EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN filePENGERTIAN CAKUPAN KESEHATAN SEMESTA Universal Health...
-
Upload
truongngoc -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN filePENGERTIAN CAKUPAN KESEHATAN SEMESTA Universal Health...
EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN KESEHATAN
SiswantoKepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI
Disampaikan pada Pra-Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Pra-Rakerkesnas), BSD, 11 Februari 2019
1
2
BAGAIMANA MEMAKNAI DATA?
Stunting pada Balita pada Tahun 2018 adalah 30,8%
Makna Positif:Angka stunting telah turun dari 37,2% Tahun 2013 menjadi 30,8% Tahun 2018
Makna Negatif (mencari masalah):Angka stunting telah turun dari 37,2% Tahun2013 menjadi 30,8% Tahun 2018; namunmasih jauh di atas target WHO (20%)
Masalah: Gap (Kesenjangan) antara Kenyataan dibanding Keinginan
Sistematika
• Latar Belakang
• Capaian Impact Pembangunan Kesehatan (Studi BoD)
• Capaian dan Permasalahan Upaya Pembangunan Kesehatan• Capaian dan Permasalahan Program Kesmas• Capaian dan Permasalahan Program Pengendalian Penyakit• Permasalahan Program Pelayanan Kesehatan
• Capaian Program Pendukung• Permasalahan Farmalkes• Permasalahan SDM Kesehatan• Permasalahan Pembiayaan Kesehatan
• Rekomendasi3
PENGERTIAN CAKUPAN KESEHATAN SEMESTA
Universal Health Coverage (UHC): all people and communities can use the
promotive, preventive, curative, rehabilitative and palliative health
services they need, of sufficient quality to be effective, while also ensuring that
the use of these services does not expose the user to financial hardship.
Semua warga negara mendapatkan pelayanan
kesehatan komprehensif sesuaikebutuhannya
Tidak boleh ada barrier finansial
Cakupan pelayanan ↑
Pengeluaran OOP ↓ 4
Kolaborasi Pusat dan Daerah dalam Penguatan
Pelayanan MenujuCakupan Kesehatan
Semesta
Evaluasi KinerjaPembangunan
Kesehatan
Solusi Untuk Inovasi dan Perbaikan Program
1Inovasi dan Perbaikan UpayaPromotif dan Preventif
2Inovasi dan Perbaikan UpayaDeteksi Dini
3Inovasi dan Perbaikan UpayaKuratif dan Rehabiitatif
4Inovasi dan Perbaikan PenyediaanFarmalkes
5Inovasi dan Perbaikan UpayaPenyediaan dan PendayagunaanSDM Kesehatan
MENGAPA PERLU EVALUASI CAPAIAN KINERJA?
5
IMPACT
OUTCOME(Status kesehatan)
Diukur di masyarakat:
• AKI, AKB, AKN; Status Gizi; Status Serologis PD3I; Prevalensi Penyakit; PHBS (merokok, aktivitas fisik, H/S): Indikator cakupan pelayanan
Umur Panjang berkualitas: UHH/LE↑; HALE↑; DALY↓
PROSES/ AKTIVITAS
OUTPUTS(Cakupan intervensi)
Diukur di masyarakat/ di faskes:
• Cakupan ANC, Cakupan Linakes, Cakupan IDL, Cakupan PMT, TTD, Vit A Balita, Cakupan program TB, Cakupan program HIV, CakupanHipertensi, Cakupan DM, Cakupan ODGJ, dst
Indikator mutu fasyankes: Responsiveness, Akreditasi Puskesmas, Akreditasi Rumah Sakit
Indikator mutu Intervensi (Laporan rutin/ riset): ANC berkualitas (K4, 10T), Linakes berkualitas (kelengkapan sarana), PMT berkualitas, TTD berkualitas, dst
INPUTS(Kecukupan inputs)
Pembiayaan: APBN, APBPD, BPJS (INA-CBGs, Kapitasi)
Farmalkes: Kecukupan obat, vaksin, bahan habis pakai; Kecukupan alkes
SDM kesehatan: Kecukupan SDM (Jenis, Jumlah), Kompetensi, Relevansi dengan prioritas program
MA
SALA
HP
ENY
EBA
B M
ASA
LAH
LOG
ICA
L FR
AM
EWO
RK
AN
ALY
SISI
(LF
A)
6
CAPAIAN IMPACT PEMBANGUNAN KESEHATAN
(DARI STUDI BOD)
7
KecelakaanKekurangan gizi Serangan jantung (Ischemic heart disease)
Kehilangan penglihatan
(DALYs)DALYs= kombinasi dari tahun yg hilangakibat disabilitas dan kematian dini
8
Death
LOST
(D
ALY
)
GA
IN (LE, H
ALE)
UHH (LE)
Dikoreksi dg Disability: HALE
YLL
DALY
Prinsip SMPH (Summary Measure of Population Health):Menggabungkan Insidens dengan Durasi >> Menjadi Ukuran Tunggal: Tahun
YLD
Umur Harapan Hidup (LE) Indonesia Tahun 1990-2017
9Ts
un
ami A
ceh
LE (UHH) DAN HALE DI ASIA TENGGARA
No Negara Life Expectancy HALE ∆ (LE ─ HALE)
1 Indonesia 71.48 62.65 8.83
2 Singapore 84.79 74.22 10.57
3 Malaysia 74.72 65.97 8.25
4 Brunei 75.35 66.17 9.18
5 Philipina 69.73 60.99 8.74
6 Thailand 78.11 68.46 9.65
7 Vietnam 74.53 65.77 8.76
8 Kamboja 69.88 60.74 9.14
9 Myanmar 68.50 59.90 8.6
10 Laos 67.58 59.48 8.110
LE (UHH) DAN HALE DI ASIA TENGGARA
74,2268,46 66,17 65,97 65,77 62,65 60,99 60,74 59,9 59,48
10,57
9,659,18 8,25 8,76
8,83 8,74 9,14 8,6 8,1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Singapore Thailand Brunei Malaysia Vietnam Indonesia Philipina Kamboja Myanmar Laos
HALE ∆ (LE ─ HALE)
11
84,79
78,1175,35 74,72 74,53
71,48 69,73 69,88 68,50 67,58
39,81
51,32
8,87
Tahun 1990
PTM PM/KIA/Gizi Cedera
