EVALUASI KURIKULUM MUATAN LOKAL1.docx
-
Upload
arjun-fatah-amitha -
Category
Documents
-
view
56 -
download
18
Transcript of EVALUASI KURIKULUM MUATAN LOKAL1.docx
EVALUASI KURIKULUM MUATAN LOKAL
Oleh : Arjun Fatah Amitha 11105241023
Abstrak
Pendidikan meliputi kurikulum dan perangkan dibawahnya, keberhasilan pendidikan bisa tercapai jika kurikulum yang digunakan sesuai dan tidak ada kesenjangan. Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mencapai tujuan pendidikan dan bangsa. Tujuan evaluasi kurikulum sebagai langkah untuk mengetahui kekurangan yang terjadi didalam kurikulum muatan lokal sehingga dapat digunakan untuk memperbaharui dan menyemmpurnakan kembali kurikulum muatan lokal. Evaluasi terhadap kurikulum muatan lokal meliputi dimensi ide dan dimensi proses kurikulum tersebut. Kurikulum muatan lokal memuat berbagai berbedaan isi materi di setiap daerah diseluruh Indonesia. Subjek evaluasi kurikulum muatan lokal meliputi pendidik, peserta didik dan masyarakat. Sebagai rujukan sebuah evaluasi maka ketiga subjek evaluasi tersebut dikaitkan dengan tujuan evaluasi, dengan begitu sebuah kurikulum muatan lokal tersebut terlihat dampak dari tujuan langsung dan tujuan tidak langsung dari kurikulum muatan lokal.
Kata Kunci : Evaluasi, Kurikulum Muatan Lokal
Pendahuluan
Indonesia terdiri dari lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni oleh berbagai suku
bangsa yang mempunyai berbagai macam adapt-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama,
kepercayaan dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat didarat, laut, flora
fauna dan berbagai hasil tambang yang semuanya merupakan sumber daya alam.
Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai kebudayaan daerah yang
luhur dan beradab yang merupakan nilai jati diri yang menjiwai perilaku manusia dan
masyarakat dalam segenap aspek kehidupan, baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri
rumah tangga, jasa pertanian (argo industri dan argo bisnis), perkebunan, perikanan
perternakan, pertaqnian holtikultura, kepariwisataan, pemeliharaan lingkungan hidup
sehingga terjadi kesesuaian, keselarasan dan keseimbangan yang dinamis. Kurikulum kecuali
mangacu pada karakteristik peserta didik, perkembangan ilmu dan teknologi pada zamanya
juga mengacu kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Edi Waluyo menegaskan bahwa pengembangan kurikulum yang mempersiapkan
peserta didik untuk mengembangkan potensi daerah belum berjalan secara baik di masing-
masing tingkat satuan pendidikan, hal ini ditandai dengan belum memasyarakatnya
kurikulum muatan lokal yang mengembangkan potensi masing-masing daerah dan masih
banyaknya muatan lokal yang seragam antara sekolah yang satu dengan yang lain.
Penyusunan kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat tersebut disebut “
Kurikulum Muatan Lokal “. Kurikulum muatan lokal keberadaan di Indonesia telah
dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987. Sedang pelaksanaannya telah dijabarkan
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah Nomor
173/-C/Kep/M/87 tertanggal 7 Oktober 1987. Selanjutnya penerapan muatan dipertegas oleh
pemerintah melalui peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 dan Keputusan Mendikbud
Nomor 060/U/1993. Sekarang muatan lokal telah disempurnakan dan diperkuat melalui
UU.No.20 Tahun 2003 dan PP.No.19 Tahun 2005.
Pemahaman Kurikulum Muatan Lokal
Menurut surat keputusan tersebut yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal
ialah program pendidikan yang disi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan
alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah
tersebut.
Lingkungan peserta didik terdiri atas :
1. Lingkungan alam Fisik yang terdiri atas :
Fisik alami, misalnya : daerah rural, urban, semi rural dan semi urban.
