Evaluasi Aksi Pencegahan dan - Stranas...

82

Transcript of Evaluasi Aksi Pencegahan dan - Stranas...

Evaluasi Aksi Pencegahan danPemberantasan Korupsi Tahun 2014:

Implementasi, Capaian, dan Dampaknya© Indonesia Legal Roundtable, 2016

Penulis:Andri Gunawan, et all.

Layout & Cover Dwi Pengkik

Cetakan Pertama, Januari 2016 x + 70 hlm.: 14 x 21 cm

ISBN: 978-602-14057-7-2

Diterbitkan oleh:

Indonesia Legal Roundtable

Jl. Perdatam VI No. 6, Pancoran, Jakarta SelatanTelp. 021-7995069, Faks. 021-7995069

Email:[email protected]

Andri Gunawan, et all.

iv

v

DAFTAR ISI .................................................................................. vDAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................. 3C. Tujuan ................................................................................. 3D. Lingkup Penelitian & Baseline ........................................... 4E. Metodologi & Kerangka Logis ........................................... 4F. Keluaran ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN AKSI PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2014............................. 8

A. Aksi Terkait Transparansi Pada Sektor Hukum ............... 81. Kepolisian ..................................................................... 92. Kejaksaan ...................................................................... 103. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan ................................................ 104. Sekretariat Mahkamah Agung ..................................... 10

B. Keterkaitan Aksi PPK 2014 Dengan Strategi Nasional PPK .......................................... 11

BAB III TEMUAN DAN HASIL EVALUASI .............................................. 15

A. Capaian Aksi Stranas Pada Sektor Penegak Hukum ....... 15

Daftar Isi

vi

1. Kepolisian ..................................................................... 152. Kejaksaan RI .................................................................. 423. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan ................................................ 494. Sekretariat Mahkamah Agung ..................................... 54

B. Dampak Aksi Terkait Transparansi pada Sektor Hukum .................................................................... 62

1. Kepolisian ..................................................................... 632. Kejaksaan ...................................................................... 633. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan ................................................ 634. Sekretariat Mahkamah Agung ..................................... 64

C. Kelembagaan Pelaksanaan Aksi ........................................ 65

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 67

A. Kesimpulan ......................................................................... 67B. Rekomendasi ....................................................................... 68

PENELITI ...................................................................................... 69

vii

Daftar Gambar

Gambar 2.1 : Analogi Piramida Turunan Visi Ke Aksi .......... 12Gambar 3.1 : Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015) .............. 17Gambar 3.2 : Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015) ..... 17Gambar 3.3 : Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015) ..... 18Gambar 3.4 : Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya (terakhir diakses 5 November 2015) .............. 18Gambar 3.5 : Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015) ............................ 22Gambar 3.6 : Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan ...................... 23Gambar 3.7 : Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015) ............................. 23Gambar 3.8 : Hasil Pencarian Situs Resmi Polri ................... 26Gambar 3.9 : Situs Resmi Kepolisian Tidak Dapat Diakses ... 26Gambar 3.10 : Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran 2014 .................... 27

Daftar GAMBAR DAN Tabel

viii

Gambar 3.11 : Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran 2014 ................. 28Gambar 3.12 : Data Bahan Narasumber dalam Acara Diskusi Publik Mengenai Praktik Penyiksaan Dalam Rangka Hari Dukungan Internasional untuk Korban Penyiksaan ........ 31Gambar 3.13 : Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan Januari s/d Maret 2014 ..... 31Gambar 3.14 : Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014 .......... 32Gambar 3.15 : Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri Tahun 2014 ....................... 32Gambar 3.16 : Data Pelanggaran KEPP Tahun 2012-2014 dari Polres Palangkaraya .................................. 33Gambar 3.17 : Data Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Polri yang Menjadi Sorotan Media Massa Bulan Juli s/d September 2014 ... 35Gambar 3.18 : Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret 2014 ..................................... 37Gambar 3.19 : Substansi/Komponen Informasi Data laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret 2014 ..................................... 38Gambar 3.20 : Tampilan pada laman situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/ terkait Penelusuran Atas data “Barang Sitaan” ......... 42Gambar 3.21 : Direktori Dakwaan Kejaksaan ......................... 47Gambar 3.22 : Kanal Info Perkara Kejaksaan .......................... 49

ix

Gambar 3.23 : Situs Dirjen Pas ................................................. 50Gambar 3.24 : Situs Permasyakaratan (www.pemasyarakatan.com) ........................... 51Gambar 3.25 : Situs Database Pemasyarakatan (1) ................ 51Gambar 3.26 : Situs Database Pemasyarakatan (2) ................ 52Gambar 3.27 : Situs Database Pemasyarakatan (3) ................ 52Gambar 3.28 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (1) ................................. 58Gambar 3.29 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (2) ................................. 58Gambar 3.30 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (3) ................................. 58Gambar 3.31 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (4) ................................. 59

Daftar Tabel

Tabel 1.1 : Kerangka Penelitian ................................................. 5Tabel 2.1 : Aksi Stranas Kepolisian ........................................... 9Tabel 2.2 : Aksi Stranas Kejaksaan ............................................ 10Tabel 2.3 : Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan ...................... 10Tabel 2.4 : Aksi Stranas Mahkamah Agung ............................. 10Tabel 3.1 : Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik ...................................................... 19Tabel 3.2 : Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian ................ 21Tabel 3.3 : Perbandingan Ukuran Kebersihan Kanal Info Perkara Kejaksaan ................................. 48Tabel 3.4 : Jumlah Pengaduan yang Masuk Ke MA pada Tahun 2014 ..................................................... 59Tabel 3.5 : Penjatuhan Hukuman Disiplin yang Dijatuhkan MA Berdasarkan Jenis Hukuman Tahun 2014 ........................................... 61

x

1

B A B I

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Terpilihnya Jokowi dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) sebagai Presiden dan Wakil Presiden baru Indonesia di akhir tahun

2014 diharapkan oleh publik secara luas dapat memberikan sentuhan yang kuat terhadap upaya pemberantasan korupsi. Sebagaimana yang tecermin dalam salah satu (Cita Keempat) dari Sembilan Cita (Nawa Cita) agenda perubahan yang dikam-panyekannya, yang berbunyi: “memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya”.

Setidaknya, tiga dari sepuluh butir Cita Keempat tersebut, yang memiliki aksentuasi kuat pemberantasan tindak pidana korupsi adalah: 1) membangun politik legislasi yang kuat (yang mencakup pemberantasan korupsi, penegakan HAM, perlindungan lingkungan hidup dan reformasi lembaga penegak hukum); 2) memperkuat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); dan 3) memberantas mafia peradilan.

Sebagai bagian dari visi-misi pemerintahan yang baru, Nawa Cita sejatinya terejawantahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN), yang secara otomatis diturunkan ke dalam arahan kebijakan dan strategi yang lebih konkrit di mana dampaknya dapat dirasakan oleh publik secara luas. Salah satu bentuk arah kebijakan dan strategi konkrit tersebut adalah

2

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

melalui Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK).

Ide tentang Stranas PPK bukanlah sebuah strategi pembe-rantasan korupsi yang baru. Pemerintahan sebelumnya (SBY-Boediono) sebenar nya telah menyusun dan menetapkan Stranas PPK melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang 2012-2025. Setiap tahun, Stranas PPK diimplementasikan dalam bentuk Instruksi Presiden (Inpres).

Meski Stranas sudah dicanangkan sebagai salah satu ujung tombak kebijakan pemberantasan korupsi pemerintah, hasil kajian Koalisi Stranas PPK pada tahun 2013 menunjukkan, bahwa implementasi oleh Kementerian dan Lembaga dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi baru sebatas pemenuhan di tingkat regulasi dan kebijakan (checklist keluaran program dan strategi). Bahkan jika dilihat dari sudut Indeks Persepsi Korupsi pun, posisi Indonesia tidak bergerak dengan signifikan: hanya beranjak dua poin dari tahun 2012-21014.

Indonesian Legal Roundtable (ILR) sebagai anggota Koalisi Stranas PPK menaruh perhatian khusus terhadap keberlanjutan dari Stranas PPK oleh pemerintahan Jokowi–JK. Kenaikan skor Indeks Persepsi Korupsi dan Indeks Negara Hukum Indonesia yang tidak terlalu signifikan dalam dua tahun terakhir menjadi tolak ukur bahwa pemberantasan tindak pidana korupsi masih sangat jauh dari harapan. Dengan penekanan pada pemenuhan prinsip-prinsip Negara Hukum, khususnya prinsip pemerintahan berdasar hukum dan akses terhadap keadilan, ILR bermaksud untuk mengevaluasi dan menilai capaian dan keberhasilan dari pemenuhan Stranas PPK tahun 2014 melalui sebuah rangkaian kegiatan penelitian.

Aksi PPK tahun 2014 sendiri terbagi ke dalam lima strategi dengan 245 aksi dengan melibatkan Kementerian/Lembaga

3

Pendahuluan

lintas sektor. Berkaitan dengan luasnya aksi PPK, tentu saja penelitian yang akan dilakukan ini tidak akan mampu untuk mencakup seluruh aksi tersebut. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini dibatasi pada Kementerian/Lembaga yang terkait langsung dengan sektor hukum, lebih spesifiknya yang terkait dengan Sistem Peradilan Pidana.

Meskipun ruang lingkup penelitian ini sudah dibatasi pada sektor hukum, ternyata cakupan aksi yang akan diteliti dirasakan masih cukup luas. Oleh karena itu, penelitian ini lebih memfokuskan lagi ruang lingkup penelitian pada isu transparansi (keterbukaan informasi publik). Pembatasan ini sebangun dengan permasalahan mendasar dari proses penegakan hukum di Indonesia yang terjadi saat ini, yaitu transparansi sebagai faktor pendorong akuntabilitas.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan, capaian, dan dampak dari Inpres No. 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 oleh Kementerian dan Lembaga terkait dengan isu transparansi pada sektor hukum?

2. Apa saja rekomendasi yang dapat diberikan kepada Peme rintahan Jokowi-JK untuk memperkuat strategi pemberantasan tindak pidana korupsi ke depannya?

C. TUJUAN

Tujuan dari rangkaian kegiatan ini adalah:1. Mendapatkan gambaran mengenai upaya, capaian,

dan dam pak pelaksanaan Stranas PPK sepanjang tahun 2014, khususnya oleh Kementerian dan Lembaga ter-kait transparansi pada sektor hukum;

4

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

2. Mendorong komitmen pemerintahan Jokowi-JK untuk me me nuhi agenda perubahan terkait dengan upaya per cepatan pemberantasan tindak pidana korupsi, khususnya dalam rangka memperkuat Stranas PPK 2015 – 2019.

D. LINGKUP PENELITIAN DAN BASELINE

Batasan dari penelitian ini adalah pelaksanaan, capaian, dan dampak dari aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah sepanjang tahun 2014 dengan mem fokuskan pada aksi yang berkaitan dengan pemenuhan hak atas informasi publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) dan peraturan-peraturan turunannya.

Baseline yang digunakan dalam penelitian ini, di antaranya:1. Indeks Negara Hukum Indonesia, khususnya prinsip

Peme rintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan;

2. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 Dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014;

3. Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014; dan

4. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014.

E. METODOLOGI & KERANGKA LOGIS

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan me man faatkan data sebagai berikut:

1. Data primer yang diperoleh melalui: FGD, diskusi dengan ahli, dan wawancara dengan pejabat peme-rintah.

5

Pendahuluan

2. Data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen, di antaranya: laporan tahunan kementerian/lembaga peme rintah; laporan monitoring organisasi masyarakat sipil; hasil survei; pemberitaan media massa; dan sebagainya.

