EVALUASI KINERJA KREDIT USAHA RAKYAT DALAM...
Transcript of EVALUASI KINERJA KREDIT USAHA RAKYAT DALAM...
EVALUASI KINERJA KREDIT USAHA RAKYAT DALAM
PENYALURAN UMKM DAN DAMPAKNYA TERHADAP
NON PERFORMING FINANCING
(Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ANNISA PUTRI ANUGRAH
1112085000004
PERBANKAN SYARIAH
FAKULATAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan berkah
yang selalu diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
kuliah yaitu penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat menempuh studi strata
satu guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Perbankan Syariah di
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan
para pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa isi dari skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis,
namun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menjadikan skripsi ini
sebuah karya yang orisinal dan ilmiah serta bermanfaat bagi semua. Hasil
penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan doa berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih sebesar-
besarnya atas bantuan dan do’a kepada:
1. Kedua orangtuaku, Bapak Agus Sugiarto dan Ibu Eti Rustiati dengan
keikhlasannya selalu berdo’a dan tanpa kenal lelah telah banyak memberikan
dukungan moral dan material hingga terwujudnya harapan dan keinginan
anaknya. Untuk adikku Wulan Syifani yang selalu memberikan semangat
untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis
vii
5. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
6. Bapak Aditya Ginanjar, M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
7. Bapak Ade Suherlan, MBA selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu
membimbing dan mengarahkan penulis
8. Bapak Dr. Indoyama Nasarudin, MAB selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
9. Bapak Ade Ananto Terminanto, MM selaku dosen pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
10. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan
Perbankan Syariah
11. Rekan-rekan mahasiwa jurusan Perbankan Syariah khususnya Risya Fitriana,
Fitria Karima, Cindy Apriliya, Asma Karimah, Shella Mutia, Hafizah, Robiah
Al adawiah, dan lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih telah
menyumbangkan waktu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran yang
sifatnya membangun dalam hubungan dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 26 Mei 2016
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..............
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................. i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................ iii
ABSTRACT ...................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xii
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................ 1
B. Perumusan Masalah .......................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Definisi Bank Syariah ............................................ 9
2. Keunggulan Bank Syariah.......................................... 10
3. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan` ........................................ 11
b. Tujuan dan Fungsi Kredit (Pembiayaan) ............... 14
c. Analisis dan Aspek Penilaian Kredit (Pembiayaan) 18
4. Kredit Usaha Rakyat
a. Pengertian Kredit Usaha Rakyat ........................... 20
b. Ketentuan Kredit Usaha Rakyat ........................... 21
c. Kredit Usaha Rakyat Bank syariah Mandiri .......... 23
5. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
a. Definisi dan Karakteristik UMKM ...................... 26
6. Non Performing Financing (NPF)
a. Pengertian Non Performing Financing (NPF) ....... 30
b. Tingkat Kolektabilitas Non Performing Financing 31
c. Perhitungan Non Performing Financing (NPF) .... 33
B. Penelitian Terdahulu ........................................................ 35
C. Kerangka Pemikiran ......................................................... 39
D. Hipotesis Penelitian .......................................................... 40
ix
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 41
B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 41
C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 42
D. Metode Analisis Data ....................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ....................................... 54
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Profil PT Bank Syariah Mandiri ............. 57
2. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat BSM ................ 59
3. Perkembangan UMKM Bank Syariah Mandiri ......... 61
4. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) .... 63
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas ...................................................... 66
b. Uji Multikolonieritas ............................................ 69
c. Uji Heteroskedastisitas ......................................... 71
d. Uji Autokorelasi ................................................... 72
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (parsial) ........................................................ 73
b. Uji f (simultan) ..................................................... 75
c. Uji Adjusted R Square ......................................... 76
3. Analisis Regresi Sederhana ........................................ 78
C. Interpretasi........................................................................ 80
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ...................................................................... 82
B. Implikasi ........................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 85
LAMPIRAN ...................................................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga keuangan memegang peran penting dalam perkembangan
perekonomian suatu negara. Salah satu bentuk lembaga keuangan yaitu
sektor perbankan, Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai
kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan, baik perorangan,
lembaga sosial maupun perusahaan. Peran perbankan merupakan hal sentral
dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional
kearah peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. Menurut UU No.7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10
Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.
Sebagaimana pada Bank Syariah yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dimana: 1) melakukan investasi yang halal saja,
2) mengunakan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa, dan jasa lain, 3)
tujuannya adalah profit dan falah oriented. Pada dasarnya Bank Syariah
dalam oprasionalnya tidak menggunakan bunga yang menyebabkan riba.
Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya,
انربا وأخذهم – كثيرا انهه سبيم عن وبصدهم نهم أحهت طيبات عهيهم حرمنا هادوا انذين من فبظهم
أنيما عذابا منهم نهكافرين وأعتدنا بانباطم انناس أمىال وأكههم عنه نهىا وقد
2
Artinya: “Maka, disebabkan kezaliman orang-orang yahudi, Kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba padahal
sesungguhnyaa mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka
memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan
untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”
berdasarkan beberapa landasan di antaranya landasan tersebut maka Bank
Syariah tidak menggunakan prinsip bunga (bertentangan dengan prinsip
syariah) melainkan profit and revenue sharing. Salah satu fungsi Bank
Syariah ialah menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan atau kredit.
Pembiayaan memiliki peran penting dalam meningkatkan pendapatan bank,
karena kredit atau pembiayaan merupakan kegiatan usaha yang mendominasi
pengalokasian dalam penyaluran dana pihak ketiga (DPK). Menurut Undang-
Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998, Pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. salah satu bentuk komitmen
itu adalah dibukanya kredit untuk modal usaha bagi UKM dan koperasi yang
disebut dengan Kredit Usaha Rakyat ( KUR ).
Tepat pada tanggal 5 November 2007, Presiden R.I Susilo Bambang
Yudoyono merancang Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam bentuk fasilitas
3
penjaminan kredit dari pemerintah. dan didukung oleh Inpres Nomor 5 Tahun
2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008-2009 untuk menjamin
implementasi atau percepatan pelaksanaan kredit usaha rakyat ini. Beberapa
diantaranya adalah penyelesaian kredit bermasalah UMKM dan pemberian
kredit UMKM hingga Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Inpres
tersebut didukung dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
135/PMK.05/2008 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.
159/PMK.05/2011 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.
Pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank Mandiri, Bank
BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin.
KUR merupakan fasilitas kredit yang khusus diberikan kepada kegiatan
UMKM serta koperasi yang usahanya cukup layak namun tidak memiliki
agunan yang cukup sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh
pihak perbankan.
Mengingat UKM umumnya berbasis pada sumberdaya ekonomi lokal dan
tidak bergantung pada impor, serta hasilnya mampu di ekspor karena ke
kreatifannya, maka pembangunan UKM diyakini akan memperkuat fondasi
perekonomian nasional. Perekonomian Indonesia akan memiliki daya saing
yang kuat jika UKM telah menjadi pelaku utama yang produktif dan berdaya
saing dalam perekonomian nasional. Karena itu, pembangunan UKM perlu
menjadi prioritas utama pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka
panjang.
4
Selain Pemerintah, penggerak utama perekonomian di Indonesia selama
ini pada dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak
terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi
Indonesia yaitu: (1) sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan
orang yang tidak tertampung dalam sektor formal. (2) UKM mempunyai
kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). (3) UKM
sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk
yang dihasilkan. Secara langsung UKM juga dapat mengurangi pengangguran
dan kemiskinan suatu wilayah.
Perkembangan UMKM saat ini masih bersifat fluktuatif. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik disebutkan perkembangan UMKM pada indikator
unit usaha tahun 2012-2013 mencapai 2,41% mengalami peningkatan dari
tahun 2010-2011 mencapai 2,09%. perkembanganUMKM diharapkan untuk
terus meningkat dari tahun ke tahun agar mampu meningkatkan stabilitas
perekonomian nasional.
Program penyaluran dana KUR merupakan salah satu upaya pemerintah
agar mampu meningkatkan jumlah UMKM yang sebelumnya non bankable
menjadi bankable. Tetapi dalam realita penyaluran dana KUR memiliki risiko
yang perlu diperhatikan yaitu risiko kredit atau pembiayaan yang biasa
disebut dengan kredit bermasalah atau dengan istilah Non Performing Loan
atau Non Performing Finanancing menurut istilah bank syariah. Menurut
Ismail (2010:125) dalam Ina Kurniati (2015:9) Non Performing Financing
mencerminkan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul atas
5
penyaluran dana oleh bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk
pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan
menurunkan pendapatan bank. Wiroso (2005:6) dalam Supitasari (2014:12)
berpendapat bahwa salah satu rasio yang mengukur kualitas aktiva produktif
bank syariah adalah NPF (Non Performing Finanancing). NPF merupakan
perbandingan antara pembiayaan yang dikategorikan bermasalah dengan total
pembiayaan yang disalurkan.
