat popular.
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang berarti
kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu dasar dari kredit adalah
kepercayaan.
Seseorang atau suatu badan usaha yang memberikan kredit (kreditur)
percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa mendatang akan sanggup
memenuhi segala sesuatau yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan dpat
beruapa barang, uang, atau jasa.
Menurut Raymont P.Kent yang dikemukakan oleh Thomas Suyanto
(1993:34) menyatakan bahwa ;
“Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang
akan datang karena penyerahaan barang - barang sekarang.
Berdasarkan definisi ini nyatalah bahwa dengan adanya penekanan hak
kreditur distu pihak adalah menerima pembayaran atas barang atau jasa yang
31
diberikan, sedangkan debitur berkewajiban membayar kredit (utang) atas barang
atau jasa yang diterima.
Menurut Undang - Undang nomor 10 Tahun 1998 “Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah
jangka waktu waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kredit
ataupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur
dengan uang.
Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah
penerima kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang
telah dibuatnya.
Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing - masing
pihak, termasuk jangka waktu dan bunga yang telah ditetapkan bersama.
Demikian pula dengan masalah sangsi apabila debitur ingkar janji terhadap
perjanjian yang telah dibuat bersama.
2.3.2 Unsur-Unsur Kredit
Dalam kata kredit terkandung unsur - unsur yang direkatkan menjadi satu.
Sehingga jika membahas mengenai kredit maka termasuk membahas unsure -
unsur yang terkandung didalamnya. Adapun unsure - unsur yang terkandung
dalam pemberian fasilitas kredit adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-
benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang
akan datang.
32
2. Waktu
Yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan
datang.
3. Degree of risk
Yaitu suatu tingkat resiko yang dihadapi sebagai akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari.
4. Prestasi
Yaitu objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa.
2.3.3 Tujuan kredit
Tujuan kredit mempunyai cakupan yang cukup luas, baik bagi bank
sebagai pemberi kredit, debitur, kreditur sebagai sebagai penerima kredit serta
pihak-pihak yang berkepentingan seperti masyarakat luas, pemerintah maupun
dunia internasional.
Adapun tujuan pemberian kredit menurut Sinungan (1980;3) meliputi :
1. Dilihat dari segi bank (kreditur), maka tujuan kredit adalah :
a. Profitability yaitu tujuan untuk memeproleh hasil dari kredit berupa
keuntungan yang diterima dari pemungutan bunga kredit tersebut.
b. Safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability
dapat benar - benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.
2. Dilihat dari segi nasabah (debitur), maka tujuan kredit adalah :
a. Profitability seperti halnya dengan bank, maka si penerima kredit
memanfaatkan dengan memperoleh keuntungan yang sebesar -
besarnya atas usaha yang dibiayai dengan fasilitas kredit tersebut.
33
b. Responsibility bertujuan bagaimana si penerima kredit
memanfaatkan dan memperoleh keuntungan atas fasilitas kredit
yang diterimanya, dapat memenuhi kewajiban dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama.
3. Dilihat dari segi kepetingan umum maka tujuan kredit adalah :
a. Productivity : diharapkan peningkatan produktivitas secara
menyeluruh dari masyarakat, baik dari peningkatan produktivitas
yang disertai kelancaran peredaran barang-barang kebutuhan
masyarakat, maupun peningkatan penyerapan tenaga kerja yakni,
dengan membuka lapangan kerja baru karena adanya perusahaan
yang telah berhasil.
b. Sosio economically : kredit menyebabkan suatu peningkatan
social ekonomi dalam kehidupan masyrakat.
Dengan demikian, beberapa unsur dalam mencapai tujuan kredit yang
diperhatikan yaitu ; kepercayaan, waktu, tingkat resiko dan prestasi. Bila semua
ini berdampak positif, maka tingkat produktifitas dapat ditingkatkan, peredaran
uang lebih lancer, dan volume usahapun dapat ditingkatkan sehingga pada
akhirnya dapat mempertinggi kesejahteraan secara menyeluruh.
2.3.4 Fungsi Kredit
Disamping memiliki tujuan, pemberian fasilitas kredit juga memiliki suatu
fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit tersebut adalh sebagai berikut :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal dan uang
b. Kredit dapat menumbuhkan kegairahan berusaha bagi masyarakat
c. Kredit sebagai stabilitas ekonomi
d. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
e. Kredit dapat meningkatkan daya guna suatu barang
34
f. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
2.3.5 Jenis-Jenis Kredit
Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat
dapat dilihat dari berbagai sudut menurut Suyatno (1993;7) yaitu, sebagai
berikut :
1. Kredit dilihat deri sudut tujuannya :
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memperlancar jalannya proses konsumtif.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk
memeperlancar jalannya proses produksi.
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan
untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi.
2. Kredit dilihat dari segi waktunya :
a. Kredit jangka pendek (short term loan), yaitu kredit yang berjangka
waktu maksimum 1 tahun.
b. Kredit jangka menengah (medium term loan), yaitu kredit yang
berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.
c. Kredit jangka panjang (long term loan), yaitu yang berjangka
waktu lebih dari 3 tahun.
3. Kredit dilihat dari sudut jaminan :
a. Agunan pribadi yakni suatu perjanjian dimana suatu pihak
menyanggupi pihak lainnya (kreditur) bahwa ia menjamin
pembayarannya suatu utang apabila si terutang (kreditur) tidak
menepati kewajibannya.
b. Agunan barang, baik barang tetap maupun tidak tetap.
c. Agunan efek, yaitu kredit yang diberikan dengan agunan efek-efek
saham, obligasi dan sertifikat yang didaftar (listed) dibursa efek.
35
d. Agunan dokumen, yaitu kredit yang diberikan dengan agunan
dokumen transaksi, seperti letter of credit (L/C).
4. Kredit dilihat dari sudut penggunaan :
a. Kredit Eksploitasi (Modal kerja) adalah kredit berjangka waktu
pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan
sehingga dapt berjalan lancer.
b. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah atau jangka
panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk
melakukan investasi atau penanaman modal.
2.3.6 Analisis Kredit
Analisis kredit dimaksudkan sebagai review atas atas penjualan plafond
kredit dari nasabah terutama dibindang keuangan. Untuk melakukan analisis
kredit dibidang jasa dan keuangan, beberapa faktor yang harus direview adalah :
a. Struktur permodalan usaha
b. Manajemen kepengurusan, kecakapan dan pengalaman berusaha
akan menentukan berkembangnya usaha.
c. Analisis financial dari nereca keuangan perusahaan pada periode-
periode tahun yang sudah berjalan, disamping juga analisis terhadap
kemampuan membayar kembali pinjaman berikut bunganya.
Menurut Santoso (1996;24) analisis kredit mempunyai hubungan analisis
financial perusahaan atau keuangan pribadi nasabah sehingga didalam proses
analisisnya, informasi kenuangan nasabah harus terkukmpul dengan jelas.
Analisis kredit sangat penting dalam proses perkreditan karena akan
menentukan nasib kredit dikemudian hari. Analisis kredit tidak hanya dianggap
sebagai persyaratan procedural, tetapi merupakan syarat mutlak untuk analisis
36
laporan keuangan nasabah. Analisis keungan merupakan back up akan masa
depan yang serba tidak pasti dan mengandung resiko bisnis yang cukup besar.
Jadi didalam analisis kredit faktor kepercayaan, waktu dan resiko melekat
erat antara satu dengan yang lainnya tidak dapat terpisahkan. Dari hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan informasi yang hendak dicari guna
melakukan analisis dan yang selebihnya berperan adalah judgement
pengambilan keputusan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas, penulis
menyusun kerangka pemikiran dari penelitian kali ini yang dapat digambarkan
pada diagram berikut :
37
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
s
PT. BANK CENTRAL ASIA
(Persero) Tbk.
(KREDITUR)
Masyarakat
(DEBITUR)
PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE :
Transparency
Accountability
Responsibility
Independency
Fairness
Prosedur
pemberian kredit
(KREDIT)
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan alat yang dapat membantu seorang peneliti
guna mendapat hasil dan kesimpulan dari objek yang diteliti. Untuk
mengumpulan data-data yang selanjutnya akan diidentifikasi, dianalisis, dan
diinterpretasikan, diperlukan sebuah metode-metode penelitian yang tepat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan paradigma kualitatif. Menurut Poewandari (1998) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengelola data yang sifatnya
deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto,
rekaman video dan lain-lain. Penelitian kualitatif menekankan pada pentingnya
kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh
pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.(Phantom dalam
Poerwandari,1998)
Penelitian ini bersifat deskriptif umtuk menganalisa penerapan good
corporate governance pada lembaga perbankan dan penerapannya pada
prosedur pemberian kredit kepada masyarakat pada salah satu bank swasta.
Pemilihan studi ini dikarenakan penelitian kualitatif digunakan untuk
mendeskripsikan interaksi dengan informan dan juga dapat memberikan
informasi yang lebih mendalam. Desain ini cocok untuk menggali informasi-
informasi yang melatar belakangi perilaku tertentu dan pendapat informan
mengenai masalah tertentu.
39
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengamati dan menggkaji data-data
faktual tentang gambaran proses penerapan prinsip good corporate governance
yang terjadi dilapangan, kemudian mendeskripsikan hasil temuan dilapangan
kedalam bentuk tulisan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk mengambil data
dalam suasana yang wajar dan tanpa manipulasi / merekayasa sesuai situasi,
sehingga data yang diperoleh akan memenuhi validasi data yang diperlukan.
Upaya untuk memperoleh data yang valid dilakukan dengan menggali informasi
setuntas munggkin dan mengambil data sesuai fokus kajian. Pelaporan data
disusn dalam bentuk deskriptif kemudian peneliti menarik kesimpulan.
Penggalian informasi secara mendalam, menyeluruh dan lengkap dari
masing-masing subjek penelitian akan memberikan hasil penelitian kualitatif.
Penggunaan pendekatan kualitatif didasari oleh pemikiran bahwa pendekatan
tersebut memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian. Pengguna metode
penelitian deskriptif dengan paradigma kualitatif diharapkan dapat memperoleh
gambaran yang jelas dan mendalam tentang pengaruh penerapan prinsip Good
Corporate Governance terhadap prosedur pemberian kredit pada PT. Bank
Central Asia (Persero) Tbk.
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana proses penelitian
berlangsung. Peneliti berkeinginan untuk mengetahui tentang penerapan prinsip
good corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit pada salah satu
lembaga perbankan di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakaan di Kantor Cabang
Utama (KCU) Panakukang PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk Makassar.
