EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB...

54
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852 ) DI DESA RANTAU JAYA MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH SKRIPSI Oleh Leoni Dian Pratiwi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN

BETUTU Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852 ) DI DESA RANTAU JAYA

MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

SKRIPSI

Oleh

Leoni Dian Pratiwi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN

BETUTU Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852 ) di DESA RANTAU JAYA

MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

By

Leoni Dian Pratiwi

Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih, memiliki panjang 35,31

km dan lebar sungai 50 sampai dengan 70 meter. Way Pegadungan sangat

potensial untuk budidaya perikanan namun belum dimanfatkan secara optimal.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2018 dengan menggunakan

metode deskriptif kuantatif yang ditujukan untuk mengkaji tingkat kesesuaian

perairan dengan mengetahui nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya ikan

betutu. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisis

kesesuaian perairan dilakukan dengan metode matching dan skoring. Kisaran data

yang diperoleh adalah kedalaman: 6-7 m, kecerahan: 37,5-55 cm, suhu: 28-29ºC,

pH: 7-8,21, oksigen terlarut: 4,02-6,73 mg/l, arus: 0,14-0,16 m/s, nitrat: 0,16-0,21

mg/l, fosfat: 0,01-0,025 mg/l, amonia: 0,01-0,065 mg/l, bahan organik: 6,7-10,76

mg/l. Stasiun pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun dengan menggunakan

global positioning system (GPS). Pada titik pertama, kedua dan keempat

mendapatkan nilai sangat sesuai (S1) dan pada titik ketiga mendaptkan nilai

cukup sesuai (S2).

Kata Kunci : Sungai Way Pegadungan, Ikan Betutu, Kesesuaian Perairan

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

ABSTRACT

EVALUATION OF WATER FITNESS FOR BETUTU FISH

CULTIVATION Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852) in RANTAU JAYA

MAKMUR VILLAGE, WAY PEGADUNGAN, PUTRA RUMBIA

DISTRICT, CENTRAL LAMPUNG REGENCY

Oleh

Leoni Dian Pratiwi

Way Pegadungan is a tributary of Way Seputih, has a length of 35,31 km and a

river width of 50 to 70 meters. Way Pegadungan is very potential for aquaculture

but has not been used optimally. This research was held in March - May 2018

using a descriptive quantitative method aimed at assessing the level of suitability

of the waters by knowing the physical and chemical parameters for the cultivation

of betutu fish. The data used primary data and the secondary data. Water

suitability analysis was carried out using matching and scoring methods. The

range of data obtained is depth: 6-7 m, brightness: 37,5-55 cm, temperature: 28-

29ºC, pH: 7-8,21, dissolved oxygen: 4,02-6,73 mg/l, current: 0,14-0,16 m/s,

nitrate: 0,16-0,21 mg/l, phosphate: 0,01-0,025 mg/l, ammonia: 0,01-0,065 mg/l,

organic matter: 6,7-10,76 mg/l. Sampling stations were 4 stations with the global

positioning system (GPS). At the first, second and fourth points hightly suitable

(S1) and at the third points get moderatly suitable (S3).

Keywords : Way Pegadungan River, Ikan Betutu, Water Suitability

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN

BETUTU Oxyleotris marmmorata (Blekeer, 1852) DI DESA RANTAU

JAYA MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

LEONI DIAN PRATIWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya
Page 6: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya
Page 7: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya
Page 8: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

RIWAYAT HIDUP

Leoni Dian Pratiwi dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal

08 Mei 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Diyo Subandri, S.P. dan Ibu Tri

Haryani, S.E.

Penulis mengawali pendidikan dari TK Aisyah Muhammadiyah

2 Labuhan Ratu pada tahun 2001-2002. Penulis melanjutkan pendidikan formal

dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Merapi Perumnas Way Halim diselesaikan

pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Bandar Lampung

diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya

Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas

Lampung melalui Jalur Seleksi Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2014 dan

menyelesaikan masa studinya pada tahun 2018. Selama menjadi mahasiswa

penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Perikanan dan Kelautan

Universitas Lampung (HIMAPIK) sebagai anggota Bidang Pengkaderan pada

tahun 2016/2017.

Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Trimulyo

Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah selama 40

hari, yaitu dari bulan Januari - Februari 2017. Selama menikmati masa

perkuliahan penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Besar Perikanan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat dengan judul “Teknik

Pembenihan Ikan

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar

(BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat” pada bulan Juli - Agutus 2017.

Terakhir pada tahun 2018, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi

Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Betutu (Oxyleotris marommorata)

(Blekeer, 1852) di Desa Rantau Jaya Makmur Way Pegadungan Kecamatan Putra

Rumbia Kabupaten Lampung Tengah” yang terletak di Kecamatan Putra Rumbia,

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmannirrahim Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Syukur Alhamdulillah kupanjatkan atas berkat, rahmat dan

karunia yang Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk

kedua Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan dalam

bentuk apapun.

Bapak Diyo Subandri dan Ibu Tri Haryani Tercinta

Sebagai tanda bakti, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga,

selalu mendoakanku agar selalu menjadi orang yang lebih baik.

Kakakku Dea Fitri Aryandrie, serta keluarga besar yang telah

memberikan dukungan, motivasi, dan semangat untuk terus

berjuang dalam masa studi.

Sahabat dan teman-temanku yang telah banyak membantu,

memberikan dukungan dan semangat selama ini.

SERTA

Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”

(Q.S. Al-Mujadalah:11)

“Kau perlu jatuh berkali-kali untuk tahu siapa yang senantiasa memelukmu,

seraya membuatmu mengerti bahwa hidup akan selalu baik-baik saja”

(Febriansyah Ramadhan)

“Tersungkur yang membuatmu bersyukur, lebih baik ketimbang

indah yang membuatmu patah”

(Leoni Dian Pratiwi)

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

SANWACANA

Alhamdulillah puji ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,

kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Evaluasi Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Betutu

(Oxyleotris marommorata) (Blekeer, 1852) di Desa Rantau Jaya Makmur

Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di

Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.

3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya

Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Wardiyanto, S.Pi., M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik atas

memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan perkuliahan

5. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc selaku dosen Pembimbing Utama atas

kesabarannya dalam memberikan bimbingan, ilmu, waktu, motivasi,

dukungan serta saran-saran yang membangun dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

6. Dr. Ir. Abdullah Aman Damai., M.Si selaku Pembimbing Kedua yang

telah memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang

membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan

masukan, kritik, dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung atas segala ilmu yang diberikan selama

ini.

9. Kedua orangtuaku, Bapak Diyo Subandri dan Ibu Tri Haryani yang

senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, pengorbanan,

motivasi, serta doa yang tiada henti demi kelancaran dan kesuksesanku.

Kakakku Dea Fitri Aryandrie yang selalu memberikan dukungan dan

semangat.

10. Tim penelitian Adjie Pranata yang telah membantu, berjuang bersama,

hingga penelitian ini selesai.

11. Sahabat terbaik Hannisa, Mallina, Resta dan Rahma, yang telah membantu

saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan Budidaya Perairan angkatan 2014 yang tidak

dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaanya. Terima kasih atas

segala bantuan, motivasi, dan dukungan selama kita bersama-sama.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi

penulis. Aamiin.