Secara rinci realisasi KUR pada akhir November 2014 di jelaskan dalam
tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Realisasi dan NPL Penyaluran KUR Bank Nasional
(31 November 2014)
NO BANK
REALISASI PENYALURAN KUR NPL
(%) Plafon Outstanding
Debitur
Rata-rata
Kredit
(Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)
1 BNI 15.483.835 3.239.387 217.086 71,3 3,3
2 BRI (KUR Ritel) 20.600.695 7.821.037 117.259 175,7 2,9
3 BRI (KUR Mikro) 95.003.570 24.038.639 11.326.246 8,4 1,8
4 BANK MANDIRI 17.464.110 6.613.257 385.931 45,3 3,4
5 BTN 4.589.882 1.607.567 25.255 181,7 12,9
6 BUKOPIN 1.813.282 495.284 12.139 149,4 5,5
7 BANK SYARIAH
MANDIRI 3.898.017 1.145.079 59.861 65,1 17,2
8 BNI SYARIAH 319.702 134.670 1.424 224,5 4,6
TOTAL 159.173.093 45.094.920 12.145.201 13,1 3,2
sumber: komite-kur.com
6
Dari tabel di atas bahwa Bank BRI adalah penyaluran KUR terbesar
pertama, terbesar kedua adalah Bank Mandiri, terbesar ketiga adalah Bank
BNI, terbesar ke empat adalah Bank BTN, terbesar kelima adalah Bank
Mandiri Syariah. Keberadaan BSM pada posisi ke lima menunjukan bahwa
minat masyarakat terhadap pembiayaan syariah masih minim. Sehingga
masih banyak nasabah muslim yang menggunakan penjaminan konvensional
dengan menggunakan imbalan jasa atau disebut dengan bunga.
Bila di lihat dari sisi kredit bermasalah atau Non Performing Finanancing
menurut istilah bank syariah, Bank Syariah Mandiri memiliki nilai NPF
tertinggi yaitu 17,2%, menurut jurnal Universitas Brawijaya tahun 2014
mengatakan: “semakin tinggi tingkat Non-Performing Loan (NPL) maka
semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank”. Non-
Performing Loan (NPL) yang baik adalah Non-Performing Loan (NPL) yang
memiliki nilai dibawah 5%, sesuai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
adalah sebesar 5% dari total kredit yang disalurkan.
Dari latar belakang tersebut, kebijakan mengenai KUR Mikro yang telah
dilaksanakan oleh Bank Syariah Mandiri kurang berjalan lancar dan terdapat
kendala-kendala di lapangan, dibuktikan dari hasil tabel yang menunjukan
bahwa Bank Syariah Mandiri masuk urutan ke lima dalam penyaluran KUR
dan memiliki nilai NPF tertinggi diantara bank nasional penyalur KUR lain.
Maka penulis tertarik untuk mengkaji sejauh mana kinerja penyaluran KUR
terhadap peningkatan UMKM dan bagaimana dampaknya terhadap nilai NPF.
7
Maka dari itu dalam skripsi ini penulis mengangkat judul “Evaluasi Kinerja
Kredit Usaha Rakyat dalam Penyaluran UMKM dan Dampaknya
terhadap Non Performing Financing (NPF)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh perkembangan UMKM terhadap kinerja Kredit
Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri ?
2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada Bank Syariah Mandiri ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui perkembangan UMKM dalam kinerja Kredit
Usaha Rakyat (KUR) pada bank syariah mandiri
b. Untuk mengetahui nilai Non Performing Financing terhadap kinerja
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri. Hal ini diteliti
dengan menganalisis perbedaan jumlah UKM yang memperoleh
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan perbedaan nilai NPF secara periodik
di Bank Syariah Mandiri.
2. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
8
1. Bagi Penulis
Dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan dalam
perkuliahan dan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
perluasan ilmu yaitu usaha menganalisis suatu permasalahan yang
terjadi dalam Perbankan Syariah.
2. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan mampu menambah
pengetahuan serta wawasan. Khususnya bagi mahasiswa, sehingga
dapat membandingkan teori-teori dengan kenyataan di lapangan,
khususnya tentang program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Usaha
Kecil Menengah (UKM).
3. Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
informasi kepada pemerintah dan pihak berkepentingan dalam
mengambil kebijakan yang berkaitan dengan bidang ekonomi,
khususnya mengenai bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) terhadap
UKM.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk masyarakat dalam
memilih jenis kredit yang sesuai kebutuhan dan memperkenalkan
program KUR yang ada di Bank Syariah.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
Menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 adalah: Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
banyak.
Martono (2010:14) Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga
keuangan yang bertujuan memberikan kredit, baik dengan alat
pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
dengan jalan mengedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral.
Hasan (2011:8) Industri perbankan syariah berkembang dengan pesat
namun relatif masih kecil dibandingkan dengan perbankan nasional dan
industri keuangan secara umum. Perkembangan ini mendapat
momentumnya dengan dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 21 tahun
2008 tentang perbankan syariah dan kebijakan pemerintah.
Menurut UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah:
10
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
a. Fungsi Pokok Bank Umum
Menurut Dahlan Siamat (2005:276) bank umum memiliki fungsi
pokok sebagai berikut:
a) Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih
efesien dalam kegiatan ekonomi
b) Menciptakan uang
c) Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat
d) Menawarkan jasa-jasa keuangan lain
2. Keunggulan Bank Syariah
Ahmad Rodoni (2009:143) adapun keunggulan bank syariah
diantaranya:
a) Dengan adanya negosiasi antara pihak nasabah dengan pihak ban,
tercapai suatu hal yang saling menguntungkan, maka dengan prinsip
ini kedua belah pihak akan merasa saling diuntungkan dari segi
financial maupun hukum.
b) Dengan prinsip bagi hasil, apabila perusahaan hendak menaikkan
usahanya tetapi kurang modal dapat mengajukan kredit dengan baik,
sehingga dapat menerima modal dan juga risiko yang ada lebih rendah
daripada dengan pinjaman kredit biasanya.
11
c) Dapat mendorong para pengusaha kecil untuk mengembangkan
usahanya dengan baik, dengan adanya bantuan dari pihak bank.
d) Risiko kerugian lebih kecil dengan menggunakan prinsip ini, karena
apabila mengalami kerugian, maka dibagi menurut perjanjian yang
dibuat.
e) Pihak bank akan mendapatkan banyak nasabah dengan menggunakan
prinsip ini karena adanya kemudahan-kemudahan (misalnya: tanpa
agunan) yang diberikan oleh bank dan juga akan menaikkan
keuntungan yang besarnya sesuai dengan perjanjian yang dilakukan.
3. Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998, Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Ryantiar Fahmi Faisal (2013:1) Tujuan pemerintah mendirikan Bank
Syariah tidak hanya untuk memberi alternatif perbankan non-riba bagi
masyarakat, namun juga untuk mengembangkan sektor riil. Hal ini sejalan
dengan penjelasan mengenai bank syariah yang merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil
melalui kegiatan aktivitas usahanya dalam hal ini pembiayaan yang
berdasarkan prinsip syariah.
12
Menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998,
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.
Pembiayaan dalam Bank Syariah terdapat dua jenis akad yaitu:
a. Pembiayaan Mudharabah
Syafi’i Antonio (2001:90) al-mudharabah adalah akad kerja sama
usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal)
menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah bibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
kelalaian si pengelola. Adapun landasan syariah sebagai berikut:
“Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma meriwayatkan bahwa Abbas bin
Abdul Muthallib (paman Nabi) jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib (pengelola)nya agar
tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib/pengelola) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya.” (HR Thabrani)
13
b. Pembiayaan Musyarakah
Syafi’i Antonio (2001:90) al-musyarakah adalah akad kerjasama
antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal/expertise) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Adapun landasan syariah sebagai berikut:
وإن كثيرا من الخلطاء ليبغي بعضهم على بعض إلا الذين آمنىا وعملىا الصالحات
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.”
(Shaad:24)
Syafi’i Antonio (2001:160) Menurut keperluannya, pembiayaan
produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan produksi diantaranya:
a) Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau
mutu hasil produksi
b) Keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
14
Bank Syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan patnership dengan nasabah, dimana bank bertindak
sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai
pengusaha (mudharib).
Kasmir (2011:100-103) Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit
adalah sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bentuk bunga yang
diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit
yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk
kelangsungan hidup bank. Jika bank yang terus menerus menderita
kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi
(dibubarkan).
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana baik dana investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
3. Membantu pemerintah
15
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak
kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Kemudian di samping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki
fungsi sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
4. Meningkatkan peredaran barang
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi
6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
8. Untuk meningkatkan hubungan internasional
a. Unsur-Unsur Kredit
Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk
mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan
dengan analisis 5C dan 7P.
Kasmir (2011:108-110) Adapun penjelasan untuk menganalisis
dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut:
1. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang
yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini
16
tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar
belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.
2. Capacity
Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalambidang
bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan
bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami
tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan
kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat
laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan
melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas,
rentabilitas, dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
4. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi
jumlah kredit yang di berikan. Jaminan juga harus diteliti
keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah,maka jaminan
yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
5. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai
17
sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia
jalankan. Penilaian prospek bidang usahayang dibiayai hendaknya
benar-benar memilki prospek yang baik sehingga kemungkinan
kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah
sebagai berikut (Kasmir,2011:110-111):
1. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau
tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality
juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah
dalam menghadapi suatu masalah.
2. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi
tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,
loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat
digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan
fasilitas yang berbeda dari bank.
3. Perpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh
apakah untuk modal kerja atau investasi dan lainnya.
4. Prospect
18
Yaitu untuk menilai usaha nasabah di mas yang akan
datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain
mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat
jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai
prospek, bukan hanya bank yang rugi, tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana nasabah mengembalikan
kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana
untuk pengembalian kredit. Semakin banyak penghasilan
debitur, akan semakin baik.
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode
apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi
dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya.
