Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) · PDF fileamanat Keputusan Menteri...
-
Upload
vuongthien -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) · PDF fileamanat Keputusan Menteri...
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH i
KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH
Pelayanan publik yang berkualitas merupakan dambaan warga kota yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Banda Aceh. Dengan diterapkannya Otonomi Daerah, semakin mendorong Pemerintah Kota Banda Aceh untuk terus berupaya melayani warga kota secara cepat, efektif, dan efisien. Pemerintah Kota Banda Aceh memiliki komitmen kuat memberikan pelayanan berkualitas dan terbaik bagi warga kota. Dengan menyediakan pelayanan publik berkualitas secara berkelanjutan akan berimplikasi signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga kota.
Laporan Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh dilaksanakan dalam rangka menyahuti amanat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Lebih lanjut, laporan evaluasi ini memuat tingkat kepuasan masyarakat terhadap beberapa pelayanan instansi Pemerintah Kota Banda Aceh, terutama Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP), dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy. Informasi awal dari evaluasi ini diharapkan menjadi pertimbangan untuk terus membenahi dan memperbaiki unsur pelayanan yang belum memuaskan warga kota. Disisi lainnya, unsur pelayanan yang telah memuaskan warga kota agar tetap dipertahankan dan terus memberikan pelayanan berkualitas di masa mendatang.
Rampungnya laporan ini tidak terlepas dari dukungan dan kontribusi positif dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dihaturkan kepada jajaran Dinas Kesehatan, Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, KPPTSP, dan PDAM Tirta Daroy. Kepada Tim Ahli/Peneliti dari Unit Kajian Pelatihan dan Perencanaan Pembangunan Regional (UP3R) Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, juga dihaturkan terima kasih. Semoga hasil kegiatan evaluasi ini bermanfaat dalam mendorong pelayanan publik berkualitas serta memuaskan warga kota di masa mendatang.
[ [[[ [
Banda Aceh, Agustus 2012 KEPALA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH,
Ir. BAHAGIA, Dipl.SE Pembina Utama Muda NIP. 19611218 198909 1 001
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR KEPALA BAPPEDA KOTA BANDA ACEH ........... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... I-1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ I-1 1.2 Dasar Hukum ........................................................................... I-3 1.3 Tujuan Studi ............................................................................. I-3 1.4 Sasaran Studi ........................................................................... I-3 1.5 Output (keluaran) ..................................................................... I-4 1.4 Manfaat Studi ........................................................................... I-5
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... II-1
2.1 Pelayanan Publik ...................................................................... II-1 2.2 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik ............................................ II-3 2.3 Peningkatan Kualitas Pelayanan .............................................. II-4 2.4 Indeks Kepuasaan Masyarakat ................................................ II-5
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... III-1
2.1 Lokasi Studi ............................................................................. III-1 2.2 Teknik Pengumpulan Data dan Responden .............................. III-1 2.3 metode Analisis Data ............................................................... III-2
BAB IV KONDISI UMUM KOTA BANDA ACEH .................................... IV-1
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah............................................ IV-1 4.2 Pemerintahan ........................................................................... IV-3 4.3 Demografi dan Ketenagakerjaan .............................................. IV-5
4.3.1 Perkembangan dan Kepadatan Penduduk ........................ IV-5 4.3.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin .................................. IV-8 4.3.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................... IV-10 4.3.4 Ketenagakerjaan .............................................................. IV-12
4.4 Kondisi Ekonomi Kota ............................................................ IV-13 4.4.1 Perkembangan PDRB....................................................... IV-13 4.4.2 Struktur Ekonomi Kota ................................................... IV-15 4.4.3 Pertumbuhan Ekonomi .................................................. IV-16 4.4.4 Pendapatan Per Kapita ................................................... IV-19
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH iii
4.5 Fasilitas Publik .......................................................................... IV-20
4.5.1 Kesehatan ....................................................................... IV-20 4.5.2 Pendidikan ..................................................................... IV-22 4.5.3 Transportasi Darat dan Laut ........................................... IV-22 4.5.4 Telekomunikasi dan Informasi ....................................... IV-24 BAB V ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KOTA BANDA ACEH .................................................................... V-1
5.1 Karakteristik Responden ........................................................ V-1 5.2 Puskesmas Meuraxa ............................................................. V-7 5.3 Puskesmas Banda Raya .......................................................... V-11 5.4 PDAM Tirta Daroy .................................................................. V-14 5.5 KPPTSP Kota Banda Aceh ....................................................... V-18 5.6 Unit Pelayanan Puskesmas (Meuraxa dan Banda Raya) .......... V-21 5.7 Perbandingan Antarunit Pelayanan.................................... V-22
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... VI-1
6.1 Kesimpulan ............................................................................... VI-1 6.2 Rekomendasi ............................................................................ VI-2
DAFTAR PUSTAKA
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Jumlah Responden Sasaran Studi
III-2
Tabel 3.2 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
III-4
Tabel 4.1 Jumlah Gampong dan Mukim di Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan Tahun 2011
IV-3
Tabel 4.2 Jumlah PNS menurut Golongan dan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (orang)
IV-5
Tabel 4.3 Banyaknya Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk Menurut Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2011
IV-8
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (jiwa)
IV-9
Tabel 4.5 Kontribusi Sektor Ekonomi dalam PDRB ADHK 2000 Kota Banda Aceh, Tahun 2003-2011
IV-16
Tabel 4.6 Perkembangan Fasilitas Kesehatan di Kota Banda Aceh, Tahun 2007-2011 (unit)
IV-21
Tabel 4.7 Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (orang)
IV-21
Tabel 4.8 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di Kota Banda Aceh Tahun 2011 (unit)
IV-22
Tabel 4.9 Panjang Jalan Kota dan Gampong Menurut Kondisi Jalan, Tahun 2009-2011 (km)
III-23
Tabel 4.10 Panjang Jalan Kota dan Gampong Menurut Jenis Permukaan,
Tahun 2009-2011 (km)
III-24
Tabel 5.1 Jumlah Responden Menurut Unit Pelayanan dan Jenis
Kelamin
V-2
Tabel 5.2 Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
V-3
Tabel 5.3 Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
V-4
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH v
Tabel 5.4 Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin
V-6
Tabel 5.5 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan Puskesmas Meuraxa Menurut Karakteristiknya
V-7
Tabel 5.6 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan Puskesmas Meuraxa
V-9
Tabel 5.7 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan Puskesmas Banda Raya Menurut Karakteristiknya
V-11
Tabel 5.8 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan Puskesmas Banda Raya
V-12
Tabel 5.9 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan PDAM Tirta Daroy Menurut Tempat Tinggal
V-14
Tabel 5.10 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan PDAM Tirta Daroy Menurut Karakteristiknya
V-15
Tabel 5.11 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan PDAM Tirta Daroy Kota Banda Aceh
V-17
Tabel 5.12 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan KPPTSP Menurut Karakteristiknya
V-18
Tabel 5.13 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan KPPTSP Menurut Tujuan
V-19
Tabel 5.14 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan KPPSTP Kota Banda Aceh
V-20
Tabel 5.15 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan Puskesmas (Meuraxa dan Banda Raya)
V-21
Tabel 5.16 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
V-23
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Luas Wilayah Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan, 2011 (Km2)
IV-2
Gambar 4.2 Peta Administratif Kota Banda Aceh
IV-2
Gambar 4.3 Kondisi Tingkat Pendidikan PNS Kota Banda Aceh, Tahun 2011
IV-4
Gambar 4.4 Perkembangan Penduduk di Kota Banda Aceh, Tahun 2001-2011
IV-6
Gambar 4.5 Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2007-2011 (jiwa)
IV-9
Gambar 4.6 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (jiwa)
IV-10
Gambar 4.7 Penduduk Usia Produktif dan Non Produktif Menurut Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (jiwa)
IV-12
Gambar 4.8 TPT dan TPAK Kota Banda Aceh, Tahun 2008-2011
IV-13
Gambar 4.9 Perkembangan PDRB Kota Banda Aceh, Tahun 2002-2011
IV-15
Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh, Tahun 2003-2011
IV-18
Gambar 4.11 Laju Pertumbuhan Sektoral Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (%)
IV-19
Gambar 4.12 Pendapatan Per kapita Kota Banda Aceh dan Provinsi Aceh Tahun 2005-2011 (Ribuan Rupiah)
IV-20
Gambar 5.1 Responden Menurut Kelompok Umur (persen)
V-3
Gambar 5.2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan (persen)
V-5
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH vii
Gambar 5.3 Responden Menurut Jenis Pekerjaan (persen)
V-6
Gambar 5.4 Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
V-24
Gambar 5.5 Nilai IKM pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
V-25
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-undang Dasar 1945 telah mengamanatkan, bahwa Negara wajib melayani
setiap warga negara untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan
umum dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diterapkannya Otonomi Daerah
berdasarkan Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
diperbaharui dengan Undang-undang No.32 Tahun 2004 secara fundamental memiliki
tujuan strategis untuk meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas di daerah.
Otonomi Daerah memberikan ruang dan kewenangan yang besar bagi daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan di tingkat daerah berdasarkan prinsip akuntabilitas,
transparansi, responsifitas, dan partisipasi. Karena itu, dengan Otonomi Daerah
diharapkan penyelenggaraan pelayanan publik bagi masyarakat lebih optimal, cepat, dan
berkualitas.
Pemerintah Daerah sebagai penyedia layanan (service provider) harus terus
berupaya memberikan pelayanan publik berkualitas. Hal tersebut cukup beralasan
mengingat tingkat kualitas kinerja pelayanan publik memiliki dampak (impact) yang
luas dalam berbagai kehidupan, terutama untuk mencapai tingkat kesejahteraan
masyarakat. Karena itu, langkah taktis dan upaya penyempurnaan pelayanan publik
(public service) harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Lebih lanjut
upaya peningkatan kualitas pelayanan harus dilaksanakan secara bersama-sama, terpadu,
terprogram, terarah, dan konsisten dengan memperhatikan kebutuhan dan harapan
masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat diberikan
secara tepat, cepat, murah, terbuka, sederhana dan mudah dilaksanakan serta tidak
diskriminatif.
Keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menjalankan perannya sebagai penyedia
layanan (service provider) sangat ditentukan pada tingkat kualitas pelayanan publik yang
disediakan. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, salah
satunya dilakukan melalui evaluasi secara berkala untuk menilai kinerja pelayanan yang
disediakan oleh berbagai Unit Organisasi/Perangkat Daerah. Secara garis besar terdapat
dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pelayanan publik, yaitu,
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH I-2
pendekatan yang melihat kinerja pelayanan dari perspektif pemberi layanan (birokrasi-
Pemerintah Daerah) dan pendekatan yang melihat kinerja pelayanan dari perspektif
pengguna layanan atau publik.
Dalam kerangka otonomi Daerah dewasa ini yang terkait erat dengan prinsip-
prinsip demokrasi sebagai landasannya maka pendekatan dari perspektif publik sebagai
pengguna layanan dalam menilai kinerja pelayanan harus menjadi perhatian penting
untuk mengetahui sejauh apa pelayanan yang disediakan telah memenuhi harapan,
kepuasan maupun kebutuhan publik lokal lainnya sebagai konstituennya. Hal ini sejalan
dengan prinsip demokrasi yang representatif (representative democracy), dimana
keterwakilan publik lokal tidak hanya sebatas pada wakil-wakil mereka di DPRD, tetapi
juga harus merepresentasikan kebutuhan dan kepentingan mereka yang terwujud dalam
kebijakan maupun program-program pembangunan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah (Hossein : 1995).
Melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal dan Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) No. 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik mengamanatkan kepada seluruh institusi
pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk melakukan survey Indeks
Kepuasan Masyarakat sebagai tolak ukur keberhasilan penyelanggaraan pelayanan. Kedua
produk hukum tersebut secara tersurat menegaskan bahwa kepuasan masyarakat
merupakan ukuran untuk menilai kualitas layanan publik. Sebagai tindak nyata dari
kedua peraturan tersebut, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara telah
menetapkan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat berdasarkan
Keputusan Menpan No. 25 Tahun 2004. Keputusan Menpan tersebut menjadi acuan bagi
pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi penyelanggaraan pelayanan publik
sekaligus sebagai alat guna meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Sebagai upaya untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang bersih (good local
governance), Pemerintah Kota Banda Aceh sangat berkomitmen untuk meningkatkan
kualitas layanan publik secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan komitmen tersebut
secara nyata, Pemerintah Kota Banda Aceh mengimplimentasikan kegiatan Evaluasi
Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh.
Melalui kegiatan evaluasi tersebut diharapkan dapat diketahui secara objektif tingkat
kepuasan warga kota terhadap pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh beberapa tahun
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH I-3
terakhir. Dengan demikian, Pemerintah Kota Banda Aceh melalui SKPK/unit pelayanan
dapat terus memberikan pelayanan publik berkualitas bagi warga kota di masa
mendatang.
.
1.2 Dasar Hukum
Dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi ini sebagai
berikut :
1. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No.12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-undang No.32 Tahun 2004;
2. Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
4. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.1 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan
Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Kepada Masyarakat;
5. Keputusan Men.PAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No :
KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.
1.3 Tujuan Studi
Adapun tujuan studi ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh, yang diukur dari Tingkat Kepuasan
Masyarakat (TKM) yang diharapkan sebagai bahan evaluasi kinerja SKPK/unit pelayanan
untuk menetapkan kebijakan lanjutan peningkatan pelayanan publik yang berkualitas di
Kota Banda Aceh di masa mendatang.
1.4 Sasaran Studi
Sasaran yang ingin dicapai dari studi ini, yaitu :
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH I-4
a. Diketahuinya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang telah
diimplimentasikan beberapa SKPK/unit pelayanan di Kota Banda Aceh;
b. Diketahuinya kelemahan atau kekurangan beberapa SKPK/unit pelayanan dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada warga kota;
c. Meningkatnya capaian kinerja SKPK/unit pelayanan di Kota Banda Aceh dalam
memberikan pelayanan kepada warga kota; dan
d. Tumbuhnya kreativitas, prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan publik.
1.3 Output (Keluaran)
Output (keluaran) dari studi ini berbentuk buku/dokumen Evaluasi
Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Kota Banda Aceh, yang memuat antara lain
gambaran tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Pemerintah Kota Banda
Aceh, yang diukur dari Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM), dan gambaran kinerja
beberapa SKPK/unit pelayanan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan lanjutan guna
peningkatan kualitas pelayanan publik.
