Evaluasi kurikulumm

15
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Evaluasi menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak akan bisa mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang bersifat akademik. Kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan kemampuan peserta didik secara 1

Transcript of Evaluasi kurikulumm

Page 1: Evaluasi kurikulumm

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen

penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan

kurikulum. Evaluasi menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian

dari sistem manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian

pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak

akan bisa mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,

pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil

yang diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam memperbaiki dan

menyempurnakan kurikulum. Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh para

pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih

dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan

model kurikulum yang digunakan.

Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang

bersifat akademik. Kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan

kemampuan peserta didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas

pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, implementasi kurikulum

akademik tidak mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku

dalam kehidupan. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki

aspek-aspek tersebut sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kami akan

mengkaji mengenai pengertian evaluasi kurikulum, tujuan, fungsi, evaluasi internal

dan eksternal.

1

Page 2: Evaluasi kurikulumm

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan

kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan

dalam kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu

komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui

keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi

guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.

Adapun pemahaman tentang evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai

dengan pengertian kurikulum yang beragam menurut para pakar kurikulum. Hamid

Hasan mengartikan,”Evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi

mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai dan

arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.”1 Menurut Tyler (dalam

Muhammad Zaini) menyatakan bahwa,”Evaluasi adalah proses untuk mengetahui

apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan.”2

Menurut Sukmadinata, “Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks

dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan

dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang

cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat

formal.”3

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi

adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,

implementasi dan efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau

suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat

diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang

1 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 412 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 1433 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 173

2

Page 3: Evaluasi kurikulumm

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan akan perlu

tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.

b. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk

mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.

c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah

rencana pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu

anak didik. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman

dan pegangan dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur

ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan

tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi

kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu

kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk

akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan

kurikulum.

B. Tujuan Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian

tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.

1.      Untuk perbaikan program

Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi

perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.

3

Page 4: Evaluasi kurikulumm

2.      Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

Diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum

kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut baik yang mensponsori

kegiatan pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari

kurikulum yang telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai

suatu kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu ‘keharusan’ dari luar.

3.      Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas

dua kemungkinan pertanyaan : pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau

tidak akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg

bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan

disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang

diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.

C. Fungsi Evaluasi Kurikulum

Pada dasarnya Scriven membedakan dua macam fungsi evaluasi. Fungsi

pertama dinamakan sebagai fungsi formatif. Fungsi kedua adalah fungsi sumatif.

Menurut Scriven, evaluasi kurikulum harus mempergunakan kedua fungsi ini secara

baik karena keduanya membantu kurikulum dalam menegakkan nilai dan arti yang

dipunyai. Juga dengan kedua fungsi itu baik pengembang kurikulum maupun

masyarakat mendapatkan apa yang seharusnya diberikan oleh suatu kegiatan evaluasi.

Jadi, dapat dikatakan bahwa dengan kedua fungsi tersebut evaluasi membuktikan

akuntabilitas dirinya baik terhadap para pengembang kurikulum, peminta jasa

evaluasi lainnya, maupun terhadap masyarakat luas yang telah memberikan

kepercayaan kepada evaluasi sebagai suatu institusi kemasyarakatan.

Menurut Hamalik evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang

kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar

menjadi lebih efektif. Evaluasi dituntut sejak awal dan sepanjang proses

pengembangan kurikulum. Adapun evalusi sumatif bertujuan untuk memeriksa

4

Page 5: Evaluasi kurikulumm

kurikulum, dan diadakan setelah pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efisiensi

secara keseluruhan.4

Fungsi formatif evaluasi dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari

kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar

bagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Jadi sama sekali bukan untuk

mengganti kurikulum yang ada. Bagian yang diperbaiki itu dapat saja merupakan

baigan dari kurikulum sebagai ide, rencana, kegiatan ataupun hasil. Perbaikan itu

dapat pula dilakukan ketika melakukan evaluasi terhadap dimensi kurikulum lainnya.

