Evaluasi K1 Fix (Repaired)

61
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN). Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. 1

Transcript of Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Page 1: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu

mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada

generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam sebuah keluarga perlu mendapat

perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi

bahkan tertinggi di antara negara-negara Association South East Asian Nation (ASEAN).

Dimana AKI saat melahirkan tahun 2005 tercatat 307 per 100.000 kelahiran hidup dan

angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azrul Azwar, 2005).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003

tentang Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Untuk

mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan indikator, antara

lain Indikator Indonesia Sehat dan Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal

Bidang Kesehatan.

Indikator Indonesia Sehat yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan

tersebut diatas dapat digolongkan ke dalam :

(1) Indikator Derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas indikator-

indikator untuk Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi ;

(2) Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk Keadaan

Lingkungan, Perilaku Hidup, Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan, Sumber

Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait.

Upaya menurunkan AKI pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat

Pilar Safe Motherhood”, dimana salah satunya yaitu akses terhadap pelayanan

1

Page 2: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

pemeriksaan kehamilan yang mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Pemeriksaan

kehamilan yang baik dan tersedianya fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat

menurunkan angka kematian ibu. Petugas kesehatan seyogyanya dapat mengidentifikasi

faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang

buruk, dan perdarahan selama kehamilan. Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal non-

teknis yang masuk kategori penyebab mendasar, seperti taraf pengetahuan, sikap, dan

perilaku ibu hamil yang masih rendah, serta ketidak patuhan dalam melakukan

pemeriksaan kehamilan dengan melihat angka kunjungan pemeriksaan ibu hamil yang

pertama kali pada masa kehamilan (K1) yang masih kurang dari standar acuan nasional

(Prawirohardjo, 2002).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar

pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya

pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 : berupa cakupan kunjungan

ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa

kehamilan. Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam

kurun waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah,

yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1

menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.

Diketahui bahwa kunjungan ibu hamil pertama kali dalam pemeriksaan kehamilan

yang baik sangat diperlukan mengingat dengan pemeriksaan kehamilan yang baik maka

akan dapat terdeteksi awal dan terhindar dari resiko berat badan lahir rendah (BBLR),

resiko lahir macet, resiko pendarahan, resiko infeksi, eklamsia dan anemia.

Sebagian besar ibu hamil akan berakhir dengan kelahiran bayi hidup. Karena hal

tersebut sifatnya alamiah. Hal ini terlepas dari ibu hamil tersebut dengan patuh

melakukan kunjungan pemeriksakan kehamilannya atau tidak memeriksakan

2

Page 3: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

kehamilannya. Namun demikian pemeriksaan kehamilan sangat perlu dilakukan

utamanya adalah untuk menghindari adanya resiko – resiko selama kehamilan dan proses

persalinannya. Hal tersebut dapat dicapai bilamana ada kerjasama yang baik antara ibu

hamil dengan bidan. Bidan harus memberikan penyuluhan dan motivasi yang baik

tentang manfaat memeriksakan kehamilan, sehingga tercipta sikap dan perilaku yang

mendukung terhadap upaya menekan dan atau mengurangi angka kematian ibu dan anak

dimasa sekarang dan yang akan datang.

Data Depkes RI menunjukkan bahwa di Indonesia saat ini 24 persen proses persalinan

dilakukan dukun yang tak paham persalinan secara medis. Sedangkan 76 persen memang

dilakukan oleh tenaga kesehatan. Diperkirakan tahun ini 15.000 ibu bersalin akan

meninggal bila tidak segera dilaksanakan gerakan terpadu. Nasib serupa juga akan

diikuti 100.000 bayi baru lahir jika gerakan tersebut tidak segera dilaksanakan. Bila

cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih mencapai sedikitnya 85

persen dan menerapkan 4 aksi P4K di setiap komunitas, diperkirakan 6.000 nyawa ibu

bersalin dan 19.000 bayi baru lahir setiap tahunnya dapat diselamatkan di Indonesia.

P4K yang dicanangkan tahun 2007 di 33 provinsi baru mencakup 88 kabupaten/kota.

Pada tahun 2008 akan diperluas ke seluruh kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

Kemampuan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di Puskesmas

dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Khusus (PONEK) RS terus ditingkatkan.

Upaya ini harus didukung sepenuhnya oleh lintas sektor, swasta dan masyarakat agar

pelaksanaannya berlangsung baik dan lancar serta tepat sasaran dan tidak terjadi

penyimpangan dimanapun.

3

Page 4: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, dan melihat hasil SPM bulan Januari –

Februari 2010 di desa Kalisalak didapat data cakupan 78,27%, dimana hal tersebut

untuk kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan

kehamilan masih kurang dari target SPM 2009 yaitu sebesar 98% , sehingga dapat

dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu rendahnya cakupan K 1 murni (kunjungan

ibu hamil pertama < 20 minggu) di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten

Magelang.

1.3 BATASAN OPERASIONAL

Cakupan kunjungan ibu hamil K1 murni adalah cakupan ibu hamil yang telah

melakukan pemeriksaan kehamilan pertama kali saat usia kehamilan < 20 minggu

sesuai dengan standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan

distribusi pemberian pelayanan pada triwulan pertama.

1.4 TUJUAN PENULISAN

Penulisan laporan kegiatan yang berjudul Evaluasi Kegiatan Kunjungan

Pemeriksaan ibu hamil umur kehamilan dibawah 20 minggu (K 1 murni) di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dengan mengidentifikasi

karakteristik meliputi faktor pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, budaya,

tenaga kesehatan serta sarana prasarana.

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui, mempelajari, mengevaluasi faktor yang berhubungan dengan

rendahnya cakupan kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk

4

Page 5: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

pemeriksaan kehamilan (K 1) di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten

Magelang tahun 2010

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui data umum (keadaan geografi, demografi, dan sosial ekonomi)

wilayah Desa Kalisalak, Kec.Salaman, Kabupaten Magelang.

2) Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada kunjungan pertama kali ibu hamil usia

< 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K1) di Desa Kalisalak Kecamatan

Salaman Kabupaten Magelang.

3) Mampu menentukan hasil pencapaian kunjungan pertama kali ibu hamil usia <

20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K1) di Desa Kalisalak Kecamatan

Salaman Kabupaten Magelang pada bulan Januari s/d Februari 2010.

4) Mampu menyelesaikan masalah pencapaian upaya kesehatan tersebut

berdasarkan hasil analisa dengan pendekatan sistem.

5) Mampu membuat kesimpulan dan memberikan saran.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Bagi Mahasiswa :

Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada.

1.5.2 Bagi Masyarakat :

a. Masyarakat lebih mengetahui tentang kunjungan pertama kali ibu hamil usia <

20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K1)

5

Page 6: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

b. Masyarakat lebih bisa mengetahui tentang manfaat kunjungan pertama kali ibu

hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K1) agar ibu hamil

dapat mempersiapkan diri menghadapi kehamilannya melalui konsultasi dan

kunjungan pemeriksaan kehamilan.

1.6 METODOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan di Desa Kalisalak Kecamatan Salaman

Kabupaten Magelang pada tanggal 22 s/d 24 Maret 2010, responden diambil secara

keseluruhan berdasarkan data kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan

kehamilan (K 1) dari Januari-Februari 2010 di Desa Kalisalak Kecamatan Salaman

Kabupaten Magelang yaitu sebanyak 12 orang sebagai sampel.

Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara

kuesioner dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan yang ada

di Bidan dan kader Desa.

Pengumpulan Data

Data Primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian pertanyaan

tersebut ditanyakan kepada ibu-ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama

kali untuk pemeriksaan kehamilan dalam tahun 2010, namanya tercatat dalam data

kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan (K 1) dari

Januari-Februari 2010, dan bertempat tinggal di Desa Kalisalak yang sekaligus

menjadi wilayah kerja Puskesmas Salaman I.

Data sekunder, berupa pengumpulan data-data penduduk sebagai sasaran yang

diperoleh dari buku kohort ibu hamil.

6

Page 7: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Survei kunjungan ibu hamil K 1 di Desa Kalisalak dilakukan pada tanggal 22-24

Maret 2010, terhadap ibu yang telah melakukan kunjungan pertama kali

kehamilan periode bulan Januari-Februari 2010 yang mengunjungi sarana

kesehatan yang tersedia pada waktu tersebut. Rancangan survei ini adalah dengan

pengumpulan data. Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan

dengan cara kuesioner dan wawancara.

Data yang terkumpul diolah untuk mengidentifikasi permasalahan, selanjutnya

dilakukan analisis masalah dengan mencari kemungkinan penyebabnya melalui

pendekatan sistem. Dengan demikian dapat ditentukan alternatif pemecahan

masalah secara sistematis yang paling mungkin dilaksanakan.

BAB II

7

Page 8: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan tentang kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan

fisik maupun mental agar sampai akhir kehamilannya sama sehatnya, bilamana ada

kelainan phisik atau psikologis bisa ditemukan dini dan di obati, serta melahirkan tanpa

kesulitan dengan bayi yang sehat. Berdasarkan sebuah Konsep Perilaku “K-A-P”

(Knowledge-attitude-pracite”), menjelaskan bahwa perilaku seseorang (misalnya perilaku

ibu hamil terhadap kepatuhan dalam mememeriksakan kehamilannya) sangat dipengaruhi

oleh sikapnya yang mendukung terhadap anjuran memeriksakan kehamilannya. Sikap

(attitude) dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge) tentang sesuatu (misalnya

pengetahuan manfaat pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil). (Notoatmodjo, 2003 : 121)

Pengetahuan tentang pemeriksan kehamilan yang masih kurang dapat dilihat dari

frekuensi kunjungan pertama kali pemeriksaan selama kehamilan .Sedangkan frekuensi

kunjungan pemeriksaan kehamilan dapat ditinjau dari tingkat kepatuhan ibu hamil dalam

melakukan kunjungan pertama kali pemeriksaan kehamilan di tempat pelayanan KIA.

Kepatuhan melakukan kunjungan pertama kali pemeriksaan kehamilan merupakan

salah satu bentuk perilaku seorang ibu hamil. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor

yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan

faktor pendorong. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah

ketersediaan sarana-sarana kesehatan dan sumber daya, dan yang terakhir yang termasuk

faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter

spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu

selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal yang

8

Page 9: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

meliputi 5T yaitu timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian

imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama

masa kehamilan.

Pelayanan antenatal promotif diadakan dengan titik berat pada kegiatan promotif

dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1. Dalam

rangka program pelayanan ANC dalam penilaian untuk menentukan prioritas digunakan

empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1), cakupan kunjungan ibu

hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi TT dan cakupan pemberian Fe 90 tablet pada

ibu hamil. Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang pertama kali

dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. K1 dipakai sebagai

indikator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan. Angka cakupan K1 yang diperoleh dari

jumlah K1 dalam satu tahun dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil diwilayah tersebut.

Kunjungan ibu hamil dibagi menjadi :

K1 = Kunjungan pertama ibu hamil dengan melihat 5T (Timbang+tinggi, Tensi,

TT, Tablet FE, TFU)

K1 dibagi menjadi K1 murni (0-20 minggu) dan K1 akses (tanpa memandang usia

kehamilan)

K4 = Kunjungan ibu hamil yang keempat (1x trimester pertama, 1x trimester

kedua, 2x trimester ketiga)

KI adalah kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali

pada masa kehamilan. K1 dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses. K1 murni yaitu

kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan 0-20 minggu, sedangkan K1

akses adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali lebih 20 minggu. Cakupan K1

dibawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun)

menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin disebabkan

9

Page 10: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukkan bahwa akses

petugas kepada ibu hamil perlu ditingkatkan.