Informan penelitian dipilih berdasarkan atas pertimbangan atau criteria
tertentu dari peneliti, dengan harapan mendapatkan informasi sebanyak
mungkin. Teknik ini dikenal dengan purposive sampling. Criteria yang ditentukan
40
oleh peneliti yaitu pihak berkompeten dan memiliki kewenangan dalam
pengawasan penerapan good corporate governance dan telah berpengalaman
lebih dari 2 tahun.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data dengan
menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data serta
mempelajari literatur-literatur yang ada berupa karya ilmiah. Buku-
buku atau kepustakaan lain yang berhubungan erat dengan masalah
dalam penulisan ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai gambaran umum perusahaan dan data-data yang relevan
dengan subjek penelitian yang dilakukan. Adapun alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
a. Kuisioner
Merupakan suatu lembar isian yamg didalamnya berisi
pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden yang
berhubungan dengan penelitian.
b. Wawancara
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan tanya jawab secara langsung para pejabat yang
berwenang atau pada bagian yang berhubungan langsung dengan
masalah yang diteliti. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sudjana
dan Ibrahim (2004) yaitu ; “alat pengumpulan data yang digunakan
ntuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat,
41
aspirasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari
individu atau responden.
c. Pengamatan (Observasi)
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati lansung objek yang diteliti.
d. Dokumentasi
Peneliti menggunakan teknik dokumentasi berupa
pendokumentasian berbagai catatan lapangan (field note) dan
pendokumentasian visual (foto), yang tujuannya untuk
menghasilkan data pelengkap penelitian. Selain itu, peneliti
menggunkan alat bantu perekam (camrecorder). Alat perekam
berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti
dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek.
3.4 Teknik Analisis Data.
Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kualitatif maka dari itu penulis memiliki beberapa langkah dalam
melakukan teknik analisis secara kualitatif yaitu :
1. Mentranskrip data yang masih mentah dari hasil kuisioner dan
wawancara terstruktur.
2. Hasil dari penelitian berupa data kemudian disorting ( mengolah
informasi yang diperoleh sehingga sistematis berdasarkan variabel
yang diteliti) dengan cara mereduksi data yang diperoleh. Proses
reduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak
diperlukan.
42
3. Data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi, peneliti melakukan
classifying (mengklasifikasikan informasi yang disusun sebelumnya
agar dapat dibandingkan responden) dengan cara menyajikan data
tersebut.
4. Penyajian diikuti dengan proses mengumpulkan data-data yang saling
berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian
dan pengamatan yang lebih mendalam. Data-data yang saling
berhubungan dikelompokan sehingga terbebtuk kelompok-kelompok
data yang selanjutnya akan disimpulkan.
5. Sedangkan untuk menganalisis data dipakai content analysis (teknik
yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan
karakteristik pesan yang dilakukan secara objektif dan sistematis).
6. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, kemudian
meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data
yang diperoleh dari lapangan. Isi kesimpulan tersebut akan
menyatakan kredibilitas dari asumsi awal yang ditentukan oleh
peneliti.
43
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Singkat perushaan
4.1.1. Awal Berdirinya PT. Bank Central Asia, Tbk
Bank Central Asia, berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 di pusat
perniagaan Kota Jakarta dengan nama”Bank Central Asia, N.V.” (sekarang
menjadi Kantor Cabang Utama KPO Asemka). Dalam Perkembangan
selanjutnya, tiga bank pernah merger dengan BCA, yaitu Bank Sarana Indonesia
(31 Januari 1973), Bank Gemari (30 Juni 1976), dan bank Indo Commercial (30
Maret 1979). Setelah go public tahun 2002, BCA bernama “PT Bank Central
Asia, Tbk”.
Kantor pusat BCA terletak di jalan Jendral Sudirman kav 22-23, Jakarta
Selatan 12920. Di sana terdapat dua gedung BCA, Wisma I (18 lantai) dan
Wisma II (10 lantai). Dilantai 1 dan 2 Wisma I BCA, terdapat Kantor Cabang
Korporat (KCK) Sudirman. Bertepatan dengan usia setengah abad BCA, pada
tahun 2007 Kantor Pusat BCA akan pindah ke kompleks Grand Indonesia yang
terletak di depan Bundaran Hotel Indonesia.
Pada akhir Juli 2006 BCA memiliki 772 cabang di seluruh Indonesia, dari
Banda Aceh Hingga Jayapura, sekitar 4.500 ATM BCA, dua kantor Perwakilan di
Singapura dan Hongkong. Berdasarkan laporan keuangan per 31 maret 2006,
BCA memiliki aset sebesar Rp 150,458 trilliun, menduduki peringkat kedua
dalam hal aset di bawah Bank Mandiri
44
Pada Tahun 2001 BCA meluncurkan situs web www.klikbca.com yang
berisi informasi tentang BCA dan sekaligus sebagai sarana untuk mengakses
fasilitas perbankan internet BCA (KlikBCA individu dan KlikBCA Bisnis). Selain itu
BCA juga memiliki layanan hotline 24 jam HaloBCA bagi masyarakat yang dapat
dihubungi melalui nomor telepon (021) 500-888, atau email [email protected].
4.1.2. Masa Krisis Moneter dan Rush (1997-1998)
Perjalanan BCA tidaklah selamanya mulus. Krisis keuangan di Thailand
pertengahan tahun 1997 memicu krisis nilai tukar di Negara Asia lain seperti
Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar Amerika yang pada awal tahun 1997 relatif stabil Rp. 2.450,- per US$
merosot drastis akibat semakin tingginya aktivitas spekulasi. Puncaknya pada
akhir Januari 1998, Rupiah mencapai Rp. 16.000,- per dolar. Akibat depresiasi
Rupiah ini, kondisi ekonomi Indonesia melemah dan kepercayaan masyarakat
semakin menurun.
Penutupan bank, yaitu sebanyak 16 bank swasta nasional oleh
pemerintah menyebabkan keguncangan kepercayaan masyarakat terhadapa
lembaga perbankan. Pada awal November 1997 terjadi penarikan simpanan
(rush) oleh masyarakat khawatir terhadap keselamatan dananya di bank.
Keadaan yang terus tidak membaik menimbulkan ketidakpuasan di masyarakat.
Peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada pertengahan Mei
1998 memicu terjadinya kerusuhan di Jakarta dan beberapa kota lain di
Indonesia. BCA pun tidak luput dari kerusuhan tersebut sekitar 250 cabang BCA
di seluruh Indonesia rusak dibakar, dilempari batu, atau bahkan dijarah.
Tak lama setelah peristiwa tersebut, BCA yang pada masa itu mayoritas
sahamnya dimiliki oleh keluarga Liem Sioe Liong (Soedono Salim atau Om Liem)
45
mengalami rush, yaitu penarikan dana besar-besaran oleh para nasabah yang
panic dan khawatir BCA akan tutup karena mengalami kerugian akibat
kerusuhan. Rush berkepanjangan ini membuat BCA tidak sanggup lagi menahan
derasnya arus penarikan dan terpaksa minta bantuan dari pemerintah Indonesia.
Sebagai konsekuensinya BCA diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan
Nasioanal (BPPN) menjadi “Bank Take Over” (BTO).
Dalam status “BTO” tersebut BCA mengalami program Rekapitalisasi Dan
Restrukturisasi yang dilaksanakan BPPN, di mana pemerintah (yang diwakili
BPPN) menjadi pemegang saham mayoritas. Hanya waktu empat bulan setelah
rus, dana nasabah mulai kembali mengalir masuk ke BCA dan bahkan mencapai
jumlah lebih besar dibandingkan dengan kondisi sebelum rush. Sebuah bukti
bahwa BCA merupakan bank yang masih dipercaya.
Program rekapitalisasi berakhir pada tahun 1999 dengan 92,8% saham
BCA dikuasai oleh pemerintah melalui BPPN. Pada tanggal 25 April 2000 BPPN
menyerahkan kembali BCA kepada Bank Indonesia, yang berarti “BCA” telah
“sehat” kembali. Pada saat itu BCA yang memiliki asset Rp. 96,188 Triliun
melakukan penawaran umum 22,5% saham kepada masyarakat (go public).
4.1.3. Menjadi Perusahaan Terbuka
Divestasi (pelepasan) 51% saham BCA yang dilakukan pemerintah
dimenangkan oleh Farindo Investments (Mauritius) Limited pada tahun 2002.
Sisa saham yang masih dimiliki pemerintah sebesar 5,02% dijual oleh PPA
(Perusahaan Pengelola Aset-pengganti BPPN) pada tanggal 21 September
2005. Pada akhir tahu tersebut BCA memiliki asset sejumlah Rp. 148,73 triliun.
Kepemilikan saham BCA per tanggal 31 Maret 2006 dimiliki oleh Farindo
Investments (Mauritius) Ltd qualite qua Farallon Capital Management LLC, sdr.
46
Bambang Hartono dan sdr. Robert Budi Hartono (51,17%), Anthony Salim
(1,76%), PT Bank Central Asia Tbk (0,06% berdasarkan pelaksanaan Pembelian
Kembali Saham), Dan masyarakat (47,01%).
4.1.4. Informasi, Edukasi dan Entertainment
Untuk memberikan informasi dan edukasi tentang produk dan fasilitas
yang dimiliki, BCA melakukan penayangan program melalui televisi, yaitu Gebyar
BCA, mobilista BCA (Desember 2004 – Juni 2006), dan Welcome To BCA (sejak
Juli 2006).
Gebyar BCA adalah program televisi yang bersifat edutainment dan
dikemas dalam bentuk variety show, disiarkan langsung dari stasiun televisi.
Dalam acara tersebut ditayangkan informasi produk dan fasilitas BCA untuk
diketahui masyarakat luas, serta diselingi kuis interaktif berhadiah jutaan rupiah.
Untuk menyambut ulang tahun BCA yang ke-50 pada tahun 2007, sejak
awal Juli 2006 setiap kamis malam di MetroTV ditayangkan program Welcome
To BCA, yang bertujuan memperkuat citra BCA sebagai bank transaksi dan
membangun citra BCA untuk tetap menjadi bank pilihan masyarakat Indonesia.
4.2. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan
Sebagai upaya memelihara keberadaan BCA sebagai salah satu bank
pilihan utama di Indonesia, BCA memiliki tiga pilar penting, yaitu visi, misi, dan
tata nilai dalam menjalakan roda bisnisnya.
4.2.1 Visi BCA
Dengan menerapkan manajemen professional, BCA turut menunjang
pembangunan ekonomi Indonesia, memberikan jasa perbankan yang
47
beragam dan berkualitas tinggi, khususnya kepada nasabah retail
komersial melalui jaringan kantor cabang yang tersebar luas serta
mencapai return on assets di atas rata-rata industry perbankan nasional.