Bandar lampung, November 2018

Penulis,

Leoni Dian Pratiwi

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................ i

DAFTAR TABEL .................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2

C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Betutu ......................................................................... 5

B. Sistem Budidaya Ikan Betutu .......................................................... 8

C. Kualitas Air Budidaya Ikan Betutu .................................................. 9

1. Parameter Fisika ........................................................................ 9

a) Suhu ...................................................................................... 9

b) Kecerahan dan Kedalaman ................................................ 10

c) Arus ..................................................................................... 11

2. Parameter Kimia ...................................................................... 12

a) Derajat Keasaman (pH) ..................................................... 12

b) Oksigen Terlarut ................................................................. 12

c) Amonia ................................................................................ 13

d) Nitrat ................................................................................... 15

e) Fosfat ................................................................................... 15

f) Bahan Organik ..................................................................... 16

D. Evaluasi Kesesuaian Perairan........................................................ 17

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 21

B. Alat dan Bahan ............................................................................. 22

C. Metode Penelitian ......................................................................... 22

1. Kualitas Air ............................................................................ 23

a) Parameter Fisika .................................................................... 23

b) Parameter Kimia .................................................................. 24

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

D. Evaluasi Kesesuaian untuk Budidaya Ikan Betutu ........................ 26

E. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Ikan Betutu .............................. 27

F. Analisis Data .................................................................................. 30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umumu .............................................................................. 31

B. Kualitas Air Sungai Way Pegadungan ............................................ 32

1. Kedalaman .................................................................................. 33

2. Kecerahan ................................................................................... 35

3. Suhu ........................................................................................... 36

4. Derajat Keasaman (pH) .............................................................. 38

5. Oksigen Terlarut ......................................................................... 39

6. Arus ............................................................................................ 41

7. Nitrat .......................................................................................... 43

8. Fosfat .......................................................................................... 44

9. Amonia ....................................................................................... 46

10 Bahan Organik .......................................................................... 48

C. Kesesuaian Perairan Pada Sungai Way Pegadungan ...................... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 55

B. Saran ........................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 56

LAMPIRAN .............................................................................................. 61

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat dan Bahan............................................................................. 22

2. Stasiun Penelitian ........................................................................ 23

3. Batas-batas nilai kesesuaian perairan .......................................... 28

4. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air ........................... ....... 33

5. Pembobotan dan Skoring Lokasi 1 .............................................. 50

6. Pembobotan dan Skoring Lokasi 2 .............................................. 50

7. Pembobotan dan Skroing Lokasi 3 .............................................. 51

8. Pembobotan dan Skoring Lokasi 4 .............................................. 51

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

DAFTAR GAMBAR

Halaman

9. Bagan kerangka pikir dari penelitian .....................................................3

10. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata). .................................................... 5

11. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 23

12. Sungai Way Pegadungan ...................................................................... 31

13. Nilai Kedalaman Sungai Way Pegadungan ......................................... 33

14. Nilai Kecerahan Sungai Way Pegadungan .......................................... 35

15. Nilai Suhu Sungai Way Pegadungan ................................................... 36

16. Nilai Derajat Keasaman Sungai Way Pegadungan .............................. 38

17. Nilai Oksigen Terlarut Sungai Way Pegadungan ................................ 40

18. Nilai Arus Sungai Way Pegadungan .................................................... 42

19. Nilai Nitrat Sungai Way Pegadungan .................................................. 43

20. Nilai Fosfat Sungai Way Pegadungan ................................................. 44

21. Nilai Amonia Sungai Way Pegadungan ............................................... 46

22. Nilai Bahan Organik Sungai Way Pegadungan ................................... 48

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

23. Keadaan Way Pegadungan........................................................... 62

24. Peta Kabupaten Lampung Tengah ............................................... 65

Page 19: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup besar bagi sektor per-

ikanan, khususnya budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan. Untuk

pengembangan sektor perikanan di daerah ini dapat memanfaatkan perairan umum

seperti sungai, rawa, waduk, saluran irigasi. Salah satu jenis komoditas yang

potensial dibudayakan di keramba jaring apung dalam rangka pemanfaatan per-

airan sungai adalah Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata).

Ikan betutu merupakan salah satu jenis ikan air tawar spesies asli Indonesia

(indigenous species) yang banyak digemari masyarakat, memiliki nilai jual yang

tinggi dan dipercaya memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Ikan betutu cukup

digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang lembut, berwarna putih dan

tidak banyak duri(Sumawidjaja et al., 1993). Daging Ikan betutu yang rata-rata

mengandung protein (9 – 22%), lemak (0,1 – 20%), mineral (1 – 3%), vitamin,

lecithin, guanin dan sedikit mengandung kolesterol (Arief et al., 2009).

Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih. Daerah aliran sungai

(DAS) Way Pegadungan memiliki luas 32,039 Ha atau 6,45% dari luas total

keseluruhan DAS Way Seputih. DAS Way Pegadungan memiliki panjang sungai

Page 20: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

2

utama 35,31 km dan lebar sungai 50 m (BPDAS Way Seputih-Sekampung,

2009). Berdasarkan kondisi tersebut, Way Pegadungan merupakan wilayah yang

potensial untuk kegiatan perikanan. Namun potensi Way Pegadungan disektor

perikanan belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar, selama ini

pemanfaatan Way Pegadungan hanya sebagai sumber air irigasiperkebunan dan

pertanian masyarakat.

Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta memanfaatkan potensi per-

ikanan di Way Pegadungan dapat dilakukan kegiatan budidaya Ikan betutu yang

dipelihara keramba jaring apung. Salah satunya, Ikan betutu mempunyai potensi

besar sebagai komoditas ekspor ke berbagai negara (Nyuwan, 2000). Apabila

kegiatan budidaya Ikan betutu belum dikembangkan maka, dikhawatirkan akan

menurunkan populasi dan mengancam kelestariannya. Kesesuaian perairan ber-

peran sangat penting dalam menunjang keberhasilan budidaya, dimana setiap

daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dilakukan

penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya Ikan betutu

di daerah Way Pegadungan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi kesesuaian perairan dengan mengetahui

nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris

marmorata) di Perairan Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten

Lampung Tengah Provinsi Lampung.

Page 21: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

3

C. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai perairan Way

Pegadungan untuk dikembangkan dan dikelola dengan baik sebagai tempat untuk

melakukan kegiatan budidaya Ikan Betutu dengan hasil yang optimal.

D. Kerangka Pemikiran

Ikan betutu merupakan salah satu ikan perairan air tawar yang berpotensi tinggi

untuk dibudidayakan. Ikan ini disukai masyarakat sebagai ikan konsumsi karena

dagingnya yang gurih dan memiliki protein baik dan merupakan salah satu

komoditas ekspor. Untuk memanfaatkan potensi Way Pegadungan dan

meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan kegiatan budidaya Ikan betutu

di Keramba jaring apung. Kajian kesesuaian perairan digunakan untuk menduga

serta menilai sejauh mana potensi sumberdaya perairan dapat dimanfaatkan.

Kerangka dasar dari evaluasi perairan adalah membandingkan persyaratan yang

diperlukan untuk suatu penggunaan perairan tertentu dengan sifat sumberdaya

yang ada pada perairan tersebut. Secara umum kerangka pikir penelitian dapat

dilihat pada Gambar 1.

Bagan Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Pemanfaatan perairan di kawasan DAS Way Pegadungan Kecamatan Putra

Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung

Budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)

Data parameter fisika dan kimia

Page 22: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

4

Pengolahan data

Evaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris

marmorata) dengan metode matching dan skoring

Kesimpulan

Page 23: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Betutu

Axelrod (1986) memasukkan Ikan betutu ke dalam golongan Percormorphoidei.