Tujuan Asuhan Kehamilan

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

janin.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin.

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil.

Tujuan Kunjungan / Pemeriksaan Pertama Antenatal Care

1. Menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan

2. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

3. Menentukan status kesehatan ibu dan janin

4. Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor risiko

kehamilan

5. Menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

Kunjungan Ante Natal Care ( ANC )

1. Kunjungan ante natal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan, yaitu:

1 kali pada trimester pertama, yaitu :

a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga suatu mata

rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.

b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat mengancam

jiwa.

10

Page 11: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

c. Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi zat besi,

penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.

e. Mendorong perilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya ).

1 kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 )

2 kali pada trimester ketiga

Untuk mencegah terjadinya kematian ibu melahirkan, Depkes RI mengembangkan

program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K). Program ini akan

mendata identitas ibu hamil dan beberapa persiapan dalam menghadapi persalinan.

Kesiapan itu meliputi, siapa yang melakukan pertolongan persalinan, dimana tempat

bersalin, siapa yang menyediakan transportasi saat persalinan, siapa yang menyediakan

dana, calon donor darah dan metode KB apa yang dilakukan setelah melahirkan. Itu harus

tercatat pada stiker yang terpampang di rumah setiap ibu hamil. Dalam hal ini, penting

artinya petugas melakukan pendataan terhadap ibu hamil sehingga laporan secara

berjenjang bisa terlaksana. Data yang ada harus disesuaikan dengan data di lapangan.

Program P4K ini seharusnya berjalan sinergis dengan program PKH di lapangan dan tidak

tumpang tindih. Kematian ibu dan bayi, khususnya bayi baru lahir dan masalah gizi, baik

pada anak-anak maupun ibu hamil merupakan masalah kesehatan yang masih dihadapi dan

sangat kompleks. Sehingga, perlu ditangani bersama-sama dengan memanfaatkan dan

menggalang berbagai sumber daya yang ada.

BAB III

DATA UMUM DESA KALISALAK

11

Page 12: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

II. 1. Keadaan Geografis

II. 1. 1. Letak wilayah

Desa Kalisalak terletak di wilayah Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang,

Jawa Tengah. Yang terdiri dari sebelas dusun, yaitu dusun Jurang, Ngandongan,

Karangwetan, Salakan, Basongan, Gorangan Lor, Gorangan Kidul, Pandansari, Blondo,

Ngapus, Mulosari.

II. 1. 2. Batas wilayah

Wilayah Desa Kalisalak dibatasi oleh :

a. Sebelah utara : Desa Sriwedari

b. Sebelah selatan : Desa Medono wilayah Kab. Purworejo

c. Sebelah timur : Desa Salaman dan Desa Menoreh

d. Sebelah barat : Desa Mayangsari dan desa Jati wilayah Kab.

Purworejo

II. 1. 3. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Kalisalak berdasarkan data statistik bulan Desember tahun

2009 adalah 444.265 Ha.

II. 2. Keadaan Demografi

II. 2. 1. Jumlah Penduduk

12

Page 13: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Jumlah penduduk desa Kalisalak pada bulan Desember tahun 2009

berdasarkan data statistik kantor desa Kalisalak adalah 3881 jiwa.

II. 2. 2. Data Penduduk

Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa

Banaran menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian, dan pendidikan.

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Kalisalak menurut Jenis Kelamin

pada bulan Desember tahun 2009

PENDUDUK TOTAL

Laki-laki Perempuan

1914 1967 3881

(Sumber : data statistik kantor desa Kalisalak, Desember 2009)

Berdasarkan tabel di atas, jumlah laki – laki di Desa Kalisalak lebih sedikit

dibandingkan perempuan meskipun perbedaan ini tidak terlalu signifikan yaitu sebesar

58 jiwa.

Dengan data lebih rinci penduduk Desa Kalisalak dikelompokkan berdasarkan

umur dan jenis kelamin pada bulan Desember tahun 2009, sebagai berikut :

Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Kalisalak berdasarkan Usia

Pada bulan Desember 2009

13

Page 14: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Umur (tahun) Penduduk (orang) Umur (tahun) Penduduk(orang)

0-10 tahun 634 31-40 tahun 577

11-20 tahun 672 41-50 tahun 565

21-30Ahun 613 >50 tahun 820

(Sumber: Data Statistik Kantor Desa Kalisalak, Desember 2009)

Berdasarkan tabel jumlah penduduk kelompok umur disimpulkan bahwa

kelompok umur terbanyak di desa Kalisalak adalah kelompok umur > 50 tahun , yaitu

820 jiwa.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Kalisalak Menurut Mata Pencaharian pada bulan

Desember tahun 2009

Mata pencaharian Jumlah %

Petani 710 47,8 %

Buruh tani 530 35,7 %

Buruh/swasta 11 0,7 %

Pegawai negeri sipil 115 7,7 %

TNI 20 1,3 %

Perkebunan 25 1,6 %

Peternak 12 0,8 %

Guru 10 0,6 %

14

Page 15: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Pensiunan PNS 50 3,3 %

Total 1483 100

(Sumber: Data Statistik Kantor Desa Kalisalak tahun 2009)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian

terbanyak pada masyarakat di wilayah desa Kalisalak adalah di bidang pertanian.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ( untuk usia >10 tahun )

Pendidikan Jumlah %

Belum sekolah 295 18,6 %

Usia 7-45 tahun tidak pernah sekolah 103 6,5 %

Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 110 6,9 %

Tamat SD/sederajat 320 20,2 %

Tamat SLTP/sederajat 650 41,1 %

Tamat D-1 16 1,0 %

Tamat D-2 13 0,8 %

Tamat D-3 9 0,5 %

15

Page 16: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Tamat S-1 41 2,59 %

Tamat S-2 22 1,39 %

Total 1579 100

(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Kalisalak tahun 2009)

Pada tabel di atas dapat kita lihat, bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

Desa Kalisalak adalah tamatan SLTP, yaitu sebanyak 650 orang.