1.4 Manfaat Studi
Hasil dari studi ini diharapkan berguna antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai masukan awal dalam penetapan kebijakan lanjutan guna mewujudkan
peningkatan pelayanan publik yang berkualitas;
b. Bagi SKPK, sebagai informasi untuk memperbaiki kinerja pelayanannya bagi
warga kota ke tingkat yang lebih baik dan berkualitas;
c. Bagi Masyarakat, sebagai informasi untuk menilai kinerja SKPK dan kualitas
pelayanan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Banda Aceh.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-1
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
2.1 Pelayanan Publik
Pada hakekatnya pelayanan publik merupakan tugas utama dalam administrasi
negara yang dilakukan oleh aparatur negara. Perkembangan yang muncul di sejumlah
negara dalam bidang pelayanan publik menunjukkan adanya pergeseran lebih ke arah
penerapan prinsip orientasi pasar dalam penyediaan pelayanan (Osborn don Gabler,
1995). Ini berarti bahwa pelayanan yang diberikan pemerintah harus mengutamakan
pelayanan terhadap masyarakatnya. Hal ini diperkuat dengan prinsip catalytic
government, yang mengandung arti bahwa aparatur pemerintah dalam memberikan
pelayanan publik bertindak sebagai katalisator, memberikan kemudahan dan
kelancaran. Untuk itu dibutuhkan visi yang jelas dalam memberikan pelayanan yang
terdepan untuk masyarakatnya.
Dalam konteks ini pemerintah lebih bertindak sebagai regulator dibanding
implementor atau aktor pelayanan. Oleh karena itu pemerintah perlu memberdayakan
kelompok masyarakat itu sendiri sebagai penyedia atau pelaksana pelayanan. Sementara
itu, pemerintah hanya membantu masyarakat agar mampu membantu dirinya sendiri
(helping people to help themselves), yang merupakan prinsip self-help atau steering
rather than rowing dalam gagasan Reinventing Government.
Dipandang dan sisi masyarakat, tuntutan pelayanan terus mengalami perubahan
yang didorong oleh arus globalisasi. Di samping itu tuntutan masyarakat mempunyai
perbedaan yang sangat dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan dan nilai yang berlaku pada
masing-masing individu maupun kelompok masyarakat. Hal ini membuka cakrawala
baru bagi aparatur untuk semakin berperan secara lebih baik dalam membantu
masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Merujuk SK MENPAN nomor 63 tahun 2003, pelayanan publik, atau pelayanan
umum, pada dasarnya merupakan, "segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, di lingkungan BUMN/BUMD dalam
bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan." Dengan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-2
demikian pengertian pelayanan publik sebagaimana dimaksud SK tersebut mempunyai
arti yang sangat luas.
Diterapkannya kebijakan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dilihat dari sisi pelayanan pubik, diharapkan point of delivery menjadi lebih
pendek, dalam arti titik antaran pelayanan menjadi lebih dekat ke masyarakat.
Konsekuensi logisnya adalah perlu pelimpahan kewenangan menyangkut pelayanan
publik pada tingkatan pemenintah di bawahnya, utamanya pemerintah kecamatan.
Pelayanan yang dilakukan pemerintah dapat diklasifikasikan dalam pelayanan
administrasi dan pelayanan pembangunan (Hossein, 1995), sedangkan berdasarkan
fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan publik terdapat 3 fungsi pelayanan.
Pertama, environmental services. Bentuk ini mencakup penyediaan sarana dan
prasarana lingkungan (dalam arti luas) antara lain jalan, jembatan, drainase, jambatan
dsb. Juga termasuk dalam bentuk layanan ini adalah personal services antara lain
pelayanan pendidikan dan kesehatan, keagamaan dsb. Kedua, developmental services,
Layanan bentuk ini lebih bersifat memampukan dan memfasilitasi (enabling and
facilitating), atau sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan
pertumbuhan perekonomian termasuk pelayanan yang berupa pelayanan administrative
yang bersifat legalitas misalnya melegalkan sesuatu kepemilikan atau keberadaan
seseorang individu dalam masyarakat yang berbentuk pelayanan perijinan, KTP, akte
kelahiran, dan sebagainya. Ketiga, protective services Bentuk ketiga ini lebih bersifat
pemberian pelayanan keamanan dan perlindungan yang dilakukan oleh polisi pamong
praja, militer, bahaya kebakaran, bencana alam dan sebagainya.
Sementara itu menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, pelayanan
publik dapat dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu:
1. Pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
dokumen resmi yang dibutuhkan publik seperti kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah KTP, BPKB, SIM, STNK,
IMB, Akte Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte Kematian dan sebagainya.
2. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau
jenis barang yang digunakan oleh publik. Yang termasuk dalam kelompok ini
misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-3
3. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan oleh publik. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.
2.2 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik
Sherwood dalam Soeprihanto(2001) menyatakan: Profesionalisme pemerintah
sedang mengalami pemunduran. Saat ini lebih banyak pejabat politik dalam birokrasi,
dan lingkungan kerja belum mendukung atau dapat dipercaya. Tetapi pejabat
pemerintah mempunyai peran penting untuk memulihkan lingkungan kerja agar sesuai
dengan standar profesionalisme. Dengan demikian bidang pelayanan publik masih perlu
mendapat perhatian dan pembenahan secara sungguh-sunguh dalam berbagai sektor
yang menjadi pendukung terselenggaranya pelayanan publik yang efektif sehingga dapat
menjawab tantangan yang ada yaitu memberikan pelayanan yang profesional guna
memenuhi tuntutan masyarakat.
Dalam kondisi demikian tentunya menjadi tugas pemerintah untuk mewujudkan
pelayan yang dibutuhkan masyarakat. Maka salah satu alasan penting kehadiran
pelayanan pemerintah, termasuk pelayanan publik yaitu diperlukan untuk melindungi
kepentingan masyarakat, jika layanan yang dibutuhkan itu ternyata tidak dapat
dijangkau masyarakat atau disediakan oleh mekanisme pasar. Meluasnya peran
pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi pelayanan (publik) berkembang dengan
munculnya paham atau pandangan tentang filsafat negara. Adanya perluasan fungsi
tersebut tidak lain adalah untuk kesejahteraan rakyat.
Perluasan yang besar pada akhir-akhir ini dalam fungsi kesejahteraan itu telah
memperlihatkan konsepsi baru tentang sifat pemerintahan konsepsi ini meletakkan
pemerintahan dalam hubungan-hubungan yang lebih akrab dan kooperatif dengan
manusia biasa sekaligus meruntuhkan tradisi pemerintahan sebagai suatu kekuasaan.
Selain itu fungsi pelayanan yang dijalankan oleh Pemerintah saat ini
sesungguhnya adalah untuk melayani masyarakat. Hal ini berarti pelayanan merupakan
sesuatu yang terkait dengan peran dan fungsi pemerintah yang harus dijalankannya.
Peran dan fungsinya itu dimaksudkan selain untuk melindungi juga memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat secara luas guna mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Seperti juga disampaikan oleh Osborne dan Ted Gabler : mengupayakan
peningkatan pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah yaitu dengan memberi
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-4
wewenang kepada swasta lebih banyak berpartsipasi, karena mereka menyadari
pemerintah itu milik rakyat bukan rakyat milik kekuasaan pemerintah. Selanjutnya
dikatakan bahwa dalam rangka memperbaiki sistim untuk mewujudkan masyarakat
lebih baik maka Osborne dan Ted Gabler menyimpulkan prinsip-prinsip yang mereka
anggap sebagai keputusan model baru yaitu:
1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan tidak perlu harus selalu menjadi
pelaksana dalam berbagai urusan pemerintahan tetapi cukup sebagai penggerak.
2. Sebagai badan yang dimiliki masyarakat luas, pemerintah bukan hanya
senantiasa melayani publik tetapi juga memberdayakan segenap lapisan secara
optimal. Sebagai pemilik wewenang untuk mengkompetisikan berbagai lapisan,
pemerintah hendaknya tetap menyuntikkan ide pembangunan tetapi dalam
misinya ini tetap diberi kebebasan berkarya kepada berbagai lapisan tersebut
agar hasil dan berbagai masukan dapat ditampung, dalam rangka pemenuhan
kebutuhan bersama. Dengan demikian berbagai pihak bukan hanya sekedar
menghabiskan anggaran tetapi menemukan pertumbuhan kembangnya.
3. Pemerintah sebagai pembangkit partisipasi seluruh lapisan masyarakat juga
mampu melihat dan mengantisipasi keadaan dalam arti lebih baik mencegah
akan terjadinya berbagai kemungkinan kendala daripada menanggulangi di
kemudian hari.
4. Dengan kewenangannya, pemerintah yang terdesentralisasi mampu
menyerahkan sebagian urusan pemerintahannya, sehingga kekakuan aturan dari
pemerintah pusat yang lebih atas dapat berganti mengikut sertakan daerah-
daerah, dimana diharapkan terbentuk tim kerja yang optimal dan potensial.
5. Pemerintah sudah waktunya berorientasi pasar, dimana kecenderungannya
penyelewengan dan korupsi relatif kecil sehingga untuk itu diperlukan
perubahan aturan agar lebih efektif dan efisien melalui pengendalian mekanisme
pasar itu sendiri.
Ruang lingkup pelayanan publik meliputi semua bentuk pelayanan yang
berkaitan dengan kepentingan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan:
a. Mewujudkan kepastian hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan
seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik.
b. Mewujudkan sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang baik sesuai dengan
asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-5
c. Terpenuhinya hak-hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan publik secara
maksimal.
d. Mewujudkan partisipasi dan ketaatan masyarakat dalam meningkatkan kuliatas
pelayanan publik sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
2.3 Peningkatan Kualitas Pelayanan
Peningkatan kualitas pelayanan menurut Parasuraman at.al (dalam Tjiptono,
1996: 70) meliputi lima dimensi pokok, yaitu:
a. Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi.
b. Keandalan (reliability) yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
dijanjian dengan segera, akurat, dan memuaskan.
c. Daya tanggap (responsiveness) yaitu keinginan para staf untuk membantu
para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan kemampuan,kesopanan, dan
sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau
keragu-raguan.
e. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,komunikasi yang
baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Lovelock (2005) mengemukakan lima prinsip yang harus diperhatikan bagi
pelayan publik, agar kualitas layanan dapat dicapai antara lain:
1. Tangible (terjamah), yang antara lain meliputi kemampuan fisik, peralatan,
personil dan komunikasi material.
2. Realiable (handal), yang meliputi kemampuan membentuk pelayanan yang
dijanjikan dengan tepat dan memilki keajegan.
3. Responsiveness (pertanggungjawaban), yaitu rasa tanggung jawab terhadap
mutu pelayanan.
4. Assurance (jaminan), yang meliputi pengetahuan, perilaku dan kemampuan
pegawai.
5. Empathy (empati), yaitu perhatian perorangan pada pelanggan.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-6
2.4 Indek Kepuasan Masyarakat (IKM)
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
Kep./25/M.PAN/2/2004 tentang Indek Kepuasan Masyarakat, menyatakan bahwa:
“Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitaif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya”.
Untuk mengetahui kepuasan masyarakat atau pelanggan dapat dilakukan
melalui pengukuran kepuasan masyarakat atau pelanggan, untuk dapat mengetahui
sampai sejauh mana pelayanan telah mampu memenuhi harapan atau dapat
memberikan pelayanan kepada pelanggan, maka organisasi harus mengetahui tingkat
harapan pelanggan atau suatu atribut tertentu. Harapan pelanggan ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan kinerja aktualnya, sehingga dari sini akan diperoleh indeks
kepuasan pelanggan yang mencerminkan kualitas pelayanan yang diterima oleh
pelanggan.
Menurut Tjiptono (1997:31), Indeks Kepuasan Pelanggan adalah mengukur
perbedaan antara apa yang ingin diwujudkan oleh pelanggan dalam membeli suatu
produk atau jasa dan apa yang sesungguhnya ditawarkan perusahaan. Sedangkan
pandangan lainnya memberikan alasan pengunaan Indeks Kepuasan Pelanggan sebagai
ukuran untuk mengetahui kualitas pelayanan adalah berdasarkan kebanyakan pendapat
yang mengatakan bahwa untuk mengetahui program mutu, apapun bentuk
organisasinya keberhasilan dari program mutu tersebut diukur dari kepuasan
pelanggan”.
Menurut Kep./25/M.PAN/2/2004 tersebut terdapat 14 unsur yang “relevan,
valid dan reliable”, sebagai unsur minimal yang harus ada sebagai dasar pengukuran
indeks kepuasan masyarakat, yaitu:
1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang
memberikan pelayanan.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH II-7
4. Kedislipinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepeda penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat merasa
tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Studi
Sesuai dengan tujuan studi, lokasi kegiatan difokuskan di Kota Banda Aceh.
Adapun SKPK/unit pelayanan yang akan dijadikan sebagai sasaran studi mencakup
Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP), Puskesmas Banda
Raya, Puskesmas Meuraxa, dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Daroy Kota Banda Aceh.
3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Responden
Untuk mendukung pencapaian tujuan kegiatan ini, diperlukan berbagai data dan
informasi. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan warga kota yang
memanfaatkan pelayanan Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP),
Puskesmas Banda Raya, Puskesmas Meuraxa, dan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Banda Aceh. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuesioner) sebagai penuntun yang telah dirancang sebelumnya. Responden
dipilih secara acak yang ditentukan sesuai cakupan wilayah masing-masing unit
pelayanan. Jumlah responden untuk satu unit pelayanan sebanyak 150 orang, sesuai
petunjuk Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/25/M.PAN/2/2004, tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Dengan demikian, total responden
empat unit pelayanan adalah 600 responden.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH III-2
Tabel 3.1
Jumlah Responden Sasaran Studi
No SKPK/ Unit Pelayanan
Jumlah Responden
Jenis Pelayanan
1. KPPTSP 150 Perizinan dan Non Perizinan
2. Puskesmas Banda Raya
150 Kesehatan
3. Puskesmas Meuraxa 150 Kesehatan 4. PDAM 150 Air Minum
Total 600 Disamping itu, untuk keperluan analisis, juga digunakan data sekunder yang
diperoleh dari berbagai laporan, literatur-literatur, buku-buku, hasil-hasil kajian/riset,
dan sumber-sumber lainnya.
3.3 Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pengukuran Tingkat Kepuasan
Masyarakat (TKM) yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor KEP/25/M.PAN/2/2004, tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Nilai IKM dihitung dengan
menggunakan nilai rata-rata tertimbang masing-masing unsur pelayanan. Dalam
perhitungan indeks kepuasan masyarakat terdapat 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap
unsur pelayanan memiliki penimbang yang sama. Ke-14 unsur pelayanan tersebut,
meliputi :
1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yang memberikan pelayanan.
4. Kedislipinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH III-3
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggungjawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki petugas dalam memberikan atau menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggaraan pelayanan.
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan
tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang telah ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan,sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan
yang bersih, rapi dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepeda penerima pelayanan.