Adapun sistematika selengkapnya adalah sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Classis : Osteichthyes

Ordo : Percomorphodei

Familia : Eleotridae

Genus : Oxyeleotris

Species : Oxyeleotris marmorata. Blkr.

Ikan betutu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ikan betutu (Bleeker, 1852 dalam fishbase.org

Page 24: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

6

Ikan betutu termasuk salah satu jenis ikan asli Indonesia yang hidup di perairan

umum. Jenis ikan ini mulai dikembangkan melalui budidaya karena selain mem-

punyai citarasa yang tinggi juga untuk pemenuhan sumber protein hewani dan

merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis tinggi

(Widiyati et al., 1993) Sebagai salah satu komoditas yang selalu dicari, Ikan

betutu dari sisi ekonomis sangat menarik untuk dibudidayakan. Di beberapa

daerah seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jambi,

Jawa Tengah dan Jawa Barat banyak yang melakukan usaha pembesaran Ikan

Betutu.

Ikan betutu (Oxyeleotris sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari familia

Eleotrididae berukuran sedang dan dapat dibedakan dari anggota familia Gobiidae

oleh sirip perutnya yang terpisah (tidak berbentuk mangkok) dan adanya enam jari

tulang penguat tutup insang. Terdapat tiga species Ikan betutu yang telah di-

ketahui, yaitu O. marmarata., O. uropthalmoides dan O. uropthalmus (Kottelat et

al., 1993).

Ikan tersebut kebanyakan hidup di muara sungai, rawa, atau danau. Bentuk tubuh

Ikan betutu menyerupai ikan lele, khususnya kepalanya yang pipih dorsoventral.

Akan tetapi, Ikan betutu tidak memiliki sungut dan patil. Selain itu, tubuhnya

tertutup oleh sisik. Bagian dorsal tubuh mulai dari kepala sampai dengan ekor

dihiasi oleh ornamen-ornamen spesifik berwarna gelap dan terang. Oleh karena

itu, di Kalimantan Ikan betutu dikenal sebagai ikan hantu. Di luar negeri Ikan

betutu disebut the sleeper fish karena ikan ini senang tidur atau berdiam diri

(Larson, 2000).

Page 25: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

7

Ciri morfologis Ikan betutu mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, berwarna

kekuning-kuningan dengan bercak-bercak hitam ke abuabuan, kepala gepeng,

mata besar dan mulut lebar, sirip punggung terdiri dari atas dua bagian terpisah.

Sirip punggung pertama lebih rendah daripada sirip punggung kedua. Warna sirip

kecoklat-coklatan sampai coklat ke abuabuan dan terdapat noda-noda hitam yang

menyebar di seluruh tubuhnya. Panjang tubuh ikan berkisar antara 10 – 40 cm

dengan panjang maksimum 50 cm (Djajadireja, 1977 dalam Gunawan et al.,

1999).

Ikan betutu memiliki ciri-ciri yaitu tubuhnya memanjang bagian depan silindris

dan bagian belakang pipih. Tubuh Ikan betutu berwana kecoklatan sampai gelap

dengan bercak hitam menyebar. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah,

sirip perut sepasang, bentuk membulat dan terletak berdekatan. Mempunyai

sepasang sirip dada yang bentuknya membulat serta sebuah sirip ekor dengan

ujung membulat. Tubuh ikan jantan umumnya lebih gelap dari tubuh ikan betina

(Lubis, 2002).

Ikan betutu memiliki bentuk tubuh memanjang, bagian depan silindris dan bagian

belakang pipih, kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar.

Ikan betutu memiliki sisik kecil-kecil, halus dan lembut, sehingga tampak hampir

tidak bersisik, warna badan kecokelatan sampai gelap dengan bercak-bercak hitam

(seperti batik) yang menyebar ke seluruh tubuh, bagian ventral berwarna putih.

Tubuh ikan betutu betina umumnya lebih gelap dari pada Ikan betutu jantan.Ikan

betutu dewasa biasanya memangsa ikan, udang-udangan (krustasea), dan serangga

air (insekta), sedangkan juvenilnya memakan kutu air (Daphnia, Cladocera, dan

Copepoda), jentik-jentik serangga dan Rotifera. Pada stadia larva, Ikan betutu

Page 26: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

8

juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.

Dari aspek reproduksi diketahui bahwa Ikan betutu dapat memijah sepanjang

tahun. Ikan betutu mempunyai nilai fekunditas berkisar antara 5.000 sampai

dengan 25.000 butir tergantung bobot induk (Junius, 2016).

B. Sistem Budidaya Ikan Betutu

Budidaya Ikan betutu untuk menghasilkan konsumsi sudah dimulai sejak tahun

1970-an dengan menggunakan keramba dan hampang (pengculture) di Sumatera

dan Kalimantan. Saat ini budidaya telah berkembang di berbagai daerah. Kegiatan

budidaya Ikan betutu tidak lagi hanya pada usaha pembesaran untuk menghasil-

kan ikan konsumsi, tetapi juga usaha untuk memproduksi benih. Karena itu, Ikan

betutu merupakan komoditas perikanan budidaya yang pantas dipilih untuk di-

kembangkan. Ukuran bobot awal benih betutu yang hendak ditebar disesuaikan

dengan mata jaring. Benih Ikan betutu dengan ukuran 50-100 g/ekor dapat ditebar

dengan kepadatan atau 50-100 ekor/m³. Setelah dipelihara selama 6 bulan, benih

yang ditebar berukuran 100 g/ekor akan dipanen dengan bobot rata-rata 600

g/ekor (Ghufron, 2013).

Salah satu daerah yang telah melakukan budidaya Ikan betutu dalam keramba

adalah masyarakat sekitar Kecamatan Muara Bengkal. Di Kecamatan Muara

Bengkal terdapat dua desa yaitu Desa Benua Baru dan Desa Muara Bengkal Hulu

yang masyarakatnya melakukan usaha budidaya Ikan betutu dalam karamba sejak

tahun 1997. Mereka tergabung dalam kelompok tani Gelumbang Usaha Bersama

(Desa Benua Baru) dan Sawar Belimbing (Desa Muara Bengkal Hulu). Lokasi

budidaya mereka adalah dengan memanfaatkan Danau Gelumbang. Ikan betutu

Page 27: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

9

hasil budidaya di Kecamatan Muara Bengkal, biasanya dipasarkan ke restoran

yang terdapat di kotakota besar bahkan tidak jarang Ikan betutu tersebut dijual ke

luar negeri seperti Jepang dan Singapura (Budianto, 2007).

C. Kualitas Air Budidaya Ikan betutu

1. Parameter Fisika

a) Suhu

Menurut Azwar et al.,(2003) suhu air yang cocok bagi pertumbuhan benih Ikan

betutu adalah 24ºC sampai dengan 28ºC, sedangkan bagi indukan Ikan betutu

dapat hidup pada suhu 30ºC. Jika suhu air terlalu rendah dapat memicu timbulnya

penyakit bakterial terutama dari jenis Aeromonas hidrophylla, Pseudomonas sp.,

serta Ichthyophthirius multifiliis dan penyakit mikotik yang disebabkan oleh

jamur seperti Saphroregnia sp.

Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur air berkisar antara 19ºC

sampai dengan 29ºC bahkan Ikan betutu dapat beradaptasi dengan baik sampai

suhu 30ºC. Namun pada benih Ikan betutu suhu air yang baik berkisar antara 24ºC

sampai dengan 29ºC dimana benih ikan akan hidup sebanyak 70% (Boyd, 1990).