69,91
23,60
6,40
Tahun 2017
PTM PM/KIA/Gizi Cedera
Transisi Epidemiologi Berdasarkan DALYs Lost Menurut 3 Kelompok Penyakit1997 – 2017, (Indonesian BOD Study)
12
COPD
Stroke
Tuberculosis
Lower Respiratory Infect
Diarrheal disease
Ischemic Heart Disease
Neonatal disorders
Cirrhosis
Road Injuries
Diabetes
Neonatal disorders
Stroke
Ischemic Heart Disease
Diabetes
Tuberculosis
Cirrhosis
Diarrheal disease
COPD
Alzheimer’s diseases
Lower Respiratory Infect
-58,5%
+122,8%
+135,6%
+162,6%
-29,6%
+39,6%
-35,3%
+85,5%
+237,1%
-60,7%
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
10 Peringkat teratas Penyebab Kematian Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia
1990 2017
13
Measles
Neonatal Disorders
Lower Respiratory Infect
Diarrheal disease
Tuberculosis
Stroke
Road Injuries
Congenital defect
Ischemic Heart Disease
Cirrhosis
COPD
Stroke
Ischemic Heart Disease
Neonatal disorders
Diabetes
Tuberculosis
Cirrhosis
Diarrheal disease
Road Injury
Lower Respiratory Infect
+73%
+92%
+114,9%
-58,5%
+147,5%
-46,5%
+16,9%
-67,2%
-40,9%
-80%
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
10 Peringkat teratas YLL Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia
1990 2017
14
Measles
Neonatal Disorders
Lower Respiratory Infect
Diarrheal disease
Tuberculosis
Stroke
Road Injuries
Congenital defect
Ischemic Heart Disease
Cirrhosis
Road injuries
Stroke
Ischemic Heart Disease
Diabetes
Neonatal disorders
Tuberculosis
Cirrhosis
Diarrheal disease
Low Back Pain
COPD
-32,1%
+93,4%
+113,9%
-157,1%
-52,5%
-45,1%
+17,3%
-63,4%
+84,1%
-76,8%
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
10 Peringkat teratas DALY LostTahun 1990 dan 2017 di Indonesia
1990 2017
15
Persentase DALYs Lost Tiga Kelompok Penyakit Menurut Kelompok Umurdi Indonesia Tahun 2017
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0-6days
7-27days
28-364days
1-4years
5-9years
10-14years
15-19years
20-24years
25-29years
30-34years
35-39years
40-44years
45-49years
50-54years
55-59years
60-64years
65-69years
70-74years
75-79years
80-84 85-89 90-94 95+years
INDONESIA
PM, Gizi, KIA PTM Cedera16
• PM bermasalah pada Balita
• PTM mulai bermasalahpada umur 10 tahun(Sasaran Posbindu)
DALYs Lost HHD per 100.000, Indonesia 2017
17
DALYs Lost IHD per 100.000, Indonesia 2017
18
DALYs Lost Tuberculosis per 100.000, Indonesia 2017
19
20
DALYs Lost Malaria per 100.000, Indonesia 2017
COPD
Low Back Pain
Headache disorders
Dietary iron deficiency
Blindness and vision impairment
Age-related hearing loss
Diabetes
Vit A deficiency
Depressive disorders
Anxiety disorders
Dietary iron deficiency
Low Back Pain
Headache disorders
Diabetes
Blindness and vision
Age-related hearing loss
Other musculoskeletal
Depressive disorders
COPD
Anxiety disorders
-34,1%
+84,1%
+57,0%
173,3%
+62,8%
+77,1%
+87,8%
64,1%
+82,5%
+54,7%
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
1990 2017
21
10 Peringkat teratas YLD(Tahun HidupdenganMenderitaPenyakit) Tahun 1990 dan 2017 di Indonesia
Persentase Penyebab Kematian berdasar
Faktor Risiko:
1. Metabolik,2. Perilaku,
3. Lingkungan
1. Promotif dan preventif (edukasi, skrining)
2. Pemberdayaanmasyarakat(UKBM)
3. Multisektoral
CAPAIAN DAN PERMASALAHAN PROGRAM KESMAS
23
446
390
334 346
305271
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1990 1994 1997 2010 2015 2019
SDKI
SDKI
SP 2010
SUPAS Estimasi
Lap.WHO
TREND ANGKA KEMATIAN IBU (AKI), 1990 - 2019
Tren AKN, AKB & AKBA
2019 19
15
SDKI 2002-03 SDKI 2007 SDKI2012 SDKI2017
Lower
AKN
Upper
4644
40
32
Lower
AKBA
Upper
Tren Angka Kematian Anak (AKN, AKB dan AKBA)
Kematian per 1000 kelahiran hidup periode 5 tahun sebelum survei, CI 95%
3534
32
24
Lower
AKB
Upper
Diferensial AKB dan AKBA - SDKI 2017
Ibu dengan pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD) dari rumah tangga termiskin merupakan kelompok
pendudukan yang tidak beruntung. Hal ini terlihat sebagai kelompok populasi dengan AKB dan AKBA paling tinggi
dibanding kelompok yang lain.
82
58
36 31 28 27
52
33 29 3124
32
Tid
ak s
eko
lah
Tid
ak ta
ma
t S
D
Tam
at S
D
Tid
ak tam
at S
LT
A
Tam
at S
LT
A
Pe
rgu
rua
n tin
gg
i
Te
rmis
kin
Me
ne
ng
ah
baw
ah
Me
ne
ng
ah
Me
ne
ng
ah
ata
s
Te
rka
ya
IND
ON
ES
IA
Pendidikan ibu Kuintil kekayaan .
Angka Kematian Bal i ta (AKBA) per 1000 kelahiran hidup periode 10 tahunsebelum survei menurut karakterist ik
49 46
27 26 22 23
4026 23 24 20 24
Tid
ak s
eko
lah
Tid
ak t
amat
SD
Tam
at S
D
Tid
ak t
amat
SLT
A
Tam
at S
LTA
Per
guru
an t
ingg
i
Term
iski
n
Men
enga
h b
awah
Men
enga
h
Men
enga
h a
tas
Terk
aya
IND
ON
ESIA
Pendidikan ibu Kuintil kekayaan .