Kerangka logis penelitian secara singkat tergambar dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kerangka Penelitian

Tujuan Outcomes Kegiatan Output Resiko

Evaluasi implementasi Stranas PPK 2014

Strategi pemberantasan korupsi yang lebih kuat

FGD penentuan fokus area dan parameter evauasi

Hasil identifikasi fokus area dan parameter evauasi

N.A.

Penelitian pustaka

Data dan informasi terkait pelaksanaan Stranas PPK 2014

Terbatasnya ketersediaan data dan akses informasi dari Badan Publik

Wawancara dengan pejabat pemerintah terkait

Data dan informasi terkait pelaksanaan Stranas PPK 2014

Jadwal yang berubah, keengganan dan kompetensi pejabat yang diinterview

Pertemuan ahli

Penilaian ahli terhadap pelaksanaan Stranas PPK 2014

Pandangan bias dari ahli

Penelitian laporan (melalui workshop & FGD)

Hasil penilaian & rekomendasi terhadap pelaksanaan Stranas PPK 2014

Keterbatasan waktu

6

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

F. KELUARAN

Keluaran dari rangkaian kegiatan ini adalah Laporan Pene-litian tentang Evaluasi Pelaksanaan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Indonesia tahun 2014 terkait transparansi di sektor Hukum, yang memuat:

1. Hasil evaluasi pelaksanaan Stranas PPK tahun 2014; dan

2. Rekomendasi penguatan Stranas PPK untuk peme-rintahan Jokowi-JK.

7

B A B I I

Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014

Pengaturan mengenai Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014 (Aksi PPK 2014) termuat dalam

Inpres No. 2/2014 sebagai implementasi dari Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012–2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012–2014 (Stranas PPK). Aksi PPK tahun 2014 terdiri 245 aksi, yang terbagi ke dalam lima strategi, yang terdiri dari:

1. Strategi Pencegahan, terdiri dari 161 aksi;2. Strategi Penegakan Hukum, terdiri dari 28 aksi; 3. Strategi Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan,

terdiri dari sembilan (9) aksi;4. Strategi Kerjasama Internasional dan Penyelamatan

Aset Hasil Tipikor, terdiri dari 24 aksi; dan5. Strategi Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi, terdiri

dari 23 aksi.

Sebagaimana telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa evaluasi terhadap Stranas PPK 2014 akan dilakukan terhadap aksi-aksi terkait dengan transparansi pada sektor hukum. Hal ini dekat relevansinya dengan dua dari lima prinsip Negara Hukum yang dirumuskan oleh ILR, yaitu Pemerintahan Berdasarkan Hukum dan Akses Terhadap Keadilan.

Dalam prinsip Pemerintahan Berdasarkan Hukum, terdapat indi kator Pengawasan yang Efektif, dengan subindikatornya

8

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Pengawasan Internal oleh Pemerintah. Kepolisian, Kejaksaan, dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebagai bagian dari pemerintah memiliki mekanisme pengawasan internal, dan dalam Aksi PPK 2014 penekanan hal tersebut ada pada Kepolisian (Aksi Nomor 163 dan 166).

Sedangkan untuk prinsip Akses Terhadap Keadilan, salah satu indikatornya adalah Keterbukaan Informasi Publik. Akses Terhadap Keadilan dalam artian formal tersebut mengukur: apakah sistem peradilan bisa diakses oleh publik? Apakah sistem peradilan yang ada sudah mencerminkan proses yang cepat dan terjangkau?

Dalam indikator pertama, yang diukur adalah keterbukaan informasi, yaitu kemudahan masyarakat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam tahapan sistem peradilan: tahap penyidikan; tahap penuntutan; dan tahap beracara di pengadilan. Selain mengukur kemudahan masyarakat untuk informasi di setiap tahapan, indikator ini juga akan melihat sejauh mana respon dari setiap institusi yang berwenang jika ada keluhan yang disampaikan oleh publik dalam setiap tahapan. Kementerian/Lembaga pada sektor hukum dimandatkan untuk melaksanakan beberapa aksi terkait dengan transparansi.

A. AKSI TERKAIT TRANSPARANSI PADA SEKTOR HUKUM

Evaluasi terhadap Aksi PPK 2014 memfokuskan pada isu transparansi Kementerian/Lembaga pada sektor hukum, dalam hal ini adalah: Kepolisian; Kejaksaan Agung; Sekretariat Mahkamah Agung; dan Kementerian Hukum dan HAM. Secara rinci, aksi-aksi PPK 2014 terhadap Kementerian/Lembaga pada sektor hukum terkait transparansi sebagai berikut:

9

Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014

1. Kepolisian

Tabel 2.1: Aksi Stranas Kepolisian

No AKSI

I. Strategi Pencegahan

Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI)

6. Pelaksanaan transparansi, dan akuntabilitas dalam penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI)

49. Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia

90. Penyampaian data dan informasi terkait perpajakan dari kementerian, lembaga dan instansi pemerintah.

129. Optimalisasi Penghapusan dana offbudget , dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/ bantuan dari pihak lain

II. Strategi Penegakan Hukum

Penguatan Serta Peningkatan Konsistensi Sanksi Hukum dan Administrasi Bagi Pelaku Maupun Aparat Penegak Hukum yang Melakukan Penyimpangan dan Penyalahgunaan Wewenang atau Tipikor

163. Optimalisasi pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Kep Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

166. Optimalisasi Penanganan dugaan pelanggaran oleh oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menjadi sorotan media massa

167. Optimalisasi dan akuntabilitas penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

Memperkuat Koordinasi Penanganan Kasus Korupsi di Antara Lembaga Penegak Hukum dengan Dukungan Teknologi Informasi yang Komprehensif (E-Law Enforcement)

208. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan

214. Peningkatan transparansi pengelolaan aset

10

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

2. Kejaksaan

Tabel 2.2: Aksi Stranas Kejaksaan

NO AKSI

I. Strategi Pencegahan

Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI)

51. Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan)

52. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI)

3. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan

Tabel 2.3: Aksi Stranas Ditjen Pemasyarakatan

NO AKSI

IV. Strategi Kerja Sama Internasional Dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor

Memastikan Terbentuknya Unit Pengelolaan Aset (Asset Management Unit) Hasil Tipikor Guna Mendukung Proses Penegakan Hukum dan Transparansi Pengelolaan Aset Terkait Lainnya Sebagai Bentuk Pemanfaatan Pengelolaan Aset Tipikor

203. Peningkatan akuntabilitas pengelolaan barang sitaan dan rampasan

207. Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan

4. Sekretariat Mahkamah Agung

Tabel 2.4: Aksi Stranas Mahkamah Agung

NO AKSI

I Strategi Pencegahan

26. Tindak lanjut penanganan pengaduan masyarakat

113. Evaluasi pelaksanaan seleksi calon hakim berdasarkan kompetensi

11

Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014

B. KETERKAITAN AKSI PPK 2014 DENGAN STRATEGI NASIONAL PPK

Meskipun tidak menjadi bagian dari evaluasi, penting pula untuk mencermati keterkaitan antara Aksi PPK 2014 dengan Stranas PPK, khususnya yang terkait strategi jangka menengah (2012–2014). Sebagai analogi adalah Rencana Kerja Tahunan sebagai penjabaran program dan upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran dari Rencana Strategis. Seyogianya Aksi PPK 2014 pun disusun dan dilaksanakan dalam rangka pemenuhan Strategi PPK Jangka Menengah Tahun 2012 – 2014.

Jika Aksi PPK 2014 disandingkan dengan Stranas PPK Jangka Menengah maka dengan mudah akan terlihat konsistensi antara keduanya. Bahkan, untuk beberapa aksi, kalimatnya hampir sama dengan yang digunakan oleh Stranas PPK. Misalnya, pada aksi nomor 129: “Optimalisasi Penghapusan dana offbudget, dan sumbangan dari pihak yang diberi bantuan keamanan serta publikasikan penerimaan hibah/bantuan dari pihak lain”, sementara pada Stranas PPK: “Pemantapan administrasi keuangan negara, termasuk penghapusan dana off-budget, dan mempublikasikan penerimaan hibah/bantuan/donor di badan publik dan partai politik”.

Apabila dicermati lebih dalam, rumusan Stranas PPK -baik jangka panjang dan jangka menengah- dirasakan terlalu teknis dan terjebak pada rumusan program ketimbang rumusan yang lebih strategis. Agenda pemberantasan korupsi membutuhkan grand design yang tidak hanya komprehensif, tetapi juga dirumus-kan secara sistematis sebagaimana perencanaan strategis model piramida.

12

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 2.1: Analogi Piramida Turunan Visi ke Aksi

Dalam Stranas PPK jangka panjang, sudah dimulai rumusan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh K/L untuk setiap strateginya. Hal ini pun terulang kembali ketika merumuskan strategi jangka menengah. Pada akhirnya, tidak ada fleksibilitas dari K/L dalam merumuskan aksi PPK. Fleksibilitas dimaksudkan untuk membuka ruang inovasi dan terobosan bagi K/L dalam merumuskan aksi PPK yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik internal mereka.

Sebagai perbandingan adalah grand design Reformasi Birokrasi (RB) 2010-2025 yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi memiliki visi “pemerintahan kelas dunia”, yang kemudian diturunkan ke dalam roadmap RB melalui Peraturan Menteri Penyadagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Durasi roadmap yang dilakukan selama lima tahun ini terbagi ke dalam tiga tingkat: makro, miso dan mikro. Roadmap inilah yang kemudian memberikan arahan kepada setiap K/L untuk melaksanakan RB. Apabila pada Stranas PPK “area tindakan” terbagi ke dalam enam strategi (pencegahan, penegakan hukum,

13

Tinjauan Aksi Pencegahan & Pemberantasan Korupsi Tahun 2014

dan sebagainya), maka pada Roadmap RB diistilahkan sebagai “delapan area perubahan”.

Stranas PPK dapat diperkuat dengan mengadopsi model atau pendekatan perumusan grand design RB -meskipun baik dari sisi konten dan pendekatan implementasinya harus lebih baik dari pelaksanaan RB itu sendiri. Dengan demikian, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi pada setiap K/L memiliki pola dan arah pergerakan yang kurang lebih sama, akan tetapi pada level teknis pelaksanaannya sangat tergantung dari kebutuhan dan karakteristik dari K/L tersebut.

14

15

B A B I I I

Temuan dan Hasil Evaluasi

A. CAPAIAN AKSI STRANAS PADA SEKTOR PENEGAK HUKUM

Bab ini akan mempresentasikan implementasi dan capaian serta dampak aksi Stranas pada sektor penegak hukum.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada Bab II, setiap lembaga penegak hukum mempunyai penekanan strategi yang berbeda-beda. Misalnya Kepolisian, yang ditekankan pada dua strategi besar: pencegahan dan penindakan. Sedangkan untuk Kejaksaan hanya pada isu pencegahan.

Temuan faktual terkait kondisi dan pencapaian masing-masing Aksi Stranas di setiap lembaga pada tahun 2014, dapat dilihat dalam narasi di bawah ini.