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan
unit pelayanan ataupun sarana yang digunakan sehingga masyarakat
merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang
diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dihitung dengan menggunakan “nilai
rata-rata tertimbang” masing-masing unsur pelayanan. Dalam penghitungan indeks
kepuasan masyarakat terhadap 14 unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan
memiliki penimbang yang sama. Kriteria kinerja masing-masing unit pelayanandapat
dilihat pada tabel berikut :
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH III-4
Tabel 3.2 Nilai Persepsi, Interval IKM, Interval Konversi IKM, Mutu
Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan
Nilai Persepsi
Nilai Interval
Ikm
Nilai Interval Konversi Ikm
Mutu Pelayanan
Kinerja Unit Pelayanan
1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak baik
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang baik
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 A Sangat baik
Sumber : Kepmen PAN No. Kep./25/M.PAN/2/2004
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-1
BAB IV
GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH
4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah
Banda Aceh termasuk salah satu kota Islam tertua di Asia Tenggara. Kota yang
sudah berumur paling kurang 807 tahun ini, dulunya merupakan ibukota Kerajaan Aceh
Darussalam yang dibangun oleh Sultan Johan Syah pada hari Jum’at, tanggal 1 Ramadhan
601 H atau 22 April 1205 M. Sebagai Ibukota dan pusat Pemerintahan Aceh, Kota Banda
menempati posisi antara 05016’15”- 05036’16” Lintang Utara (LU) dan 95016’15”-95022’35”
Bujur Timur (BT), dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut.
Kota Banda Aceh berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar di sebelah timur dan
selatan. Di sebelah utara dan barat, berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan
Samudera Indonesia. Dengan posisi tersebut Kota Banda Aceh dinilai sangat strategis
sebagai pintu masuk wisatawan domestik dan manca negara ke Aceh, sekaligus
berpeluang membuka kemitraan lintas daerah dalam menjalin kerjasama perdagangan.
Luas wilayah Kota Banda Aceh sebesar 61,36 kilometer persegi (km2) dan
termasuk wilayah yang relatif kecil dari seluruh kabupaten/kota di Aceh. Luas wilayah
antarkecamatan sangat bervariasi. Dua kecamatan memiliki wilayah yang paling luas,
yakni Syiah Kuala dan Kuta Alam. Luas wilayah Kecamatan Syiah Kuala mencapai 14,24
km2 atau 23,21 persen dari total luas wilayah, dan Kecamatan Kuta Alam seluas 10,05
km2 (16,38 persen).
Kecamatan yang terkecil luasnya adalah Kecamatan Jaya Baru, yakni seluas 3,78
km2 (6,16 persen). Kecamatan lainnya, seperti Baiturrahman seluas 4,54 km2 (7,40
persen), Banda Raya seluas 4,79 km2 (7,81 persen), Lueng Bata seluas 5,34 km2 (8,70
persen), Kuta Raja seluas 5,21 km2 (8,49 persen), dan Ulee Kareng seluas 6,15 km2 (10,02
persen). Luas Kota Banda Aceh menurut kecamatan, selengkapnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-2
Gambar 4.1
Luas Wilayah Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan, 2012 (Km2)
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
Gambar 4.2 Peta Administratif Kota Banda Aceh
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
11.83
7.816.16 7.4
8.7
16.38
8.49
23.21
10.02
0
5
10
15
20
25
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-3
4.2 Pemerintahan
Secara administratif, Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 90 gampong, dan
17 mukim (kondisi tahun 2011). Gampong paling banyak terdapat di Kecamatan Meuraxa,
yakni sebanyak 16 gampong (17,78 persen). Disusul Kecamatan Kuta Alam sebanyak 11
gampong (12,22 persen). Selanjutnya tiga kecamatan masing-masing memiliki 10
gampong, meliputi Banda Raya, Baiturrahman, dan Syiah Kuala. Tiga kecamatan lainnya,
seperti Jaya Baru, Lueng Bata, dan Ulee Kareng, masing-masing memiliki 9 gampong.
Adapun Kuta Raja hanya memiliki 6 gampong (6,67 persen).
Keberadaan Mukim sangat berperan penting dalam mendorong perkembangan
aktivitas sosial-kemasyarakatan di gampong dan kecamatan. Dari 17 mukim yang ada di
Banda Aceh, 3 mukim terdapat di Kecamatan Syiah Kuala. Sementara Lueng Bata dan
Kuta Raja masing-masing memiliki 1 mukim dan kecamatan lainnya memiliki masing-
masing 2 mukim. Secara lebih rinci, jumlah gampong dan mukim menurut kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Jumlah Gampong dan Mukim di Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan Tahun 2011
No Kecamatan Ibukota Jumlah
Gampong Jumlah Mukim
1. Meuraxa Ulee Lheue 16 2
2. Banda Raya Lamlagang 10 2
3. Jaya Baru Lampoh Daya 9 2
4. Baiturrahman Neusu Daya 10 2
5. Lueng Bata Lueng Bata 9 1
6. Kuta Alam Bandar Baru 11 2
7. Kuta Raja Keudah 6 1
8. Syiah Kuala Lamgugob 10 3
9. Ulee Kareng Ulee Kareng 9 2
Jumlah 90 17 Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
Untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi
warga kota, hingga akhir tahun 2011 Pemerintah Kota Banda Aceh telah memiliki 12
dinas, 7 badan, dan 16 kantor (termasuk 9 kantor kecamatan). Jumlah aparatur yang
mengabdi di lingkungan pemerintah kota sampai akhir tahun 2011 sebanyak 6.366 orang.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-4
Angka tersebut cenderung menurun dibanding tahun 2010 yang mencapai 6.551 orang.
Bahkan, tahun 2007 tercatat aparatur yang mengabdi di Kota Banda Aceh sebanyak 7.483
orang. Dalam tiga tahun terakhir, Pemerintah kota tidak lagi merekrut aparatur, kecuali
mengangkat tenaga honorer yang ada menjadi PNS. Hal tersebut didasari bahwa aparatur
yang ada saat ini dipandang cukup memadai dalam memberikan pelayanan bagi warga
kota. Dari 6.366 orang PNS, lebih dari separuh (65,03 persen) atau berjumlah 4.140
orang adalah kaum perempuan. Sedangkan selebihnya 34,97 persen atau 2.226 orang
merupakan laki-laki. Sebaliknya, tahun 2007 laki-laki sangat mendominasi dalam
struktur PNS, yakni hampir 67,18 persen (5.027 orang). Sementara kaum perempuan
tidak lebih dari 2.456 orang (32,82 persen).
Ketersediaan sumberdaya aparatur berkualitas dan berdaya saing tinggi
merupakan keharusan sesuai tuntutan globalisasi dan otonomi daerah. Dari sisi tingkat
pendidikan, pada tahun 2011 hampir 51,85 persen merupakan tamatan sarjana (S1). Meski
demikian, aparatur berpendidikan tamatan SLTA juga cukup memadai, yakni 22,64.
Angka tersebut naik dibanding tahun 2010 yang sebanyak 20,64 persen. Aparatur
berpendidikan S2 tidak lebih dari 2,94 persen, naik dibanding tahun 2010 yang sebanyak
2,44 persen, seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4.3
Kondisi Tingkat Pendidikan PNS Kota Banda Aceh, Tahun 2010-2011
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
0.55
1.01
20.64
0.91
12.27
9.77
0.25
52.14
2.44
0.42
0.88
22.64
1.85
9.33
9.46
0.63
51.85
2.94
0 10 20 30 40 50 60
SD
SMP
SLTA
D1
D2
D3
D4
S1
S2
persen
2011
2010
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-5
Dari sisi tingkat golongan, hampir 43,95 persen aparatur di Kota Banda Aceh
termasuk golongan III, atau sebanyak 2.798 orang. Disusul golongan IV yang mencapai
1.969 orang (30,92 persen). Adapun aparatur golongan II juga terlihat cukup memadai,
yakni sebanyak 1.542 orang (24,22 orang).
Tabel 4.2
Jumlah PNS menurut Golongan dan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (orang)
No Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. I/b 2 0 2
2. I/c 20 2 22
3. I/d 33 0 33
4. II/a 261 173 434
5. II/b 187 267 454
6. II/c 88 248 336
7. II/d 87 231 318
8. III/a 223 423 646
9. III/b 325 483 808
10. III/c 237 428 665
11. III/d 278 401 679
12. IV/a 392 1.412 1.804
13. IV/b 75 69 144
14. IV/c 17 3 20
15. IV/d 1 0 1
Jumlah 2.226 4.140 6.366
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
4.3 Demografi dan Ketenagakerjaan
4.3.1 Perkembangan dan Kepadatan Penduduk
Sebelum tsunami melanda pesisir Aceh, termasuk Banda Aceh di penghujung
tahun 2004 yang lalu, perkembangan penduduk Banda Aceh menunjukkan
kecenderungan meningkat. Konflik juga diakui relatif menjadi penghambat bagi
masyarakat untuk mencari nafkah, menetap, dan mendiami di Banda Aceh. Dari data
yang dihimpun, tercatat penduduk Banda Aceh pada tahun 2001 berjumlah 223.223
jiwa. Angka tersebut naik drastis hingga mencapai 265. 098 jiwa tahun 2004, atau rata-
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-6
rata naik 5,89 persen setiap tahunnya. Angka pertumbuhan penduduk tersebut sedikit
lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi rata-rata yang sebesar 5,38 persen/tahun
(periode 2001-2004).
Bencana tsunami yang terjadi di penghujung tahun 2004 mengakibatkan
berkurangnya jumlah penduduk di Kota Banda Aceh. Kecuali banyak yang meninggal,
disinyalir pula ada penduduk yang telah berpindah ke tempat lain. Data sensus penduduk
Aceh–Nias (SPAN, 2005), menyebutkan penduduk Banda Aceh tidak lebih dari 177.881
jiwa. Itu artinya turun sebesar -32,89 persen pada tahun 2005.
Gambar 4.4
Perkembangan Penduduk di Kota Banda Aceh, Tahun 2001-2011
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
Rehabilitasi dan rekonstruksi yang didukung penuh BRR NAD-Nias dan
Masyarakat Internasional/NGO, berimplikasi positif terhadap peningkatan penduduk di
Kota Banda Aceh. Banda Aceh menjadi incaran pendatang dari luar daerah untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, sekaligus menetap menjadi warga kota. Tahun 2006,
terjadi lonjakan penduduk sebesar 0,28 persen, atau meningkat menjadi 178.380 jiwa.
Bahkan, tahun 2007 naik drastis hingga mencapai 23,14 persen (sebanyak 219.659 jiwa).
Memasuki tahun 2011, tercatat penduduk Kota Banda Aceh sebanyak 228.562
jiwa, juga naik dibanding tahun-tahun sebelumnya, khususnya pasca tsunami. Sepanjang
1.13 1.24 4.2212.56
-32.89
0.28
23.14
-0.79-2.60
5.64
1.94
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011pe
rtum
buha
n (%
)
Jum
lah
(jiw
a)
Jumlah (jiwa) pertumbuhan (%)
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-7
tahun 2005-2011, terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata hampir 4,26 persen setiap
tahunnya. Angka pertumbuhan tersebut masih lebih rendah ketimbang periode 2001-
2004. Selain itu, jumlah penduduk yang dicapai tahun 2011, belum mampu mengimbangi
yang pernah dicapai tahun 2004.
Luas wilayah Kota Banda Aceh yang relatif kecil akan memudahkan Pemerintah
Kota meningkatkan pemerataan pembangunan. Pemerintah Kota harus mengupayakan
tidak terjadinya disparitas pembangunan antarkecamatan, termasuk yang berada di
wilayah pesisir. Data tahun 2011, menyiratkan hampir 18,89 persen penduduk atau paling
kurang 43.184 jiwa mendiami di Kecamatan Kuta Alam. Itu artinya relatif terjadinya
pergeseran konsentrasi penduduk yang berarti selama tujuh tahun terakhir. Tahun 2004,
Kuta Alam juga tertinggi jumlah penduduknya, yakni sebanyak 20,64 persen, dari total
penduduk Kota Banda Aceh.
Di Kecamatan Syiah Kuala, yang merupakan pusat pendidikan, jumlah
penduduknya juga terlihat cukup memadai, yaitu 35.648 jiwa (15,60 persen). Penduduk
yang cukup dominan juga terlihat di Kecamatan Baiturrahman, yang merupakan pusat
perdagangan. Meuraxa dan Kuta Raja yang berada di wilayah pesisir termasuk terendah
didiami penduduk, yakni masing-masing sebanyak 16.861 jiwa (7,38 persen) dan
sebanyak 10.672 jiwa (4,67 persen).
Rata-rata penduduk setiap kecamatan di Kota Banda Aceh tergolong padat. Di
Baiturrahman, misalnya, rata-rata setiap kilometer persegi (km2) dihuni hampir 6.844
jiwa, paling padat dibanding dengan kecamatan lainnya. Demikian pula di Jaya Baru
yang mencapai rata-rata 5.962 jiwa/km2. Secara keseluruhan, rata-rata penduduk di Kota
Banda Aceh hampir 3.725 jiwa/km2, masih jauh lebih rendah ketimbang tahun 2004 yang
mencapai 4.320 jiwa/km2. Kendati demikian, angka tersebut masih tergolong sangat
tinggi dibanding tingkat kepadatan kabupaten/kota di Aceh. Ke depan, wacana perluasan
Kota Banda Aceh patut dipertimbangkan dalam rangka mengantisipasi perkembangan
populasi penduduk yang cenderung meningkat.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-8
Tabel 4.3
Banyaknya Jumlah Penduduk dan Kepadatan penduduk Menurut Kecamatan di Kota Banda Aceh Tahun 2011
Kecamatan % Jumlah (jiwa)
% Kepadatan (km2)
Meuraxa 8,11 16.861 7,38 2.322 Jaya Baru 9,89 22.535 9,86 5.962 Banda Raya 8,84 21.369 9,35 4.461 Baiturrahman 15,2 31.073 13,59 6.844 Lueng Bata 8,71 24.132 10,56 4.519 Kuta Alam 20,6 43.184 18,89 4.297 Kuta Raja 5,67 10.672 4,67 2.048 Syiah Kuala 14 35.648 15,60 2.503 Ulee Kareng 8,97 23.088 10,10 3.754
Jumlah 100 228.562 3.725 Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
4.3.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Selama lima tahun terakhir (periode 2007-2011) atau pasca tsunami, struktur
penduduk Kota Banda Aceh dari sisi jenis kelamin belum mengalami pergeseran yang
berarti. Itu artinya, laki-laki masih mendominasi dibanding perempuan. Tahun 2007,
penduduk laki-laki mencapai 52,86 persen dari keseluruhan penduduk Banda Aceh.
Selanjutnya komposisi penduduk laki-laki sedikit menurun menjadi 51,67 persen pada
tahun 2008. Memasuki tahun 2011, tercatat laki-laki sebanyak 51,51 persen, sedikit
menurun dibanding tahun 2009 (sebanyak 52,86 persen).
Secara absolut, hingga tahun 2011 tercatat laki-laki sebanyak 117.732 jiwa,
cenderung bertambah dibanding tahun 2008. Tahun 2008 tercatat laki-laki sebanyak
112.588 jiwa. Sementara itu, kaum perempuan sebanyak 103.543 jiwa pada tahun 2007,
naik drastis menjadi 110.830 jiwa tahun 2011.