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup periode 10 tahun sebelum
survei menurut karakteristik
Penyebab Kematian Ibu menurut Studi Lanjut SP 2010, SRS 2014 dan Laporan Rutin 2015
Penyebab kematian STL SP (2010) SRS (2014) Program (2015)
Metoda Survei Registrasi Laporan
Besar sampel 3.590 182 4.893
Penyebab kematian:
• Hipertensi dalam kehamilan 32,4 37,4 25,5
• Perdarahan 23,6 16,9 30,1
• Infeksi 12,4 11,5 5,9
• Aborsi 4,1 3,8 NA
• Lainnya 27,5 30,4 38,5
Diperlukan kemampuan diagnosis Hipertensi dalam kehamilan dan penyakitpenyerta kehamilan
“Mutlak”, keterlibatan dokterdalam ANC*
28
19,6
37,2
12,1 11,9
17,7
30,8
10,28
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gizi kurang dan buruk Pendek dan sangat pendek Kurus dan sangat kurus Gemuk
RKD 2013 RKD 2018
TREND STATUS GIZI BALITA 2013 – 2018
%
No. Program Kesmas
IndikatorTarget
Pencapaian2018 2019
1 KIA Persentase persalinan di fasilitas pelayanankesehatan (PF)
82% 85% PF: 79,3% (R 2018) (86% : Rutin)Linakes: 93,1% (R 2018)
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 19,7% 18,2% 17,3% (R 2018)
2 Perbaikan GiziMasyarakat
Persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanantambahan
80% 95% Ibu hamil dapat PMT: 25,2%Bumil KEK dapat PMT: 21,4% (Sirkesnas 2016)
Persentase bumil yang mendapat TTD 95% 98% 87,6%
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif
47% 50% 37,3% (ASI saja dlm 24 jam terakhir) (R2018)
Persentase bayi baru lahir mendapat InisiasiMenyusui Dini (IMD)
47% 50% 58,2% (R 2018)
Persentase balita kurus yang mendapat makanantambahan
85% 90% 28,5% (Sirkesnas 2016)
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)
25% 30% 76,2%; lebih 52 butir = 1,4%
3 Pembinaan Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja
Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 85% 90% 84,1% (R 2018)
Persentase Puskesmas yang melaksanakanpenjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1
65% 70% 56,5% (Sirkesnas 2016)
29
No. Program Kesmas Indikator
Target Pencapaian
2018 2019
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringankesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
55% 60% 34% (Sirkenas 2016)
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatankesehatan remaja
40% 45% 43,5% (Konseling) (Sirkesnas 2016)
4 PembinaanKesehatan Ibudan Reproduksi
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibuhamil
87% 90% 97 % (data rutin)
Persentase Puskesmas yang melakukan orientasiProgram Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
95% 100% 94% (Sirkesnas 2016)
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayananantenatal minimal 4 kali (K4)
78% 80% 74,1% (R 2018)77% (SDKI)
5 PembinaanUpayaKesehatan Kerjadan Olahraga
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakankesehatan kerja dasar
70% 80% 43,3% (Sirkesnas 2016)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatankesehatan olah raga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya
50% 60% 32,3% (Sirkesnas 2016)
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakankesehatan tradisional
60% 75% 39,8% (Sirkesnas 2016)
30
Versi e-PPGBM
Versi online
sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id
Versi Android
Kata kunci: ppgbm
Versi Offline
http://localhost:8088
Penggabungan data offline ke online:1. Backup data di offline2. Login online3. Restore data di online
Tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki Username dan Password setelah registrasi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota. Dashboard data gizi dari PPGBM diakses di : http//www.gizi.kemkes.go.id
SURVEILANS GIZI BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI
INOVASI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING
PAUD HI di Kab.
Sijunjung-Sumatera
Barat
Baby Café di Kab.
Klaten-Jawa Tengah
Posyandu Prakonsepsi
di Kab. Banggai-
Sulawesi Tengah
Integrasi Pencatatan Sipil di
Kota Pasuruan-Jawa Timur
PKH Prestasi di Kab.
Brebes-Jateng
Intervensi
Terintegrasi di Kab.
Gorontalo-Gorontalo
Pelayanan Kesehatan
Berbasis Elektronik di
Kab. Lombok Barat-NTB
Komitmen Pimpinan di
Kab. Kulon Progo-DIY
Kampung Zimba di Kab.
Bogor-Jawa Barat
33
No. Permasalahan Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Kematian Maternal (AKI) masih tinggi
• Kematian Neonatusmerupakan proporsiterbesar dari kematianbayi
Cakupan pelayanan KIA membaik, tapi kualitas belum optimal Penyebab kematian ibu: Eclampsia, perdarahan, infeksi, abortus
• Perbaikan mutu pelayanan KIA (Remaja, Bumil, Nifas)
• Perbaikan mutu pelayanan neonatus(KN1,2,3)
• Penguatan Implementasi SPM denganpendekatan keluarga (PIS-PK)
• Perlu keterlibatan dokter
2 Status gizi balitamembaik, tetapi masih di atas cut-off WHO (masihmenjadi public health problem)
• Mutu intervensi gizi belum optimal (ketepatan sasaran PMT, tingkatkecukupan TTD, kualitas IMD, kualitas ASI eklusif belum optimal)
• Konvergensi intervensi spesifik dan sensitif belum optimal
• Perbaikan ketepatan dan mutu pelayanangizi
• Revitalisasi Posyandu (Posyandu sbg ujungtombak penanggulangan stunting)
• Penguatan Implementasi SPM denganpendekatan keluarga (PIS-PK)
3 Kesehatan Kerja Pos UKK baru pada nelayan dan petani
• Untuk penanggulangan PTM → perlu“Posbindu di Perusahaan” (Pusat edukasi, skrining, dan pengobatan dini)
• Integrasi dengan Kemenakertrans untukmenangkap “the missing NCD suspect” (WHO: the missing men)
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
CAPAIAN DAN PERMASALAHAN PROGRAM P2P
34
35
13,8
1,60,4
1,4
18,5
4,4
2
0,4 0,4
12,3
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
ISPA Pneumonia TB Malaria Diare Balita
2013 2018
47
82,6
31,2
49,8
88,2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
PSN di Rumah Tangga Cuci Tangan DenganBenar
BAB Dengan Benar
2013 2018
Prevalensi PM Dx Nakes, 2013─2018 Upaya Pencegahan PM, 2013─2018