Menurut penelitian yang telah dilakukan Natadia (2015) menyatakan Ikan betutu

adalah salah satu ikan air tawar yang hidup pada perairan relatif panas >24ºC.

Suhu pada waduk, danau ataupun sungai yang cenderung stabil antara 27ºC

sampai dengan 32ºC pada musim panas. Suhu menurun hingga di bawah 28ºC

pada musim hujan, peralihan musim dari musim hujan ke panas atau musim panas

ke musim hujan, suhu tidak stabil, suhu tidak stabil dan berfluktuasi (naik turun)

hingga mencapai 4 – 5ºC (Kordi, 2013).

Page 28: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

10

Penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009) menyatakan bahwa

produktivitas paling tinggi diperoleh pada ikan dengan perlakuan suhu air 29ºC

sampai dengan 32ºC yaitu sebesar 0,99 sampai dengan 1,09 g/hari dimana dari

hasil analisis statistik nilai keduanya berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan

suhu 26ºC (0,55 g/hari) dan suhu 24ºC – 28ºC (0,18 g/ hari). Hal tersebut terjadi

karena sintasan dan laju pertumbuhan harian Ikan betutu yang paling baik

diperoleh pada perlakuan suhu air 29ºC sampai dengan 32ºC. Perlakuan suhu

32ºC mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibanding perlakuan suhu 29ºC

meski sintasan ikan pada suhu 32ºC lebih rendah dibanding suhu 29ºC. Ini

merupakan indikasi bahwa bobot individu ikan pada perlakuan suhu 32ºC lebih

besar sehingga meskipun jumlahnya lebih sedikit tetapi bobot biomassanya lebih

tinggi.

b) Kecerahan dan Kedalaman

Menurut penelitian Astuty et al., (2000), kisaran kecerahan air untuk Ikan betutu

sekitar 15 sampai dengan 55 cm. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Rahmawati (2002), hasil kedalaman dan oksigen terlarut dapat mendukung upaya

pengendalian populasi yang dilihat dari aspek habibat yang disukai Ikan betutu,

sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian habitat baik secara fisik maupun

biologis. Penetrasi cahaya berkisar 40,7cm sampai dengan 53 cm dengan

kedalaman 1,5 m sampai dengan 4 m.

Kecerahan air merupakan suatu ukuran untuk mengetahui daya penetrasi cahaya

matahari ke dalam air, sedangkan kekeruhan (turbiditas) air, derajad kegelapan

dalam air yang disebabkan oleh suspensi bahan organik dan anorganik (lumpur,

Page 29: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

11

partikel karbonat, plankton dan organisme lainnya), yang menyebabkan cahaya

matahari yang masuk kedalam dipancarkan atau diserap, sehingga daya penetrasi

cahaya matahari berkurang. Namun kekeruhan tidak selalu menunjukan kolerasi

yang nyata dengan kecerahan, karena adanya perbedaan konsentrasi, ukuran dan

sifat refraksi dari bahan tersuspensi dalam perairan (Karta et al, 1987).

Semakin dalam perairan maka semakin kecil cahaya yang masuk ke dalam. Payne

(1986) menyatakan, kecerahan sangat berkorelasi dengan kedalaman. Kedua

faktor tersebut mendukung untuk kehidupan organisme akuatik. Hal tersebut

menjelaskan bahwa kondisi perairan yang memiliki arus tenang cocok untuk

kehidupan Ikan betutu.

c) Arus

Arus adalah pergerakan air yang mampu memberikan perubahan lingkungan dan

dapat dialami oleh ikan. Pergerakan air akan mengakibatkan distribusi dari faktor

lingkungan berupa suhu, oksigen, karbondioksida maupun yang lainnya menjadi

lebih merata, bahkan penyerbaran makanan pun juga merata. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Agung (2016) menyatakan terdapat perubahan tingkah laku dari

ikan betutu yang diberi arus. Pemeliharaan yang dilakukan selama 56 hari me-

nunjukkan adanya pertumbuhan bobot dari hasil penelitian yang menggunakan

arus 0,12 m/s mengalami peningkatan yang paling besar, kemudian secara

berturut-turut perlakuan dengan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus. Hal ini

mengindikasikan adanya rangsangan untuk capat tumbuh dengan semakin

besarnya kecepatan arus air yang diberikan. Arus yang diberikan akan

merangsang ikan untuk bergerak dan menyebabkan semakin cepat tumbuh. Hal

Page 30: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

12

tersebut diperkuat dengan peryataan Tajerin et al. (2000), ikan yang aktif bergerak

akan mengalami perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan

yang lebih banyak diam sehingga pergerakan aktif akan memacu perkembangan

otot menjadi lebih cepat.

2. Parameter Kimia

a) Derajat Keasaman (pH)

Ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan-perairan air tawar yang memiliki

derajat keasaman (pH) air yang agak rendah (5,5 sampai dengan 6,5). Meskipun

Ikan betutu dapat hidup di air dengan pH netral yaitu 7 sampai 7,5 (Cheah et al.,

1994), hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Loo et al., (2015)

menyatakan bahwa Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada derajat keasaman

(pH) berkisar 7,5 sampai dengan 8,5.

Penelitian yang telah dilakukan Asep et al., (2017) menyatakan hasil pengukuran

derajat keasaman (pH) air pada kolam pemeliharaan Ikan betutu diukur pada siang

hari berkisar antara 6,5 – 7,3, hal ini sama dengan pertanyaan Kordi (2013) bahwa

Ikan betutu dapat bertahan hidup pada perairan asam atau pH rendah. Pada pH 5,5

– 6,5, Ikan betutu masih bisa hidup dan tumbuh, meskipun ikan betutu bisa

tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7,0 – 7,5.

b) Oksigen Terlarut (DO)

Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ardi et al., (2016) bahwa

oksigen terlarut (DO) yang baik untuk budidaya Ikan betutu berkisar antara 0,366

mg/l sampai dengan 0,47 mg/L dengan kadar salinitas 1 ppt sampai dengan 5 ppt.

Page 31: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

13

Asep et al., (2017) telah melakukan penelitian dengan hasil pengukuran oksigen

terlarurt (DO) dalam kolam pemeliharaan Ikan betutu di karamba jaring apung

berkisar antara 2,9 sampai dengan 3,5 mg/L, hal tersebut ditunjang oleh per-

nyataan Kordi (2013), bahwa Ikan betutu merupakan ikan yang tahan hidup di-

perairan yang kualitasnya buruk, Ikan betutu masih bisa bertahan hidup dalam

perairan dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah yaitu 2 mg/L dan betutu

tumbuh dengan baik dalam perairan dengan kandungan oksigen terlarut > 3 mg/L.

Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2002) hasil pengukuran oksigen terlarut

(DO) 1,66-5,17 mg/L. Oksigen merupakan salah satu unsur yang paling penting,

yaitu sebagai pengalir proses-proses metabolisme bagi komunitasnya dan sebagai

petunjuk kualitas perairan (Begenal, 1978). Oksigen yang terlarut dalam air pada

umumnya berasal dari difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air

melalui air hujan dan melalui fotosintesa dalam air. Konsentrasi oksigen terlarut

dapat berkurang karena dipergunakan hewan air untuk respirasi, dipakai dalam

proses penguraian bahan-bahan organik secara kimiawi (COD).

c) Amonia

Total amonia merupakan produk hasil metabolisme ikan dan dekomposisi

senyawa organik seperti sisa-sisa pakan dan kotoran ikan oleh bakteri menjadi

nitrogen dalam bentuk amonium terlarut (Hidayah, 1993). Amonia total dapat

merusak insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen

(Boyd, 1982). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009)

menyatakan hasil pengukuran kandungan amonia dalam air selama penelitian

berkisar antara 0,012–0,035 mg/L. Kisaran tersebut masih di bawah konsentrasi

Page 32: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

14

yang dapat membahayakan ikan yaitu berkisar antara 0,1–0,3 mg/L.Ikan betutu

adalah ikan yang berbeda dengan ikan-ikan lainnya, dikarenakan ikan ini sangat

tahan terhadap kadar amoniak H2S, dan kadar karbondioksida yang cukup tinggi.

Hal ini sangat menguntungkan dalam usaha budidaya terutama pembesaran.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Asep et al., (2017) bahwa amonia

Bebas (NHᴣ) berkisar antara 0,021-0,030 mg/L, sedangkan menurut Hidayah

(1993) menyatakan bahwa kisaran amonia bebas (NHᴣ) pada ikan air tawar

kurang dari 2 mg/L masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan.

Kisaran ammonia pada kisaran tersebut Ikan betutu masih dapat hidup optimum,

sesuai dengan pernyataan Kordi (2013) bahwa ikan betutu masih dapat hidup

optimum pada perairan yang mengandung amonia antara 0,556 – 0,779.

Konsentrasi amonia bebas (NHᴣ)di perairan bergantung pada pH dan suhu per-

airan. Semakin meningkatnya pH dan suhu perairan menyebabkan persentase

amonia bebas (NHᴣ) terhadap amonia total semakin meningkat. Amonia bebas

(NHᴣ) tidak dapat terionisasi (amoniak), sedangkan amonium (NH4) dapat ter-

ionisasi, pada pH 7 atau kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi.

Sebaliknya, pada pH lebih besar dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Amonia bebas yang tak terionisasi ber-

sifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amoniak terhadap organisme

akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan

suhu. (Effendi, 2003).

Page 33: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

15

d) Nitrat (NOᴣ)

Nitrat (NOᴣ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan

nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi

sempurna senyawa nitrogen di perairan. Berdasarkan penelitian yang telah di-

lakukanLoo et al.,(2015) menyatakan bahwa kondisi perairan yang mengandung

nitrat baik untuk budidaya ikan betutu adalah berkisar 0,02 mg/l sampai dengan

1,15 mg/l. Namun berdasarkan penelitian Ardi et al., (2015) menyatakan bahwa

ikan betutu hidup dalam perairan yang mengandung nitrat 0,44 mg/l sampai

dengan 1,85 mg/l.

Menurut penelitian yang telah dilakukan Inlan et al (2007) menyatakan bahwa

kisaran nitrat dalam perairan yang baik ikan betutu dapat hidup adalah 0,66 mg/l

sampai dengan 1,74 mg/l. Nitrat (NO3‾) adalah nutrien yang pada kadar ber-

lebihan, dapat menyebabkan penurunan kualitas air suatu badan air yang akhirnya

menimbulkan pencemaran air serta berakibat pada eutrofikasi (eutrophication).

Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan

(Arthana, 2006).

e) Fosfat

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ardi et al., (2005) menyatakan ikan

betutu dapat hidup di perairan yang mengandung fosfat 0,2 mg/l. Jika konsentrasi

fosfat yang sudah cukup tinggi melebihi ambang batas standar baku budidaya.

Meskipun fosfat tidak toksik bagi ikan, tapi dapat menyebabkan pertumbuhan

fitoplankton di kolam dan badan perairan (sungai dan danau). Konsentrasi

Page 34: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

16

fosfatyang telah melebihi ambang batas standar baku diduga berasal dari sisa

pakan dan metabolisme ikan yang terdapat di media pemeliharaan.

Berdasarkan peraturan pemerintah RI No 82 tahun 2001 nilai fosfat yang baik di

dalam perairan sungai adalah 0,2 mg/l sampai dengan 5 mg/l. Bila kadar fosfat

dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L),pertumbuhan dan gang-

gang akan terhalang. Keadaan ini disebut oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat

dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (keadaan

eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu

sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan.

f) Bahan Organik

Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter (TOM) menggambarkan

kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik

terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik merupakan bahan

bersifat kompleks dan dinamis nberasal dari sisa tanaman dan hewan yang ter-

dapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan ini terus-menerus

mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan

biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen (Rakhman,

1999).

Pakan ikan merupakan penyumbang bahan organik tertinggi di waduk (80%)

dalam menghasilkan dampak lingkungan. Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi

atau terbuang di dasar perairan oleh ikan sekitar 20–50%. Limbah dari pakan

Page 35: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

17

dan faeces ikan akan terakumulasi dan menurunkan kualitas perairan. Peningkatan

jumlah aktivitas budidaya ikan menggunakan KJA, mengakibatkan peningkatan

jumlah beban cemaran yang akan dibuang ke perairan. Hal tersebut juga di-

pengaruhi oleh jarak antar KJA, jumlah padat tebar ikan, dan manajemen pem-

berian pakan(Lukman dan Hidayat, 2002). Jumlah padat tebar ikan yang tinggi

dengan manajemen pakan yang buruk mengakibatkan perairan menjadi keruh dan

tercemar. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang di-

kaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kisaran bahan organik

yang cocok untuk budidaya ikan betutu adalah 1,26 sampai dengan 8,72 mg/l (Ina,

2014).

D. Evaluasi Kesesuaian Perairan

Menurut Ritung et al., (2002) bahwa evaluasi perairan adalah suatu proses pe-

nilaian sumber daya perairan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu

pendekatan yang sudah teruji. Hasil evaluasi akan memberikan informasi dan/atau

arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian perairan adalah

tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian tersebut

dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan

perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian

lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan

tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.

Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan

dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial

menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-

usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan

Page 36: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

18

terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang

memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditas-

nya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.

Menurut Wardoyo (2002) menyatakan evaluasi lahan adalah suatu proses pe-

nilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pen-

dekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan

informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Dasar pe-

mikiran utama dalam prosedur evaluasikesesuaian lahan adalah kenyataan bahwa

berbagai pemanfataan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda.

Evaluasi kesesuaian lahan perairan dapat menggunakan beberapa metode yang

serupa. Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan

adalah sebagai berikut:

1. Metode kualitatif/deskriptif

Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung

di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan pada be-

berapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam menganalisis.

2. Metode matching

Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria kesesuaian

lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara

matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat

penggunaan lahan tertentu.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi:

Page 37: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

19

Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan;

Kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk setiap penggunaan lahan;

Rating kualitas lahan (persyaratan tipe penggunaan lahan).

Macam matching adalah sebagai berikut:

1) Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor

pembatas yang paling berat dan kelas kemampuan lahan.

2) Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan

faktor yang dominan sebagai penentu kelas kemampuan lahan.

3) Subjective matching, adalah teknik matching yang didasarkan pada

subyektivitas peneliti. Hasil pada teknik subjective matching sangat

tergantung pada pengalaman peneliti.

