EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

5
174 Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4 Volume 2 Tahun 2019 I. PENDAHULUAN Menghias kampung dengan mural telah menjadi gerakan seni khususnya di pulau Jawa, dan sebagian kampung telah menjadi kawasan wisata. Melalui penelusuran berita, pustaka dan wawancara kepada beberapa nara sumber, setidaknya ada 25 lokasi kampung di Pulau Jawa yang dihiasi dengan mural seperti pada tabel di bawah ini, walapun data ini masih terus berkembang seiring dengan waktu. Gambar 1. Daftar nama Kampung Kota di Pulau Jawa yang dihiasi dengan mural (Sumber: Irwandi, 2019) EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI MURAL KOMUNITAS DI KAMPUNG KOTA Ernest Irwandi 1) , Setiawan Sabana 2) , dan Andryanto Rikrik Kusmara 3) 1 [email protected] Institut Teknologi Bandung 2 [email protected] Institut Teknologi Bandung 3 [email protected] Institut Teknologi Bandung ABSTRACT Mural art does not only function as decoration but it is an art activity that impact social life. Decorating villages with murals has become an art movement across Java. Creation of mural in these villages involves many stakeholders (government, universities, students, artists), which can be considered as participatory art, that emphasize on collaboration and shared experiences. In participatory art, artists’ and facilitator role is to en- courage community creativity. This research focuses on art community murals using participatory action re- search approach. This research aim to analyze collaborative art creation models, and examine how art can empower a community. Keywords: participatory, community murals, collaboration, empowerment. Melihat fenomena seni mural yang berkembang belakang ini khususnya di kampung kota di Pulau Jawa, menunjukkan pastisipasi masyarakat untuk mempertahan-kan eksitensi tempat tinggalnya. Tembok-tembok telah diubah oleh warga menjadi vista ekspresi dan kampung menjadi ruang kreativitas bersama. Kegiatan pembuatan karya mural berbasis komunitas telah banyak dilakukan dengan model- model kreativitas yang sangat beragam. Sebagai salah satu contoh adalah kegiatan yang pernah dialami oleh penulis, ketika pada tahun 2016 penulis dan kelompok mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual bersama dengan warga mengerjakan karya mural di Kampung Pondok Pucung, RT/RW 05 & 06/02, Tangerang Selatan. Kegiatan awalnya dilakukan untuk perapihan lingkungan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Berdasarkan observasi lapangan dan informasi dari wawancara kepada Bapak Syarifudin selaku Ketua RW02, ditemukan bahwa kondisi Kampung Pondok Pucung semakin hari semakin sempit seiring dengan bertambahnya penduduk, karena mulai berkurangnya lahan kosong tempat anak- anak bermain, alhasil anak-anak mulai mengisi waktu luang mereka dengan cara-cara yang lain. Salah satu yang menjadi kebiasaan negatif adalah vandalisme terlihat dari tembok-tembok sekitar Pondok Pucung yang banyak dicoret-coret.

Transcript of EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

Page 1: EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

174

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

I. PENDAHULUAN

Menghias kampung dengan mural telahmenjadi gerakan seni khususnya di pulau Jawa, dansebagian kampung telah menjadi kawasan wisata.Melalui penelusuran berita, pustaka dan wawancarakepada beberapa nara sumber, setidaknya ada 25lokasi kampung di Pulau Jawa yang dihiasi denganmural seperti pada tabel di bawah ini, walapun dataini masih terus berkembang seiring dengan waktu.

Gambar 1. Daftar nama Kampung Kota di PulauJawa yang dihiasi dengan mural

(Sumber: Irwandi, 2019)

EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI MURALKOMUNITAS DI KAMPUNG KOTA

Ernest Irwandi 1), Setiawan Sabana2), dan Andryanto Rikrik Kusmara3)

1 [email protected] Teknologi Bandung

2 [email protected] Teknologi Bandung

3 [email protected] Teknologi Bandung

ABSTRACT

Mural art does not only function as decoration but it is an art activity that impact social life. Decorating villageswith murals has become an art movement across Java. Creation of mural in these villages involves manystakeholders (government, universities, students, artists), which can be considered as participatory art, thatemphasize on collaboration and shared experiences. In participatory art, artists’ and facilitator role is to en-courage community creativity. This research focuses on art community murals using participatory action re-search approach. This research aim to analyze collaborative art creation models, and examine how art canempower a community.

Keywords: participatory, community murals, collaboration, empowerment.