TREND PM DAN UPAYA PENCEGAHAN
ABJ < 95%
36
0
95
ANGKA BEBAS JENTIK (RIKHUS VEKTORA 2017)
MENCAKUP SAMPEL 66 KAB/KOTA
Ember
Bak Mandi
Drum ABJ < 95%
Estimation and distribution of TB incidence
Incidence Estimate 95% uncertainty interval
Absolute 842,000 770,000 – 922,000
Rate (per 100.000 pop)
319 294 – 352
37
Strategi: TOSS
1. Pengobatan standar (DOTS) pada yang sudahmasuk SITT (442.172 kasus)
2. Dorong Missing Cases (Under-Reporting) masuk dalam SITT (244.867 kasus)
3. Temukan Undetected Cases (154.611 kasus)
4. Temukan MDR TB baik kasus baru maupunlama dan obati dengan benar
38
25
99
69
27
75
89
27
51
93
29
83
29
29
47
30
30
28
61
32
13
08
33
14
41
32
71
03
32
45
39
33
07
29
36
05
65
44
67
32
51
47
73
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
• Jumlah notifikasi kasus TB Tahun 2018 telah mencapai 514.773 kasus• Ada peningkatan CDR sebesar 4% dari tahun 2016 ke tahun 2017 dan sebesar 15% dari tahun
2017 ke tahun 2018
Belum Mencapai842.000
39
No. Provinsi 2016 2017 2018
1 Aceh 25% 30% 35%2 Sumut 31% 36% 46%3 Sumbar 28% 36% 43%4 Riau 19% 32% 38%5 Kepri 30% 37% 47%6 Jambi 21% 25% 28%7 Sumsel 25% 38% 49%8 Babel 21% 30% 34%9 Bengkulu 20% 28% 38%
10 Lampung 25% 28% 44%11 Banten 36% 43% 73%12 DKI Jakarta 75% 105% 104%13 Jabar 45% 55% 65%14 Jateng 35% 50% 67%15 DIY 26% 31% 34%16 Jatim 40% 46% 49%17 Kalbar 23% 27% 31%18 Kalteng 25% 30% 31%19 Kalsel 30% 41% 46%20 Kaltim 30% 38% 40%
No. Provinsi 2016 2017 201821 Kaltara 37% 54% 48%22 Sulut 48% 66% 64%23 Gorontalo 31% 36% 68%24 Sulteng 29% 40% 55%25 Sulsel 34% 45% 64%26 Sulbar 28% 34% 37%27 Sultra 34% 35% 37%28 Bali 23% 27% 32%29 NTB 25% 30% 29%30 NTT 26% 30% 29%31 Maluku 50% 60% 49%32 Malut 34% 42% 37%33 Papua 60% 79% 74%34 Papua Barat 50% 52% 36%
Indonesia 43% 53% 61%
CASE DETECTION RATE PER PROVINSI, 2016-2018
40
Angka Keberhasilan Pengobatan TB per provinsi Tahun 2017
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN, 2007-2018
41
41,6
49,2
9,1
59,2
32,1
8,7
57,9
32,9
9,2
0
10
20
30
40
50
60
70
Lengkap Tidak lengkap Tidak imunisasi
2007 2013 2018
Target RENSTRA tahun 2019 = 93%
SDKI 2017 = 59,4%
SUSENAS KOR 2015 = 52,26%
PROGRAM: 92%
PROPORSI IMUNISASI PADA ANAK USIA 12-23 BULAN MENURUT JENIS IMUNISASI, 2013-2018
42
Trend PTM dan Faktor Risiko (RKD 2018)
7
2 1,5
25,8
10,9
3,82
34,1
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Stroke* Ginjal kronis* Diabetes Hipertensi**
2013 2018
*: Permil**: hasil pengukuran
Tren Penyakit Tidak Menular meningkatdari tahun 2013 hinga 2018
14,8
26,6 28,826,1
93,5
21,8
31 29,333,5
95,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Obesitaspada dewasa
Obesitassentral
Merokok Aktivitas fisikkurang
Kurangmakan sayur
dan buah2013 2018
Faktor Risiko PTM juga meningkat
43
7,28,8 9,1
RKD 2013
SIRKESNAS2016
RKD 2018
Merokok pada Remaja
44
THE MISSING NCD SUSPECTS (WHO: THE MISSING MEN)
34,1
10,9
8,4
20
5
10
15
20
25
30
35
40
Hipertensi DM
Pemeriksaan Dx Nakes
25.7
8.9
“The Missing men” yang harusdiketemukan melalui:
• Implementasi SPM
• Penguatan Posbindu
• Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
No. Program P2P IndikatorTarget
Pencapaian2018 2019
1 Menurunnyapenyakit menular, penyakit tidakmenular dan peningkatan kualitaslingkungan
Persentase penurunan kasus Penyakityang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi(PD3I) tertentu
30% 40% Studi BOD, Riskesdas menunjukkan telahterjadi penurunan PMAda ketimpangan secara geografis(Indonesia Timur perlu perhatian khusus)
Persentase penurunan prevalensimerokok pada usia ≤ 18 tahun
5.6% 5.4% Prevalensi Merokok Remaja (10-18 tahun): 9.1%
Persentase anak usia 0 sampai 11 bulanyang mendapat imunisasi dasar lengkap
92.5% 93% Riskesdas 2018: Bayi Mendapat IDL: 57.9%Imunisasi Campak: 77.3% (CakupanProgram 92%)
Persentase kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaandan tatalaksana Pneumonia melaluiprogram MTBS
50% 60% Sirkesnas 2016: 67%
Presentase kabupaten/ kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu(fisik, biologis, kimia)
70% 80% DBD: Terpadu 30,7%; Tidak Terpadu 61%ABJ < 95%Chik: Terpadu 13,6%; Tidak Terpadu 21,2%Filariasis: Terpadu 3,8%; Tidak Terpadu15,5%Malaria: Terpadu 13,3%; Tidak Terpadu56,2%
45
46
No. Permasalahan Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
2 • Trend beban PTM naik secarasignifikan (Stroke, Penyakit JantungIskemik, DM, PGK, Hipertensi, Penyakit Jantung Hipertensif, Kanker)
• Faktor Risiko PTM mencakup: faktor metabolik, perilaku, lingkungan
• Program Posbindu belum optimal melakukan perubahan perilaku (life style), skrining kasus belumnyambung dengan pengobatan (?)
• Germas masih belum optimal implementasinya dalammenggerakkan lintas sektor (HiAPA)
• Peningkatkan upaya deteksi faktor risiko, yang ditindaklanjuti dengan upayaedukasi
• Perluasan dan penguatan Posbindudalam edukasi, skrining, dan rujukanpengobatan, serta gerakan hidup sehat(Posbindu Perusahaan?)
• Penguatan Implementasi SPM dan PIS-PK • Gerakan multisektor melalui pendekatan
HiAPA
3 • Trend beban PM langsung secaraumum menurun, kecuali HIV/AIDS
• Trend beban PM TVZ: malaria turun; Filariasis, DBD masihmasalah
• Dari Survei (Sirkesnas, SDKI, Riskesdas) Cakupan IDL belummencapai yang diharapkan →menyebabkan KLB PD3I
• Cakupan UCI Program ImunisasiWajib mengalami penurunan(?), karena isu halal dan dan mis-understanding isu efek samping(autism, dll)
• Untuk PM Tular Vektor → Program Pengendalian Vektor Terpadubelum optimal
• Untuk PM Tular Langsung (TB, HIV), upaya deteksi kasus masih di bawahtarget
• Penguatan pelaksanaan Program Imunisasi dalam gedung dan luar gedung(Posyandu, backlog fighting, dll)
• Penguatan Surveilans Imunisasi (PWS Imunisasi) dan Surveilans PD3I
• Kolaborasi tokoh masyarakat (ulama) untuk menangkal isu negatif vaksin
• Perluasan dan penguatan pengendalianvetktor terpadu untuk PM Tular Vektor