Kendati laki-laki dalam struktur penduduk Banda Aceh cukup dominan, kaum
perempuan juga harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Kaum perempuan
diupayakan dapat berpartisipasi secara signifikan dalam pembangunan. Kecuali untuk
mengantisipasi disparitas jender, pemberdayaan kaum perempuan diarahkan agar
produktif dan handal sehingga perannya dalam kegiatan ekonomi, pemerintahan, dan
sosial kemasyarakatan meningkat secara signifikan.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-9
Gambar 4.5
Perkembangan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2007-2011 (jiwa)
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
Dari seluruh kecamatan yang diamati, tidak satu pun kecamatan didominasi kaum
perempuan. Bahkan, di Meuraxa proporsi laki-laki hampir 54,15 persen dan perempuan
tidak lebih dari 45,85 persen, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.4
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (jiwa)
Kecamatan Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah
(Jiwa) Laki-laki % Perempuan % Meuraxa 9.131 54,15 7.730 45,85 16.861
Jaya Baru 11.451 50,81 11.084 49,19 22.535
Banda Raya 10.800 50,54 10.569 49,46 21.369
Baiturrahman 15.976 51,41 15.097 48,59 31.073
Lueng Bata 12.372 51,27 11.760 48,73 24.132
Kuta Alam 22.600 52,33 20.584 47,67 43.184
Kuta Raja 5.671 53,14 5.001 46,86 10.672
Syiah Kuala 17.869 50,13 17.779 49,87 35.648
Ulee Kareng 11.862 51,38 11.226 48,62 23.088
Jumlah 117.732 51,51 110.830 48,49 228.562 Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
116,116
112,588 112,199
115,098117,732
103,543105,330
100,042
108,348110,830
90,000
95,000
100,000
105,000
110,000
115,000
120,000
2007 2008 2009 2010 2011
Jum
lah
(Jiw
a)
laki-laki
Perempuan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-10
4.3.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur
Dari sisi struktur penduduk menurut kelompok umur, telah terjadi perubahan
yang menggembirakan angka ketergantungan (dependency ratio) antara penduduk usia
produktif dengan usia non produktif. Pada tahun 2005, angka beban ketergantungan di
Kota Banda Aceh sebesar 33,19. Hal ini bermakna bahwa dalam setiap 100 jiwa penduduk
usia produktif menanggung beban penduduk non produktif sedikitnya 33 jiwa. Pada
tahun 2009, angka beban ketergantungan tersebut naik drastis hingga mencapai 55 jiwa,
dari setiap 100 jiwa (sebesar 55,16). Hingga akhir tahun 2011, angka beban
ketergantungan telah menurun menjadi 37.
Menurunnya angka beban ketergantungan tersebut cukup beralasan, mengingat
terjadinya perubahan yang signifikan pada struktur penduduk menurut kelompok umur di
Kota Banda Aceh. Penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) telah meningkat
pertumbuhannya rata-rata 8,39 persen selama tahun 2005-2011.
Gambar 4.6
Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (jiwa)
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
39,213
130,831
4,213
61,539
136,796
13,906
55,214
162,908
5,324
56,478
166,638
5,446
0 50,000 100,000 150,000 200,000
0-14
15-64
65 +
Jumlah (jiwa)
2011
2010
2009
2005
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-11
Dari keseluruhan penduduk Kota Banda Aceh (tahun 2011), lebih setengah atau
hampir 72,90 persen merupakan penduduk usia produktif. Angka tersebut sedikit
menurun dibanding tahun 2005, yaitu sebesar 73,55 persen. Sebaliknya, penduduk non
produktif (balita/anak-anak dan lanjut usia) naik menjadi 27,1 persen (tahun 2011), dari
sebelumnya (tahun 2005) sebanyak 24,41 persen. Masih cukup memadainya penduduk
usia produktif harus disikapi melalui kebijakan yang membuka akses lebih luas guna
berpartisipasi di semua sektor pembangunan. Penduduk usia produktif merupakan bagian
dari angkatan kerja sehingga membutuhkan penyediaan lapangan kerja yang layak serta
kesempatan atau akses berusaha yang kondusif. Lebih lanjut, jika penduduk usia
produktif tersebut tidak terserap dalam lapangan kerja akan berdampak terjadinya
pengangguran di daerah. Terbatasnya lapangan kerja menyebabkan pula pengalihan
sumberdaya manusia (SDM) ke daerah lain.
Hingga akhir tahun 2011, potensi penduduk usia produktif lebih banyak laki-laki.
Tercatat laki-laki usia produktif sebanyak 86.421 jiwa, atau sekitar 51,86 persen dari total
penduduk usia produktif Kota Banda Aceh. Sedangkan perempuan usia produktif paling
kurang 80.217 jiwa (48,14 persen). Penduduk non produktif didominasi perempuan,
yaitu 30.613 jiwa (49,43 persen). Dan, laki-laki non produktif tidak lebih dari 31.311 jiwa
(50,56 persen).
Jika dicermati tahun 2005, laki-laki produktif mencapai 52,18 persen dan
perempuan 47,82 persen. Selanjutnya, laki-laki usia non produktif mencapai 51,38 persen
dan perempuan 48,62 persen. Kurun waktu 2005-2011 belum mengalami pergeseran
yang berarti struktur penduduk menurut kelompok umur, dan laki-laki berusia produktif
lebih menonjol ketimbang kaum perempuan. Kondisi diatas merupakan modal utama bagi
Pemerintah Kota untuk mendayagunakan potensi sumberdaya laki-laki sebagai
pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Disisi lain, kaum perempuan juga tidak boleh
diabaikan. Pembangunan menekankan pentingnya kaum perempuan mengambil bagian
serta berperan signifikan dalam pembangunan. Dengan demikian, tidak ada diskriminasi
pembangunan antara laki-laki dan perempuan yang pada akhirnya kaum perempuan
dapat memperbaiki kehidupannya yang lebih sejahtera dan produktif dari sisi sosial-
ekonomi.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-12
Gambar 4.7
Penduduk Usia Produktif dan Non Produktif Menurut Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (jiwa)
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
4.3.4 Ketenagakerjaan
Data Agustus 2008 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Kota Banda Aceh masih diatas Provinsi Aceh. TPT Banda Aceh sebesar 11,4 persen dan
Provinsi Aceh sebesar 9,56 persen. Tahun berikutnya (2009), TPT Banda Aceh turun
menjadi 9,8 persen, masih juga lebih tinggi dari Provinsi Aceh yang sebesar 8,71 persen.
Selain itu, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Banda Aceh sebesar 62,9 persen
(kondisi Agustus 2009). Angka tersebut juga sedikit lebih tinggi dari Provinsi Aceh yang
sebesar 62,50 persen. Memasuki tahun 2011, tercatat TPAK Kota Banda Aceh sebesar 61,7
persen dan TPT sebesar 8,5 persen. Itu artinya bahwa angka pengangguran di Kota Banda
Aceh sudah menunjukkan penurunan. Ke depan, diharapkan angka pengangguran terus
menurun sejalan dengan tersedianya lapangan kerja yang memadai di Kota Banda Aceh.
71,38462,625
22,402 21,200
72,18864,608
40,01135,434
86,42180,217
31311 30,613
010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000
100,000
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Usia Produktif Usia Non Produktif
Jum
lah
(jiw
a)
2005 2009 2011
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-13
Gambar 4.8
TPT dan TPAK Kota Banda Aceh, Tahun 2008-2011
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
4.4 Kondisi Ekonomi Kota
4.4.1 Perkembangan PDRB
Pelayanan publik yang berkualitas di sektor ekonomi akan sangat mendorong
warga kota, termasuk dari luar daerah untuk berinvestasi dan melakukan aktivitas bisnis
di Kota Banda Aceh. Demikian pula dengan iklim bisnis yang kondusif, terutama tanpa
pungutan liar, prosedur perizinan yang cepat dan transparan, dan kemudahan
mendapatkan permodalan dari perbankan menjadi pemicu bagi warga berinvestasi di
Kota Banda Aceh. Hal tersebut harus terus diwujudkan Pemerintah Kota sehingga
diharapkan berimplikasi signifikan terhadap kemajuan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan warga kota.
Sebagai kota yang dinamis dan dihuni warga kota yang heterogen, perekonomian
Kota Banda Aceh cenderung berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Ekonomi
kota telah mengalami pemulihan yang berarti pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami
di penghujung tahun 2004. Bahkan, lonjakan pertumbuhan ekonomi mencapai 19 persen
tahun 2007, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Aceh dan Nasional. Lebih lanjut,
angka pertumbuhan ekonomi tersebut tertinggi dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir. Kemajuan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas dari upaya
63.01 62.9
53.7
61.7
11.4 9.8 11.68.5
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
2008 2009 2010 2011
Pers
en TPAK
TPT
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-14
percepatan pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kota dan dukungan dunia
usaha/swasta.
Dalam kurun waktu 2002-2011, pertumbuhan rata-rata kenaikan PDRB ADHB
sangat tinggi, yaitu mencapai 22,07 persen setiap tahunnya. Awal tahun 2002, misalnya
PDRB ADHB Kota Banda Aceh masih berkisar Rp.1.493,05 milyar. Nilai tambah tersebut
meningkat Rp.1.644,68 milyar tahun 2003 dan mencapai Rp.1.816,93 milyar tahun 2004.
Di akhir tahun 2004, bencana tsunami melanda pesisir Aceh, termasuk Kota
Banda Aceh. Ketersediaan dana yang cukup besar serta usaha-usaha rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilaksanakan BRR-NAD-Nias dan NGO/donatur asing berimplikasi
positif terhadap kinerja ekonomi kota. Tahun 2005, tercatat PDRB ADHB Kota mencapai
Rp.2.762,33 milyar, jauh lebih tinggi dari tahun 2002. Akhir tahun 2011, PDRB ADHB
hampir mencapai Rp.8.992,04 milyar, naik drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
PDRB Atas Dasar Harga konstan (ADHK) juga meningkat selama periode 2002-
2011. Rata-rata pertumbuhannya sebesar 10,54 persen/tahun. Sampai tahun 2011,
tercatat PDRB ADHK mencapai Rp.3.241,17 milyar, jauh lebih tinggi dibanding tahun
2002 yang masih sebesar Rp.1.314,95 milyar.
Kemajuan ekonomi yang dicapai Kota Banda Aceh beberapa tahun terakhir
sebagai wujud nyata kerja keras pemerintah kota, di samping dukungan berbagai pihak,
terutama kalangan dunia usaha/swasta, Pemerintah Aceh, BRR NAD-Nias dan
masyarakat internasional/NGO yang melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascatsunami di Banda Aceh.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-15
Gambar 4.9 Perkembangan PDRB Kota Banda Aceh, Tahun 2002-2011 (milyar rupiah)
Sumber : PDRB Kota Banda Aceh, beberapa edisi
4.4.2 Struktur Ekonomi Kota
Struktur perekonomian Kota Banda Aceh pasca tsunami bertumpu pada sektor
tersier dengan lapangan usaha jasa-jasa sebagai leading sector. Sebelum tsunami,
aktivitas ekonomi kota juga bertumpu pada sektor tersier, namun didominasi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran. Kurun waktu 2005-2011, kontribusi jasa-jasa dalam
PDRB masih sangat menonjol. Meski demikian, adanya kecenderungan kontribusi sektor
tersebut semakin menurun. Kondisi tersebut sejalan dengan semakin meningkatnya
kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Karena itu, berbagai pelayanan publik
yang dapat mendukung terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pelaku usaha di sektor
perdagangan, hotel, dan restoran harus terus diwujudkan Pemerintah Kota Banda Aceh.
Data BPS (2011) mengungkapkan, hampir 45,25 persen nilai tambah PDRB
disumbangkan jasa-jasa. Sementara delapan tahun yang lalu, kontribusi jasa-jasa tidak
lebih dari 14,03 persen. Secara absolut, kontribusi nilai tambah jasa-jasa mencapai
1,493.05
1,644.68
1,816.93
2,762.33
3,452.80
4,346.37
5,354.16
6,502.12
7,765.09
8,992.04
1,314.95
1,388.33
1,479.85
2,063.98
2,172.26
2,584.97
2,730.64
2,885.68
3,057.07
3,241.17
0.00 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
milyar rupiah
ADHK
ADHB
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-16
Rp.1.446.700,99 juta pada tahun 2011. Naik rata-rata hampir 32,38 persen setiap
tahunnya di banding tahun 2004 yang berkisar Rp.205.848,42 juta.
Pasca tsunami, lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran, termasuk juga
pengangkutan dan komunikasi yang merupakan andalan sektor tersier semakin
berkembang. Kontribusi kedua lapangan usaha tersebut terus meningkat kontribusinya
terhadap ekonomi kota. Sebagai gambaran, kontribusi perdagangan, hotel, dan restoran
pada tahun 2011 hanya sebesar 22,79 persen. Padahal tahun 2007, kontribusinya tidak
lebih dari 20,99 persen. Demikian juga dengan pengangkutan dan komunikasi, di mana
tahun 2007 kontribusinya sebesar 16,00 persen, sementara akhir tahun 2011 mencapai
17,05 persen.
Tabel 4.5 Kontribusi Sektor Ekonomi dalam PDRB ADHK 2000
Kota Banda Aceh, Tahun 2003-2011 (%)
Sektor Ekonomi Tahun (%)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertanian 10,28 4,74 4,64 3,95 3,83 3,69 3,58 3,53
Pertambangan dan penggalian 0,0 2,56 2,52 2,17 2,09 2,00 0,00 0,00
Industri pengolahan 3,44 2,35 2,34 2,09 2,14 2,20 2,25 2,25
Listrik dan air minum 0,60 0,35 0,34 0,38 0,41 0,44 0,45 0,49
Bangunan/Konstruksi 9,00 6,33 6,68 6,06 6,12 6,15 6,21 6,24
Perdagangan, hotel dan restoran 34,77 23,13 23,28 20,99 21,00 21,04 22,17 22,79
Pengangkutan dan komunikasi 23,26 18,04 17,72 16,00 15,96 15,92 16,71 17,05
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
4,64 2,00 2,60 2,37 2,47 2,50 2,38 2,40
Jasa-jasa 14,03 43,06 42,40 48,16 48,06 48,06 46,25 45,25
PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : PDRB Kota Banda Aceh, beberapa edisi
4.4.3 Pertumbuhan Ekonomi
Laju perekonomian Kota Banda Aceh tumbuh sebesar 5,58 persen pada tahun
2003, masih lebih tinggi dibanding Nasional (4,7 persen), dan Provinsi Aceh (3,7 persen).
Secara perlahan, aktivitas ekonomi terus menguat dan berkembang sehingga tumbuh
sebesar 6,59 persen tahun 2004, juga jauh lebih tinggi dari Nasional (5,0 persen) dan
Provinsi Aceh (5,7 persen). Namun demikian, memasuki tahun 2005, kondisi
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-17
perekonomian Kota merosot dan turun drastis hingga ke posisi 3,35 persen. Sementara
ekonomi Nasional tumbuh sebesar 5,7 persen dan Provinsi Aceh tidak lebih dari 1,22
persen. Merosotnya pertumbuhan ekonomi tersebut sebagai imbas dari bencana tsunami
sehingga beberapa sektor ekonomi potensial pendorong ekonomi kota mengalami
pertumbuhan melambat atau kolaps. Kecuali perdagangan, hotel, dan restoran,
pengangkutan dan komunikasi serta jasa-jasa yang tumbuh positif, semua sektor ekonomi
lainnya tumbuh negatif.
