Evaluasi Belajar

download Evaluasi Belajar

of 9

description

Makalah tentang Evaluasi Belajar dan kurikulum yang berlaku di Indonesia. Hasil evaluasi berfungsi sebagai umpan balik atau feedback bagi kegiatan pengembangan kurikulum. Sebaliknya, kurikulum akan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan evaluasi pengalaman belajar.

Transcript of Evaluasi Belajar

PENDAHULUAN

Latar BelakangBelajar adalah proses yang dilakukan sepanjang waktu oleh individu manapun. Dengan demikian, belajar adalah proses yang melibatkan proses seleksi, pengaturan, dan penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut.Dalam proses belajar-mengajar terdapat tiga komponen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ketiga komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, proses belajar-mengajar, dan evaluasi. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai akan menentukan materi apa yang akan diajarkan, metode atau cara apa yang akan digunakan, dan media apa yang sesuai. Demikian pula dengan evaluasi. prosedur evaluasi yang bagaimana yang akan digunakan untuk mengukur hasil pengajaran tersebut harus selalu dikaitkan dengan materi yang telah disajikan, metode mengajar, dan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks inilah, evaluasi memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan pelaksanaan proses belajar-mengajar karena evaluasi dapat memberikan balikan atau feedback. Evaluasi sebagai alat untuk mengukur tingkat ketercapaian pengalaman belajar siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dapat memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum. Pengalaman belajar mana yang masih sesuai, pengalaman belajar mana yang perlu dikembangkan, dan pengalaman belajar mana yang harus diubah, hasil evaluasilah yang menyediakan informasinya. Jadi, hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.

PEMBAHASAN

A. Evaluasi Belajar Banyak pakar telah memberikan definisi evaluasi. Menurut Tyler (1973:105) evaluasi merupakan proses untuk memperoleh seberapa jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi yang benar-benar menghasilkan hasil yang diinginkan. Menurut Norman E. Gronlund (dalam Purwanto, 2006: 3) evaluasi adalah a systematic process of determining the extend to which instructional objectives are achieved by pupils (Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa). Menurut Robert H. Davis dkk. (dalam Oliva, 1992: 445) evaluasi adalah a continuous process of collecting and interpreting information in order to assess decisions made in designing a learning system (Evaluasi adalah proses pengumpulan dan penginterpretasian informasi secara kontinyu untuk menilai keputusan yang telah dibuat dalam suatu proses pembelajaran). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan beberapa rumusan di atas dapat diketahui bahwa: 1) evaluasi merupakan proses untuk memperoleh seberapa jauh pengalaman belajar berkembang dan terorganisasi yang benar-benar menghasilkan hasil yang diinginkan, 2) evaluasi merupakan proses yang sistematis artinya dalam pengajaran kegiatan ini tentu direncanakan, berkesinam-bungan dari awal hingga akhir pelaksanaan program. 3) dalam evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang nantinya akan diolah dan hasilnya akan dijadikan sebagai dasar untuk mengambil keputusan. 3) hasil evaluasi digunakan untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian evaluasi dapat berfungsi: 1) Mengetahui kemajuan, perkembangan, dan keberhasilan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hasil evaluasi yang diperoleh itu dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa. 2) Mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. 3) Sumber informasi atau data bagi pelayanan BK kepada siswa. 4) Untuk pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

B. Sasaran Evaluasi Belajar

Menurut Tyler (1973:106) mengatakan sebagai berikut.Konsep evaluasi mempunyai dua aspek penting. Pertama, menyatakan bahwa evaluasi harus menilai/menghargai tingkah laku siswa karena perubahan tingkah laku ini dicari dalam pendidikan. Kedua, menyatakan bahwa evaluasi harus lebih dari satu penilaian dalam beberapa kali waktu karena untuk mengetahui apakah perubahan itu telah terjadi, itu penting untuk membuat penilaian permulaan dan penilaian selanjutnya dengan mengidentifikasi perubahan perubahan yang terjadi.Sedangkan menurut Oliva (1992: 452) Objectives, as we have note, fall into three domainsthe cognitive, the affective, and the psychomotor. Menurut Purwanto (2006) dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 domain atau ranah penilaian ada tiga yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Sudrajad (2007) mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah atau domain yaitu:1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika - matematika), 2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan 3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal). Setelah mengikuti proses belajar-mengajar setiap siswa diharapkan menguasai ketiga ranah tersebut secara seimbang. Oleh sebab itu, alat evaluasi yang akan digunakan pun harus disesuaikan dengan ranah yang akan dinilai dan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama tampak dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Ranah kognitif ini biasanya ditunjukkan oleh prestasi yang diperoleh siswa melalui tes yang dilaksanakan di sekolah. Oleh sebab itu, guru harus menemukan alat tes yang tepat untuk mengukur prestasi siswa dalam ranah kognitif ini sesuai dengan tingkat-tingkat dalam taksonomi Bloom.Ranah afektif lebih sulit diukur atau diamati dibandingkan dengan ranah kognitif dan psikomotor. Bahkan, kadang-kadang tidak mungkin dinilai karena tidak tampak dalam berbagai situasi di sekolah. Sikap, nilai-nilai, dan perasaan dapat disembunyikan dengan sengaja. Guru berusaha untuk mengevaluasi hasil ranah afektif dengan menganjurkan para siswa untuk mengekspresikan perasaan, sikap, dan nilai mereka terhadap topik diskusi kelas. Dalam konteks itu guru dapat mengamati siswa dan mungkin akan menemukan petunjuk yang jelas untuk penilaian ranah afektif. Untuk mengevaluasi apa yang telah dicapai oleh siswa dalam ranah ini dapat digunakan taksonomi Krathwohl berikut ini. a. Receiving (Penerimaan) Siswa mengungkapkan di dalam kelas kesadarannya tentang adanya perbedaan di antara kelompok-kelompok siswa di sekolah.b. Responding (Tanggapan)Siswa dengan suka rela memberikan pelayanan pada hubungan antarkelompok manusia di sekolahc. Valuing (Penilaian)Siswa mengungkapkan keinginannya untuk menciptakan iklim sekolah yang positifd. Organization (Pengorganisasian)Siswa dapat mengontrol wataknya ketika berkendaraan