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan
jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
b. Aspek-aspek Penilaian Kredit
Selain prinsip-prinsip penilaian kredit di atas, ada beberapa aspek
tentang kegiatan usaha calon debitur yang perlu di analisis, antara lain
(Martono, 2010:59):
19
1. Aspek Umum dan Manajemen
Penilaian terhadap aspek umum dan manajemen antara lain
mengenai:
a. Bentuk, nama dan alamat perusahaan (termasuk akte pendirian
perusahaan)
b. Susunan pengurus lengkap perusahaan (dilengkapi daftar
riwayat hidupnya)
c. Bidang usaha (line of business) calon debitur
d. Social standing pengurus
e. Jumlah pegawai
f. Struktur organisasi
2. Aspek Teknis
Penilaian terhadap aspek teknis mencakup beberapa hal berikut
ini:
a. Keterangan tentang produksi termasuk kapsitas riil dan design
capacity
b. Perkembangan usaha (prduksi, penjualan, dan persediaan)
c. Lokasi perusahaan
d. Persediaan bahan baku dan kontinuitas persediaan
e. Rencana usaha (kapasitas yang direncanakan)
f. Kualitas tenaga kerja
3. Aspek Ekonomis dan Komersial
Penilaian aspek ekonomis dan komersial antara lain mengenai:
20
a. Kondisi pemasaran dan posisi harga penjualan
b. Keadaan persaingan dari perusahaan sejenis dan posisi debitur
dalam persaingan
c. Prospek pemasaran di masa datang
4. Aspek Finansial
Penialian terhadap aspek financial antara lain mengenai:
a. Analisis laporan neraca dan rugi/laba perusahaan
b. Analisis biaya dan pendapatan
c. Perhitungan kebutuhan kredit
5. Aspek Jaminan
Penilaian atas aspek jaminan meliputi:
a. Jumlah dan nilai jaminan
b. Status pemilikan
c. Daya tahan jaminan
d. Tata cara pengikatan
6. Aspek Analisis Dampak Lingkungan
Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan
timbul dengan adanya suatu usaha, serta cara-cara pencegahan
terhadap dampak tersebut.
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat adalah kredit/pembiayaan yang diberikan oleh
perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable.
Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan
21
memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang
diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha
produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,
kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam.
Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan
Koperasi dapat langsung mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor
Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan
kepada usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara
tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui
Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan
linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.
(komite-kur.com)
a. Ketentuan Kredit Usaha Rakyat
1. Ketentuan Kredit Usaha Rakyat
Penyaluran KUR diatur oleh pemerintah melalui Peraturan
Menteri Keuangan No.135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009. Beberapa
ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemerintah dalam penyaluran
KUR adalah sebagai berikut (Suplemen4, Serba-Serbi Kredit
Usaha Rakyat, Bank Indonesia) :
22
a. UMKM-K yang dapat menerima fasilitas penjaminan adalah
usaha produktif yang feasible namun belum bankable dengan
ketentuan :
1. Merupakan debitur baru yang belum pernah mendapat
kredit/ pembiayaan dari perbankan yang dibuktikan
dengan melalui Sistem Informasi Debitur (SID) pada saat
Permohonan Kredit/Pembiayaan diajukan dan/atau belum
pernah memperoleh fasilitas Kredit Program dari
Pemerintah.
2. Khusus untuk penutupan pembiayaan KUR antara tanggal
Nota Kesepakatan Bersama (MoU) Penjaminan KUR dan
sebelum addendum I (tanggal 9 Oktober 2007 s.d. 14 Mei
2008), maka fasilitas penjaminan dapat diberikan kepada
debitur yang belum pernah mendapatkan pembiayaan
kredit program lainnya.
3. KUR yang diperjanjikan antara Bank Pelaksana dengan
UMKM-K yang bersangkutan.
b. KUR disalurkan kepada UMKM-K untuk modal kerja dan
investasi dengan ketentuan:
1. Untuk kredit sampai dengan Rp. 5 juta, tingkat bunga kredit
atau margin pembiayaan yang dikenakan maksimal sebesar
atau setara 20-21% efektif pertahun.
23
2. Untuk kredit di atas Rp. 5 juta rupiah sampai dengan Rp.
500 juta, tingkat bunga kredit atau margin pembiayaan
yang dikenakan maksimal sebesar atau setara 12 - 13%
efektif pertahun.
c. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai
dengan asas-asas perkreditan yang sehat,serta dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku.
2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Syariah mandiri
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Syariah mandiri adalah
pembiayaan yang diberikan kepada UMKM dan Koperasi yang
tidak sedang menerima Kredit dari Perbankan dan/atau Kredit
Program, kecuali Kredit Konsumtif di semua sektor industri yang
tidak bertentangan dengan syariah. Adapun Limit Pembiayaan
KUR Bank Syariah Mandiri:
a. Segmen Mikro: sampai dengan Rp5 juta (margin 22%
berlaku per 12 Februari2010)
b. Segmen Ritel : Rp5 juta – Rp500 juta (margin 13% – berlaku
per 10 Feb 2012)
24
Tabel 2.1
Ketentuan KUR Bank Syariah Mandiri
FITUR
PROGRAM Investasi Modal Kerja
Target Market
Semua sektor industri yang tidak bertentangan dengan
syariah.
UMKM dan Koperasi yang tidak sedang menerima
Kredit dari Perbankan dan/atau Kredit Program, kecuali
Kredit Konsumtif.
Limit
Pembiayaan
Segmen Mikro: sampai dengan Rp5 juta (margin 22% –
berlaku per 12 Feb 2010)
Segmen Ritel : Rp5 juta – Rp500 juta (margin 13% –
berlaku per 10 Feb 2012)
Coverage Area Diseluruh cabang
Jangka Waktu Maksimal 5 (lima)
tahun
Maksimal 3 (tiga)
tahun
Agunan Agunan Utama: obyek yang dibiayai
Agunan Tambahan: bersifat kebendaaan
Pola
Pembiayaan
Inti – Plasma Terdapat keterikatan produksi antara perusahaan inti
Perusahaan Inti sebagai penjamin pembelian atas hasil
usaha plasma
Jaminan pembiayaan dari perusahaan inti dan/atau end
user
Kemitraan Terdapat pola kemitraan terpadu antara
perusahaan/kelompok/koperasi dengan end user/yang
dibiayai
Terdapat hak dan kewajiban yang jelas antara
perusahaan/kelompok/koperasi dengan end user
Jaminan pembiayaan dari
perusahaan/kelompok/koperasi dan/atau end user
Adapun usaha yang bisa didanai oleh Bank Syariah Mandiri
harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut ini, antara lain :
a. memiliki potensi bisnis yang bagus atau mempunyai komoditas
bisnis yang telah memiliki pangsa pasar,
25
b. memiliki prospek bisnis yang bagus ke depannya dan bisa
menampung tenaga kerja dalam jumlah banyak,
c. memiliki legalitas usaha dan legalitas perijinan bisnis berdasarkan
peraturan yang berlaku,
d. usaha yang dijalankan memenuhi persyaratan dan ketentuan
pembiayaan yang berlaku di Indonesia,
e. usaha tersebut tak masuk dalam deretan usaha yang kredit
bermasalah atau kredit macet,
f. serta mengusulkan sebuah proposal kredit atau pinjaman
disesuaikan dengan keperluan usaha.
Sementara itu, dokumen yang diperlukan atau yang harus
dilampirkan dalam proposal permohonan pinjaman kredit dari Bank
Mandiri Syariah, antara lain :
a. Fotocopy KTP suami isteri,
b. Fotocopy SIM pemohon,
c. Fotocopy kartu keluarga,
d. Fotocopy akta nikah, serta surat persetujuan dari suami dan isteri.
26
e. Lampirkan legalitas dari usaha itu sendiri seperti fotocopy SIUK,
SIUP, TDP, SIU Peternakan, Akta pendirian, dan NPWP.
f. Sertakan juga laporan financial perusahaan selama dua tahun
terakhir dan laporan keadaan perusahaan.
g. Lampirkan pula rencana bisnis selanjutnya selama satu tahun ke
depan. Dan terakhir lampirkan bukti pemilikan jaminan.
5. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Definisi dan Karakteristik UMKM
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria
yang dipergunakan untukmendefinisikan Pengertian dan kriteria
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM
tersebut adalah :
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil Adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
27
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah Adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003
tanggal 29 Januari dapat diartikan sebagai berikut :
1. Usaha Mikro
Usaha mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan
WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000
(seratus juta rupiah) per tahun.Usaha mikro dapat mengajukan kredit
kepada bank paling banyak Rp 50.000.000.Ciri-ciri usaha mikro
adalah sebagai berikut :
a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu
waktu dapat berganti.
28
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat
pandah tempat.
c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana
sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan
keuangan usaha.
d. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat rendah,
umumnya tingkat SD dan belum memiliki kewirausahaan yang
memadai.
e. Umumnya belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal
rentenir
f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
g. Tenaga kerja atau karyawan yang dimilki kurang dari 4 orang.
2. Usaha kecil
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah
usaha produktif yang berskala kecil dan memilki kekayaan bersih
paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.
1.000.000.000 pertahun serta dapat menerima kredit dari Bank diatas
Rp.50.000.000 sampai Rp 500.000.000 Juta.
Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain :
a. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata pendidikannya SMA dan
sudah ada pengalaman usahanya,
29
b. Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/ manajemen
keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah
mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah
membuat neraca usaha,
c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan
legalitas lainnya, termasuk NPWP,
d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun
e. belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan
proposal kredit kepada Bank, sehingga masih sangat
memerlukan jasa konsultasi/ pendampingan.
f. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5-19 orang.
3. Usaha Menengah
Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1999, usaha menengah adalah Usaha bersifat produktif yang
memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000
(dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp
10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
Ciri-ciri usaha menengah yaitu :
a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang
lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan
pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan,
bagian pemasaran dan bagian produksi;
30
b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan
sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk
auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh
perbankan;
c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi
perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin
tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan
lingkungan dll
e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan
Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang
terlatih dan terdidik.