3. Metode pengharkatan (scoring)

Metode ini adalah nilai lahan menurut kegunaan, manfaat atau fungsi yang dapat

dijalankanya. Maka harkat lahan berkaitan dengan mutu lahan. Harkat lahan

merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan

tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir oleh karena harkat lahan selalu

berkenaan dengan penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik

untuk, misal nya pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk

penggunaan lain, misalnya permukiman atau kawasan industri. Penilaian

kesesuaian dapat di buat secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat berdasarkan

keadaan lahan sekarang (actual suitability) atau berdasarkan keadaan lahan

setelah diadakan pembenahan besar-besaran ( potential suitability ), yang

Page 38: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

20

mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad ( very significant ) dan cukup tetap

dan hasil pengubahnnya dapat bertahan selama lebih dari 10. Metode peng-

harakatan lahan biasannya berbentuk sistem klasifikasi harkat lahan dengan

struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang terendah

perampatan kriteria pemilihan kelas (FAO, 1976).

Page 39: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

21

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018.

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peninjauan lokasi pada bulan

Maret sampai dengan Mei 2018 pengambilan data primer dan data sekunder yang

bertempat di Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung

Tengah Provinsi Lampung. Analisis data yang akan dilakukan di Laboratorium

Kualitas Air, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung

Karang. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

Page 40: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

22

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan

No Variabel Satuan Alat dan Bahan Keterangan

1. Suhu oC Thermometer In situ

2. Derajat Keasaman

(pH)

Multiparameter In situ

3. Kecerahan Meter Secchi Disk In situ

4. Kedalaman Meter Secchi Disk In situ

5. Oksigen Terlarut

(DO)

mg/l Multiparameter In situ

6. Arus m/s Baling-baling In situ

7. Amonia (NHᴣ) mg/l Spectrofotometer Laboratorium

8. Phospat (PO4) mg/l Spectrofotometer Laboratorium

9. Nitrat (NOᴣ) mg/l Spectrofotometer Laboratorium

10. Bahan Organik mg/l Spectrofotometer Laboratorium

11. Koordinat

Lapangan

GPS In situ

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan terhadap kualitas perairan

yang meliputi parameter fisika dan kimia di perairan sungai Way Pegadungan

Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-

kunder. Data primer meliputi suhu, pH, arus, kecerahan, kedalaman, DO, bahan

organik, phospat, nitrat dan amoniak. Sedangkan pengumpulan data sekunder me-

liputi peta rupa bumi dan data citra. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan

menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel dilakukan

pada 4 stasiun dengan pengulangan sebanyak 3 kali yang mewakili semua kondisi

Page 41: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

23

perairan lokasi penelitian. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan

Global Positioning System (GPS) dengan format (latitude; longitude). Stasiun

penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Stasiun penelitian

No. Kordinat Stasiun Penelitian

Keterangan LS BT

1. 4º 48’ 14,53” 105º 39’ 16,15” Aliran Hulu (Keramba

Tradisional)

2. 4º 48’ 53,92” 105º 38’ 49,9” Aliran Inlet Oulet

Persawahan

3. 4º 49’ 32,45” 105º 38’ 15,84” Rawa-rawa dan Hutan

Way Kambas

4. 4º 47’ 31,61” 105º 39’ 5,26” Aliran Hilir (Keramba

Jaring Apung )

1. Kualitas Air

a) Parameter Fisika

Beberapa parameter fisika yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Suhu

Pengukuran suhu perairan dilakukan dengan menggunakan thermometer,

dengan cara pada bagian ujung thermometer diberi tali kemudiandimasukan

kedalam perairan yang akan diamati sampai bagian dari thermometer tidak berada

diudara, kemudian setelah mendapatkan hasilnya dicatat.

2. Kecerahan

Pengukuran kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan secchi

disk, dengan carasecchi disk dikaitkan dengan pemberat agar secchi disk dapat

tenggelam untuk melihat tingkat gelap atau terang perairan dalam secchi disk,

kemudian setelah mendapatkan hasilnya dicatat.

Page 42: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

24

3. Kedalaman

Pengukuran kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan secchi

disk, secchi disk digunakan sebagai pemberat dengan tali pengukuran yang sudah

ditentukan jarak 1 meter sebelumnya, kemudian secchi disk dimasukkan kedalam

perairan yang akan diamati. Setelah itu dilihat kedalaman yang didapatkan pada

saat pengukuran lalu hasil yang telah didapatkan dicatat.

4. Arus

Pengukuran menggunakan baling-baling yaituhitung waktu yang

dibutuhkan sampai tali rafia yang diikatkan ke baling-baling sepanjang 1meter

tersebut lurus dengan menggunakan stop watch. Pada pengukuran arus dilakukan

pengulangan di tempat yang berbeda.

Semua parameter fisika tersebut diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik

sampling di Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung

Tengah Provinsi Lampung.

b) Parameter Kimia

Beberapa parameter kimia yang diukur adalah sebagai berikut :

1. Derajat keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman (pH) diukur secara in situ dengan

menggunakan Multiparameter. Sebelum menggunakan alat ini harus dikalibrasi

menggunakan aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter dimasukkan

kedalam air yang akan diamati, lalu nilai pH akan muncul pada alat. Kemudian

catat hasilnya.

Page 43: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

25

2. Oksigen Terlarut (DO)

Pengukuran oksigen terlarut (DO) diukur secara in situ dengan

menggunakan water Multiparameter.Sebelum menggunakan alat ini harus

dikalibrasi menggunakan aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter

dimasukkan kedalam air yang akan diamati, lalu nilai DO akan muncul pada alat.

Kemudian catat hasilnya.

3. Amonia (NHᴣ)

Pengukuran amonia dilakukan di Laboratorium Kualitas Air,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung

Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk

mengukur Amonia dalam setiap sampel dapat dengan menggunakan

spectrofotometer(SNI 19-6964.3-2003).

4. Nitrat (NOᴣ)

Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan

Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat

menggunakan spectrofotometer (SNI 19 6964.7-2003).

5. Fosfat (PO4)

Pengukuran kadar phospatdilakukan di Laboratorium Kualitas Air,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung

Page 44: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

26

Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk

mengukur phospat dapat menggunakan spectrofotometer(SNI 06-6989.31-2005).

6. Bahan Organik

Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan

Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat

menggunakan spectrofotometer(APHA. 2005. 4500.KMnO4).

D. Evaluasi Kesesuaian Perairan Budidaya Ikan betutu

Evaluasi kesesuaian perairan digolongkan kedalam beberapa kelas. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan untuk

budidaya perikanan khususnya untuk ikan betutu. Hasil dari scoring dan pem-

bobot dievaluasi sehingga akan didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan

tingkat kelayakan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Menurut Trisakti

(2003) tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Hightly Suitable) Nilai 85-100%

Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan

perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak

berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya

dan tidak akan menaikkan masukan atau tingkat perlakuan yang

diberikan.

2) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas

Page 45: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

27

ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang

diperlukan.

3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%

Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk

mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas

akan lebih menigkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang

diperlukan.

4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Sutable) Nilai < 65%

Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala

kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.

Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan

pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui peubah syarat yang dijadikan

acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan

dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah

di atas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi

terhadap peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang.

