EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM …personal.its.ac.id/files/pub/5474-alia-Makalah Lengkap...
Embed Size (px)
Transcript of EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM …personal.its.ac.id/files/pub/5474-alia-Makalah Lengkap...

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-1
EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG
HULU KOTA SURABAYA
Prisma Yogiswari1, Alia Damayanti
JurusanTeknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya 1email : [email protected]
Abstrak
Sistem Pematusan Kota Surabaya terbagi menjadi lima rayon, salah satunya adalah
Rayon Jambangan. Sub Sistem Pematusan Kebonagung termasuk dalam wilayah Rayon
Jambangan. Pada bagian hulu sub sistem tersebut, masih terdapat lokasi genangan
ketika musim penghujan. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan
Pematusan Kota Surabaya, pada tahun 2012 lokasi genangan tersebut memiliki variasi
dalam luas yaitu dari 0,02 hingga 16,1 ha, kedalaman yaitu dari 15 hingga 20 cm, dan
lama yaitu dari 60 hingga 90 menit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan
evaluasi aspek teknis saluran primer pada Sub Sistem Pematusan Kebonagung Hulu,
dimulai dari sta 0+000 sampai dengan sta 2+800. Hasil evaluasi adalah lima dari
tujuh ruas saluran tidak mampu menampung debit banjir rancangan.
Kata kunci: aspek teknis, evaluasi, genangan, sub sistem pematusan kebonagung hulu.
1. Pendahuluan
Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai, memperbaiki, dan meningkatkan seberapa jauh
sebuah proyek atau program kegiatan dapat berjalan efektif, efisien, dan optimal seperti
yang telah direncanakan (Dirjen Cipta Karya, 2012). Hasil evaluasi akan dijadikan
bahan kajian dalam menyusun kebijaksanaan penyelenggara di masa mendatang agar
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Berkurangnya ruang terbuka hijau yang merupakan area tangkapan air hujan dan curah
hujan yang tinggi merupakan beberapa alasan yang menuntut pembangunan
infrastruktur fisik, bidang drainase pada khususnya, harus dapat mengimbangi
perkembangan kota. Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan secara optimal
utilisasi publik maupun sarana dan prasarana perkotaan yang bercirikan metropolitan
untuk mewujudkan city services melalui penciptaan tata ruang dan sistem transportasi
yang terpadu dan berkelanjutan untuk mendukung kecukupan mobilitas warga Kota
Surabaya. Sebagaimana tertera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Surabaya tahun 2013, salah satu program pembangunan yang dilakukan untuk mencapai
upaya tersebut adalah program penanggulangan banjir.
Sistem Pematusan Kota Surabaya terbagi menjadi lima rayon, salah satunya adalah
Rayon Jambangan. Sub Sistem Pematusan Kebonagung termasuk dalam wilayah Rayon
Jambangan. Pada bagian hulu sub sistem tersebut, masih terdapat lokasi genangan
ketika musim penghujan. Menurut data Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan
Pematusan Kota Surabaya, pada tahun 2012 lokasi genangan tersebut memiliki variasi
dalam luas yaitu dari 0,02 hingga 16,1 ha, kedalaman yaitu dari 15 hingga 20 cm, dan
lama yaitu dari 60 hingga 90 menit. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan
evaluasi aspek teknis saluran Sub Sistem Pematusan Kebonagung Hulu yang secara

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-2
administratif melewati tiga kecamatan. Hasil dari evaluasi teknis diharapkan menjadi
bahan pertimbangan dalam memutuskan tindakan penanganan dinas terkait.
2. Metoda
Penelitian ini dilaksanakan pada Sub Sistem Pematusan Kebonagung Hulu Kota
Surabaya yaitu saluran primer bagian hulu dari sta 0+000 hingga sta 2+800 yang dibagi
menjadi tujuh ruas. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi aspek teknis
saluran dengan cara mengitung kemudian membandingkan debit hidrologi dengan debit
hidrolika. Tahapan yang dilakukan adalah:
(a) Melakukan perhitungan hidrologi untuk mendapatkan debit banjir perencanaan
(b) Melakukan perhitungan hidrolika untuk mendapatkan kapasitas saluran eksisting
(c) Melakukan evaluasi dengan membandingkan antara hasil perhitungan hidrologi
dengan hasil perhitungan hidrolika, apabila nilai debit hidrolika lebih besar
daripada nilai debit hidrologi berarti saluran eksisting aman. Sedangkan bila
nilai debit Hidrolika lebih kecil dari nilai debit hidrologi maka dimensi saluran
yang ada tidak aman. Setelah didapatkan hasil analisis teknis baru diambil
kesimpulan dari hasil analisis tersebut.