Misalnya, hasil evaluasi terhadap kurikulum sebagai kegiatan dapat digunakan untuk

memperbaiki kurikulum sebagai rencana. Hasil evaluasi terhadap rencana dapat

dipergunakan untuk memperbaiki kurikulum sebagai ide. Tentu saja beberapa hal

perlu dipertimbangkan pada waktu membuat desain evaluasi agar hasil tersebut

bersifat berarah ganda seperti itu.

Fungsi sumatif evaluasi adalah fungsi yang lebih tua dibandingkan dengan

fungsi forrmatif, apabila kegiatan evaluasi sebagai suatu kegiatan formal

diperhitungkan. Dalam kegiatan kependidikan yang sesungguhnya (walaupun

kegiatan evaluasi yang dilakukan bukan dalam pengertian yang dibicarakan di sini

sebagai suatu kegiatan evaluasi formal) fungsi formatif sebenarnya sudah dilakukan

orang bersamaan dengan terciptanya kelembagaan pendidikan sebagai suatu

kelembagaan sosial yang diberi masyarakat beban untuk melaksanakan sebagian dari

kewajiban orang tua dalam mempersiapkan generasi penerus.

Fungsi sumatif evaluasi memberikan perhatiannya terhadap hasil dari suatu

kurikulum. Oleh karena itu fungsi sumatif baru dapat dilaksanakan apabila kurikulum

tersebut telah dianggap selesai pengembangannya. Tentu saja pengertian selesai dan

belum selesai ini sangat relatif tetapi dari pembicaraan mengenai pengertian

kurikulum dan pembicaraan mengenai fungsi formatif kiranya semacam patokan

dapat ditentukan.

4 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hlm.262

5

Page 6: Evaluasi kurikulumm

Ada dua pendekatan sistem yang digunakan dalam evaluasi sumatif, yaitu

sistem tertutup dan sistem penerobosan. Pada sistem evaluasi sistem tertutup, evaluasi

berasal dari sekolah atau sistem sekolah. Sedangkan dalam sistem terobosan, tujuan

evaluasi kurikulum adalah untuk mengadakan perbandingan.5

D. Evaluasi Eksternal dan Internal

Dari segi cakupan kawasan evaluasi, penelitian evaluasi bisa dibagi menjadi

dua, yaitu: evaluasi internal (internal evaluation) dan evaluasi eksternal (external

evaluation). Apa yang disebut dengan evaluasi internal tidak menunjuk pada siapa

evaluatornya, tetapi berdasarkan tinjauan sistemik sebuah program. Sebuah program

yang dilaksanakan, niscaya memiliki masukan, menunjukkan proses, menampilkan

hasil, menunjukkan produk, memberikan keluaran, dan akhirnya memberikan

manfaat kepada masyarakat.

Evaluasi internal pada dasarnya menunjuk pada kegiatan perancangan,

pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran hasil dan pembuatan keputusan

terhadap kelayakan atau kebaikan komponen, subsistem dan sistem suatu program.

Asumsi di belakang evaluasi internal adalah bahwa tujuan suatu program telah

dianggap benar dan baik, sehingga apa yang perlu dipersoalkan hanya menyangkut

bagaimana program tersebut dilaksanakan dengan baik agar tujuan tersebut dapat

dicapai.

Jadi persoalannya lebih pada bagaimana masing-masing komponen dan

subsistem telah berlangsung dengan baik, sehingga sebuah sistem bisa mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Ini menyerupai pameo yang cenderung berlaku di

masyarakat yang menyatakan bahwa peraturan dan undang-undangnya sudah baik,

tinggal bagaimana pelaksanaannya. Karena itu, ketika evaluasi sudah dilaksanakan

dan direkomendasikan ada perubahan, maka perubahan dimaksud hanya menyangkut

pelaksanaan atau komponen-komponen program, dan sama sekali tidak menyangkut

tujuan program.

5 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) hlm. 95-96

6

Page 7: Evaluasi kurikulumm

Evaluasi eksternal pada dasarnya menunjuk pada kegiatan perancangan,

pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran hasil dan pembuatan keputusan

terhadap kelayakan atau kebaikan suatu program dari sudut pandang luar sistem atau

supra sistem. Asumsi di belakang evaluasi eksternal adalah bahwa tujuan suatu

program tidak senantiasa benar dan baik, sehingga bukan hanya pelaksanaan dan

komponen program yang bisa dipersoalkan, melainkan juga apakah tujuan program

bisa dipertahankan atau tidak, termasuk apakah suatu program diperlukan atau tidak.