6. Non Performing Financing (NPF)
Risiko menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003 adalah
potensi terjadinya suatu peristiwa (events) yang dapat menimbulkan
kerugian bank.Seperti halnya pada perusahaan umunya, bisnis perbankan
juga dihadapkan berbagai risiko, salah satu risiko tersebut adalah risiko
kredit. Pada penelitian ini rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi
terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio non performing financing
(NPF).
Dahlan Siamat (2005:358) Non Performing Financing atau rasio
kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami
31
kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena
faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.
Siswanto Sutojo (2000:181) mengatakan bahwa kredit bermasalah
adalah debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit
induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran
atau sama sekali tidak ada pembayaran.
Arthesa dan Handiman (2006:181) Kredit bermasalah secara umum
adalah semua kredit yang mengandung risiko tinggi. Atau, kredit
bermasalah adalah kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.
Menurut Dendawijaya (2009 : 82) , non performing financing (NPF)
adalah Pembiayaan – pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk
dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet. Dampak dari keberadaan non performing financing
(NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah hilangnya kesempatan
memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikan, sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas.
a. Tingkat Kolektabilitas Non Performing Financing (NPF)
Penggolongan kualitas kredit berdasarkan Pasal 4 Surat Keputusan
Direktur Bank Indonesia Nomor. 30/267/KEP/DIR tanggal 27
Februari 1998, yaitu sebagai berikut:
1. Lancar (pass)
Yaitu apabila pembiayaan bermasalah sesuai pada kriteria:
32
a) Pembayaran angsuran pokok dan/ atau margin tetap; dan
b) Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c) Bagian dari kredit/pembiayaan yang dijamin dengan
dhaman tunai (cas collateral).
2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Yaitu apabila pembiayaan memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
belum melampaui 90 hari; atau
b) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c) Mutasi rekening relatif rendah; atau
d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan; atau
e) Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar (substandart)
Yaitu apabila pembiayaan memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampaui 90 hari; atau
b) Sering terjadi cerukan; atau
c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
lebih dari 90 hari; atau
e) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi mudharib,
atau dokumen yang lemah.
33
4. Diragukan (doubtful)
Yaitu apabila pembiayaan memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampaui 180 hari; atau
b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau
c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d) Terjadi kapitalisasi margin; atau
e) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian
kredit maupun pengikatan jaminan.
5. Kredit Macet
Yaitu apabila pembiayaan memenuhi kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang
telah melampaui 270 hari; atau
b) Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru; atau
c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Kredit bermasalah dapat diukur dari kolektibilitasnya, maka yang
digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas
dalam perhatian khusus yaitu, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Persamaan adalah sebagai berikut:
NPF =
x 100%
34
Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing (NPF)
Peringkat Nilai NPF Predikat
1 NPF < 2% Sangat Baik
2 2% ≤ NPF ≤ 5% Baik
3 5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik
4 8% ≤ NPF 12% Kurang Baik
5 NPF ≥ 12 Tidak Baik
35
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode, waktu, dan alat
analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut
beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No
Judul
Penelitian
Nama
Peneliti
Metode dan
Variabel yang
Digunakan
Hasil Penelitian
1. Peranan
Kredit Usaha
Rakyat
(KUR) bagi
Pengembang
an UMKM
Di Kota
Medan (Studi
Kasus Bank
BRI)
Dewi
Anggraini
dan
Syahrir
Hakim
Nasution
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Dependen:
Pendapatan
Usaha mikro
kecil
Menengah
Independen:
Modal
Sendiri
(Modal
Awal)
Modal
setelah KUR
Koefisien regresi modal
KUR (β2) sebesar 0.236
adalah besarnya
pengaruh variabel
bebas X2 (modal kredit
usaha rakyat) terhadap
perubahan tingkat
pendapatanpengusaha
UMKM, pengaruh ini
bernilai positif atau
dapat dikatakan
semakin besar jumlah
modal KUR maka
semakin tinggi pula
tingkat pendapatan
yang akan didapatkan
pengusaha UMKM
36
Lanjutan tabel 2.3
No Judul Peneliti Nama
Peneliti
Variabel dan
Metode yang
Digunakan
Hasil Penelitian
2 Analisis
Manajemen
Risiko Kredit
dalam
Meminimalisir
Kredit
Bermasalah
pada Kredit
Usaha Rakyat
(Studi pada
Bank Jatim
Cabang
Mojokerto)
Oka
Aviani
Savitri
Zahroh
Z.A.
& Nila
Firdausi
Nuzula
Analisis
Deskriptif
Penerapan
manajemen
risiko kredit
dalam
meminimalisir
kredit
bermasalah
pada Kredit
Usaha Rakyat
(KUR) di
Bank Jatim
Cabang
Mojokerto
NPL Bank Jatim
Cabang Mojokerto
masih dalam batas
toleransi, yaitu tidak
melebihi batas
maksimum NPL
sebesar 5% yang
ditetapkan Bank
Indonesia dan
ketentuan batas
maksimum NPL Bank
Jatim sebesar 2%.
3 Peranan Kredit
Usaha Rakyat
Terhadap
Pengembangan
UMK di
Kecamatan
Gebang
Kabupaten
Langkat
(Studi Kasus :
Bank BRI
Kecamatan
Gebang )
Ari
Sofwan
Analisis
Regresi Linier
Sederhana
Dependen:
Pendapatan
Pengusaha
Mikro dan
Kecil
Independen:
Modal
Sendiri
(Modal
Awal)
Modal
setelah
pemberian
Kredit
Usaha
Rakyat
besarnya pengaruh
variabel bebas X2
(modal Kredit Usaha
Rakyat) terhadap
perubahan tingkat
pendapatan, pengaruh
ini bernilai positif atau
dapat dikatakan
semakin tinggi modal
Kredit Usaha Rakyat
(KUR) maka akan
semakin tinggi pula
perubahan tingkat
pendapatan yang akan
didapatkan pengusaha
Usaha Mikro dan
Kecil (UMK).
37
Lanjutan tabel 2.3
No Judul Peneliti Nama
Peneliti
Metode dan
Variabel yang
Digunakan
Hasil Penelitian
4 Analisis
Pengaruh Dana
Pihak Ketiga
(DPK), Non
Performing
Loan (NPL),
Suku Bunga
Sertifikat Bank
Indonesia
(SBI), dan Suku
Bunga KUR
terhadap
Penyaluran
Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
(Studi Pada PT.
Bank Rakyat
Indonesia
(Persero) Tbk.
Periode Januari
2012-Agustus
2014)
Diny
Niken
Citra
Panggalih
Analisis
Regresi Linier
Sederhana
Dependen:
Penyaluran
Kredit Usaha
Rakyat
(KUR)
Independen:
Dana Pihak
Ketiga(DPK)
Non
Performing
Loan (NPL)
suku bunga
Sertifikat
Bank
Indonesia
(SBI)
Variabel dana pihak
ketiga (DPK), non
performing loan
(NPL), suku bunga
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan
suku bunga KUR
secara bersama-sama
berpengaruh
terhadap variabel
penyaluran Kredit
Usaha Rakyat
(KUR). Semakin
tinggi rasio NPL
bank, maka bank
dalam menyalurkan
kredit akan
terhambat. Semakin
besar dana pihak
ketiga (DPK) yang
dihimpun oleh bank
akan menyebabkan
semakin besar pula
sumber dana
(loanable fund) yang
dihimpun bank.
5 Analisis
Pengaruh
Inflasi,
Sertifikat Bank
Indonesia
Syariah (SBIS),
Non Performing
Financing
(NPF) dan
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
terhadap
Pembiayaan
(UKM)
Titi Tri
Hastuti
Analisis
Regresi Linier
Sederhana
Dependen:
Pembiayaan
UKM
Independen:
Inflasi
Sertifikat
Bank
Indonesia
Syariah
Secara simultan
variabel Inflasi,
Sertifikat Bank
Indonesia Syariah
(SBIS), Non
Performing
Financing (NPF) dan
Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan UKM
Bank Syariah di
Indonesia.
38
Lanjutan tabel 2.3
No Judul Peneliti Nama
Peneliti
Metode dan
Variabel yang
Digunakan
Hasil Penelitian
pada Bank
Syariah di
Indonesia
(Periode Januari
2007- Juli 2013)
Non
Performing
Financing
(NPF)
Dana Pihak
Ketiga
(DPK)
6 Pengaruh Dana
Pihak Ketiga,
Capital
Aduquacy
Ratio(CAR),
Non Performing
Loan (NPL)
terhadap
Penyaluran
Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
(Studi Kasus
Pada PT. Bank
Mandiri
(Persero) Tbk
Anggono
Yuda
Prabowo
Analisis
Regresi Linier
Sederhana
Dependen:
Penyaluran
Kredit
Usaha
Rakyat
Independen:
Dana Pihak
Ketiga
(DPK)
Capital
Aduquacy
Ratio (CAR)
Non
Performing
Loan (NPL)
Bahwa variabel dana
pihak ketiga (DPK),
Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Non
Performing Loan
(NPL) secara
simultan atau
bersama-sama
berpengaruh terhadap
variabel
Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
7 Peran Kredit
Usaha Rakyat
(KUR)
Bank Jateng
Terhadap
Perkembangan
Usaha Mikro di
Kabupaten
Boyolali
(Studi Kasus :
Nasabah Bank
Jateng Cabang
Boyolali)
Ayuditya
Widha
Kurnia Sari
analisis uji
pangkat tanda
wilcoxon
Ongkos
Produksi
Omzet
penjualan
Keuntungan
Jumlah Jam
Kerja
bahwa yang
mengalami
peningkatan sesudah
menerima KUR dari
Bank Jateng Cabang
Boyolali hanya
variabel ongkos
produksi, omzet
penjualan,
keuntungan, dan
jumlah jam kerja.