• Peningkatan upaya deteksi kasus TB dan HIV
• Implementasi strategi SPM dan PIS-PK
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
PERMASALAHAN PELAYANAN KESEHATAN
47
48
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007Pelayanan Rawat Jalan
86,8
90,4
87,2
86,1
87,5
86
85,1
82,4
92
88,3
91,7
90,2
88,3
89,2
76
78
80
82
84
86
88
90
92
94
PA DIG COM AUT CI CH ENV
Tahun 2007 Tahun 2017
60
64
68
72
76
80
84
88
92
96
100
PA
DIG
COM
AUTCI
CH
ENV
Rawat Jalan Tahun 2007
Rawat Jalan Tahun 2017
PA = PROMPT ATTENTION(Kecepatan pelayanan)
DIG = DIGNITY(Sikap Sopan & ramah )
COM = COMMUNICATION(Komunikasi petugas)
AUT = AUTONOMY(Kemandirian)
CI = CONFIDENTIALITY(Kerahasiaan)
CH = CHOICE OF PROVIDER (Pemilihan)
ENV = ENVIRONMENT(Kualitas lingkungan)
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007Pelayanan Rawat Inap
84,8
87
85,484,8
86,1
84,5
82,9
87,5
82,2
92,6
87
90,8
94
88,7 88,6
95,4
75
80
85
90
95
100
PA DIG COM AUT CI CH ENV SS
Rawat Inap Tahun 2007 Rawat Inap Tahun 2017
60
64
68
72
76
80
84
88
92
96
PA
DIG
COM
AUT
CI
CH
ENV
SS
Rawat Inap Tahun 2007 Rawat Inap Tahun 2017
PA = PROMPT ATTENTION(Kecepatan pelayanan)
DIG = DIGNITY(Sikap Sopan & ramah )
COM = COMMUNICATION(Komunikasi petugas)
AUT = AUTONOMY(Kemandirian)
CI = CONFIDENTIALITY(Kerahasiaan)
CH = CHOICE OF PROVIDER (Pemilihan)
ENV = ENVIRONMENT(Kualitas lingkungan)
SS = Sosial support(Dukungan sosial)
49
7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2 8,4
Rawat Jalan Tahun 2017
Rawat Inap Tahun 2017
Keseluruhan Tahun 2017
Target Tahun 2019
Riskesdas Tahun 2007
8,09
8,16
8,14
8
7,75
Level Responsiveness
2015 2017
50
KEMUDAHAN AKSES KE RUMAH SAKIT BERDASARKAN PROVINSI, RISKESDAS 2018
37,1
36,9
26,0
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
Pap
ua
Sul
awes
i Bar
at
Nus
a T
engg
ara
Tim
ur
Sum
ater
a S
elat
an
Jam
bi
Lam
pung
Mal
uku
Nus
a T
engg
ara
Bar
at
Sul
awes
i Ten
ggar
a
Kal
iman
tan
Ten
gah
Kal
iman
tan
Bar
at
Ace
h
Sul
awes
i Sel
atan
Sul
awes
i Ten
gah
Mal
uku
Uta
ra
Jaw
a B
arat
Gor
onta
lo
Ben
gkul
u
Pap
ua B
arat
Sum
ater
a B
arat
Sul
awes
i Uta
ra
Ria
u
IND
ON
ES
IA
Ban
ten
Sum
ater
a U
tara
Kal
iman
tan
Uta
ra
Kal
iman
tan
Sel
atan
Jaw
a T
enga
h
Jaw
a T
imur
Kal
iman
tan
Tim
ur
Kep
.Ban
gka
Bel
itung
DK
I Jak
arta
Kep
ulau
an R
iau
Bal
i
DI Y
ogya
kart
a
Mudah Sulit Sangat Sulit
51
Analisis indeks akses ke pelayanan kesehatan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dengan dimensi
pembentuk: jarak tempat tinggal ke fasyankes, tranportasi, dan biaya transportasi ke fasilitas kesehatan
52
9983
7508
2475
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Total Puskesmas
75
,20
%
24
,8 %
AKREDITASI PUSKESMAS
Madya 53%
Dasar 36%Utama 10%
Paripurna1%
53
2818
2004
814
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
Total Rumah Sakit
71
,10
%
28
,90
%
Perdana47%
Madya7%
Dasar2%
AKREDITASI RUMAH SAKIT
Paripurna36%
Utama9%
54
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Hasil Studi “Responsiveness” Tahun2017, menunjukkan perbaikantingkat Responsiveness dibandingTahun 2007, kecuali VariabelKecepatan Pelayanan
• Dengan meningkatnya kunjunganpasien BPJS maka terjadi antrian→menyebabkan Tingkat KecepatanPelayanan menurun
• Mengembangkan Aplikasi Sistem Antrian(Datang menjelang jam perjanjianpelayanan)
• Mengembangkan SIMRS terintegrasi antarmoduler
2 • Akses Yankes beberapa Provinsimasih masih kategori sulit dan sangat sulit (Indonesia Timur)
• Masih ada kendala jarak dari hunianke fasyankes, tidak tersedia modatransportasi, tidak mempunyai biayatransport
• Terus mengembangkan Puskesmas dan Rumah Sakit Pratama di daerah DTPK dengan mempertimbangkan pendudukyang dilayani
3 • Akreditasi Puskesmas didominasioleh Level Madya dan Dasar; Untuk Rumah Sakit masih banyakyang pada level Perdana (47%)
• Masih terdapatnya gap (masalah) di proses bisnis dan inputs (sarana, prasarana, SDM)
• Benarkah status akreditasimerefleksikan day-to-day practice yang ujungnya mampu meningkatkankepuasan pasien??
• Perbaikan dan penguatan aspek proses bisnis dan aspek inputs (sarana, prasarana, SDM) →membudayakan CQI (Siklus PDCA/ PDSA)
• Menjadikan pencapaian level akreditasimenjadi budaya organisasi
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
PERMASALAHAN SDM KESEHATAN
55
PROPORSI PUSKESMAS TIDAK ADA DOKTER BERDASARKAN PROVINSI (%), RISNAKES 2017, (N=9699)
44,9
7,7
01020304050
4,2
32
9,3
16,39,4
4,6
14,9
7,7
44,9 44,940
29,5
20,5 19,7
0
10
20
30
40
50
Indonesia Papua Maluku Papua Barat Sulawesi Tenggara NTT Maluku Utara
Rifaskes 2011 Risnakes 2017
PERBANDINGAN PROPORSI PUSKESMASTIDAK ADA DOKTER (%), RIFASKES 2011 DAN RISNAKES 2017
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DokterUmum
DokterGigi
Perawat Bidan Kesmas Kesling Lab TenagaGizi
TenagaFarmasi
Rawat Inap Non Rawat Inap
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DokterUmum
DokterGigi
Perawat Bidan Kesmas Kesling Lab TenagaGizi
TenagaFarmasi
Rawat Inap Non Rawat Inap
PERKOTAAN PERDESAAN
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DokterUmum
DokterGigi
Perawat Bidan Kesmas Kesling Lab TenagaGizi
TenagaFarmasi
Rawat Inap Non Rawat Inap
TERPENCIL/ SANGAT TERPENCIL
Ket :Status Puskesmasberdasarkanpengakuan KepalaPuskesmas dan SK Bupati/Walikota
KESESUAIAN KETENAGAAN PUSKESMAS BERDASARKAN
PERMENKES 75/2014, RISNAKES 2017 (N=9699)
N = 9699
0,30
20
40
60
80
100
120
dr drg Sp. Dasar Apoteker TeknisKefarmasian
Gizi Terapi Fisik Radiografer Fis Med TEM Teknisi Medis Rekam Medik
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
KESESUAIAN TENAGA DI RS PEMERINTAH SESUAI PERMENKES 56 TAHUN 2014, RISNAKES 2017
89,8
100 10095,3
66
0
20
40
60
80
100
120
INDONESIA Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
17,1
4,3
2,1
0,9
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