Jadi persoalannya mencakup semua aspek program. Jadi, dalam evaluasi

eksternal tidak berlaku pameo yang cenderung berlaku di masyarakat yang

menyatakan bahwa peraturan dan undang-undangnya sudah baik, tinggal bagaimana

pelaksanaannya. Artinya, peraturan dan undang-undangnya bisa disalahkan, dan

direkomendasikan untuk diubah, dan bahkan dihapus sama sekali.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai perbedaaan evaluasi

internal dengan evaluasi eksternal bisa digunakan contoh evaluasi kurikulum. Sebuah

penelitian evaluasi atas kurikulum bisa dilaksanakan dalam bentuk evaluasi internal,

yang dalam hal ini hanya menyangkut pelaksanaan dan kelayakan komponen-

komponen sistemik kurikulum. Temuan dan rekomendasi jenis evaluasi ini tidak

dimaksudkan untuk mengubah atau mengganti kurikulum, tetapi hanya memperbaiki

penerapan dan pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan. Jenis evaluasi internal

ini bisa dilakukan oleh seluruh praktisi dan satuan pendidikan, termasuk dinas

pendidikan kota atau kabupaten, dan dinas pendidikan provinsi.

Penelitian evaluasi atas kurikulum bisa pula dilaksanakan dalam bentuk

evaluasi eksternal, yang dalam hal ini menyangkut tidak hanya pelaksanaan dan

kelayakan komponen sistem kurikulum, tetapi juga persoalan tujuan pendidikan

terkait fungsi dan kontribusinya bagi supra-sistem. Sebagai sebuah sistem, pendidikan

nasional diharapkan memberikan fungsi dan kontribusi bagi, misalnya, supra-sistem

pembangunan nasional. Demikia pula, sistem pendidikan nasional diharapkan

memberikan fungsi dan kontribusi bagi suatu bangsa untuk menjawab tantangan

perubahan dan kesejagatan.

7

Page 8: Evaluasi kurikulumm

Evaluasi eksternal atas kurikulum, baik yang diselenggarakan oleh Pusat

Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan

Pengembanga Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi, serta kelompok akademisi pendidikan, tidak

sekedar mempermasalahkan pelaksanaan kurikulum, tetapi juga mempersoalkan

tujuan dan relevansi sebuah kurikulum, terutama bila dikaitkan dengan dunia luar

pendidikan. Sekedar untuk menjernihkan gambaran, pelaksana evaluasi eksternal

tidak saja bisa menyimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulumnya bermasalah, tetapi

justru kurikulumnya itu sendiri yang bermasalah, atau menjadi bagian dari masalah.

Karena itu, rekomendasi yang bisa dihasilkan adalah mengubah dan bahkan

mengganti sama sekali sebuah kurikulum.

8

Page 9: Evaluasi kurikulumm

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan

data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang

sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan

pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan

dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam

rangka menentukan keefektifan kurikulum.

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian

tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.

1.      Untuk perbaikan program

2.      Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

3.      Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Pada dasarnya Scriven membedakan dua macam fungsi evaluasi. Fungsi

pertama dinamakan sebagai fungsi formatif. Fungsi kedua adalah fungsi sumatif.

Menurut Hamalik evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum

memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi lebih

efektif. Fungsi sumatif evaluasi memberikan perhatiannya terhadap hasil dari suatu

kurikulum. Oleh karena itu fungsi sumatif baru dapat dilaksanakan apabila kurikulum

tersebut telah dianggap selesai pengembangannya.

B. Saran

Melihat pentingnya evaluasi kurikulum maka kami menyarankan kepada

evaluator untuk memahami benar teori-teori evaluasi kurikulum serta teori kurikulum

yang sedang dijalankan oleh satuan pendidikan. Sehingga evaluasi kurikulum tersebut

bermanfaat sebagaimana tujuan dari evaluasi kurikulum itu sendiri.

9

Page 10: Evaluasi kurikulumm

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar, 2008, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Hasan, Hamid, 2009, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Zaini, Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: Teras.

10