Tabel 5. Jumlah Ibu Hamil di desa Kalisalak pada bulan Januari-Februari 2010

Target Sasaran Januari Februari

100% 92 5 7

(Sumber : Data Bidan Desa Kalisalak)

Pada tabel di atas dapat kita lihat, bahwa jumlah Ibu hamil di Desa Kalisalak

pada bulan Januari sebanyak 5 orang, dan pada bulan Februari sebanyak 7 orang.

PETA DESA KALISALAK

16

Page 17: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Kalisalak tahun 2009)

BAB IV

17

Page 18: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

HASIL PENELITIAN

Pada hari Senin - Rabu, tanggal 22-24 Maret 2010, telah dilaksanakan survei dan

wawancara terhadap kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan (K 1) di

Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang. Sasaran survei ini adalah ibu

hamil keseluruhan yang melakukan kunjungan pertama kali untuk pemeriksaan kehamilan

selama periode Januari 2010 – Februari 2010 sebanyak 12 orang. Kuesioner dibuat dengan

pertanyaaan yang terstruktur meliputi pengetahuan ibu tentang kunjungan pertama kali saat

usia kehamilan < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1 murni), Sikap dan perilaku

ibu mengenai kunjungan pertama kali saat usia kehamilan < 20 minggu untuk pemeriksaan

kehamilan (K 1 murni), serta faktor yang mempengaruhi dalam kunjungan pertama kali saat

usia kehamilan < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1 murni).

A. Hasil kuesioner dengan Ibu Hamil yang melakukan kunjungan K1

Tabel 1. Hasil kuesioner Sasaran (Ibu Hamil periode Januari 2010 - Februari 2010)

NO PERTANYAAN Frekeunsi Prosentase 1. Responden melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan

(K1) <20 minggu ? Ya 9 75,0%Tidak 3 25,0%

2. Jika tidak, alasannyaTidak tahu mengenai K1Tidak ada biayaMalu 3 100,0%

3. Jika tidak kapan anda melakukan pemeriksan kunjungan pertama kali saat kehamilan ? Kapan saja 3 100,0%Tidak tahu

4. Kepada siapa anda melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan (K1)?DokterBidan 12 100,0%Dukun

5. Dimana anda melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan (K1)?

18

Page 19: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Praktek dokter spesialis kebidananPosyandu Puskesmas 2 16,7%Praktek bidan swasta 10 83,3%

6. Apakah anda mengetahui tentang K1 (kunjungan pertama kali saat kehamilan)?Ya 12 100,0%Tidak

7. Jika ya, kapan K1 dilaksanakan?Periksa kehamilan pertama kali saat usia kandungan < 20 minggu

8 66,7%

Periksa kehamilan kapan saja 4 33,3%8. Apa yang dilakukan petugas kesehatan saat periksa kehamilan pertama kali?

Timbang, Tensi, Tablet Fe, imunisasi TT 12 100,0%PenyuluhanTidak melakukan apa-apa

9. Apakah bidan/kader anda memberikan informasi tentang kesehatan ibu hamil?Ya 12 100,0%Tidak

10. Apakah anda mengerti mengenai penjelasan tentang kesehatan ibu hamil yang disampaikan oleh bidan/kader ?Ya 7 58,0%Tidak 5 42%

11. Apakah anda menimbang berat badan saat kunjungan pemeriksaan kehamilan ? Ya 12 100,0%Tidak

12. Apakah anda memeriksakan tekanan darah ?Ya 12 100,0%Tidak

13. Apakah anda meminum 1 tablet penambah darah selama kehamilan? Ya 10 83,3%Tidak 2 16,7%

14. Menurut anda apa kegunaan dari tablet penambah darah?Untuk mencegah ibu kekurangan darah 12 100,0%Sebagai vitamin kehamilan

15. Apakah anda mengetahui manfaat dari imunisasi Tetanus Toksoid?Ya, sebutkan…. 8 67,7%Tidak 4 33,3%

16. Bagaimana pelayanan Bidan Desa anda selama pemeriksaan kehamilan?Baik 12 100,0%Kurang baik

17. Menurut anda, bagaimana keadaan tempat periksa ?Bersih dan nyaman 12 100,0%Kurang nyaman

18. Berapa jauh jarak dari rumah anda ke tempat periksa kehamilan/posyandu?< 1 km 3 25,0%1-5 km 9 75,0%> 5 km

19. Berapa biaya yang dikeluarkan saat pemeriksaan kehamilan K1 ?< Rp10.000

19

Page 20: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Rp 10.000-Rp 20.000 12 100,0%> Rp 30.000

20. Bagaimanakah anda membayar biaya untuk pemeriksaan kehamilan?Biaya sendiri 12 100,0%AskesJamkesmas/Gakin

Terdapat beberapa hal yang dapat diambil sebagai perhatian dari survei yang telah dilakukan,

yaitu:

1. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 75,0%

responden melakukan melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan

(K1) <20 minggu, dan 25,0% responden tidak melakukan pemeriksaan kunjungan

pertama kali saat kehamilan (K1) <20 minggu atau K1 akses.

2. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 3 responden yang bukan K1

murni, 100,0% responden beralasan bahwa mereka malu jika hamil muda sudah

memeriksakan kehamilan.

3. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 3 responden yang bukan K1

murni, didapatkan usia kehamilan saat melakukan pemeriksaan pertama kali pada

kehamilan adalah 24 minggu, 23 minggu dan 21 minggu.

4. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 3 responden, 100,0%

responden menjawab kapan saja dapat melakukan pemeriksaan pertama kali saat

kehamilan atau K1 akses.

5. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab mereka melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat

kehamilan (K1) ke bidan.

6. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 83,3%

responden mereka melakukan pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan

(K1) datang ke tempat praktek bidan swasta sedangkan 16,7% responde melakukan

pemeriksaan kunjungan pertama kali saat kehamilan (K1) datang ke Posyandu .

20

Page 21: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

7. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

mengetahui tentang kunjungan pertama kali saat kehamilan (K1).

8. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 66,7%

responden menjawab periksa kehamilan pertama kali yaitu saat usia kandungan < 20

minggu , dan sebanyak 33,3% responden periksa kehamilan pertama kali dapat

dilakukan kapan saja.

9. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab saat periksa kehamilan pertama kali dilakukan Timbang, Tensi,

Tablet Fe, imunisasi TT.

10. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 58,0%

responden menjawab bidan/kader memberikan informasi tentang kesehatan ibu hamil.

42% mejawab sebaliknya.

11. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab bahwa mereka mengerti mengenai penjelasan tentang kesehatan

ibu hamil yang disampaikan oleh bidan/kader

12. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab mereka menimbang berat badan saat melakukan kunjungan

pemeriksaan kehamilan.

13. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab mereka memeriksakan tekanan darah saat melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilan.

14. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 83,3%

responden menjawab mereka minum tablet penambah darah selama kehamilan,

sedangakan 16,7% responden tidak melakukan.

15. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

21

Page 22: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

responden menjawab kegunaan dari tablet penambah darah adalah unutk mencegah

ibu hamil kekurangan darah.

16. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 67,7%

responden menjawab mengetahu manfaat dari imunisasi Tetanus Toksoid adalah agar

janin sehat, sedangkan 13,3% responden tidak mengetahui manfaat dari imunosasi

Tetanus Toksoid.

17. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab pelayanan bidan desa saat pemeriksaan kehamilan adalah baik.

18. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab tempat periksa saat pemeriksaan kehamilan bersih dan nyaman.

19. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 25,0%

responden menjawab jarak dari rumah ke tempat periksa kehamilan <1 Km

sedengkan 75,0% responden menjawab jarak dari rumah ke tempat periksa kehamilan

anatra 1-5 Km.

20. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab biaya yang dikeluarkan saat periksa kehamilan adalah antara

Rp.10.000 – Rp.20.000.

21. Berdasarkan hasil survei Evaluasi Kegiatan Kunjungan ibu hamil K 1 di Desa

Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang dari 12 responden, 100,0%

responden menjawab membayar biaya pemeriksaan kehamilan dengan biaya sendiri.

B. Hasil Kuesioner dengan Kader

Kader Desa Kalisalak berjumlah 37 orang, yang dibagi dalam 5 pos pelayanan

terpadu pada tiap dusunnya, kemudian dipilih secara acak sebanyak 3 kader. Wawancara

dilakukan pada masing-masing kader dengan mendatangi rumahnya secara satu persatu..

22

Page 23: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Dari 3 kader yg diwawancarai, 1 orang kader mengaku pendidikan terakhirnya SMA

dan ia mengetahui istilah kunjungan K 1 yaitu kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20

minggu untuk pemeriksaan kehamilan, sedangkan 2 orang lainnya mengaku pendidikan

terakhirnya SMP dan mereka tidak mengetahui istilah kunjungan K1. Para kader mengetahui

kegiatan yang dilakukan saat kunjungan pertama kali, yaitu berupa penimbangan berat badan,

periksa tekanan darah, pemberian tablet Fe, imunisasi Tetanus Toksoid serta penyuluhan dan

kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan 1 bulan sekali. Pemberian informasi kepada ibu

hamil untuk teratur pergi ke Posyandu yaitu melalui penyuluhan. Dan untuk pelaksanaan

kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan tidak

mendapatkan kesulitan apapun. Adapun dana pembiayaan untuk kegiatan tersebut didapatkan

dari Puskesmas/Posyandu. Seluruh kader berpendapat sebaiknya memeriksakan dirinya ke

bidan/petugas kesehatan, sebab petugas kesehatan memiliki kemampuan dan keterampilan

yang memadai untuk menangani ibu hamil. Sebagian kecil (33,3 %) kader tidak mengetahui

faktor-faktor resiko pada ibu hamil, seperti usia ibu yang hamil pertama kali kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun, ibu yang melahirkan lebih dari 4 kali, Tinggi badan kurang

dari 145 cm, dan lain-lain. Menurut pengakuan kader, mereka mendapatkan insentif (honor)

dalam pelaksanaan kegiatan kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu. Kader

memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai kunjungan pertama kali usia kehamilan <

20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan melalui penyuluhan atau pengarahan. Kesulitan

yang dihadapi adalah ibu hamil usia < 20 minggu malu untuk melakukan kunjungan pertama

kali pemeriksaan kehamilan karena usia kehamilan mereka masih muda. Sebagai upayanya,

para kader mendatangi ibu-ibu tersebut dan memberikan saran untuk pergi ke

posyandu/bidan.

23

Page 24: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

C. Hasil Wawancara dengan Bidan Desa

Dari hasil wawancara dengan Ibu Eny Suparjo, Amd.Bid, bidan desa Kalisalak,

didapatkan bahwa bidan selalu memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai jadwal

posyandu. Waktu kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan (K1)

dijelaskan bahwa hal tersebut dilakukan saat umur kehamilan kurang dari 20 minggu.