PERSENTASE KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RS INDONESIA BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
RATA-RATA DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RUMAH SAKIT BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
DOKTER SPESIALIS DALAM DI RS PEMERINTAH, RISNAKES 2017
86,9
100 10095,3
54,2
0
20
40
60
80
100
120
TOTAL Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
6
3,2
1,8
0,7
0
1
2
3
4
5
6
7
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
RATA-RATA DOKTER SPESIALIS BEDAH DI RS PEMERINTAH BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
RATA-RATA DOKTER SPESIALIS BEDAH DI RS PEMERINTAH BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
DOKTER SPESIALIS BEDAH DI RS PEMERINTAH, RISNAKES 2017
75,8
100 100
80,1
39,2
0
20
40
60
80
100
120
Total Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
RATA-RATA DOKTER SPESIALIS ANESTESI DI RS PEMERINTAH BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
RATA-RATA DOKTER SPESIALIS ANESTESI DI RS PEMERINTAH BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
11,1
2,5
1,1
0,4
0
2
4
6
8
10
12
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
DOKTER SPESIALIS ANESTESI DI RS PEMERINTAH, RISNAKES 2017
62
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Jumlah Nakes per Puskesmassemakin naik, namunketimpangan antar wilayahsemakin tinggi (Indonesia Timur semakin timpang)
• Kecukupan Nakes sesuaidengan PMK 75/2014, masihbelum terpenuhi, khususnyatenaga kesmas, kesling, analislab, dan gizi
• Kemampuan kapasitas fiskalPemerintah Daerah sangat bervariasi, sehingga terjadi ketimpanganpemerataan Nakes di daerah
• Hasil Risnakes menunjukkan banyakNakes honorer dan tenaga suka rela di Puskesmas
• Perluasan dan penguatan NS Tim untuk DTPK• Perluasan dan Penguatan NS Individu untuk
memenuhi kekurangan tenaga dokter, kesmas, kesling, analisis lab, dan gizi
• Harus ada “skema khusus” yang mampumendorong nakes bekerja di daerah, khususnyadokter (insentf finansial dan non-finansial)
• Perlu penambahan tenaga disesuaikan denganstrategi pembangunan kesehatan (ImplementasiSPM, Germas, PIS-PK, Edukasi Faktor Risiko)
2 • Kecukupan tenaga dokterspesialis dasar sesuai PMK 56/2014 belum terpenuhi, khususnya di RS Klas C dan D
• Kemampuan kapasitas fiskalPemerintah Daerah sangat bervariasi, sehingga terjadi ketimpanganpemerataan Nakes di daerah
• Daerah tidak mampu (belum) membuat skema yang menarik untukdokter spesialis
• Harus ada “skema khusus” yang mampumendorong Dokter Spesialis untuk mauditempatkan di RS Daerah, baik skema insentiffinansial maupun non-finansial
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
PERMASALAHAN FARMALKES
63
% Puskesmas perawatan dan non perawatan menurut Ketersediaan Obat dan Vaksin Indikator, Tahun 2015 dan 2016 (Sirkesnas 2016)
Tahun 2015 N puskesmas = 400 Tahun 2016
50,6
52,9
61,6
66,3
72,7
75,0
78,5
82,0
84,3
87,8
87,8
89,5
90,1
91,3
91,3
91,9
95,3
95,9
96,5
97,1
30,3
49,1
41,2
42,5
60,5
52,6
77,6
69,7
82,0
87,7
87,7
89,0
86,8
94,3
86,0
92,1
98,2
96,1
99,1
96,9
,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
Magnesium Sulfat injeksi 20 %
Albendazol tab
Diazepam injeksi 5 mg/mL
Metilergometrin Maleat inj 0,200…
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1%…
Oksitosin injeksi
Obat Anti Tuberculosis dewasa
Fitomenadion (Vitamin K) injeksi
Tablet Tambah Darah
Vaksin TT
Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib
Vaksin BCG
Glibenklamid
Deksametason tab
Furosemid tablet 40 mg
Amoxicillin syrup
Amoxicillin 500 mg tab
Garam oralit
Parasetamol 500 mg tab
Kaptopril tab
non perawatan
perawatan
39,5
42,4
54,1
56,4
58,1
61,6
67,4
70,9
71,5
74,4
79,7
80,2
83,7
85,5
85,5
87,2
88,4
89,5
89,5
90,1
18,9
38,6
33,8
58,8
36,4
46,1
53,9
60,1
65,4
75,4
78,5
76,8
78,5
90,8
84,2
83,8
83,3
86,0
89,9
87,3
,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0
Magnesium Sulfat injeksi 20 %
Albendazol tab
Metilergometrin Maleat inj 0,200…
Obat Anti Tuberculosis dewasa
Diazepam injeksi 5 mg/mL
Oksitosin injeksi
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1%…
Fitomenadion (Vitamin K) injeksi
Tablet Tambah Darah
Vaksin DPT/ DPT-HB/ DPT-HB-Hib
Vaksin BCG
Vaksin TT
Furosemid tablet 40 mg
Amoxicillin 500 mg tab
Deksametason tab
Garam oralit
Glibenklamid
Amoxicillin syrup
Parasetamol 500 mg tab
Kaptopril tab
90
92,47
Puskesmas dg Ketersediaan Vaksin
Target 2018 Capaian
Data Program
5550
Puskesmas melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar
Target 2018 Capaian
Kualitas Vaksin (Studi Obat Publik, 2017)
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Aceh Jabar Jatim Kalsel Kalteng Malut NTB Papua Sulsel Sulut Sumsel
Kondisi Vaksin di Penyimpanan Rumah Sakit
VVM Kualitas A VVM Kualitas B VVM Kualitas C VVM Kualitas D
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Aceh Jabar Jatim Kalsel Kalteng Malut NTB Papua Sulsel Sulut Sumsel
Kondisi Vaksin di Penyimpanan Puskesmas
VVM Kualitas A VVM Kualitas B VVM Kualitas C VVM Kualitas D
VPM: Vaccine Vial Monitor
Studi Obat Publik (2017)
1. Pembiayaan distribusi obat bersumber dari APBN dan APBD, serta kapitasi di beberapadaerah. Sebagian besar biaya yang dikeluarkan dinkes adalah untuk repacking dan transportasi petugas pengirim serta biaya penambah daya tahan tubuh.
2. Penyediaan obat di dinkes ada yang hanya melalui e-catalog, tetapi ada juga yang ditambah pembelian langsung. Penyediaan di puskesmas sebagian besar masihmengandalkan dinkes, tetapi ada beberapa puskesmas BLUD yang bisa membeli sendiridalam jumlah kecil menggunakan dana kapitasi.
3. Obat yang pernah kosong antara lain amlodipin, antasid, diazepam, allopurinol dan asam mefenamat. Permasalahan kekosongan obat banyak terjadi pada kelompok obatpsikotropika (obat jiwa) terutama diazepam. Untuk jenis vaksin/ serum yang banyakterjadi kekosongan adalah SABU, ATS, IPV, vaksin Rabies.
