EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA … · DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI...
Transcript of EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA … · DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI...
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 NON KOMPLIKASI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2009-MARET 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dian Verina Indriani
06 8114 080
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 NON KOMPLIKASI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI
YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2009-MARET 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Dian Verina Indriani
06 8114 080
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
Tugas kita sebagai manusia hanyalah berusaha memberikan
yang terbaik, namun apa yang terjadi dalam hidup kita
biarlah DIA yang mengatur sesuai rencanaNYa. RencanaNya
lah yang terjadi padaku, bukan rencanaku..
Saat segalanya terasa tidak mungkin untuk dihadapi, dan
sudah tak ada lagi kekuatan untuk menghadapi semuanya
sendiri… Percaya pada kekuatan Tuhan.. With God All
Things Are Possible
Kesuksesan tidak hanya dinilai dari hasil, namun
bagaimana seseorang bertanggung jawab dan berusaha
pada proses yang dihadapi. Seorang yang sukses adalah
orang yang dapat bangkit dari kegagalannya..
Inilah hasil kerja kerasku selama ini,dan ini semua
kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesusku….
Orang tuaku...
Keluarga besarku..
Sahabat-sahabat dan Almamaterku….
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, berkat, dan perlindunganNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010”. Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu sebagai berikut.
1. Tuhan Yesus Kristus yang atas segala berkatNya selalu menyertai penulis
dalam sepanjang melakukan penelitian ini. Selalu setia mendampingi dan
menyertai dalam segala upaya penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingan dan
arahan selama penulis melakukan pembelajaran di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu dr. Luciana Kuswibawati M.,Kes. selaku dosen pembimbing atas arahan,
dukungan, semangat, serta kesabarannya selama proses penyusunan skripsi.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji atas dukungan,
kritik, arahan, masukan serta semangat yang diberikan kepada penulis.
5. Ibu Rita Suhadi, M.Si.,Apt. selaku dosen penguji skripsi atas arahan,
masukan, kritik, dan semangat yang diberikan kepada penulis.
viii
6. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
7. Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta (dr. FX.
Suharnadi, Sp.PD. dan dr. Nugroho Isti D., Sp.PD.), Kepala beserta staf
Bagian Personalia dan Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta atas bantuan dan dukungannya.
8. Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
yang secara tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
9. Seluruh dosen pengajar, staf, dan laboran atas dukungan dan bantuannya
selama penulis menjalani pembelajaran di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.
10. Untuk ayahku dan nenekku tersayang Alm. Mulyono Sudi Raharjo dan Alm.
Song Tjuan Tien yang selama hidupnya selalu memberikan yang terbaik untuk
penulis dan mendoakan agar penulis bisa menjadi orang yang berhasil kelak.
11. Untuk ibuku Christiana Indriani yang selalu memberikan dukungan, kasih
sayang, materi, dan doanya kepada penulis.
12. Untuk adikku Dito Raharjo atas semangat, keceriaan, dan dukungannya
kepada penulis serta seluruh keluarga besar atas dukungannya.
13. Untuk Romo In Nugroho yang sudah menjadi inspirasi dan memberikan
motivasi bagi penulis agar pantang menyerah dalam menjalani proses
penyelesaian skripsi ini.
14. Untuk Lia Grape, Jayanti Micel, Riri, Yeni, Agatha Dessynta Putri, Felix,
Nanda, Yashinta Widyaningtyas, dan Kristian Bayu atas dukungan, bantuan,
ix
kebersamaan dan kesetiaannnya untuk selalu memotivasi penulis serta
mendengar curahan hati penulis selama ini.
15. Teman-temanku Anton, Meli, Fea, Lilis, Laura Julia, Fransisca Desiana,
Ervina Sumaharyana, Yuniar Handayani untuk dukungan, bantuan,
pendewasaan yang telah diberikan kepada penulis.
16. Teman-teman kos Amakusa Meli, Citra, Yohana, Mayke, Lia, Berta, Adel,
Retha, Titin, Ana, Yemi, Ratih, Herta, Uut, Metri, Dewi, dan kakak-kakak
angkatan yang pernah tinggal di kos Amakusa.
17. Teman-teman Co Fasilitator dan Fasilitator PPKM 2008 dan 2009 atas
pendewasaan dan pembelajaran yang mengubah kepribadian dari penulis.
18. Panitia Titrasi 2007, 2008, 2009, dan anak-anak 2008 Titrasi kelompok 9 atas
kenangan, semangat, motivasi, dan pelajaran yang diperoleh.
19. Teman-teman KKN kelompok 29 angkatan XXXIX Iphi, Agnes, Rita, Rosa,
Teguh, Benny, Wahyu, Pak Tri selaku DPL, dan seluruh warga Mejing atas
semangat, kebersamaan yang pernah dilalui bersama penulis.
20. Seluruh teman-teman angkatan 2006, FKK 2006 khususnya atas keceriaan dan
kebersamaan yang pernah dilalui bersama.
21. Serta pihak-pihak lain yang membantu penulis yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmatNya kepada seluruh
pihak yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Dengan segala
kerendahan hati Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu Penulis menerima kritik, saran, dan koreksi dari berbagai pihak untuk
x
menjadikan skripsi ini lebih baik. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi banyak
pihak.
Yogyakarta,11 Agustus 2010
Penulis
xii
INTISARI
Diabetes melitus (DM) menurut WHO 1999 adalah suatu penyakit ataugangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengantingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Diabetes yang tidakterkontrol dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronis. Untuk mencegahterjadinya komplikasi, obat berperanan penting dalam proses pengobatannyasehingga perlu dilakukan evaluasi Drug Related Problems pada DM tipe 2.
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian non eksperimentaldengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data yangdigunakan adalah lembar rekam medik pasien DM tipe 2. Data yang diperolehdianalisis dengan metode subjective, objective, assessment, plan denganmenggunakan literatur yaitu Drug Information Handbook (DIH) edisi 14, MIMSIndonesia edisi 7 2007/2008, Drug Interaction Facts (DIF), ISO Indonesiavolume 44 2009/2010, dan Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000.
Kasus yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 14 kasus. Presentase umurpaling banyak pada umur >49-≤59 tahun (36%), untuk jenis kelamin palingbanyak adalah wanita (71%). Terdapat 9 kelas terapi dengan penggunaan obatyang mempengaruhi sistem hormonal (93%). Dari hasil evaluasi menunjukkanDRPs interaksi obat terjadi sebesar 29%, ADR sebesar 7%, butuh obat sebesar14%, dan tidak butuh obat sebesar 7%. Pasien meninggalkan rumah sakit dalamkeadaan membaik dan diijinkan pulang sebanyak 71%.
Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, non komplikasi, drug related problems(DRPs)
xiii
ABSTRACT
According to WHO 1999 diabetes mellitus (DM) is a chronic diseaseor metabolic disorder with multiple etiologies characterized by high blood sugarlevels along with impaired metabolism of carbohydrates, lipids and proteins as aresult of insufficiency of insulin function. Uncontrolled diabetes can cause acuteand chronic complications. To prevent complications, an important role in thedrug treatment process that needs to be evaluated Drug Related Problems in type 2diabetes.
This study used non-experimental research methodology withretrospective descriptive evaluative design. The data used were sheets of medicalrecords of patients with type 2 diabetes mellitus. The data obtained were analyzedby subjective, objective, assessment, plan method using literature of DrugInformation Handbook (DIH) 14th edition, 7th edition of MIMS Indonesia2007/2008, Drug Interaction Facts (DIF), volume 44 Indonesian ISO 2009/2010,and Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000.
Cases that met the inclusion criteria of 14 cases. Percentage age atmost at age over 49 - ≤ 59 years (36%), for the gender of most are woman (71%).There are nine classes with the use of drug therapies that affect the hormonalsystem (93%). From the results of the evaluation showed DRPs drug interactionsoccur at 29%, ADR of 7%, 14% needed medication, and do not need drugsamounted to 7%. The patient left the hospital in better condition and allowed to gohome as much as 71%.
Key word : diabetes mellitus type 2, non complications, drug related problems(DRPs)
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….……………..v
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYAI LMIAH……………………………….vi
PRAKATA…………..…………………………………………………………...vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………….xi
INTISARI………………………………………………………………………..xii
ABSTRACT………………………..……………………………………………..xiii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xiv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xviii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..xxiii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xxiv
BAB I. PENGANTAR…………………………………………………………....1
A. Latar Belakang………………………………………………………………...1
1. Perumusan masalah………………………………………………………..3
2. Keaslian penelitian………………………………………………………...4
3. Manfaat penelitian…………………………….…………………………...6
a. Manfaat teoritis...………………………….…………………………..6
b. Manfaat praktis………………………………………………………..6
B. Tujuan Penelitian…………………………………………...…………………7
xv
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA……………………….…………………..8
A. Drug Related Problems………………………………………………………..8
B. Diabetes Melitus………………………..…………………………...………..10
1. Definisi…………………………………………………………………...10
2. Klasifikasi………………………………………………………...……...10
3. Diagnosis…………………………………………………………………11
4. Manifestasi klinis………………………………………………………...12
5. Patogenesis………………………………………………………............13
6. Komplikasi……………………………………………………………….14
7. Penatalaksanaan dan terapi DM………………………………………….15
C. Keterangan Empiris…………………………………………………………..27
BAB III. METODE PENELITIAN……..……………………………………..28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………...28
B. Definisi Operasional………………………………………………………….28
C. Subyek Penelitian…………………………………………………………….29
D. Bahan Penelitian…..………………………………………………………….30
E. Lokasi Penelitian……………………………………………………………..30
F. Tata Cara Penelitian………………………………………………………….30
a. Persiapan…………………………………………………………………30
b. Pengambilan data………………………………………………………..31
c. Analisis data……………………………………………………………...31
d. Pembahasan kasus………………………………………………………..32
xvi
G. Kesulitan Penulis……………………………………………………………..32
H. Analisis hasil…………………………………………………………………32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….……....33
A. Gambaran Karakteristik..……………………………………………….……33
1. Jenis kelamin…………………………………………………….……….33
2. Umur………………………………………………………….………….34
B. Profil Obat…………………………………………………………………....34
1. Kelas terapi……………………………………………………………....34
2. Golongan obat……………………………………………………………36
a. Obat yang mempengaruhi sistem hormon………………....………...37
b. Obat kardiovaskular…………………………………………...……..38
c. Antibiotik………………………………………………………..…...40
d. Obat analgesik dan antipiretik…………………………………….....41
e. Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat…...………...………..42
f. Obat saluran pernafasan……………………………………...………43
g. Obat saluran cerna……………………………………………………43
h. Obat untuk penyakit kulit………………………………………….....44
i. Gizi dan nutrisi…………………………………………………...…..45
C. Evaluasi DRPs……………………………………………………………..…46
D. Kondisi pasien saat keluar RS………………………………………………..51
E. Rangkuman pembahasan…………………………………………………….53
BAB V. Kesimpulan Dan Saran……………….…………………………….…56
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..56
xvii
B. Saran………………………………………………………………………….57
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...58
LAMPIRAN……………………………………………………………………..60
BIOGRAFI PENULIS.…………………………………………………………95
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tabel Sasaran Terapi dari Pengobatan DM….…………………..16
Tabel II. Kisaran Sasaran Kadar Glukosa Darah..........................................19
Tabel III. Batas Kadar Glukosa Darah Puasa Untuk Memulai Terapi Insulin
Drip Intravena………………………………...…..……………...19
Tabel IV. Protokol Terapi Insulin Infus Intravena...………………………..20
Tabel V. Protokol Terapi Insulin Subkutan..................................................21
Tabel VI. Sediaan Insulin yang Umum Digunakan.......................................22
Tabel VII. Mekanisme Kerja, Efek Samping Utama, dan Pengaruh Terhadap
Penurunan A1C………………………………………...……..….26
Tabel VIII. Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon pada
Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…38
Tabel IX. Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…………..………40
Tabel X. Penggunaan Obat Antbiotik pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010...............................41
Tabel XI. Penggunaan Obat Analgesik Antipiretik pada Pasien DM Tipe 2
Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010..………………….42
xviii
Tabel XII. Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Susunan Saraf Pusat pada
Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010....43
Tabel XIII. Penggunaan Obat Saluran Pernafasan pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…….......................43
Tabel XIV. Penggunaan Obat Saluran Cerna pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010...…………………44
Tabel XV. Penggunaan Obat Penyakit Kulit pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010………………..….45
Tabel XVI. Penggunaan Gizi dan Nutrisi pada Pasien DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…...……………....45
Tabel XVII. Presentase Kasus DRP yang Teridentifikasi pada Pasien DM Tipe
2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-maret 2010 …...……………...47
Tabel XVIII. Kejadian DRPs ADR pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010...………..………. 47
Tabel XIX. Kejadian DRPs Interaksi Obat Tambahan pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
xix
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret
2010................................................................................................49
Tabel XX. Kejadian DRPs Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010...............................50
Tabel XXI. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010.......................51
Tabel XXII. Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Non Komplikasi di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009- Maret 2010………………………….........53
Tabel XXIII. Ringkasan Drug related Problems………………………….........54
Tabel XXIV. Evaluasi DRPs Kasus 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................60
Tabel XXV. Evaluasi DRPs Kasus 2 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................61
Tabel XXVI. Evaluasi DRPs Kasus 3 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................66
xx
Tabel XXVII. Evaluasi DRPs Kasus 4 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................68
Tabel XXVIII.Evaluasi DRPs Kasus 5 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................70
Tabel XXIX. Evaluasi DRPs Kasus 6 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................73
Tabel XXX. Evaluasi DRPs Kasus 7 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................75
Tabel XXXI. Evaluasi DRPs Kasus 8 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................77
Tabel XXXII. Evaluasi DRPs Kasus 9 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................79
Tabel XXXIII.Evaluasi DRPs Kasus 10 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................81
xxi
Tabel XXXIV.Evaluasi DRPs Kasus 11 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................83
Tabel XXXV. Evaluasi DRPs Kasus 12 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................85
Tabel XXXVI.Evaluasi DRPs Kasus 13 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010..................................................88
Tabel XXXVII. Evaluasi DRPs Kasus 14 Diabetes Melitus Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010...............................90
Tabel XXXVIII.Nilai Normal Hasil Laboratorium................................................93
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi
Berdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010……….33
Gambar 2. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi
Berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…………………...34
Gambar 3. Diagram Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari 2009-Maret 2010…..…………………………………….35
Gambar 4. Kejadian DRPs pada Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Januari 2009-Maret 2010………………………………………...51
Gambar 5. Alasan Meninggalkan Rumah Sakit pada DM Tipe 2 Non
Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010…………………..52
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Data dan Analisis DRPs Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-
Maret 2010…………………………………………………………………….....60
Hasil Wawancara Penulis dengan Dokter Mengenai Standar Pengobatan DM Tipe
2 Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta...………………………....94
Biografi Penulis….......…………………………………………………………...95
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) menurut WHO 1999 adalah suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,
lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya
sel-sel tubuh terhadap insulin (Anonim, 2005).
Prevalensi penderita DM pada tahun 2000 menurut WHO adalah 171
juta orang dan jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 366 juta orang pada
tahun 2030 (WHO, 2006). Menurut Departemen Kesehatan tahun 2003, diabetes
melitus untuk rawat inap menduduki urutan ke-8 dari 10 penyebab penyakit utama
di sumah sakit Indonesia. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Litbang Depkes
yang hasilnya dikeluarkan Desember 2008 menunjukkan bahwa prevalensi
nasional untuk Toleransi Glukosa Terganggu 10,25% dan diabetes 5,7% (1,5%
terdiri dari pasien diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan
sisanya 4,2% baru diketahui diabetes saat penelitian). Angka tersebut diambil dari
hasil penelitian di seluruh provinsi (Suyono, 2009).
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup (Soegondo, 2006). Diebetes yang tidak terkontrol dapat
2
menyebabkan komplikasi akut dan kronis (Anonim, 2005). Komplikasi akut
meliputi hipoglikemi, diabetes ketoasidosis dan hiperosmolar non ketotik,
sedangkan komplikasi kronis meliputi komplikasi makrovaskuler (retinopati,
neuropati, nefropati) dan komplikasi makrovaskuler (Triplitt, Reasner, dan Isley,
2005).
Untuk mencegah terjadinya komplikasi, diperlukan pengelolaan dan
penanganan DM secara multidisiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi
obat. Obat mempunyai peran yang penting dalam pelayanan kesehatan.
Diperlukan pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit.
Penggunaan obat harus dilakukan secara benar agar memberikan manfaat klinis
yang optimal (Anonim, 2005). Pemberian obat dalam pengobatan pasien DM
merupakan salah satu penentu keberhasilan terapi. Adanya Drug Related
Problems akibat terapi obat akan mengganggu keberhasilan yang diharapkan
(Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. Rumah
Sakit Panti Rini merupakan rumah sakit tipe pratama. Rumah Sakit Panti Rini
memiliki pelayanan dasar, umum dan gigi serta pelayanan medik spesialistik 4
dasar sesuai dengan standar minimal rumah sakit kelas pratama yaitu Spesialis
Penyakit Dalam, Kebidanan dan Kandungan, Bedah dan Penyakit Anak. Rumah
Sakit Umum Swasta Pratama adalah rumah sakit umum swasta yang memberikan
pelayanan medik bersifat umum setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D,
yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100. Berdasarkan data
3
yang didapat dari bagian rekam medis Rumah Sakit Panti Rini, DM menduduki
urutan ke-7 dalam urutan 10 penyakit terbesar di Rumah Sakit Panti Rini selama
tahun 2009. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi terhadap pengobatan
diabetes melitus di rumah sakit tersebut. Penelitian dilakukan pada pasien instalasi
rawat inap karena proses terapi yang dilakukan pada pasien rawat inap lebih
terkontrol dan kemajuan terapi dapat teramati dengan baik.