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar
penting perekonomian.
4.2.2 Misi BCA
Membangun instistusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran
dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
Memahami beragam kebutuhan nasabah dan meberikan layanan
financial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
Meningkatkan nilai “franchise” dan “stakeholders”.
4.2.3 Tata Nilai BCA
Fokus pada nasabah.
Integritas.
Kerja sama tim.
Berusaha mencapai yang terbaik.
4.3. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Bank Central Asia, Tbk Kantor Cabang
Utama (KCU) Makassar yang beralamatkan di Jalan Ahmad Yani No. 31
Makassar khususnya di bagian perkreditan.
4.4. Struktur Organisasi dan Uraian Tanggung Jawab
Struktur organisasi secara keseluruhan menunjukkan hubungan antara
fungsi-fungsi dan tanggung jawab individu yang memimpin atas masing-masing
48
fungsinya. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda
tersebut, maka kerjasama antar bagian-bagian diharapkan dapat berjalan secara
harmonis, sehingga semua kebijakan perusahaan dapat diimplementasikan
dengan baik dan tujuan organisasi dapat tercapai dengan optimal.
Adapun struktur organisasi PT. Bank Central Asia, Tbk Kantor Cabang
Utama (KCU) Makassar dan uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut
:
1. Kepala Kantor Cabang Utama (KCU)
a. Memimpin dan mengelola seluruh kegiatan kantor cabang dan
cabang pembantu wilayah kerjanya serta berkerja sama dengan
seluruh officer serta pegawai kantor cabang lainnya untuk mencapai
sasaran laba yang diinginkan
b. Mengelola dan mengembangkan rencana bisnis, mobilisasi dana dan
jasa-jasa perbankan lainnya, mementau hasil-hasil lainnya dan
memecahkan masalah yang timbul dikantor cabang.
c. Menjamin kelancaran, efisiensi dan pelayanan yang cepat dan ramah
kepada nasabah dikantor cabang.
2. Pengawasan Internal Control
a. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan
organisasi di cabang utama dan cabang-cabang pembantu.
b. Mengecek kebenaran pembukuan mutasi dan rekening yang telah
ditentukan, unit-unit kerja cabang dan cabang-cabang pembantu
terhadap pelaksanaan sistem dan prosedur yang telah ditetapkan.
c. Menyampaikan temuan dan laporan hasil pengawasan kepada
pemimpin cabang disertai dengan kesimpulan dan saran.
3. Kabag Sumber Daya Manasia (SDM)
49
a. Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalam hubungan
internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan
pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya demi kelancaran
jalannya unit kerja SDM.
b. Memonitor dan mengurus jalannya kegiatan perencanaan
administrasi dan pengembangan SDM di KCU dan KCP terkait agar
dapat tercapai efektifitas yang optimal.
4. Electronic Data Processing (EDP)
Memonitor dan melakukan koordinasi serta bertanggung jawab terhadap
sistem komunikasi dalam operasional kerja KCU dan KCP.
5. Kepala Operasional Cabang
Bertanggung jawab serta membantu tugas pemimpin cabang dalam
aktivitas operasional cabang sebagai pendukung aktivitas intern cabang,
sekaligus sebagai coordinator umum pada tingkat mekanisme bagian
masing-masing.
6. Kepala Kredit dan Pemasaran Cabang
Melakukan fungsi manajerial, memonitoring dan koordinasi secara aktif
atas jalannya kegiatan perkreditan cabang dan produk aktiva agar dapat
dicapai efektivitas yang optimal.
7. Kepala Layanan
Memonitor dan mengkoordinasi jalannya operasiaonal layanan kepada
nasabah, serta memberikan pengarahan langsung sesuai wewenangnya
demi kelancaran pelayanan.
8. Kepala Pendukung Operasi
Melakukan fungsi manajerial dan memonitor serta mengkoordinasi secara
aktif atas seluruh kegiatan sistem operasional cabang agar dapat dicapai
efektifitas yang optimal’
50
9. Account Officer (AO)
Memonitor pelaksanaan pemeriksaan bidang perkreditan, agar
mendukung terciptanya perkerditan dicabang yang baik dan benar sesuai
dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan.
10. Kabag Custumer Service Officer (CSO)
Memonitor secara aktif dan melakukan koodinasi dalam hubungan
internal atau eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan
pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya demi kelancaran
jalannya adaministrasi customer service.
11. Kabag Teller
Memonitor secara aktif dan melakukan pengarahan langsung sesuai
dengan wewenangnya atas jalannya tarnsaksi yang ditangani oleh teller,
serta mengkoordinasikan kegiatan di Front Office yang berhubungan
dengan Back Office.
12. Kabag Prioritas
Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi langsung sesuai
dengan wewenangnya atas jalannya operasional dalam lingkup nasabah
prioritas.
13. Kabag Logistik
Mengolah dan mengurus kegiatan pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, penatausahaan barang dan jasa serta administrasi
pembayaran, efektivitas dan efisiensi untuk segenap unit.
14. Kabag Keuangan dan Pembukuan
Melakukan fungsi manajerial, monitoring dan melakukan koordinasi
secara aktif atas jalannya kegiatan bidang keungan dan pembukuan agar
dicapai efektivitas yang optimal.s
15. Kabag Kredit Card
51
Memonitor dan melakukan koordinasi secara efektif serta memberikan
pengarahan langsung sesuai wewenangnya, atas jalannya operasional
credit card agar dapat dicapai hasil yang maksimal.
16. Kabag IDS
Memonitor secara aktif dan melakukan koordinasi dalan hubungan
internal atau eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan
pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran
jalannya operasional deposit.
17. Kabag ITS
Memonitor dan melakukan koordinasi secara aktif dalam hubungan
internal dan eksternal dari unit kerja yang dibawahi serta memberikan
pengarahan langsung sesuai dengan wewenangnya, demi kelancaran
operasional ITS.
52
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara dan data yang di peroleh penulis, diperoleh
informasi, sejak berdirinya Bank BCA telah bekerja keras untuk menciptakan tim
manajemen yang kuat dan professional serta ditambah lagi dengan
diterapkannya prinsip-prinsip good coorporate governance yang telah diakui
secara internasional. Bank BCA disupervisi oleh dewan Komisaris yang di pilih
berdasarkan anggota komunitas keuangan.
Dari data yang diperoleh penulis manajemen eksekutif tertinggi Bank BCA
adalah Dewan Direksi yang dipimpin oleh Direktur Utama. Bank BCA juga
memiliki beberapa komite yang menunjang berjalannya operasional perusahaan
yaitu Komite Aset dan liability, Komite Kebijakan perkreditan, Komite Kredit,
Komite Manajemen Resiko, Komite Pengarah Teknologi, dan Komite
Pertimbangan Kasus Kepegawaian. Bank BCA juga Memiliki tiga Komite yang
melakukan pengawasan atas keseluruhan operasional perusahaan dan
melakukan pertanggung jawaban kepada Dewan Komisaris yaitu Komite
Remunerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Resiko, dan Komite Audit. Fokus
Utama strategis BCA adalah pada Pertumbuhan Kualitas penyaluran kredit, dan
Efisiensi memungkinkan Bank untuk mencapai pertumbuhan berkualitas tinggi
dan meningkatkan perannya sebagai bank transaksional yang menyediakan
layanan penyelesaian pembayaran dalam
53
Mendukung tercapainya perekonomian Indonesia yang kuat dan tujuan
pembangunan nasional.
Dari data yang diperoleh penulis melalui wawancara dan dokumen,
adapun tugas pokok komite-komite yang mengawasi dan menunjang operasional
perusahaan dan prosedur pemberian kredit di Bank BCA dalam Penerapan
Prinsip-Prinsip GCG:
1. Komite Audit :
Tugas dan Tanggung Jawab Pokok
Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat profesional yang
independen kepada Dewan Komisaris terhadap penerapan tata kelola
perusahaan, yang difokuskan kepada pengawasan atas:
1. Kepatuhan Perseroan terhadap peraturan dan perundangan yang
berlaku.
2. Keandalan (reliability) laporan keuangan.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi Perseroan, dengan menitikberatkan pada
pengelolaan risiko.
4. Evaluasi fungsi audit internal sejak perencanaan, pelaksanaan audit serta
tindak lanjut hasil-hasilnya, termasuk menghadiri pembahasan hasil-hasil
audit apabila dipandang perlu.
Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut Komite Audit
membuat rencana kegiatan tahunan yang dapat menjawab, mendalami, dan
memberi keyakinan bahwa tata kelola perusahaan telah berjalan dengan
integritas tinggi dan andal. Komite Audit juga menjalin hubungan kerja yang
efektif dengan Direksi, Divisi Audit Internal, dan Auditor Eksternal maupun pihak
terkait lainnya.
Tugas dan tanggung jawab pokok Komite Audit dijabarkan sebagai berikut :
54
1. Melakukan penelaahan atas Laporan Kepatuhan terhadap Ketentuan
Kehati-hatian yang dilaporkan secara bulanan.
2. Melakukan penelaahan kepatuhan Perseroan terhadap peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan Bank.
3. Menghadiri dan membuat relasi aktif dengan asosiasi-asosiasi seperti
Paguyuban Komisaris Independen Indonesia dan Ikatan Komite Audit
Indonesia untuk memperoleh pemahaman yang mendalam atas
peraturan, perundangan serta best practices yang berkembang.
4. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
Perseroan seperti Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), Laporan Keuangan Publikasi (triwulanan)
dan secara random untuk Laporan Keuangan Bulanan on line, serta
Proyeksi dan Informasi Keuangan lainnya.
5. Melakukan penelaahan atas rencana kerja dan pelaksanaan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Divisi Audit Internal.
6. Menelaah independensi dan objektivitas Akuntan Publik.
7. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan oleh
Akuntan Publik untuk memastikan semua risiko yang penting telah
dipertimbangkan.
8. Melaporkan kepada Dewan Komisaris berbagai risiko yang dihadapi BCA.
9. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Dewan Komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan Perseroan.
10. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan KAP
kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS.
11. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja
Komite Audit.