Tahun 2007, pergerakan ekonomi Kota Banda Aceh tumbuh pesat dan
berkembang cepat. Angka pertumbuhan tersebut tertinggi yang pernah dicapai tahun-
tahun sebelumnya. Bahkan, pertumbuhannya jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan
Nasional dan Provinsi Aceh. Ekonomi kota tumbuh hampir 19 persen, sementara Provinsi
Aceh sebesar 7,46 persen dan Nasional sebesar 6,69 persen. Tingginya pertumbuhan
ekonomi Kota Banda Aceh pada tahun 2007 sangat dipengaruhi upaya percepatan
rehabilitasi dan rekontruksi pasca tsunami yang dilaksanakan BRR NAD-Nias, negara
donor/NGO, pemerintah kota, dan Pemerintah Aceh.
Memasuki tahun 2009, kondisi ekonomi kota cenderung menurun drastis
ketimbang tahun 2007 dan sedikit lebih rendah dibanding sebelum tsunami (2004).
Kondisi ini terjadi akibat menurunnya intensitas rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal
tersebut dapat dimaknai pula aktivitas ekonomi masih cenderung berfluktuatif pasca
tsunami. Kendati demikian, laju pertumbuhan tersebut terlihat lebih tinggi dari
pencapaian Nasional dan Provinsi Aceh. Tahun 2009, tercatat pertumbuhan ekonomi
Kota Banda Aceh sebesar 5,68 persen, Nasional sebesar 4,9 persen, dan Provinsi Aceh
sebesar 3,78 persen.
Sampai akhir tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh telah mencapai
6,02 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding tahun 2010 yang masih sebesar
5,94 persen. Hal tersebut merupakan momentum untuk terus mendorong pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas di masa mendatang. Lebih lanjut, berbagai inovasi program
pembangunan yang dapat mendorong percepatan ekonomi harus terus dilaksanakan
sehingga ekonomi Kota Banda Aceh terus berkembang cepat di masa mendatang.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-18
Gambar 4.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banda Aceh, Tahun 2003-2011
Sumber : PDRB Kota Banda Aceh beberapa edisi
BPS Aceh, 2012
Sektor-sektor yang sebelumnya mengalami kolaps akibat bencana tsunami, kini
tumbuh dan menguat kembali serta berperan signifikan dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi Kota Banda Aceh. Sektor listrik dan air minum, misalnya, tahun 2005 tumbuh
minus (-) 18,01 persen, sementara tahun 2011 telah mencapai 13,66 persen, tertinggi
dibanding sektor lainnya. Demikian pula dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran
yang merupakan salah satu sektor unggulan di Kota Banda Aceh tumbuh sebesar 8,97
persen tahun 2011, dari pertumbuhan minus (-) 7,33 tahun 2005. Sektor jasa-jasa
(leading sector) hanya tumbuh sebesar 3,74 persen tahun 2011, padahal tahun 2005
tumbuh hampir 21,04 persen. Sektor jasa-jasa ditaksir ke depan masih merupakan
andalan Kota Banda Aceh, termasuk juga sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang
menjadi penyerap lapangan kerja utama.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pers
en (%
) Banda Aceh
Aceh
Nasional
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-19
Gambar 4.11
Laju Pertumbuhan Sektoral Kota Banda Aceh, Tahun 2005-2011 (%)
Sumber : PDRB Kota Banda Aceh, beberapa edisi
4.4.4 Pendapatan per Kapita
Tingkat kesejahteraan (taraf hidup) masyarakat Kota Banda Aceh semakin
membaik, jika diukur dengan pendapatan per kapita. Sesuai harga konstan (ADHK)
2000, pertumbuhan kenaikan pendapatan per kapita, yaitu rata-rata hampir 3,40
persen/tahun (periode 2005-2011). Selama periode tersebut, pendapatan per kapita Kota
Banda Aceh cenderung lebih tinggi dari Provinsi Aceh. Tahun 2005, misalnya, pendapatan
per kapita masyarakat di Banda Aceh masih sebesar Rp.11.603,17 ribu. Lalu, naik
sehingga mencapai Rp.12.177,72 ribu pada tahun 2006. Selanjutnya, pendapatan per
kapita tersebut terus meningkat secara signifikan hingga mencapai Rp.13.340,10 ribu
tahun 2008.
Akhir tahun 2011, tercatat pendapatan per kapita paling kurang Rp.14.180,72 ribu,
naik rata-rata hampir 3,40 persen dari tahun 2005. Meski demikian, tidak semua warga
kota memiliki pendapatan sebesar Rp.14.180,72 ribu/tahun. Data BPS (2011),
mengungkapkan bahwa masih ada paling kurang 8,64 persen (17.270 jiwa) warga kota
tergolong sebagai masyarakat miskin. Oleh karena itu, percepatan implimentasi
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00pe
rsen
(%)
2005 2011
2009
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-20
pembangunan diharapkan mampu memberdayakan warga miskin menjadi lebih sejahtera
dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Melalui perbaikan layanan publik yang berkualitas
diharapkan mampu mengangkat taraf hidup warga miskin menjadi lebih sejahtera dan
bermartabat di masa mendatang.
Gambar 4.12 Pendapatan Per kapita Kota Banda Aceh dan Provinsi Aceh
Tahun 2005-2011 (Ribuan Rupiah)
Sumber : PDRB Kota Banda Aceh beberapa edisi
BPS Aceh, 2012
4.5. Fasilitas Publik
4.5.1 Kesehatan
Dalam upaya mendorong peningkatan layanan kesehatan berkualitas, di Kota
Banda Aceh telah tersedia fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan warga kota untuk
layanan kesehatan. Sampai tahun 2011, tercatat rumah sakit yang dikelola pemerintah
dan swasta sebanyak 13 unit. Disamping itu, terdapat pula rumah bersalin sebanyak 7
unit, puskesmas 11 unit, puskesmas pembantu 25 unit, polindes/poskesdes 35 unit,
posyandu 113 unit, klinik 6 unit, dan pukesmas keliling 18 unit. Keberadaan fasilitas
kesehatan tersebut dinilai sangat penting bagi warga kota dalam rangka mendapatkan
11,603.17
12,177.72
13,232.01
13,340.10
13,466.21
13,681.49
14,180.72
5,842.63
5,842.63
6,160.80
6,174.0
6,313.57
6,150.00
6,374.00
0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Ribu Rupiah
Aceh
Banda Aceh
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-21
pelayanan kesehatan yang berkualitas, sekaligus meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Tabel 4.6 Perkembangan Fasilitas Kesehatan
di Kota Banda Aceh, Tahun 2007-2011 (unit)
No Fasilitas Kesehatan 2007 2008 2009 2010 2011
1 Rumah Sakit Umum dan Swasta
11 13 14 16 13
2 Rumah bersalin 9 12 - 12 7 3 Puskesmas 10 11 11 11 11 4 Puskesmas Pembantu 15 24 25 25 25 5 Polindes/Poskesdes 16 33 34 34 35 6 Posyandu 110 112 112 112 113 7 Klinik - 18 - 3 6 8 Puskesmas Keliling 10 20 10 18 18
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
Tenaga kesehatan yang melayani warga kota mendapatkan pelayanan kesehatan
didominasi bidan dan perawat. Tercatat bidan sebanyak 240 orang atau hampir 29,56
persen dari 812 orang tenaga kesehatan (kondisi tahun 2011). Jumlah perawat sebanyak
239 orang (29,43 persen). Tenaga medis (terutama dokter) tercatat 74 orang (9,11 persen),
disamping juga tenaga kesehatan lainnya, seperti kesehatan masyarakat 109 orang (13,42
persen), teknisi medis 50 orang (6,16 persen), farmasi 42 orang (5,17 persen), sanitasi 27
orang (3,33 persen), gizi 23 orang (2,83 persen), dan fisioterapis 8 orang (0,99 persen).
Tabel 4.7 Ketersediaan Tenaga Kesehatan
di Kota Banda Aceh, Tahun 2011 (orang)
No Tenaga Kesehatan 2011 Persen 1 Medis 74 9,11 2 Perawat 239 29,43 3 Bidan 240 29,56 4 Gizi 23 2,83 5 Farmasi 42 5,17 6 Sanitasi 27 3,33 7 Kesehatan Masyarakat 109 13,42 8 Teknisi Medis 50 6,16 9 Fisioterapis 8 0,99
Jumlah 812 100 Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-22
4.5.2 Pendidikan
Pendidikan berperan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM). Fasilitas pendidikan yang ada di Kota Banda Aceh dipandang cukup memadai dan
tersebar relatif merata di setiap kecamatan. Wilayahnya yang relatif kecil tidak menjadi
hambatan bagi anak didik di Kota Banda Aceh untuk mendapatkan pelayanan pendidikan.
Sampai tahun 2011, fasilitas pendidikan di Kota Banda Aceh, meliputi TK sebanyak 73
unit, SD 80 unit, SMP 29 unit, SMU 25 unit, dan SMK 7 unit. Ketersediaan fasilitas
pendidikan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di Kota Banda Aceh Tahun 2011 (unit)
Kecamatan TK SD SMP SMU SMK
Meuraxa 2 9 3 3 0 Jaya Baru 8 6 2 1 0 Banda Raya 7 8 2 2 3 Baiturrahman 10 14 6 5 2 Lueng Bata 7 4 3 1 0 Kuta Alam 18 15 8 10 2 Kuta Raja 5 6 2 2 0 Syiah Kuala 9 12 1 2 0 Ulee Kareng 7 6 2 0 0
Jumlah 73 80 29 25 7 Sumber : Banda Aceh Dalam Angka 2012
4.5.3 Transportasi Darat dan Laut
Dalam menunjang kelancaran arus mobilitas orang, barang, dan jasa, baik melalui
darat maupun laut, Pemerintah Kota Banda Aceh telah memiliki fasilitas transportasi
darat dan laut yang cukup memadai. Untuk transportasi laut, Pemerintah Kota telah
memiliki pelabuhan penyeberangan bagi warga kota bepergian ke Sabang (Kota Sabang)
dan ke Pulo Aceh (Kabupaten Aceh Besar). Demikian pula untuk kelancaran lalu lintas
darat, Pemerintah Kota telah membangun terminal yang cukup memadai untuk
melancarkan arus transportasi darat, baik dalam kota maupun lintas daerah.
Pemerintah Kota Banda Aceh terus berupaya meningkatkan dan memperluas ruas
jalan kota guna menghindari kemacetan dan memperlancar lalu lintas. Tahun 2003,
panjang ruas jalan di Kota Banda Aceh 436,622 km. Akhir tahun 2011, tercatat panjang
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-23
jalannya mencapai 707,343 km, atau meningkat rata-rata hampir 8,37 persen setiap
tahunnya. Demikian pula antargampong, Pemerintah Kota terus melakukan rehabilitasi
jalan-jalan gampong yang rusak dan belum beraspal. Pemerintah Kota juga telah selesai
membangun jalan yang menghubungkan Gampong Tibang, Deah Raya, dan Alue Naga, di
Kecamatan Syiah Kuala.
Akhir tahun 2011, kondisi ruas jalan di Kota Banda Aceh yang dapat dilalui
kendaraan bermotor dengan lancar dan nyaman cukup menggembirakan. Kondisi ruas
jalan baik mencapai 99,70 persen atau sepanjang 705,23 km. Sebelumnya tahun 2009,
ruas jalan yang kondisinya baik tidak lebih dari 96,29 persen atau sepanjang 681,146 km.
Tabel 4.9
Panjang Jalan Kota dan Gampong Menurut Kondisi Jalan, Tahun 2009-2011 (km)
Kondisi Jalan Panjang Jalan (km)
2009 % 2011 % Baik 681,146 96,29 705,23 99,70
Sedang - - 2,11 0,3
Rusak 26,197 3,70 0,00 -
Rusak Berat - - 0,00 -
Jumlah 707,34 100 707,34 100
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
Kualitas jalan menurut permukaan juga terlihat cukup menggembirakan. Hampir
99,70 persen atau sepanjang 705,23 km jalan kota dan gampong di Kota Banda Aceh
dalam kondisi permukaan aspal (tahun 2011). Sebelumnya (tahun 2009), ruas jalan
permukaan aspal tidak lebih dari 96,29 persen (681,146 km). Jalan berkerikil yang harus
segera diaspal sepanjang 2,11 km (0,3 persen) tahun 2011, sementara tahun 2009
sepanjang 26,197 km (3,70 persen). Panjang jalan kota dan gampong menurut jenis
permukaan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-24
Tabel 4.10
Panjang Jalan Kota dan Gampong Menurut Jenis Permukaan, Tahun 2009-2011 (km)
Jenis Permukaan Jalan
Panjang Jalan (km)
2009 % 2011 % Aspal 681,146 96,29 705,23 99,70
Kerikil 26,197 3,70 2,11 0,3
Tanah - - - -
Tidak Terinci - - - -
Jumlah 707,34 100 707,34 100
Sumber : Banda Aceh Dalam Angka, beberapa edisi
Jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu kota. Jika jalan rusak, dipastikan
lalulintas orang, barang, dan jasa akan terganggu dan macet. Selanjutnya, aktivitas
ekonomi nyaris merosot, layanan transportasi kurang efisien, dan timbulnya ekonomi
biaya tinggi (hight cost economy) bagi warga kota/pengguna jalan. Ke depan, perbaikan
ruas jalan di Kota Banda Aceh harus disinergiskan dengan pembangunan drainase.
Dengan demikian, diharapkan kualitas jalan kota dan gampong semakin lebih baik di
masa mendatang. Akhir tahun 2011, tercatat jalan yang memiliki drainase sepanjang
464,03 km yang tersebar di wilayah kecamatan di Kota Banda Aceh.
4.5.4 Telekomunikasi dan Informasi
Teknologi telekomunikasi dan informasi berkembang cepat dan pesat di Kota
Banda Aceh dalam beberapa tahun terakhir. Luas wilayah Kota Banda Aceh yang relatif
kecil dan kondisi fisik wilayah dataran rendah memudahkan percepatan infrastruktur
telekomunikasi dan informasi berkembang di Banda Aceh. Layanan komunikasi berupa
telepon seluler/handphone sudah menjangkau seluruh kecamatan dan gampong.
Demikian pula dengan pelaku usaha yang menjual berbagai merek handphone dan
aksesorisnya, termasuk layanan pulsa berkembang cepat di Kota Banda Aceh. Para pelaku
usaha tersebut sangat mudah ditemui di pusat kota dan sudah berkembang pula di
gampong-gampong.
Informasi yang aktual dan cepat, baik melalui media massa/surat khabar maupun
layanan internet juga telah berkembang pesat di Kota Banda Aceh. Dukungan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH IV-25
infrastruktur teknologi informasi dari Pemerintah Kota dan berkembangnya investasi
dunia usaha/swasta di sektor tersebut merupakan penyebab akses informasi dan layanan
internet kian berkembang. Ke depan, patut dipertimbangkan agar setiap gampong
terlayani internet gratis sehingga dapat dinikmati dan diakses oleh warga kota yang
berpenghasilan rendah.