1. Perumusan masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
a. Seperti apakah gambaran karakteristik pasien diabetes melitus tipe 2 non
komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Januari 2009-Maret 2010 berdasarkan umur dan jenis kelamin?
b. Seperti apakah profil obat pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-
Maret 2010 berdasarkan kelas terapi dan golongan obat?
c. Apakah ada Drug Related Problems (DRPs) seperti butuh obat (need for
additional drug therapy), tidak butuh obat (unnecessary drug therapy), obat
salah (wrong drug), dosis kurang (dosage too low), dosis berlebih (dosage too
high), munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse
drug reaction), dan adanya interaksi obat (drug interaction) pada pengobatan
diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Panti Rini periode Januari 2009-Maret 2010 ?
4
d. Seperti apakah kondisi pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-
Maret 2010 saat meninggalkan rumah sakit?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran penulis, penelitian mengenai Drug Related Problems
(DRPs) pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 belum
pernah dilakukan. Penelitian mengenai evaluasi Drug Related Problems DM tipe
2 yang sudah ada antara lain seperti di bawah ini.
a. Analisis Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di
Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta 2003 oleh Flora
pada tahun 2003.
b. Kajian Pemilihan Obat Hipoglikemik Oral pada terapi Pasien Diabetes
Melitus Tipe-2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
pada Periode November-Desember 2002 oleh Frederikus pada tahun 2004.
c. Studi Literatur Efek Samping dan Interaksi Obat Pada Penderita Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin dengan Satu Penyakit Penyerta di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta oleh Lina pada tahun 2004.
d. Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002 oleh
Fransisca pada tahun 2004.
5
e. Pola Peresepan Obat Hipoglikemi dan Studi Literature Interaksi Obat pada
Pasien Diabetes Melitus Rawat Inap di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Januari-Maret 2002 oleh Marcellina pada tahun 2004.
f. Evaluasi Pengobatan Pasien Diabetes Melitus dengan Komplikasi
Ulkus/Gangren di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Juli-Desember 2005 oleh Antonia Ari pada tahun 2007.
g. Evaluasi Pengobatan Pada Kasus Diabetes Melitus Dengan Komplikasi
Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Periode Tahun 2005 oleh Riana pada tahun 2007.
h. Evaluasi Drug-Related Problems pada Peresepan pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 dengan Komplikasi Ischemic Heart Disease di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari 2005-Desember 2007
oleh Niken pada tahun 2008.
i. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum DR. Sardjito Yogyakarta
Periode Tahun 2007-2008 oleh Antonia Vita pada tahun 2009.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang peneliti
sebutkan di atas dalam hal rumah sakit yang diteliti, jenis komplikasi, tahun
pengambilan data dan hasil DRPs.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi
tentang Drug Related Problems pada pengobatan diabetes melitus tipe 2 non
6
komplikasi pada pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
periode Januari 2009-Maret 2010.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, dan referensi untuk
bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat pada umumnya dan khususnya pada penderita diabetes melitus tipe 2
di instalasi rawat inap.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut ini.
a. Mengetahui gambaran karakteristik pasien diabetes melitus non komplikasi
tipe 2 non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 berdasarkan umur dan jenis
kelamin.
b. Mengetahui profil obat pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-
Maret 2010 berdasarkan kelas terapi dan golongan obat.
c. Mengetahui ada atau tidaknya Drug Related Problems (DRPs) seperti : butuh
obat (need for additional drug therapy), tidak butuh obat (unnecessary drug
therapy), obat salah (wrong drug), dosis kurang (dosage too low), dosis
berlebih (dosage too high), munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek
samping obat (adverse drug reaction), dan adanya interaksi obat (drug
interaction) pada pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di instalasi
7
rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret
2010.
d. Mengetahui kondisi pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret
2010 saat meninggalkan rumah sakit.
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Drug Related Problems
Drug related problem (DRP) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan
dari pengalaman pasien akibat terapi obat sehingga mengganggu keberhasilan
penyembuhan yang diharapkan (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).
Kategori DRP yaitu sebagai berikut ini.
1. Membutuhkan obat tapi tidak menerimanya
Yaitu pasien membutuhkan obat tambahan misalnya untuk profilaksis atau
premedikasi, memiliki penyakit kronik yang memerlukan terapi kombinasi
untuk menghasilkan efek sinergis atau potensiasi dan atau ada kondisi
kesehatan baru yang memerlukan terapi obat.
2. Menerima obat tanpa indikasi yang sesuai
Hal ini dapat terjadi karena sebagai berikut: menggunakan obat tanpa indikasi
yang tepat, dapat membaik kondisinya dengan terapi non obat, minum
beberapa obat padahal hanya satu terapi obat yang diindikasikan dan atau
minum obat untuk mengobati efek samping.
3. Menerima obat yang salah
Kasus yang mungkin terjadi adalah obat tidak efektif, alergi, adanya resiko
kontraindikasi, resisten terhadap obat yang diberikan, kombinasi obat yang
tidak perlu dan atau obat bukan yang paling aman.
4. Dosis terlalu besar
9
Beberapa penyebabnya adalah dosis salah, frekuensi tidak tepat, jangka waktu
tidak tepat dan adanya interaksi obat.
5. Dosis terlalu kecil
Penyebabnya antara lain dosis terlalu kecil untuk menghasilkan respon yang
diinginkan, jangka waktu terapi terlalu pendek, pemilihan obat, dosis, rute
pemberian, dan sediaan obat tidak tepat.
6. Pasien mengalami adverse drug reaction
Penyebab umum untuk kategori ini adalah pasien menerima obat yang tidak
aman, pemakaian obat yang tidak tepat, interaksi dengan obat lain, dosis
dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat sehingga menyebabkan adverse drug
reaction dan atau pasien mengalami efek yang tidak dikehendaki yang tidak
diprediksi.
7. Pasien mengalami kondisi keadaan yang tidak diinginkan akibat tidak minum
obat secara benar (non compliance)
Beberapa penyebabnya adalah obat yang dibutuhkan tidak ada, pasien tidak
mampu membeli, pasien tidak memahami instruksi, pasien memilih untuk
tidak mau minum obat karena alasan pribadi dan atau pasien lupa minum obat
(Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).
Farmasis mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi, mencegah
dan memecahkan Drug Related Problem (DRP), walaupun hal tersebut tidak
selalu mudah dicapai. Faktor kepatuhan pasien ikut bertanggung jawab atas
kesembuhannya. Sebab itu farmasis juga harus dapat memberikan konseling,
edukasi dan informasi kepada pasien (Cipolle, Strand, dan Morley, 1998).
10
B. Diabetes Melitus
1. Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2005), diabetes
melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Diabetes melitus merupakan sekelompok gangguan metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia di mana terjadi penyimpangan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang dapat mengakibatkan komplikasi penyakit
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
2. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus secara etiologis yaitu sebagai berikut ini.
a. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes tipe 1 sangat sering terjadi pada anak remaja tetapi kadang-
kadang juga terjadi pada otang dewasa, khususnya yang non-obesitas dan
mereka berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali.
Merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena
hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat
dan sel-sel β pankreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik. Oleh
karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah (Katzung, 1995).
11
b. Diabetes melitus tipe 2
Merupakan tipe diabetes melitus yang disebabkan karena kebutuhan
insulin dalam tubuh tidak tercukupi atau terjadi resistensi insulin (Triplitt,
Reasner, dan Isley, 2005).
c. Diabetes melitus gestasional
Diabetes melitus gestasional (GDM) merupakan penyakit diabetes
yang terjadi pada wanita hamil karena adanya intoleransi glukosa selama
kehamilan. Diabetes gestasional memperburuk 7% dari semua kehamilan.
Deteksi klinik sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
perinatal (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
d. Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus tipe lain yaitu Maturity Onset Diabetes of Youth
(MODY) merupakan suatu bentuk diabetes yang berkaitan dengan kelainan
salah satu gen pada fungsi sel beta pankreas, kelainan juga dapat terjadi pada
pola autosomal dominan yang diturunkan (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
3. Diagnosis
American Diabetes Assciation (ADA, 2005) merekomendasikan
penggunaan kadar gula darah puasa sebagai cara utama dalam mendiagnosis DM
pada orang dewasa yang tidak hamil. Berikut ini adalah kategorisasi status
glukosa:
a. gula darah puasa
1) normal: FPG (Fasting Plasing Glucose) <100 mg/dl
2) impaired fasting glucose (IFG): 100-125 mg/dl
12
3) diabetes mellitus: FPG ≥126 mg/dl
b. test toleransi glukosa oral
1) normal: setelah pemberian glukosa <140 mg/dl
2) impaired glucose tolerance (IGT): 2 jam setelah pemberian glukosa 140-
100 mg/dl
3) diabetes melitus: 2 jam setelah pemberian glukosa ≥ 200 mg/dl
Kriteria diagnosis diabetes mellitus yaitu:
a. kadar gula darah puasa pada diabetes yaitu >126 mg/dl, sedangkan untuk
keadaan normal <100 mg/dl
b. kadar glukosa darah setelah pemberian glukosa sebanyak 75g (oralglucose
tolerance test) pada diabetes yaitu ≥200 mg/dl, sedangkan normalnya 140
mg/dl
c. kadar glukosa darah sewaktu dengan gejala diabetes yaitu ≥200 mg/dl, untuk
normalnya 70-150mg/dl
d. HbA1C ≥8%.
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi
metabolik defsiensi insulin. Penderita Diabetes Melitus Tergantung Insulin
(DMTI) sering memperlihatkan gejala yang disertai dengan polidipsia, poliuria,
turunnya berat badan, polifagia, lemah, mengantuk (somnolen) yang terjadi
selama beberapa hari atau beberapa minggu (Price and Wilson, 1995).
Pada penderita Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun, diagnosis dibuat
13
berdasarkan pemeriksaan darah di laboratorium dan melakukan tes toleransi
glukosa. Pada hiperglikemi yang lebih berat, pasien mungkin mengalami
polidipsia, poliuria, lemah, dan somnolen. Pasien tersebut biasanya
memperlihatkan kehilangan sensitivitas perifer terhadap insulin (Price and
Wilson,1995).
5. Patogenesis
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Kuncara, 1992).
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan. Kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun bila sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Kuncara, 1992).
6. Komplikasi
Komplikasi pada DM dikelompokkan menjadi komplikasi akut dan
komplikasi kronik. Komplikasi akut meliputi hiperglikemia yang terbagi menjadi
14
ketoasidosis diabetik dan hiperosmolar nonketotik, serta hipoglikemia.
Komplikasi kronik DM diklasifikasikan menjadi komplikasi makrovaskular,
komplikasi mikrovaskular, serta komplikasi neuropati.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Kuncara, 1992). Adanya defisiensi
insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam
lemak dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh
hati, sehingga terjadi produksi badan keton yang berlebihan (Foster, 2000).
Koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik ialah suatu sindrom
yang ditandai hiperglikemia berat, hiperosmolar, dehidrasi kesadaran
(Ranakusuma, 1996).
Hipoglikemia dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik
yang berat (Kuncara, 1992).
b. Komplikasi kronik
Komplikasi kronik meliputi komplikasi makrovaskular (hipertensi,
dislpidemia, angina pektoris, Congestive Heart Failure, dan Iscemic Heart
Disease) dan komplikasi mikrovaskular (separeti nefropati dan retinopati).
Komplikasi makrovaskular meliputi gambaran hispatologis berupa
aterosklerosis yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penyumbatan vaskular.
15
Penyumbatan ini dapat terjadi pada bagian arteri koronaria dan aorta yang dapat
mengakibatkan angina dan infark miokardium (Price and Wilson, 1995).
Pasien dengan retinopati diabetik akan dapat mengalami gejala
penglihatan kabur sampai kebutaan. Retinopati pada pasien DM dilaporkan terjadi
pada sebanyak 10% sampai 32% pasien DM (Waspadji, 1996).
Pasien dengan nefropati diabetik dapat menunjukkan gambaran gagal
ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat, sampai keluhan sesak nafas akibat
penimbunan cairan. Adanya proteinuria yang persisten tanpa adanya kelainan
ginjal yang lain merupakan salah satu tanda awal nefropati diabetik (Waspadji,
1996).
c. Neuropati diabetik
Neuropati diabetik ditemukan pada 10% sampai 60% pasien DM.
Keluhan yang sering dialami adalah berupa kesemutan dan rasa lemah. Pada
pasien dengan neuropati autonom diabetik dapat dijumpai gejala gastrointestinal
yang umumnya berupa mual, rasa kembung, muntah dan diare terutama pada
malam hari. Manifestasi neuripati autonom diabetik lainnya ialah adanya
hipotensi ortostatik serta adanya keluhan gangguan pengeluaran keringat
(Waspadji, 1996).
7. Penatalaksanaan dan terapi diabetes melitus
Tujuan utama terapi DM adalah mengurangi risiko terjadinya
komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, memperbaiki gejala yang muncul,
mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Triplitt,
Reasner, dan Isley, 2005).
16
Sasaran terapi pasien hiperglikemia yang menjalani rawat inap
menurut Clement, Campbell (2004) adalah glukosa darah puasa 80-110 mg/dl,
glukosa 1 jam setelah makan <180 mg/dl, dan untuk pasien bedah dan keadaan
kritis 80-110 mg/dl.
Tabel I. Tabel Sasaran terapi dari pengobatan DM (Schwinghammer, 2009).
Biochemical Index ADA ACE dan AACEHemoglobin A1C <7% ≤6,5%
Preprandial plasma glucose 90-130 mg/dl <110 mg/dl(5,0-7,2 mmol/L) (6,1 mmol/L)
Postprandial plasma glucose <180 mg/dl <140 mg/dl(<10 mmol/L) (<7,8 mmol/L)
a. Terapi non farmakologi
Dalam mengelola DM langkah pertama yang harus dilakukan adalah
pengelolaan terapi non farmakologis, berupa perencanaan makan (Waspadji,
2009).
1) Perencanaan makan (diet)
Untuk diet pasien DM tipe 2 dipilih makanan yang mengandung kalori
tetapi rendah akan lemak jenuh dan protein. Pada beberapa tahun, pasien DM
dianjurkan untuk menghindari gula. Makanan dianjurkan seimbang dengan
komposisi energi dan karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-25%.
Prinsip perencanaan makanan adalah (1) tidak ada makanan yang dilarang, hanya
dibatasi sesuai kebutuhan (tidak berlebih); (2) menu sama dengan menu keluarga,
gula dalam bumbu tidak dilarang (Schwinghammer, 2009).
17
b. Terapi farmakologi
1) Insulin
Hiperglikemia pada pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan
keadaan yang sering ditemukan. Kondisi tersebut merupakan petanda penting
buruknya luaran klinis dan peningkatan mortalitas pasien dengan atau tanpa
riwayat diabetes melitus. hiperglikemia berdampak buruk terhadap luaran klinis
karena dapat menyebabkan gangguan fungsi imun serta lebih rentan terkena
infeksi, perburukan sistem kardiovaskular, trombosis, peningkatan inflamasi,
disfungsi endotel, stres oksidatif, dan kerusakan otak (Suastika, 2007).
Berdasarkan berbagai penelitian klinis, terbukti bahwa terapi insulin
pada pasien hiperglikemia memperbaiki luaran klinis. Insulin, selain dapat
memperbaiki status metabolik dengan cepat, terutama kadar glukosa darah, juga
memiliki efek lain yang bermanfaat, antara lain perbaikan inflamasi. Terapi
insulin intensif pada pasien gawat darurat yang dirawat di ruang intensif terbukti
dapat menurunkan angka kematian (Suastika, 2007).
Pasien yang dirawat di ruang intensif (misalnya pasien ketoasidosis,
pascaoperasi, atau pasien dengan penyakit gawat seperti sepsis) umumnya
memerlukan terapi intensif dengan cara pemberian insulin infus (drip) intravena
atau secara intramuskular. Cara intramuskular jarang dilakukan dan hanya
dilakukan bila fasilitas insulin drip intravena tidak tersedia. Pasien yang dirawat di
ruang biasa (pasien praoperatif atau pasien dengan penyakit yang tidak gawat)
umumnya tidak memerlukan terapi insulin infus intravena. Terapi untuk pasien ini
cukup dengan pemberian subkutan atau dengan pompa insulin (CSII). Bahkan
18
pada kasus yang ringan, terapi dengan obat antidiabetik oral masih dapat
diberikan untuk pasien DM, terutama pasien DM tipe 2 (Suastika, 2007).
Sekresi insulin dapat dibagi menjadi sekresi insulin basal (saat puasa
atau sebelum makan) dan insulin prandial (setelah makan). Insulin basal adalah
jumlah insulin eksogen per unit waktu yang diperlukan untuk mencegah
hiperglikemia puasa akibat glukoneogenesis serta mencegah ketogenesis yang
tidak terdeteksi. Insulin prandial adalah jumlah insulin yang dibutuhkan untuk
mengkonversi bahan makanan ke dalam bentuk energi cadangan sehingga tidak
terjadi hiperglikemia postprandial. Karena selama perawatan tidak jarang
ditemukan fluktuasi kadar glukosa darah akibat berbagai sebab, dalam pemberian
terapi insulin bagi pasien yang dirawat di rumah sakit dikenal istilah “insulin
koreksi” atau insulin suplemen. Insulin koreksi adalah jumlah insulin yang
diperlukan pasien di rumah sakit akibat kenaikan kebutuhan insulin yang
disebabkan adanya suatu penyakit atau stress(Suastika, 2007).
Secara umum, kebutuhan insulin dapat diperkirakan sebagai berikut:
insulin basal adalah 50% kebutuhan total insulin per hari atau 0,02 U/kgBB;
insulin prandial adalah 50% dari kebutuhan total insulin per hari; dan insulin
koreksi sekitar 10-20% dari kebutuhan total insulin per hari (Suastika, 2007).
a) Insulin infus intravena
Sasaran kadar glukosa darah dan batas kadar glukosa darah untuk
memulai pemberian terapi insulin tergantung dari setiap kasus yang dihadapi.