55
2. Komite Pemantau Resiko
Tugas dan Tanggung Jawab
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia, Komite Pemantau Risiko
bertugas membantu Dewan Komisaris dalam hal keberadaan, operasi dan
efektivitas program pengelolaan risiko BCA, kebijakan dan praktik-praktik,
termasuk dan tidak terbatas pada kepatuhan atas kebijakan Bank Indonesia
terkait implementasi Basel II. Selain itu, Komite Pemantau Risiko juga bertugas
dalam memberi masukan atau rekomendasi atas toleransi risiko BCA dan
memastikan ketersediaan informasi dan implementasi dari standar, kontrol,
batasan, pedoman dan kebijakan sehubungan dengan pengukuran dan
pengelolaan risiko terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko reputasi, risiko strategis, risiko hukum dan risiko kepatuhan.
Dalam menjalankan tugas pemantauannya, Komite Pemantau Risiko
memiliki kewenangan dalam hal:
1. Menerima dan memeriksa laporan dari manajemen BCA perihal langkah-
langkah yang telah diambil untuk melakukan pengawasan dan kontrol
eksposur.
2. Melakukan pemeriksaan atas laporan tentang hal-hal signifikan yang
disiapkan oleh grup pengelolaan risiko internal dan memberikan masukan
bila diperlukan.
3. Memantau proses underwriting dan pengawasan serta kepatuhan atas
kebijakan manajemen risiko. Selain itu, Komite Pemantau Risiko
mengevaluasi kinerja manajemen terhadap kebijakan yang ada untuk
memastikan bahwa:
a) Proses pengelolaan risiko telah berjalan efektif, dan
b) Tanggung jawab Direksi dan Manajemen terkait maupun karyawan BCA
terhadap pengelolaan risiko telah didefinisikan dengan jelas.
56
4. Memantau dan mengevaluasi tugas Komite Manajemen Risiko dan
Satuan Kerja Manajemen Risiko.
5. Meminta manajemen untuk melakukan analisis atas risiko tertentu sesuai
kebutuhan dan menetapkan batasan, kontrol dan prosedur tertentu yang
disetujui Dewan Komisaris untuk memitigasi risiko.
6. Menerima laporan dan rekomendasi dari Direksi dan manajemen BCA
yang terkait sehubungan dengan masalah pengelolaan risiko yang
signifikan dan menyiapkan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.
7. Secara mandiri atau bersama Komite Audit, melakukan kaji ulang dan
diskusi tentang regulasi perbankan.
8. Membuat laporan secara periodik kepada Dewan Komisaris tentang
masalah-masalah material menyangkut pengelolaan risiko dan kepatuhan
BCA.
9. Membuat, mengkaji dan memperbaharui Pedoman dan Tata Tertib Kerja
Komite Pemantau Risiko.
3. Komite Remunerasi dan Nominasi
Tugas dan Tanggung Jawab
Misi Komite Remunerasi dan Nominasi adalah untuk mengembangkan
kualitas manajemen melalui kebijakan remunerasi dan nominasi. Misi tersebut
diwujudkan melalui tugas dan tanggung jawab pokok Komite Remunerasi dan
Nominasi sebagai berikut:
1. Mengevaluasi kebijakan remunerasi dan nominasi Perseroan.
2. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai:
a. Kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk
disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
Perseroan.
57
b. Kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif dan pegawai secara
keseluruhan untuk kemudian oleh Dewan Komisaris disampaikan kepada
Direksi.
3. Menyusun dan merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai
sistem dan prosedur pemilihan dan/atau penggantian anggota Dewan
Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS.
4. Memastikan kebijakan remunerasi telah sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia.
5. Merekomendasikan kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan
Komisaris dan/atau Direksi untuk disampaikan kepada RUPS.
6. Merekomendasikan pihak-pihak independen calon anggota Komite Audit dan
Komite Pemantau Risiko kepada Dewan Komisaris.
4. Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI)
KPTI, yang sebelumnya disebut Komite Teknologi Informasi, dibentuk
untuk meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan melalui pemanfaatan
teknologi nformasi (TI) yang tepat guna. Berikut adalah fungsi pokok KPTI:
Melakukan review dan memberikan rekomendasi rencana strategis TI
agar sejalan dengan rencana bisnis BCA.
Melakukan evaluasi secara berkala atas dukungan TI pada kegiatan
usaha BCA.
Memastikan investasi TI memberikan nilai tambah kepada perusahaan.
5. Komite Kebijakan Perkreditan (KKP)
KKP dibentuk untuk mengarahkan perumusan kebijakan perkreditan
dalam rangka pencapaian target perkreditan yang sesuai dengan prinsip kehati-
hatian. Komite tersebut berfungsi sebagai Komite Penasihat Direksi yang
bertugas antara lain memantau serta mengevaluasi penerapan kebijakan
58
perkreditan agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen serta
melakukan kajian berkala terhadap Kebijakan Dasar Perkreditan BCA. Komite
tersebut membuat laporan atas risalah rapat yang diselenggarakan sesuai
kebutuhan, sedikitnya sekali dalam 1 (satu) tahun.
6. Asset & Liability Committee (ALCO)
ALCO berfungsi antara lain untuk menetapkan kebijakan dan strategi
pengelolaan likuiditas sejalan dengan kebutuhan likuiditas bank dan
meminimalisasi idle funds. Selain itu ALCO menetapkan kebijakan dan strategi
yang berkaitan dengan risiko pasar, strategi harga serta strategi dalam penataan
portofolio investasi dan strategi penataan struktur neraca melalui antisipasi
perubahan suku bunga sehingga dapat dicapai tingkat marjin bunga bersih (Net
Interest Margin - NIM) yang optimum. Komite tersebut melaporkan realisasi
kerjanya melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas
hal tertentu. Komite tersebut mengadakan rapat minimum sekali dalam 1 (satu)
bulan.
7. Komite Kredit (KK)
KK dibentuk untuk membantu Direksi dalam mengevaluasi dan/atau
memberikan keputusan kredit sesuai batas wewenang yang ditetapkan Direksi
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar BCA dengan memperhatikan
pengembangan bisnis tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian.
Fungsi pokok KK adalah :
Memberikan pengarahan apabila perlu dilakukan analisa kredit
yang lebih mendalam dan komprehensif.
Memberikan rekomendasi atas rancangan keputusan kredit yang
diajukan oleh pemberi rekomendasi/pengusul.
59
Melakukan koordinasi dengan Asset & Liability Committee (ALCO)
dalam hal aspek pendanaan kredit dan penyesuaian suku bunga
kredit terutama untuk debitur korporasi dan komersial.
8. Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian(KPKK)
KPKK dibentuk untuk memberikan rekomendasi kepada Direksi mengenai
penyelesaian kasus kepegawaian melalui penelaahan kasus pelanggaran dan/
atau kejahatan yang dilakukan pegawai/karyawan. Dengan adanya rekomendasi
tersebut maka keputusan Direksi yang diambil dapat memenuhi prinsip keadilan
dan kesetaraan. KPKK dapat memberikan saran dan pengarahan (jika
diperlukan) kepada cabang dan wilayah dalam menangani kasus-kasus
menyangkut kepegawaian. Komite tersebut melaporkan realisasi kerjanya
melalui risalah rapat rutin dan khusus yang diadakan untuk membahas hal
tertentu.
9. Komite Manajemen Risiko (KMR)
KMR dibentuk untuk menyusun kebijakan, strategi dan pedoman
penerapan manajemen risiko, serta menyempurnakan pelaksanaan manajemen
risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan proses dan sistem manajemen
risiko yang efektif dan menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis
yang menyimpang dari prosedur normal (irregularities). Pertanggungjawaban
Komite dilaporkan melalui laporan tertulis secara berkala minimal 3 (tiga) bulan
sekali kepada Direksi. Sedangkan mengenai hasil pertemuan khusus yang
diadakan untuk membahas hal tertentu, juga dilaporkan kepada Direksi secara
tertulis.
Untuk menghadapi kegiatan operasional perbankan yang semakin
kompleks, bank-bank dituntut untuk menegakkan prinsip tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance- GCG) guna menjamin keberlangsungan
usaha. Komitmen untuk memenuhi standar tertinggi dalam pelaksanaan tata
60
kelola perusahaan merupakan salah satu unsur utama yang mendasari
ketangguhan BCA dalam menghadapi berbagai tantangan selama masa krisis
pada tahun-tahun sebelumnya. BCA telah mengembangkan berbagai langkah
untuk memastikan tata kelola perusahaan telah diterapkan dengan baik di
seluruh jenjang organisasi termasuk terus meningkatkan fungsi intermediasinya
dengan fokus pada strategi pendanaan dan pemberian kredit.
Dalam dokumen PT. Bank Central Asia, visi dan misi perusahaan
dinyatakan sebagai berikut :
Visi
Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting
perekonomian Indonesia.
Misi
• Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan
solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan.
• Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial
yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah.
• Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA.
Penulis menarik kesimpulan PT. Bank Central Asia Tbk juga memberikan
perhatian kepada seluruh pihak yang berkepentingan artinya dalam menjalankan
kegiatannya PT. Bank Central Asia tidak sekedar peduli pada pemegang saham
tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan.
Dari hasil evaluasi penulis melalui wawancara Komisaris dan Direksi
Bank BCA berkomitmen untuk menegakkan sistem perbankan yang sehat dan
kuat di Indonesia dan mentransformasi Bank BCA menjadi bank umum
terkemuka (Blue Chip Company) di kawasan Asia Tenggara (Regional Champion
Bank). Manajemen berkeyakinan bahwa cara suatu perusahaan beroperasi untuk
61
meraih tujuan merupakan hal yang sama pentingnya dengan hasil yang dicapai
maka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan
salah satu prasyarat mutlak dalam proses tranformasi ini.
BCA juga memiliki komitmen untuk mempertahankan standar tertinggi
dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance - GCG) sebagai salah satu prasyarat utama bagi keberhasilan dan
keberlanjutan usaha dan BCA menjunjung tinggi etika dan standar
profesionalisme pada seluruh jenjang organisasi.
Penerapan prinsip-prinsip GCG secara baik akan meningkatkan
kepercayaan investor dan merupakan nilai tambah bagi para pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya. Bank BCA percaya bahwa penerapan
prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik GCG diseluruh lini operasional yang
konsisten akan memberikan manfaat baik bagi bank maupun para pemangku
kepentingan lainnya dengan :
1. Meningkatkan kesungguhan manajemen dalam menerapkan prinsip-
prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi,
kewajaran dan kehati-hatian dalam pengelolaan bank.
2. Meningkatakan kinerja bank, efisiensi dan pelayanan kepada
stakeholders.
3. Mempermudah perolehan dana pembiayaan yang lebih murah yang pada
akhirnya akan meningkatkan shareholder’s values.