1. Kepolisian

Strategi Pencegahana. Aksi Nomor 6: Pelaksanaan Transparansi dan Akuntabilitas

dalam Penanganan Perkara Berbasis Teknologi Informasi (TI)Terdapat tiga ukuran kriteria yang digunakan dalam men-capai keberhasilan aksi ini:1) Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis

teknologi informasi di seluruh Polres sesuai Peraturan Kepala Kepolisian RI No. 14/2012;

2) Surat tanda terima laporan dan surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan/penyidikan (SP2HP)

16

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

dan penyidikan yang dapat diakses secara online oleh pelapor;

3) Dipublikasikannya dalam website status penanganan perkara yang menarik perhatian publik (perkara yang dimuat di media cetak nasional) termasuk, antara lain: inisial tersangka serta waktu dan tindakan terkait penanganan perkara (misal masih pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19, kapan P21, dll)

Ukuran situs/website resmi Kepolisian yang diambil sebagai sampel adalah 10 kota besar di Indonesia (penduduk di atas 100 ribu jiwa) dengan penyebaran wilayah kepulauan secara merata, yaitu: Polda Metrojaya, Polrestabes Surabaya, Polrestabes Bandung, Poltabes Medan, Poltabes Palembang, Polrestabes Makassar, Polresta Samarinda, Polresta Banjarmasin, Polresta Manado dan Polres Jayapura.

Dari hasil pemantauan dengan cara mengunjungi situs resmi institusi Kepolisian di beberapa daerah tersebut diketahui bahwa sebagian besar (90%) institusi tersebut belum menyediakan sistem yang menjamin Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses secara online oleh pelapor. Hanya Polda Metro Jaya yang memiliki situs online SP2HP yang dapat diakses oleh pelapor. Sedangkan sisanya, tidak memiliki situs SP2HP online.

Bahkan untuk Polresta Manado dan Polrestabes Surabaya, tidak punya website resmi. Jika pun ada institusi Kepolisian yang memiliki informasi, hanya berbentuk blog, seperti: Polrestabes Bandung, Polrestabes Makkasar, Polresta Palembang (Pengecekan Terakhir 5 November 2015).

17

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3.1: Situs Polresta Palembang (Terakhir diakses 5 November 2015)

Gambar 3.2: Situs Polrestabes Bandung (terakhir diakses pada 5 November 2015)

18

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.3: Situs Polrestabes Makassar (terakhir diakses pada 5 November 2015)

Ketika sistem yang diharapkan tidak tersedia, maka kriteria keberhasilan yang kedua: terkait dengan Surat Tanda Terima Laporan (STTL) dan Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang dapat diakses oleh pelapor, tentu saja tidak tersedia. Dari sepuluh sampel Polda/Polrestabes/Polresta yang diambil, hanya Polda Metrojaya yang memiliki sistem yang dapat diakses secara online oleh pelapor.

Gambar 3. 4: Situs Surat Tanda Terima Laporan dan Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) Polda Metrojaya

(terakhir diakses 5 November 2015)

19

Temuan dan Hasil Evaluasi

Pada sisi lain, terkait dengan dipublikasikannya status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil -sebagaimana yang dimaksud oleh kriteria ketiga, diketahui bahwa hanya Polda Metrojaya yang telah melak-sanakannya. Itu pun dengan catatan, hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain yang terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21, tidak ditemukan. Artinya, Polda Metro Jaya hanya meng-upload berita-berita pidana yang ditangani tanpa ada penjelasan lebih detil sejauh mana status hukum tersangka.

Kondisi lebih lengkap terkait dengan kondisi website seluruh sampel yang diambil terkait status penanganan perkara yang menarik perhatian publik di sepuluh sampel yang diambil dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1: Kondisi Situs Kepolisian Terkait Status Penanganan Perkara yang Menarik Perhatian Publik

Institusi Kepolisian di Daerah

Kondisi Website

Polda Metrojaya Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.

Polrestabes Surabaya Tidak memiliki website

Polrestabes Bandung Secara umum bisa dikatakan tidak ada. Terakhir kasus yang dirilis pada 8 Februari 2013 terkait dengan prostitusi online.

Poltabes Medan Ada, tapi tidak update. Terakhir berita hanya pada bulan Maret. Kategori ada pun hanya dalam bentuk berita, tidak secara detil menginformasikan sejauh mana status tersangka.

Polrestabes Makassar Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.

Polresta Palembang Tidak ditemukan meski wujudnya hanya berbentuk blog.

20

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Polresta Samarinda Ada, tapi tidak memadai. Sepanjang tahun 2015 hanya dua kasus yang dipublikasikan ke publik

Polresta Banjarmasin Ada, tapi sebatas pengumpulan informasi di media massa. Informasi yang terakhir diupdate pada 2 September. Sebelum dikunjungi terakhir kali (5 November), situs tersebut pernah diretas sehingga tidak berfungsi selama berbulan-bulan.

Polresta Manado Tidak memiliki website

Polres Jayapura Ada, namun hanya memuat inisial tersangka dan waktu penanganan. Sedangkan tindakan lain terkait penanganan perkara seperti pemeriksaan saksi, kapan ditahan, kapan P19 dan P21 tidak ditemukan.

b. Aksi Nomor 49: Optimalisasi Keterbukaan informasi dalam Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kepolisian Negara Republik Indonesia

Ukuran keberhasilan yang digunakan dalam aksi ini adalah terpublikasikannya informasi perolehan PNBP Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam situs resmi, yang terdiri dari:1) Jumlah seluruh PNBP yang diperoleh untuk setiap jenis

layanan/denda; 2) Jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas Negara.

Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap situs resmi seperti: http://www.kemenkeu.go.id; http://www.pajak.go.id; http://www.humaspolri.go.id; http://www.perbendaharaan.go.id; tidak di tem u kan satu pun informasi yang memuat PNBP yang diperoleh untuk setiap layanan/denda serta jumlah PNBP yang sudah disetorkan ke kas negara sebagaimana yang dimaksud oleh PP No 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia (PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian)

21

Temuan dan Hasil Evaluasi

Menurut PP Jenis dan Tarif PNPB Kepolisian, terdapat 12 item PBNP yang dapat dipungut oleh Kepolisian yaitu:

Tabel 3.2: Daftar PNBP yang Diterima Kepolisian

No Item PNBP Kepolisian

1. Penerbitan Surat Izin Mengemudi

2. Pelayanan Ujian Keterampilan Mengemudi Melalui Simulator

3. Penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan

4. Penerbitan Surat Tanda Coba Kendaraan

5. Penerbitan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor

6. Penerbitan Buku Pemilik Kendaran Bermotor

7. Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Ke Luar Daerah

8. Penerbitan Surat Izin Senjata Api dan Bahan Peledak

9. Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian

10. Penerbitan Surat Keterangan Lapor Diri

11. Penerbitan Kartu Sidik Jari (Inafis Card)

12. Denda Pelanggaran Lalu Lintas

Dari keempat situs yang dicek tersebut, apabila publik ingin memperoleh informasi terkait PNBP yang diterima dan dikelola oleh Kepolisian, hanya bisa ditemukan di situs Kementerian Keuangan. Informasi itu pun hanya sebatas informasi makro penerimaan PNBP lainnya, sebagaimana yang termuat dalam Laporan Keuangan Kementerian Anggaran Tahun Anggaran 2014. Situs Kementerian Keuangan tersebut menyebutkan bahwa realisasi PNBP lainnya yang diterima oleh Negara sebesar Rp. 429.505.961.063. Apabila dibandingan dengan tahun sebelumnya (tahun 2013), terdapat penurunan penerimaan negara dari tahun sebelumnya (2013) sebesar Rp 520.913.047.356.

Sedangkan di situs Polri, Dirjen Pajak dan Perbendaharaan Negara, tidak ditemukan satu pun informasi mengenai PNBP

22

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

yang diterima Kepolisian. Bahkan dari pelacakan yang dilakukan, situs Dirjen Pajak pun sedang mengalami kerusakan (lihat gambar 5).

Gambar 3.5: Situs Dirjen Pajak (Diakses 5 November 2015)

Dari penelusuran terhadap situs lain yang dilakukan, jika pun publik ingin mendapatkan informasi sejauh mana pengelolaan PNBP Polri, hal itu hanya dapat ditemukan dalam dokumen Nota Keuangan APBN 2014 -yang menyebutkan bahwa target penerimaan PNBP Polri tahun 2014 adalah 4,8 triliun. Itu pun dengan cara melihat satu persatu informasi yang terdapat di dalam website Kementerian Keuangan. Artinya, publik harus berusaha cukup keras dan teliti dalam mencari informasi di mana tidak semuanya mempunyai pemahaman yang cukup komprehensif terhadap siklus anggaran publik.

23

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3. 6: Dokumen Nota Keuangan APBN 2014 di Situs Kementerian Keuangan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterbukaan infor masi dalam pengelolaan PNBP Kepolisian yang dapat diakses publik sebenarnya tidak tersedia. Publik tidak pernah tahu sejauh mana penerimaan dan pengelolaan PNBP di Kepolisian secara memadai.

Gambar 3.7: Situs Resmi Polri (diakses 5 November 2015)

24

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

c. Aksi Nomor 90: Penyampaian Data dan Informasi terkait Perpajakan dari Kementerian, Lembaga dan Instansi Pemerintah

Aksi Stranas PPK Nomor 90 ini mengamantkan Kepolisian untuk melakukan penyampaian data terkait perpajakan, di antaranya: data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan kepada Kementerian Keuangan sebagai instansi terkait yang ditunjuk.

Ukuran keberhasilan aksi ini berupa kepatuhan dalam penyam paian data dan informasi perpajakan, di antaranya data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan.

Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait perpajakan seperti data kepemilikan kendaraan bermotor, peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik dalam situs: http://www.kemenkeu.go.id/; http://www.pajak.go.id/; http://polri.go.id/; dan http://www.perbendaharaan.go.id/new/?pilih=login, tidaklah di te mukan informasi pada situs resmi lembaga negara tersebut.

Keempat situs tersebut hanya berisi informasi tentang:• LayanansitusKementerianKeuanganuntukindividu/

profe sional/masyarakat umum serta informasi dan publikasi Ke men terian Keuangan Negara;

• Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaanpajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan;

25

Temuan dan Hasil Evaluasi

• Informasi publik, Pengaduan Masyarakat, PelayananSIM, Pelayanan SKCK, Pelayanan STNK dan publikasi kegiatan.

Penelusuran juga dilakukan pada situs resmi pengelola informasi dan dokumentasi lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/, namun tidak ditemukan juga data yang dimaksud atau data yang terkaitan dengan data dan informasi perpajakan tersebut.

Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Penyampaian Data terkait Perpajakan di Kepolisian kepada Kementerian Keuangan yang berisi: data kepemilikan ken daraan bermotor, peralihan kepe mil-ikan kendaraan bermotor, serta data lain yang berguna untuk peningkatan penerimaan pajak dalam bentuk data elektronik berdasarkan PP Nomor 31 Tahun 2012 tentang Pemberian dan Penghimpunan Data dan Informasi yang Berkaitan dengan Perpajakan, tidak dilaksanakan dan tidak dipublikasikan.

2) Kepolisian tidak menjalankan kepatuhan dalam pe-nyam paian data dan informasi perpajakan sebagai kriteria keberhasilan atau outcome sebagaimana target oleh Inpres 2/2014.

d. Aksi Nomor 129: Optimalisasi Penghapusan Dana Off-budget, dan Sumbangan dari Pihak yang Diberi Bantuan Keamanan serta Publikasi Penerimaan Hibah/Bantuan dari Pihak Lain

Aksi ini memberikan mandat kepada Kepolisian untuk mem publikasikan penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri. Ukuran keberhasilan aksi ini adalah publikasi penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain dalam website Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) secara mandiri,

26

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

dengan kriteria keberhasilan berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel.

Setelah melakukan penelusuran terhadap data terkait penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, tidaklah ditemukan informasinya pada situs resmi Kepolisian. Situs resmi Kepolisian tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong.