Pada pasien bedah yang kritis (sakit berat/gawat), sasaran kadar glukosa darah
19
lebih rendah daripada pasien penyakit kritis nonbedah atau penyakit bedah tidak
kritis (Suastika, 2007).
Tabel II. Kisaran Sasaran Kadar Glukosa Darah (Suastika, 2007)
Tabel III. Batas Kadar Glukosa Darah Puasa untuk Memulai Terapi InsulinDrip Intravena (Suastika, 2007)
Sebagian besar dari mereka membutuhkan terapi insulin yang
diberikan secara infuse intravena, misalnya pada pasien kritis/akut seperti
hiperglikemia gawat darurat, infark miokard akut, stroke, fraktur, infeksi sistemik,
syok kardiogenik, pasien transplantasi organ, edema anasarka, kelainan kulit yang
luas, persalinan, pasien yang mendapat terapi glukokortikoid dosis tinggi, dan
pasien pada periode perioperatif (Suastika, 2007).
20
Tabel IV. Protokol Terapi Insulin Infus Intravena (Suastika, 2007)
Setelah kadar glukosa darah stabil dan pasien mulai mendapatkan
makanan, terapi insulin dapat dialihkan menjadi jalur subkutan dengan tetap
memperhatikan kaidah terapi insulin basal dan bolus, serta disesuaikan dengan
pola respon insulin fisiologis. Terapi insulin infus intravena dapat dihentikan 2
jam setelah pemberian insulin subkutan (Suastika, 2007).
Kebutuhan insulin subkutan dihitung berdasarkan total kebutuhan
insulin infus intravena dalam 24 jam. Dosis total harian insulin subkutan adalah
80% dari dosis total insulin infus intravena selama 24 jam. Dosis total harian
tersebut dibagi menjadi dosis insulin basal dan insulin bolus subkutan. Dosis
insulin basal adalah sebesar 50% dari dosis harian total. Jenis insulin yang
diberikan biasanya long acting insulin (lebih baik digunakan insulin yang tidak
memiliki puncak kerja/peak, seperti insulin glargine atau detemir). Dosis insulin
bolus subkutan adalah 50% dari dosis harian total subkutan. Dalam pemberiannya,
21
dosis dibagi rata sesuai jumlah kali makan, umumnya 3 kali/hari. Jenis insulin
yang diberikan berupa short atau rapid acting insulin (Suastika, 2007).
b) Insulin subkutan
Ada beberapa bentuk pemberian insulin subkutan pada pasien yang
dirawat di rumah sakit, antara lain insulin terjadwal dan insulin koreksi. Program
pemberian insulin terjadwal terbagi atas kebutuhan insulin basal dan insulin
prandial. Insulin basal dapat diberikan dengan menggunakan pompa insulin
(CSII), insulin kerja intermediate (NPH atau premixed) 2-4 kali sehari, atau
insulin analog kerja panjang. Sementara itu, kebutuhan insulin prandial dapat
dipenuhi dengan insulin kerja cepat (insulin regular atau rapid acting insulin
analog). Insulin tersebut diberikan sebelum makan atau setelah makan (hanya
untuk penggunaan rapid acting insulin analog) apabila jadwal dan jumlah asupan
makanan tidak pasti( (Suastika, 2007).
Tabel V. Protokol Terapi Insulin Subkutan (Suastika, 2007)
22
Keuntungan yang mendasar dari penggunaan insulin dibandingkan
obat antidiabetik oral dalam pengobatan diabetes melitus adalah insulin terdapat
di dalam tubuh secara alamiah. Selain itu, pengobatan dengan insulin dapat
diberikan sesuai dengan pola sekresi insulin endogen. Sementara itu, kendala
utama dalam penggunaan insulin adalah pemakaiannya dengan cara menyuntik
dan harganya yang relatif mahal (Suastika, 2007).
Tabel VI. Sediaan Insulin yang Umum Digunakan (Suastika, 2007)
23
2) Obat Hipoglikemik Oral
Pada pasien dengan penyakit yang tidak parah atau pasien yang tidak
dapat digunakan terapi insulin, dapat diberikan terapi dengan obat hipoglikemik
oral. Berdasarkan cara kerjanya obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 3 golongan
yaitu (1) pemicu sekresi insulin yaitu sulfonilurea dan meglitinid; (2) penambah
sensitivitas terhaap insulin yaitu biguanid dan tiazolidindion; (3) penghambat
absorpsi glukosa yaitu penghambat alfa glukosidase.
a) Sulfonilurea
Mekanisme kerja sulfonilurea yaitu meningkatkan rilis insulin dari sel
β pankreas. Telah terbukti bahwa sulfonilurea mengadakan potensiasi eksositosis
pada granul yang mengandung insulin dengan langsung bekerja pada protein
pengikat tersebut. Mekanisme yang lain yaitu menurunkan kadar glukagon dalam
serum, dan menimbulkan efek ekstrapankreatik dengan mengadakan efek
potensiasi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (Katzung, 1995).
Sulfonilurea terdiri dari 2 generasi yaitu sulfonilurea generasi pertama
(tolbutamid, klorproamid,dan asetoheksamid) dan generasi kedua (glimerpiride,
glipizide, dan gluburide). Generasi kedua sulfonilurea memiliki keuntungan dari
generasi pertama yaitu memberikan efek diuretik yang lebih kecil atau bahkan
tidak ada sama sekali, di mana efek antidiuretik merupakan problem yang
potensial pada penggunaan klorpropamid (Price and Wilson, 1995).
b) Meglitinid
Berbeda dengan sulfonilurea, meglinitid tidak mempunyai efek
langsung pada eksossitosis insulin. Repaglinid memiliki mula kerja yang sangat
24
cepat dengan konsentrasi puncak dan efek puncak dalam waktu sekitar 1 jam
setelah pemberian. Klirens repaglinid terjadi di hati dengan waktu paruh plasma1
jam. Oleh karena mula kerjanya yang cepat dan masa kerjanya yang singkat,
repaglinid digunakan mengontrol perjalanan glukosapasca-prandial. Sebaiknya
obat ini digunakan tepat sebelum makan dengan dosis 0,25-4mg (maksimal
16mg/hari). Hipoglikemia merupakan resiko apabila menunda waktu makan atau
tidak makan atau jika makanan tidak cukup mengandung karbohidrat. Sebaiknya
digunakan secara hati-hati untuk pasien dengan gangguan hati. Repaglinid dapat
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan biguanid. Dapat digunakan
untuk pasien DM tipe 2 dengan alergi sulfur atau alergi sulfonilurea (Katzung,
1995).
c) Biguanid
Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.
Fenformin dan buformin tidak dipakai lagi karena efek samping asidosis laktat.
Metformin menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat seluler, distal dari reseptor insulin serta juga pada efeknya
menurunkan produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa
oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga disangka menghambat
absorpsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan. Setelah diberikan secara
oral, metformin mencapai kadar puncak dalam darah setelah 2 jam dan diekskresi
lewat urin dalam keadaan utuh dengan waktu paruh 2-5 jam (Waspadji,2009).
Metformin menurunkan kadar glukosa darah tetapi tidak menyebabkan
penurunan sampai di bawah normal. Pada pemakaian tunggal, metformin dapat
25
menurunkan kadar glukosa darah sampai 20%. Kadar insulin plasma basal juga
turun. Kombinasi sulfnilurea dengan meftormin tampak merupakan kombinasi
yang rasional karena cara kerja yang berbeda dan saling aditif. Kombinasi
sulfonilurea dengan metformin dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih
banyak daripada pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis maksimal
keduanya maupun pada kombinasi dosis rendah. Efek samping gastrointestinal
tidak jarang didapatkan pada pemakaian awal metformin. Dapat dikurangi dengan
memberikan obat mulai dengan dosis rendah dan diberikan bersamaan dengan
makanan (Waspadji, 2009).
d) Thiazolidindion
Thiazolidindion memiliki mekanisme dengan mengikat peroxisome
proliferatorsactiator receptor-γ (PPAR-γ) yang ada di sel lemak dan selvaskuler.
Thiazolidindion meningkatkan sensitivitas jaringan otot, hati,serta jaringan lemak
terhadap insulin secara tidak langsung (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
e) Penghambat glukosidase-alfa
Mekanisme penghambat glukosidase-alfa dalah dengan menghambat
enzim-enzim yang ada di usus halus seperti maltase, ismaltase, sukrosa, dan
glukoamilase. Penghambatan enzim-enzim tersebut akan mencegah terjadinya
pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks dengan demikian akan
memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat (Triplitt, Reasner, dan
Isley, 2005).
26
Efek samping akibat maldesi karbohidrat berupa gejala gastrointestinal
seperti meteorismus, flatulen, dan diare. Flatulen merupakan efek yang tersering,
terjadi pada hampir 50% pengguna obat ini (Waspadji, 2009).
f) Inhibitor DPP-4
Inhibitor DPP-4 memperpanjang waktu paruh dari GLP-1. Agen ini
menstimulasi pelepasan insulin dan menghambat pelepasan glukagon. Penurunan
A1C rata-rata sekitar 0,7% sampai 1% pada dosis100 mg/hari. Oat ini tidak
menyebabkan gangguan pada gastointestinal. Sitagliptin biasanya digunakan dosis
oral100 mg 1 kali sehari. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis harian
harus dikurangi sampai 50 mg (klirens kreatinin 30-50 ml/menit) atau 25 mg
(klirens kreatinin <30 ml/menit). Vildagliptin tidak disetujui oleh Amerika serikat
untuk digunakan sejak Juni 2008. Dosis penggunaan vildagliptin sama dengan
sitagliptin (Scwinghammer, 2009).
Tabel VII. Mekanisme Kerja, Efek Samping Utama, dan Pengaruh TerhadapPenurunan A1c (Soegondo, 2008)
27
3) Terapi Kombinasi
Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari
kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa
darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi 3 OHO dari kelompok yang
berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. (Soegondo, 2008).
Untuk kombinasi OHO dengan insulin, yang banyak dipergunakan
adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin
kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Bila cara tersebut
kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat
hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin saja (Soegondo, 2008).
C. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pengobatan diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010, dan juga memberikan gambaran
tentang DRPs yang terjadi serta cara mengatasinya.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010” ini merupakan
penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat
retrospektif. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif bertujuan untuk melakukan
eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi kemudian
mengevaluasi data dari rekam medik (Notoatmodjo, 2005).
Data yang diperoleh bersifat retrospektif yaitu berupa dokumen
terdahulu. Data diperoleh dari lembar rekam medik pasien diabetes melitus tipe 2
non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini periode Januari
2009-Maret 2010.
B. Definisi Operasional
1. Drug related problems yang diteliti adalah masalah-masalah yang
berhubungan dengan obat yaitu butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak
efektif, dosis kurang, dosis berlebih, adverse drug reaction (ADR) dan
interaksi obat.
2. Penggolongan pasien DM tipe 2 non komplikasi dilihat dari hasil print out
bagian Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang
29
kemudian diinklusikan menjadi DM tipe 2 non komplikasi berdasarkan
diagnosis masuk dan riwayat penyakit pasien.
3. Hiperglikemia yang terdapat pada diagnosis rekam medik adalah keadaan di
mana gula darah pasien melebihi nilai normal namun bukan merupakan
komplikasi dari penyakit DM.
4. Pasien rawat inap adalah pasien yang menjalani terapi di Instalasi rawat Inap
Rumah sakit Panti Rini Yogyakarta pada periode januari 2009-Maret 2010.
5. Data pasien yang digunakan adalah data dari pasien yang memiliki diagnosa
masuk atau riwayat penyakit DM tipe 2 meskipun pasien tersebut dirawat inap
bukan karena penyakit DM yang dideritanya melainkan karena penyakit
penyerta. Rekam medik pasien tersebut juga paling tidak memiliki data kadar
glukosa darah minimal 2 buah selama menjalani rawat inap.
C. Subyek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah 14 pasien DM tipe 2 di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010
yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yang berdasarkan print out dari instalasi
rekam medik disebut pasien DM kemudian diinklusikan menjadi DM tipe 2 non
komplikasi berdasarkan diagnosa masuk atau riwayat penyakit pasien dengan
memiliki data hasil laboratorium kadar glukosa darah minimal 2 kali selama rawat
inap.
30
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan di sini adalah lembar rekam medik
pasien rawat inap yang menderita diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di
Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta, Jalan
Solo Km 12,5 Kalasan, Yogyakarta.
F. Tata Cara Penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu
sebagai berikut ini.
1. Persiapan
Dilakukan pencarian informasi tentang jumlah pasien diabetes melitus
tipe 2 non komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
periode Januari 2009-Maret 2010 di bagian rekam medik. Dari print out di
Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rini bahwa jumlah pasien diabetes
melitus yang dirawat inap selama periode Januari 2009-Maret 2010 sebanyak 149
kasus. Dari data tersebut yang merupakan pasien DM tipe 2 sebanyak 126 kasus.
Dari penelusuran data diperoleh jumlah rekam medik yang tidak memiliki data
laboratorium sebanyak 66 kasus. Rekam medik yang memiliki data laboratorium
sebanyak 42 kasus sebanyak 42 kasus. Rekam medik yang memiliki 2 data
laboratorium atau lebih sebanyak 18 kasus. Dari 18 rekam medik tersebut yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien dengan diagnosa masuk atau riwayat DM
tipe 2 non komplikasi sebanyak 14 kasus.
31
2. Pengambilan data
Tahap pengambilan data ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu sebagai
berikut ini.
a. Tahap penelusuran data
Berdasarkan data dari Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit Panti Rini
diperoleh jumlah pasien DM tipe 2 selama periode Januari 2009-Maret 2010
sebanyak 126 pasien. Dari 126 pasien DM tipe 2 tersebut yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 14 kasus.
b. Tahap pengumpulan data
Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan melihat lembar rekam
medik dari pasien DM tipe 2 non komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Panti Rini periode Januari 2009-Maret 2010. Data yang dikumpulkan meliputi
identitas pasien, keluhan utama, perjalanan penyakit, diagnosis, riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, catatan perkembangan pasien, serta
terapi yang diberikan.
3. Analisis data
Evaluasi DRPs yang terjadi dalam pengobatan diabetes melitus tipe 2
non komplikasi dilakukan dengan menggunakan pustaka yang sesuai, kemudian
dihitung jumlah kasus yang terjadi DRPs. Dari hasil evaluasi tesebut kemudian
hasil dikelompokkan berdasarkan jenis DRPs dan dihitung prosentasenya. Dalam
penelitian ini ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat (uncomplience)
tidak dapat diamati, karena penelitian ini bersifat retrospektif.
32
4. Pembahasan kasus
Kasus yang didapat dibahas dengan metode Subjective, Objective,
Assessment, Plan (SOAP) kasus per kasus. Literatur yang digunakan adalah Drug
Information Handbook (DIH) edisi 14, MIMS Indonesia edisi 7 2007/2008, Drug
Interaction Facts (DIF), ISO Indonesia volume 44 2009/2010, dan Informatorium
Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000.
G. Kesulitan Penulis
Dalam penelitian ini penulis mengalami banyak kesulitan. Kesulitan
yang terdapat selama penelitian adalah tidak lengkapnya catatan dokter maupun
catatan keperawatan dan terjadi kesalahan penulisan nama dagang dalam
penulisan resep maupun dosis. Penelitian ini juga memiliki kelemahan yaitu
penelitian ini bersifat retrospektif sehingga peneliti tidak dapat mengamati
perkembangan pasien terkait dengan DRPs antara lain efek samping obat,
interaksi obat, dan ketaatan pasien.
H. Analisis hasil
Persentase jumlah drug related problems pasien diabetes mellitus tipe
2 dihitung dengan cara menghitung jumlah masing-masing kasus drug related
problems dibagi dengan jumlah sampel pasien kemudian dikalikan 100%.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik
1. Jenis kelamin
Dari data yang didapat, diketahui bahwa penderita DM tipe 2 non
komplikasi yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29% dan pasien DM tipe 2
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 71% dari 14 kasus yang dievaluasi.
Dari data yang diperoleh, prevalensi perempuan jauh lebih banyak dibandingkan
laki-laki hal ini mungkin disebabkan karena jumlah populasi wanita lebih banyak
daripada jumlah populasi laki-laki. Sehingga hal ini tidak dapat menjadikan dasar
bahwa DM tipe 2 lebih banyak terjadi pada wanita.
Gambar 1. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Non KomplikasiBerdasarkan Jenis Kelamin di Instalasi Rawat Inap RumahSakit Panti Rini Yogyakarta Periode januari 2009-Maret 2010
34
2. Umur
Dari data yang diperoleh, penderita DM tipe 2 non komplikasi dibagi
menjadi 5 kelompok umur yaitu kelompok umur 40-≤49 tahun, >49-≤59 tahun,
>59-≤69 tahun, >69-≤79 tahun, dan >79-≤89 tahun. Dari data yang diperloeh
diketahui bahwa penderita DM tipe 2 paling banyak terdapat pada kelompok usia
>49-≤59 tahun yaitu sebanyak 36% dari 14 data yang dievaluasi. Dari teori
disbutkan bahwa DM tipe 2 biasanya muncul setelah usia 40 tahun akibat gaya
hidup, pola makan, dan kurang berolah raga, dan perokok aktif.