Lingkungan fisik buatan, misalnya : lingkungan dekat pabrik, pasar, pariwisata,
pelabuhan dan sebagainya.
2. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat yang berlapangan dalam bidang ekonomi, misalnya : perdagangan,
pertanian, perikanan, transportasi, jasa dan sebagainya.
Masyarakat yang berlapangan dibidang politik, misalnya : sebagai pimpinan partai,
pimpinan lembaga swasta maupun pemerintahan dan sebagainaya.
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang ilmu Pengetahuan, misalnya : guru,
peneliti, ahli-ahli tertentu pencipta dan sebagainya.
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang keagamaan misalnya : pesantren
dan sebagainya.
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang olah raga, kurikulum mutan
lokalnya misalnya berbagai permainan daerah.
Masyarakat yang hidup dalam bidang kekeluargaan, kurikulum dalam muatan
lokalnya misalnya: gotong royong, silaturrahmi, melayat dan sebagainya.
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan
lokal telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan dengan
trial and error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang mereka hayati. Tujuan
pendidikamn mereka terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan.
Bahan yang diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam
sekitar. Sedang kriteria keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup mandiri.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat
pada standar isi dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadan mata pelajaran
muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai
upaya agar penyelenggraan penididkan di setiap daerah lebih meningkat relevansinya terhdap
keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Kududukan Muatan Lokal dalam Kurikulum
Muatan lokal dalam kurikulum dapat merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri
atau bahan kajian suatu mata pelajaran yang telah ada. Sebagai mata pelajaran yang berdiri
sendiri, muatan lokal mempunyai alokasi waktu tersendiri. Tetapi sebagai bahan kajian mata
pelajaran, muatan lokal dapat sebagai tambahan bahan kajian dari mata pelajaran yang telah
ada atau disampaikan secara terpadu dengan bahan kajian lain yang telah ada. Karena itu,
untuk muatan lokal dapat dan tidak dapat diberikan alokasi waktu tersendiri. Muatan lokal
sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tentu dapat diberikan alokasi jam pelajaran.
Misalnya, mata pelajaran bahasa daerah, pendidikan kesenian, dan pendidikan keterampilan.
Demikian pula, sebagai bahan kajian tambahan dari bahan kajian yang telah ada atau sebagai
satu atau lebih pokok bahasan dapat diberikan alokasi waktu. Tetapi muatan lokal sebagai
bahan kajian yang merupakan penjabaran yang lebih mendalam dari pokok bahasan atau sub
pokok bahasan yang telah ada sukar untuk diberikan aiokasi jam pelajaran. Bahkan muatan
lokal berupa disiplin di sekolah, sopan santun berbuat dan berbicara, kebersihan sena
keindahan sangat sukar bahkan tidak mungkin diberikan alokasi waktu.
Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Secara umum tujuan muatan lokal adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar
memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang kondisi lingkungannya, keterampilan
fungsional, sikap dan nilai-nilai, bersedia melestariakan dan mengembangkan sumber daya
alam, serta meningkatkan kualitas sosial dan budaya daerah sesuai dengan pembangunan
daerah dan pembangunan nasional.
Wahyono (2012) menjelaskan bahwa dalam tujuan kurikulum muatan lokal memuat
tujuan langsung dan tujuan tidak langsung.
Tujuan langsung :
1. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2. Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan.
3. Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan yangdipelajarinyauntuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya yang
terdapat di daerahnya.
Tujuan tak langsung :
1. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerahnya.
2. Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan terhadap
lingkungannya sendiri.
Depdiknas (2006) menjelaskan mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pesrta didik agar memiliki
wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan
daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi agar pesrta didik dapat:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungn alam, sosial, dan budayanya.