Gambar 3.8: Hasil Pencarian Situs Resmi Polri

Gambar 3.9: Situs Resmi Kepolisian Tidak Dapat Diakses

27

Temuan dan Hasil Evaluasi

Selain melakukan penelusuran terhadap situs resmi Kepolisian, penelusuran juga dilakukan terhadap situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/. Dalam situs tersebut, hanya ditemukan 2 (dua) dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni:

• Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan danPembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan I Tahun Anggaran 2014; dan

• Laporan hasil pelaksanaan aksi Pencegahan danPembe rantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan, Triwulan IV Tahun Anggaran 2014

Gambar 3. 10: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan,

Triwulan I Tahun Anggaran 2014

28

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.11: Laporan Hasil Pelaksanaan Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Seksi Keuangan Polres Lampung Selatan,

Triwulan IV Tahun Anggaran 2014

Berdasarkan temuan dari penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Aksi ini tidak dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh di Kepolisian baik di tingkat pusat (Markas Besar) maupun di bawahnya (Kepolisian Daerah, Kepolisian Resor, Kepolisian Sektor). Dari penelusuran yang dilakukan, hanya terdapat 2 (dua) dokumen laporan yang dapat ditemukan, yaitu dari Kepolisian Resor Lampung Selatan, dan itu pun bukan di situs resmi Kepolisian pada tautan http://polri.go.id/ melainkan pada situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/.

2) Kriteria keberhasilan atau outcome yang ditargetkan oleh Inpres 2/2014 berupa Kepolisian Negara Republik Indonesia yang lebih mandiri dan akuntabel tidak tercapai.

29

Temuan dan Hasil Evaluasi

Strategi Penegakan Hukum

a. Aksi Nomor 163: Optimalisasi Pelaksanaan Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri dan Keputusan Kapolri Nomor 43 Tahun 2004 tentang Tata cara Penyelesaian Pelanggaran Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Aksi ini mengamanahkan kepada Kepolisian untuk menerapkan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut, yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi Kepolisian.

Ukuran keberhasilan aksi ini adalah penerapan sanksi bagi pejabat dan aparat yang melakukan pelanggaran kode etik dan disiplin di Kepolisian dan mempublikasikan informasi tersebut yang setidaknya memuat jenis pelanggaran dan pasal yang dilanggar serta sanksi yang dijatuhkan melalui situs resmi secara mandiri, dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome adalah meningkatnya akuntabilitas dan transparansi proses penegakan kode etik dan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta penjatuhan hukuman.

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, tidak ditemukan informasi pada situs resmi http://polri.go.id/. Sehingga penelusuran dilakukan pada situs resmi Komisi Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Kompolnas), yakni http://www.kompolnas.go.id/. Dari situs Kompolnas tersebut, informasi yang tersedia hanya berisi informasi tentang pengaduan masyarakat, layanan informasi, dan publikasi kegiatan.

Penelusuran kemudian juga dilakukan pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/, dan ditemukan dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni:

30

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

1) Bahan narasumber dalam acara diskusi publik menge-nai praktik penyiksaan dalam rangka hari dukungan internasional untuk korban penyiksaan, yang berisi tentang:• Rekapitulasidatalaporandugaanarogansipenyi­

dikan (upaya paksa tanpa sprindik dengan penyik-saan) selama tahun 2012 – 2015 dari setiap kantor Kepolisian Daerah;

• Rekapitulasi data laporan dugaan pelanggaranKDRT (pelaku anggota Polri) selama tahun 2012 – 2015 dari setiap kantor Kepolisian Daerah;

• PutusanSidangKomisiKodeEtikPolriberkaitandengan kasus arogansi penyidikan/penganiayaan dan KDRT selama tahun 2012 – 2015;

2) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) bulan Januari s/d Maret 2014;

3) Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014;

4) Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri tahun 2014

Keseluruhan data di atas berupa angka kumulatif dan tidak mendetil terkait siapa anggota Kepolisian yang melakukan pelanggaran dan jenis pelanggarannya apa, lalu prosesnya bagaimana, serta dikenakan sanksi apa. Meski demikian, yang menarik adalah, ditemukannya 1 (satu) dokumen laporan terkait Data Pelanggaran KEPP Tahun 2012-2014 dari Polres Palangkaraya yang sudah mencantumkan nama-nama Anggota Lembaga Kepolisian yang melakukan dugaan pelanggaran kode etik dan disiplin, berdasarkan laporan nomor dan putusan sidang KEPP serta status prosesnya selesai atau belum. Namun, jika diperhatikan lebih detil, substansi utama dari data tersebut adalah pada komponen informasi “Dukungan Anggaran: Pemberkasan dan Sidang”.

31

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3.12: Data Bahan Narasumber dalam Acara Diskusi Publik Mengenai Praktik Penyiksaan Dalam Rangka Hari Dukungan

Internasional untuk Korban Penyiksaan

Gambar 3.13: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan Januari s/d Maret 2014

32

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.14: Data Pelanggaran Kode Etik dan Profesi Polri (KEPP) Bulan April s/d Juni 2014

Gambar 3.15: Data Penindakan/Penyelesaian Pelanggaran Anggota/PNS Polri Tahun 2014

33

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3.16: Data Pelanggaran KEPP Tahun 2012-2014 dari Polres Palangkaraya

Berdasarkan penelusuran di lapangan terkait aksi ini, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut:

1) Aksi ini tidak dilaksanakan. Dari kelima data yang ditemukan, seluruhnya masih berupa angka kumulatif dan tidak mendetil dari setiap kantor Kepolisian Daerah serta bukan dipublikasikan situs resmi Kepolisian pada tautan http://polri.go.id/ melainkan pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian pada tautan http://humas.polri.go.id/. Masih belum terdapat informasi mengenai siapa anggota/aparat yang diduga melakukan pelanggaran, jenis pelanggarannya, laporan siapa, bagaimana prosesnya, dan penjatuhan sanksinya.

2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan berupa meningkatnya akuntabilitas dan transparansi proses penegakan kode etik dan disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta penjatuhan hukuman, belum ter capai secara maksimal.

34

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

b. Aksi Nomor 166: Optimalisasi Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Kepolisian Negara Republik Indonesia yang Menjadi Sorotan Media Massa

Aksi ini memberikan mandat kepada Kepolisian dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) untuk memproses seluruh dugaan pelanggaran yang menjadi sorotan oleh media massa sesuai ketentuan yang berlaku dan mempublikasikannya di situs resmi masing-masing lembaga. Sedangkan ukuran keberhasilan sebagai output terhadap aksi ini yang ditetapkan adalah adanya proses terhadap seluruh dugaan pelanggaran yang menjadi sorotan oleh media massa sesuai ketentuan yang berlaku dan mempublikasikan di situs resmi Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditargetkan adalah meningkatnya kepercayaan publik terhadap Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Hasil penelusuran terhadap situs http://polri.go.id/ dan http://www.kompolnas.go.id/, tidaklah ditemukan informasi sebagaimana yang dimaksudkan oleh aksi. Kedua situs tersebut hanya berisi tentang: (1) Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayanan SIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi kegiatan; dan (2) Pengaduan masyarakat, layanan Informasi, dan publikasi kegiatan. Bahkan, dalam penelusuran yang dilakukan terhadap situs http://polri.go.id/, situs tersebut tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9).

Karena ketiadaan informasi dan data yang dimaksud dalam dua situs resmi di atas, penelusuran juga dilakukan terhadap pada situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/. Dari situs tersebut, hanya ditemukan 1 (satu) dokumen laporan yang dipublikasikan, yakni: data penanganan dugaan Pelanggaran oleh oknum Polri yang menjadi sorotan media massa pada

35

Temuan dan Hasil Evaluasi

bulan Juli s/d September 2014. Dokumen laporan tersebut berisi tentang informasi sebagai berikut:

• Kesatuankepolisian(tingkatKepolisianDaerah)yangdiduga melakukan pelanggaran yang menjadi sorotan media massa;

• Kasusyangterjadi;• Kronologissingkat(uraiankejadian);• Mediamassa(cetak)yangmempublikasikan;dan• Tindaklanjutterhadapdugaanpelanggaran.

Gambar 3.17: Data Penanganan Dugaan Pelanggaran oleh Oknum Polri yang Menjadi Sorotan Media Massa Bulan Juli s/d September 2014

Dalam komponen “tindak lanjut” terhadap 48 kasus yang ada dalam Laporan, terlihat bahwa proses yang dilakukan sebagian besar masih belum ditindaklanjuti, yakni:

• Berstatus“BahanInformasi”,yaknisebanyak27kasus;• Berstatus“ProsesPenyelidikan”sebanyak4kasus;• Berstatus“ProsesPenyidikan”sebanyak14kasus;• Berstatus“SidangDisiplin”sebanyak1kasus;• Berstatus“SidangKKE”sebanyak1kasus;danterakhir• Berstatus“ProsesKKE”sebanyak1kasus.

36

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Berdasarkan penelusuran di lapangan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Aksi PPK Nomor 166 ini tidak dilaksanakan baik oleh Kepolisian maupun oleh Kompolnas. Tidak ditemukan satu pun informasi atau data terkait adanya proses terha dap seluruh dugaan pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam aksi sebagaimana ketentuan yang berlaku dan mem publikasikannya di situs resmi Kepolisian dan Kompolnas.

2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan adalah meningkatnya kepercayaan publik terhadap Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak tercapai.

c. Aksi Nomor Nomor 167: Optimalisasi dan Akuntabilitas Penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Proses penanganan LHA Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dilaksanakan secara Akuntabel dan Optimal

Aksi ini memandatkan kepada Kepolisian untuk mem-publikasikan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang diterima dan diselesaikan baik oleh Kepolisian maupun oleh PPATK. Ukuran keberhasilan dari aksi ini berupa terpublikasinya jumlah Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang diterima dan diselesaikan baik oleh Kepolisian maupun oleh PPATK, dengan kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditetapkan adalah dilaksanakannya proses penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) secara akuntabel dan optimal.

Penelusuran data terkait publikasi terhadap Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang diterima dan diselesaikan, baik

37

Temuan dan Hasil Evaluasi

Kepolisian maupun PPATK, tidak menunjukkan adanya dokumen atau laporan pada situs resmi http://polri.go.id/ dan http://www.ppatk.go.id/. Kedua sumber dalam tautan tersebut hanya berisi: (1) Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayanan SIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi Kegiatan; dan (2) Statistik Pelaporan dan Transaksi Keuangan setiap bulannya. Bahkan, situs http://polri.go.id/ tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9).

Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di http://humas.polri.go.id/. Dari situs tersebut, hanya ditemukan 1 (satu) dokumen laporan yang dipublikasikan: data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret 2014. Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang diterima Bareskrim Polri bulan Januari s/d Maret 2014 pun hanya berisi informasi tentang subjek (orang yang diduga melakukan kejahatan), dugaan tindak pidana dan perkembangan proses (lidik/sidik) yang berjumlah 5 (lima) kasus. Keseluruhan kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan.

Gambar 3.18: Data Laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK Yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d Maret 2014

38

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.19: Substansi/Komponen Informasi Data laporan Hasil Analisis (LHA) PPATK yang Diterima Bareskrim Polri Bulan Januari s/d

Maret 2014

Dari penelusuran di lapangan yang dilakukan dapat disim-pul kan sebagai berikut:

1) Aksi PPK Nomor 167 tidak dilaksanakan baik oleh Kepolisian maupun PPATK. Hanya ditemukan 1 (satu) informasi atau data terkait Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), yang diterima dan diselesaikan, di situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian. Informasi yang tersedia dalam laporan tersebut pun sangat minim dan tidak jelas.

2) Kriteria keberhasilan sebagai outcome yang ditentukan yakni proses penanganan Laporan Hasil Analisis (LHA) dari Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang dilaksanakan secara akuntabel dan optimal tidak tercapai.