39
C. Kerangka Berfikir
Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
Kinerja Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Y1)
Perkembangan
UKMK (X1)
Non Performing
Financing (NPF) (X2)
Metode: Analisis Regresi Sederhana
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (parsial)
b. Uji f (simultan)
c. Uji Adjusted R Square
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Implikasi
40
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
(Sugiyono, 2012:64)
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis mengemukakan hipotesis
sebagai berikut:
1. Variabel Perkembangan UMKM (X1)
Ha1: Perkembangan UMKM berpengaruh secara signifikan terhadap
kredit usaha rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri.
H01: Perkembangan UMKM tidak berpengaruh terhadap kredit usaha
rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri.
2. Variabel Non Performing Financing (NPF) (X2)
Ha2 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara signifikan
terhadap kredit usaha rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri.
H02: Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap
kredit usaha rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data
runtun waktu (time series). Semua data dalam bulanan pada periode Juni
2012 – November 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri serta
dari sumber-sumber lainnya yang terkait.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian Historis yang bersifat
Kausal-Distributif artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisia
suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antara
variabel independen yaitu kinerja kredit usaha rakyat (KUR) dan variabel
dependen yaitu perkembangan umkm dan nilai non performing financing
(NPF).
B. Metode Penentuan Sampel
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009 : 116). Dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik puposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang di anggap
mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.(Hariwijaya dan Triton,2011)
42
Menurut Syofian Siregar (2011 : 148), purposive sampling adalah teknik
pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Anggota sampel
yang diambil harus memenuhi syarat berikut:
a. Masuk dalam kategori bank besar.
b. Masuk dalam kelompok bank yang memberikan kredit usaha rakyat atau
pembiayaan mikro.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder, data tersebut
diperoleh langsung dari Laporan situs resmi Bank Indonesia, seperti Laporan
Bulanan Bank Indonesia tentang Statistik Perbankan Syariah. Metode yang
digunakan dalam pngumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu
(time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data
bulanan Bank Syariah Mandiri dengan rentang waktu dari bulan Juni
2012 – November 2014 dan data bulanan non performing financing (NPF)
yyang diperoleh dari situs resmi komite KUR.
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya
yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh
data yang valid.
43
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa,
karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu, Oleh karena
itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian
dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet.
Sehingga data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis hubungan dilakukan dengan analisis regresi
sederhana. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Kredit Usaha
Rakyat (KUR) terhadap pernyaluran UMKM dan dampaknya terhadap non
performing financing (NPF) Bank Syariah Mandiri (BSM). Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi sederhana dengan menggunakan
program komputer (software) SPSS versi 16.0. Berikut adalah metode yang
digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini:
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Ghozali (2011: 96) Dalam analisis regresi, selain mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah
hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
Menurut Suharyadi (2009:236) Regresi linier berganda digunakan
untuk mengetahui arah dan besar pengaruh dari variabel bebas yang
jumlahnya lebih dari satu terhadap variabel terikatnya, banyaknya
44
peristiwa di dalam kehidupan sosial ekonomi yang menunjukan bahwa
suatu variabel terikat dipengaruhi oleh banyak variabel bebas.
Menurut Umi Narimawati (2008), analisis regresi linier berganda
adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
tergantung dengan skala interval. Pada analisis regresi linier berganda
bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua
atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara variabel
terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis
sebagai berikut :
Y = f (X2, X2, ……… , Xn)
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, …,Xn = Variabel bebas (independent)
45
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi
dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi
linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……… + bnXn + e
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (niali yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi inier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
KUR = a + b1 perkembangan UMKM + b2 NPF + e
Keterangan:
Y = Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Syariah Mandiri
a = Konstanta
b1-b2 = Koefisien regresi variabel independent
X1 = Perkembangan UMKM
46
X2 = Non Performing Financing (NPF)
e = nilai residu
Nilai koefisien regresi di sini sangat menentukan sebagai dasar
analisis, mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini
berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi
pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen,
setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan
variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b
bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana
kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai
variabel dependen.
b. Pengujian Asumsi Klasik
Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear adalah salah satu
teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk memberikan
informasi besarnya hubungan sebab akibat (kausatif) antara suatu faktor
dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi, maka dilakukan
pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model tersebut
bersifat Best linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa
pengujian, yaitu pengujian normalitas, pengujian multikolineritas,
pengujian heteroskedastisitas dan pengujian otokorelasi.
a. Uji Normalitas
47
Ghozali (2011:160) Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal.
Suliyanto (2011:69) uji normalitas dimaksudkan untuk menguji
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi
normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar
mendekati nilai rata-ratanya.
Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika
digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng
(bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak
terhingga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam
uji ini dalah sebagai berikut:
i. Histogram
Jika Histogram Standarlized Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal.
ii. Normal Probability Plot (Normal P-p Plot)
Membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal digambarkan dengan seluruh garis
diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal
48
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya.
Disamping itu, pengujian normalits dengan analisis grafik
dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang
yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam
menginterprestasikannya, maka penulis menggunakan uji
normalitas dengan Kolmogrof-Smirnov. Pengujian normalitas
distribusi pada populasi dilakukan dengan menggunakan nilai
Asymp. Sig (2-tailed). Kriteria yang digunakan yaitu H0
diterima apablia nilai Asymp. Sg (2-tailed) > dari tingkat alpha
yang telah ditetapkan (5%), karenannya dapat dinyatakan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Apabila
data terdistribusi normal, maka data tersebut memenuhi
persyaratan untuk melakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji-t dan uji-F sehingga data tersebut dapat diuji
untuk pengambilan keputusan penelitian. (Gunawan Sudarmano,
2005)
b. Uji Multikolinieritas
Suliyanto (2011 : 81) Uji Multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi
yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika
dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi
atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut
dinyatakan mengandung gejala multikolonier.
49
Ghozali (2011:105) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas
lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi
variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali (2011:139) Uji Heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
50
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heroskedastisitas.
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara lain nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Dasar analisis : (1) Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas; (2) Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Ghozali (2011:110) Uji Autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi liniear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin-
Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil
keputusan adalah :
51
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif
2) Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi
3) Bilai nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negatif
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi
tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatas dengan
berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data
dan menambah data observasi.
c. Pengujian Hipotesis ( Menilai Goodness of Fit suatu model)
Ghozali (2011:97) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari niai koefisien determinasi,
nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut
signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam
daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0
diterima.
1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Nachrowi dan Usman (2006:18) setelah melakukan uji
koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya
adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan
menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t.
52
Ghozali (2011:98) Uji Statistik t pada dasarnya
menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/
independen secara indivual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji
adalah menerangkan apakah suatu parameter (b1) sama dengan
nol, atau:
H0 : b1 = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu
variabel tidak sama dengan nol, atau:
HA : b1 ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Nachrowi dan usman (2006:17) Uji F digunakan untuk
menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien
regresi tersebut dapat diketahui secara bersama.
Ghozali (2011:98) Uji statistik F pada dasarnya
menunjukan apakah semua variabel independenatau bebas
yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruhsecara
bersama-sama terhadap variabel dependen/ terikat. Hipotesis
53
nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = ..... = bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan
merupakan penjelasan yang signifikan terhadap variabel
dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter
secara simultan sama dengan nol, atau:
HA : b1 ≠ b2 ≠.......≠ bk ≠ 0
Artinya, Semua variabel independen secara simultan
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
3. Koefisien Determinasi
Ghozali (2011:97) Koefisien Determinasi pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Suliyanto (2011 : 55) Koefisien determinasi merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel
54
terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin
tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
perubahan pada variabel terikatnya.
Suliyanto (2011 : 43) Koefisien determinasi memiliki
kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang
dimasukkan dalam model regresi, dimana setiap penambahan
satu variabel bebas dan pengamatan dalam model akan
meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka
digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,
Adjusted R Square (R2 adj). Koefisien determinasi yang telah
disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikorelasi
dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel
yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi
yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya
penambahan variabel baru dalam model.
E. Operasional Variabel Penelitian
Abdul Hamid (2010: 20) Operasional variabel merupakan definisi dari
serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan. Operasional variabel
penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu
variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada dimensi-dimensi dan
55
indicator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh melalui pengamatan
dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependent (Y)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah pembiayaan yang dikeluarkan
oleh Bank penyalur KUR dengan jaminan pemerintah untuk para pelaku
usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).Variabel dependent yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja Kredit Usaha Rakyat pada
Bank Syariah Mandiri. Kinerja KUR disini adalah hasil yang telah
dicapai dari program KUR yang ada dalam Bank Syariah Mandiri. Data
dalam penelitian ini di ambil dari data yang dikeluarkan oleh Komite
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari tahun 2012 sampai dengan 2014. Data
operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Komite
KUR yaitu Realisasai Kredit Usaha Rakyat berdasarkan perhitungan
bulanan, yaitu dari bulan Juni 2012 sampai dengan November 2014 yang
dinyatakan dalam bentuk rupiah.
2. Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independen antara
lain sebagai berikut :
a. Perkembangan UMKM (X1)
Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah pembiayaan yang
dikeluarkan oleh Bank penyalur KUR dengan jaminan pemerintah
untuk para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dalam penelitian ini di ambil dari data yang dikeluarkan oleh komite
56
kredit usaha rakyat (KUR) dari tahun 2012 sampai dengan 2014.
Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
Komite KUR yaitu Realisasai Kredit Usaha Rakyat berdasarkan
perhitungan bulanan, yaitu dari bulan Juni 2012 sampai dengan
November 2014 yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
b. Non Performing Financing (NPF) (X2)
Non Performing Financing atau rasio kredit bermasalah dapat
diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan
akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di
luar kemampuan kendali debitur (Dahlan Siamat, 2005:358).
Non Performing Financing merupakan persentase dari jumlah
pembiayaan bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan,
dan macet) terhadap total pembiayaan yang di keluarkan bank.
Persamaan adalah sebagai berikut:
NPF =
x 100%
Data dalam penelitian ini di ambil dari data yang dikeluarkan oleh
komite kredit usaha rakyat (KUR) dari tahun 2012 sampai dengan
2014. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Komite KUR yaitu Realisasai Kredit Usaha Rakyat berdasarkan
perhitungan bulanan, yaitu dari bulan Juni 2012 sampai dengan
November 2014 yang dinyatakan dalam bentuk persen.
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT Bank Mandiri Syariah
1. Sejarah dan Profil PT Bank Mandiri Syariah
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997,
yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan
upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor
asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT
58
Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan
penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai
respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah
Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No.
23 tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
59
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang
mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank
Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir
untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Bank Syariah Mandiri hingga saat ini memiliki 864 kantor yang
tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan 921 ATM Syariah
Mandiri, ATM prima 74.050 unit, dan Malaysia Electronic Payment
System (MEPS) 12.010 unit. Hal ini bertujuan untuk memberi
kemudahan kepada nasabahnya dalam melakukan berbagai macam
transaksi. Dilihat dari visi dan misi nya, BSM ingin menjadi Bank
Syariah terdepan dan modern, dengan memfokuskan pada penghimpunan
dana murah dan mengutamakan penyaluran pembiayaan pada segmen
UMKM.
2. Perkembangan KUR Bank Syariah Mandiri
KUR adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
kepada UMKMK yang feasible tapi belum bankable. Maksudnya adalah
usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki
60
kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang
diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha
produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian,
kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam.
KUR merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah untuk para
UMKM. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank nasional yang
menyalurkan KUR dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu
menggunakan prinsip syariah.
Diharapkan, melalui KUR ini, UMKM dan Koperasi mampu
mengembangkan usahanya dengan baik. Nelayan bisa mendapatkan
akses ke sumber pembiayaan, untuk mendorong dan mengembangkan
spirit kewirausahaan mereka. Modal itu juga bisa dipakai untuk
meningkatkan kapasitas produksi, perluasan pasar, manajemen dan
teknologi tangkap ikannya (Hatarajasa, 2014).
Berikut adalah gambar grafik perkembangan KUR di Bank Syariah
Mandiri di lihat dari rata-rata pembiayaan KUR periode November 2012
- November 2014:
61
Sumber: Komite-Kur (data yang diolah)
Gambar 4.1
Perkembangan Pembiayaan KUR Bank Syariah Mandiri
Periode Juni 2012-November 2014
Dari gambar 4.1 di atas terlihat rata-rata pembiayaan Kredit Usaha
Rakyat yang dikelola oleh Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan,
dari rata-rata pembiayaan 86,4 juta/debitur pada bulan Juni 2012 menjadi
65 juta/debitur pada bulan November 2014. Seperti yang kita ketahui
bahwa semakin berkurang rata-rata pembiayaan maka semakin
bertambah nasabah yang mengajukan Kredit Usaha Rakyat.
3. Perkembangan UMKM di Bank Syariah Mandiri
Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program
penjaminan Pemerintah RI sebagai realisasi Inpres No 6 Tahun 2007
untuk meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan usaha
62
mikro, kecil, menengah, dan koperasi dalam rangka penanggulangan atau
pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja.
Berdasarkan UU no 20 tahun 2008,usaha mikro adalah produktif milik
orang perorangan dan/atau badanusaha perorangan yang
memenuhikriteria usaha mikro sebagaimana diaturdalam Undang-
Undang ini. Selain itu,usaha mikro juga usaha yang bersifatmenghasilkan
pendapatan dandilakukan oleh rakyat miskin ataumendekati miskin.
UMKM diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan dan
berdampak pengurangan pengangguran dan merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam meningkatkan kesetabilan perekonomian. Program
KUR ini bertujuan untuk masyarakat non bankble menjadi masyarakat
bankble dan merupakan akses untuk UMKM yang kekurangan modal
usaha.
Bank Syariah Mandiri termasuk Bank Nasional penyalur KUR yang di
tunjuk oleh pemerintah. Sasaran program KUR ini ialah pelaku usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) dimana pelaku usaha tersebut dapat
menggunkan fasilitas yang diberikan pemerintah untuk mengembangkan
usahanya. Berikut adalah gambar grafik perkembangan UMKM di Bank
Syariah Mandiri di lihat dari jumlah debitur KUR periode Juni 2012 -
November 2014:
63
Sumber: Komite-Kur (data yang diolah)
Gambar 4.2
Perkembangan UMKM Bank Syariah Mandiri
periode Juni 2012-November 2014
Dari gambar 4.2 di atas terlihat jumlah debitur Kredit Usaha Rakyat
yang dikelola oleh Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan, dari
jumlah debitur 25.762 pada bulan Juni 2012 menjadi 59.861 pada bulan
November 2014. Seperti yang diketahui bahwa semakin bertambah
jumlah debitur KUR maka semakin berkurang jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri.
4. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF)
adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang
berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Arthesa dan
64
Handiman (2006:181), Kredit bermasalah secara umum adalah semua
kredit yang mengandung risiko tinggi. Atau, kredit bermasalah adalah
kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar
kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. NPF merupakan risiko dari pembiayaan yang disalurkan oleh
Bank kepada nasabah. Berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh
Bank Indonesia kategori yang termasuk NPF adalah pembiayaan kurang
lancar, diragukan dan macet.
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator pembiayaan
bermasalah yang perlu diperhatikan karena sifatnya yang fluktuatif dan
tidak pasti sehingga penting untuk diamati dengan perhatian khusus. NPF
merupakan salah satu instrument penilaian kinerja sebuah bank syariah
yang menjadi intrepretasi penilaian pada aktiva produktif, khususnya
dalam penilaian pembiayaan bermasalah ( Mares Suci Ana Popita,
2013:405).
Dibawah ini adalah gambar perkembangan NPF program Kredit
Usaha Rakyat yang dikelola oleh Bank Syariah Mandiri pada bulan Juni
2012 – November 2014:
65
Sumber: Komite-Kur (data yang diolah)
Gambar 4.3
Perkembangan non performing financing (NPF) Bank Syariah
Mandiri periode Juni 2012-November
Dari gambar 4.3 di atas terlihat NPF Kredit Usaha Rakyat yang
dikelola oleh Bank Syariah Mandiri mengalami kenaikan yang cukup
drastis, dari NPF Kredit Usaha Rakyat 4,3% pada bulan Juni 2012
menjadi 17,2% pada bulan November 2014. Seperti yang kita ketahui
bahwa semakin tinggi nilai NPF maka semakin bertambah risiko Bank
Syariah dan akan berdampak pada profitabilitas Bank Syariah. Maka
disimpulkan perkembangan NPF KUR Bank Syariah Mandiri
menunjukan angka yang melewati standar NPF yang diberikan oleh Bank
Indonesia yaitu 5%. Dengan kata lain bahwa pembiayaan KUR Bank
66
Syariah Mandiri menunjukan performa yang tidak terkontrol dan
merupakan ukuran yang menyebabkan kondisi Bank menjadi tidak sehat.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan kedalam bentuk Ln (Logaritma Natural). Menurut
Algifari (2013), Untuk menstandarkan data yang dikarenakan data
memiliki satuan yang berbeda agar menjadi sama, maka model kemudian
di transformasikan ke dalam bentuk persamaan logaritma naturan (Ln)
pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model
tidak linier menjadi model linier, dengan jalan membuat model dalam
bentuk logaritma.
Variabel dependen yang digunakan yaitu Non Performing Financing
(NPF) dalam Bank Syariah Mandiri dalam bentuk persentase dan
penyaluran UMKM dalam Bank Syariah Mandiri dalam bentuk rupiah.
Variabel Independen yang digunakan yaitu Pembiayaan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dalam bentuk triliun rupiah. Seluruh data tersebut dapat di
transformasikan sehingga parameternya berbentuk linier.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal
atau tidak. Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah
garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
67
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis
grafik. Berikut adalah hasil dari uji normalitas :
1. Analisis Grafik Histogram
Sumber : data yang diolah
Gambar 4.4
Grafik Histogram
Berdasarkan gambar 4.4 di atas, histogram Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2. Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
68
Sumber : data yang diolah
Gambar 4.5
Grafik P-p Plot
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal yang berarti bahwa data berdistriusi normal atau
model regresi memenhi asumsi normalitas.
69
3. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.1
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LnKUR LnUMKM NPF
N 30 30 30
Normal Parametersa Mean 14.987 10.689 9.133
Std. Deviation .1702 .2481 4.7830
Most Extreme Differences Absolute .178 .134 .149
Positive .134 .105 .149
Negative -.178 -.134 -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .976 .734 .817
Asymp. Sig. (2-tailed) .296 .654 .516
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, Sehingga dari hasil
Kolmogorov-Smirnov diatas maka LnKUR = 0,976 yang artinya
> 0,05 maka populasi berdistribusi normal LnUMKM =
0,734 yang artinya > 0,05 maka populasi berdistribusi
normalNPF = 0,817 yang artinya > 0,05 maka populasi
berdistribusi normal Hal ini berarti nilai residual terstandarisasi
dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
70
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan
diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan
tidak terdapat gejala multikolonieritas. Dari uji multikolonieritas yang
dilakukan penulis, tidak ditemukannya data tidak terdapat gejala
multikolonieritas terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF
Model
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffici
ents
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.075 .137 51.473 .000
LnUMKM .743 .013 1.083 55.655 .000 .282 3.543
NPF -.004 .001 -.102 -5.233 .000 .282 3.543
a. Dependent Variable: LnKUR
71
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.2 di atas terlihat
bahwa dari nilai Tolerance perkembangan UMKM sebesar 0,282
(0,282 > 0,10), dan nilai Tolerance NPF sebesar 0,282 (0,282 > 0,10).