Gambar 2. Diagram Prosentase Pasien DM Tipe 2 Non KomplikasiBerdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PantiRini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
B. Profil Obat
1. Kelas terapi
Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang diberikan pada pasien selama pasien menjalani perawatan
35
pada periodenya yaitu berupa obat antidiabetika oral maupun obat lainnya untuk
mengobati penyakit yang diderita maupun komplikasinya. Dari data yang
dievaluasi terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien DM tipe 2 non
komplikasi di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Januari 2009-Maret 2010 yaitu meliputi obat yang mempengaruhi sistem hormon,
obat kardiovaskuler, antibiotik, obat kulit, obat yang mempengaruhi susunan saraf
pusat, obat saluran pernafasan, obat saluran pencernaan, gizi dan nutrisi, serta
obat analgesik.
Gambar 3. Diagram Kelas Terapi Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini YogyakartaPeriode Januari 2009-Maret 2010
Keterangan:
a: Obat yang mempengaruhi sistem hormon
b: Obat kardiovaskular
c: Antibiotik
d: Obat kulit
e: Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat
36
f: Obat saluran pernafasan
g: Obat saluran pencernaan
h: Gizi dan nutrisi
i: Obat analgesik
Obat yang mempengaruhi sistem hormon merupakan obat yang paling
banyak digunakan oleh pasien yaitu sebanyak 13 pasien atau 93%. Hal ini sangat
masuk akal karena obat yang mempengaruhi sistem hormon yang kebanyakan
digunakan untuk mengendalikan kadar glukosa darah pasien, terutama pada
sebagian pasien berkaitan dengan pengobatan kejadian hiperglikemia pada pasien
DM. Kelas terapi gizi dan nutrisi memiliki urutan kedua yaitu sebanyak 12 pasien
atau 86% karena sebagian besar pasien yang dievaluasi mendapatkan terapi
berupa suplemen, cairan, maupun elekrolit. Urutan ketiga diikuti oleh kelas terapi
obat saluran pencernaan yang digunakan sebanyak 10 pasien atau sebesar 71%.
Kelas terapi ini juga banyak digunakan karena ada beberapa jenis obat yang
diberikan pada pasien dapat menyebabkan gangguan pada gastrointestinal, untuk
mengatasi efek samping tersebut maka diberikan obat ini. Selain itu terdapat
beberapa pasien yang mengalami masalah pada pencernaan seperti mual, muntah,
atau sembelit. Obat-obat kelas terapi yang lain berguna untuk mengatasi
komplikasi maupun penyakit penyerta yang diderita oleh pasien.
2. Golongan obat
Penggolongan obat pada pasien DM tipe 2 dikelompokkan menjadi 9
kelas terapi.
37
a. Obat yang mempengaruhi sistem hormon
Obat yang mempengaruhi sistem hormon yang digunakan dalam
penelitian ini adalah obat antidiabetik dan kortikosteroid. Obat antidiabetik
digunakan untuk penyakit diabetes melitus. Obat antidiabetik dibedakan menjadi
obat antidiabetik oral dan insulin. Tujuan utama terapi DM adalah mengurangi
risiko terjadinya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular, memperbaiki
gejala yang muncul, mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas
hidup pasien. Kadar glukosa darah pasien DM dijaga agar berada dalam batas
normal yaitu kadar glukosa darah sewaktu 90-130 mg/dl. Kontrol kadar glukosa
darah ini dilakukan dengan mengatur pola makan, dan pemberian obat
antidiabetik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti pada dokter
spesialis yang banyak menangani kasus DM, penanganan pertama yang dilakukan
untuk mengatasi pasien DM yang dirawat inap adalah dengan memberikan
insulin. Rumah Sakit Panti Rini juga memiliki Pusat Inforasi Diabetes dan
Dislipidemia (PIDD) yang menyelenggarakan senam bagi penderita diabetes
secara rutin bagi penderita DM rawat jalan.
Insulin biasanya digunakan pada penderita DM tipe 1 atau DM yang
tergantung insulin, namun pada pasien DM tipe 2 terdapat kemungkinan untuk
mendapatkan terapi insulin. Pada penelitian ini banyak pasien yang mendapatkan
terapi dengan insulin hal ini dikarenakan efek insulin lebih cepat dibandingkan
obat antidiabetika oral. Selain itu penelitian ini dilakukan pada pasien yang
menjalani rawat inap sehingga pemberian insulin dilakukan oleh tenaga ahli dan
dilakukan pengawasan khusus. Insulin diberikan secara sub cutan atau dapat
38
diberikan dengan cara dicampu bersama infus NaCl 0,9% yang disebut drip
insulin. Selain insulin, pada penelitian ini banyak pasien yang mendapatkan
pengobatan dengan menggunakan obat antidiabetika oral. Golongan obat yang
diberikan pada pasien dalam penelitian ini yaitu golongan sulonilurea, biguanid,
inhibitor DPP-4, dan kombinasi.
Tabel VIII. Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Sistem Hormon PadaPasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RumahSakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
NoGolongan
ObatKelompok Nama Generik Nama Dagang ∑
Prosentase(%)
Humulin 1 71. Insulin - -
RI 4 29glibenklamide 1 7
Gluvas® 2 14Anpiride® 1 7glimepirideAmaril® 1 7
sulfonilurea
gliklazid Glucodex® 3 21Glumin XR® 1 7
biguanid Metformin HClGludepatik® 2 14
InhibitorDPP-4
vildagliptin Galvus® 1 7
2.Obat
antidiabetikaoral
KombinasiGlucovance® 1 7
furosemide Farsix® 1 73. Kortikosteroid 6-α-
metilprednisolonSanexon® 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat hormonal
b. Obat kardiovaskular
Pada penelitian ini, obat kardiovaskuler yang digunakan adalah
golongan obat dislipidemia, diuretik, antiangina, antihipertensi, obat jantung,
antikoagulan, dan hepatoprotektor.
Tujuan diberikan obat antihipertensi pada penelitian ini adalah untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular akibat tekanan darah tinggi.
Tekanan darah yang diharapkan adalah di bawah 140/90 mmHg. Dari penelitian,
39
hanya terdapat 1 pasien yang menggunakan obat antihipertensi. Pada pasien yang
tidak mengalami hipertensi boleh diberikan antihipertensi untuk mengontrol
tekanan darah, akan tetapi dosis hipertensi yang diberikan adalah dosis kecil.
Golongan diuretik yang digunakan pada penelitian ini adalah
furosemid. Furosemid merupakan diuretik kuat yang digunakan untuk edema dan
oliguria karena gagal ginjal. Dari data yang dievaluasi, pada penelitian ini diuretik
digunakan oleh 2 pasien atau sebesar 14%.
Golongan antikoagulan, antiplatelet bekerja dengan mengahmbat atau
mengurangi penumpukan platelet pada darah. Penumpukan platelet akan
berpindah pada bagian yang luka daripembuluh darah dan menempel di situ dan
dapat menyumbat. Penyumbatan ini dapat mengakibatkan tertutupnya arteri atau
mungkin akan pecah dan menutup arteri yang kecil. Pada penelitian ini
antikoagulan yang digunakan adalah klopidogrel pada 1 pasien.
Obat dislipidemia adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan
lemak dalam tubuh. Lemak berperan pada pembentukan arterosklerosis terutama
low density lipoprotein (LDL) maka pada pasien DM diperlukan pengontrolan
lemak dengan menggunakan obat dislipidemia. Pada penelitian ini obat
dislipidemia yang paling banyak digunakan adalah golongan fenofibrat.
Sebaiknya lebih digunakan obat dengan golongan statin karena statin merupakan
pilihan utama yang disarankan untuk obat disipidemia.
Hepatoprotektor digunakan untuk melindungi atau memperbaiki fungsi
hati. Dalam penelitian ini heptoprotektor yang digunakan adalah Curliv. Curliv
pada penelitian ini diberikan pada 2 pasien.
40
Tabel IX. Penggunaan Obat Kardiovaskular Pada Pasien DM tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
NoGolongan
ObatKelompok Nama Generik Nama Dagang ∑
Prosentase(%)
simvastatin 1 7pravastatin Na Cholespar® 1 7
statinnorepinephrine
bitartrateVascon® 1 7
Lifen® 2 14
1.Obat
dislipidemia
fibrat fenofibratEvothyl® 2 14
2. Diuretik furosemide Lasix 2 143. Antiangina isosorbid dinitrat Cedocard® 1 7
4. AntihipertensiGolongan
lainclonidin 1 7
ACEinhibitor
captopril 1 7
5. Obat jantung digoxin Digoxin 1 7
6.Antikoagulan,
antiplatelet, dantrombolitik
klopidogrel Plavix® 1 7
7.Kolagogum,
kolelitolitik, danhepatoprotektor
Curliv® 2 14
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat kardiovaskuler
c. Antibiotik
Penggunaan antibiotik pada pasien DM sangat penting karena
lingkungan yang mengandung kadar glukosa tinggi merupakan tempat
perkembangbiakan bakteri. Pada penelitian ini, antibiotik digunakan untuk
mengatasi penyakit penyerta atau komplikasi pada pasien DM seperti infeksi
saluran kencing (ISK) dan sepsis. Penggunaan antibiotik yang paling banyak
adalah pada golongan sefalosporin sebanyak 7 kasus.
41
Tabel X. Penggunaan Antibiotik Pada Pasien DM Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit panti Rini Yogyakarta PeriodeJanuari 2009-Maret 2010
NoGolongan
ObatKelompok
NamaGenerik
NamaDagang
∑Prosentase
(%)
seftriakson 2 14sefuroksim Anbacim® 2 14cefadroxil 1 7cefotaxime
NaTaxegram® 1 7
sefalosporin
cefprozil Lizor® 1 7gentamisin
sulfatGentamycin
®1 7
aminoglikosidakanamycin
sulfatKanamycin® 1 7
1. Antibiotik
kuinolon ciprofloxacin 2 142. Antiamuba golongan lain metronidazole 1 73. Antijamur polyene nystatin Nystin® 1 7
4.
Antiinfeksidan
antiseptikmata
kuinolonSiprofloxasin
HClBaquinor® 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat antibiotik.
d. Obat analgesik dan antipiretik
Analgesik merupakan obat yang berguna mengurangi rasa nyeri tanpa
menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada penelitian ini obat analgesik digunakan
untuk mengurangi rasa nyeri dan sebagai antipiretik sebagai penurun panas.
Analgesik yang paling banyak diguakan pada penelitian ini adalah golongan
NSAID sebanyak 4 kasus.
42
Tabel XI. Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien DM Tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
NoGolongan
ObatKelompok Nama Generik
NamaDagang
∑Prosentase
(%)Pamol® 1 7paracetamol
Sanmol® 1 7
Gaviskal® 1 7metoklopramidHcl Sistenol® 1 7
Analsik® 1 7Antrain® 3 21
1. Analgesik
NSAIDMetamizole Na
Novalgin 1 7Sanmol 1 7
2. Antipiretik paracetamolSistenol 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat analgesik antipiretik
e. Obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat
Komplikasi pada DM dibagi menjadi komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular. Komplikasi makrovaskular terjadi pada DM tipe 2 terutama pada
pasien yang menderita hipertensi, dislipidemia dan obesitas. Hiperglikemia yang
persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1C)
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi semakin lemah dan rapuh dan
terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal ini mendorong
timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskular seperti retinopati, nefropati, dan
neuropati. Komplikasi mikrovaskular lebih umum terjadi pada DM tipe1 tapi
tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada DM tipe2. Obat yang bekerja pada
sistem saraf yang digunakan pada penelitian ini adalah yang berfungsi sebagai
vasodilator perifer dan aktivator serebral. Sebanyak 3 kasus menggunakan obat
ini.
43
Tabel XII. Penggunaan Obat yang Mempengaruhi Susunan Saraf PusatPada Pasien DM tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat InapRumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-maret2010
No Golongan Obat Kelompok Nama GenerikNama
Dagang∑
Prosentase(%)
Silum® 2 14
1.
Vasodilatorperifer danaktivatorserebral
flunarizineUnalium® 1 7
f. Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan yang diberikan pada pasien diabetes melitus
ditujukan untuk menterapi penyakit penyerta. Obat salura nafas yang digunakan
pada penelitian ini adalah obat antituberkulosis. Obat ini digunakan untuk
mengatasi penyakit tuberkulosis yang dialami pasien.
Tabel XIII. Penggunaan Obat Saluran Pernafasan Pada Pasien DM tipe 2Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-maret 2010
No Golongan Obat KelompokNama
GenerikNama Dagang ∑
Prosentase(%)
1. Antituberkulosis Rimstar 4-FDC® 1 7
g. Obat saluran cerna
Obat saluran cerna pada penelitian ini digunakan untuk mengatasi efek
samping dari obat lain yang diberikan. Selain itu obat saluran pencernaan juga
digunakan untuk mengatasi penyakit penyerta misalnya sembelit. Golongan yang
paling banyak digunakan adalah antasida antagonis histamin H2 sebanyak 8 kasus.
44
Tabel XIV. Penggunaan Obat Saluran Cerna Pada Pasien DM tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No Golongan Obat Kelompok Nama Generik Nama Dagang ∑Prosentase
(%)Acran® 5 36antagonis
histaminH2
ranitidin HClGastridin® 3 21
Prosogan® 1 7lanzoprazole
2 14magard FA magard FA® 1 7
1.Antasida/antirefluks proton
pumpinhibitor
omeprazole Socid® 1 7ondansetron
HClCendantron® 2 14
2. Antiemetikmetoklopramide
HClPrimperan® 3 21
3.Laksatif,pencahar
pencaharperangsang
bisakodil Dulcolax® 1 7
4.
Regulatorgastrointestinal, antiflatulen,
danantiinflamasi
Sanmag® 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat saluran cerna
h. Obat untuk penyakit kulit
Obat untuk penyakit kulit yang diberikan pada penelitian ini digunakan
untuk mengatasi penyakit penyerta yang dialami pasien. Penyakit ini berupa
pruritus atau gatal-gatal. Obat penyakit kulit ini berupa antihitamin dan
kortikosteroid topikal untuk mengatasi inflamasi pada kulit. Obat penyakit kulit
ini hanya terdapat pada 1 kasus saja.
45
Tabel XV. Penggunaan Obat Penyakit Kulit Pada Pasien DM tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No GolonganObat
Kelompok NamaGenerik
NamaDagang
∑ Prosentase(%)
1. Antihistamin antagonis H1 mebhidrolinnapadisilat
Interhistin® 1 7
2. Kortikosteroidtopikal
kortikosteroidsangat kuat
klobetasolpropionat
Kloderma® 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 obat penyakit kulit
i. Gizi dan Nutrisi
Pemberian nutrisi pada pasien DM tipe 2 ditujukan untuk menjaga dan
meningkatkan kondisi tubuh pasien. Dengan meningkatnya kondisi tubuh maka
proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat. Pemberian infuse RL merupakan
terapi yang paling banyak digunakan pada pasien DM tipe 2 yaitu sebanyak 5
kasus, dilanjutkan infus NaCl sebanyak 4 kasus, Kemudian Cinula yang
merupakan suplemen bagi penderita diabetes. Suplemen ini dapat membantu
menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DM.
Tabel XVI. Penggunaan Gizi dan Nutrisi Pada Pasien DM Tipe 2 NonKompikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
NoGolongan
ObatKelompok
NamaGenerik
Nama Dagang ∑Prosentase
(%)infus asering 2 14infus NaCl 4 29infus RL 5 36
1. Elektrolit
KCl 2 14
Cinula® 4 29
Renapar® 2 142. Suplemen
Neurobion® 1 7
Keterangan: 1 pasien dapat menerima lebih dari 1 gizi dan darah
46
C. Evaluasi DRPs
Evaluasi DRPs ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya DRPs
pada penatalaksanaan terapi pasien DM tipe2 non komplikasi di instalasi rawat
inap Rumah Sakit Panti Rini periode Januari 2009-Maret 2010. Drug Related
Problems yang diteliti meliputi butuh obat, tidak butuh obat, dosis kurang, dosis
lebih, Adverse drug reaction (ADR), obat tidak efektif, dan interaksi obat. Dalam
penelitian ini tidak diamati DRPs mengenai ketaatan pasien. Hal ini disebabkan
penelitian ini bersifat retrospektif. Penelitian dilakukan dengan menelusuri data
rekam medis pasien DM tipe 2 rawat inap Rumah Sakit Panti Rini dari Januari
2009 hingga Maret 2010. Dari data yang diperoleh terdapat 126 pasien yang
dipastikan terdagnosa DM tipe 2 dan 23 pasien yang terdiagnosa DM tipe 1.
Berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 14 kasus untuk dievaluasi.
Evaluasi drug related Problems yang diteliti, dilakukan dengan
membandingkan terapi yang diberikan dengan standar acuan yaitu Drug
Information Handbook (2006), MIMS Indonesia (2009/2010), IONI (2000), ISO
Indonesia (2009/2010), Drug Information Facts(2001).
Berdasarkan hasil penelitian dari 14 kasus yang dievaluasi, ada 8 kasus
yang terdapat DRP. Dari masing-masing kasus yang teridentifikasi DRP tersebut,
ada beberapa yang tiap kasusnya terdiri lebih dari satu DRP. Total DRP yang
terdapat pada penelitian ini adalah 57%. Dari kasus yang diteliti, kasus DRP yang
paling banyak terjadi adalah interaksi obat yaitu sebanyak 4 kasus atau 29%.
47
Tabel XVII. Persentase Kasus DRP yang Teridentifikasi padaPasien DM Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No Jenis DRP yang teridentifikasi Jumlahkasus
Persentase(%)
1 Adverse Drug Reaction (ADR) 1 7
2 Interaksi obat 4 29
3 Butuh obat 2 14
4 Tidak membutuhkan terapi obattambahan
1 7
Keterangan : 1 kasus dapat terjadi lebih dari 1 jenis DRP.