Kegiatan yang dilakukan adalah 5 T, yaitu : Timbang berat badan, Pengukuran tekanan darah

(Tensi), Pemberian Tablet Fe, pemberian Imunisasi TT, TFU. Selain itu juga diadakan

penyuluhan berupa pengarahan tentang kesehatan selama kehamilan usia <20 minggu serta

tanda-tanda bahaya kehamilan usia < 20 minggu. Adapun kegiatan tersebut dilaksanakan

setiap 1 bulan sekali.

Bidan tersebut mengatakan bahwa pemberian informasi kepada ibu hamil usia

kehamilan < 20 minggu dengan cara melalui penyuluhan saja. Penyuluhan berupa pemberian

informasi tentang makanan bergizi dan tanda-tanda bahaya pada kehamilan usia < 20

minggu. Adapun informasi tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan usia < 20 minggu

berupa : perdarahan, pre eklampsia/eklampsia, infeksi berupa demam tinggi, maupun ketuban

pecah dini sehingga ibu sudah memasuki partus sebelum waktu persalinan, gerakan bayi

dalam kandungan yang berkurang, hiperemesis gravidarum. Dan dalam pemberian informasi

tentang kegiatan kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu tidak mengalami

kesulitan. Adapun pembiayaan untuk kegiatan tersebut berasal dari dana

Puskesmas/Posyandu. Menurut bidan desa Kalisalak salah satu kekurangan dari sarana

fasilitas posyandu di desa berupa penyediaan tempat posyandu yang belum permanen. Bidan

desa tersebut juga menjelaskan mengenai sistem pencatatan dalam buku kohort untuk

merekapitulasi data-data ibu hamil setiap kunjungan K 1.

Menurut bidan desa Kalisalak masih adanya ibu hamil K1 akses disebabkan mereka

malu untuk memeriksakan diri ke bidan jika kehamilan mereka masih muda. Menurut bidan

24

Page 25: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

tersebut rendahnya cangkupan K1 di desa Kalisalak karena jumlah masyarakat Desa

Kalisalak sedikit dan jumlah ibu hamil juga sedikit serta keberhasilan program KB di Desa

Kalisalak menyebabkan rendahnya cangkupan K1 di Desa ini.

25

Page 26: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

BAB V

ANALISIS MASALAH

IV.1. Hasil pengamatan Di Desa Kalisalak, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang

Hasil survey langsung dilapangan yang telah dilakukan di Desa Kalisalak pada

tanggal 22-24 Maret 2010, dengan mewawancarai 12 ibu hamil yang melakukan kunjungan

pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan dalam kurun waktu Januari – Februari

2010. Dengan metode wawancara menggunakan acuan kuesioner yang telah dibuat

berdasarkan 5M (Man, Material, Method, Money, Mechine) untuk megevaluasi kegiatan

kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan di Desa Kalisalak

Kecamatan Salaman.

Gambar 1. Tahapan analisis masalah

Gambar di atas menunjukkan tahapan kegiatan yang dilakukan di Desa Kalisalak. Hasil

survei yang terkumpul, kemudian direkapitulasi untuk mengetahui masalah apa saja yang

26

Hasil survei

Direkapitulasi

Dianalisis

Penyebab

Page 27: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

mengakibatkan rendahnya cakupan kunjungan pertama kali ibu hamil < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan di Desa Kalisalak.

Dari survey yang telah dilakukan didapatkan bahwa 75,0% responden melakukan

kunjungan pertama kali ibu hamil untuk pemeriksaan kehamilan pada umur kehamilan

<20minggu, sedangkan 25,0% responden melakukan kunjungan pertama kali ibu hamil untuk

pemeriksaan kehamilan pada umur kehamilan >20minggu. Jumlah ibu hamil K1 murni tidak

memenuhi cangkupan riil untuk bulan Januari-Februari 2010 karena masih adanya ibu hamil

yang melakukan pemeriksaan K1 > 20 minggu (K1 akses) yaitu sebanyak 25,0%. Hasil

survei memberikan gambaran permasalahan yang ada di Desa Kalisalak yaitu masih adanya

ibu hamil K1 akses disebabkan perasaan malu ibu hamil tersebut untuk memeriksakan

kehamilan mereka karena umur kehamilan mereka yang masih muda.

27

Page 28: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

BAB VI

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Hasil survei di Desa Kalisalak menunjukkan 75,0% responden melakukan kunjungan

pertama kali ibu hamil usia kehamilan < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1)

sedangkan 25,0% melakukan kunjungan pertama kali ibu hamil saat usia kehamilan >20

minggu. Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditemukan penyebab-penyebab dari

kurangnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan

(K 1) di Desa Kalisalak Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Masalah tersebut dapat

disebabkan oleh input, lingkungan, dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu : Man,

Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri P 1 (perencanaan), P

2 (pergerakan dan pelaksanaan), dan P 3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian).

Gambar 2. Siklus upaya pemecahan masalah

28

Page 29: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat

dipergunakan diagram tulang ikan (fish bone).

Tabel 2.Analisis penyebab kurangnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu

untuk pemeriksaan kehamilan (K 1 murni)

Kemungkinan Hambatan

MAN Kurang optimalnya bidan dan kader dalam

melakukan penyuluhan pada ibu – ibu hamil.

Kurang optimalnya bidan dalam melakukan

kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil.

Kurangnya pengetahuan kader akan pentingnya

kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20

minggu untuk pemeriksaan kehamilan.

Kurangnya motivasi dan keaktifan kader untuk

mengajak ibu hamil melakukan kunjungan pertama

kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan

KOMPONEN

INPUT

MONEY Tidak ditemukan masalah

METHOD Cara penyampaian informasi tentang kunjungan

pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan yang kurang optimal.

29

Page 30: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Cara penyampaian penyuluhan tentang tanda-tanda

bahaya kehamilan usia < 20 minggu yang kurang

optimal.

MATERIAL Tidak ditemukan masalah.