4. Meningkatkan minat dan kepercayaan investor.
5. Terlindunginya bank dari intervensi eksternal dan tuntutan hukum.
6. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
62
Dari hasil wawncara dan evaluasi penulis dari waktu ke waktu, BCA
senantiasa menekankan pentingnya pelaksanaan GCG secara efektif. Selama
tahun 2010, BCA terus menyempurnakan prosedur-prosedur GCG, seperti:
1. Dengan dibantu konsultan asing yang berpengalaman, memperbaharui sistem
pelaporan yang dipergunakan oleh Dewan Komisaris maupun Komite-Komite
terkait. Konsultan tersebut menyederhanakan seluruh laporan yang
disampaikan kepada Dewan Komisaris dalam bentuk “dashboard”.
Keberadaan sistem yang akan dioperasikan mulai tahun 2011 ini diyakini akan
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Dewan Komisaris berkat
kemampuan sistem ini untuk menyediakan informasi terkini secara online.
2. Senantiasa menyempurnakan kebijakan GCG sejalan dengan perubahan
peraturan atau perundang undangan yang berlaku dan praktik terbaik GCG.
3. Melakukan penyesuaian kebijakan dan prosedur internal Prinsip Mengenal
Nasabah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009
tanggal 1 Juli 2009 mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
PencegahanPendanaan Terorisme Bagi Bank Umum.
4. Melakukan penilaian menyeluruh secara berkala dalam bentuk self
assessment terhadap pelaksanaan GCG, yang meliputi 11 (sebelas) aspek
penilaian sebagaimana diatur di dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai
GCG. Self assessment tentang pelaksanaan GCG di lingkungan BCA selama
tahun 2010 menghasilkan peringkat nilai komposit 1,35 atau sama dengan
predikat “Sangat Baik”.
Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum dan peraturan-peraturan terkait
lainnya adalah pokok-pokok pelaksanaan GCG di BCA :
A. Rapat Umum Pemegang Saham
B. Dewan Komisaris dan Komite-Komite Penunjangnya
C. Direksi dan Komite-Komite Eksekutif di Bawah Direksi.
63
D. Rapat-Rapat Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Gabungan Dewan
Komisaris dan Direksi
E. Penerapan fungsi Kepatuhan, Fungsi Audit Intern, Fungsi Audit Ekstern dan
Fungsi Sekretaris Perusahaan
F. Penerapan Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Intern
G. Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait (related parties) dan Penyediaan
Dana Besar (large exposures)
H. Rencana Strategis Perseroan
I. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank yang Belum
Diungkap dalam Laporan Lainnya
J. Remunerasi dan Fasilitas Lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi
K. Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah
L. Kepemilikan Saham Anggota Dewan Komisaris dan Direksi
M. Hubungan Keuangan dan Hubungan Keluarga Anggota Dewan Komisaris dan
Direksi dengan Anggota Dewan Komisaris Lainnya, Direksi Lainnya dan/atau
Pemegang Saham Pengendali Bank.
N. Opsi Saham
O. Penyimpangan Internal
P. Permasalahan Hukum
Q. Transaksi Benturan Kepentingan
R. Pembelian Kembali Saham Perseroaan (Shares Buy Back)
S. Pemberian Dana untuk Kegiatan Sosial
5.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Bank BCA
Dari hasil wawancara dan penelitian maka penulis memperoleh informasi
mengenaii prinsip-prinsip GCG yang diterapkan di Bank BCA yang antara lain :
a. Keterbukaan (Transparency)
64
1. Bank mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh stakeholders
sesuai dengan haknya.
2. Informasi tersebut meliputi visi, misi, sasaran usaha,strategi bank, kondisi
keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko,
sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepetuhan, sistem
dan implementasi GCG serta informasi dan fakta material yang dapat
mempengaruhi keputusan modal.
3. Prinsip keterbukaan itu tetap memperhatikan ketentuan rahasia bank,
rahasia jabatan dan hak-hak pribadi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada stakeholders
yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut. Bank
BCA menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia, Badan Pengawas
Pasar Modal-Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya, serta mengumumkan kepada public mengenai
terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material yang dapat
mempengaruhi harga atau nilai efek atau keputusan investasi pemodal
secara tepat waktu dan obyektif berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. PBI No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi bank umum beserta perubahannya PBI
No.8/14/PBI/2006 tentang Perubahan atas PBI No.8/4/PBI2006
mewajibkan Bank BCA untuk melaporkan pelaksanaan GCG pada setiap
akhir tahun buku di mulai pertama kali untuk posisi laporan akhir
Desember 2007.
b. Akuntabilitas (Accountability)
65
1. Bank menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ
bank yang selaras dengan visi, misi sasaran usaha dan strategi bank
serta menetapkan kompetensi kepada organ tersebut sesuai tanggung
jawab masing-masing.
2. Dalam pengelolaannya, bank menetapkan check and balance system.
3. Bank juga memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran berdasarkan
ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate
values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki reward and
punishment system.
4. Bank meyakini bahwa semua organ organisasi Bank mempunyai
kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami
perannya dalam implementasi GCG.
c. Tanggung Jawab (Responsibility)
1. Bank berpegang pada prinsip kehatihatian (prudential banking practices)
dan menjamin kepatuahan terhadap peraturan yang berlaku.
2. Bank sebagai good corporate citizen peduli terhadap lingkungan dan
melaksanakan tanggung jawab social secara wajar.
d. Independensi (Independency)
1. Bank menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders
manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta terbebas
dari benturan kepentingan (conflict of interest).
2. Bank mengambil keputusan secara obyektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
e. kewajaran (fairness)
66
1. Bank memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan
asas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).
2. Bank memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
5.3. Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Central Asia Tbk
Perbankan sebagai lembaga keuangan mempunyai peranan yang besar
dalam menunjang keberhasilan berbagai program pemerataan pendapatan dan
kesempatan berusaha. PT Bank Central Asia Tbk sebagai salah satu bank umum
dalam hal ini telah merespon keinginan para nasabahnya yakni bukan saja bank
yang hanya mengumpulkan dana dan menerima simpanan masyarakat dalam
tabungan, deposito dan giro tetapi juga sebagai lembaga keuangan yang
memberikan perhatian terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah.
Memperhatikan peranan perbankan yang sedemikian strategis dalam mencapai
tujuan nasional dan sebagai intermediasi dalam menghimpun dana dan
menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit serta dilihat dari sumber
pendapatan utama bank, dimana sumber pendapatan utamanya adalah dari
pemberian kredit, dengan demikian dalam pemberian kredit harus
memperhatikan prinsip kehati-hatian dan melaksanakan prosedur perkreditan
yang sehat untuk menghindari masalah yang akan timbul, dikarenakan banyak
sekali terjadi kredit bermasalah di dunia perbankan antara lain kredit kurang
lancar atau kredit macet.
Kredit macet adalah keadaan dimana debitur tidak dapat memenuhi
kewajiban atas kredit yang ia peroleh dari bank, yaitu kewajiban atas
pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Oleh karena itu, tidaklah
67
mengherankan banyak bank di Indonesia, baik bank pemerintah maupun bank
swasta menerapkan aturan kredit tersendiri, peraturan yang berlaku dalam
menyalurkan dana atas pinjaman berupa kredit kepada debiturnya. Semua ini
dilakukan pihak bank untuk mengamankan bisnis bank tersebut dari bahaya
kredit macet.
Sistem pemberian kredit yang terdiri atas beberapa prosedur secara
hierarkii dan terstruktur, dimana setiap prosedur terdiri atas langkah-langkah
yang konkrit sebagai wujud nyata dari sasaran yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Adapun prosedur pemberian kredit yang diberikan oleh Bank BCA
adalah sebagai berikut :
5.3.1. Permohonan Kredit)
1. Calon debitur mengisi formulir aplikasi permohonan kredit konsumen
yang telah disediakan dengan melampirkan dokumen yang
dipersyaratkan.
2. Setelah menerima permohonan beserta lampirannya tersebut petugas
cabang melakukan pemeriksaan atas kelengkapan dab kebenaran
pengisian dananya, apabila masih ada yang belum lengkap agar
dimintakan kepada permohonan untuk dilengkapi dan apabila sampai
batas waktu yang ditetapkan masih belum juga dilengkapi maka
permohonan kredit tersebut ditolak dengan memberikan alasan secara
bijaksana.
3. Sentra kredit konsumen / KCU (termaksud capem/capem plus) setelah
menerima permohonan kredit beserta persyaratan dan kelengkapan data
pemohon, selanjutnya melakukan analisa kredit yang didasarkan pada
hasil kunjungan (on the spot) dan verifikasi terhadap permohonan yang
68
disampaikan oleh pemohon serta memintakan informasi BI (Bank
Indonesia) untuk pemohon kredit.
4. Sentra kredit konsumen / KCU (temasuk capem/capem plus) agar
meneliti secara secara seksama kontinuitas perusahaan tempat pemohon
berkerja mengingat kredit konsumtif umumnya berjangka panjang.
5. Sebelum kredit diberikan, petugas kredit wajib melakukan verifikasi atas
kebenaran kebenaran data pemohon dan informasi lainnya.
6. Setelah dilakukan verifikasi secara lengkap, pemohon kredit diproses
dengan sistem scoring.
7. Analisa pemberian kredit untuk pemohon yang telah menjadi debitur
produktif Bank BCA yaitu KI (kredit investasi) dan / atau KMK (kredit
menegah kecil) maupun nondebitur adalah menggunakan sistem scoring
kredit konsumtif.
5.3.2. Analisis dan Evaluasi Kredit
1. Kredit yang akan diproses harus diadakan penyidikan a\dan analisis
tertulis oleh pejabat pemprakarsa.
2. Apabila pejabat kredit melakukan setiap permohonan kunjungan (on the
spot) ke nasabah, maka data LKN (laporan kunjungan nasabah)
diserahkan kepada petugas administrasi kredit untuk selanjutnya
dimasukkan ke dalam data pemohon atau calon debitur.
3. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal
ini termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan daftar-daftar hitam
dan daftar-daftar kredit macet.
4. Dari data dan informasi yang diperoleh pejabat pemprakarsa melakukan
analisis dan evaluasi tingkat risiko kredit untuk kemudian menuangkan
69
hasilnya dalam formulir penilaian tinglat risiko kredit untuk kemudian
menuangkan hasilnya dalam formulir penilaian tingkat risiko kredit ( kredit
risk ranting/CRR).
5. Selain dilakukan penelitian CRR serta disimpulkan bahwa proses kredit
dapat diteruskan, maka langkah selanjutnya adalah membuat analisis dan
evaluasi kredit yang dituangkan dalam suatu memorandum analisis kredit.