39

Temuan dan Hasil Evaluasi

d. Aksi Nomor 208: Penyelesaian Barang Sitaan/Rampasan yang Sudah Lama Tersimpan di Rupbasan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Aksi PPK pada Nomor 208 ini memandat kepada Kepolisian untuk melakukan pengumuman dan pelelangan barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), baik oleh Kepolisian maupun oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) sebagai instansi terkait yang ditunjuk. Ukuran keberhasilan (output) pada aksi ini berupa adanya pengumuman dan pelelangan tentang barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengan UU LLAJ; dan outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa peningkatan pendapatan negara dan berkurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi.

Hasil penelusuran data terkait pengumuman dan pelelangan tentang barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai dengan UU LLAJ, baik oleh Kepolisian maupun Kemenkumham, tidak dapat ditemukan dokumen atau laporannya pada situs berikut ini: (1) http://polri.go.id/; (2) http://www.kemenkumham.go.id/; (3) www.kejaksaan.go.id; (4) http://jakarta.kemenkumham.go.id/.

Informasi dalam situs tersebut hanya berisi: (1) Pengaduan masyarakat, Informasi publik, berita, layanan publik, produk hukum, info hukum, serta laporan kinerja; (2) Layanan publik, Informasi publik, berita Kanwil terkini serta publikasi kegiatan; (3) Informasi publik, berita Kanwil terkini, berita Hukum dan HAM serta publikasi kegiatan. Bahkan situs http://polri.go.id/ tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Lihat Gambar 3.8 dan 3.9).

Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud dalam aksi ini juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan

40

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/, namun dari situs tersebut tidak ditemukan satu pun data atau informasi.

Penelusuran di lapangan dapat disimpulkan sebagai berikut:1) Aksi PPK Nomor 208 terkait pengumuman dan

pelelangan barang sitaan berupa kendaraan yang tidak diketahui pemiliknya sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ), baik oleh Kepolisian maupun oleh Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) sebagai instansi terkait yang ditunjuk, tidak dijalankan sama sekali;

2) outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa peningkatan pendapatan negara dan ber-kurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi, tidak tercapai sepenuhnya.

e. Aksi Nomor 214: Peningkatan Transparansi Pengelolaan Aset

Aksi PPK Nomor 214 ini memandatkan Kepolisian untuk mempublikasikan secara reguler pelaksanaan fungsi pengem-balian aset, yang antara lain memuat: informasi data barang sitaan dan rampasan yang dikelola (termasuk nilainya, kondisinya dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan) dalam situs Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan juga kepada Kementerian Keuangan selaku instansi terkait.

Output sebagai ukuran keberhasilan Aksi Nomor 214 berupa publikasi secara reguler terkait pelaksanaan fungsi pengembalian aset, yang antara lain memuat informasi data barang sitaan dan rampasan yang dikelola (termasuk nilainya, kondisinya dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan) dalam situs Kepolisian Negara Republik Indonesia; sedangkan outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan

41

Temuan dan Hasil Evaluasi

berupa meningkatanya akuntabilitas pengelolaan aset oleh Kepolisian.

Hasil penelusuran data terkait menemukan bahwa tidak dapat ditemukan dokumen atau laporannya pada situs resmi lembaga negara berikut ini: http://polri.go.id/; http://www.perbendaharaan.go.id/new/?pilih=login.; http://eppid.kemenkeu.go.id/Informasi/Pemohon; http://www.kemenkeu.go.id/; http://www.pajak.go.id/. Sumber pada kelima tautan di atas berisi tentang:

• Informasi publik, pengaduan masyarakat, pelayananSIM, pelayanan SKCK, pelayanan STNK dan publikasi kegiatan.

• PublikasikegiatanDitjenPerbendaharaanNegara;• Informasi, publikasi kegiatan, pengaduan masyarakat

dan dokumentasi Kementerian Keuangan Negara;• LayanansitusKementerianKeuanganuntukindividu/

profesional/ masyarakat umum serta informasi dan publikasi Kementerian Keuangan Negara;

• Publikasi kegiatan Ditjen Perpajakan, penerimaanpajak, siaran pers, lelang barang sitaan perpajakan.

Sebagai catatan tambahan, sumber tautan pada: http://polri.go.id/ tidak dapat diakses dan tampilan laman kosong (Gambar 3.8 dan 3.9).

Penelusuran terkait informasi dan data yang dimaksud juga dilakukan lewat situs resmi Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/; namun tidak ditemukan satu pun data atau informasi yang dimaksud. Apabila publik ingin mengakses informasi atau data yang dibutuhkan, maka harus memenuhi syarat mengisi form elektronik berisi “Nama Pengguna” dan “Sandi”.

42

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.20: Tampilan pada laman situs Pengelola Informasi dan Dokumentasi Lembaga Kepolisian di tautan http://humas.polri.go.id/

terkait Penelusuran Atas data “Barang Sitaan”.

Dari penelusuran di lapangan yang dilakukan dapat disim-pulkan sebagai berikut:

1) Aksi PPK Nomor 214 tidak dijalankan sama sekali. Hanya ditemukan satu laman pada situs resmi Penge lola Informasi dan Dokumentasi di Lembaga Kepolisian terkait data “Barang Sitaan”, namun harus menggunakan “Nama Pengguna” dan “Sandi” dalam mengaksesnya;

2) Tidak terpenuhinya outcome atau kriteria keberhasilan yang ditetapkan berupa meningkatnya akuntabilitas pengelolaan aset oleh Kepolisian.

2. Kejaksaan RI

Strategi Pencegahan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informasi (TI)

a. Aksi Nomor 51: Publikasi secara reguler jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara oleh Kejaksaan Republik Indonesia (pengembalian kekayaan negara, denda dan barang rampasan)

43

Temuan dan Hasil Evaluasi

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan Negara), pendapatan negara berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.1 Pada dasarnya, pengelolaan penerimaan negara merupakan upaya menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan pem-bangunan nasional melalui optimalisasi sumber-sumber pendapatan negara, khususnya pendapatan dalam negeri.

Dalam konteks penerimaan negara bukan pajak, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (UU PNBP) menegaskan bahwa penyelenggaraan dan pengelolaan PNBP bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan ketertiban administrasi keuangan negara. Jika dikaitkan dengan agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi, maka pelaporan PNBP juga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kerugian pendapatan negara.

Dengan adanya publikasi secara reguler jumlah PNBP yang dipungut oleh kementerian/lembaga, maka diharapkan pengawasan terhadap penerimaan negara dapat meningkat dan menunjang terciptanya aparat pemerintah yang kuat, bersih, dan berwibawa. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah yang menagih dan memungut PNBP harus menyetor dan melaporkan jumlah PNBP yang diterima ke kas negara.2

Dalam konteks Kejaksaan, publikasi jumlah PNBP juga bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat ter-hadap penegakan hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan. Dengan dibukanya akses publik terhadap informasi, masyarakat dapat memonitoring dan mengawasi kinerja Kejaksaan dalam mengelola PNBP. Selain itu, masyarakat juga memiliki kejelasan terkait dengan partisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegiatan-kegiatan

1 Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;2 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 PNBP.

44

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

yang menghasilkan PNBP. Dengan demikian, Kejaksaan diharap-kan dapat semakin akuntabel dalam menyelenggarakan dan mengelola PNBP.

Total PNBP yang dicapai oleh Kejaksaan Tinggi seluruh Indonesia pada periode bulan Januari-Desember 2014 sebesar Rp 1.137.970.163.700,- (satu triliyun seratus tiga puluh tujuh milyar sembilan ratus tujuh puluh juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus rupiah). Penerimaan tersebut telah disetor ke kas negara dengan perincian sebagai berikut:

• Denda perkara tilang dan perkara biasa (Rp1.123.217.389.666,);

• Biaya perkara acara pemeriksaan biasa/acara peme­riksaan singkat/acara pemeriksaan cepat (Rp 5.789.782.787,-);

• Hasillelangbarangbukti(Rp8.962.991.247,­).

Secara umum, informasi tersebut dapat ditemukan dalam Laporan Tahunan Kejaksaan Tahun 2014.3 Namun data yang dipublikasikan tersebut belum secara detil menjabarkan jenis PNBP sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP jo PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP. Adapun jenis PNBP yang berlaku pada Kejaksaan adalah:

• Penerimaandaripenjualanbarangrampasan.• Penerimaandaripenjualanhasilsitaan/rampasan.• Penerimaandarigantirugidantindakpidanakorupsi.• Penerimaanbiayaperkara.• Penerimaanlain­lainberupauangtemuan,hasillelang

barang temuan dan hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak.

• Penerimaandenda.

Selain itu, informasi yang tersedia dalam laporan tahunan Kejaksaan juga masih belum mencakup data mengenai potensi/

3 https://Kejaksaan.go.id/upldoc/laptah/2015-Laptah%20Kejagung%202014-id.pdf

45

Temuan dan Hasil Evaluasi

tagihan PNBP yang dapat diperoleh dari putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Artinya, publik tidak dapat memverifikasi penerimaaan PNBP yang diperoleh Kejaksaan dari penanganan perkara.

Berkaitan dengan penerimaan denda yang menjadi tanggung jawab Kejaksaan, peneliti menemukan masih terdapat permasalahan tumpang tindih pengaturan. Pada dasarnya, denda pelanggaran lalu lintas mengikuti proses pidana acara cepat di pengadilan. Dalam hal ini, pengadilanlah yang akan menentukan besaran denda yang dibebankan kepada wajib bayar. Denda yang ditagihkan kepada pengguna jalan akan dieksekusi oleh pihak Kejaksaan dan disetorkan ke kas negara sebagai PNBP. Namun, proses tersebut tumpang tindih dengan ketentuan mengenai PNBP yang dikelola oleh Kepolisian. Pasal 1 butir l PP Nomor 50 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang Berlaku Pada Kepolisian RI mengatur bahwa jenis PNBP menyebutkan bahwa PNBP Kepolisian termasuk dari denda pelanggaran lalu lintas.

Tumpang tindih pengaturan tersebut tentunya perlu disikapi agar ada kepastian hukum bagi masyarakat dan memberikan kejelasan bagi masing-masing instansi mengenai tugas dan kewajibannya dalam mengelola penerimaan negara. Dalam hal ini, Kejaksaan dan Kepolisian memiliki perannya masing-masing dalam sistem peradilan pidana di Indonesia sesuai dengan prinsip diferensiasi fungsional dalam KUHAP.

b. Aksi Nomor 52: Peningkatan transparansi dan akuntabilitas penanganan perkara berbasis Teknologi Informasi (TI)

Informasi perkara di kejaksaan dapat di akses melalui situs www.kejaksaan.go.id. Informasi dalam situs ini dibagi menjadi kelompok-kelompok menu berdasarkan jenis informasi. Untuk penanganan perkara, Kejaksaan menyediakan kanal info perkara. Pada kanal tersebut, Kejaksaan mempublikasikan informasi perkara dan berkas dakwaan yang ditangani. Info perkara dibagi

46

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

menjadi 3 kelompok berdasarkan jenis perkara, yaitu: pidana umum, pidana khusus, dan perdata/tata usaha negara. Masyarakat dapat mengakses informasi tersebut dengan menggunakan fitur filter berdasarkan nomor perkara, wilayah hukum, identitas tersangka/terdakwa, status perkara. Adapun informasi yang dapat ditemukan dalam kanal informasi perkara adalah:

• Nomorperkara;• Wilayahhukum;• Kasusposisi;• JPU;• Tuntutan;• Lama/riwayatperkara;• Identitas terdakwa (nama, tempat/tanggal lahir,

jenis kelamin, warga negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan);

• Pasalyangdibuktikandandidakwakan;• Halyangmemberatkandanmeringankan;• Tuntutanpidana;• Amarputusan;• Statuskasus;dan• Tanggaleksekusi.