Drug related problems ADR yang terjadi pada pasien diabetes melitus
tipe 2 sebanyak 7% dari 14 kasus. Drug related problems ini terjadi karena
pemberian obat yang memberikan efek samping yang dapat memperburuk kondisi
pasien. Pada kasus yang terjadi, pasien mengalami gangguan fungsi ginjal dan
terjadi peningkatan kreatinin. Sementara obat yang diberikan yaitu fenofibrat,
menurut ISO 2009/2010 mengandung fenofibrat yang dapat meningkatkan
kreatinin dan menyebabkan abnormalitas fungsi ginjal. DRPs pada kasus ini
terjadi pada tanggal 13-20 April 2009.
Tabel XVIII. Kejadian DRPs ADR pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode januari 2009-Maret 2010
No.
KasusDRPs Rekomendasi
2 Pemberian fenofibrat yang dapat
meningkatkan kreatinin.
Gunakan fenofibrat dengan
dosis rendah untuk
meminimalkan efek
samping.
48
Drug Related Problems interaksi obat yang terjadi pada pengobatan
pasien DM tipe 2 sebanyak 29% dari 14 kasus. Drug Related Problems interaksi
obat paling banyak terjadi pada penelitian ini. Hal ini terjadi karena pemberian
obat secara bersamaan yang dapat menimbulkan reaksi pada tubuh atau pada obat
itu sendiri. Pada kasus 3 efek glimepiride ditingkatkan oleh NSAID dalam hal ini
metamizole dalam Analsik®. Untuk mengatasi hal tersebut maka lebih baik
menggunakan analgesik lain misalnya golongan non opioat seperti paracetamol.
Drug Related Problems ini terjadi pada tanggal 12-15 Mei 2009. Pada kasus 9
terdapat beberapa DRPs interaksi obat dalam 1 kasus yaitu penggunaan gliklazid
dengan fenofibrat meningkatkan efek hipoglikemi, kemudian pada kasus ini
pengguaan ranitidin HCl dapat mengganggu bioavailabilitas lansoprazole. Kedua
kasus DRPs ini terjadi pada tanggal 7-8 Oktober 2009. Pada kasus 13 efek
glimepiride ditingkatkan oleh NSAID dalam hal ini metamizole injeksi.
Sebenarnya metamizole injeksi dapat digantikan dengan injeksi NSAID golongan
non opioat seperti Ketorolac®. Namun harga dari Ketorolac® sangat mahal,
sedangkan pasien di Rumah Sakit Panti Rini adalah kebanyakan pasien dengan
ekonomi menengah ke bawah sehingga penulis menyarankan untuk mengatur
waktu pemberian metamizole dan glimepiride. Drug Related Problems ini terjadi
pada tanggal 30 April-3 mei 2009. Yang terakhir pada kasus 14, paling banyak
terdapat DRPs interaksi obat. Pada kasus ini terdapat 3 buah DRPs interaksi obat
yaitu akan terjadi interaksi bila glimepiride diberikan dengan 6-α-
metilprednisolon (19-21 Desember 2009), omeprazole diberikan dengan rimstar
49
4-FDC (20-21 Desember 2009), dan 6-α-metilprednisolon diberikan dengan
rimstar 4-FDC (20-21 Desember 2009).
Tabel XIX. Kejadian DRPs Interaksi Obat pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah SakitPanti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No.
KasusDRPs Rekomendasi
3 Efek glimepiride ditingkatkan oleh
NSAID dalam hal ini metamizole dalam
Analsik®.
Lebih baik digunakan
analgesik golongan non
opioat seperti parasetamol.
Penggunaan gliklazid dengan fenofibrat
meningkatkan efek hipoglikemi
Atur waktu pemberian
fenofibrat dan gliklazid.
9
Ranitidin HCl mengganggu
bioavailabilitas lansoprazole
Atur waktu pemberian
ranitidin Hcl dan
lansoprazole.
13 Efek glimepiride ditingkatkan oleh
metamizole injeksi yang merupakan
golongan NSAID.
Atur waktu pemberian.
Terjadi interaksi bila glimepiride
diberikan dengan 6-α-metilprednisolon
Terjadi interaksi apabila omeprazole
diberikan dengan rimstar 4FDC.
14
Terjadi interaksi bila 6-α-metilprednisolon
diberikan dengan rimstar 4FDC.
Atur waktu pemberian
glimepiride, rimstar 4FDC,
dan 6-α-metilprednisolon.
Setidaknya pemberian obat
berselang 3 jam.
Dalam penelitian ini Drug Related Problems (DRPs) butuh obat yaitu
14,28% dari 14 kasus. Dalam hal ini pasien tidak mendapatkan obat untuk
keluhan yang dialami oleh pasien. Pada kasus 4 tekanan darah pasien sangat
50
tinggi, namun pasien tidak mendapatkan obat untuk menurunkan tekanan
darahnya. Hal ini terjadi dari tanggal 22 Mei 2009-24 Mei 2009. Pada kasus 8
pasien memiliki keluhan tidak bisa buang air besar selama 5 hari namun pasien
tidak mendapatkan obat untuk keluhannya tersebut. Drug Related Problems ini
terjadi pada tanggal 10-12 Maret 2009.
Tabel XX. Kejadian DRPs Butuh Obat Tambahan pada Pasien DiabetesMelitus Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap RumahSakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No.
KasusDRPs Rekomendasi
4 Tekanan darah pasien tinggi, namun pasien
tidak mendapatkan obat untuk
menurunkannya.
Dapat diberikan terapi
untuk menurunkan tekanan
darah yang sesuai.
8 Pasien mengalami susah buang air besar
sudah 5 hari namun pasien tidak
mendapatkan obat untuk mengatasi hal ini.
Pasien dapat diberikan
Dulcolax untuk membantu
buang air besar.
Drug related problems tidak butuh obat terjadi pada pengobatan DM
tipe 2 yaitu sebesar 7% dari 14 kasus. Pada kasus ini pasien mendapatkan 2 obat
yang memiliki fungsi yang sama dengan golongan obat yang sama. Hal ini terjadi
pada kasus 5. Pada kasus ini digunakan kanamycin sulfat dan gentamisin sulfat,
kedua obat ini merupakan antibiotik golongan aminoglikosida. Maka untuk
menghemat biaya dan menghindari terjadinya resistensi sebaiknya digunakan satu
jenis antibiotik saja. Hal ini terjadi pada tanggal 24 Juni-28 Juni 2009.
51
Tabel XXI. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat pada Pasien Diabetes MelitusTipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah SakitPanti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010
No.
KasusDRPs Rekomendasi
5 Pasien mendapat 2 antibiotik dengan
fungsi dan golongan yang sama yaitu
kanamycin sulfat dan gentamisin sulfat.
Cukup gunakan 1 antibiotik
saja.
Gambar 4. Kejadian DRPs Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 NonKomplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode januari 2009-Maret 2010
D. Kondisi Pasien Saat Keluar Rumah Sakit
Berdasarkan 14 data yang dievaluasi sebagian besar pasien
meninggalkan rumah sakit karena membaik dan diijinkan pulang.Jumlah pasien
membaik dan boleh pulang sebanyak 10 kasus atau 71% dari 14 kasus. Sedangkan
52
yang belum sembuh dan pulang atas permintaan sendiri sebanyak 4 kasus atau
29% dari 14 kasus. Alasan pasien pulang dengan permintaan sendiri mungkin
dikarenakan alasan biaya atau tidak betah tinggal di rumah sakit.
Dari perbandingan hasil laboratorium kadar glukosa darah selama
pasien menjalani rawat inap, semua pasien mengalami penurunan kadar glukosa
darah sehingga pengobatan DM pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 dapat dikatakan sudah optimal.
Gambar 5. Alasan Meninggalkan Rumah Sakit Pada Pasien DM Tipe 2 diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit panti Rini YogyakartaPeriode Januari 2009-Maret 2010
53
Tabel XXII. Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah Pasien DiabetesMelitus Tipe 2 Non Komplikasi di Rumah Sakit Panti RiniYogyakarta Periode Januari 2009-Maret 2010 Selama MenjalaniRawat Inap
Pasien Kadar Glukosa 1 Kadar Glukosa 2 Nilai normal1 Glukosa puasa: 351 mg/dl
Glukosa 2 jam PP: 472mg/dl
Glukosa puasa: 155 mg/dl
2 Glukosa puasa: 413 mg/dl Glukosa puasa: 170 mg/dl3 Glukosa puasa: 236 mg/dl Glukosa puasa: 173 mg/dl
Glukosa 2 jam PP: 208 mg/dl4 Glukosa puasa: 453 mg/dl
Glukosa 2 jam PP: 528mg/dl
Glukosa puasa: 346 mg/dl
5 Glukosa puasa: 217 mg/dl Glukosa puasa: 160 mg/ml6 Glukosa acak: 231 mg/dl Glukosa puasa: 103 mg/dl7 Glukosa puasa: 217 mg/dl
Glukosa 2 jam PP: 259mg/dl
Glukosa puasa: 201 mg/dl
8 Glukosa puasa: 305 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 334mg/dl
Glukosa puasa: 288 mg/dl
9 Glukosa sewaktu: 250mg/dl
Glukosa puasa: 226 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 360 mg/dl
10 Glukosa sewaktu: 436mg/dl
Glukosa puasa: 325 mg/dl
11 Glukosa puasa 340 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 296mg/dl
Glukosa puasa: 149 mg/dl
12 Glukosa puasa: 290 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 318mg/dl
Glukosa puasa: 134 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 192 mg/dl
13 Glukosa sewaktu: 322mg/dl
Glukosa puasa: 177 mg/dl
14 Glukosa puasa: 141 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 211mg/dl
Glukosa sewaktu: 248 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 125 mg/dl
Glukosapuasa: 70-100mg/dlGlukosa 2 jamPP: 70-140mg/dlGlukosasewaktu: <200mg/dl
E. Rangkuman Pembahasan
Selama periode Januari 2009-Maret 2010 terdapat 126 pasien diabetes
melitus tipe 2 yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rini. Dari
126 pasien tersebut, pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 14 kasus.
54
Kemudian dari rekam medik 14 kasus tersebut dilakukan identifikasi drug related
problems pada pengobatan diabetes melitus tipe 2 non komplikasi.
Kejadian DRP yang paling banyak terjadi pada pasien DM tipe 2
adalah interaksi obat yaitu sebesar 29% dari 14 kasus. Drug Related Problems ini
terjadi karena pemberian lebih dari satu jenis obat yang satu sama lain memiliki
interaksi. Selain interaksi obat, DRPs yang terjadi adalah ADR sebesar 7%, butuh
obat sebesar 14%, dan tidak butuh obat sebesar 7%.
Berdasarkan 14 kasus yang dievaluasi diketahui bahwa kasus DM tipe
2 banyak terjadi pada range umur >49-≤59 tahun yaitu sebesar 36%. Kasus ini
lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 71% pada
wanita dan 29% pada laki-laki.
Obat yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dibagi menjadi
9 kelas terapi yaitu obat yang mempengaruhi sistem hormon, obat kardiovaskular,
antibiotik, analgesik, obat yang mempengaruhi susunan saraf pusat, obat saluran
pernafasan, obat saluran cerna, obat untuk kulit, nutrisi dan gizi. Penggunaan obat
yang banyak digunakan adalah obat dari kelas obat yang mempengaruhi sistem
hormon sebesar 93%.
Tabel XXIII. Ringkasan Drug Related ProblemsNo DRPs Kasus1. ADR 22. IO 3, 9, 13, 143. Butuh obat 4, 84. Tidak butuh obat 55. Kurang dosis -6. Dosis lebih -7. Obat salah -
55
Pasien yang membaik dan diizinkan pulang sebanyak 71%, sedangkan
29% pulang dengan permintaan sendiri yang mungkin dikarenakan tidak betah
tinggal di rumah sakit atau disebabkan masalah ekonomi. Semua pasien yang
dievaluasi mengalami penurunan kadar glukosa darah sehingga pengobatan DM
di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 dapat
dikatakan sudah optimal.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta
Periode Januari 2009-Maret 2010” diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Kasus diabetes melitus tipe 2 non komplikasi paling banyak terjadi pada
pasien dengan range umur >49-≤59 tahun, dan terjadi pada wanita sebesar
71% sedangkan pada laki-laki sebesar 29%.
2. Terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 non
komplikasi dan yang paling banyak digunakan adalah obat dari kelas terapi
obat yang mempengaruhi sistem hormon yaitu sebesar 93%.
3. Terdapat Drug Related Problems pada penelitian ini yaitu (1) interaksi obat
terjadi sebesar 29%; (2) ADR sebesar 7%; (3) butuh obat sebesar 14%; dan (4)
tidak butuh obat sebesar 7%.
4. Dari 14 kasus, 71% pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan
membaik dan diizinkan pulang, sedangkan sebanyak 29% pulang atas
permintaan sendiri yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah
sakit atau dapat juga disebabkan masalah ekonomi. Semua pasien yang
dievaluasi mengalami penurunan kadar glukosa darah sehingga pengobatan
DM tipe 2 non komplikasi di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode
Januari 2009-Maret 2010 dapat dikatakan sudah optimal.
57
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut ini.
1. Dilakukan penelitian lanjutan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta pada periode tahun yang berbeda secara
prospektif agar dapat dilihat perbandingan pelayanan kesehatan yang
diberikan.
2. Dari hasil penelitian yang didapatkan, dapat disarankan agar Rumah Sakit
Panti Rini memiliki standar acuan untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2
agar pelayanan yang diberikan kepada pasien lebih mudah dan lebih baik.
58
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association (ADA), 2005, Standards of Medical Care inDiabetes, dari http://care.diabetesjournals.org/cgi/contect/full/28/suppl.,diakses pada 18 Maret 2010
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, DepartemenKesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus, DirektoratBina Farmasi Komunitas Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian danAlat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 7 2007/2008, CMPMedica Asia Pte Ltd, Jakarta
Anonim, 2009, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 44 2009/2010,PT. ISFI, Jakarta
Cipolle, R.J., Strand L.M., dan Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical CarePractice, McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 37-60
Foster, Daniel W., 2000, Diabetes Mellitus, dalam Harison Prinsip-Prinsip IlmuPenyakit Dalam, Edisi 13, Penerbit EGC, Jakarta
Katzung, B.G., 1995, Farmakologi dasar dan Klinik, Penerbit Salemba Medika,Jakarta
Kuncara, H.Y., 1992, Pengkajian dan Penatalaksanaan Pasien DiabetesMelitus,dalam Pakaryaningsih, E., Monica Ester (Editor) Buku AjarKeperawatan Medikal-Bedah, Edisi VIII, Penerbit EGC, Jakarta
Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., dan Lance, L. L., 2005, DrugInformation Hanbook, Edisi 14, Lexi-Comp Inc, Ohio
Notoatmodjo, S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,86-88
Price, S.A. and Wilson, L.C., 1995, Phatophysiology Clinical Concepts ofDisease, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Schwinghammer, L.T., 2000, Pharmacotherapy Handbook, 5th edition, TheMcGraw-Hill Company, Inc, United State of America
59
Schwinghammer, Terry L., 2009, Diabetes Mellitus, dalam PharmacotherapyHandbook, Seventh Edition, diedit oleh J.T. Dipiro, McGraw-Hill Company,Inc
Soegondo, S., 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes MellitusTipe 2 di Indonesia, Penerbit Perkumpulan Endokrinologi Indonesia(PERKENI), Jakarta
Suastika, Ketut, 2007, Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetesmellitus, Penerbit Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI),Jakarta
Suyono, Slamet, 2009, Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetesdalam Soegondo, Sidartawan et al., (Ed), Penatalaksanaan Diabetes MelitusTerpadu, Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 3
Triplitt, C.L., Reasner C.A., dan Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalamPharmacotherapy: A Pathophysiology Appoarch, Sixth Edition, diedit olehJ.T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 1333-1363
Waspadji,S., 1996, Gambaran Klinis Diabetes Melitus dalam Noer, S., (Ed), BukuAjar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta
Waspadji, Sarwono, 2009, Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar danPengelolaannya yang Rasional dalam Soegondo, Sidartawan et al., (Ed),Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta, 31-43
Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakologi dalam Neurologi, Edisi 1, salembaMedika, Jakarta, 53-73
World Health Organization, 2006, Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitusand Intermediate Hyperglycemia, WHO Department of NoncommunicableDisease Survillane, Geneva
LAMPIRAN
60
Tabel XXIV. Evaluasi DRPs Pasien 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 1. RM: 068162. 14 Oktober 2009 – 15 Oktober 2009SubjectiveUsia/JK: 53 th/LKeluhan utama: Batuk, lemesPerjalanan penyakit: Bersih-bersih kebun seharian, bersepeda jauh, tiba-tiba lemes, capek. Batuk-batuk, dahaksulit keluar. Periksa ke Pnti Rini disarankan opname.Penyakit yang pernah diderita: Opname di Panti Rini dengan DM. Pengobatan DM di puskesmas dengan Amaril1x1 dan Metformin 3x1Diagnosa: DM tipe 2Status keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objetive Penatalaksanaan
Assessment Rekomendasi
14/10/09 Batuk dahaksulit keluar
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:88x/menit, Tekanandarah: 120/80 mmHg,Nafas: 16x/menit
Hasil lab:SGOT: 24,5U/LSGPT: 24,3U/LKolesterol total: 153mg/dlTrigliserida: 249 mg/dlHDL: 37 mg/dlLDL: 99 mg/dlCK-MB: 16,3 U/LSerum: 58 mg/dlCreatinin: 1,1 mg/dl
Cinula 2x1ranitidin HCl2x1 ampulInfus Aseringglimepiride1x1
1. Tidak adaDRPs.2. Cinula dapatmenyebabkan efeksamping gangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.
Pantau glukosa darahdan kolesterolpasien.
15/10/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:76x/menit, Tekanandarah: 110/70 mmHg
Hasil lab:pH: 436Glukosa puasa: 155mg/dl
Cinula 2x1ranitidin HCl2x1 ampulInfus Aseringglimepiride1x1
1. Tidak adaDRPs.2. Cinula dapatmenyebabkan efeksamping gangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.
Pantau glukosa darahpasien.