Berdasarkan tabel di atas untuk nilai VIF perkembangan UMKM
sebesar 3,543 (3,543 < 10,00) dan nilai Tolerance NPF sebesar 3,543
(3,543 < 10,00). Kesimpulan dari hasil nilai Tolerance menunjukkan >
0,10 dan nilai VIF sebesar < 10,00 berarti menunjukkan bahwa variabel
perkembangan UMKM dan Non Performing Financing (NPF) tidak
terdapat Multikolonieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada
model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi
adalah yang homokedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heterokedastisitas menggunakan Analisis Grafik dengan Scatterplot :
72
Gambar 4.6
Grafik Scatterplot
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.6 di atas
terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena
itu maka berdasarkan uji heterokedastisitas menggunakan metode
analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak
terjadi gejala heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data time-series
dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya
data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang,
73
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi :
Tabel 4.3
Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .999a .997 .997 .0095 .669
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai Durbin Watson sebesar 0,669.
Uji Autokorelasi dilihat dari milai Durbin Watson dengan nilai
diantara -2 < Nilai Durbin Watson < 2. Berdasarkan hasil tabel di
atas menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0,669. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi gejala atau autokerelasi.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji t
Setelah melaksanakan uji koefisien regresi secara keseluruhan
maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi
secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05, maka variabel independen berpengaruh
74
terhadap variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.075 .137 51.473 .000
LnUMKM .743 .013 1.083 55.655 .000
NPF -.004 .001 -.102 -5.233 .000
a. Dependent Variable: LnKUR
Sumber : data yang diolah
1) Uji t terhadap variabel perkembangan UMKM
Hasil yang di dapat pada tabel diatas, variabel
perkembangan UMKM secara statistik menunjukan hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,00 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X1 = 55.655 dan tabel t sebesar 1.703 (df (n-k) 30
- 3 = 27 , α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (55.655 > 1.703)
Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
perkembangan UMKM secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap penyaluran UMKM.
2) Uji t terhadap variabel non performing financing (NPF)
Hasil yang di dapat diatas, variabel KUR secara statistik
menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α
75
(0,00 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = -5.233 dan tabel t
sebesar 1.703 (df (n-k) 30 - 3 = 27 , α = 0,05), sehingga t hitung
> t tabel (-5.233 > -1.703) Maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel non performing financing (NPF)
secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Non
Performing Financing (NPF).
b. Uji F
Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel berikutnya atau untuk menguji
ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat
maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka
masuk dalam kategori tidak cocok atau non fit.
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA (Analysis of
Variance) dengan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika
nilai signifikan > 0,05 maka H1 diterima. Berikut adalah hasil uji F :
76
Tabel 4.5
Uji F
ANOVAb
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .838 2 .419 4.6613 .000a
Residual .002 27 .000
Total .840 29
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel diatas nilai F-hitung sebesar 4.6613 dengan
nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan < 0,05, maka
H0 diterima dan nilai hitung F hitung > F tabel (4,6613> 3,32)
dengan nilai Ftabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (3-1), (30-3) = 3,32
Maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan UMKM dan non
performing financing (NPF) berpengaruh secara simultan terhadap
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya . Semakin
tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel
bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bisa terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di
77
mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan
dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang
dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut
maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan,
Adjusted R Square (R2 adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil uji
Adjusted R Square.
Tabel 4.6
Uji Adjusted R Square (R²Adj)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .999a .997 .997 .0095
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
Sumber: data yang diolah
Besarnya Adjusted R Square adalah 0,997 atau sebesar 99,7%.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh perkembangan UMKM dan non
performing financing (NPF) terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR)
78
adalah 99,7%. Sedangkan sisanya 0,3% (100% - 99,7%) dipengaruhi
variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini.
Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar
0,999 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat adalah karena memiliki nilai lebih dari 0,5 ( R > 0,5)
atau 0,999 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukan bahwa apabila
variabel bebas naik maka variabel terikat akan naik, dan sebaliknya
apabila variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan turun.
3. Analisis Regresi Sederhana
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 16 untuk mengetahui
besarnya pengaruh nilai penyaluran UMKM dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hasil
pengelolaan data dengan SPSS dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 4.7
Analisis Regresi Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.075 .137 51.473 .000
LnUMKM .743 .013 1.083 55.655 .000
NPF -.004 .001 -.102 -5.233 .000
a. Dependent Variable: LnKUR
Sumber: data yang diolah
79
Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh model persamaan regresi
sebagai berikut: LnY = 7.075 + 0.743 LnX1 – 0.004 LnX2
Keterangan :
Y1 = Logaritma Kredit Usaha Rakyat (KUR)
X1= Logaritma natural perkembangan UMKM
X2 = Non Performing Financing (NPF)
Adapun interpretasi satistik penulis pada model persamaan regresi
di atas adalah sebagai berikut :
1) Apabila perkembangan UMKM dan non performing financing (NPF)
bernilai 0, maka nilai Kredit Usaha Rakyat adalah 7,075 %.
Maksudnya adalah jika perkembangan KUR dan non performing
financing (NPF) tidak melakukan kegiatan operasional dapat
dikatakan bahwa dalam periode Juni 2012 sampai November 2014
Kredit Usaha Rakyat sebesar 7,075 %.
2) Apabila variabel perkembangan UMKM sebesar 0,743%, Maksudnya
adalah jika setiap kenaikan 1% perkembangan UMKM akan
menyebabkan meningkatnya Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar
0,743%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
3) Jika variabel non performing financing (NPF) sebesar -0.004 ,
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% KUR menyebabkan
menurunnya Kredit Usaha Rakyat sebesar 0.004 % , dengan cacatan
variabel lain konstan.
80
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pengaruh Kredit Usaha Rakyat terhadap penyaluran UMKM
Berdasarkan tabel di atas, variabel perkembangan UMKM
mempunyai nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha
atau menolak H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
perkembangan UMKM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
UMKM adalah usaha mikro kecil dan menengah yang memiliki
karakteristik yang berbeda dari segi skala usaha, modal, maupun SDM
yang digunakan. UMKM telah menjadi bagian penting dari sistem
perekonomian di Indonesia.
Makna dari hasil penelitian terlihat bahwa perkembangan UMKM
berpengaruh terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR) dikarenakan semakin
tinggi perkembangan UMKM, maka semakin banyak nasabah yang
menggunakan pembiayaan KUR di bank tersebut. Keadaan tersebut dapat
menguntungkan bank karena dapat memberikan kontribusi bagi
profitabilitas bank.
2. Dampaknya Non Performing Financing (NPF) terhadap Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
Berdasarkan tabel di atas, variabel Non Performing Financing (NPF)
mempunyai nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha
81
atau menolak H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non
Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang dalam pelaksanaanya belum mencapai atau memenuhi
target yang diinginkan pihak bank seperti : pengambilan pokok atau bagi
hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki kemungkinan
timbulnya risiko di kemudian hari bagi bank; pembiayaan yang termasuk
golongan perhatian khusus; diragukan dan macet serta golongan lancar
yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian (Veithzal,
2007 : 477).
Makna dari hasil penelitian terlihat bahwa non performing financing
(NPF) berpengaruh terhadap Kredit Usaha Rakyat dikarenakan semakin
tinggi NPF maka semakin kecil Kredit Usaha Rakyat pada suatu bank,
begitupun sebaliknya semakin tinggi nilai NPF suatu bank maka
pembiayaan KUR suatu bank semakin menurun.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPILKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel perkembangan UMKM berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat. Artinya, variabel perkembangan
UMKM berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan
perkembangan UMKM. Dengan kata lain bahwa apabila variabel
perkembangan UMKM meningkat maka, dapat mempengaruhi kinerja
Kredit Usaha Rakyat Bank Syariah Mandiri meningkat begitupun
sebaliknya.
2. Variabel non performing financing (NPF) berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan Kredit Usaha Rakyat. Artinya, variabel non
performing financing (NPF) berdampak pada tinggi atau rendah
pembiayaan Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri. Apabila
nilai non performing financing (NPF) meningkat maka akan berdampak
pada kinerja KUR yang menurun dan dapat menjadi ancaman bagi tingkat
kesehatan bank tersebut dan begitupun sebaliknya.
83
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis
mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat
diantaranya :
1. Teoritis
a. Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang Kinerja
Keuangan Bank Syariah Mandiri dan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel, misalnya :
profitabilitas, Inflasi, dan lain-lain.
b. Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang
kinerja keuangan pada Bank Syariah serta sebagai ajang ilmiah untuk
menerapkan berbagai teori perbankan syariah yang telah diperoleh
dibangku kuliah. Untuk peneliti sebaiknya memperbanyak jumlah
variabel seperti: profitabilitas, inflasi dan lainnya. Periode penelitian
dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Praktisi
a. Perbankan Syariah
84
Perbankan Syariah sebagai salah satu pilar pendukung
perekonomian Indonesia selain perbankan konvensional. Peran
tersebut dapat dilakukan dengan baik jika industri perbankan syariah
memiliki volume usaha yang cukup ekonomis dalam enggerakan
sistem perekonomian Indonesia. Dengan adanya temuan bahwa Kredit
Usaha Rakyat berpengaruh signifikan terhadap penyaluran UMKM
dan non performing financing (NPF). Hal ini menunjukan bahwa
perbankan syariah masih sulit dalam menjaga stabilitas penyaluran
KUR.