Selain itu, pengunjung situs juga dapat mengakses dokumen dakwaan yang disusun oleh jaksa pada laman direktori dakwaan. Laman tersebut dibagi menjadi dua direktori: pidana umum dan pidana khusus. Masyarakat yang ingin mengakses berkas dakwaan suatu perkara dapat melakukan pencarian berkas dengan melakukan filterisasi berdasarkan nomor perkara atau nama terdakwa.

Pada dasarnya, ketentuan mengenai pengelolaan informasi melalui situs Kejaksaan sudah diatur dalam Peraturan Jaksa Agung No: PER-011/A/JA/09/2012 tentang SOP Pengelolaan Website Kejaksaan RI. Peraturan tersebut merupakan lanjutan dari pengaturan yang terdapat pada Pasal 21 Peraturan Jaksa

47

Temuan dan Hasil Evaluasi

Agung No: PER-032/A/JA/8/2010 tentang Pelayanan Informasi Publik di Kejaksaan RI (Perja PIP) yang mengatur bahwa pengumuman informasi publik dilakukan melalui situs resmi, papan pengumuman, maupun media lainnya dengan cara yang mudah diakses oleh masyarakat.

Sayangnya, masih terdapat beberapa kekurangan pada kanal informasi perkara situs kejaksaan. Keberadaan sistem informasi online diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi publik untuk mengakses dan memonitor perkembangan penanganan perkara. Namun ketika peneliti membuka direktori dakwaan, berkas yang tersedia untuk pidana umum hanya berjumlah 221 perkara dan pidana khusus hanya berjumlah 121 perkara. Keseluruhan berkas dakwaan tersebut juga bukan berkas perkara yang aktual. Artinya, tidak semua satker mengunggah berkas dakwaannya ke dalam direktori ini.4

Peneliti juga tidak dapat menemukan berkas dakwaan dengan nomer register tahun 2015. Register terbaru yang dapat ditemukan adalah berkas tahun 2014 dan register terakhir adalah berkas tahun 2011.

Gambar 3.21: Direktori Dakwaan Kejaksaan

4 Jumlah satker Kejaksaan yang peneliti hitung adalah berjumlah 514 di 31 provinsi yang terdiri dari Kejaksaan Tinggi, Kejaksaan Negeri, dan cabang Kejaksaan Negeri.

48

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Pengalaman yang sama juga peneliti temukan ketika mengakses kanal info perkara. Kanal info perkara ini memiliki informasi yang lebih banyak dibanding dengan kanal direktori dakwaan.5 Namun demikian, permasalahan mengenai keleng-kapan data juga ditemukan pada kanal ini. Jika dikaitkan dengan ukuran keberhasilan aksi ini, maka beberapa informasi masih belum diakomodir dalam kanal info perkara.

Berikut ini adalah perbandingan antara kanal info perkara di Kejaksaan dengan ukuran keberhasilan aksi PPK 2014:

Tabel 3.3: Perbandingan Ukuran Kebersihan Kanal Info Perkara Kejaksaan

Ukuran Keberhasilan Aksi PPK 2014 Kanal Info Perkara Kejaksaan

Tersedianya sistem penanganan perkara berbasis TI (website ) yang mudah diolah menjadi database kajian dan pengawasan penanganan perkara serta dapat diakses publik, yang memiliki fitur, antara lain:a. Identitas tersangka/terdakwa

termasuk profesi dan usia (khusus untuk informasi dalam website, identitas tersangka/terdakwa dijadikan inisial);

b. jenis perkara dan nilai perkara;c. waktu pelaksanaan setiap tahap

penanganan perkara dan hasilnya (mulai dari menerima pengaduan s/d pengajuan tuntutan);

d. upaya paksa yang dilakukan (termasuk jenis/nilai aset yang disita);

e. pasal yang didakwakan;f. unsur memperberatkan/

memperingankan;g. tuntutan pidana yang diajukan

(termasuk lampiran tuntutannya);h. pidana yang dijatuhkan pengadilan.

Kolom informasi yang tersedia:a. nomor perkara;b. wilayah hukum;c. kasus posisi;d. Jaksa Penuntut Umum;e. Tuntutan;f. Lama/riwayat perkara (Lama

SPDP, Lama Pra Penuntutan, Lama Penuntutan);

g. Data terdakwa (nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan);

h. Pasal yang dibuktikan dan didakwakan;

i. Hal yang memberatkan dan meringankan;

j. Tuntutan pidana;k. Amar putusan;l. Status kasus;m. Tanggal eksekusi;

5 Pada saat peneliti mengakses kanal info perkara, jumlah total kasus yang dipublikasikan berjumlah: 5762 (pidana umum), 156 (pidana khusus), dan 48 (perdata/tata usaha negara).

49

Temuan dan Hasil Evaluasi

Secara umum, hampir semua fitur yang dicantumkan dalam ukuran keberhasilan aksi sudah diakomodir dalam kanal info perkara Kejaksaan. Namun, jika dibandingkan, maka kanal info perkara masih belum mencantumkan data mengenai upaya paksa yang dilakukan. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa hampir semua info perkara terisi secara lengkap. Beberapa kolom masih terlihat kosong dan tidak dapat ditelusuri informasinya.

Gambar 3.22: Kanal Info Perkara Kejaksaan

3. Kementerian Hukum dan HAM-Ditjen Pemasyarakatan

a. Aksi Nomor 203: Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan Barang Sitaan dan Rampasan

Kriteria keberhasilan yang ingin dicapai melalui aksi ini adalah meningkatnya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan aset oleh Rupbasan. Adapun ukuran keberhasilannya adalah terpublikasi secara reguler dalam situs Rupbasan pelaksanaan

50

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

fungsi pengelolaan aset yang antara lain memuat informasi data barang sitaan yang dikelola (termasuk jumlah, jenis, estimasi nilai, waktu mulai dikelola, kondisinya, dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan).

Penelusuran melalui situs resmi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen Pas) diketahui bahwa Rupbasan tidak memiliki situs tersendiri, melainkan memiliki kanal yang terintegrasi dengan situs www.ditjenpas.go.id. Situs yang dimaksud dalam pengecekan yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan sedang mengalami kerusakan.

Meski demikian, yang menarik adalah Ditjen Pas memiliki website lainnya dengan situs www.pemasyarakatan.com yang dikelola oleh beberapa pejabat dan pegawai di Ditjen Pas. Situs ini tidak dapat dikatakan sebagai situs resmi karena menggunakan domain .com, sedangkan lazimnya situs resmi lembaga pemerintahan di Indonesia menggunakan domain .go.id. Walaupun demikian, situs tersebut cukup update dalam menyediakan informasi yang bersifat umum dan pemberitaan seputar kegiatan di Ditjen Pas.

Gambar 3.23 : Situs Dirjen Pas

51

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3.24 : Situs Permasyakaratan (www.pemasyarakatan.com)

Adapun data terkait dengan barang sitaan dan rampasan terdokumentasi pada situs http://smslap.ditjenpas.go.id/ sebagai hasil pengolahan Sistem Database Pemasyarakatan (SDP). Data yang diperoleh melalui situs ini hanya berupa rekapitulasi jumlah benda sitaan dan barang rampasan, baik untuk tingkat nasional, Kantor Wilayah Kemenkum HAM, maupun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rupbasan.

Gambar 3.25: Situs Database Pemasyarakatan (1)

52

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.26. : Situs Database Pemasyarakatan (2)

Gambar 3.27 : Situs Database Pemasyarakatan (3)

Pada laman ini, tidak diperoleh informasi sebagaimana yang diharapkan dari aksi, yaitu tersedianya jenis, estimasi nilai, waktu mulai dikelola, kondisinya, dan tindakan yang diambil dalam rangka menyelamatkan barang sitaan. Terdapat informasi tambahan berupa status dari benda sitaan dan barang rampasan, terdiri dari:

53

Temuan dan Hasil Evaluasi

1) Benda sitaan (BS) – masih dalam proses persidangan:a) BS1: merupakan titipan dari Kepolisian;b) BS2: merupakan titipan dari Kejaksaan;c) BS3: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat

Pertama;d) BS4: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat

Banding; dane) BS5: merupakan titipan dari Mahkamah Agung.

2) Barang rampasan (BR) – sudah berkekuatan hukum tetap:a) BR1: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat

Pertama;b) BR2: merupakan titipan dari Pengadilan Tingkat

Banding; danc) BR3: merupakan titipan dari Mahkamah Agung.

Dengan demikian, Ditjen Pas belum sepenuhnya akuntabel dan transparan, meskipun telah ada upaya yang mengarah kepada hal tersebut. Sistem yang telah dibangun dapat dikembangkan untuk mencapai kondisi yang diharapkan oleh Aksi PPK.

b. Aksi Nomor 207: Penyelesaian barang sitaan/rampasan yang sudah lama tersimpan di Rupbasan

Keberhasian yang ingin dicapai melalui Aksi Nomor 207 adalah peningkatan pendapatan negara dan berkurangnya biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi, dengan ukuran keberhasilan tersampaikannya data barang sitaan yang telah lama disimpang di Rupbasan beserta statusnya dan kondisinya.

Data yang diharapkan tersedia pada Aksi ini ternyata tidak ditemukan pada situs resmi Ditjen Pas (www.ditjenpas.go.id) maupun situs SDP (http://smslap.ditjenpas.go.id/). Sekali lagi, data yang tersedia pada situs melalui SDP adalah rekapitulasi jumlah dan status dari benda sitaan maupun barang rampasan.

54

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Tidak ada data yang menunjukkan secara rinci berapa jumlah benda sitaan dan barang rampasan yang masuk maupun keluar Rupbasan secara berkala (perbulan atau pertahun). Tidak terlihat pula nilai ekonomis dari benda sitaan maupun barang rampasan yang dititipkan pada Rupbasan. Sehingga tidak dapat diketahui besaran pendapatan negara dan biaya pemelihataan barang-barang sitaan yang seharusnya sudah dapat dieksekusi.

4. Sekretariat Mahkamah Agung

a. Aksi Nomor 26: Tindak Lanjut Penanganan Pengaduan Masya-rakat

Berdasarkan SKMA Nomor 76 tahun 2009 tentang Pena nga-nan Pengaduan di Lingkungan Lembaga Peradilan, penga duan merupakan laporan yang mengandung informasi atas indikasi terjadinya penyalahgunaan wewenang, penyim pangan atas pelanggaran perilaku yang dilakukan oleh aparat pengadilan, yang berasal dari masyarakat, anggota instansi peradilan, instansi di luar pengadilan, maupun dari media massa dan sumber-sumber informasi lain yang relevan.

Sedangkan menurut SKMA Nomor 216 tahun 2011 tentang Penanganan Pengaduan Melalui SMS Pasal 1 huruf a disebutkan juga bahwa pengaduan adalah penyampaian informasi oleh pelapor kepada badan pengawasan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI), tentang adanya penyalahgunaan wewenang, pelanggaran peraturan perundang-undangan atau pelanggaran kode etik dan pedoman perilaku yang dilakukan oleh aparat yang berada di lingkungan MARI atau badan peradilan yang ada di bawahnya dengan maksud untuk ditindaklanjuti.

Tindak lanjut sendiri menurut SK MA nomor 76 tahun 2009 (poin III huruf j) adalah kegiatan lanjutan yang wajib dilakukan oleh pimpinan atau pejabat pada unit kerja yang berwenang atas rekomendasi atau saran aparat pengawasan berdasarkan hasil pemeriksaan atas pengaduan yang disampaikan.(ada peran lembaga pengawas mahkamah agung).