Sampai tahun 2011, di Kota Banda Aceh terdapat 19 lembaga penyedia jasa
penyiaran radio dan 11 lembaga jasa penyiaran televisi. Dalam melayani pengiriman surat,
barang, dan jasa lainnya, terdapat pula 1 unit Kantor Pos besar dan 5 unit kantor pos
pembantu di Kota Banda Aceh. Sementara itu, fasilitas komunikasi yang dikelola PT.
Telkom yang dapat dijangkau di setiap kecamatan, berupa POTS, Speedy, dan Flexi yang
didukung 5 BTS.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-1
BAB V
ANALISIS INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT
KOTA BANDA ACEH
Hasil penelitian indeks kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dari
beberapa unit pelayanan di Kota Banda Aceh, terutama Pukesmas Meuraxa, Puskesmas
Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, dan KPPTSP, didasarkan pada indikator-indikator yang
ada di dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat unit Pelayanan Instansi Pemerintah, yang berjumlah 14
indikator. Ke-14 indikator tersebut adalah indikator prosedur pelayanan, persyaratan
pelayanan, kejelasan petugas pelayanan, kedisiplinan petugas pelayanan, tanggung jawab
petugas pelayanan, kemampuan petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan
mendapatkan pelayanan, kesopanan dan keramahan petugas, kewajaran biaya pelayanan,
kepastian biaya pelayanan, kepastian jadwal pelayanan, kenyamanan lingkungan, dan
keamanan pelayanan.
Indeks kepuasan masyarakat digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
masyarakat pengguna layanan Pukesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta
Daroy, dan KPPTSP. Indeks ini digunakan sebagai tolok ukur dari kualiatas pelayanan,
apakah sudah memenuhi standar pelayanan minimal yang telah diisyaratkan oleh
pemerintah. Kepuasan masyarakat dapat diketahui dengan melihat kualitas pelayanan
dari masing-masing indikator yang telah ditentukan, dimulai dengan menganalisis setiap
indikator dari 14 indikator yang ada.
5.1. Karakteristik Responden
Sesuai dengan tujuan dan sasaran penelitian, terdapat 4 unit pelayanan
masyarakat yang dilakukan survei untuk melihat secara nyata tingkat kepuasan
masyarakat terhadap kinerja pelayanan publik di beberapa unit/instansi di lingkungan
Pemerintah Kota Banda Aceh. Unit/instansi pelayanan tersebut meliputi, Puskesmas
Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy,
dan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP) Kota Banda Aceh. Masing-
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-2
masing unit pelayanan disurvei sebanyak 150 responden, dengan total keseluruhan 600
responden. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1.
Jumlah Responden Menurut Unit Pelayanan dan Jenis Kelamin
Unit Pelayanan Laki-laki Perempuan
Total Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Puskesmas Meuraxa
48 32,00 102 68,00 150
Puskesmas Banda Raya
49 32,67 101 67,33 150
PDAM Tirta Daroy
115 76,67 35 23,33 150
KPPTSP 114 76,00 36 24,00 150
Total 326 54,33 274 45,67 600
Sumber : Data Primer, 2012
Secara umum, jumlah responden laki-laki lebih banyak dari responden
perempuan. Hampir 54,33 persen atau sebanyak 326 responden merupakan laki-laki yang
dipilih secara acak yang mendapat pelayanan dari Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda
Raya, PDAM Tirta Daroy, dan KPPTSP. Adapun responden perempuan berjumlah 274
orang (45,67 persen). Meskipun secara keseluruhan responden laki-laki lebih banyak,
namun di Puskesmas Meuraxa dan Puskesmas Banda Raya didominasi responden
perempuan. Responden perempuan di Puskesmas Meuraxa sebanyak 102 orang (68,0
persen) dan di Puskesmas Banda Raya sebanyak 101 orang (67,33 orang). Sebaliknya,
pada PDAM Tirta Daroy dan KPPTSP sebagian besar (76 persen) adalah laki-laki.
Jika dilihat dari kelompok umur, sebagian besar responden berumur antara 31-40
tahun, atau berjumlah 204 orang (34,00 persen). Kemudian diikuti oleh responden
dengan umur antara 41-50 tahun dan responden berumur 21-30 tahun. Kelompok
responden usia 50 tahun keatas hanya 97 orang, serta responden berumur paling tinggi 20
tahun yang hanya tercatat 7 orang.
Lebih lanjut, ternyata pada kelompok usia muda (hingga umur 30 tahun),
responden perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Lalu, pada kelompok umur
menengah (31-40 tahun) proporsi laki-laki dengan perempuan hampir sama. Sebaliknya,
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-3
pada kelompok umur tua (41 tahun keatas) proporsi laki-laki lebih banyak daripada
perempuan. Jumlah responden menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5.2
Jumlah Responden Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
Total Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
<= 20 3 42,86 4 57,14 7
21-30 45 36,89 77 63,11 122
31-40 102 50,00 102 50,00 204
41-50 119 70,00 51 30,00 170
> 50 57 58,76 40 41,24 97
Total 326 54,33 274 45,67 600
Sumber : Data Primer, 2012
Gambar 5.1 Responden Menurut Kelompok Umur (persen)
Sumber : Data Primer, 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-4
Lebih dari 38,83 persen responden berpendidikan SMA, merupakan yang
terbanyak dibandingkan tingkat pendidikan lainnya. Selanjutnya responden
berpendidikan sarjana (22,5 persen) atau diploma (D1-D4) yang mencapai 17,83 persen.
Yang menarik, ternyata responden yang berpendidikan SMP ke bawah mayoritas berjenis
kelamin perempuan. Sebaliknya, responden yang berpendidikan SMA ke atas sebagian
besar berjenis kelamin laki-laki, walaupun pada tingkat SMA masih relatif seimbang.
Tabel 5.3
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan Total
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) <= SD 6 16,67 30 83,33 36 SMP 30 34,09 58 65,91 88 SMA 130 55,79 103 44,21 233
D1-D4 66 61,68 41 38,32 107 S1 93 68,69 42 31,11 135
>= S2 1 100,00 0 0,00 1 Total 326 54,33 274 45,68 600 Sumber : Data Primer, 2012
Harus diakui bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam
memberikan penilaian atau jawaban yang objektif. Umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang memiliki pengetahuan yang lebih banyak ataupun kualitas memahami setiap
persoalan lebih baik dibandingkan dengan berpendidikan rendah. Secara keseluruhan,
responden yang terpilih secara acak dengan tingkat pendidikan tinggi mencapai 40,5
persen. Lebih lanjut, hampir 59,5 persen responden berpendidikan di bawah dari SMA.
Jumlah responden menurut pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-5
Gambar 5.2 Responden Menurut Tingkat Pendidikan (persen)
Sumber : Data Primer, 2012
Dilihat dari jenis pekerjaan, hampir 41,50 persen responden termasuk katagori
lainnya, bukan bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, pegawai swasta, wiraswasta/usahawan,
ataupun pelajar/mahasiswa. Sekitar 74,30 persen berjenis kelamin perempuan. Sebanyak
28,50 persen lainnya berprofesi sebagai wiraswasta/usahawan. Sebagian lainnya
merupakan pegawai swasta dan PNS/TNI/POLRI, serta sebagian kecil (3,67 persen)
masih berstatus pelajar/mahasiswa. Secara lebih rinci, responden yang dipilih menurut
jenis pekerjaan dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-6
Tabel 5.4
Jumlah Responden Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
Total Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PNS/TNI/POLRI 39 59,09 27 40,91 66
Pegawai swasta 64 69,57 28 30,43 92
Wiraswasta/ usahawan
151 88,30 20 11,70 171
Pelajar/mahasiswa
8 36,36 14 63,64 22
Lainnya 64 25,70 185 74,30 249
Total 326 54,33 274 45,67 600
Sumber : Data Primer, 2012
Gambar 5.3 Responden Menurut Jenis Pekerjaan (persen)
Sumber : Data Primer, 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-7
5.2. Puskesmas Meuraxa
Sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian, jumlah responden yang
diwawancarai pada unit pelayanan masyarakat Puskesmas Meuraxa sebanyak 150 orang,
terdiri dari 48 orang laki-laki dan 102 orang perempuan. Mereka berusia antara 21 hingga
50 tahun (85 persen) dan hanya sebagian kecil (15 persen) yang berusia kurang dari 21
tahun atau lebih dari 50 tahun.
Sebagian besar (83 persen) dari mereka berpendidikan SMA ke bawah dan
kebanyakan dari kelompok ini berjenis kelamin perempuan (85 orang). Dari 102 orang
perempuan, sebanyak 80 orang diantaranya berstatus lainnya atau tidak bekerja.
Sementara kaum laki-laki yang menggunakan jasa Puskesmas Meuraxa sebagian besar
adalah wiraswasta/usahawan.
Lebih jauh terlihat bahwa dari 33 orang responden yang berstatus
wiraswasta/usahawan, sebanyak 25 orang berjenis kelamin laki-laki. Sebaliknya, dari 89
orang responden yang berstatus pekerjaan lainnya, sebanyak 80 orang berjenis kelamin
perempuan. Sedangkan sisanya sebanyak 9 orang berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 5.5
Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan Puskesmas Meuraxa Menurut Karakteristiknya
Karakteristik Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Kelompok Umur
<= 20 2 3 5
21-30 11 35 46
31-40 19 43 62
41-50 10 10 20
> 50 6 11 17
Tingkat Pendidikan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-8
<= SD 2 9 11
SMP 8 23 31
SMA 29 53 82
D1-D4 4 10 14
S1 5 7 12
>= S2 0 0 0
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 6 5 11
Pegawai swasta 5 3 8
Wiraswasta/usahawan
25 8 33
Pelajar/mahasiswa 3 6 9
Lainnya 9 80 89
Total 48 102 150
Sumber : Data Primer, 2012
Dari sejumlah 150 responden, pada umumnya menjawab semua pertanyaan unsur
pelayanan. Meskipun saat ini Pemerintah Kota Banda Aceh telah menggratiskan biaya
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk adanya Program JKA dari
Pemerintah Aceh, pada prinsipnya responden juga memberikan pandangan atau
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan biaya. Untuk unsur kewajaran biaya untuk
mendapatkan pelayanan (unsur ke-10), juga semua responden memberikan jawaban.
Sedangkan untuk pertanyaan unsur ke-11 yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan, semua responden juga memberikan jawaban.
Demikian pula untuk unsur pelayanan lainnya, semua responden memberikan pendapat
dan pandangannya terkait dengan pelayanan yang selama ini mereka terima dari petugas
pelayanan kesehatan di Puskesmas Meuraxa.
Terkait dengan biaya gratis untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Kota
Banda Aceh, termasuk di Puskesmas Meuraxa, ternyata responden memberikan penilaian
yang berbeda masalah tersebut. Dalam artian bahwa kewajaran biaya untuk mendapatkan
pelayanan dan kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-9
ditetapkan, responden masih merasa kurang nyaman. Mungkin mereka tidak mengetahui
berapa ukuran biaya yang sesuai untuk pelayanan tersebut. Atau, barangkali masyarakat
merasa biaya yang ditanggung oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengratiskan
pelayanan kesehatan tersebut tidak sebanding dengan pelayanan yang diterimanya,
sehingga respoden memberikan penilaian berbeda terhadap jawaban unsur pelayanan
tersebut.
Meskipun masih kurang nyaman berkaitan dengan biaya, namun jawaban yang
diberikan responden untuk unsur nomor 10 dan 11 tersebut, adalah baik (3,000 dan
3,047). Artinya, masyarakat merasa wajar dengan besaran biaya yang dikenakan dan
sesuai antara biaya yang dibayarkan dengan pelayanan yang diterimanya. Kendati
demikian, nilai tersebut belum mencapai maksimal. Oleh karena itu, kualitas pelayanan
harus terus tingkatkan sehingga di masa mendatang dapat dicapai nilai maksimal dari
unsur pelayanan tersebut.
Tabel 5.6 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan
pada Unit Pelayanan Puskesmas Meuraxa
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 150 3,033
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
150 3,027
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 150 3,033
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,987
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 150 3,047
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 150 3,013
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 150 2,913
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 150 3,007
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
150 2,987
10.Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 150 3,000
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
150 3,047
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
150 3,533
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 150 3,033
14. Keamanan pelayanan di unit ini 150 3,060
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-10
Nilai IKM = 76,29 Kinerja = Baik
Sumber : Data Primer, 2012 Terdapat tiga unsur pelayanan yang dinilai terbawah oleh masyarakat, yakni
kedisiplinan petugas, kecepatan pelayanan, serta kesopanan dan keramahan petugas.
Pada ketiga unsur pelayanan ini, semua responden menyatakan pendapatnya. Oleh
karenanya, ketiga unsur tersebut harus diperbaiki unit pelayanan Puskesmas Meuraxa,
terutama bagi para petugas yang langsung terlibat dalam pelayanan masyarakat. Petugas
harus meningkatkan kedisiplinan melayani, kecepatan pelayanan, dan meningkatkan
kesopanan dan keramahannya terhadap pengguna layanan. Akan tetapi, unsur yang
nilainya paling sedikit yaitu kecepatan pelayanan mesti diperbaiki lebih intens dan
berkesinambungan.
Secara agregat, nilai Indeks Kepuasan Masyarakat unit Puskesmas Meuraxa
sebesar 76,29 atau berpredikat B (baik). Meskipun mutu pelayanan unit tersebut telah
berpredikat B (baik), masih ada 3 unsur (seperti telah disebutkan sebelumnya) yang
nilainya dibawah rata-rata dan semestinya ditingkatkan. Karenanya, mutu pelayanan
dengan predikat A (sangat baik) wajib menjadi tujuan semua unit pelayanan publik
termasuk Puskesmas Meuraxa.
Sampai tahun 2011, jumlah tenaga medis yang mengabdi di Puskesmas Meuraxa
sebanyak 32 orang. Hampir 78,12 persen atau berjumlah 25 orang merupakan bidan dan
perawat. Selebihnya sebanyak 4 orang merupakan perawat gigi dan 3 orang sebagai
dokter. Selain itu, terdapat pula 4 orang tenaga non medis, meliputi 1 orang tenaga
farmasi, 2 orang tenaga ahli gizi, dan 1 orang tenaga kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan berkualitas harus terus diwujudkan di Puskesmas Meuraxa.
Mengutip data 2011, tercatat jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Meuraxa mencapai
23.550 kunjungan, atau sekitar 6,68 persen dari total kunjungan pasien di seluruh
puskesmas di Kota Banda Aceh. Pasien yang memanfaatkan fasilitas JKA cukup menonjol,
yaitu sebanyak 14.803 kunjungan. Terdapat pula pasien yang menggunakan fasilitas
jamkesmas sebanyak 6.566 kunjungan dan fasilitas Askes sebanyak 2.181 kunjungan.