Hasil ini dapat menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan
yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi non
performing financing (NPF) dan perkembangan UMKM Bank Syariah
Mandiri sehingga kegiatan Bank Syariah Mandiri tetap berjalan
dengan baik dan optimal.
b. Nasabah
Hasil penelitian bahwa Kredit Usaha Rakyat berpengaruh terhadap
penyaluran UMKM dan non performing financing (NPF). Maka,
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi Nasabah bank syariah
untuk memilih produk Bank Syariah Mandiri yang dapat
memaksimalkan usahanya terutama dalam masalah permodalan dan
acuan untuk investor menanamkan investasi di perbankan syariah.
85
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dan Teori ke Praktik”. Gema
Insani, Jakarta, 2001
Arthesa, Ade dan Edia Handiman. “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan
Bank”. Indeks, Jakarta 2006.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia, Jakarta,
2009.
Fahmi, Faisal Ryantiar. “Peran Pembiayaan Bank Syariah terhadap
Pengembangan Sektor Riil”. Jurnal Ilmiah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya, Malang.2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19” Edisi ke Lima, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2011.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta,
Jakarta, 2010.
Hasan. “Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia”. Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan,Vol.1,no.1,Semarang.2011
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Rajawali Pers, Jakarta,
2009
Martono, “ Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Ekonisa, Depok.2010
Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas
Indonesia, 2006.
Niken, Dini Citra Panggalih. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Non Performing Loan (NPL), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), dan Suku Bunga KUR terhadap Penyaluran Kredit Usaha
Rakyat (KUR) (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Periode Januari 2012-Agustus 2014)”. Jurnal Ilmiah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, 2015
Oka A.S, Zahroh Z.A, Nila F.N. “Analisis Manajemen Risiko Kredit dalam
Memimalisir Kredit Bermasalah pada Kredit Usaha Rakyat (Studi
pada Bank Jatim Cabang Mojokerto)”. Jurnal Administrasi Bisnis,
Vol 12, No. 1, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
Malang, 2014
Oramahi, HA. “Perancangan Percobaan (Aplikasi dengan SPSS dan SAS)”.
Gava Media, Yogyakarta, 2007.
Rivai, Veithzal. “Bank and Financial Institute Management”. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Cetakan Pertama, Badan Penerbit
Universitas Islam Negri, Jakarta, 2009.
Siamat. Dahlan, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Erlangga, Jakarta,
2005
86
Sofyan, Ari. “Peranan Kredit Usaha Rakyat terhadap Pengembangan UMK
di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat( Studi Kasus : Bank BRI
Kecamatan Gebang )”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan,
2012
Supitasari, “Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi dan Non
Performing Financing terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank
Syariah di Indonesia”. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarifhidayatullah, Jakarta, 2014.
Sutojo, Siswanto. “Menangani Kredit Bermasalah”. Edisi Pertama, Damar
Mulia Pustaka, Jakarta, 2000.
Sugiyono . “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Cetakan ke
17, Alfabeta, Bandung, 2012
Suharyadi dan Purwanto. “Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern”. Edisi 2, Salembas Empat, Jakarta, 2009
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Sutojo, Siswanto. “Menangani Kredit Bermasalah”. Edisi Pertama, Damar
Mulia Pustaka, Jakarta, 2000.
Tri, Titi Hastuti. “ Analisis Peng
aruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Non Performing
Financing (NPF), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada Bank Syariah
Indonesia (Periode Januari 2007 - Juli 2013)”. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Widha, Ayuditya Kurnia Sari. “Peran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank
Jateng Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di Kabupaten
Boyolali (Studi Kasus : Nasabah Bank Jateng Cabang Boyolali)”.
Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro,
Semarang, 2013
Yuda, Anggono Prabowo. “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Aduquacy
Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran
Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus Pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk)”. Jurnal Ilmiah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang, 2014
Laporan Tahunan Bank Syariah Mandiri
Laporan Realisasi KUR
UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/2009 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
UU no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM)
87
Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor. 30/267/KEP/DIR tanggal 27
Februari 1998 tentang Penggolongan Kualitas Kredit
www.komite-kur.com
www.google.com
www.mandirisyariah.co.id
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Dependent
a. Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) (dalam juta rupiah)
Bulan KUR (Y)
30/06/2012 2226660
31/07/2012 2335911
31/08/2012 2430838
30/09/2012 2531564
31/10/2012 2611665
30/11/2012 2611665
31/12/2012 2761083
31/01/2013 2832870
28/02/2013 2832870
31/03/2013 3070293
30/04/2013 3176086
31/05/2013 3176086
30/06/2013 3262480
31/07/2013 3293281
31/08/2013 3342178
30/09/2013 3491661
31/10/2013 3509880
30/11/2013 3556927
31/12/2013 3635832
31/01/2014 3635832
28/02/2014 3658132
31/03/2014 3658132
30/04/2014 3658132
31/05/2014 3772184
30/06/2014 3772184
31/07/2014 3772184
31/08/2014 3855380
30/09/2014 3871659
88
30/10/2014 3882548
31/11/2014 3898017
2. Variabel Independent
a. Perkembangan UMKM (X1)
Bulan UMKM
30/06/2012 25762
31/07/2012 27557
31/08/2012 29036
30/09/2012 30653
31/10/2012 32363
30/11/2012 32363
31/12/2012 35263
31/01/2013 36725
28/02/2013 36725
31/03/2013 40944
30/04/2013 42935
31/05/2013 42935
30/06/2013 44826
31/07/2013 44891
31/08/2013 45856
30/09/2013 46876
31/10/2013 48058
30/11/2013 49194
31/12/2013 51225
31/01/2014 51225
28/02/2014 52019
31/03/2014 52019
30/04/2014 52019
31/05/2014 55218
30/06/2014 55218
31/07/2014 55218
31/08/2014 58521
30/09/2014 59164
30/10/2014 59485
31/11/2014 59861
89
b. Non Performing Financing (NPF) (X2)
Bulan NPF (X2)
30/06/2012 4.3
31/07/2012 4.3
31/08/2012 4,5
30/09/2012 4,5
31/10/2012 4.7
30/11/2012 4.7
31/12/2012 4.9
31/01/2013 5
28/02/2013 5
31/03/2013 6.2
30/04/2013 6.8
31/05/2013 6.8
30/06/2013 7.1
31/07/2013 7.2
31/08/2013 7.3
30/09/2013 8.4
31/10/2013 8.6
30/11/2013 9.3
31/12/2013 9.4
31/01/2014 9.4
28/02/2014 11
31/03/2014 11
30/04/2014 11
31/05/2014 12.5
30/06/2014 12.5
31/07/2014 12.5
31/08/2014 19.9
30/09/2014 20.0
30/10/2014 19
31/11/2014 17.2
90
3. Data perkembangan KUR
Bulan Pembiayaan Debitur
30/06/2012 86.4 25762
31/07/2012 84.8 27557
31/08/2012 83,7 29036
30/09/2012 82,6 30653
31/10/2012 80.7 32363
30/11/2012 80.7 32363
31/12/2012 78,3 35263
31/01/2013 77,1 36725
28/02/2013 77,1 36725
31/03/2013 75 40944
30/04/2013 74 42935
31/05/2013 74,0 42935
30/06/2013 72,8 44826
31/07/2013 73,4 44891
31/08/2013 72.9 45856
30/09/2013 74,5 46876
31/10/2013 73 48058
30/11/2013 72,3 49194
31/12/2013 71 51225
31/01/2014 71 51225
28/02/2014 70,3 52019
31/03/2014 70,3 52019
30/04/2014 70,3 52019
31/05/2014 68.3 55218
30/06/2014 68,3 55218
31/07/2014 68,3 55218
31/08/2014 65.9 58521
30/09/2014 65.4 59164
30/10/2014 65,3 59485
31/11/2014 65,1 59861
91
Lampiran 2: Tabel Model Summary, Anova dan Coefficients
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .999a .997 .997 .0095
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .838 2 .419 4.6613 .000a
Residual .002 27 .000
Total .840 29
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 7.075 .137 51.473 .000
LnUMKM .743 .013 1.083 55.655 .000
NPF -.004 .001 -.102 -5.233 .000
a. Dependent Variable: LnKUR
92
Lampiran 3: Uji Normalitas
93
Lampiran 4 : Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.075 .137 51.473 .000
LnUMKM .743 .013 1.083 55.655 .000 .282 3.543
NPF -.004 .001 -.102 -5.233 .000 .282 3.543
a. Dependent Variable: LnKUR
Lampiran 5 : Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .999a .997 .997 .0095 .669
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LnKUR LnUMKM NPF
N 30 30 30
Normal Parametersa Mean 14.987 14.258 9.133
Std. Deviation .1702 .1319 4.7830
Most Extreme
Differences
Absolute .178 .165 .149
Positive .134 .114 .149
Negative -.178 -.165 -.142
Kolmogorov-Smirnov Z .976 .902 .817
Asymp. Sig. (2-tailed) .296 .390 .516
a. Test distribution is Normal.
94
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .999a .997 .997 .0095 .669
a. Predictors: (Constant), NPF, LnUMKM
b. Dependent Variable: LnKUR
Lampiran 6 : Uji Heterokedastisitas