Melihat fenomena seni mural yangberkembang belakang ini khususnya di kampung kotadi Pulau Jawa, menunjukkan pastisipasi masyarakatuntuk mempertahan-kan eksitensi tempat tinggalnya.Tembok-tembok telah diubah oleh warga menjadi vistaekspresi dan kampung menjadi ruang kreativitasbersama.

Kegiatan pembuatan karya mural berbasiskomunitas telah banyak dilakukan dengan model-model kreativitas yang sangat beragam. Sebagai salahsatu contoh adalah kegiatan yang pernah dialami olehpenulis, ketika pada tahun 2016 penulis dan kelompokmahasiswa program studi Desain Komunikasi Visualbersama dengan warga mengerjakan karya mural diKampung Pondok Pucung, RT/RW 05 & 06/02,Tangerang Selatan. Kegiatan awalnya dilakukan untukperapihan lingkungan sebagai bentuk pengabdiankepada masyarakat. Berdasarkan observasi lapangandan informasi dari wawancara kepada Bapak Syarifudinselaku Ketua RW02, ditemukan bahwa kondisiKampung Pondok Pucung semakin hari semakinsempit seiring dengan bertambahnya penduduk,karena mulai berkurangnya lahan kosong tempat anak-anak bermain, alhasil anak-anak mulai mengisi waktuluang mereka dengan cara-cara yang lain. Salah satuyang menjadi kebiasaan negatif adalah vandalismeterlihat dari tembok-tembok sekitar Pondok Pucungyang banyak dicoret-coret.

Page 2: EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

175

Evaluasi Pendekatan Partisipatori dalam Seni, Studi Mural Komunitas ... - Ernest Irwandi, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 2. Kiri atas- foto kondisi awal KampungPondok Pucung; kiri bawah- foto pembuatan mural

di Kampung Pondok Pucung 2016; Tengah atas dankanan atas- foto pelatihan seni; kanan bawah-fotoKomunitas Pemuda Pondok Pucung dalam acara

Ambreg 2017.(Sumber: Ernest Irwandi)

Dalam rangka perbaikan l ingkungan,pembuatan mural dipilih menjadi salah satu kegiatanpengabdian kepada masyarakat. Kolaborasi menjadidasar dalam proses pembuatan mural, denganmengutamakan keterlibatan warga dalam menentukangagasan hingga proses pembuatan mural. Tema-temayang diangkat adalah pesan-pesan positif yangditujukkan kepada warga generasi muda. Kata-katayang ditulis serta figur yang dilukis merupakan sarandari Ketua RW Bapak Syarifuddin. Kegiatan inimengundang perhatian warga dan komunitas dari luarkampung Pondok Pucung sehingga berjalan dengansangat semarak dan ramai pengunjung. Sebagaikelanjutan kegiatan pengabdian kepada masyarakat,pada tahun 2017 dilakukan juga pelatihan dan edukasiseni kepada pemuda Pondok Pucung. Rangkaiankegiatan yang panjang akhirnya berdampak padaterbentuknya komunitas Pemuda Pondok Pucungdengan ditandai dengan acara ‘Ambreg’. Kegiatanpembuatan mural berbasis komunitas ini adalah titikawal penelitian tentang seni mural komunitas denganpendekatan partisipatori, yang sedang dilakukan olehpenulis.

II. KAJIAN LITERATUR

Aktiv itas seni rupa kontemporer yangdiciptakan melalui proses partisipatif telah banyakmenarik perhatian publik. Salah satu gerakan senipartisipatif adalah gerakan mural komunitas. Senimural berbasis komunitas telah bergerak menujumodel-model praktik seni di luar studio , keistimewaanseni mural komunitas tidak hanya pada objek seni,tetapi juga pada ruang yang merupakan situs produksi

dan terjadi proses interaksi dan dialog (Barnett, 1984).Seni rupa partisipatif adalah sebuah pendekatan karyaseni yang melibatkan partisipasi masyarakat ke dalamproses kreasi, di mana partisipan berperan sebagaipenulis, editor sekaligus pengamat. Proses penciptaankarya seni partisipatif menitik-beratkan pada beberapakata kunci antara lain: tingkat keterlibatan, kolaboratif,komunal, fasilitator dan melibatkan berbagai pemangkukepentingan (Kelly, 2014. Konteks dan konten senidalam pendekatan seni partisipatoris, cenderungspesifik pada suatu permasalahan di suatu lokasi ataukondisi. Diskursus dalam ranah seni yang terkaitdengan seni partisipatif, antara lain: seni relasional,seni kolaborasi, dimensi dialogis dalam seni, seniruang publik dan seni berbasis komunitas. Pendekatanseni partisipatif juga menuai kritik terutama ketikaseniman atau kelompok seni masuk ke dalamkomunitas dengan ide-ide personal, maka di dalamproses kreasi seni partisipatif, sangat diperlukanketerbukaan terhadap ide-ide yang berkembang.