3. Hasil dan Diskusi
Tahapan awal yang dilakukan untuk melakukan evaluasi kemampuan saluran adalah
melakukan analisis hidrologi yang terdiri dari uji konsistensi dan homogenitas,
perhitungan hujan harian maksimum perencanaan untuk PUH 10 tahun, uji kecocokan,
perhitungan distribusi hujan, perhitungan lengkung intensitas hujan, dan akhirnya
mendapatkan debit banjir perencanaan. Tahapan berikutnya adalah analisis hidrolika
yaitu menghitung kapasitas saluran eksisting. Kemudian evaluasi kemampuan saluran
dilakukan dengan membandingkan antara debit banjir perencanaan yang didapat dari
perhitungan hidrologi dan kapasitas saluran eksisting yang didapat dair perhitungan
hidrolika.
3.1. Analisis hidrologi
a. Uji konsistensi dan uji homogenitas
Sebelum melakukan perhitungan, terlebih dahulu dilakukan uji konsistensi data curah
hujan harian maksimum. Data curah hujan harian maksimum yang digunakan untuk
evaluasi berasal dari Stasiun Kebonagung sebagai stasiun utama serta Stasiun Gunung
Sari dan Stasiun Wonorejo sebagai stasiun pembanding. Uji konsistensi dilakukan
dengan membandingkan akumulasi data curah hujan harian maksimum dari stasiun
utama dengan akumulasi data curah hujan harian maksimum dari stasiun pembanding.
Hasil uji konsistensi adalah data curah hujan harian maksimum telah konsisten.
Setelah uji konsistensi, dilakukan uji homogenitas yang bertujuan untuk memastikan
bahwa data curah hujan harian maksimum tidak menyimpang secara signifikan. Faktor
penyebab terjadinya penyimpangan antara lain adalah karena beberapa data hilang dan
curah hujan yang tidak sesuai prediksi. Data curah hujan dikatakan homogen apabila
titik homogenitas H (N, Tr) berada dalam grafik homogenitas. Hasil uji homogenitas
adalah didapatkan titik homogenitas (10; 2,59) yang berada dalam grafik homogenitas.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-3
b. Perhitungan Hujan Harian Maksimum (HHM) Perencanaan
Evaluasi ini menggunakan tiga metoda perhitungan hujan harian maksimum
perencanaan, yaitu metoda Gumbel, Log Pearson Tipe III, dan Iway Kadoya. Hasil
perhitungan hujan harian maksimum perencanaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Perhitungan HHM Perencanaan
No. Periode Ulang Hujan
(tahun)
Hujan Harian Maksimum (mm)
Gumbel Log Pearson III Iwai Kadoya
1 2 92,68 93,88 93,65 2 5 109,85 106,62 106,54 3 10 121,22 113,78 113,98
4 25 135,59 121,82 122,48 5 50 146,24 127,21 128,30
6 100 156,82 132,26 133,78
Berdasarkan Tabel 2, nlai curah hujan harian maksimum yang dihasilkan dari
perhitungan menggunakan metode Gumbel adalah yang terbesar. Oleh karena itu, nilai
curah hujan harian maksimum tersebut dipilih untuk digunakan pada perhitungan
selanjutnya. Digunakan HHM dengan PUH 10 tahun karena saluran yang akan
dievaluasi adalah saluran primer.
c. Uji Kecocokan (The goodness of fittest test)
Uji kecocokan yang digunakan adalah uji Smirnov Kolmogorov dan uji Chi-Square. Uji
Smirnov Kolmogorov ditetapkan untuk menguji simpangan dalam arah horizontal
sedangkan uji Chi-Square ditetapkan untuk menguji simpangan dalam arah vertikal.