MACHINE Tidak ditemukan masalah

LINGKUNGAN Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai

pentingnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia <

20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1)

Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk kunjungan

pertama kali usia < 20 minggu dalam pemeriksaan

kehamilan (K 1)

Faktor sosial budaya : ibu hamil merasa malu untuk

melakukan pemeriksaan pertama kali kehamilan

karena umur kehamilan mereka yang masih muda.

PROSES P 1 Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi kunjungan

pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan (K 1)

P 2 Kurangnya koordinasi antara kader dan bidan dalam

menjaring ibu hamil.

Kurangnya pelaksanaan bidan dalam melakukan

kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil.

P 3 Kurangnya evaluasi bidan koordinator dengan bidan

dalam pengawasan program K 1.

30

Page 31: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

31

Man Kurang optimalnya bidan dan kader

dalam penyuluhan, Kurang optimalnya bidan dalam melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil, Kurangnya pengetahuan kader akan pentingnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan, Kurangnya motivasi dan keaktifan kader

LINGKUNGAN

Rendahnya cakupan

kunjungan K1 murni

PROSES

Faktor sosial budaya : ibu hamil merasa malu

P1:Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1)

Gambar 3. Diagram Fish Bone

Kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya kunjungan pertama kali ibu hamil usia < 20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan (K 1)

INPUT

P2: Kurangnya koordinasi antara kader dan bidan dalam menjaring ibu hamil.

Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk kunjungan pertama kali usia < 20 minggu dalam pemeriksaan kehamilan (K 1)

P2: Kurangnya pelaksanaan bidan dalam melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil TP2M.

P3: Kurangnya evaluasi bidan koordinator dengan bidan dalam pengawasan program K 1..

Matherial

Money

Machine

Method : Cara penyampaian

informasi tentang kunjungan pertama kali ibu hamil, Cara penyampaian penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan usia < 20 minggu yang kurang optimal

Page 32: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Tabel 3. Kemungkinan Pemecahan masalah dan kemungkinan penerapannya

Penyebab Masalah Pemecahan dan Penerapannya

Kurang optimalnya bidan dan kader

dalam melakukan penyuluhan pada ibu –

ibu hamil.

Kurang optimalnya bidan dalam

melakukan kunjungan ke rumah-rumah

ibu hamil.

Kurangnya pengetahuan kader akan

pentingnya kunjungan pertama kali ibu

hamil usia < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan (K 1).

Kurangnya motivasi kader dalam

mengajak ibu hamil usia < 20 minggu

untuk pemeriksaan kehamilan.

Meningkatkan kunjungan ke rumah-

rumah ibu hamil untuk melakukan

pemeriksaan K1 oleh bidan desa.

Pelatihan bidan dan kader mengenai

program kunjungan pertama kali ibu

hamil (K 1) dalam melakukan

penyuluhan

Meningkatkan koordinasi antara

bidan dan kader dalam mendata ibu

hamil.

Cara penyampaian informasi tentang

kunjungan pertama kali ibu hamil usia <

20 minggu untuk pemeriksaan kehamilan

yang kurang optimmal.

Cara penyampaian penyuluhan tentang

tanda-tanda bahaya kehamilan usia < 20

Penyuluhan mengenai program

kunjungan pertama kali ibu hamil ( K1)

dengan cara lebih optimal dan

berkesinambungan, misalnya melalui

audio visual.

32

Page 33: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

minggu yang kurang optimal.

Kurangnya pengetahuan ibu mengenai

pentingnya kunjungan pertama kali ibu

hamil usia < 20 minggu untuk

pemeriksaan kehamilan (K 1)

Kurangnya pengetahuan mengenai faktor

resiko dari tanda-tanda bahaya kehamilan

usia < 20 minggu.

Kurangnya kesadaran ibu hamil untuk

kunjungan pertama kali usia < 20 minggu

dalam pemeriksaan kehamilan (K 1)

Faktor sosial budaya : Secara turun

temurun/tradisi ibu hamil diperiksa oleh

dukun.

Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi

program K 1.

Kurang koordinasi bidan dengan kader

dalam menjaring ibu hamil

Kurangnya pelaksanaan bidan dalam

melakukan kunjungan ke rumah-rumah

ibu hamil.

Kurangnya evaluasi bidan koordinator

dengan bidan dalam pengawasan

program K 1.

33

Page 34: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

6.1 Alternatif kegiatan

A. Penyuluhan mengenai pentingnya program kunjungan pertama kali ibu hamil ( K1)

dengan cara optimal dan berkesinambungan, misalnya audio visual.

B. Meningkatkan kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan

K1 oleh bidan desa.

C. Meningkatkan koordinasi antara bidan dan kader dalam mendata ibu hamil.

D. Pelatihan bidan dan kader mengenai program kunjungan pertama kali ibu hamil (K 1)

dalam melakukan penyuluhan.

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatf

pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks.

Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan

menggunakan metode kriteria matriks :

A. Magnitude(m) = besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang dapat

di selsaikan.

Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselsaikan dengan pemecahan

masalah makin efektif

34

Page 35: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

B. Importancy (i) = pentingnya cara pemecahan masalah.

Makin pentinga cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah makin

efektif

C. Vulnerability (v) sensitifitas cara penyelesaian masalah

Makin sensitif bentuk penyelesaian masalah makin efektif

D. Cost (c) = Perkiraan besarnya biaya yang diperlukan untuk melakukan pemecahan

masalah.