Proses kreasi seni partisipatif adalahpergeseran dari model produksi yang berangkat dariwilayah subjektif seniman ke model partisipatif di manapengalaman bersama dalam berkarya merupakan halyang paling penting. Pendekatan ‘Seni Partisipatif’ danpendekatan ‘Desain Partisipatif ’ seringkalimenggunakan faktor-faktor kunci yang serupa.Pendekatan ‘Desain Partisipatif’ atau sering dikenaldengan istilah desain kolaboratif dan desain berbasispengguna (user generated design) berpusat padahubungan antara desainer dengan pengguna.Walaupun ada kemiripan di dalam wilayah interpretasi,antara relasi seniman dengan penglihat atau relasiantara desainer dengan pengguna, wilayah senimeletakkan aspek interpretasi pemirsa secara lebihlonggar sedangkan wilayah desain memerlukanpertimbangan yang lebih ketat terutama pada aspekkenyamanan dan ergonomi.

Di dalam proses desain tradisional, penelitibertindak sebagai penerjemah antara pengguna danperancang, sedangkan dalam desain kolaboratif-partisipatif, seringkali mengharuskan peneliti untukmengganti berbagai peran di dalam tahap-tahappenelitiannya, di dalam kondisi tertentu penelitiberperan sebagai pemimpin, pembimbing, pengamatdan fasilitator.

Dalam penggunaan pendekatan partisipatori,tangga Arnstein masih menjadi sebuah panduan awalbagi peneliti, terutama untuk mengetahui kondisi nyataberada di dalam tingkatan tertentu (Arnstein, 1969).Arnstein menggunakan analogi tangga untukmenjelaskan tahapan antara lain:

Page 3: EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

176

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 3. Tangga partisipatori Arnstein 1969(Sumber: Kindon, Pain dan Kesby 2007)

a) Pertama Manipulation dan kedua Therapy / Edu-cationPada anak tangga pertama dan kedua, Arnsteinmenjelaskan bahwa pada tahap ini partisipasiberada dalam posisi terendah, ketika pemegangkekuasaan atau fasi litator mendidik untukmengubah sikap warga dalam rangka mendapatkandukungan publik demi kesuksesan pemegangkekuasaan.

b) InformingPada anak tangga ketiga, tingkat partisipasisemakin meningkat walaupun masih rendah. Padatahap ini fasilitator memberikan informasi satuarah. Informasi disampaikan kepada warga tetapiwarga tidak diberikan peluang untuk berkontribusiterhadap keputusan-keputusan.

c) ConsultationPada anak tangga keempat, pemegang kekuasaanatau fasilitator memberikan saran atau arahankepada warga. Warga diberikan peluang untukmemberikan pandangannya. Walaupun pandanganwarga didengar dan diperoleh melalui berbagai cara,warga tidak terlibat dalam pengambilan keputusan.

d) PlacationPada anak tangga kelima adalah penempatanwarga ke dalam sebuah forum. Warga diberikankesempatan untuk berperan aktif sebagaipembentuk opini dan gagasan tetapi keputusanakhir tetap ada pada fasilitator atau pemegangkekuasaan.

e) PartnershipPada anak tangga keenam adalah kemitraan. Padatingkat ini adanya negosiasi dan keterlibatan wargadalam pengambilan keputusan. Komunikasi duaarah antara pemegang kekuasaan dengan warga.

f) Delegated powerPada anak tangga ketujuh Kekuasaandidelegasikan kepada warga untuk membuatkeputusan. Fasilitator menetapkan keputusanbersama dan warga memiliki wewenang untukmemastikan akuntabilitas.

g) Citizen ControlPada anak tangga kedelapan Warga memilikikendali penuh dalam menangani seluruhperencanaan, membuat kebijakan, dan mengelolaprogram.