Characterization by value or value complex (Pembentukan watak melalui nilai atau kumpulan nilai) Siswa mengungkapkan dan memperlihatkan dalam perilakunya suatu pandangan positif dalam hidup.Tujuan dalam ranah psikomotor sangat tepat dievaluasi dengan memperlihatkan dengan jelas keterampilan yang telah dipelajari. Ada beberapa faktor yang dapat digunakan oleh guru sebagai kriteria dalam penilaian ranah ini yaitu mampu memperlihatkan atau tidak, kecepatan, keaslian, dan kualitas. Kriteria mana yang akan dipakai oleh guru dalam proses penilaian harus disampaikan kepada siswa sejak awal. Namun, karena keterbatasan waktu atau fasilitas, tidak memungkinkan setiap siswa mendemonstrasikan setiap keterampilannya. Setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar, seorang guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam ketiga ranah di atas dan tingkat keberhasilan mengajar guru. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tes atau nontes seperti pengamatan, wawancara, dan angket.

C. Evaluasi dalam Pengembangan KurikulumTyler (1973:105) mengemukakan beberapa tujuan evaluasi yaitu untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perencanaan, mengecek validitas dasar hypothesis menuju program pengajaran yang telah diorganisasi dan dikembangkan, dan untuk memeriksa alat alat penelitian, guru dan kondisi lain yang mengacu pada program pengajaran, serta hasil evaluasi itu memungkinkan untuk dicatat apakah kurikulum itu efektif dan atau membutuhkan pengembangan. Tujuan evaluasi, Tyler (1973:106) mengemukakan sebagai berikut.Proses evaluasi pada dasarnya adalah proses untuk peningkatan tujuan tujuan pendidikan yang diwujudkan melalui program kurikulum dan pengajaran. Bagaimanapun juga, tujuan pendidikan pada dasarnya perubahan pada diri manusia, sedangkan tujuan utama untuk menghasilkan keinginan perubahan perubahan tertentu dalam pola tingkah laku siswa, dengan demikian evaluasi adalah proses untuk menentukan tingkat perubahan tingkah laku yang dilakukan. Istilah kurikulum dapat mengacu kepada pengertian yang amat luas atau sebaliknya sangat sempit. Dalam pengertian luas kurikulum mengacu pada program pengajaran pada suatu jenjang pendidikan tertentu. Sebaliknya, dalam pengertian sempit kurikulum dapat mengacu ke program pengajaran suatu mata pelajaran. Baik dalam pengertian luas maupun sempit, kurikulum harus memiliki kesesuaian yang bersifat eksternal (tuntutan masyarakat) dan internal (antarkomponen kurikulum). Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, isi atau materi, proses penyampaian, dan evaluasi. Dari waktu ke waktu tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat terus berkembang. Perkembangan itu terjadi pada berbagai bidang kehidupan baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Yang bersifat materiil misalnya gaya hidup, pakaian, dan makanan; sedangkan yang bersifat immateriil misalnya pergeseran nilai-nilai, norma, dan sikap. Semua perubahan tersebut tentu akan berpengaruh pada dunia pendidikan secara keseluruhan. Kurikulum sebagai salah satu subsistem dalam pendidikan mau tidak mau harus berubah agar tetap sesuai dengan perkembangan yang sedang terjadi. Kurikulum harus mampu menjadi sangkar bagi sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan kepada generasi muda. Kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan perkembangan kepada siswa. Dalam konteks inilah komponen-komponen kurikulum membentuk hubungan kausalitas dengan berbagai perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat.Pengembangan Kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik .Di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Pengembangan kurikulum tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, tetapi di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, dan unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.Asep Herry Hernawan dkk. (dalam Sudrajat, 2007) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: 1. Prinsip relevansi maksudnya secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sebaliknya, secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).2. Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.3. Prinsip kontinyuitas yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar- jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.4. Prinsip efisiensi yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.5. Prinsip efektivitas yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum

PENUTUP

KesimpulanSebagai salah satu komponen penting dalam kurikulum, evaluasi pengalaman belajar akan menyediakan banyak informasi yang sangat berguna dalam pengembangan kurikulum lebih lanjut. Hasil evaluasi berfungsi sebagai umpan balik atau feedback bagi kegiatan pengembangan kurikulum. Sebaliknya, kurikulum akan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan evaluasi pengalaman belajar.

Daftar PustakaTyler, Ralph W. 1973. Basic Principles of Curriculum and Instruction. London: Lowe and Brydone (Printers) LtdSudrajat, Akhmad. 2007.Prinsip Pengembangan Kurikulum, (Online), (http://files.wordpress.com/bahan ajar, (Diakses 16 November 2007)http://www.psb-psma.org/content/blog/evaluasi-pengalaman-belajar-dalam-pengembangan-kurikulum