Dari sisi pelayanan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Meuraxa, terlihat sangat
menggembirakan. Cakupan Balita yang pernah mendapatkan pelayanan imunisasi lebih
dari 100 persen. Untuk imunisasi BCG, misalnya, cakupan pelayanannya mencapai 117
persen (kondisi tahun 2011). Demikian pula dengan imunisasi DPT1 + HB 1 mencapai
121,25 persen, DPT3 + HB3 mencapai 106,52 persen, Polio3 mencapai 108,50 persen, dan
campak mencapai 115,86 persen. Dengan demikian, pelayanan imunisasi bagi balita terus
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-11
ditingkatkan kualitasnya sehingga masyarakat merasa puas dengan pelayanan yang
diberikan petugas kesehatan Pukesmas Meuraxa.
4.3. Puskesmas Banda Raya
Jumlah pengguna unit pelayanan Puskesmas Banda Raya lebih banyak kaum
perempuan, tecermin dari jumlah responden yang mencapai 2/3 dari jumlah keseluruhan
sebanyak 101 responden. Ditinjau dari sisi umur, pada umumnya mereka berumur 31
tahun keatas (84 persen). Sebagian besar berpendidikan SMA ke bawah (89 persen) dan
pada umumnya tidak bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI, pegawai swasta,
wiraswasta/usahawan, ataupun pelajar/mahasiswa.
Tabel 5.7
Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan Puskesmas Banda Raya Menurut Karakteristiknya
Karakteristik Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Kelompok Umur
<= 20 1 1 2
21-30 4 18 22
31-40 14 34 48
41-50 17 25 42
> 50 14 24 38
Tingkat Pendidikan
<= SD 3 21 24
SMP 16 32 48
SMA 26 37 63
D1-D4 1 5 6
S1 4 7 11
>= S2 0 0 0
Pekerjaan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-12
PNS/TNI/POLRI 7 4 11
Pegawai swasta 2 3 5
Wiraswasta/ Usahawan
8 3 11
Pelajar/mahasiswa
1 3 4
Lainnya 32 89 121
Total 49 101 150
Sumber : Data Primer, 2012
Dibandingkan dengan unit pelayanan Puskesmas Meuraxa, pengguna pada unit
pelayanan masyarakat Puskesmas Banda Raya terdapat perbedaan karakteristiknya.
Walaupun dalam hal proporsi jenis jelamin penggunanya tidak berbeda, yaitu sekitar
sepertiga (1/3) laki-laki dan dua per tiga (2/3) lainnya perempuan, namun terdapat
karakteristik yang tidak sama dalam umur dan pekerjaan.
Pengguna layanan Puskesmas Banda Raya cukup banyak yang berusia 50 tahun
keatas daripada di Puskesmas Meuraxa. Demikian pula pekerjaan responden, hampir 80
persen pengguna layanan Puskesmas Banda Raya bukan sebagai PNS/TNI/POLRI,
pegawai swasta, wiraswasta/usahawan, ataupun pelajar/mahasiswa. Dari 121 orang
tersebut sebanyak 89 orang diantaranya berjenis kelamin perempuan.
Tabel 5.8
Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan Puskesmas Banda Raya
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 150 3,020
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
150 2,947
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 150 2,660
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,427
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,860
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,920
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 150 2,380
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 150 2,980
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
150 2,893
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-13
10.Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 150 3,493
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
150 3,453
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
150 2,587
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 150 3,007
14. Keamanan pelayanan di unit ini 150 3,387
Nilai IKM = 73,24 Kinerja = Baik
Sumber : Data Primer, 2012
Kenyataan yang agak berbeda dari unit pelayanan Puskesmas Meuraxa ditemukan
dalam pelayanan masyarakat di Puskesmas Banda Raya. Penilaian responden terhadap 14
unsur pelayanan secara umum relatif lebih rendah daripada di Puskesmas Meuraxa.
Masyarakat pengguna layanan Puskesmas Banda Raya juga memberikan penilaian dan
menyatakan pendapatnya atas 14 unsur pelayanan. Selanjutnya akan dibahas lebih rinci
per unsur pelayanan.
Dari 14 unsur pelayanan, hanya 5 unsur pelayanan yang memperoleh Nilai Unsur
Pelayanan di atas 3. Kelima unsur pelayanan tersebut adalah kemudahan prosedur,
kewajaran biaya, kesesuaian biaya, kenyamanan, dan keamanan. Terdapat sesuatu yang
menarik pada unit pelayanan ini, yaitu unsur kewajaran biaya untuk mendapatkan
pelayanan memperoleh nilai tertinggi (yakni 3.487) daripada ke-13 unsur lainnya. Kedua
adalah unsur kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang ditetapkan,
yaitu sebesar 3,454.
Fakta lainnya adalah setidaknya ada dua unsur pelayanan yang dinilai rendah oleh
masyarakat, yakni kedisiplinan petugas dan kecepatan pelayanan. Kedua unsur tersebut
memperoleh nilai 2,427 dan 2,380. Sehingga mutu pelayanannya mendapat predikat C
atau berkinerja kurang baik.
Secara agregat mutu pelayanan Puskesmas Banda Raya memperoleh predikat B
dan berkinerja baik, sama seperti Puskesmas Meuraxa. Akan tetapi, melihat angka IKM
masing-masing yang diperoleh dari masyarakat pengguna layanan, Puskesmas Banda
Raya dengan nilai IKM sebesar 73,24 sedikit dibawah Puskesmas Meuraxa.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-14
5.4. PDAM Tirta Daroy
Pelayanan air minum yang berkualitas merupakan dambaan warga kota. Tidak
dipungkiri, perkembangan Kota Banda Aceh yang pesat dalam beberapa tahun terakhir
berimplikasi signifikan terhadap peningkatan cakupan layanan air minum. Posisi Kota
Banda Aceh yang berada di wilayah pesisir mengakibatkan air minum bersumber dari
sumur tidak layak untuk dikonsumsi. Dengan demikian, mayoritas warga kota
memanfaatkan air bersih untuk berbagai keperluan rumah tangga dan aktivitas ekonomi
bersumber dari PDAM Tirta Daroy.
Sebanyak 150 orang pengguna layanan unit PDAM Tirta Daroy menyatakan
pendapatnya. Mereka terdiri atas 115 orang laki-laki dan 35 orang perempuan. Sebanyak
92persen berusia 21 tahun keatas dan pada umumnya berpendidikan minimal SMA (94,67
persen). Profesi responden tersebar pada beberapa profesi seperti PNS/TNI/POLRI,
pegawai swasta, dan wiraswasta/usahawan, serta sebagian berstatus lainnya.
Tabel 5.9
Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan PDAM Tirta Daroy Menurut Tempat Tinggal
Kecamatan Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
1. Kutaraja 11 6 17 2. Syiah Kuala 11 6 17
3. Ulee Kareng 10 7 17 4. Kuta Alam 10 7 17 5. Baiturrahman 14 3 17 6. Banda Raya 15 2 17 7. Jaya Baru 14 2 16 8. Lueng Bata 15 0 15
9. Meuraxa 15 2 17 Total 115 35 150
Sumber : Data Primer, 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-15
Dilihat dari komposisi tempat tinggal responden, dibuat formulasi agar setiap
wilayah kecamatan di Kota Banda Aceh memperoleh keterwakilan dalam unit pelayanan
ini. Mengingat keterbatasan biaya serta hal lainnya, masing-masing kecamatan
memperoleh wakil rata-rata sebanyak 17 responden. Dengan demikian, diharapkan dari
keterwakilan responden tersebut dapat memberikan penilaian yang objektif terhadap
kualitas pelayanan air minum yang selama ini diberikan PDAM Tirta Daroy Kota Banda
Aceh.
Tabel 5.10 Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan PDAM Tirta Daroy
Menurut Karakteristiknya
Karakteristik Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Kelompok Umur
<= 20 6 6 12
21-30 28 13 41
31-40 49 11 60
41-50 32 5 37
> 50 6 6 12
Tingkat Pendidikan
<= SD 1 0 1
SMP 4 3 7
SMA 48 8 56
D1-D4 27 14 41
S1 35 10 45
>= S2 0 0 0
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 16 12 28
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-16
Pegawai swasta 32 7 39
Wiraswasta/ usahawan
47 2 49
Pelajar/mahasiswa
1 1 2
Lainnya 19 13 32
Total 115 35 150
Sumber : Data Primer, 2012
Sebanyak 150 orang responden pada unit pelayanan PDAM Tirta Daroy menjawab
dan menyatakan pendapatnya pada setiap unsur pelayanan. Nilai unsur pelayanan
berkisar antara 2,073 (terendah) hingga 3,180 (tertinggi).
Beberapa unsur pelayanan yang memperoleh predikat kurang baik dari pengguna
layanan/masyarakat, meliputi kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan (2,07), kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan (2,187),
kedisiplinan petugas (2,200), kecepatan pelayanan (2,213), ketepatan pelaksanaan
(2,220), keadilan untuk mendapatkan pelayanan (2,280), dan kejelasan dan kepastian
petugas yang melayani (2,393).
Barangkali masyarakat pengguna layanan PDAM masih sering mendapati fakta
atas lambatnya respon keluhan layanan air. Responden sudah melaporkan gangguan
aliran air, namun respon petugas terlalu lambat. Mungkin juga seringkali terjadi
pelanggan harus membayar biaya terlalu besar tidak sesuai dengan meteran atau layanan
yang diterima. Air tidak mengalir kok disuruh membayar? Barangkali demikian keluhan
masyarakat pelanggan. Oleh karenanya, dari empat belas unsur pelayanan, hanya satu
unsur pelayanan yang mendapatkan nilai diatas 3, yakni unsur keamanan pelayanan
(3,180).
Secara agregat nilai IKM yang diperoleh PDAM Tirta Daroy bermutu C atau
berkinerja kurang baik. Tercatat masih ada 9 unsur pelayanan yang bermutu C (berkinerja
kurang baik). Sebanyak 6 unsur pelayanan berkinerja baik, dimana satu unsur pelayanan
bernilai diatas 3 yaitu keamanan pelayanan. Oleh karenanya nilai IKM unit pelayanan ini
sebesar 61,21 atau bermutu C yang terletak diantara rentang nilai 43,76 – 62,50. Secara
lebih rinci, hasil penilaian masyarakat terhadap kualitas pelayanan PDAM Tirta Daroy
Kota Banda Aceh sebagai berikut.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-17
Tabel 5.11 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan PDAM Tirta Daroy Kota Banda Aceh
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 150 2,707
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
150 2,840
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 150 2,393
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,200
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,120
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,647
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 150 2,213
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 150 2,280
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
150 2,647
10. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 150 2,187
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
150 2,073
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
150 2,220
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 150 2,573
14. Keamanan pelayanan di unit ini 150 3,180
Nilai IKM = 61,21 Kinerja = Kurang Baik
Sumber : Data Primer, 2012
Peningkatan cakupan layanan air minum bagi warga kota merupakan prioritas
Pemerintah Kota Banda Aceh dalam jangka menengah ke depan. Hal tersebut merupakan
bagian penting dalam mencapai tujuan pembangunan millenium (MDGs) pada tahun
2015. Akhir tahun 2011, PDAM Tirta Daroy telah memproduksi sebanyak 20.702.926 m3
dan mendistribusikan sebanyak 19.368.768 m3 air bersih. Hingga akhir Desember 2011,
jumlah pelanggan PDAM sebanyak 44.719, terdiri dari 36.821 pelanggan aktif dan 1.898
pelanggan tidak aktif.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-18
5.5. KPPTSP Kota Banda Aceh
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP) dibentuk sebagai
bentuk konkrit Pemerintah Kota Banda Aceh untuk memberikan pelayanan perizinan
secara cepat, efektif, dan efisien. Perizinan yang merupakan paling penting dalam
memulai usaha ataupun penanaman modal (investasi) dan aktivitas ekonomi lainnya di
Kota Banda Aceh harus dilayani secara cepat oleh KPPTSP.
Sebanyak 114 orang responden laki-laki dan 36 orang responden perempuan
menilai kinerja unit pelayanan KPPTSP Kota Banda Aceh. Pada umumnya mereka berusia
20 tahun keatas dan berpendidikan minimal SMA. Paling banyak berprofesi sebagai
wiraswasta/usahawan (78 orang) dan sebagai pegawai swasta (41 orang).
Tabel 5.12
Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan KPPTSP Menurut Karakteristiknya
Karakteristik Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) Kelompok Umur
<= 20 0 0 0
21-30 24 18 42
31-40 41 13 54
41-50 44 5 49
> 50 5 0 5
Tingkat Pendidikan
<= SD 0 0 0
SMP 2 0 2
SMA 27 5 32
D1-D4 34 13 47
S1 50 18 68
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-19
>= S2 1 0 1
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI 11 6 17
Pegawai swasta 25 16 41
Wiraswasta/ usahawan
71 7 78
Pelajar/mahasiswa
3 4 7
Lainnya 4 3 7
Total 114 36 150
Sumber : Data Primer, 2012
Jika diteliti lebih mendalam, ternyata tujuan pengguna pelayanan KPPTSP adalah
mengurus SITU (Surat Izin Tempat Usaha), mencapai 48,67 persen atau 73 responden.
Tujuan terbanyak lainnya adalah mengurus SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) yang
mencapai 25 responden (16,67 persen). Yang menarik ternyata 58,33 persen responden
perempuan bertujuan untuk mengurus SITU. Demikian pula responden laki-laki yang
mayoritas mengurus SITU sebesar 45,61 persen.
Tabel 5.13
Jumlah Responden Pada Unit Pelayanan KPPTSP Menurut Tujuan
Tujuan Jenis Kelamin
Total Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
HO 14 0 14
IMB 9 1 10
SITU 52 21 73
SIUP 22 3 25
TDP 10 3 13
Lainnya 7 8 15
Total 114 36 150
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-20
Sumber : Data Primer, 2012
Hampir semua responden menjawab pertanyaan setiap unsur pelayanan. Keempat
belas nilai unsur pelayanan berpredikat baik, tidak ada yang bernilai kurang baik ataupun
baik sekali. Oleh karenanya secara umum IKM unit pelayanan KPPTSP Kota Banda Aceh
memperoleh mutu pelayanan B atau berkinerja baik, dengan nilai sebesar 73,67.
Unsur pelayanan yang memperoleh nilai tertinggi adalah unsur keamanan
pelayanan, yakni 3,333. Ada 4 unsur pelayanan lainnya yang mendapatkan nilai 3 keatas,
keempat unsur tersebut dari yang tertinggi adalah unsur kesopanan dan keramahan
petugas, kenyamanan, kemampuan petugas, dan tanggung jawab petugas.
Sementara itu, tiga unsur pelayanan yang memperoleh nilai terbawah adalah
unsur kecepatan pelayanan (2,607) dan ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu
pelayanan (2,620). Ketiga adalah unsur kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan
biaya yang telah ditetapkan (2,793).
Dengan demikian masyarakat merasakan ketiga unsur tersebut yang kinerjanya
paling kurang. Oleh karenanya harus ditingkatkan dan diperbaiki, yaitu kecepatan
pelayanan, ketepatan waktu, serta kesesuaian biaya.