Masing-masing cara pemecahan masalah diberi nilai 1-5. cara memberi nilai :

1 : tidak tinggi

2 : kurang tinggi

3 : cukup tinggi

4 : tinggi

5 : sangat tinggi

6.2 Hanlon Kualitatif

Tabel 4. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

dengan Metode Hanlon Kualitatif Berdasarkan kriteria (m) Magnitude

Masalah A B C D Horizontal

A - - + 1

B + + 2

35

Page 36: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

C + 1

D 0

Tot Ver 0 1 1 0

Tot Hor 1 2 1 0

Total 1 3 2 0

Prioritas III I II IV

Tabel 5. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

dengan Metode Hanlon Kuantitatif Berdasarkan (i) importency

Masalah A B C D Horizontal

A - - + 1

B + + 2

C + 1

D 0

Tot Ver 0 1 1 0

Tot Hor 1 2 1 0

Total 1 3 2 0

Prioritas III I II IV

Tabel 6. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

dengan Metode Hanlon Kualitatif Berdasarkan (v) vulnerability

36

Page 37: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Masalah A B C D Horizontal

A - - + 1

B + + 2

C + 1

D 0

Tot Ver 0 1 1 0

Tot Hor 1 2 1 0

Total 1 3 2 0

Prioritas III I II IV

Berdasarkan hasil Magnitude, Importancy, Vulnerability diatas dengan menggunakan

Hanlon Kualitatif, maka dapat diurutkan prioritas masalah sebagai berikut ini:

Tabel 7.Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

No Alternatif

pemecahan

masalah

m I V c Total Prioritas

1 1 1 1 1 3 1 III

2 2 3 3 3 2 13,5 I

3 3 2 2 2 2 4 II

4 4 0 0 0 3 0 IV

37

Page 38: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

Prioritas Pemecahan Masalah :

I. Meningkatkan kunjungan ke rumah-rumah ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan

K1 oleh bidan desa

II. Meningkatkan koordinasi antara bidan dan kader dalam mendata ibu hamil.

III. Penyuluhan mengenai pentingnya program kunjungan pertama kali ibu hamil ( K1)

dengan cara optimal dan berkesinambungan, misalnya audio visual.

IV. Pelatihan bidan dan kader mengenai program kunjungan pertama kali ibu hamil (K 1)

dalam melakukan penyuluhan.

38

Page 39: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

TABEL 8. PLAN OF ACTION PENINGKATAN KUNJUNGAN KE RUMAH (KR) UNTUK K1

Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Pelaksan

aan

Waktu Dana Metode Tolak ukur

1 Meningkatkan kunjungan

ke rumah-rumah ibu

hamil untuk melakukan

pemeriksaan K1 oleh

bidan desa

Untuk

mendapatkan

data secara

langsung

Ibu

hamil

Rumah

ibu hamil

Bidan

desa

1 hari Dana

operasional

puskesmas

Pengumpulan

data

Terkumpulnya

seluruh data ibu

hamilumur

kehamilan <2

minggu

2 Meningkatkan koordinasi

antara bidan dan kader

dalam mendata ibu hamil

Mempermudah

perolehan data

kader Pusesmas

salaman 1

Bidan

desa

Tiap bulan - Pengumpulan

data

Koordinasi antara

kader dan bidan

desa tejalin dengan

baik

3 Penyuluhan mengenai Meningkatkan Ibu Rumah Bidan Tiap Dana Diskusi dan Bertambahnya

39

Page 40: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

pentingnya program

kunjungan pertama kali

ibu hamil ( K1) dengan

cara optimal dan

berkesinambungan,

misalnya audio visual

pengetahuan

ibu hamil

hamil ibu hamil desa dan

kader

kegiatan

psyandu

operasional tanya jawab pengetahuan dan

kesadaran ibu

hamil untuk

memeriksakan

kehamilannya

4 Pelatihan bidan dan kader

mengenai program

kunjungan pertama kali

ibu hamil (K 1) dalam

melakukan penyuluhan

Meningkatkan

kualitas bidan

dan kader

dalam

menjalankan

program K1

Bidan

dan

kader

desa

Puskesmas

salaman I

Dokter,

bidan

desa

Tiap tahun Dana

operasional

puskesmas

Seminar,

pelatihan dan

diskusi

Bertambahnya

pengetahuan dan

keterampilan idan

dan kade dalam

program ini

40

Page 41: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Rendahnya cangkupan pemeriksaan kehamilan K1 murni di Desa Tlegorejo

disebabakan oleh berbagai faktor seperti Man, Method, lingkungan dan proses. Dari Man

yaitu dari pihak bidan dan kader yang kurang optimal kinerjanya. Dari method yaitu dari cara

penyampaian informasi yang kurang optimal. Faktor lingkungan yaitu masih adanya rasa

malu pada ibu hamil untuk memeriksaan kehamilan karena umur kehamilan mereka yang

masih muda maka perlu diadakan peningkatan KR untuk pemeriksaan K1.

B.SARAN

Saran untuk Bidan desa adalah diharapkan bidan desa dapat melakukan peningkatan

KR untuk pemeriksaan K1 agar dapat meningkatkan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan

K1. Diharapkan pada ibu hamil agar kooperatif dalam melakukan pemeriksaan pertama kali

pada kehamilan saat umur kehamilan <20 minggu.

41

Page 42: Evaluasi K1 Fix (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kesehatan Ibu dan Anak Propinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan RI.

Jakarta. 2008.

Chandra, Budiman. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2005.

Hartoyo, M.Kes.Handout Konsep Paradigma Sehat Dalam Rangka Pendekatan

Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan : Magelang.2009.

Notoadmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka cipta : Jakarta.2003.

Kontjoro, T. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan Sebagai Strategi

Dalam Peningkatan Mutu Klinis. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Vol.08/No.3, Rustam. Sinopsis Obstetri, Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi/Rustam

Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed.2 – Jakarta : EGC.2005.

http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/ante-natal-care.html

http;//jateng.bkkbn.go/id/download.php?type=p&prgid=13

http://Peran P4K dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dan KB

http://enformasi.com/2009/02/masalah-ibu-hamil.html

http://bibilung.wordpress.com/2008/04/18/5-cara-menghitung-usia-kehamilan.html

http://www.pkmi-online.com/download/ASUHAN%20ANTENATAL.pdf

42