55

Temuan dan Hasil Evaluasi

Selain peraturan di atas, beberapa peraturan hukum terkait akan layanan pengaduan lainya adalah:

1) Undang-Undang MA Nomor 14 Tahun 1984 yang diperbaharui dengan UU 5 Tahun 2004, khususnya Pasal 32, yang membahas tentang kewenangan MA sebagai lembaga pengawas tertinggi lembaga peradilan yang ada di bawahnya;

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, khususnya Pasal 18 ayat (c), yang menyartakan bahwa masyarakat berhak mendapatkan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan sebagai upaya memperbaiki manajemen pelayanan pengaduan pelayanan publik;

3) Undang-Undang Nomor 37 tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia;

4) Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;

5) SK MA Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keter-bukaan Informasi di Pengadilan;

6) SK MA Nomor 216/KMA/SK/XII/2011 tentang Pedoman Penanganan Pengaduan Melalui Pesan Singkat.

Adapun pihak pihak yang dimungkinkan sebagai sumber dari pengaduan tersebut adalah:

1) Masyarakat, seperti:• Pencarikeadilan/yangberperkara;• Advokat;• Masyarakatumumyangtidakberperkara;• LembagaSwadayaMasyarakat;• Institusimasyrakatlainya.

2) Lembaga negara lain, seperti :• DewanPerwakilanRakyat;• BadanPemeriksaKeuangan;• KepolisianRepublikIndonesia;• Kejaksaan;

56

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

• KomisiYudisial;• Ombudsman,danlain­lain.

3) Internal peradilan

Pengaduan dapat disampaikan:1) Secara tertulis: melalui sebuah formulir yang bersifat

cetak atau elektronik;2) SMS (SK MA nomor 216 tahun 2011 tentng penanganan

pengaduan melalui SMS).

Baik pelapor ataupun terlapor mempunyai hak yang sama, misalnya hak untuk mengetahui sejauh mana tahap pelaporan/pengaduan sudah diproses dan bagi terlapor akan mendapatkan BAP tentang hal yang di tuduhkan terhadapnya.

Pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat untuk pen-cegahan tindak pidana korupsi mencakup pengaduan yang bersifat eksternal peradilan dan juga internal peradilan, seperti perilaku dari aparat aparat yangberperan dalam suatu lembaga peradilan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa beberapa materi yang terkait dengan pengaduan masyarakat tersebut adalah:6

a. Pelanggaran terhadap kode etik dan atau pedoman perilaku hakim;

b. Penyalahugunaan jabatan atau wewenang;c. Pelanggaran sumpah jabatan;d. Pelanggaran terhadap peraturan disiplin PNS;e. Perbuatan tercela;f. Pelanggaran terhadap hukum acara;g. Mal administrasi;h. Dan pelayanan yang tidak memuaskan.

Adapun maksud dan tujuan dari disediakannya lembaga pengaduan masyarakat terkait kinerja lembaga peradilan melalui Mahkamah Agung adalah:7

6 SKKMA Nomor 76 tahun 2009 tentang penanganan pengaduan masyarakat di LIngkungan Peradilan. Hlm. 5.

7 Ibid., hlm. 1.

57

Temuan dan Hasil Evaluasi

1. Menjaga citra dan wibawa lembaga peradilan;2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga peradilan;3. Memeperkuat mekanisme pengendalian pengendalian

hakim dan pegawai pengadilan;4. Memeperkuat mekanisme pengawasan lembaga

peradilan;5. Memperkuat fungsi pertanggungjawaban Mahkamah

Agung dan pengadilan kepada masyarakat.

Guna mencapai tujuan tersebut, Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi dari sistem peradilan yang ada di Indonesia telah menyediakan beberapa sarana untuk masyarakat bisa menyampaikan pengaduannya terkait peradilan, yang salah satunya dapat kita lihat melalui situs https://www.mahkamahagung.go.id/ Pada situs tersebut masyarakat dapat login ke dalam sistem yang telah disediakan, kemudian menyam-paikan pengaduan yang ingin disampaikan.

Selain situs tersebut, Mahkamah agung juga menyediakan media lain untuk menyampaikan pengaduan oleh masyrakat, yakni SMS pengaduan dengan format yang juga telah ditentukan. Kemudian, sebagai bentuk pertanggungjawaban Mahkamah Agung terhadap pengaduan yang diberikan oleh masyarakat, maka MA juga memberikan laporan berupa rekapitulasi data pengaduan diterima setiap tiga bulan.

Dari data rekapitulasi yang tersedia dapat dilihat mengenai pengaduan jenis apa saja dan berapa jumlah pengaduan yang telah disampaikan. Dari jumlah tersebut, dapat diketahui berapa jumlah pengaduan yang ditindak lanjuti dan berapa jumlah pengaduan yang belum ditindaklanjuti. Adapun bentuk rekapitulasi yang disediakan oleh MA melalui websitenya adalah sebagai berikut :

58

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Gambar 3.28 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (1)

Gambar 3.29 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (2)

Gambar 3.30 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (3)

59

Temuan dan Hasil Evaluasi

Gambar 3.31 : Rekapitulasi Pengaduan di Mahkamah Agung (4)

Berdasarkan data rekapitulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa:

Tabel 3.4: Jumlah Pengaduan yang Masuk Ke MA pada Tahun 2014

Jumlah pengaduan yang masuk

Jumlah pengaduan

yang berhasil ditindaklanjuti

Jumlah pengaduan yang belum

ditindaklanjuti

Persentase keberhasilan

penindak lanjutan/periode

Periode 1Periode 2Periode 3Periode 4

514541535429

466523494429

4818410

90,6%96,6%92,3%100%

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa dari kese-lu ruhan pengaduan yang masuk setiap periodenya, maka persentase rata-rata pengaduan yang berhasil ditindaklanjuti oleh MA adalah sekitar 90% dan 10% nya adalah pengaduan yang belum atau tidak ditindaklanjuti.

Apabila mengacu pada Stranas PPK 2014 di mana strategi pencegahan korupsi yang dilakukan oleh lembaga MA adalah menindaklanjuti pengaduan masyarakat oleh unit terkait dan kemudian mempublikasikan bagaimana penanganan penga-duan masyarakat yang telah disampaikan, maka dapat disim-pulkan bahwa dengan data di atas MA sudah menjalankan strategi pencegahan korupsi dengan baik, atau sesuai dengan kriteria dari aksi pencegahan korupsi yang telah dicanangkan. Namun, jika ditelaah lebih dalam, yakni mengenai ukuran

60

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

keberhasilan dari aksi tersebut berupa terpublikasikanya penanganan pengaduan masyarakat yang telah ditindaklanjuti, maka data di atas belumlah memenuhi kriteria keberhasilan strategi MA dalam mencegah korupsi.

Untuk dapat dikatakan targetnya tercapai, maka proses publikasi yang dilakukan MA tidak cukup jika hanya sebatas mempublikasikan jumlah pengaduan yang masuk, dan yang telah ditundaklanjuti. Melainkan juga harus dilengkapi dengan data mengenai tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh MA untuk merespon pengaduan masyarakat yang memang terbukti telah dilakukan oleh beberapa pihak di pengadilan dan patut untuk dikenakan sanksi disiplin. Misalnya, mengenai berapa orang dari instansi pengadilan yang telah dijatuhi hukuman disiplin, apa jabatanya, peraturan apa yang telah dilanggar, dan bagaimana bentuk hukuman yang telah disanksikan kepadanya. Data tersebut harus dilaporkan atau dipublikasikan secara lengkap dan berkala agar masyarakat (yang menyampaikan aduan) dapat mengetahui dan mengontrol kinerja MA dalam mendisiplinkan aparaturnya yang terbukti bersalah dalam menjalankan fungsi atau jabatanya.

Terkait pemublikasian penanganan pengaduan masyarakat memang sudah dilakukan oleh MA melaluis situs dan buku laporan tahunan MA sendiri, namun data yang ditampilkan dalam kedua sarana tersebut masih kurang lengkap. Melalui situsnya, MA mempublikasikan hukuman disiplin apa saja yang telah dijatuhkan terhadap beberapa pihak terlapor yang terbukti melakukan kesalahan dalam menjalankan jabatanya terhitung sejak Juli hingga Desember 2014, sedangkan data untuk bulan Januari hingga Juni tidak dapat diakses. Kemudian, di dalam buku laporan MA tahun 2014, hal tersebut hanya disampaikan dalam bentuk yang sederhana saja, seperti yang terlihat pada tabel berikut:8

8 Buku Laporan Tahunan Mahkamah Agung Republik Indonesia, hlm. 171.

61

Temuan dan Hasil Evaluasi

Tabel 3.5 :Penjatuhan Hukuman Disiplin yang Dijatuhkan MA Berdasarkan Jenis Hukuman Tahun 2014

Seharusnya dalam penyampaian laporan tahunan oleh MA terkait penjatuhan hukuman disiplin tersebut di atas dapat dilakukan dengan data yang lebih lengkap dengan memadukan data yang ada di dalam situs dan data umum yang saat ini dimuat dalam buku Laporan Tahunan MA. Hal tersebut adalah penting guna peningkatan akuntabilitas dan kualitas pelayanan pengaduan bagi masyarakat yang juga telah dicanangkan oleh MA sendiri dalam cetak biru pembaharuan peradilan tahun 2010 hingga 2035.

Selain itu, di dalam laporan rekapitulasi pengaduan dan jenis sangsi disiplin yang dijatuhkan, perlu juga untuk ditambahkan informasi (laporan) mengenai apa alasan yang membuat beberapa laporan pengaduan ditindaklanjuti, namun diakhir proses penindakan, pihak terlapor tidak dijatuhkan

62

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

sanksi apa pun atau pengaduan yang disampaikan masyarakat ternyata tidak terbukti. Hal ini penting untuk diberi kejelasan, agar para pihak yang akan mengajukan aduan dapat memenuhi persyaratan pengaduan secara lengkap, sehingga pengaduan tersebut dapat ditindaklanjuti sesuai dengan apa yang menjadi tujuan si pelapor.

Terakhir, perlu juga untuk dihadirkan laporan mengenai jenis upaya yang dapat dilakukan oleh pelapor/pihak yang mem-berikan aduan jika ternyata laporan yang ia sampaikan tidak ditindaklanjuti dengan tindakan yang seharusnya dijatuhkan. Sebaliknya, upaya apa yang juga dapat ditempuh oleh terlapor jika ternyata aduan yang disampaikan terkait dirinya tidak terbukti sehingga ia tidak pantas untuk mendapatkan disiplin.

B. DAMPAK AKSI TERKAIT TRANSPARANSI PADA SEKTOR HUKUM

Secara umum, aksi terkait transparansi di sektor hukum memiliki kesamaan: terpublikasikannya kinerja lembaga me-lalui situs. Keempat lembaga di sektor hukum yang dievaluasi pada tingkat pusat tersebut telah memiliki situs resmi. Meskipun demikian, juga terdapat beberapa kendala eksternal yang dihadapi, seperti serangan dari peretas dan sebagainya.

Artinya, situs lembaga sektor hukum sebagai media untuk mempublikasikan informasi yang diminta oleh Aksi PPK 2014 sebenarnya sudah tersedia. Lembaga-lembaga tersebut tinggal mengoptimalkan media yang mereka miliki untuk mencapai target keberhasilan Aksi PPK meskipun perlu digarisbawahi bahwa ternyata ketersediaan informasi tidak liner dengan dampak langsung yang diterima oleh masyarakat.