E. Penilaian untuk lokasi budidaya ikan betutu

Sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan perairan

budidaya Ikan betutu dapat disusun dengan matrik kesesuaian perairan. Metode

skoring digunakan untuk pembobotan pada setiap parameter dikarenakan setiap

parameter memiliki andil yang berbeda dalam menunjang kehidupan suatu

komoditas. Metode skoring biasannya berbentuk sistem klasifikasi harkat lahan

dengan struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang

terendah perampatan kriteria pemilihan kelas. Dalam budidaya ikan, parameter

Page 46: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

28

yang memliki peran besar akan mendapatkan nilai besar dari parameter yang

memiliki dampak yang besar (Kangkan, 2006). Matrik kesesuaian perairan

disusun dengan sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan

untuk budidaya ikan betutu yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Batas-batas nilai kesesuaian perairan dalam budidaya ikan betutu

Variabel Variabel BATAS NILAI

(A)

BOBOT

(B)

SKOR

MAXIMAL

(AxB)

Sumber

Kedalaman

5-7 m

3-4 m dan 8-9 m

<2 m dan > 10 m

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

3 15

Rahmawati

(2002)

Arus

0, 12-0,20 m/s

0,06-0,11 m/s dan 0,13-

0,21 m/s

< 0,06 dan > 0,21 m/s

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

3 15

Agung

(2016);

Tajerin et

al. (2000)

Oksigen

Terlarut

3-6 mg/l

2-2,9 mg/l dan 6-8 mg/l

<2- >8 mg/l

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

3 15

Setiawan

(2010);

Kordi

(2013);

Lubis

(2002);

Begenal

(1978)

Derajat

Keasaman

(pH)

6,5-8,5

6,0-6,4 dan 8,6-9

<5,9 - >9,1

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

2 10

Loo et al,.

(2015);

Kordi

(2013)

Suhu

26oC-28

oC

24-25 oC dan 29

oC

<23 dan 30 oC

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

2 10

Azwar

(2003);

Boyd

(1990);

Kordi

(2013)

Amonia

0-0,4 mg/l

0,5-0,7 mg/l

>0,7 mg/l

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

2 10

Purnamasa

ri(2009);

Kordi,

(2013)

Page 47: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

29

Variabel Variabel BATAS NILAI

(A)

BOBOT

(B)

SKOR

MAXIMAL

(AxB)

Sumber

Fosfat

0,2 – 0,5mg/l

0-0,19 mg/l dan 0,6-1

mg/l

<0 mg/l - >1 mg/l

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

2 10

Ardi

(2005); PP

RI No 82

th 2001

Kecerahan

40-50 cm

30-39 cm dan 51-60 cm

>60 cm

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

1 5

Rahmawati

(2002);

Astuty

(2000)

Karta

(1987)

Nitrat

0,5-1 mg/l

0,2-0,4 mg/l dan 1-1,8

mg/l

<0,2 mg/l – >1,8 mg/l

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

1 5

Loo et al.,

(2015);

Ardi

(2005);

Inlan et al

(2007);

Athana

(2006)

Bahan

Organik

6,6 mg/l – 8,7 mg/l

4,6-6,5 dan 8,8-9,0

mg/l

<4,5 dan >9,1 mg/l

5 (Sesuai)

3 (Cukup

Sesuai)

1 (Tidak Sesuai)

1 5

Lukman

dan

Hidayat

(2002); Ina

(2014);

Rakhman

(1999)

TOTAL SKOR

MAKSIMAL 100

Keterangan:

1. Angka penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu: 5 = baik

3 = sedang

1 = kurang

2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh variabel dominan.

3. Skor adalah ∑

Skor total dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut

selanjutnya dipakai untuk menentukan klas perairan budidaya Ikan betutu

berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan

perhitungan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) :

Page 48: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

30

Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian

perairan sebagai berikut (Cornelia, 2005) :

86 – 100 = Sangat Sesuai (S1)

76 – 85 = Cukup Sesuai (S2)

66 – 75 = Sesuai Marginal (S3)

0 – 65 = Tidak Sesuai (N)

F. Analisis Data

Untuk mengetahui kesesuaianperairan untuk kegiatan budidaya Ikan betutu

(Oxyeleotris marmorata) di perairan Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia

Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, pengamatan terhadap kualitas

perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia menggunakan metode des-

kriptif kualitatif selanjutnyadianalisis hasil sampel air yang telah diuji serta

kriteria kelayakanya, sehingga diperoleh parameter karakteristik perairan,

parameter yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan metode matching dan

skoring untuk mendapatkan klas kesesuaian perairan (Sitorus, 1985).

Pengamatan terhadap kualitas perairan dilakukan setiap bulan selama 3 bulan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-

kunder. Penilaian kesesuaian perairan tersebut, didasarkan pada kualitas per-airan

dengan sistem kesesuaian perairan yang digunakan. Hasil pengamatan yang telah

didapatkan akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan

tujuan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.

Page 49: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

55

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Way Pegadungan tergolong pada kesesuaian perairan kelas sangat sesuai (S1)

untuk budidaya ikan betutu pada lokasi pengambilan sampel pada titik pertama,

kedua dan keempat sedangkan pada lokasi pengambilan sampel pada titik ketiga

mendapatkan nilai kesesuaian perairan kelas cukup sesuai (S2) sehingga perairan

tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut untuk kadar nitrat dan amonia

apabila digunakan untuk kegiatan budidaya ikan betutu.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya dukung dan daya

tampung perairan Way Pegadungan untuk komoditas budidaya selain ikan betutu.

Page 50: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

56

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2016. Pengaruh Arus Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup

Benih Ikan Betutu. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.

Ardi Idil., Eri Setiadi., Anang Hari Kristanti dan Ani Widiyati. 2016. Salinitas

Optimal untuk Pendederan Beniih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus,

Bleeker).Jurnal Riset Akultur 11 (4) 39-347.

Arief, M., Triasih, L., dan Lokapirnasih, W.P. 2009. Pengaruh pemberian pakan

alami dan pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan betutu

(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker).Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan

I. 57-60.

Arthana. 2006. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.PT

Gramedia Pustaka utama. Jakarta.

Asep Imam, Titin Herawati dan Ayi Yustiati. 2017. Kelangsungan Hidup dan

Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) yang di beri

pakan hidup dan pakan buatan di Keramba jaring apung Waduk Cirata.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol VIII no 1. Universitas Padjajaran.

Bandung.

Astuty, S., Diana, S., dan Iskandar. 2000. Studi Biologi Ikan Betutu (Oxyeleotris

marmoratus, Bleeker) di Perairan Waduk Cirata.Jurnal Bionatura 2 (1)

21-22.

Axelrod, H.R. 1986. Encyclopedia of Tropical Aquarium Fishes. T. F. H.

Publications, Inc. Neptune. New Jersey.

Azwar, Z.I., Arifin, O., Pamungkas, W., dan Yosmaniar. 2003. Pengelolaan

produksi massal ikan betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) Balai

Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Kelautan dan Perikanan.

Departemen Kelautan dan Perikanan. Halaman 77-184.

Badan Pusat Statistik. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Tengah

2013. BPS Propinsi Lampung. Bandar lampung

Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Sekampung. 2009.

Karakteristik DAS Way Seputih. Bandar Lampung.

Page 51: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

i

Barus, T.A. 2004. Pengantar limnologi, studi tentang ekosistem sungai dan

danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Bleeker. 1852. Laju Konsumsi dan Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris

marmorata Bleeker, 1852) yang Diberi Pakan Ikan Guppy (Poecilia

reticulata Peters, 1859). Limnotek 20 (1): 111-116.

Boyd, C, E. 1990. Water Quality in Pond Culture. Auburn University

Agricultural. Alabama, 482 ppt.

Budianto, R. 2007. Analisis Finansial Usaha Pembesaran Ikan Betutu dalam

Karamba di Desa Muara Bengkal Hulu Kecamatan Muara Bengkal

Kabupaten Kutai Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

(FPIK). Universitas Mulawarman. Samarinda.