Pada uji Smirnov Kolmogorov, diperoleh delta maksimum senilai 0,07. Nilai delta kritis
diperoleh dari Tabel Nilai Kritis untuk Uji Smirnov Kolmogorof, dimana untuk jumlah
data 10 dengan nilai derejat kepercayaan 0,05 adalah 0,41. Oleh karena nilai delta kritis
lebih besar dari nilai delta maksimum, maka hipotesa distribusi Gumbel dapat diterima.
Pada uji Chi-Square, diperoleh nilai X2 hitung sebesar 1,2 dan nilai X2 tabel sebesar
3,84. Oleh karena nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel, maka hipotesa distribusi
Gumbel dapat diterima.
d. Perhitungan distribusi intensitas hujan
Distribusi intensitas hujan dihitung menggunakan tiga metode, yaitu metode Van Breen,
Hasper Weduwen, dan Bell. Hasil perhitungan menggunakan metoda Van Breen dipilih
untuk digunakan pada perhitungan selanjutnya karena memiliki nilai terbesar. Nilai
intensitas hujan maksimum terpilih dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai Intensitas Hujan Maksimum
Durasi
(menit)
Intensitas
Hujan untuk
PUH 10 th
5 140,92
10 125,46
20 111,83
40 87,28
60 73,64
120 46,37
240 27,27

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-4
e. Perhitungan lengkung intensitas hujan
Lengkung intensitas hujan dihitung menggunakan metode Talbot, Sherman, dan
Ishiguro. Hasil perhitungan menggunakan metode Ishiguro untuk PUH 10 tahun dipilih
untuk digunakan pada perhitungan selanjutnya karena selisih antara nilai intensitas
hujan maksimum dan nilai lengkung intensitas hujan metode Ishiguro adalah yang
terkecil dibandingkan dengan menggunakan metode Talbot dan Sherman. Persamaan
Ishiguro untuk PUH 10 tahun adalah:
bt
aI
Selisih intensitas hujan ketiga metoda untuk PUH 10 tahun dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Selisih Intensitas Hujan Ketiga Metoda untuk PUH 10 tahun
Durasi
(menit)
I
(mm/jam)
I
Talbot
∆I
talbot
I
Sherman
∆I
sherman
I
Ishiguro
∆I
ishiguro
5 140,92 140,05 0,87 172,78 -31,86 171,09 -30,17
10 125,46 128,85 -3,39 129,76 -4,30 133,05 -7,59
20 111,83 111,09 0,74 97,45 14,37 101,22 10,60
40 87,28 87,08 0,20 73,19 14,09 75,63 11,64
60 73,64 71,61 2,03 61,90 11,74 63,35 10,29
120 46,37 46,71 -0,34 46,49 -0,13 46,35 0,02
240 27,27 27,55 -0,27 34,92 -7,64 33,60 -6,33
Rata-rata
-0,16
-3,73
-11,52
f. Debit Banjir Rancangan
Debit banjir rancangan dipengaruhi oleh luas catchment area, intensitas hujan dan
koefisien limpasan. Intensitas hujan yang digunakan dipengaruhi oleh faktor waktu
konsentrasi, waktu aliran air di permukaan, waktu aliran di saluran, panjang saluran,
kemiringan dasar saluran, kecepatan aliran, dan intensitas hujan. Debit banjir rancangan
untuk setiap ruas dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Debit Banjir Rancangan di Sub Sistem Pematusan Kebonagung
Nama Ruas A
(km2)
I
(mm/jam) C
Qb
(m3/dt)
Ruas 1 1,55 65,034 0,66 18,492
Ruas 2 2,31 39,505 0,60 15,112
Ruas 3 2,89 55,735 0,60 26,705
Ruas 4 3,38 65,029 0,61 36,987
Ruas 5 3,74 45,260 0,61 28,475
Ruas 6 4,25 41,885 0,65 32,167
Ruas 7 5,93 43,402 0,65 46,113
Keterangan:
A = luas tata guna lahan (km2) Qb = debit banjir (m3/detik)
I = intensitas hujan (mm/jam)
C = koefisien limpasan