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya
yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangakan nilai-nilai luhur
budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pengembangan Muatan Lokal
Untuk melaksanakan muatan lokal dalam KTSP, Depdiknas (2006) mengemukakan
ada dua pola pengembangan mata pelajaran muatan lokal, yaitu:
1. Pengembangan muatan lokal sesuai dengan kondisi sekolah saat ini
Dalam pengembangan mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan kondisi
sekolah, ada tiga langkah yang harus di lakukan, yaitu:
a. Analisis mata pelajaran muatan lokal yang ada di sekolah, apakah masih layak
dan relevan mata pelajaran muatan lokal diterapkan disekolah?
b. Bila mata pelajaran muatan lokal yang di terapkan di sekolah tersebut masih
layak di gunakan, maka kegiatan berikutnya adalah mengubah mata pelajaran
muatan lokal tersebut ke SK dan KD.
c. Bila mata pelajaran muatan lokal yang tidak ada layak lagi untuk di terapkan,
maka sekolah bisa menggunakan mata pelajaran muatan lokal dari sekolah lain
atau tetap menggunakan mata pelajaran muatan lokal yang di tawarkan oleh
dinas atau mengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai.
2. Pembuatan Muatan Lokal Dalam KTSP
Pengembangan mata pelajaran muatan lokal yang sepenuhnya di tangani oleh
sekolah dan komite sekolah membutuhkan penanganan seacra profesional, baik dalam
merencanakan, mengelola, maupun melaksanakannya. Dengan demikian, di samping
mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan,
pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal harus memperhatikan kseimbangan
dengan KTSP. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung
jawab pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu sekolah dan komite sekolah.
Pengembangan mata pelajaran muatan lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat di
lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan keadaan dan kebutuhan daerah.
b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal.
c. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
d. Menentukan mata pelajaran muatan lokal
e. Mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi serta silabusdengan
mengacu pada standar isi yang di tetapkan oleh BSNP.
Evaluasi pengembangan kurikulum muatan lokal oleh Waluyo (2010), bahwa
keterbatasan sekolah dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan potensi
daerah dalam mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan-kemampuannya yang
sesuai dengan lingkungannya, disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Kurangnya sumber daya manusia yang tersedia untuk mengembangkan kurikulum
muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah.
2. Kurangnya pemahaman guru/sekolah dalam mengembangkan kurikulum muatan
lokal.
3. Adanya kurikulum muatan lokal yang sudah ada sebelumnya, dirasakan oleh sekolah
sudah cukup untuk memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik.
4. Terbentur masalah dana yang digunakan untuk pengembangan kurikulum muatan
lokal.
Evaluasi Ide Kurikulum Muatan Lokal
Menurut Hamid Hasan evaluasi adalah suatu proses pemberian pertimbangan
mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Berdasarkan pertimbangan nilai
memberikan sebuah bentuk-bentuk evaluasi, seperti evaluasi ide. Evaluasi ide haruslah
sinkron dengan Ide suatu kurikulum tersebut dengan materi. Pemahaman Ide menjadi sebuah
dasar apakah terjadi kesesuaian atau kesenjangan. Kurikulum muatan lokal memiliki tujuan
atau ide yaitu memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan perilaku pesrta didik agar
memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan
pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Dalam pelaksanaanya terjadi sebuah
kesenjangan antara pemahaman Ide dengan ruang lingkup materi yang sesuai tujuan.
Ketidakjelasan materi tersebut terhadap ide atau tujuan dikarena dalam suatu daerah memiliki
beberapa potensi alam dan hanya satu yang menjadi fokus untuk materi dalam kurikulum
muatan lokal. Keadaan ini belum bisa maksimal untuk mengembangkan dan memberi bekal
pengetahuan atau pilihan bekal pengetahuan.
Secara umum kurikulum muatan lokal memberikan konrtribusi ide terhadap kemajuan
bangsa dan daerah. Kurikulum muatan lokal lokal yang mempunyai anggapan bahwa dengan
terlaksananya kurikulum akan memberikan dampak yang signifikan. Memajukan daerah
sesuai keadaan alamnya atau SDA dan berkontribusi langsung terhadap masyarakat daerah.