6. Hasil analisis dan evaluasi kredit dituangkan dalam memorandum analisis
resiko (MAR) oleh pejabat yang ditunjuk.
5.3.3. Negosiasi Kredit
1. Setelah melakukan analisis dan evaluasi maka pejabat pemprakarsa
perlu melakukan negosiasi dengan pemohon untuk mencapai
kesempatan mengenai jumlah, struktur dan tipe kredit, kelengkapan
dokomen serta syarat dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi
pemohon.
2. Negosiasi dapat dilakukan pada setiap tahapan proses kredit sesuai
dengan keperluan analisis, dengan menggunakan berbagai sarana
antara lain telepon, faksimili, e-mail. Hasil negosiasi dituangkan dalam
bentuk notulen atau langsung dimasukkan dalam MAK (memorandum
analisis kredit)atau catatan lainnya.
5.3.4. Penetapan Struktur dan Tipe Kredit
1. Berdasarkan hasil kesimpulan analisis, evaluasi serta negosiasi, dapat
ditetapkan struktur dan tipe kredit serta ketentuannya (jangka waktu, ciri
dan tujuan pengguna kredit).
2. Pada intinya struktur dan tipe kredit terdiri atas :
a. Identitas pemohon
70
b. Jumlah pinjaman
c. Keperluan
d. Sumber pembiayaan atau dana
e. Jenis pinjaman, janka waktu, bunga, denda
f. Syarat-syarat kredit lainnya
5.3.5. Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit
1. Setelah pejabat pemrakarsa melakukan analisis dan evaluasi kdit maka
pejabat yang bersangkutan meng-up date status apalikasi pinjaman.
2. Untuk permohonan kredit yang direkomendasikan setuju, maka AO meng-
up date status pinjaman sesuai pada MAK.
3. Kemudian pejabat pemrakarsa meneruskan paket permohonan kredit
pada pejabat pemutus melalui ADK (administrasi kredit) KCU.
4. ADK mencatat tanggal penerimaan berkas dari pejabat pemrakarsa
dalam Register Permohonan Kredit KCU (RPKK) yang kemudian
meneruskan paket kredit tersebut kepada pemutus.
5.3.6. Pemberian Putusan Kredit
1. Pejabat pemutus penerima paket kredit berikut formulir PTK dari pejabat
pemrakarsa melalui ADK, dan selanjutnya memberikan putusan atas
permohonan kredit dimaksud dengan menandatangani formulir PTK.
2. Setelah kredit diputus ADK mencatat pada register putusan kredit.s
3. Kemudian ADK menyiapkan surat penolakan atau penawaran putusan
kredit (offering letter) dan menyampaikan pada pemohon.
71
5.3.7. Pencairan Kredit
1. Ketentuan
a. Pencarian kredit dilakukan setelah formulir instruksi pencarian
kredit (IPK) ditandatangani oleh pejabat yang berwenang (ADK
dan Pimpinan KCU).
b. ADK mencatat tanggal pencairan kredit dalam register
permohonan kredit KCU (RPKK).
2. Syarat penerbitan IPK
a. Surat perjanjian kredit dan surat perjanjian accessoir yang
mengikutinya telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
b. Semua dokumen yang telah ditetapkan dalam putusan kredit telah
lengkap dan telah diterima keabsahannya ( termasuk dokumen
aslinya ), serta memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang
berkaitan dengan kredit telah memberikan perlindungan bagi Bank
BCA.
c. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kredit
telah dilunasi oleh pemohon, baik secra tunai maupun overbooking
selama bukan dari rekening kredit yang diputus.
5.4. Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Terhadap
Prosedur Pemberian Kredit PT. Bank Central Asia Tbk.
Dari prosedur pemberian kredit PT. Bank Central Asia yang telah dijelaskan di
atas, Bank BCA telah menerapkan prinsip-prinsip GCG di setiap jenjang
prosedur yang di butuhkan dalam pemberian kredit yang antara lain :
72
5.4.1. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Bank harus mengungkapkan secara tepat waktu, memadai, jelas akurat
dan dapat dipertimbangkan serta mudah diakses oleh stskeholders sesuai
dengan haknya. Informasi yang harus di ungkapkan meliputi visi, misi, sasaran
usaha, dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham, cross shareholding, pejabat eksekutif,
pengeloalaan resiko (risk management), sistem pengawasan dan pengendalian
intern, status kepatuahan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian yang
dapat mempengaruhi kondisi bank.
Unsur-unsur Pertanggungjawaban (Responsibility) :
a. Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?
b. Mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat, dan dapat diperbandingkan?
c. Mengembangkan teknologi informasi manajemen?
d. Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?
e. Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang
material?
Dari hasil evaluasi penulis melalui wawancara dan kuisioner pada
prosedur pemberian kredit yang diterapkan, Bank BCA telah menerapkan
manajemen resiko yang dapat membantu menanggulangi dan meminimalisir
resiko-resiko yang akan timbul dalam pemberian kredit.
Selama krisis keuangan global tahun 2008 dan 2009, BCA menerapkan
kebijakan manajemen risiko yang terarah dan dirancang untuk memastikan
kecukupan likuiditas Bank serta untuk mempertahankan kualitas kredit. Sejalan
dengan pemulihan kondisi ekonomi, pada akhir tahun 2009 BCA telah
menyesuaikan pedoman manajemen risiko, terutama criteria pemberian
pinjaman, sehingga mencerminkan perubahan kondisi, dengan tetap menjaga
73
risk appetite secara konservatif. Pada tahun 2010 fokus manajemen risiko beralih
dari upaya untuk mengantisipasi dampak negative krisis keuangan global
terhadap Indonesia, ke arah mendukung strategi pertumbuhan Bank dengan
mengembalikan batasan minimal peringkat risiko ke tingkatan sebelum kondisi
krisis. Sepanjang tahun, BCA memperkuat usaha di bidang penyaluran kredit
dan mencari peluang bisnis baru dengan tetap menekankan pada prinsip kehati-
hatian perbankan. Tim manajemen risiko BCA mengkaji strategi dan kebijakan
kredit untuk memantau dan mengawasi risiko; selain itu juga di beberapa area
memperketat dan di beberapa area lainnya melonggarkan prosedur pemberian
kredit, wewenang, hurdle rate dan rasio minimal cakupan agunan. BCA juga
secara intensif memantau portofolio kredit terutama kredit yang bersifat massal
dan secara aktif fokus dalam pengelolaan risiko kredit padasektor-sektor
ekonomi berisiko tinggi dengan mengunakan berbagai skenario stress test.
Berkat sistem manajemen risiko yang diterapkan dengan baik, BCA
berhasil mempertahankan likuiditas, mengelola risiko operasional, dan
membatasi risiko kredit di tahun 2010. Portofolio kredit tumbuh 24,2% dengan
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan - NPL) yang stabil pada tingkat
yang rendah sebesar 0,6% ( Tabel 1) dan rasio cadangan kredit bermasalah
sebesar 394,5%. Likuiditas dapat terjaga dengan secondary reserves sebesar
Rp 64,4 triliun dan USD 1,2 miliar. Pada akhir tahun 2010, tidak terdapat indikasi
peningkatan NPL yang signifikan maupun tekanan terhadap posisi likuiditas.
Dalam hal ini Bank BCA juga melakukan fungsinya dalam pemerataan
pendapatan sebagai upaya dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap
masyarakat dengan menawarkan beberapa jenis kredit yang di butuhkan oleh
masyrakat
.
74
5.4.2. Akuntabilitas (Accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan. Bank harus meyakini bahwa bahwa semua organ organisasi bank
mempunyai kompentensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami
peranannya dalam pelaksanaan GCG.
Unsur-unsur Akuntabilitas (Accountability):
a. Terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?
b. Menetapkan penilaian kerja?
c. Membentuk Komite Audit?
d. Membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor
internal?
e. Menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?
Bank BCA telah menetapkan tanggung jawab dan pembagian tugas (job
desk) yang jelas bagi para pejabat atau masing-masing organ organisasi yang
terlibat dalam prosedur pemberian kredit serta menyedikan sarana dan
prasarana yang baik untuk menunjang dalam proses pemberian kredit, misalnya
dalam pengajuan permohonan kredit di Bank BCA tidak diperkenankan melalui
pihak ketiga, memeriksa kebenaran isi buku pembantu dan ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang secara berkala memeriksa
kecocokan angka dalam kartu pembantu dengan buku besarnya masing-masing
serta secara berkala melakukan mutasi pegawai/pejabat sehingga meminimalisir
terjadinya kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. Dalam menunjang hal ini
Bank BCA juga membentuk beberapa komite yang bertugas untuk mengawasi
jalannya operasional dan prosedur pemberian kredit antara lain, Komite
Remunerasi dan Nominasi, Komite Pemantau Resiko, Komite Kredit dan Komite
Audit.
75
5.4.3. Transparansi (Transparency)
Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Unsur-unsur Transparansi (Transparency)
a. Mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam setiap program
dan prosedur?
b. Membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan
kekuasaan?
c. Mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?
d. Berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?
Dari evaluasi penulis Bank BCA memiliki komitmen yang tinggi terhadap
aspek transparansi dalam menyampaikan informasi keuangan dan non
keuangan termasuk informasi produk dan jasa, serta penerapan pengelolaan
pengaduan nasabah. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan di BCA
telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan termasuk dalam hal kredit,
yaitu dengan secara rutin melaporkan jumlah penyaluran dan pendapatan Bank
BCA melalui pemberian kredit dan bunga kredit dalam laporan tahunannya
(BBCA Annual Report) yang di muat di situs resmi Bank BCA serta dapat diakses
oleh masyarakat. Dalam RUPS bagi para pemegang saham Bank BCA juga
melaporkan hal tersebut termasuk bila ada perubahan data-data nasabah kredit
(debitur). Dan hal ini membuktikan bahwa Bank BCA memiliki komitmen yang
tinggi untuk menjaga kepercayaan, kepentingan serta transparansi terhadap para
pemegang saham.
76
5.4.4. Kewajaran (Fairness)
Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment). Bank harus
memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Unsur-unsur Kewajaran (Fairness) :
a. Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan
pemegang saham, khususnya minoritas?
b. Membuat kebijakan untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-
kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?
c. Setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara
wajar?