Selain menyimpulkan dampak aksi terhadap transparansi di masing-masing lembaga, dalam subbab ini peneliti juga menyampaikan catatan terhadap pelaksanaan aksi dari sudut kelembagaan.

63

Temuan dan Hasil Evaluasi

1. Kepolisian

Sebagaimana temuan para peneliti, bahwa situs Kepolisian tidak memberikan cukup informasi yang ditentukan oleh Aksi PPK. Informasi yang disediakan sangat minim dan hanya pada unit atau satuan kerja tertentu. Dengan kondisi demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada dampak dari pelaksanaan Aksi PPK 2014 yang dilakukan oleh Kepolisian.

2. Kejaksaan

Penelusuran yang dilakukan oleh peneliti melalui situs resmi dan laporan tahunan menunjukkan bahwa capaian Aksi PPK Kejaksaan relatif lebih baik jika dibandingkan dengan Kepolisian, khususnya yang terkait dengan publikasi penanganan perkara dan capaian kinerja. Meski demikian, masih terdapat beberapa item informasi yang belum tersedia kanalnya dan keterbatasan data yang tersedia, seperti dokumen dakwaan dan sebagainya. Dengan demikian, capaian dari Aksi PPK oleh Kejaksaan belum memberikan dampak yang cukup besar kepada publik.

Secara umum, setidaknya teridentifikasi dua faktor yang menjadi penyebab tidak optimalnya transparansi dan akuntabilitas informasi yang disediakan oleh Kejaksaan: kendala teknis pada saat unit kerja akan mengunggah data ke dalam Sistem Informasi Manajemen Kejaksaan RI (Simkari); dan ketiadaan petugas yang mengunggah data ke dalam sistem.

Selain itu, sistem keamanan situs Kejaksaan juga dinilai lemah, mengingat beberapa kali diretas dan proses pemulihannya cukup lama.

3. Kementerian Hukum dan HAM – Ditjen Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat mencapai keberhasilan pelaksanaan Aksi PPK 2014. Dengan sistem yang relatif baru dikembangkan (SDP), Ditjen Pas sudah menyediakan gambaran

64

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

umum informasi yang dibutuhkan masyarakat. Meski demikian masih terdapat dua catatan terhadap capaian dari Ditjen Pas: pertama, data yang disajikan hanya sebatas rekapitulasi angka atau belum sampai pada substansi pokok dari data itu sendiri; kedua, keamanan situs yang rentan diretas.

Jika data yang disajikan oleh Dirjen Pas ke publik hanya sebatas angka -bukan sejauh mana hak publik untuk mengetahui apakah seseorang yang ditahan itu sudah melewati batas penahanan, maka dapat disimpulkan bahwa data yang tersedia di situs tersebut tidak ada dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat.

4. Sekretariat Mahkamah Agung

Hampir sama dengan temuan terhadap lembaga di sektor hukum lainnya, keterbatasan data menjadi temuan peneliti terhadap capaian Aksi PPK oleh Sekretariat MA. Meski demikian, apabila dibandingkan dengan ketiga lembaga lain, baik kuantitas maupun kualitas, ketersediaan informasi publik yang telah dipublikasi oleh Sekretariat MA sudah cukup baik.

Dokumen putusan sudah dapat diunduh melalui www.putusan.mahkamahagung.go.id, Laporan Tahunan secara rutin disampaikan tepat waktu (tidak melebih triwulan pertama), dan ketersediaan situs pada tingkat satuan kerja yang lebih banyak dibanding tiga lembaga sektor hukum lainnya.

Dampak dari kondisi ini sudah mulai dapat dirasakan oleh publik, terutama akses publik terhadap putusan di tingkat Mahkamah Agung. Untuk mendapatkan salinan putusan, publik dapat langsung mengunduh secara gratis melalui situs tersebut. Meski demikian, untuk informasi terkait pengawasan dan tindak lanjut pengaduan, masih dirasakan adanya pembatasan. Informasi terkait pengaduan yang tersedia masih bersifat kuantitas.

***

65

Temuan dan Hasil Evaluasi

C. KELEMBAGAAN PELAKSANAAN AKSI

Aksi PPK di internal lembaga seringkali bersifat lintas sektoral di dalam internal lembaga tersebut. Contoh yang paling mudah adalah Aksi PPK terkait transparansi pada sektor hukum, di mana kegiatan fungsi teknis dengan kegiatan mempublikasikan hasil kegiatan dilakukan setidaknya dilakukan oleh dua unit kerja yang berbeda. Kondisi demikian tentu saja membutuhkan koordinasi internal lembaga yang cukup solid.

Meski demikian, dari penelitian yang dilakukan ditemui bahwa koordinasi antarunit internal tersebut dinilai lemah. Unit kehumasan yang seharusnya bertanggung jawab dalam hal mempublikasikan pelaksanaan kegiatan/aksi sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan data/informasi dari unit teknis. Ketiadaan pejabat atau unit kerja yang mampu mengelola pelaksanaan Aksi PPK lintas unit kerja mempersulit lembaga untuk dapat melaksanakan Aksi PPK dengan baik.

Pada sisi lain, pelaksanaan Aksi PPK seyogianya diikuti dengan ketersediaan anggaran. Meski demikian, dari penelitian yang dilakukan, ternyata anggaran untuk mempublikasikan informasi publik tidak tersedia. Sehingga dalam menyusun rencana aksi di setiap lembaga, lembaga mengusulkan aksi yang sebenarnya telah diprogramkan dan dianggarkan sebelumnya. Implikasinya, tidak ada hal baru atau langkah terobosan dari aksi PPK sebagai salah satu program utama pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah.

Melihat kelembagaan pelaksanaan aksi pada tingkat K/L yang demikian, maka diperlukan perbaikan pendekatan agar Aksi PPK dapat efektif terlaksana. Biro Perencanaan yang selama ini menjadi “penghubung” antara Bappenas dengan K/L, tidak memiliki kapasitas untuk mengkoordinasikan unit-unit teknis yang bertanggungjawab melaksanakan Aksi PPK dengan baik. Meskipun persoalan-persoalan tersebut berada di internal

66

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

K/L, namun hal ini perlu menjadi perhatian Bappenas untuk mencarikan solusinya.

Selain itu, efektifitas pelaksanaan Aksi PPK pada tingkat nasional pun perlu mendapatkan perhatian. Sedikit menengok ke belakang, pada masa pemerintahan SBY – Boediono pelaksanaan Aksi PPK dimonitor dengan cukup baik oleh UKP4. Ada dorongan dan upaya agar Aksi PPK dapat terakselerasi. Keberadaan lembaga semacam UKP4 masih dirasakan perlu agar ada pihak yang memastikan dan mengkoordinasikan Aksi PPK dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan.

67

B A B I V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini memperlihatkan bahwa lembaga pada sektor hukum sudah mulai melaksanakan Aksi PPK khususnya

yang terkait dengan transparansi. Hal ini ditunjukkan dengan dibangunnya sistem dan media informasi (website/situs, dan media publikasi lainnya) pada masing-masing lembaga sebagai infrastruktur transparansi. Meskipun demikian, pemanfaatan dari infratstruktur tersebut masih sangat minim.

Kondisi tersebut mempengaruhi capaian dari setiap Aksi PPK, yang juga diketahui masih jauh dari harapan. Keterbatasan data yang tersedia dan penyajian data yang lebih dominan kuantitatif, belum menjawab kebutuhan masyarakat khususnya pencari keadilan. Konsekuensi dari capaian tersebut adalah tidak adanya dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Selain evaluasi terhadap pelaksanaan, capaian dan dampak dari Aksi PPK, penelitian juga menunjukkan perumusan strategi yang terlalu teknis. Terdapat kerancuan ketika membaca strategi, yang muatan dan sifatnya lebih tepat sebagai rumusan aksi/kegiatan.

Pelaksanaan Aksi PPK juga diketahui tidak terlalu optimal karena kelembagaan di tingkat K/L yang tidak ditunjang dengan sumber daya yang memadai. Sehingga Aksi PPK dilaksanakan dan dipenuhi oleh K/L sebatas pada pemenuhan kewajiban administratif dan formalitas saja. Pelembagaan implementasi

68

Evaluasi Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014: Implementasi, Capaian, dan Dampaknya

Aksi PPK di tingkat nasional perlu dipikirkan kembali setelah UKP4 tidak ada lagi.

B. REKOMENDASI

Pemerintahan Jokowi–JK harus segera mengimbangi prioritas pembangunan ekonomi dengan memberikan perhatian lebih kepada penegakan hukum, khususnya pemberantasan korupsi. Desain kelembagaan Stranas PPK harus dipikirkan ulang agar pelaksanaan Aksi PPK tidak hanya mengakselerasi program rutin dari K/L, tetapi juga mampu membuat terobosan-terobosan dalam pemberantasan korupsi.

Sebelum merumuskan Aksi PPK untuk tahun berikutnya, penting bagi pemerintahan Jokowi dan JK untuk mereformulasi Strategi Nasional PPK, khususnya untuk jangka menengah. Perumusan strategi perlu dibangun sebagaimana model piramida, sehingga segala upaya yang dilaksanakan pada tingkat aksi dan strategi mengarah pada visi pemberantasan korupsi. Jika memang diperlukan, sangat dimungkinkan untuk merumuskan kembali dan memperkuat visi yang telah ada.

Strategi Nasional PPK ke depan harus dapat pula mengejawantahkan Nawa Cita. Dengan demikian, antara Stranas PPK dengan RPJMN dan Roadmap Reformasi Birokrasi harus selaras dan saling melengkapi. Perlu dipastikan bahwa Stranas PPK ditunjang dengan sumber daya yang memadai. Strategi tidak disusun dalam konteks insidentil dengan pendekatan “manajemen pemadam kebakaran”, tetapi terencana dan mengantisipasi tantangan pemberantasan korupsi pada lima sampai sepuluh tahun ke depan.

69

Peneliti

Andri Gunawan. Menyelesaikan Sarjana Hukum di Univ. Indonesia. Mantan peneliti MaPPI (Masyarakat Pemantau Peradilan) UI ini fokus di isu Pembaharuan Peradilan, Hukum Korporasi dan Hukum Internasional. Selain bergiat sebagai peneliti di Indonesian Legal Roundtable, asat ini Andri sedang berusaha menyelesaikan studinya di magister kebijakan publik Universitas Indonesia.

Erwin Natosmal Oemar. Merupakan peneliti Indonesian Legal Roundtable. Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Gadjah Mada. Selain menjadi peneliti, ia juga berkiprah sebagai salah seorang kordinator nasional advokat publik di Publik Interest Lawyer Network (Pil-Net).

Julius Ibrani. Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Indonesia. Setelah menyelesaikan sarjananya, Ijul -panggilannya- kemudian bergiat di LBH Jakarta. Sejak tahun 2013, Ijul dipercaya sebagai Koordinator Bantuan Hukum di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).

Muhammad Rizaldi, biasa dipanggil Aldi merupakan lulusan dari FHUI sejak 2013. Ketika mahasiswa dia aktif di organisasi kemahasiswaan, hingga dipercaya menjadi Wakil Ketua BEM FHUI di tahun 2011. Saat ini, Aldi dipercaya menjadi Ketua Divisi

70

Monitoring MaPPI FHUI. Selama di MaPPI, Aldi aktif terlibat dalam riset implementasi UNCAC, dan riset putusan terkait isu-isu gender dan disabilitas.

Refki Saputra. Menyelesaikan sarjana hukum dari Universitas Andalas dan Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia. Sejak tahun 2011 Refki bergiat sebagai peneliti Indonesian Legal Roundtable. Sejak tahun 2015, ia juga menjadi pengajar di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta, Padang.