Berdasarkan konsep tangga Arnstein, tingkatpartisipasi tampak cukup jelas terutama dalammenggambarkan bagaimana posisi pemangkukepentingan, pemegang kekuasaan dan wargaterutama dalam membuat atau menyesuaikan solusi.Tangga Arnstein juga dapat dipahami sebagai suatuproses penuntunan atau pemberdayaan ke tingkatakhir yaitu citizen control di mana warga memilikikendali penuh atas gagasan dan implementasinya.Tantangan dari pendekatan partisipatori adalahbagaimana menyatukan berbagai hal. Penerapanpendekatan partisipatori dalam ranah seni dan desainmemberikan tantangan baru karena seniman ataudesainer tidak bekerja seorang diri atau dalamkelompok dengan aliran yang sama, maka sangatmemungkinkan untuk terjadi gagasan-gagasan yangsaling bertentangan. Walaupun demikian tantanganyang menarik di dalam proses ini adalah, bagaimanafasilitator dapat menyatukan berbagai hal untukmembuka kemungkinan baru. Konsep tangga Arnsteinmemudahkan pengertian mengenai tingkat partisipasiwarga, namun konsep batas antara anak tangga yangdipaparkan oleh Arnstein menuai pertanyaan lebihlanjut. Selain batasan setiap anak tangga, modeltangga Arnstein seringkali diandaikan sebagai prosesyang bergerak secara linear, padahal dalam kenyataanseringkali proses bertumpang tindih di antara duatingkatan atau lebih. Dalam perkembangannyapendekatan partisiatori sering digabungkan denganpenelitian tindakan atau Action Research. MenurutKemmis dan McTaggart (1988), proses analisis dalammodel partisipatif adalah suatu praktik dialektis, reflektifmengenai transformasi sosial.

Page 4: EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

177

Evaluasi Pendekatan Partisipatori dalam Seni, Studi Mural Komunitas ... - Ernest Irwandi, dkk.

Volume 2 Tahun 2019

Gambar 4. Model Action Research Kemmisdan McTaggart 1988 (Sumber: Burns, 2010)

Menurut McTaggart, Participatory Action Re-search (PAR) dikembangkan sebagai sarana untukmeningkatkan dan menginformasikan praktik sosial,ekonomi, dan budaya. PAR pada prinsipnya adalahsekelompok kegiatan di mana individu dengankekuatan, status tertentu yang memiliki pengaruh yangberbeda, berkolaborasi ke dalam suatu konteksmasalah (McTaggart, 1991).

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini berusaha untuk menggali,mengkaji dan memperoleh gambaran tentang fungsimural pada perubahan perilaku masyarakat diKampung Pelangi dan dengan melakukan analisisterhadap beberapa faktor kunci seperti kearifan lokal,kekuatan sosial yang ada dan model kreasi senikolaboratif. Penelitian ini bersifat kualitatif denganpendekatan campuran.

Gambar 5. Proses pembentukan gagasan untukvisualisasi mural (Sumber: Irwandi, 2019)

Tahap awal penelit ian berupaya untukmemahami nilai-nilai lokal dan potensi lokal sebagailandasan gagasan visual untuk mural. Penelitianmenggunakan pendekatan partisi-patori dalam prosespembuatan mural.

Gambar 6. Gagasan tentang model PAR yang akandigunakan dalam pendekatan penelitian bagian.Berdasarkan model PAR Anrstein, Kemmis dan

McTaggart (Sumber: Irwandi, 2019)

Pendekatan partisipatori digunakan dalampenelitian ini guna menggali potensi kreatif,menghubungkan komunitas-komunitas sertamemahami model-model kreasi seni kolaboratif yangdapat diterapkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada akhir tahun 2018 diKampung Wonosari Kecamatan Randusari Semarang,atau saat ini dikenal sebagai Kampung Pelangi.Kampung Pelangi termasuk dalam program KampungTematik yang merupakan salah satu upayaPemerintah Kota Semarang untuk meningkatkankualitas lingkungan dengan memperhatikan faktorseperti: perbaikan kondisi lingkungan, penghijauan,mengangkat potensi sosial dan ekonomi melalui pro-gram pemberdayaan, mening-katkan karakter budayaatau kearifan lokal, dan meningkatkan ciri khassetempat yang lebih kuat sehingga menjadi ikonwilayah. Walaupun warna-warni Kampung Pelangitelah berhasil menjadi identitas baru Kota Semarang,masih diperlukan upaya-upaya kreatif lainnya untukmemperkaya nilai terutama mengenai eksplorasiterhadap budaya lokal dan konteks sejarahnya.Penelitian ini dilakukan demi menjawab: bagaimanaproses kreasi mural dapat menciptakan suatukeberlanjutan bagi daya kreatif di Kampung Pelangi?