Tabel 5.14 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata
Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan KPPSTP Kota Banda Aceh
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 150 2,913
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
150 2,960
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 150 2,973
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 150 2,953
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 150 3,000
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 150 3,027
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 150 2,607
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 150 2,973
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
150 3,107
10. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 150 2,906
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya 150 2,793
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-21
yang telah ditetapkan
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
150 2,620
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 150 3,087
14. Keamanan pelayanan di unit ini 150 3,333
Nilai IKM = 73,67 Kinerja = Baik
Sumber : Data Primer, 2012 5.6. Unit Pelayanan Puskesmas (Meuraxa dan Banda Raya)
Unit pelayanan Puskesmas Meuraxa dan Puskesmas Banda Raya merupakan unit
pelayanan masyarakat yang melayani kesehatan. Terlepas dari perbedaan karakteristik
pengguna layanan, jika dibandingkan diantara keduanya, terlihat bahwa IKM Puskesmas
Meuraxa (76,29) lebih tinggi daripada IKM Puskesmas Banda Raya (73,24).
Semua unsur pelayanan di Puskesmas Meuraxa dinilai baik, bahkan hanya 3 unsur
pelayanan yang bernilai dibawah angka 3. Sebaliknya, di Puskesmas Banda Raya masih
terdapat 3 unsur pelayanan yang dinilai kurang oleh pengguna layanan dan hanya 5 unsur
dari 14 unsur layanan yang bernilai 3 keatas.
Disisi lainnya, ternyata unsur pelayanan kedisiplinan petugas dan kecepatan
pelayanan masih harus ditingkatkan di masa mendatang. Jika di Puskesmas Meuraxa
masih bermutu baik (walaupun nilainya berkurang), namun di Puskesmas Banda Raya
justru berkinerja kurang baik. Jika kedua unit pelayanan tersebut digabung, maka
diperoleh nilai pelayanan masing-masing unsur sebagai berikut:
Tabel 5.15
Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Unit Pelayanan Puskesmas (Meuraxa dan Banda Raya)
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 300 3,027
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
300 2,987
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 300 2,847
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 300 2,707
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 300 2,953
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 300 2,967
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-22
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 300 2,647
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 300 2,993
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
300 2,940
10. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 300 3,247
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
300 3,251
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
300 3,060
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 300 3,020
14. Keamanan pelayanan di unit ini 300 3,223
Nilai IKM = 74,76 Kinerja = Baik
Sumber : Data Primer, 2012
Semua unsur pelayanan bernilai B atau baik, namun ada unsur yang memperoleh
nilai kepuasan masyarakat terendah yakni unsur kecepatan pelayanan (2,647). Unsur
kedisiplinan petugas juga masih membutuhkan perbaikan mendasar (2,707), serta unsur
kejelasan dan kepastian petugas yang melayani (2,847).
Unsur pelayanan yang memperoleh nilai kepuasan terbaik dari kedua unit
pelayanan kesehatan ini adalah kewajaran biaya dan kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan. Keduanya memperoleh nilai 3,247 dan
3,251 yang berarti bermutu A atau berkinerja sangat baik. Secara agregat penilaian
kepuasan pelayanan masyarakat atas kedua unit pelayanan tersebut bermutu B atau
berkinerja baik, dengan nilai IKM gabungan sebesar 74,76.
5.7. Perbandingan Antarunit Pelayanan
Setelah dilakukan survei atas kinerja pelayanan pada 4 unit pelayanan pemerintah
(dan BUMD), terlihat fakta penilaian masyarakat atas kepuasan pelayanannya. Dilihat
dari nilai IKM, maka pelayanan pada keempat unit pelayanan masyarakat yaitu
Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, dan KPPTSP bermutu B
atau berkinerja baik. Namun, secara empiris keempat unit pelayanan itu memiliki nilai
yang berbeda.
Secara berurutan dari yang tertinggi nilai IKM adalah Puskesmas Meuraxa
(76,29), KPPTSP (73,67), Puskesmas Banda Raya (73,24), dan PDAM Tirta Daroy (61,21).
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-23
Andaikan penilaian kepuasan masyarakat pada keempat unit pelayanan tersebut
digabung, maka akan terlihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 5.16 Jumlah Responden yang Menjawab dan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan
pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
Unsur Pelayanan n Nilai Unsur Pelayanan
1. Kemudahan prosedur pelayanan di unit ini 600 2,918
2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya
600 2,943
3. Kejelasan dan kepastian petugas yang melayani 600 2,765
4. Kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan 600 2,642
5. Tanggung jawab petugas dalam memberikan pelayanan 600 2,757
6. Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan 600 2,902
7. Kecepatan pelayanan di unit ini 600 2,528
8. Keadilan untuk mendapatkan pelayanan di unit ini 600 2,810
9. Kesopanan dan keramahan petugas dalam memberikan pelayanan
600 2,908
10. Kewajaran biaya untuk mendapatkan pelayanan 600 2,896
11. Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
600 2,841
12. Ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan
600 2,740
13.Kenyamanan di lingkungan unit pelayanan 600 2,925
14. Keamanan pelayanan di unit ini 600 3,240
Nilai IKM = 71,10 Kinerja = Baik
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel diatas menunjukkan bahwa unsur pelayanan keempat belas, yaitu keamanan
pelayanan memperoleh nilai tertinggi (3,240). Unsur pelayanan ini bermutu B atau
berkinerja baik, sama dengan ketiga belas unsur pelayanan lainnya. Meskipun ketiga belas
unsur lainnya juga bermutu B atau berkinerja baik, namun setidaknya ada tiga unsur yang
nilainya paling rendah daripada unsur pelayanan lainnya. Kedua unsur pelayanan
tersebut adalah kecepatan pelayanan yang bernilai 2,528 dan ketepatan pelaksanaan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-24
terhadap jadwal waktu pelayanan yang memperoleh nilai 2,740. Sedangkan unsur ketiga
adalah kedisiplinan petugas dalam memberikan pelayanan yang bernilai 2,642.
Secara umum agregat nilai IKM untuk gabungan keempat unit pelayanan adalah
sebesar 71,10. Artinya bermutu B dan berkinerja baik. Namun demikian, sebagai unit
pelayanan masyarakat, setiap unit pelayanan wajib memperbaiki kinerjanya sebaik
mungkin agar memperoleh mutu A atau kinerja sangat baik. Hal ini bukan semata-mata
penilaian administrasi semata, akan tetapi kepuasan masyarakat atas layanan yang
diterimanya. Hal ini bukan tidak mungkin dicapai, karena salah satu dari unsur pelayanan
tersebut (unsur keempat belas) hampir berhasil mencapai predikat tertinggi (A=sangat
baik). Unsur ini hanya kurang poin sebesar 0,001, andaikan angka desimalnya hanya 2
angka, maka unsur pelayanan ini berpredikat sangat baik atau bermutu A. Sudah tentu
menjadi harapan masyarakat pengguna layanan dan tujuan penyelenggara untuk
mencapai kualitas tersebut, semoga.
Gambar 5.4
Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-25
Sumber : data primer, 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH V-26
Gambar 5.5
Nilai IKM pada Empat Unit Pelayanan (Puskesmas Meuraxa, Puskesmas Banda Raya, PDAM Tirta Daroy, KPPTSP)
Sumber : data primer, 2012
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH VI-1
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan bab-bab sebelumnya, dirangkum beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kota Banda Aceh pada tahun 2012 secara
keseluruhan (overall) atau gabungan dari unit pelayanan, meliputi Pukesmas
(Meuraxa dan Banda Raya), PDAM Tirta Daroy, dan KPPTSP adalah sebesar 71,10.
Merujuk pada ketentuan SK Men-PAN No.KEP/25/M.PAN/2/2004, angka
tersebut termasuk dalam nilai mutu pelayanan kategori B , yang berarti bahwa
kinerja unit pelayanan publik di Kota Banda Aceh secara umum dalam kategori
baik.
2. Nilai IKM atas pelayanan Puskesmas Meuraxa sebesar 76,29 atau berpredikat B
(baik). Meskipun mutu pelayanan unit tersebut telah berpredikat B (baik), masih
ada 3 unsur pelayanan yang nilainya dibawah rata-rata, terutama yakni
kedisiplinan petugas, kecepatan pelayanan, serta kesopanan dan keramahan
petugas. Karena itu, unsur pelayanan tersebut harus ditingkatkan sehingga
tercapainya mutu pelayanan dengan predikat A (sangat baik) di masa mendatang.
3. Untuk Puskesmas Banda Raya, nilai IKM yang diperoleh berkategori B (berkinerja
baik). Akan tetapi, melihat angka IKM masing-masing yang diperoleh dari
masyarakat pengguna layanan, Puskesmas Banda Raya dengan nilai IKM sebesar
73,24 sedikit dibawah Puskesmas Meuraxa. Unsur pelayanan yang masih dibawah
nilai rata-rata dan harus ditingkatkan kualitasnya, meliputi kedisiplinan petugas,
kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan, kejelasan, dan kepastian petugas
pelayanan, serta kesopanan dan keramahan petugas.
4. IKM unit pelayanan KPPTSP Kota Banda Aceh memperoleh mutu pelayanan B
atau berkinerja baik, dengan nilai sebesar 73,67. Nilai unsur pelayanan tertinggi
adalah keamanan pelayanan, yakni 3,333. Unsur pelayanan lainnya bernilai 3
keatas mencakup unsur kesopanan dan keramahan petugas, kenyamanan,
kemampuan petugas, dan tanggung jawab petugas. Terdapat 3 unsur pelayanan
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH VI-2
yang harus ditingkatkan kualitasnya, meliputi unsur kecepatan pelayanan,
ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan, dan kesesuaian antara
biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
5. Hasil wawancara dengan warga kota mengungkapkan bahwa nilai IKM PDAM
Tirta Daroy kategori C atau berkinerja kurang baik. Nilai IKM-nya sebesar 61,21
atau terletak diantara rentang nilai 43,76-62,50. Unsur pelayanan yang bermutu C
atau berkinerja kurang baik, meliputi kesesuaian dan kewajaran biaya, ketepatan
pelaksanaan pelayanan, kecepatan pelayanan, keadilan, tanggung jawab,
kedisiplinan, dan kejelasan dan kepastian petugas pelayanan. Sebanyak 6 unsur
pelayanan berkinerja baik, dimana satu unsur pelayanan bernilai diatas 3 yaitu
keamanan pelayanan. Oleh karena itu, unsur pelayanan bernilai IKM baik patut
dipertahankan dan yang bernilai IKM rendah harus menjadi perhatian serius
untuk ditingkatkan kualitas pelayanannya.
6.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, direkomendasikan beberapa hal dan upaya ke
depan perbaikan pelayanan publik di Kota Banda Aceh antara lain sebagai berikut :
1. Unsur-unsur pelayanan yang sudah berkinerja baik agar terus dipertahankan;
2. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas Meuraxa, beberapa hal
yang menjadi prioritas perbaikan ke depan, meliputi kedisiplinan petugas,
kecepatan pelayanan, serta kesopanan dan keramahan petugas. Ketiga unsur
tersebut di nilai sangat penting agar pelayanan kesehatan berjalan dengan baik
dan cepat. Lebih lanjut, fasilitas pendukung Puskesmas, seperti air bersih juga
diupayakan tersedia;
3. Unsur pelayanan yang harus ditingkatkan kualitasnya di Puskesmas Banda Raya,
mencakup : kedisiplinan petugas, kecepatan pelayanan, ketepatan pelayanan,
kejelasan, dan kepastian petugas pelayanan, serta kesopanan dan keramahan
petugas;
4. Di KPPTSP, unsur pelayanan yang harus ditingkatkan kualitasnya, meliputi unsur
kecepatan pelayanan, ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan,
dan kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH VI-3
5. Di PDAM Tirta Daroy, beberapa unsur pelayanan yang harus diperbaiki mencakup
kesesuaian dan kewajaran biaya, ketepatan pelaksanaan pelayanan, kecepatan
pelayanan, keadilan, tanggung jawab, kedisiplinan, dan kejelasan dan kepastian
petugas pelayanan;
6. Perlunya perbaikan pencatatan secara manual oleh petugas mengenai tingkat
pemakaian air oleh pelanggan;
7. Pelayanan air bersih berkualitas merupakan prioritas pembangunan Pemerintah
Kota Banda Aceh selama lima tahun ke depan. Karena itu, PDAM Tirta Daroy
harus berupaya meningkatkan pasokan air bersih yang merata dan lancar di setiap
kecamatan di Kota Banda Aceh. Dengan demikian, diharapkan ke depan bahwa
kecepatan dan keadilan pelayanan air bersih semakin meningkat kualitas
kinerjanya;
8. Perlunya sosialisasi kepada warga kota tentang pentingnya Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan Pemerintah
Kota Banda Aceh. Hal tersebut untuk menggugah kesadaran warga kota untuk
terus memberikan saran dan kritik yang objektif terhadap perbaikan kualitas
pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh;
9. Ke depan, sepatutnya evaluasi IKM dilakukan minimal empat bulan sekali atau
tiga kali dalam setahun, dengan memperhatikan jumlah penerima pelayanan. Hal
tersebut dilakukan untuk mewujudkan pelayanan prima (exellent service) dalam
arti memenuhi harapan dan kebutuhan baik bagi pemberi maupun penerima
pelayanan.
Evaluasi Indeks/Tingkat Kepuasan Masyarakat (TKM) Terhadap Pelayanan Pemerintah Kota Banda Aceh
BAPPEDA KOTA BANDA ACEH
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2006, Banda Aceh Dalam Angka 2005, Banda Aceh. ....................................., 2007, Banda Aceh Dalam Angka 2006, Banda Aceh. ....................................., 2010, Banda Aceh Dalam Angka 2010, Banda Aceh. ....................................., 2011, Banda Aceh Dalam Angka 2011, Banda Aceh. ....................................., 2012, Banda Aceh Dalam Angka 2012, Banda Aceh. ....................................., 2012, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Banda Aceh Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011, Banda Aceh. Hossein , Bhenyamin, 1995. Otonomi Daerah: Menuju Kepemerintahan yang
Baik Guna Pemberdayaan Sosial-Ekonomi Masyarakat. Makalah yang diajukan dalam Seminar Nasional yang diajukan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiah Jakarta, pada tanggal 17 Juni 2000 di Century Park, Senayan.
Kepmen PAN No. 25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Kepmen PAN No. 63/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah. Lovelock, C and Lauren K Wright, 2005, Manajemen Pemasaran Jasa (Terjemahan),
PT Indeks Kelompok Gramedia Osborn, D and Ted Gabler, 1995, Reinventing Government : How the
Entrepreneurial Spirit is transforming the Publik Sector. Soeprihanto, John, 2001, Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan, BPFE,
Edisi Pertama, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 2006, Manajemen Jasa, Cetkan ketiga, Penerbit Andi, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 1997, Prinsip-prinsip Total Quality (TQS), Yogyakarta : Penerbit
ANDI.