4. RKO dibuat berdasarkan data y-2, disubmit pada y-1, direalisasikan pada y. Kenyataanyang terjadi pada tahun berjalan RKO tersebut tidak digunakan sebagai dasarpengadaan obat , tetapi lebih pada kondisi riil keadaan stok saat itu.
66
67
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Ketersediaan 20 obat esensialpuskesmas belum mencapai 95% (Vaksin wajib IDL, ObatEclampsia: Magnesium Sulfas Injeksi, Diazepam Injeksi; SABU, ATS, Vaksin Rabies
• Kelangkaan obat tertentu di E-Catalog (?)
• Belum optimalnya manajemenlogistik obat publik di Tingkat Kab/Kota dikaitkan dengandistribusinya ke Puskesmas
• Belum semua Dinkes dan RumahSakit membuat RencanaKebutuhan Obat (RKO), padahalRKO penting untuk kebutuhanobat yang akan dilelang dalamoleh LKPP (E-Catalog)
• Penguatan manajemen logistik obatpublik di Tingkat Kab/Kota
• Penguatan Rumah Sakit (Vertikal, Pemerintah Daerah, dan Swasta) untuk menyusun Rencana KebutuhanObat (RKO)
• Penguatan Manajemen Rantai Dinginuntuk menjaga kualitas vaksin
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
PERMASALAHAN PEMBIAYAAN KESEHATAN
68
Gambaran Skema Pembiayaan Belanja Kesehatan Indonesia, 2010-2016
16.3% 17.4% 19.4% 19.8% 17.8%20.1%
23.7%5.5% 6.1%
6.7%8.1%
13.8%16.7%
17.3%54.8%
54.7%50.9%
46.7%
41.0%38.1%
35.0%
211,2240,9
261,0
298,4
341,9369,4
414,0
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
IDR
Tri
llio
ns
Skema Pemerintah Pusat Skema Pemerintah Daerah Skema Ausransi Kesehatan Sosial
Skema Perusahaan Skema Swasta Lainnya Skema Pembiayaan dari Kantong RT
Total
Skema PemerintahDaerah juga mengalamikenaikan dan memilikikontribusi yang cukupbesar terhadap total
Terlihat adanya Indikator Keberhasilan dari Program Jaminan Kesehatan dimana Skema Pembiayaan yang berasal dari kantongRumah Tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun , sedangkan Skema Asuransi Kesehatan Sosial dari tahun ke tahunmengalami peningkatan ,
69
Distribusi Anggaran Kemenkes Berdasarkan 3 Pilar Pembangunan Kesehatan 2014 - 2019
Distribusi anggaranKemenkesdikelompokan ke dalam3 Pilar Pembangunan Kesehatankecenderungan daritahun ke tahun relatifsama.
Porsi terbesar anggaranProgram Indonesia Sehat adalah JKN, Penguatan Yankes danparadigma sehat
0%
12%
44%
44%
20150%
16%
43%
41%
2014
14%
44%
42%
2016
13%
43%
44%
2017
12%
42%
46%
2019
14%
42%
43%
2018
70
Ditjen Kesmas, P2P, dan Farmalkes memiliki share fungsi layananpromotif preventif lebih besar dibanding fungsi lainnya, 2016
• Fungsi kuratif (rawat jalan dan rawat inap) sebagian besar diselenggarakan oleh unit-unit Yankes (belanja RS), Farmalkes (obat program), Setjen (gaji dokter dan bidan PTT), dan BPPSDM Kes (gaji internship tenaga kesehatan).
• Kegiatan promotif preventif dilaksanakan olehunit-unit P2P, Kesmas, Farmalkes, Setjen, danBPPSDM.
• Ditjen Kesmas, P2P, dan Farmalkes memilikishare fungsi promotif preventif lebih besardibanding fungsi dan eselon lainnya.• Pada farmalkes, fungsi promotif preventif
merupakan hasil estimasi untuk beberapaobat program dan vaksin.
• Pada BBPSDM Kes mayoritas merupakan belanjaterkait Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan.
10,3%
43,3%
56,5%
30,8%
2,3%
0,8%
4,7%
46,0%
93,0%
0,02%
85,6%17,4%
62,5%
17,8%
8,0% 5,6%
4,5%
2,0%
97,2%
49,8%28,9%
66,3%
8,6%1,0% 0,4% 1,4%
38,2%
12,4%2,8% 1,9%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Balitbangkes BPPSDM Kes Farmalkes Kesmas Yankes P2P Itjen Setjen
Investasi lainnya
Diklat
Litbangkes
Tata Kelola Administrasi, Sistem & Pembiayaan Kesehatan
Layanan Promotif Preventif
Layanan Penunjang
Kuratif71
Rincian Belanja Kesehatan, 2016
Kuratif Rawat Inap38%
Kuratif Rawat Jalan35%
Layanan Rehabilitatif0%
Layanan Penunjang0%
Barang Medis
8%
Tata Kelola Administrasi,
Sistem, & Pembiayaan Kesehatan
3%
Investasi6%
Preventif (BOK)4%
Pemantauan Kondisi
Kesehatan3%
Surveilans Epid & Pengendalian Risiko
& Penyakit2%
Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)
1%Program Imunisasi
0%
Layanan Promotif Preventif
10%
72
Dengan Beban Penyakit yang besar pada PTM dan KIA (Kematian Neonatal) • Sudah cukupkah proporsi anggaran
promotif-preventif sebesar 10%?• Sudahkah diarahkan untuk perbaikan
KIA dan Gizi?• Sudahkah diarahkan juga untuk
penanggulangan PTM, melalui edukasi, skrining, pengobatan dini, dan multisektor?
73
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DANA DEKONSENTRASI
• Menu kurang focus pada kebutuhan daerah
• Ditentukan Pusat
Menu Dekon
• Dikelola oleh masing2 UKE II• Belum sinkron antar program
Pengelolaan
• Belum ada evaluasi
• Belum ada tools/instrumen yg
standart
• Belum ada feedback
• Belum ada rewards
Evaluasi
Isu Strategis Rekomendasi
• Difokuskan untuk perbaikan tata kelola • Substansi disesuaikan dengan prioritas nasional • Sinkronisasi antara Pusat dan daerah (mengakomodir
bottom up planning)
• Dikoordinasikan oleh Sekjen (Biro Rengar)
Sedangkan untuk Dirjen/Badan (ses Ditjen/Badan)
• Perlu ada evaluasi terhadap menu dan anggaran
• Perlu adanya standart tools/instrumen monev
• Perlunya feedback laporan dari daerah
• Perlu rewards dari Pusat kepada daerah yang realisasi
dan pencapaian kinerja tinggi
Sumber : (Studi Dana Dekon, Analisis hasil Pertemuan RTD 28 sept 2018)
JKN TERBUKTI MENINGKATKAN EKUITI
0.2
.4.6
.81
Ra
wat
Ina
p (R
S P
eme
rinta
h at
au
RS
Sw
ast
a)
0 .2 .4 .6 .8 1
Distribusi kumulatif konsumsi perkapita
2007
2014
Garis equality
JKN
SAMPEL ≥ 40 TAHUN UMUR SAMPEL UMUR ≥ 15 TAHUN
ANALISIS KURVA KONSENTRASI
Sumber: Disertasi Wahyu P. Nugraheni,2017
SAMPEL UMUR ≥ 40 THN
SAMPEL UMUR ≥ 15 THN
75
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Melihat Burden of Diseases (yang diukurdengan YLL, DALY Lost) proporsi anggaran belumdialokasikan secara efektifdan efisien untuk upayapromotif-preventif untukmengurangi Beban Penyakit PTM dan KIA
• Gegap gempitanya pelayananBPJS, yang notabene kuratif, mengalahkan intervensipromotif-preventif, deteksi dini, dan pengobatan dini, yang nota bene lebih cost effective
• Nakes di pelayanan primer terlalusibuk dengan kapitasi BPJS?, sehingga intervensi public health mengendur?