Penggunaan pendekatan Partisi-patory ActionResearch (PAR) dalam penelitian ini, diharapkan dapatmembuka wawasan peneliti khususnya mengenaimodel-model kreasi seni yang dapat diterapkan dalamtahap-tahap mengelola gagasan, menggalikemungkinan-kemungkinan kreativitas di dalam suatukomunitas dan model-model pemberda-yaan suatu

Page 5: EVALUASI PENDEKATAN PARTISIPATORI DALAM SENI, STUDI …

178

Seminar Nasional: Seni, Teknologi, dan Masyarakat #4

Volume 2 Tahun 2019

komunitas dalam masyarakat khususnya dalamkonteks kreativitas.

Penelitian ini masih dalam tahap awal yaitutahap rancangan penelitian dan penelususran dataawal. Hipotesis dibatasi pada dua tingkatan menuruttangga Arnstein, yaitu tingkat Placation dan Partner-ship (Kindon, Pain, and Kesby, 2007). Hipotesisdibangun berdasarkan pengalaman penulis ketikamelakukan kegiatan mural di Kampung PondokPucung di tahun 2016. Pada tingkat Placation ketikawarga dilibatkan ke dalam suatu kelompok kreatif dankelompok diskusi, warga diberikan kesempatan untukberperan aktif dalam mewujudkan gagasan, walaupunpertimbangan akhir dalam tetap pada fasilitator. Padatahap ini eratnya relasi peneliti dengan wargamerupakan faktor kunci yang dapat menghasilkankeberhasilan atau warga mulai meningkatkan derajatpartisipasinya. Ketika warga telah merasakanpengalaman diskusi dan gagasannya telah diwujudkanke dalam karya akhir, ada rasa kepemilikan terhadapvisual mural sehingga ketika kegiatan serupa diulangkembali, tumbuh keinginan untuk terlibat lebih lanjut.

Pada tingkat selanjutnya atau pada anaktangga keenam ‘partnership’, komunikasi dua arahdengan warga lebih banyak dilakukan. Suasanadiskusi dalam tahap perencanaan dan keterlibatanwarga dalam pengambilan keputusan mulaiditingkatkan. Hipotesis ini akan melandasi polapenelitian selanjutnya di Kampung Pelangi Semarang,terutama untuk mengetahui bagaimanakeperansertaan warga untuk ikut membuat keputusandan bagaimana mengevaluasi hasil pelaksanaan padasetiap tahap PAR.

V. KESIMPULAN

Pendekatan PAR dalam penelitian terhadappembuatan karya seni berbasis komunitas, akanmenunjukkan tingkat partisipasi warga danpemberdayaan dapat ditingkatkan ketika ditemukanindikator-indikator yang memadai. Selain i tupendekatan PAR juga dapat menunjukkan multi peranbagi seniman dan fasilitator. Hipotesis penelitian inimencoba membuktikan bahwa seniman bukan hanyasebagai penggagas visual tetapi sebagai katalisatoryang dapat memantik kreativitas warga di suatukomunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Arnstein, Sherry R.(1969) ‘A Ladder Of Citizen Par-ticipation’, Journal of the American PlanningAssociation, 35: 4, 216 — 224.

Barnett, A.W. (1984): Community Murals: The People’sArt. Cranbury, NJ: Associated UniversityPress, Inc.

Burns, A. (2010). Doing action research in Englishlanguage teaching: A guide for practitioners.New York: Routledge.

Kelly, M. (2014). Encyclopedia of Aesthetics, London:Oxford.

Kemmis, S dan McTaggart, R. (1988). The action re-search planner (3rd ed.). Geelong, Austra-lia: Deakin University Press.

Kindon, S., Pain, R. and Kesby, M (2007). Participa-tory Action Research Approaches and Meth-ods: Connecting people, participation andplace. London: Routledge

Knight, C. K. and Senie, H. F. (2016): A Companionto Public Art, Wiley Blackwell.

Leavy, P. (2017). Research Design Quantitative, Quali-tative, Mixed Methods, Arts Based, andCommunity Based Participatory ResearchApproaches. London: Guilford Press.

McTaggart, R. (1991). Action research: A short mod-ern history. Geelong, Australia: Deakin Uni-versity Press.

Tunnacliffe, C.M. (2016): The Power of Urban Street inRe-Naturing Urban Imaginations and Expe-riences, London, The Bartllet, London, Uni-versity College London.