Hasil lab pada saat pasien belum menjalani rawat inap (10/10/90)Urinalisis:Berat jenis: 1,020pH: 5,0Protein albumin: +Glukosa:+Sedimen:Lekosit: 0-1/lpbEpithel: 0-2/lpkSilinder: Granular positif
Profil Lemak:Kolesterol total: 195 mg/dlTrigliserida: 206 mg/dlHDL kolesterol direk: 36 mg/dlLDL kolesterol direk: 117 mg/dlUric acid: 5,9 mg/dlGlukosa puasa: 351 mg/dlGlukosa 2 jam PP: 472 mg/dl
61
Tabel XXV. Evaluasi DRPs Pasien 2 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap
Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010Pasien 2. RM: 164322. 13 April 2009 - 20 April 2009
SubjectiveUsia/JK: 51 th/PKeluhan utama: Pusing, mualPerjalanan penyakit: Pasien lemas, pusing, mual muntah 3x.Periksa di Puskesmas tanggal 13/04/09 Gula darahpuasa: 424. Dianjurkan ke RS Panti Rini. Di UGD Panti Rini OT: 339Penyakit yang pernah diderita: DM sudah kurang lebih 2-3 tahun.Diagnosa: DM, Obs. Chest pain, DispepsiaStatus keluar: belum sembuh, pulang atas permintaan pasien
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
13/04/2009 Pusing,mual,lemas
Tanda vital:Suhu: 36,2oC, Nadi:82x/menit, Tekanandarah: 130/80mmHg, Nafas:32x/menit
Hasil lab:SGOT: 14,0 U/LSGPT: 16,3 U/LKolesterol total:323 mg/dlTrigliserida: 313mg/dlHDL kolesterol:47 mg/dlLDL kolesterol:226 mg/dlCK-MB: 34,5 U/LUreum: 54 mg/dlCretinin: 1,8mg/dlUric acid: 10,8mg/dlK: 5,5 mmol/LNa: 120 mmol/LCl: 96 mmol/L
glibenklamide1-1-0vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sore
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguanfungsi ginjal.DRPs: ADR.
1. Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikan dengandosis rendah untukmengurangi efeksamping.2. Pantaukolesterol danglukosa darah.3. Pantau fungsiginjal dan jantung.
62
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
14/04/2009 sesek Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:108x/menit,Tekanan darah:120/80 mmHg,Nafas: 28x/menit
Hasil lab:LDH: 419 mg/dlGlukosa puasa:413 mg/dlCK-MB: 24,1 U/LUrinalisa:Glukosa: 4+Protein: 1+pH: 5,5Berat jenis: 1020Darah: 1+Benda keton: 4+Sedimen:Lekosit: 5-10Eritrosit: 8-15Granuler: 2-5Bacteri: +
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sorecefiximetrihidrat2x100mgisosorbiddinitrat 3x5mgklopidogrel 1x1insulin drip
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguanfungsi ginjal.DRPs: ADR.
1.Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikan dengandosis rendah untukmengurangi efeksamping.2. Pantau glukosadarah.
15/04/2009 Sesekberkurang,mual,muntah
Tanda vital:Suhu: 37,8oC, Nadi:112x/menit,Tekanan darah:120/80 mmHg,Nafas: 28x/menit
Hasil lab:K: 2,1 duploNa: 122 duploCl: 99 duplo
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sorecefiximetrihidrat2x100mgisosorbiddinitrat 3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x1 tabinsulin 10 unitInj. ondansetronHCl 2x4mg iv
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguanfungsi ginjal.DRPs: ADR.
1. Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikan dengandosis rendahuntukmengurangi efeksamping.
2. Pantaukolesterol danglukosa darah.3. Pantau fungsiginjal dan jantung.
63
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
16/04/2009 Lemas,mual,bibir kering,sering haus
Tanda vital:Suhu: 38oC,Nadi:120x/menit,Tekanan darah:110/90 mmHg
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sorecefiximetrihidrat2x100mgisosorbid dinitrat3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x1 tabinsulin 10 unitInj. ondansetronHCl 2x4mg ivinfus RL+KCl
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguan fungsiginjal.DRPs: ADR.
Sebaiknyapenggunaanfenofibrat diberikandengan dosisrendah untukmengurangi efeksamping.
17/04/2009 Lemas,mual Tanda vital:Suhu: 37,6oC,Nadi: 88x/menit,Tekanan darah:130/80 mmHg
Hasil lab:K: 1,9 duploNa: 120 duploCl: 86 duplo
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sorecefiximetrihidrat2x100mgisosorbid dinitrat3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x1 tabinsulin 8 unitInj. ondansetronHCl 2x4mg ivinfus RL+KClInj. seftriaksone2x1grDrip Neurobion5000 1amp+100cc NaCl0,9%
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguan fungsiginjal.DRPs: ADR.
Sebaiknyapenggunaanfenofibrat diberikandengan dosisrendah untukmengurangi efeksamping.
64
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
18/04/2009 Mual, lemes Tanda vital:Suhu: 37,7oC,Nadi: 80x/menit,Tekanan darah:130/70 mmHg
Hasil lab:Urinalisa:Glukosa: 3+pH: 5,5BJ: <1,005Darah: +Benda keton: 2+Sedimen:Lekosit: 3-5Eritrosit: 1-3Bacteri:+
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidin HCl2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1 tabfenofibrat 300mg1x1 pagisimvastatin 10mg1x1 sorecefixime trihidrat2x100mgisosorbid dinitrat3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x2 tabinsulin 8 unitInj. ondansetronHCl 2x4mg ivinfus RL+KClInj. seftriakson2x1grDrip Neurobion5000 1amp +100ccNaCl 0,9%
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguan fungsiginjal.DRPs: ADR.
1. Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikandengan dosisrendah untukmengurangiefek samping.
2. Pantau glukosadarah.
19/04/2009 Pusing,tidakmual
Tanda vital:Suhu: 37,3oC,Nadi: 80x/menit,Tekanan darah:120/60 mmHg
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidin HCl2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1 tabfenofibrat 300mg1x1 pagisimvastatin 10mg1x1 sorecefixime trihidrat2x100mgisosorbid dinitrat3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x2 tabInsulin 8 unitInj. ondansetronHCl 2x4mg ivinfus RL+KClInj. seftriakson2x1grDrip Neurobion5000 1amp +100ccNaCl 0,9%
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguan fungsiginjal.DRPs: ADR.
Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikan dengandosis rendah untukmengurangi efeksamping.
65
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
20/04/2009 Perut mules,BAB keras
Tanda vital:Suhu: 36,6oC, Nadi:84x/menit, Tekanandarah: 130/70mmHg
Hasil lab:K: 24 mmol/LNa: 123 mmol/LCl: 91 mmol/LGlukosa puasa:170 mg/dl
vildagliptin 1-0-1Inj. ranitidinHCl 2x1ampInf. NaCl 3%furesemid 1x1tabfenofibrat300mg 1x1 pagisimvastatin10mg 1x1 sorecefiximetrihidrat2x100mgisosorbid dinitrat3x5mgklopidogrel 1x1Renapar 3x2 tabinsulin 3x6 unitinfus RL+KClDrip Neurobion5000 1amp+100cc NaCl0,9%lansoprazol1x30mgsefiksim2x100mg
Penggunaanfenofibrat dapatmeningkatkankreatinin dantimbulnyaabnormalitasfungsi ginjal.Sebaiknyadihindari untukpasien dengangangguan fungsiginjal.DRPs: ADR.
1. Sebaiknyapenggunaanfenofibratdiberikandengan dosisrendah untukmengurangi efeksamping.
2. Pantaukolesterol danglukosa darah.3. Pantau fungsiginjal dan jantung.
Obat pulang:Sefiksim 2x100g, Parasetamol 3x1, Renapar 3x2, Glimepiride 1-0-1, Evotyl 600mg 1x1, Simvastatin 10g 1x1,Isosorbid dinitrat 3x5mg, Lansoprazol 1x30mg, Ranitidin 2x1, Ondansetron HCl 2x1, Insulin 3x6unit,Klopidogrel 1x1.
66
Tabel XXVI. Evaluasi DRPs Pasien 3 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 3. RM: 123270. 12 Mei 2009 – 15 Mei 2009SubjectiveUsia/JK: 59 th/LDiagnosa: Obs. Hiperglikemia, Obs. AsteniaStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
12/05/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 35,2oC, Nadi:76x/menit, Tekanandarah: 150/90mmHg
Hasil lab:SGOT: 21,5 U/LSGPT: 21,9 U/LUreum 19 mg/dlCreatinin: 1,0mg/dlUric acid: 6,7mg/dlK: 3,4 mmol/LNa: 130 mmol/LCl: 90 mmol/LGlukosa puasa:236 mg/dlKolesterol total:226 mg/dlTrigliserida: 903mg/dlHDL kolesterol:33 mg/dlLDL kolesterol:105 mg/dl
glimepiride 1-0-0Analsik 3x1ranitidin HCl1/12 jamInf. Asering
1. Glimepiridememiliki efeksampinggangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.2. Efekglimepirideditingkatkanoleh NSAIDdalam hal iniAnalsik.DRPs:Interaksi obat.
1. Pantau glukosadarah, kolesteroldan fungsi ginjal.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.3. Lebih baikdigunakananalgesik golongannon opioat sepertiparasetamol.
67
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
13/05/2009 Tidak adakeluhan,sudahmobilisasiaktif
Tanda vital:Suhu: 36,5oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 130/90mmHg
Hasil lab:Urinalisa:Glucose: 2+pH: 6,5BJ: 1.010Sedimen:Sel epitel: +Lekosit: 1-3Eritrosit: 0-1Bacteri: +Glukosa puasa:173 mg/dlGlukosa 2 jam PP:208 mg/dl
glimepiride 1-0-0Analsik 3x1ranitidin HCl1/12 jamfenofibrat1x300mgInf. Asering
1. Glimepiridememiliki efeksampinggangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.2. Efekglimepirideditingkatkanoleh NSAIDdalam hal iniAnalsik.DRPs: Interaksiobat.
1. Pantauglukosa darah,kolesterol danfungsi ginjal.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.3. Lebih baikdigunakananalgesikgolongan nonopioat sepertiparasetamol.
14/05/2009 Badan sudahenak
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 120/80mmHg
glimepiride 1-0-0Analsik 3x1fenofibrat1x300mgranitidin 2x1tabInf. Asering
1. Glimepiridememiliki efeksampinggangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.2. Efekglimepirideditingkatkanoleh NSAIDdalam hal iniAnalsik.
DRPs: Interaksiobat.
1. Pantauglukosa darah,kolesterol danfungsi ginjal.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.3. Lebih baikdigunakananalgesikgolongan nonopioat sepertiparasetamol.
15/05/2009 Sudahmembaik
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 130/70mmHg
glimepiride 1-0-0Analsik 3x1fenofibrat1x300mgranitidin 2x1tabInf. Asering
1. Glimepiridememiliki efeksampinggangguangastrointestinalmaka diberikanranitidin HCl.2. Efekglimepirideditingkatkanoleh NSAIDdalam hal iniAnalsik.
DRPs: Interaksiobat.
1. Pantau glukosadarah, kolesteroldan fungsi ginjal.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.3. Lebih baikdigunakananalgesik golongannon opioat sepertiparasetamol.
68
Tabel XXVII. Evaluasi DRPs Pasien 4 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 4. RM: 116835. 20 Mei 2009 – 24 Mei 2009SubjectiveUsia/JK: 82 th/PDiagnosa: DM tipe 2, PruritusStatus keluar: belum sembuh, pulang atas permintaan sendiri
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
20/05/2009 Pusing,gatal-gataldipunggung
Tanda vital:Suhu: 36,4oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 110/70 mmHg
Hasil lab:SGOT: 16,5 U/LSGPT: 12,5 U/LUreum: 51 mg/dlCreatinin: 1,4 mg/dlGlukosa puasa: 453mg/dlGlukosa 2 jam PP:528 mg/dlUrinalisa:Glucose: 4+pH: 5,5BJ: <1.005Keton: +Sedimen:Sel epitel: +Lekosit: 2-5Eritrosit: 0-1Bacteri: +
insulin RI 3x6unitCinula 2x1mebhidrolinnapadisilat 2x1
Tidak ada DRPs. 1. Pantau glukosadarah pasien.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.
21/05/2009 Gatal-gatal dibadan
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:84x/menit, Tekanandarah: 110/80 mmHg
insulin RI 3x6unitCinula 2x1mebhidrolinnapadisilat 2x1
Tidak ada DRPs. 1. Pantau glukosadarah pasien.2. Pasiendisarankan untukdiet dan olahraga.
22/05/2009 Punggungluka dangatal
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 160/100mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa: 302mg/dl
insulin RI 3x6unitCinula 2x1mebhidrolinnapadisilat 2x1
Tekanan darah pasientinggi, namun pasientidak mendapatkan obatuntuk menurunkannya.DRPs: butuh obat
1. Berikan obatuntuk menurunkantekanan darahpasien.2. Pantau glukosadarah pasien.
69
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
23/05/2009 Badan masihgatal
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 190/80mmHg
insulin RI 3x6 unitCinula 2x1mebhidrolinnapadisilat 2x1klobetasolpropionat tc II
1. Tekanan darahpasien tinggi,namun pasientidakmendapatkanobat untukmenurunkannya.
DRPs: butuh obat
1.Berikan obat untukmenurunkan tekanandarah pasien.
24/05/2009 Lemes,kedua kakikadangnyeri,punggunggatal
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 140/60mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa:346 mg/dl
insulin RI 3x6unitCinula 2x1mebhidrolinnapadisilat 2x1klobetasolpropionat tc II
1. Tekanan darahpasien tinggi,namun pasientidakmendapatkanobat untukmenurunkannya.
DRPs: butuh obat
1. Berikan obatuntuk menurunkantekanan darahpasien.
Obat pulang:Metformin 1-0-1, Ampiride 1-0-0, Cinula 2x1, Mebhidrolin napadisilat 2x1
70
Tabel XXVIII. Evaluasi DRPs Pasien 5 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 5. RM: 126025. 22 Juni 2009 – 28 Juni 2009SubjectiveUsia/JK: 42 th/LKeluhan utama: tidak ada keluhan, mau operasiPerjalanan penyakit: sebelumnya pasien sering diare dan perut mules. Kontrol ke Panti Rini ternyata pasien maupikir-pikir dahulu. 22/06/09 datang ke Panti Rini mau operasi.Penyakit yang pernah diderita: DMDiagnosa: Ca RectiStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
22/06/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 120/80mmHg, Nafas:15x/menit
Hasil lab:Protein total: 6,64gr/dlProtein albumin: 4,21gr/dlProtein globulin: 2,42gr/dlGlukosa acak: 64mg/dlK: 3,5 mmol/LNa: 140 mmol/LCl: 101 mmol/LHBsAg: -
kanamycin sulfat3x500
Tidak ada DRPs. Pantau Glukosadarah.
23/06/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,3oC, Nadi:76x/menit, Tekanandarah: 110/60 mmHg
Hasil lab:Ureum: 24 mg/dlCreatinin: 1,0 mg/dl
kanamycin sulfat3x500Inj. ranitidin HCl1amp/12jamgliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1
Tidak ada DRPs. Pantau kreatininpasien.
24/06/2009 Perdarahanluka operasirembessedikit,lukaoperasi nyeri
Tanda vital:Suhu: 36,6oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 110/70 mmHg
Hasil lab:Hb: 10,1g/dlLekosit: 13.500/µLHematokrit: 31%
kanamycin sulfat3x500Inj. ranitidin HCl1amp/12jamgliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1seftriakson 1x1grgentamisin sulfat2x80gmetronidazole 3x1
Digunakan 2jenis antibiotikdengan golongandan fungsi yangsama yaitukanamycin sulfatdan gentamisinsulfat.DRPs: tidakbutuh obat
1.Pantau Glukosadarah.2.Gunakan salahsatu antibiotiksaja.Kanamycinsulfat saja ataugentamisin sulfat.
71
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
25/06/2009 Luka operasiperih
Tanda vital:Nadi: 97x/menit,Tekanan darah:100/66 mmHg,nafas: 52x/menit
kanamycin sulfat3x500Inj. ranitidinHCl1amp/12jamgliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1seftriakson1x1grgentamisin sulfat2x80gmetronidazole3x1
Digunakan 2jenis antibiotikdengan golongandan fungsi yangsama yaitukanamycin sulfatdan gentamisinsulfat.DRPs: tidakbutuh obat
1. Pantau keadaanluka pasien.2. Gunakan salahsatu antibiotiksaja.Kanamycinsulfat saja ataugentamisin sulfat.
26/06/2009 Nyeri padaluka operasi
Tanda vital:Nadi: 80x/menit,Tekanan darah:95/55 mmHg
Hasil lab:Protein total: 4,03gr/dlProtein albumin:2,71 gr/dlProtein globulin:1,32 gr/dlTrigliserida:109mg/dlGlukosa puasa:217 mg/dlK: 4,1 mmol/LNa: 136 mmol/LCl: 100 mmol/LMagnesium (P):0,7mmol/L
kanamycin sulfat3x500Inj. ranitidinHCl1amp/12jamgliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1seftriakson1x1grgentamisin sulfat2x80gmetronidazole3x1
Digunakan 2jenis antibiotikdengan golongandan fungsi yangsama yaitukanamycin sulfatdan gentamisinsulfat.DRPs: tidakbutuh obat
1. Pantau glukosadarah pasien.2. Gunakan salahsatu antibiotiksaja.Kanamycinsulfat saja ataugentamisin sulfat.
27/06/2009 Nyeri bekasjahitan
Tanda vital:Suhu: 37oC, Nadi:70x/menit, Tekanandarah: 120/70mmHg
kanamycin sulfat3x500Inj. ranitidinHCl1amp/12jamgliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1seftriakson1x1grgentamisin sulfat2x80gmetronidazole3x1
Digunakan 2jenis antibiotikdengan golongandan fungsi yangsama yaitukanamycin sulfatdan gentamisinsulfat.DRPs: tidakbutuh obat
1. Pantau keadaanluka setelahoperasi.2. Gunakan salahsatu antibiotiksaja.Kanamycinsulfat saja ataugentamisin sulfat.
72
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
28/06/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,5oC,Tekanan darah:110/70 mmHg
Hasil lab:Hb: 9,9 g/dlHematokrit: 31%Protein total: 4,55gr/dlProtein albumin:3,16 gr/dlProtein globulin:1,39 gr/dlGlukosa puasa:160 gr/dl
kanamycin sulfat3x500gliklazid ½-0-1/2Cinula 2x1seftriakson1x1grgentamisin sulfat2x80gmetronidazole3x1ciprofloxacin2x500asam mefenamat3x500
Digunakan 2jenis antibiotikdengan golongandan fungsi yangsama yaitukanamycin sulfatdan gentamisinsulfat.DRPs: tidakbutuh obat
1.Pantau glukosadarah pasien.2.Gunakan salahsatu antibiotiksaja.Kanamycinsulfat saja ataugentamisin sulfat.