Untuk senantiasa memperhatikan dan menjaga kepentingan para
pemagang saham, Bank BCA terus memberikan kesempatan kepada seluruh
stakeholders untuk memberikan masukan dan pendapat kepada pihak
manajemen melalui Rapat Umum Pemegang saham. Dalam RUPS para
pemegang saham diberikan hak untuk mengetahui segala informasi mengenai
operasional perusahaan dan hal-hal yang telah dicapai oleh pihak manajemen
termasuk jika ada perubahan yang berkaitan dengan pemberian kredit yang
mejadi fokus utama Bank BCA baik itu dari segi jenis kredit yang disalurkan oleh
Bank BCA, prosedur pemberian kredit yang diterapkan oleh pihak manajemen,
jumlah kredit dan pendapatan yang diterima oleh Bank BCA dari sektor kredit
yang merupakan fokus utama Bank BCA serta jika ada perubahan dari informasi
yang berkaitan dengan data nasabah kredit. Dalam RUPS bank BCA juga
meberikan hak kepada para pemegang saham untuk :
77
1. Menyetujui Laporan Tahunan termasuk Laporan Keuangan Perseroan
dan Laporan Tugas Pengawasan Dewan Komisaris Perseroan serta
memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et
decharge) kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris BCA atas
tindakan pengurusan dan pengawasan yang telah dilakukannya
masing-masing.
2. Memberi kuasa dan wewenang kepada Direksi untuk menentukan dan
membayar dividen final.
3. Mengambil keputusan-keputusan menyangkut struktur organisasi
misalnya perubahan Anggaran Dasar, penggabungan, peleburan,
pemisahan, pembubaran dan likuidasi Perseroan.
4. Mengangkat dan/atau mengubah susunan anggota Direksi dan Dewan
Komisaris.
5. Memutuskan penetapan gaji, tunjangan lain serta honorarium Direksi
dan Dewan Komisaris Perseroan.
6. Memberi persetujuan terhadap transaksi yang mengandung benturan
kepentingan termasuk pemeberian kredit.
7. Memberikan kuasa dan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk
menunjuk Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memperhatikan
rekomendasi dari Komit Audit.
5.4.5. Kemandirian (Independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholders manapun yang tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta
bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Bank dalam mengambil
keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.
Unsur-unsur Kemandirian (Independency) :
78
a. Dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan
kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?
b. Menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan
independen?
c. Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan
prinsip korporasi yang sehat?
d. Menghindari benturan kepentingan?
e. Memiliki peraturan tentang benturan kepentingan?
Dari evaluasi penulis melalui wawancara dan kuisioner untuk mencegah
terjadinya benturan kepentingan (conflict of interest) dan dominasi yang tidak
wajar oleh stakeholders dalam mengambil keputusan termasuk dalam hal
putusan pemberian kredit maka bank BCA melakukan pengendalian internal
yang di terapkan melalui bebarapa komite yang di tugaskan untuk mengawasi
dan memastikan prosedur pemberian dan kredit yang disalurkan seta mematuhi
peraturan dan undang-undang yang berlaku seperti Melakukan penyesuaian
kebijakan dan prosedur internal, Prinsip Mengenal Nasabah berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009
mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Maka Bank BCA membentuk Komite
Kredit untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik.
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh penulis maka diperoleh data
penyaluran kredit Bank BCA yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
yang cukup besar. Dan hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap Bank BCA oleh karena tata kelola perusahaa yang di
terapkan oleh Bank BCA berjalan dengan sangat baik sehingga berpengaruh
79
terhadap kualitas pelayanan yang duberikan oleh Bank BCA yang juga sangat
baik.
TABEL 1
Kredit - gross
(dalam miliar Rupiah)
TAHUN KREDIT
2006 61.422
2007 82.389
2008 112.784
2009 123.901
2010 153.923
Sumber : Bank Central Asia, 2011
Penulis juga memperoleh data mengenai rasio kredit bermasalah yang
dari tahun ke tahun mengalami tren yang semakin menurun dan hal ini dapat
menjadi salah satu bukti bahwa prosedur pemberian kredit di Bank BCA telah
dilaksanakan dengan sangat baik yang ditandai dengan rendahnya persentase
kredit bermasalah dan tingginya penyaluran kredit di Bank BCA. Hal ini juga
dapat menjadi bukti bahwa penerapan Prinsip-prinsip good corporate
governance di Bank BCA telah meningkatakan efisiensi dan efektifitas prosedur
dan penyaluran kredit di Bank BCA.
TABEL 2
Rasio Kredit Bermasalah
(Non Performing Loan – NPL(%))
TAHUN KREDIT
2006 1,3
2007 0,8
2008 0,6
2009 0,7
2010 0,6
Sumber : Bank Central Asia, 2011
80
BAB VI
KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan
Dalam melakukan penelitian di PT. Bank Central Asia (Persero) Tbk
untuk mengevaluasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance, maka
peneliti menyebarkan kuisioner yang mengungkapkan mengenai penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance terhadap prosedur pemberian
kredit. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan :
5. Penerapan prinsip Transparansi pada PT. Bank Central Asia Tbk telah
dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan bank mengungkapkan
informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
diperbandingkan serta dapat diakses oleh stakeholders sesuai dengan
haknya dan menerapkan manajemen resiko dalam penyaluran kredit.
6. Penerapan prinsip Akuntabilitas pada PT. Bank Cental Asia Tbk telah
dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank menetapkan
tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ bank yang selaras
dengan visi, misi sasaran usaha dan strategi bank serta menetapkan
kompetensi kepada organ tersebut sesuai tanggung jawab masing-
masing.
7. Penerapan Prinsip Pertanggungjawaban pada PT. Bank Central Asia Tbk
telah dulakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank berpegang
pada prinsip kehatihatian (prudential banking practices) dan menjamin
81
kepatuahan terhadap peraturan yang berlaku atas prosedur pemberian
kreditnya.
4. Penerapan Prinsip Kewajaran pada PT. Bank Central Asia Tbktelah
dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank memberikan
kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan
dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
5. Penerapan Prinsip Kemandirian pada PT. bank Central asia telah
dilakukan dengan sangat baik. Ditandai dengan Bank mengambil
keputusan secara obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak
manapun terhadap penyaluran kreditnya.
Bank BCA berusaha menciptakan iklim usaha yang bersih dan sehat
dengan berusaha menekan perilaku fraud pada prosedur pemberian kredit
yang di terapkan di perusahaan tersebut dengan menerapkan prinsip-prinsip
good corporate governance pada prosedur pemberian kredit. Dari penelitian
ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh penerapan prinsip-prinsip good
corporate governance terhadap prosedur pemberian kredit.
Sejak pertama kali bank BCA menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance sampai saat ini berhasil menekan tingkat resiko kredit dengan
tren semakin menurun.
6.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran
Karena penelitian ini adalah sebuah studi kasus maka terdapat beberapa
keterbatasan dalam pembuatannya. Pertama, hasil dari penelitian ini hanya
berasal dari satu perusahaan saja dengan fokus perbankan umum atau
konvensional dan tidak menyangkut perbankan model lain (syariah) dan
82
terbatasnya waktu yang dikumpulkan yaitu kurang dari satu bulan.
Perpanjangan waktu penelitian (problem engagement ini field) sulit dilakukan
karena penelitian dibatasi oleh perusahaan untuk menjaga kinerja para
karyawan. Kedua, meskipun penelitian ini dalam interpretasi data atau fakta
yang disajikan dapat mengalami bias karena sifat subjektifitas dari peneliti.
Hasil dari wawancara, narasi dalam annual report dan gambar dapat salah
interpretasi karena data dan fakta yang di analisis ada yang tanpa
pengesahaan dari pihak ketiga yang tidak memihak/netral. Meskipun
demikian, hal-hal di atas seharusnya bukan menjadi suatu masalah karena
apapun pendekatannya atau paradigma penelitian yang digunakan, tidak ada
yang bebas dari bias subjektifitas.
Akhirnya, dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada pada
penelitian ini, penelitian yang akan datang diharapkan dapat melibatkan lebih
banyak bank dan dengan berbagai model, baik konvensional maupun syariah.
Serta waktu yang digunakan dalam meneliti. Hendaknya lebih panjang,
karena semakin lama waktunya , maka data yang didapat akan semakin
lengkap dan validitasnya lebih terjamin.
83
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2004, Booklet Perbankan Indonesia, Direktorat Perizinan dan
Informasi Pebankan.
Bank, World, 2005, Corporate Governance Country Assessment: Republic of Indonesia, Jakarta.
Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT. Rajagrafido Persada:
Jakarta.
Chinn, Richard, 2000. Corporate Governance handbook, Gee Publishing Ltd. London
Faisal, 2004, Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance, Simposium nasional VII, Ikatan Akuntansi Indonesia.
Forum for Corporate Governance in Indonesis (FCGI), Tata Kelola Perusahaan
Jilid 1 EDISI ke-4, PricewaterhouseCopers dan FCGI, Jakarta: 2005.
Ghufron, M, 2008, “69,3%Bank Tak Patuhi GCG”, www.jurnalnasional.com@2008, PT. Media Nusantara Pradana.
Effendi, Arief, 2005, Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 1, No. 1, Jakarta.
Moeljono, Djokosantoso, 2005, “Good Corporate Culture Sebagai Inti Dari Good Corporate Governance”, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Moesono, A, 2001, “Metode Pengumpulan Data Kualitatif: Focus Group Discussion”, Pelatihan Metode Penelitian Tingkat Lanjut, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, LPUI.
Moh, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance pada badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, Alfabeta, Bandung.
Nyoman Tjager, 23-24 Jan 2003, GCG Indonesia Rendah, Seminar nasional GCG, Bali.
Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003, Penerapan Manajemen Resiko Bagi Bank Umum, Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006, Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, Indonesia.
85
DAFTAR PERTAYAAN
Perihal: Pengajuan pertanyaan untuk penelitian
Kepada
Responden yang terhormat
Di tempat
Dengan hormat,
Saya adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi
Universitas Hasanuddin. Saat ini, saya sedang dalam tahap penyelesaian tugas
akhir dengan melakukan penelitian di tempat Bapak/Ibu. Penelitian ini mengenai
“Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Terhadap Prosedur Pemberian Kredit Pada Lembaga Perbankan”
Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk membantu peneliti
memperoleh data yang dibutuhkan. Pendapat Bapak/Ibu merupakan data yang
sangat berarti dalam menentukan keberhasilan penelitian ini.
Penelitian ini hanya semata-mata digunakan bagi pendidikan dan ilmu
pengetahuan, dan saya berjanji akan menjaga kerahasiaannya jika hal tersebut
menyangkut kerahasiaan perusahaan.