• Perlu dipikirkan re-alokasi anggaran untuk belanja yang cost-effective (Intervensi yang per Dolarnya / Per Rupiahnya mampu mencegah DALY lost tertinggi)
• Alokasi dana untuk upaya promotive-pereventif perluditingkatkan (Posyandu, Posbindu, PIS-PK, Germas, skrining PTM, rujukan Posbindu ke Puskesmas, KeterkaitanPosbindu-Puskesmas-Rumah Sakit
• Memperkuat Primary Health Care (Pelayanan KesehatanPrimer)
• Mendorong Bappenas untuk menerapkan HiAP (Health in All Policies)
• Direktorat Promkes→ harus mengampu untukmemberikan KIE untuk PTM , KIA, dan Gizi (Reorganisasi?)
2 • Dana Dekonsentrasi dilihatoleh daerah belum sinkrondengan kebutuhan daerah
• Berjalan secara vertikal oleh masing-masing unit eselon-2 (belum disinkronkan secarahorizontal)
• Perlu sinkronisasi secara horizontal dalam rangkaimplementasi strategi integrasi (SPM, Germas, PIS-PK) untuk integrasi dan penguatan program (dikoordinir oleh Unit Eselon I?)
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
REKOMENDASI
76
REKOMENDASI (1)
1. Penyebab DALY Lost Tahun 2017: PTM (70%); PM/KIA/Gizi (23,5%); Cedera(6,5%) → Sudahkah merubah pola pikir kita?
2. Faktor Risiko penyebab DALY Lost mencakup (1) faktor metabolik: tekanandarah tinggi, gangguan gula darah, body mass index, dyslipidemia, (2) perilaku: diet, rokok, alcohol, malnutrisi ibu dan anak, hygiene/ sanitasi, alkohol, kurangaktivitas fisik (3) lingkungan: polusi→ Sudahkah tergambar dalam upaya?
3. Strategi menurunkan kematian maternal dan neonatal adalah melaluipeningkatan cakupan dan mutu pelayanan remaja, bumil, bulin, dan bufas, dengan “memperkuat sistem rujukan posyandu, puskesmas, dan rumah sakit”, terdapat faktor risiko→ ditangani dokter
4. Untuk penurunan stunting perlu implementasi konvergensi intervensi spesifikdan intervensi sensitif di setiap level pemerintahan (pusat, provinsi, kab/kota, kecamatan, desa, posyandu)→ revitalisasi posyandu, perbaikan survailans gizi, pemenuhan kebutuhan gizi pada 1000 HPK (Pangan Lokal)
77
REKOMENDASI (2)
5. Strategi penanggulangan PTM mencakup: (1)penguatan promotive-preventif: edukasi faktor risiko, skrining, pengobatan dini, untuk menangkap “the missing men”, (2) penguatan pelayanan primer dan UKBM/ pemberdayaanmasyarakat, (3) aksi multisektor (HiAPA)
6. Perlu perluasan dan penguatan fungsi Posbindu (upaya edukasi, skrining, dan pengobatan dini), baik Posbindu Masyarakat maupun “Posbindu Tempat Kerja”
7. Guna peningkatan cakupan dan mutu imunisasi perlu penguatan pelayanandalam gedung dan luar gedung, survailans imunisasi (PWS Imunisasi), Survailans PD3I, upaya terencana untuk menanggulangi kampanye negatifimunisasi (isu halal, isu efek samping)
8. Guna penanggulangan PM Tular Vektor, khususnya DBD, perlu penguatanpenanggulangan vektor terpadu, perubahan jumantik menjadi jurbastik di tiap unit bangunan (Rumah Tangga, Sekolah, Masjid, dll)
78
REKOMENDASI (3)
9. Peningkatan mutu fasyankes (puskesmas dan rumah sakit) melalui akreditasi(akreditasi puskesmas dan akreditasi rumah sakit), tidak hanya untukmeningkatkan mutu pelayanan UKP, namun harus dikaitkan dengan intervensiUKM (Kesmas dan P2P) → khususnya “penguatan primary health care”.
10. Untuk perbaikan responsiveness dimensi kecepatan pelayanan→dikembangkan sistem aplikasi antrian dan SIMRS integrated antar moduler
11. Capaian akreditasi fasyankes harus dibumikan menjadi budaya kerja (budayaorganisasi) melalui siklus CQI (PDSA)→mampu meningkatkan kepuasan pasien
12. Untuk memenuhi kekurangan Nakes di Puskesmas dan Dokter Spesialis di Rumah Sakit perlu dibuat “skema khusus” intervensi Pusat, khusus Puskesmasmelalui penguatan dan perluasan NS Tim dan NS Individu
13. Dikaitkan dengan prioritas promotif-preventif, Nakes Dokter, Kesmas, Kesling, Gizi, Analis Lab → perlu mendapatkan prioritas
79
REKOMENDASI (4)
14. Untuk menghindari kekosongan obat, perlu penguatan manajemen obat publikdi Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit, mencakup penyusunan RKO, pengelolaansatu pintu, penetapan multi-winner di LKPP (Pusat)
15. Untuk menjaga mutu vaksin, perlu dipertahankan “manajemen rantai dingin” yang sesuai standar
16. Agar alokasi anggaran sesuai dengan besaran beban penyakit (DALY Lost), perludipikirkan re-alokasi anggaran yang cost-effective untuk setiap rupiah yang dibelanjakan (value for money utk setiap DALY saved)
17. Alokasi anggaran untuk promotif-preventif: edukasi faktor risiko, skrining, pengobatan dini, melalui penguatan pelayanan kesehatan primer (SPM, PIS-PK, Posbindu), harus mendapatkan porsi yang reasonable
18. Pada intervensi promotif-preventif maka harus bersifat integrasi, tidak per penyakit→ perlu strategi integrasi (SPM, PIS-PK, UKBM, Penguatan PHC)
80
81