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-5
3.2. Analisis hidrolika
Analisis hidrolika disebut juga dengan analisis kapasitas saluran eksising. Besar
kapasitas saluran eksisting dihitung menggunakan rumus manning. Kapasitas saluran
dianalisis untuk mengetahui jumlah debit air yang mampu dialirkan oleh penampang
saluran tersebut. Saluran yang akan di evaluasi berbentuk trapesium. Perhitungan
kapasitas saluran eksisting dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perhitungan Kapasitas Saluran di Sub Sistem Pematusan Kebonagung
Hulu
Ruas L
(m)
Dimensi saluran
(m) S m n A
(m2)
v
(m/dt)
Q
saluran
(m3/dt) b1 b2 h
Ruas 1 50 5,7 7,75 2 0,002 0,51 0,023 13,45 2,34 31,462
Ruas 2 50 5,93 6,08 2 0,0002 0,04 0,022 12,01 0,77 9,231
Ruas 3 50 7,60 9,50 2 0,001 0,48 0,023 17,10 1,74 29,719
Ruas 4 50 4,79 7,26 2 0,002 0,62 0,023 12,
05 2,28 27,459
Ruas 5 50 10,26 11,50 2 0,0004 0,31 0,023 21,76 1,14 24,865
Ruas 6 50 10,26 11,50 2 0,0003 0,31 0,023 21,76 0,97 21,015
Ruas 7 50 10,26 11,50 2 0,0003 0,31 0,023 21,76 1,04 22,699
Keterangan:
L = panjang saluran (m) A = luas penampang saluran (m2)
b1 = lebar bawah saluran v = kecepatan aliran (m/detik)
b2 = lebar atas saluran
h = tinggi saluran
S = kemiringan dasar saluran (slope)
m = kemiringan dinding saluran
n = koefisien kekasaran
3.3. Evaluasi Saluran Drainase Eksisting
Evaluasi saluran drainase dilakukan dengan membandingkan debit banjir rancangan
dengan kapasitas saluran eksisting. Hasil evaluasi akan menunjukkan bahwa saluran
yang ada masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau sudah tidak dapat berfungsi.
Hasil evaluasi saluran drainase dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil evaluasi saluran drainase
Nama Ruas
Qbanjir
rencana
(m3/dt)
Q sal
(m3/dt)
Qsal –
Qranc
(m3/dt)
Keterangan
Ruas 1 18,575 31,462 12,89 Aman
Ruas 2 15,236 9,231 -6,01 Luber
Ruas 3 26,861 29,719 2,86 Aman
Ruas 4 37,115 27,459 -9,66 Luber
Ruas 5 28,616 24,865 -3,75 Luber
Ruas 6 32,327 21,015 -11,31 Luber
Ruas 7 46,337 22,699 -23,64 Luber

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
ISBN : A-1-6
Berdasarkan hasil evaluasi kapasitas saluran di Sub Sistem Pematusan Kebonagung
yaitu saluran primer Sta 0+000 sampai dengan Sta 2+800, ruas 2, 4, 5, 6, dan 7 tidak
dapat menampung debit rancangan.
3.4. Kesimpulan
Hasil evaluasi yang dilakukan pada sub sistem pematusan Kebonagung Hulu Sta 0+000
sampai dengan 2+800 adalah ruas 2, 4, 5, 6, dan 7 tidak mampu menampung debit
rancangan Untuk menangani hal ini, strategi yang dilakukan adalah melakukan
pengerukan sedimen dan sampah pada saluran dan membersihkan tanaman yang
tumbuh di sekitar saluran.
3.5. Daftar Pustaka
Chow, V. T. dan Rosalina, E.V. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga. Jakarta.
Direktorat Jenderal Cipta Karya., 2012. Tata cara pemantauan dan evaluasi Pengelolaan
Drainase Perkotaan. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
Hariadi, Samsul, 2006. Evaluasi Sistem Drainase Avoor Wonorejo Hulu, Tesis
Magister, Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Suripin., 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Andi. Yogyakarta.