Demikian permohonan ini, terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
Makassar, 12 Desember 2011
Hormat saya,
Andrew Mikha Pasorong
Peneliti
86
Evaluasi Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Transparansi (Transparency)
Bank harus mengungkapkan secara tepat waktu, memadai, jelas akurat
dan dapat dipertimbangkan serta mudah diakses oleh stskeholders
sesuai dengan haknya. Informasi yang harus di ungkapkan meliputi visi,
misi, sasaran usaha, dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham, cross
shareholding, pejabat eksekutif, pengeloalaan resiko (risk management),
sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuahan, sistem
dan pelaksanaan GCG serta kejadian yang dapat mempengaruhi kondisi
bank.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah perusahaan anda Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?
Apakah perusahaan anda sudah mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan?
Apakah perusahaan anda Mengembangkan teknologi informasi manajemen?
Apakah perusahaan anda Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?
Apakah perusahaan anda Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material?
Akuntabilitas (Accountability)
Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan
strategi perusahaan. Bank harus meyakini bahwa bahwa semua organ
organisasi bank mempunyai kompentensi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan memahami peranannya dalam pelaksanaan GCG.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah pada perusahaan anda sudah terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?
Apakah perusahaan anda menetapkan penilaian kerja?
87
Apakah Perusahaan anda membentuk Komite Audit?
Apakah perusahaan anda membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor internal?
Apakah perusahaan Anda menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?
Pertanggungjawaban (Responsibility)
Kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pertayaan Ya Tidak
Apakah perusahaan anda mempertimbangkan tanggung jawab sosial dalam setiap program dan prosedur?
Apakah perusahaan anda membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan kekuasaan?
Apakah perusahaan anda mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?
Apakah perusahaan anda berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?
Kewajaran (Fairness)
Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment). Bank
harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah perusahaan anda Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan pemegang saham, khususnya minoritas?
Apakah perusahaan anda membuat kebijakan
88
untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?
Apakah setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara wajar?
Kemandirian (Independency)
Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholders manapun yang tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak
serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest). Bank dalam
mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala tekanan dari
pihak manapun.
Pertanyaan Ya Tidak
Apakah dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?
Apakah perusahaan anda menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan independen?
Apakah perusahaan anda Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat?
Apakah perusahaan anda berusaha untuk menghindari benturan kepentingan?
Apakah perusahaan memiliki peraturan tentang benturan kepentingan?
Evaluasi Penerapan GCG terhadap prosedur pemberian kredit
No Pertanyaan Ya Tidak Komentar
1
2
3
4
Apakah permohonan kredit sebelum dianalisa telah mendapat petunjuk/pengarahan terlebih dahulu? Apakah pengajuan permohonan kredit tidak melalui pihak ketiga/broker? Apakah nasabah memperoleh berbagai kredit di cabang
89
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
tersebut? Apakah pemutusan pemberian kredit didukung oleh analisa prosedur kredit yang lazim? Apakah pemutusan pemberian kredit dilakuakn atas dasar ketentuan yang berlaku? Apakah penandatanganan perjajian kredit telah lengkap? Apakah kreditur lancar (tingkat kolektibilitas nasabah debitur di atas 95%)? Apakah pembukuan rekening debitur dilakukan atas dasar ketentuan yang berlaku? Apakah pembukuan rekening dilakuakan setelah syarat-syarat putusan kredit dipenuhi oleh nasabah? Apakah kredit telah diberikan penggunaannya sesuai dengan tujuan permohonannya? Apakah nasabah aktif menyampaikan laporan keuangan kegiatan usahanya/posisi stock secara teratur? Apakah semua kredit yang diberikan selalu dibuatkan ikatan perjanjian yang lengkap? Apakah pembuatan nota perhitungan bunga tiap bulandikirimkan pula kebagian pembukuan/administrasi secara rutin? Apakah target pendapatan bunga kredit dibandingkan kolektibilitasnya telah tercapai? Apakah pemungutan denda overdue telah dilaksanakan?
90
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Apakah setiap perjanjian kredit yang akan jatuh tempo telah diproses peneyelesaiannya atau perpanjangannya sehingga tidak ditemui adanya overdue? Apakah penyimpanan filling dokumen-dokumen kredit dilakukan dengan tertip dan teratur? Bila ada perubahan data-data nasabah, apakah sudah disampaikan petugas yang mengelolanya? Apakah map-map disimpan secara aman dan sistematis sehingga mudah untuk diambil dan dikembalikan? Apakah dokumen-dokumen asli semuanya telah disimpan dengan baik? Apakah angka dalam kartu pembantu perkreditan setiap bulan dicocokkan dengan buku besarnya masing-masing setiap bulan? Apakah kartu debitur/buku pembantu telah dikelola dengan baik sebagai alat pengawasan? Apakah penyusunan buku pembantu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan? Apakah keabsahan dan kebenaran isi buku pembantu telah diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang? Apakah penggolongan kolektivitas kredit telah sesuai dengan ketentuan? Apakah administrasi perkreditan lainnya telah dilaksanakan dengan cermat dan tepat?
91
31
32
33
Apakah administrasi pendapatan kredit telah dilakukan dengan benar? Apakah diadakan mutasi pegawai/pejabat secara teratur? Apakah organiasasi/pembagian kerja telah memedai? Apakah presarana kerja kerja yang diperlukan telah memadai? Apakah pengetahuan dan kecakapan para petugas telah memadai? Apakah waktu yang diperlukan untuk menghitung bunga dan pembuatan nota debet sudah sesuai dengan waktu yang ditentukan? Apakah tata cara pemberian cek/bilyet giro untuk debitur telah benar?
92
TABEL TABULASI KUISIONER PENELITIAN
Kuisioner yang disebar : 5
Nilai : 1 (Ya)
0 (Tidak)
A. Transparansi (Transparency)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
Apakah perusahaan anda Mengembangkan sistem akuntansi berdasarkan standar akuntasi?
Apakah perusahaan anda sudah mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan?
Apakah perusahaan anda Mengembangkan teknologi informasi manajemen?
Apakah perusahaan anda Menerapkan manajemen resiko dalam tingkatan perusahaan?
Apakah perusahaan anda Mempublikasikan informasi keuangan dan informasi lain yang material?
Apakah kreditur lancar (tingkat kolektibilitas nasabah debitur di atas 95%)?
Apakah kredit telah diberikan penggunaannya sesuai dengan tujuan permohonannya?
Apakah nasabah aktif menyampaikan laporan keuangan kegiatan usahanya/posisi stock secara teratur?
Bila ada perubahan data-data nasabah, apakah sudah disampaikan petugas yang mengelolanya?
Apakah map-map disimpan secara aman dan sistematis sehingga mudah untuk diambil dan dikembalikan?
Apakah dokumen-dokumen asli semuanya telah disimpan dengan baik?
93
B. Akuntabilitas (Accountability)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
Apakah pada perusahaan anda sudah terdapat pembagian tugas (job desk) yang jelas?
Apakah perusahaan anda menetapkan penilaian kerja?
Apakah Perusahaan anda membentuk Komite Audit?
Apakah perusahaan anda membentuk dan menetapkan kembali peran dan fungsi auditor internal?
Apakah perusahaan Anda menggunakan auditor eksternal yang berkualitas dan independen?
Apakah semua kredit yang diberikan selalu dibuatkan ikatan perjanjian yang lengkap?
Apakah pembuatan nota perhitungan bunga tiap bulandikirimkan pula kebagian pembukuan/administrasi secara rutin?
Apakah target pendapatan bunga kredit dibandingkan kolektibilitasnya telah tercapai?
Apakah pemungutan denda overdue telah dilaksanakan?
Apakah kartu debitur/buku pembantu telah dikelola dengan baik sebagai alat pengawasan?
Apakah keabsahan dan kebenaran isi buku pembantu telah diperiksa dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang?
Apakah diadakan mutasi pegawai/pejabat secara teratur?
Apakah organiasasi/pembagian kerja telah memedai?
C. Pertanggungjawaban (Responsibility)
NO PERTAYAAN YA TIDAK
Apakah perusahaan anda mempertimbangkan
94
tanggung jawab sosial dalam setiap program dan
prosedur?
Apakah perusahaan anda membuat peraturan-peraturan dalam menghindari penyalahgunaan kekuasaan?
Apakah perusahaan anda mengedepankan profesionalisme dan pematuhan etika perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku?
Apakah perusahaan anda berusaha menciptakan lingkungan bisnis yang baik dan terpercaya?
Apakah nasabah memperoleh berbagai kredit di cabang tersebut?
Apakah pemutusan pemberian kredit didukung oleh analisa prosedur kredit yang lazim?
Apakah pemutusan pemberian kredit dilakuakn atas dasar ketentuan yang berlaku?
Apakah penandatanganan perjajian kredit telah lengkap?
Apakah pembukuan rekening debitur dilakukan atas dasar ketentuan yang berlaku?
Apakah pembukuan rekening dilakuakan setelah syarat-syarat putusan kredit dipenuhi oleh nasabah?
Apakah angka dalam kartu pembantu perkreditan setiap bulan dicocokkan dengan buku besarnya masing-masing setiap bulan?
Apakah administrasi perkreditan lainnya telah dilaksanakan dengan cermat dan tepat?
Apakah penggolongan kolektivitas kredit telah sesuai dengan ketentuan?
Apakah administrasi pendapatan kredit telah dilakukan dengan benar?
D. Kewajaran (Fairness)
NO PERTAYAAN YA TIDAK
95
Apakah perusahaan anda Menetapkan aturan perusahaan untuk melindungi kepentingan pemegang saham, khususnya minoritas?
Apakah perusahaan anda membuat kebijakan untuk memproteksi perushaan dari kesalahan-kesalahan yang bias timbul dari dalam perusahaan?
Apakah setiap informasi sudah diungkapkan dan dipublikasikan secara wajar?
Apakah permohonan kredit sebelum dianalisa telah mendapat petunjuk/pengarahan terlebih dahulu?
Apakah setiap perjanjian kredit yang akan jatuh tempo telah diproses peneyelesaiannya atau perpanjangannya sehingga tidak ditemui adanya overdue?
Apakah penyimpanan filling dokumen-dokumen kredit dilakukan dengan tertip dan teratur?
Apakah penyusunan buku pembantu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan?
Apakah tata cara pemberian cek/bilyet giro untuk debitur telah benar?
E. Kemandirian (Independency)
NO PERTANYAAN YA TIDAK
Apakah dalam pengambilan keputusan tidak ada pengaruh dan kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu?
Apakah perusahaan anda menggunakan tenaga ahli yang bekerja secara professional dan independen?
Apakah perusahaan anda Tidak melibatkan pengaruh pihak luar yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat?
Apakah perusahaan anda berusaha untuk menghindari benturan kepentingan?
Apakah pengajuan permohonan kredit tidak melalui pihak ketiga/broker?