Hasil lab sebelum pasien dirawat inap (12/06/09):Protein total: 6,01 gr/dlProtein albumin: 3,87 gr/dlProtein globulin: 2,14 gr/dlK: 3,2 mmol/LNa: 139 mmol/LCl: 101 mol/LTanda tumor:CEA: 1,77 mg/ml
73
Tabel XXIX. Evaluasi DRPs Pasien 6 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 6. RM: 166044. 15 Juni 2009 – 17 Juni 2009SubjectiveUsia/JK: 78 th/PPerjalanan penyakit: tanggal 5 Juni pasien periksa ke dokter dengan keluhan mual, muntah,pusing. Doktermangatakan sakit vertigo dan pasien diberi obat. Pasien tidak tahu nama obat yang diberikan.Penyakit yang pernah diderita: Belum pernah dirawat karena sakitDiagnosa: DM tipe 2, vertigoStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
15/06/2009 Pusing Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:84x/menit, Tekanandarah: 120/80mmHg
Hasil lab:Faeces:Lemak:+Hematologi:Hemoglobin: 11,8g/dlLekosit: 6.400/µLTrombosit:229.000/ µLHematokrit: 37%SGOT: 15,2 duploSGPT: 5,1 duploKolesterol total:223 mg/dlTrigliserida: 161mg/dlHDL kolesterol:58 mg/dlLDL kolesterol:152 mg/dlUreum: 32 mg/dlKreatinin: 0,6mg/dlGlukosa acak: 231mg/dl
pravastatin Na 0-0-1metformin HCl0-0-1flunarizinhidroklorida5mg 2x1infus RL
Tidak adaDRPs
Pantau kolesteroldan gula darahpasien.
74
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
16/06/2009 Lemes Tanda vital:Suhu: 36,4oC, Nadi:79x/menit, Tekanandarah: 130/80mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa:103 mg/dlGlukosa 2 jam PP:111mg/dlK: 3,8 mmol/LNa: 144 mmol/LCl: 105 mmol/L
pravastatin Na 0-0-1metformin HClXR 0-0-1flunarizinhidroklorida5mg 2x1infus RL
Tidak adaDRPs.
Pantau guladarah pasien.
17/06/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,4oC, Nadi:76x/menit, Tekanandarah: 130/80mmHg
pravastatin Na 0-0-1metformin HCl0-0-1flunarizinhidroklorida5mg 2x1infus RL
Tidak adaDRPs.
Pantau guladarah pasien.
75
Tabel XXX. Evaluasi DRPs Pasien 7 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 7. RM: 108383. 27 Juli 2009 – 30 Juli 2009SubjectiveUsia/JK: 68 th/PKeluhan utama: badan panas, mual, mulut sariawanPerjalanan penyakit: 24/07/09 panas mualipagi hari. 27/07/09 badan masih panas, mual sariawan kemudiandibawa ke Panti Rini disarankan opname.Diagnosa: DM, thyphoid, thrombocytopeniaStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
27/07/2009 Ulu hatitidak enak, 3hari belumBAB
Tanda vital:Suhu: 37,3oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 140/70mmHg
Hasil lab:SGOT: 123,9 U/LSGPT: 90,6 U/LKolesterol total:186 mg/dlTrigliserida: 276mg/dlUreum: 37 mg/dlKreatinin: 0,5mg/dlTrombosit: 68.000/µLHematokrit: 43%Widal:Ty. H: 1/80Para Ty. AH: 1/80Para Ty.BH: 1/80Para Ty. CO:1/320Urinalisa:Glucose: 4+Protein: 1+pH: 5,5BJ: 1.020Sedimen:Lekosit: 2-8Eritrosit: 1-3Kristal:Oksalat: +Amorf urat: +Bacteri: +
siprofloksasinHCl 2x1parasetamol 2x1Sanmag syr3x2cthnystatin 4x2mlbisakodil supp 1tube
1. Nystatinmemiliki efeksamping padagastrointestinalmaka diberikanSanmag.2. Tidak adaDRPs.
1. Batasi aktivitasdan atur polamakan untukmengembalikankondisi tubuh.2. Dapatdigunakan terapifarmakologis jusjambu untukmeningkatkantrombosit.3. Pantau fungsihati.
76
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
28/07/2009 Badanpegal-pegal,sariawanberkurang
Tanda vital:Suhu: 36,3oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 120/70mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa:217 mg/dlGlukosa 2 jam PP:259 mg/dlTrombosit: 68.000/µLHematokrit: 42%
siprofloksasinHCl 2x1Sanmag syr3x2cthnystatin 4x2mlSystenolGlucovance 1x1Curliv 3x1
1. Nystatinmemiliki efeksamping padagastrointestinal makadiberikanSanmag.2. Tidak adaDRPs.
1. Batasi aktivitasdan atur polamakan untukmengembalikankondisi tubuh.2. Dapatdigunakan terapifarmakologis jusjambu untukmeningkatkantrombosit.3. Pantau fungsihati.
29/07/2009 Pusingsedikit
Tanda vital:Suhu: 36,3oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 140/70mmHg
Hasil lab:Trombosit:70.000/µLHematokrit: 43%(06:11 AM)Trombosit:75.000/µLHematokrit: 42%(06:36 PM)
siprofloksasinHCl 2x1Sanmag syr3x2cthnystatin 4x2mlSystenolGlucovance 1x1Curliv 3x1
1. Nystatinmemiliki efeksamping padagastrointestinalmaka diberikanSanmag.2. Tidak adaDRPs.
1. Batasiaktivitas dan aturpola makan untukmengembalikankondisi tubuh.2. Dapatdigunakan terapifarmakologis jusjambu untukmeningkatkantrombosit.3. Pantau fungsihati.
30/07/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:80x/menit, Tekanandarah: 150/90mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa:201 mg/dlTrombosit:80.000/µLHematokrit: 43%
siprofloksasinHCl 2x1Sanmag syr3x2cthnystatin 4x2mlSystenolGlucovance 1x1Curliv 3x1
1. Nystatinmemiliki efeksamping padagastrointestinalmaka diberikanSanmag.2. Tidak adaDRPs.
1. Batasiaktivitas dan aturpola makan untukmengembalikankondisi tubuh.2. Dapatdigunakan terapifarmakologis jusjambu untukmeningkatkantrombosit.3. Pantau fungsihati.
77
Tabel XXXI. Evaluasi DRPs Pasien 8 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 8. RM: 086993. 10 Maret 2009 – 13 Maret 2009SubjectiveUsia/JK: 53 th/PDiagnosa: Hiperglikemi pada DM tipe 2Status keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
10/03/2009 Lemes,pusing,perut enek,5 haribelumBAB
Tanda vital:Suhu: 36oC,Nadi:78x/menit,Tekanan darah:128/80 mmHg
Hasil lab:SGOT: 15,0U/LSGPT: 15,2U/LUreum: 18mg/dlKreatinin: 0,3mg/dlK: 4,3 mmol/LNa: 123mmol/LCl: 95 mmol/L
parasetamol3x1Insulin 3x8unitranitidin HCl2x1ampulsefuroksim 2x1grInfus NaCl
1. Antibiotiksefuroksim memilikiefek sampinggangguangastrointestinalsehingga diberikanranitidin HCl2. Pasien sudah 5 haribelum Bab, namunpasien tidakmendapatkan obatuntuk itu.DRPs: butuh obat
1.Berikan pasien obat untukmengatasi susah BABseperti Dulcolax.2.Pantau kadar kreatininpasien.
11/03/2009 Perutsebah,belumBAB
Tanda vital:Suhu: 36,8oC,Tekanan darah:110/60 mmHg
Hasil lab:Glukosapuasa: 305mg/dlGlukosa 2 jamPP: 334 mg/dl
parasetamol3x1insulin 3x8unitranitidin HCl2x1ampulsefuroksim 2x1grinfus NaCl
1.Antibiotiksefuroksim memilikiefek sampinggangguangastrointestinalsehingga diberikanranitidin HCl.2.Pasien sudah 5 haribelum Bab, namunpasien tidakmendapatkan obatuntuk itu.DRPs: butuh obat
1.Berikan pasien obat untukmengatasi susah BABseperti Dulcolax.2.Pantau kadar gula darahpasien.
78
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
12/03/2009 Tenggorokansakit, kaki sakit
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:84x/menit, Tekanandarah: 130/80 mmHg
parasetamol3x1insulin 3x8unitranitidin HCl2x1ampulsefuroksim 2x1grinfus NaCl
1. Pasienmemilikikeluhansakittenggorokannamun tidakmendapatkanobat untukmengatasikeluhan tersebut.DRPs:butuhobat
1.Sebaiknyapasien diberikanobat untukmengatasi sakittenggorokannya.
13/03/2009 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,7oC, Nadi:96x/menit, Tekanandarah: 130/80 mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa: 288mg/dl
parasetamol3x1insulin 3x8unitranitidin HCl2x1ampulsefuroksim 2x1grinfus NaCl
Tidak ada DRPs 1. Pantau kadargula darah pasiendan lakukankontrol rutin.
79
Tabel XXXII. Evaluasi DRPs Pasien 9 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 9. RM: 167509. 6 Oktober 2009 – 8 Oktober 2009SubjectiveUsia/JK: 42 th/PKeluhan utama: sesakPerjalanan penyakit: tanggal 06/10/09 pukul 22.oo mengalami mual, muntah, dan sesak kemuadian langsung dibawake Panti RiniPenyakit yang pernah diderita: Juli 2000 opname DMDiagnosa: Dispepsia, HiperglikemiaStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
06/10/09 sesak Tanda vital:Suhu: 36oC,Nadi: 80x/menit,Tekanan darah:120/80 mmHg
Hasil lab:Glukosa darahsewaktu: 250mg/dl
Di UGD:Inj. metamizoleInj. ranitidin HClInj. NaCl 20 tetesInj.metoklopramideHCl
Tidak ada DRPs Atur pola makan danpantau kadar glukosadarah.
07/10/09 Sudahlebihenak
Tanda vital:Suhu: 36oC,Tekanan darah:110/70 mmHg,Nadi: 100x/menit
Hasil lab:Glukosa puasa:226 mg/dlGlukosa 2 jamPP: 360 mg/dlHematologi:Hemoglobin:11,0 g/dlLeukosit: 7300/µlTrombosit:364.000/µlSGOT: 19,0 U/LSGPT: 14,4 U/LKolesterol total:218 mg/dlTrigliserida: 390mg/dlUreum: 58 mg/dlKreatinin: 1,5mg/dlUric acid: 9,7mg/dl
ranitidin HCl 2x1ampfenofibrate 1x300mglansoprazole 1x1gliklazid 2x1metformin HCl2x1furosemid 1x1kalium klorida2x1
1. Penggunaangliklazid denganfenofibratmeningkatkan efekhipoglikemiDRPs: Interaksiobat2. Ranitidin HClmengganggubioavailabilitaslansoprazoleDRPs: Interaksiobat
1.Atur waktupemberian fenofibratdan gliklazid.2. Atur waktupemberian ranitidinHCl dan lansoprazole.
80
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
08/10/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,4oC,Nadi:76x/menit,Tekanan darah:110/70 mmHg
ranitidin HCl2x1 amprenofibrate1x300 mglansoprazole1x1gliklazid 2x1metformin HCl2x1furosemid 1x1kalium klorida2x1
1. Penggunaangliklazid denganfenofibratmeningkatkan efekhipoglikemiDRPs: Interaksiobat2. Ranitidin HClmengganggubioavailabilitaslansoprazoleDRPs: Interaksiobat
1. Atur waktu pemberianfenofibrat dan gliklazid.2. Atur waktu pemberianranitidin HCl danlansoprazole.
81
Tabel XXXIII. Evaluasi DRPs Pasien 10 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 10. RM: 162560. 1 April 2009 – 3 April 2009SubjectiveUsia/JK: 40 th/PDiagnosa: Obs. Vomitus, vertigo pada riwayat hipertensi, DM tipe 2Status keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
01/04/09 Pusing,mual Tanda vital:Suhu: 36oC,Nadi: 96x/menit,Tekanan darah:200/100 mmHg
Hasil lab:Glukosa darahsewaktu:436mg/dl
Faal hati:SGOT: 15,0 U/LSGPT: 11,3 U/LKolesterol total:325 mg/dlTrigliserida: 88mg/dlHDL: 106 mg/dlLDL: 244 mg/dlUreum: 29 mg/dlKreatinin: 0,6mg/dlUric acid: 2,8mg/dlK: 2,8 mmol/LNa: 135 mmol/LCl: 98 mmol/L
Di UGD:Inf. RL guyur,dilanjutkan 15tetes/menitInj. furosemide 2ampMetoklopramideHCl 1 ampranitidin HCl 1ampmetampiron 1 ampClonidin 1 tab(pukul 05.00)
Tidak ada DRPs Atur pola makandan pantauglukosa darahpasien.
02/04/09 Mual,muntah
Tanda vital:Suhu: 37oC,Tekanan darah:200/100 mmHg,Nadi: 80x/menit
Magard FA 2x1Inj. ondansetronHCl 2x4 mgGlucovance 2x5mgflunarisin 2x1kaptopril 2x1
Tidak ada DRPs .Pantau tekanandarah pasien.
82
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
03/04/09 Tidakpusing,tidakmual
Tanda vital:Suhu: 36,7oC,Nadi:80x/menit,Tekanan darah:140/80 mmHg
Hasil lab:Glukosapuasa: 325mg/dl
Magard FA 2x1Inj. ondansetronHCl 2x4 mgGlucovance 2x5mgflunarisin 2x1kaptopril 2x1
Tidak ada DRPs Atur pola makan danpantau glukosa darahpasien.
83
Tabel XXXIV. Evaluasi DRPs Pasien 11 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 11. RM: 167317. 26 Juli 2009 – 29 Juli 2009SubjectiveUsia/JK: 54 th/PKeluhan utama: nyeri telan kurang lebih 2 hari.Perjalanan penyakit: dibawa ke panti rini, disarankan opname. Periksa OT: 452 mg/dlPenyakit yang pernah diderita: kurang lebih 4 tahun menderita DM. Kontrol tidak rutin, 2 bulan terakhir tidak minumobat.Diagnosa: DM tipe 2 tidak terkontrolStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
26/07/09 Pusing,perut sakit,nyeri telan
Tanda vital:Suhu: 37oC, Nadi:80x/menit,Tekanan darah:120/70 mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa340 mg/dlGlukosa 2 jamPP: 296 mg/dl
Faal hati:SGOT: 13,2 U/LSGPT: 14,5 U/LKolesterol total:190 mg/dlTrigliserida: 136mg/dlHDL: 61 mg/dlLDL: 126 mg/dlUreum: 20 mg/dlKreatinin: 0,7mg/dlUric acid: 2,5mg/dlK: 3,9 mmol/LNa: 135 mmol/LCl: 99 mmol/L
Urinalisa:Glucose: 4+Urobilinogen:normalpH: 6,5BJ: 1.010Sel epitel: +Lekosit: 0-2Bakteri: +
paracetamol 3x1Insulin RI 3x6 unitsefuroksim1gr/ 12jam
Tidak ada DRPs 1. Pantau kadarglukosa darah dankloesterol.2. Atur pola makandan gaya hidup.
84
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
27/07/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,5oC,Nadi:80x/menit,Tekanan darah:120/70 mmHg
Inf. RL 16tetes/menitDiet DM 1700kaloriInsulin RI 3x8unitInj. Sefuroksim2x1grparacetamol k/p3x1Cinula 2x1
Tidak ada DRPs 1. Pantau kadar glukosadarah dan kloesterol.2. Atur pola makan dangaya hidup.
28/07/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36oC,Nadi:72x/menit,Glukosapuasa: 149mg/dl
Inf. RL 16tetes/menitDiet DM 1700kaloriInsulin RI 3x8unitInj. Sefuroksim2x1grparacetamol k/p3x1Cinula 2x1
Tidak ada DRPs 1. Pantau kadar glukosadarah dan kloesterol.2. Atur pola makan dangaya hidup.
29/07/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,5oC,Nadi:72x/menit,Tekanan darah:100/70 mmHg
Inf. RL 16tetes/menitDiet DM 1700kaloriInsulin RI 3x8unitInj. Sefuroksim2x1grparacetamol k/p3x1Cinula 2x1
Tidak ada DRPs 1. Pantau kadar glukosadarah dan kloesterol.2. Atur pola makan dangaya hidup.