Berbagai sektor pendapatan dan potensi daerah akan lebih terjaga dan berkembang dengan
berlangsungya kurikulum muatan lokal ini. Peserta didik yang diterjunkan langsung melihat
potensi daerahnya diharapkan dapat mengembangakan potensi daerahnya untuk lebih maju.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan daerahnya.
Evaluasi Proses Kurikulum Muatan Lokal
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu langkah dalam siklus pengembangan
kurikulum. Oleh karena itu, pemahaman suatu model yang diperkanalkan oleh para ahli
tentang evaluasi kurikulum tersebut merupakan suatu keharusan bagi para pengembang
kurikulum. Melalui sekian banyak jenis model yang diperkenalkan oleh para ahli, para
pengembang kurikulum dapat memilih model yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi,
karakter, dan sebagainya dengan kurikulum yang akan dievaluasi. Arifin (2009) CIPP
(Context, input, process, product) dari Stufflebveam merupakan salah satu model evaluasi
kurikulum yang sesuai dengan evaluasi kurikulum muatan lokal sebab kurikulum muatan
lokal merupakan kurikulum baru yang lengkap. Dalam arti dimulai dari need assessment
sesuai kebutuhan masyarakat.
Penyusunan perangkat kurikulum, uji coba pelaksanaan dan pelaksanan itu sendiri,
evaluasi kurikulum, dan kembali ke penyempurnaan perangkat kurikulum sesuai masukan
hasil evaluasi. Apabila dilihat dari masalah yang akan dicari jawabannya dalam pelajaran
dengan hasil belajar siswa. Dalam ciri pengembang kurikulum dan masalah seperti itulah
kiranya model CIPP memberikan masukan yang optimal dalam pengambilan keputusan.
Terjadinya kesenjangan antara tujuan dengan hasil belajar siswa, disebabkan guru kurang
memahami apa dan bagaimana pembelajaran serta evaluasi untuk mata pelajaran yang
berkarakteristik afektif (penanaman nilai-nilai) seperti halnya kurikulum muatan lokal.
Kesimpulan
Kurikulum muatan lokal untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki wawasan
yang luas dan mantap tentang kondisi lingkungannya, keterampilan fungsional, sikap dan
nilai-nilai, bersedia melestariakan dan mengembangkan sumber daya alam, serta
meningkatkan kualitas sosial dan budaya daerah sesuai dengan pembangunan daerah dan
pembangunan nasional
Kurikulum muatan lokal memberikan kontribusi khusus terhadap kemajuan sebuah
bangsa. Didalam rancangan ide, dokumen, proses dan hasil terdapat titik kelemahan yang
menjadi faktor penghambat untuk mencapai tujua kurikulum muatan lokal. Keterbatasan
materi atau bahan ajar menjadi masalah tersendiri dan dapat diatasi dengan kompetensi
pendidikan dan sekolah untuk bisa improvisasi dalam pengembangan materi kurikulum
muatan lokal.
Terdapat faktor-faktor penghambat bahwa keterlibatan peserta didik langsung
terhadap potensi daerah sangat minim dan perlu peningkatan minat. Pelatihan secara intensif
terhadap pembimbing atau pendidik sekolah sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Daftar Pustaka
Arifin, Zaenal. (2009).Evaluasi Pembelajaran.Bandung:Remaja Rosdokarya
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Hamid Hasan.(2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahyono, Budi. (2012). Kurikulum Muatan Lokal. Diakses tanggal 26 Juli 2013 dari http://www.pendidikanekonomi.com/2012/12/kurikulum-muatan-lokal.html
Waluyo, Edi. (2010). Pentingnya Kurikulum Muatan Lokal. diaskses tanggal 25 Juli 2013 dari http://ediwaluyo.blogspot.com/2010/01/pentingnya-kurikulum-muatan-lokal-yang.html