Cheah, S. H., S. Senoo, S.Y. Lam and K.J. Ang. 1994. Aquaculture of a high

value freshwater in Malaysia : The Marble Goby (Oxyeleotris

marmoratus, Bleeker). Naga : The ICLARM Quartely 17:22-25.

Cornelia, M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian

Budidaya Rumput Laut. Pusat survey sumberdaya alam laut Bakosurtunal.

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi

Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Ditjen Pesisir dan

Pulau-pulau kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta.

Elmi, A.A, C. Madramootoo, M. Egeh and C. Hamel, 2004. Water and Fertilizer

Nitrogen Management to Minimize Nitrate Pollution From a Cropped

Soin in South Western Quebee. Canada. Journal of Water, Air, and

Soil Pollution 151: 117-134

Evalawati., M. Meiyana dan T.W. Aditya. 2001. Pembesaran ikan di keramba

apung. Departemen Kelautan dan Perikanan., Direktorat Jendral Perikanan

Budidaya. Balai budidaya laut Bandar Lampung.

FAO. 1976. A Frame work for Land Evaluation Soil Resources Management and

Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil

Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.

Fitria, E. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman

vegetasi akuatik di perairan Perapat Danau Toba. Tesis. Sumnatrea utara.

Medan.

Fortes, M. D., 1990. Seagrass Resources of East Asia: Research Status,

Environmental Issues and Management Perspective dalam Proceed. of the

first ASEAMS Symp. on SEAMS and Environ. Protect. (ASEAM/UNEP

edt.), UNEP Regional Seas Reports and Studies, No. 116: 135 – 143.

Ghufron, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung.

Akademia. Jakarta.

Page 52: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

ii

Ghufron, M. 2013. Panduan Lengkap Bisnis Budidaya Ikan Betutu. Penerbit Lily

Publisher. Yogyakarta.

Gunawan, S., Diana., S. Astuty dan Iskandar. 1999. Studi Biologi Ikan Betutu

(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di Perairan Waduk Cirata. Tesisi

Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. 20 halaman.

Hadmoko. 2012. Evalusi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi

lahan-Aplikasi Teknik Skoring dan Matching. Tesis. Universitas Gadjah

Mada. Ygemeogyakarta.

Harsono. 2008. Hubungan sistem aliran air pada jaringan tata air dalam

produktivitas lahan daerah rawa pasang surut. Jurnal sumber daya air 4

(2) /: 125-138.

Hidayah, Z. 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan

dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr)

yang dipelihara di kolam. Skripsi Program Studi Budidaya Perairan

Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 halaman.

Imam Taufik, Zainal Imran Azwar dan Sutrisno. 2009. Ikan Betutu (Oxyeleotris

marmoratus, Bleeker) dengan sistem resikulasi.Jurnal Riset Akuakultur

Volume 4 no 3. Bogor.

Ina Walia Fathnonah. 2014. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup benih Ikan

Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr) dalam wadah transparan, hitam dan

putih. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.

Inland Fisheries and M.Sc, Aquaculture Tech. 2007. The nutrition and Feeding of

a native thai spesies, the marble goby (Oxyeleotris marmorata) involving

on-farm and experimental studies. Khonkaen University. Thailand.

Junis A., 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).

Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya

Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang,

Nusa Tenggara Timur. Tesis Megister. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Kartamihardja E.S, A.S Nastiti, Krismono, K. Purnomo dan A. Hardjamulia.

1987. Penelitian Limno-Biologis Waduk Saguling Pada Tahap Pra-

Industri.Bulletin Panel. Perikanan Darat. Vol. 6 No. 3 : 1-27 Halaman.

Kordi, M.G.H. 2013. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Betutu

(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Lily Publisher Yogyakarta. 226

halaman.

Kottelat, M. A.S., Whitten, S.N., Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.

Freshwater Fisher of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition

Ltd, Singapore.

Page 53: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

iii

Larson, H.K. 2000. Gobbidae (Gobies and Sleepers), P. 636-640. In J.E. Randall

and K.K.P Lim (eds) A Checklist of the fishers of the South China Sea

Raffles Bull. 2001. 181 : 569-667.

Lesmana. 2004. Kualitas air untuk ikan hias air tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Loo Poh Leong, Ving Ching Chong, Shaliza Ibrahim. 2015. Manipulating Culture

Conditions and Feed Quality to Increase the Survival of Larval Marble

Goby (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). University of Malaya. Kuala

Lumpur. Malaysia.

Lubis, S. 2002. Studi Ekologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di

Sungai Seruang Kabupaten Deli Serdang. Tesis Program Pasca Sarjana

USU. Medan. Skripsi tesis.

Lukman dan Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik di Waduk

Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 –

135.

Natadia, S.S. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Alami terhadap Pertumbuhan

Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Skripsi Program

Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.

Bandung.

Nyuwan, S.B. 2000. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) masih

menangkap dari alam. Trubus. Juli 2000.

Payne, A.L. 1986. The Ecology of Tropical Lake and Rivers. John Wiley and

Sonds. New York.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82. 2001. Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik Indonesia.

Purnamasari, E. 2009. Prospek Usaha Budidaya Ikan Betutu (Oxyeleotris

marmorata Blkr) dalam Keramba di Kecamatan Muara Bengkal. EPP

Vol.6(2):34-40.

Rakhman, Arif. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai

Ekosistem Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Rahmawati, S. 2002. Pengendalian Sumberdaya Ikan di Perairan Waduk Secara

Optimal. Skripsi. USU, Medan.

Ramadhani D. 2000. Kelangsungan Hidup Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata

(BLKR.). yang Dipelihara di Kabupaten Serang Bogor. Skripsi Program

studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut

Pertanian Bogor.

Ritung, S., A. Hidayat., dan Suratman. 2002. Penyusun Perwilayahan Komoditas

dan Ketersediaan Lahan. Laporan Penelitian dan Pengembangan Tanah

dan Agroklimat, Bogor. Indonesia.

Page 54: EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya

iv

Rudiyanti, Siti. 2009. Kualitas air sungai Banger Pekalongan Berdasarkan

Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4 (2):46-52.

Ryadi Slamet. 1984. Pencemaran Air. Karya Anda. Surabaya.

Sastrawijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Setiawan, 2010. Pengaruh Kedalaman Perairan Terhadap Kualitas Perairan. PT.

Kanisius. Yogyakarta.

Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.

186 p.

Sumawidjaja, K. I., Effendi dan A.O. Sudrajat. 1993. Pakan bagi larva Ikan

Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) dua minggu di awal hidupnya.

Lembaga Penelitian. IPB Bogor. 29 halaman.

Tajerin, Rebegnator, dan Muharram B. 2000. Pengaruh kecepatan arus air dalam

kolam terhadap tekstur daging ikan mas.Jurnal Penelitian Perikanan

Indonesia 2: 65-73.

Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan

Pantai. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir

Dan Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta.

Wardoyo, S.T.H. 2002. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology

Program. Biotrop. P. 81. Bogor.

Widiyati, A., L. Dharma dan H. Djajasewaka. 1993. Pemberian Ikan Betutu

dalam kolam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta. 25-27

Agustus 1993. 399-404.

Winanto. 2004. Memproduksi benih tiram mutiara. Penebar Swadya. Jakarta.

Yuliana. 2012.Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton

dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jalilolo Halmahera Barat.

Maspari Journal. 6(1): 25 - 31.