85
Tabel XXXV. Evaluasi DRPs Pasien 12 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 12. RM: 161614. 8 Januari 2009 – 13 Januari 2009SubjectiveUsia/JK: 62 th/PDiagnosa: hiperglikemia, trombositopeniaStatus keluar: membaik, boleh pulang
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
08/01/09 Lemes Tanda vital:Suhu: 38oC,Tekanan darah:110/60 mmHg
Hasil lab:Faal hati:SGOT: 52,4U/LSGPT: 48,4U/LKolesteroltotal: 139mg/dlTrigliserida:173 mg/dlHDL: 20mg/dlLDL: 84 mg/dlUreum: 21mg/dlKreatinin: 0,7mg/dlUric acid: 2,4mg/dl
Di UGD:O2 4 liter/menitInf. RL 20-24tetes/menitInj.metoklopramideHCl 1 ampInj. ranitidin HCl1 ampInj. metamizole 1amp
Tidak ada DRPs Pantau fungsi hati pasien dankadar glukosa darah pasien.
09/01/09 Lemes,panas
Tanda vital:Suhu: 37,5oC,Nadi:96x/menit,Tekanan darah:110/60 mmHg
Hasil lab:Trombosit:88.000/µlHematokrit:36% (pukul06:36 AM)Golongandarah ABO: AGlukosapuasa: 290mg/dlGlukosa 2 jamPP: 318 mg/dlTrombosit:99.000/µlHematokrit:39%
Cholescor 3x1Sistenol 3x1ranitidin HCl 2x1ampInsulin RI 3x4unitCurliv 3x1
Tidak ada DRPs Pantau jumlah trombosit pasiendan kadar glukosa darahpasien.
86
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
10/01/09 Lemes,badanpanasdingin
Tanda vital:Suhu: 38oC,Nadi: 100x/menit,Tekanan darah:120/70 mmHg
Hasil lab:Trombosit:70.000/µlHematokrit: 39%(pukul 05:31 PM)Trombosit:84.000/µlHematokrit:35% (pukul06:04 AM)Urinalisa:Glucose: 2+Protein: 2+Bilirubin: 2+Urobilinogen: 4+pH: 6,5BJ: 1.020Darah: -Benda keton: -Nitrit: -Lekosit esterase: -Sedimen:Sel epitel: +Lekosit: 3-5Eritrosit:0-1Silinder:Hyalin: -Granuler: 0-1Lekosit: -Kristal:Oksalat: -Amorf urat: -Tripel phosphat: -Uric acid: -Bakteri: +Jamur: -
Cholescor 3x1Sistenol 3x1ranitidin HCl 2x1ampInsulin RI 3x4 unitCurliv 3x1ciprofloxacin 2x500mg
Ciprofloxacin memilikiefek samping gangguanGI maka diberikanranitidin HCl.
Pantau jumlahtrombosit pasien.
11/01/09 Lemes,panas,penglihatan kabur
Tanda vital:Suhu: 38oC,Nadi: 88x/menit,Tekanan darah:120/70 mmHg
Hasil lab:Trombosit:71.000/µlHematokrit:35%
Cholescor 3x1Sistenol 3x1Curliv 3x1ciprofloxacin2x500mgranitidin HCl 2x1ampInsulin RI 3x4 unit
Ciprofloxacin memilikiefek samping gangguanGI maka diberikanranitidin HCl.
Pantau jumlahtrombosit pasien.
87
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
12/01/09 Lemes Tanda vital:Suhu: 38,3oC,Nadi:84x/menit,Tekanan darah:160/40 mmHg
Hasil lab:Glukosapuasa: 134mg/dlGlukosa 2 jamPP: 192 mg/dlTrombosit:75.000/µlHematokrit:33%(pukul 05:28AM)Trombosit:90.000/µlHematokrit:34%(pukul 05:44PM)
Cholescor 3x1Sistenol 3x1Curliv 3x1cefadroxilmonohidrat2x500 mglansoprazole 1x1gliklazid ½-0-1/2Insulin RI 3x4unit
Tidak ada DRPs Pantau jumlah trombositpasien dan kadar glukosadarah pasien.
13/01/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 37,5oC,Nadi:80x/menit,Tekanan darah:120/80 mmHg
Hasil lab:Trombosit:139.000µlHematokrit:34%
Cholescor 3x1Sistenol 3x1Curliv 3x1cefadroxilmonohidrat2x500 mglansoprazole 1x1gliklazid ½-0-1/2Insulin RI 3x4unit
Tidak ada DRPs Pantau jumlah trombositpasien.
88
Tabel XXXVI. Evaluasi DRPs Pasien 13 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 13. RM: 164817. 30 April 2009 – 3 Mei 2009SubjectiveUsia/JK: 71 th/PDiagnosa: DM tipe 2 dan vertigoStatus keluar: belum sembuh, pulang atas permintaan sendiri
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
30/04/09 Pusing Tanda vital:Suhu: 36,5oC,Nadi:96x/menitTekanan darah:150/80 mmHg
Hasil lab:Glukosasewaktu: 322mg/dlFaal hati:SGOT:42,6U/LSGPT:37,1U/LKolesteroltotal: 175mg/dlTrigliserida:495 mg/dlHDL: 12mg/dlLDL: 3 mg/dlUreum: 97mg/dlKreatinin: 0,9mg/dlUric acid: 68mg/dlK: 3,8 mmol/LNa: 133mmol/LCl: 93 mmol/L
Inj. metamizole3x1glimepiride 1x1Inj.metoklopramideHCl 3x1fenofibrat1x300mg
1. Glimepiridememiliki efeksamping gangguan GImaka diberikanmetoklopramide HCl.2. Efek glimepirideditingkatkan olehmetamizole yangmerupakan golonganNSAID.DRPs: Interaksi obat
1. Monitor fungsi hati danfungsi darah untukpenggunaan metamizole.2. Monitor fungsi hati untukpenggunaan fenofibrat.3. Pantau glukosa darahpasien dan pasiendisarankan untuk mengaturpola hidup.
01/05/09 Lemes Tanda vital:Suhu: 37,6oC,Nadi:80x/menitTekanan darah:170/100mmHg
Hasil lab:Glukosapuasa: 177mg/dl
Inj. metamizole3x1glimepiride 1x1Inj.metoklopramideHCl 3x1fenofibrat 300mg0-0-2 tabmetformin HCl500mg 1-0-1
1. Glimepiride danmetformin HClmemiliki efeksamping gangguan GImaka diberikanmetoklopramide HCl.2.Efek glimepirideditingkatkan olehmetamizole yangmerupakan golonganNSAID.DRPs: Interaksi obat
1. Monitor fungsi hati danfungsi darah untukpenggunaan metamizole.2. Monitor fungsi hati untukpenggunaan fenofibrat.3. Pantau glukosa darahpasien dan pasiendisarankan untuk mengaturpola hidup.4. Monitor fungsi ginjalsecara teratur padapemakaian metformin HCl.
89
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
02/05/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Tekanan darah: 170/110mmHg
Inj. metamizole3x1glimepiride 1x1Inj.metoklopramideHCl 3x1fenofibrat 300mg0-0-2 tabmetformin HCl500mg 1-0-1
1.Glimepiride danmetformin HClmemiliki efeksampinggangguan GImaka diberikanmetoklopramideHCl.2.Efekglimepirideditingkatkan olehmetamizole yangmerupakangolongan NSAID.DRPs: Interaksiobat
1. Monitor fungsihati dan fungsidarah untukpenggunaanmetamizole.2. Monitor fungsihati untukpenggunaanfenofibrat.3. Pantau glukosadarah pasien danpasien disarankanuntuk mengatur polahidup.4. Monitor fungsiginjal secara teraturpada pemakaianmetformin HCl.
03/05/09 Tidak adakeluhan
Tanda vital:Suhu: 36,4oC, Nadi:84x/menit Tekanan darah:160/100 mmHg
Hasil lab:Urinalisa:Glucose: -Protein: 1+Bilirubin: -Urobilinogen: normalpH: 6,5BJ: <1.005Darah: +-Benda keton: -Nitrit: -Lekosit esterase: -Sedimen:Sel epitel: +Lekosit: 0-2Eritrosit:0-1Silinder:Hyalin: -Granuler: -Lekosit: -Kristal:Oksalat: -Amorf urat: -Tripel phosphat: -Uric acid: -Bakteri: +Jamur: -
Inj. metamizole3x1glimepiride 1x1Inj.metoklopramideHCl 3x1fenofibrat 300mg0-0-2 tabmetformin HCl500mg 1-0-1
1. Glimepiride danmetformin HClmemiliki efeksampinggangguan GImaka diberikanmetoklopramideHCl.2.Efekglimepirideditingkatkan olehmetamizole yangmerupakangolongan NSAID.DRPs: Interaksiobat
1. Monitor fungsihati dan fungsidarah untukpenggunaanmetamizole.2. Monitor fungsihati untukpenggunaanfenofibrat.3. Pantau glukosadarah pasien danpasien disarankanuntuk mengatur polahidup.4. Monitor fungsiginjal secara teraturpada pemakaianmetformin HCl.
Obat pulang:Glibenklamid, 1-0-0, Metformin HCl 500mg 1-0-1, Fenofibrat 300mg 0-0-2, Flunarizine 2x5mg, Stogeron 3x1, Hebozar ID100mg 1-0-1
90
Tabel XXXVII. Evaluasi DRPs Pasien 14 Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi diInstalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Periode Januari 2009 – Maret 2010
Pasien 14. RM: 171857. 15 Desember 2009 – 21 Desember 2009SubjectiveUsia/JK: 70 th/LKeluhan utama: sesek nafas dan lemasPerjalanan penyakit: kurang lebih 1minggu nafsu makan berkurang. Mual namun tidak muntah. Periksa ke Panti Rinidisarankan opname.Penyakit yang pernah diderita: Pernah opname 2 kali dengan asma.Diagnosa: Febris dan anoreksiaStatus keluar: belum sembuh, pulang atas permintaan sendiri
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
15/12/09 Lemas,seringbatuk
Tanda vital:Suhu: 36,5oC, Nadi:118x/menit Tekanandarah: 100/60 mmHg
Hasil lab:Faal hati:SGOT: 88 U/LSGPT: 70,3 U/LKolesterol total: 175mg/dlTrigliserida: 137 mg/dlUreum: 39 mg/dlKreatinin: 1,0 mg/dlK: 4,2 mmol/LNa: 125 mmol/LCl: 88 mmol/L
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½norepinephrinebitartrate 8cc/jam
Tidak ada DRPs Pantau fungsi hati danfungsi ginjal pasien.
16/12/09 Batukberkurang
Tanda vitalu;Nafas: 24x/menit,Tekanan darah: 80/60mmHg
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½cefotaxime Na2x0,5gfurosemide 2x1ampdexamethasone3x1 amp
Tidak ada DRPs Pantau fungsi hati danfungsi ginjal pasien.
17/12/09 Batuk,lemas
Tanda vital:Suhu: 36oC, Nadi:108x/menit Tekanandarah: 100/60 mmHg
Hasil lab:Glukosa puasa: 141mg/dlGlukosa 2 jam PP: 211mg/dl
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½cefotaxime Na2x0,5gfurosemide 2x1ampdexamethasone3x1 ampglimepiride 1mg 1-0-0
Tidak ada DRPs Pantau kadar glukosadarah pasien.
91
Tanggal Subjective(keluhanpasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
18/12/09 Tidak sesak,pusing, masihbatuk
Tanda vital:Suhu: 36,6oC, Nadi:80x/menit Tekanandarah: 80/60 mmHg
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½cefotaxime Na2x0,5gfurosemide 2x1ampdexamethasone3x1 ampglimepiride 1mg 1-0-0flunarizine 2x5mg
Tidak ada DRPs Pantau kadar glukosadarah pasien.
19/12/09 Batuk, bibirpecah, sesakberkurang
Tanda vital:Suhu: 36,4oC, Nadi:80x/menit Tekanandarah: 100/60 mmHg
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½furosemide 2x1ampdexamethasone3x1 ampglimepiride 1mg 1-0-0flunarizine 2x5mgcefprozil 2x500mgomeprazole 1x16-α-metilprednisolon3x4ml
Terjadi interaksibila glimepiridediberikan dengan 6-α-metilprednisolon.DRPs: Interaksiobat
1.Atur waktupemberian glimepiridedan 6-α-metilprednisolon.Setidaknya pemberianobat berselang 3 jam.
20/12/09 Tidak batuk,tidak panas
Tanda vital:Suhu: 39oC, Nadi:86x/menit Tekanandarah: 80/60 mmHg,Nafas: 28x/menit
Hasil lab:Glukosa sewaktu: 248mg/dlGlukosa 2 jam PP: 125duplo
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½flunarizine 2x5mgcefprozil 2x500mgomeprazole 1x16-α-metilprednisolon3x4mlrimstar 4FDC 1x2tabglimepiride 1mg 1-0-0furosemide 2x1amp
1. Terjadi interaksibila glimepiridediberikan dengan 6-α-metilprednisolon.DRPs: Interaksiobat2. Terjadi interaksiapabila omeprazolediberikan denganrimstar 4FDC.DRPs: Interaksiobat3. Terjadi interaksibila 6-α-metilprednisolondiberikan denganrimstar 4FDC.DRPs: Interaksiobat
1. Atur waktupemberianglimepiride, rimstar4FDC, dan 6-α-metilprednisolon.Setidaknya pemberianobat berselang 3 jam.2. Pantau kadarglukosa darah pasien.
92
Tanggal Subjective(keluhan pasien)
Objective Penatalaksanaan Assessment Rekomendasi
21/12/09 Lemas, gemetar,sariawan
Tanda vital:Suhu: 38oC, Nadi:100x/menitTekanan darah:110/70 mmHg
Inf. RLRenapar 2x1Digoxin 2x1 ½flunarizine 2x5mgcefprozil 2x500mgomeprazole 1x16-α-metilprednisolon3x4mlrimstar 4FDC 1x2tabglimepiride 1mg1-0-0
1.Terjadi interaksibila glimepiridediberikan dengan6-α-metilprednisolon.DRPs: Interaksiobat2. Terjadi interaksiapabilaomeprazolediberikan denganrimstar 4FDC.DRPs: Interaksiobat3. Terjadi interaksibila 6-α-metilprednisolondiberikan denganrimstar 4FDC.DRPs: Interaksiobat
Atur waktupemberianglimepiride,rimstar 4FDC, dan6-α-metilprednisolon.Setidaknyapemberian obatberselang 3 jam.
Obat pulang:4 FDC 1x2 tab, renapar 2x1, Flunarizine 2x5mg, Cefprozil 2x1
93
Tabel XXXVIII. Nilai Normal Hasil LaboratoriumHasil lab Nilai normal Hasil lab Nilai normal
Glukosa PuasaGlukosa 2 jam PPGlukosa sewaktu
70-100 mg/dl70-140 mg/dl<200 mg/dl
Hematologi:Hemoglobin
LeukositTrombositHematokrit
12-16,5 g/dl4.000-11.000/µL
150.000-450.000/ µL37-47%
Faal hati:SGOTSGPT
Kolesterol totalTrigliserida
UreumCreatinin
KNaCl
HDLLDL
Uric acid
0-32 U/L0-31 U/L
<201 mg/dl<200 mg/dl<71 mg/dl
0,51-0,95 mg/dl3,5-5,1 mmol/L
136-145 mmol/L97-111 mmol/L
40-60 mg/dl<100 mg/dl
3,5-7,2 mg/dlUrinalisa:
Glucose: -Protein: 1+Bilirubin: -
Urobilinogen: normalpHBJ
DarahBenda keton
NitritLekosit esterase
Sedimen:Sel epitelLekositEritrosit
Silinder:HyalinGranuler
LekositKristal:
OksalatAmorf urat
Tripel phosphatUric acidBakteriJamur
---
Normal5,5-8,0
1,010-1,020----
+0-60-1
--
------
94
Hasil Wawancara Peneliti Pada Dokter di Rumah Sakit Panti Rini Tentang Standar
Pengobatan Pasien DM Tipe 2 Rawat Inap
1. Pasien DM yang menjalani rawat inap biasanya diberikan terapi insulin.
2. Untuk pasien jantung, ulkus, sepsis, stroke, dan underweight diberikan terapi insulin
untuk mengatasi DMnya. Untuk pasien yang sirawat inap selain dengan penyakit yang
disebutkan di atas (penyakit yang ringan) dapat digunakan OHO.
3. Apabila gula darah belum stabil, terapi insulin yang diberikan berupa insulin rapid action
atau insuli drip.
4. Apabila kadar glukosa pasien tidak kunjung membaik maka dapat diberikan tambahan
OHO untuk mengurangi penggunaan insulin dan meningkatkan efekpenurunan glukosa
darah.
95
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Non Komplikasi di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Januari 2009-
Maret 2010” ini memiliki nama lengkap Dian Verina Indriani. Penulis
dilahirkan di Ujung Pandang 3 November 1988 dari pasangan Mulyono
Sudi Raharjo dan Christiana Indriani sebagai putri pertama dari dua
bersaudara.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis yaitu tahun 1992-1994
di TK Pangudi Luhur Yogyakarta, tahun 1994-2000 di SD Pangudi Luhur Yogyakarta, tahun
2000-2003 di SLTP N 8 Yogyakarta, tahun 2003-2006 di SMU Stella Duce 1 Yogyakarta. Pada
tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan antara lain
tergabung dalam anggota UKF Tari Modern tahun 2006-2008, Inisiasi Fakultas Farmasi
(TITRASI) 2007-2009, Co Fasilitator PPKM 2007-2008, Komunitas lektor Campus Ministry
Paingan 2007, Pengabdian Kepada masyarakat 2007, Kampanye Informasi Obat 2007,
Pelantikan Apoteker Baru Angkatan XII Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, anggota
ISMAFARSI 2006-2007.