EVA SILVIA-FST.pdf
Transcript of EVA SILVIA-FST.pdf
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
ABSTRAK
EVA Silvia, Sifat Fisiko Kimia dan Aktivitas Antioksidan Virgin Coconut Oil
(VCO) Hasil Fermentasi Rhizopus orizae {di bawah bimbingan Drs. Dede
Sukandar, M.Si dan Sandra Hermanto, M.Si}
Telah dilakukan penelitian sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidan virgin
coconut oil (VCO) hasil fermentasi Rhizopus orizae dengan metode DPPH.
Pembuatan minyak kelapa murni (VCO) dilakukan pada sampel kelapa dari
daerah Pandeglang secara fermentasi dengan inokulum Rhizopus orizae dengan
variasi inokulum 1%, 2%, 5%, 7%, 10% dan 12% (b/v). Uji sifat fisiko kimia
meliputi; kadar air, indeks bias, densitas, kadar asam lemak bebas, bilangan iod,
bilangan penyabunan, bilangan peroksida dan dianalisis komposisi minyak VCO
dengan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi inokulum yang
digunakan berpengaruh nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan dengan nilai
signifikan 0,024 pada konsentrasi 2%. Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia
VCO yang diperoleh telah sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, yaitu
standar CODEX 19-1991 rev.2-1999. Uji aktivitas antioksidan menggunakan
metode DPPH menunjukkan bahwa minyak VCO mempunyai aktivitas
antioksidan sebesar 6.35 % pada konsentrasi 1000 ppm. Kandungan asam lemak
VCO hasil analisis GCMS telah sesuai dengan standar CODEX 19-1991 rev.2-
1999, dengan komposisi asam laurat sebesar 49,48 %.
Kata kunci: Antioksidan, DPPH, VCO, Fermentasi, Rhizopus orizae
xi
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
ABSTRACT
Eva Silvia, Physical Chemical Properties and Antioxidant Activity of Virgin
Coconut Oil (VCO) Obtained from Rhizopus orizae Fermentation {Guided by
Drs. Dede Sukandar, M.Si and Sandra Hermanto, M.Si}
The research of physical chemical properties and antioxidant activity of VCO
obtained from Rhizopus orizae fermentation had been done by DPPH method.
Production of VCO had been carried out from coconut sample obtained from
pandeglang region from fermentation by Rhizopus orizae in variation of inoculum
as follow 1%, 2%, 5%, 7%, 10% and 12%. Physical chemical test consist of
density, refractive index, water content, free fatty acid, iodine value, peroxide
value and the composition of fatty acid determined by GCMS. The result showed
that variation of inoculum had significanly 0,024 infulenced the yielded of VCO
producted. Based on this result, quality of VCO still include in standard of
CODEX 19-1991 rev.2-1999. Antioxidant activity of VCO was very low, only
6,3% at 1000 ppm. The composition of fatty acid based on GCMS resulted had
been same with standard of CODEX which lauric acid composotion equal to
49,48%.
Keyword: Antioxidant, DPPH, VCO, Fermentation, Rhizopus orizae
xii
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai
tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat.
Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun
temurun (Yuharmen, 2002).
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu
saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Apalagi keadaan perekonomian
Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat-obatan modern menjadi mahal.
Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang dilakukan adalah
meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat.
Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat
ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan
pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat (Yuharmen, 2002).
VCO merupakan minyak kelapa yang diproses dari kelapa segar tanpa
pemanasan dan tidak melalui pemurnian dengan bahan kimia. Dibandingkan
dengan minyak kelapa yang diolah secara pemanasan, VCO memiliki keunggulan,
yaitu kadar air dan asam lemak bebas rendah, tidak berwarna (jernih), beraroma
harum, dan daya simpan lebih lama. Dalam perkembangannya VCO telah
1
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi, kosmetik, dan pangan (Kastanya,
2009).
Hasil penelitian dr Condrado Dayrit asal Filipina menunjukkan bahwa
asam laurat dan asam kaprat yang terkandung di dalam VCO mampu membunuh
virus. Di dalam tubuh, asam laurat diubah menjadi monolaurin sedangkan asam
kaprat berubah menjadi monokaprin. Senyawa ini termasuk senyawa
monogliserida yang bersifat sebagai antivirus, antibakteri, antibiotik dan
antiprotozoa (Sutomo,2006).
Saat ini telah berkembang pengolahan VCO tanpa pemanasan dengan
menggunakan minyak pancing sebagai starter. Dengan cara ini harus disediakan
dahulu minyak pancing. Petani yang baru pertama kali mengolah VCO biasanya
sulit memperoleh minyak pancing. Oleh karena itu, perlu dicari cara lain yang
lebih mudah untuk memecahkan emulsi santan/krim melalui proses fermentasi
tanpa menggunakan minyak pancing (Kastanya, 2009).
Ragi tape (Saccharomyces cereviseae) yang biasanya digunakan dalam
pembuatan tape, berpeluang digunakan dalam pengolahan VCO karena ragi tape
mengandung mikroflora seperti khamir yang dapat menghasilkan lipase untuk
memecah emulsi santan. Dengan demikian, selama proses fermentasi akan terjadi
pemutusan ikatan kimia. Metode enzimatik merupakan proses pemisahan minyak
dalam santan tanpa pemanasan. Ikatan protein minyak yang berada pada emulsi
santan bisa juga dipecah dengan bantuan enzim. Di sini, yang dirusak yaitu
proteinnya, bukan lemaknya.
Berdasarkan penelitian yang sudah ada, Pengolahan VCO dengan bantuan
ragi tape sebagai starter konsentrasi 20% menghasilkan rendemen VCO 24,23%,
2
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
kadar air 0,05% dan asam lemak bebas 0,01%, dengan aroma khas kelapa dan
berwarna bening. Mutu VCO yang dihasilkan memenuhi standar APCC. Untuk
pengolahan VCO dengan bantuan ragi tape disarankan menggunakan konsentrasi
starter 20% agar diperoleh rendemen tinggi dan mutu VCO memenuhi standar
(Kastanya, 2009).
Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional yang telah
digunakan secara luas oleh masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui potensi VCO sebagai suatu produk tanaman berkhasiat yang
dihasilkan melalui proses fermentasi ragi tempe (Rhizopus orizae) serta uji
potensial sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidannya guna mendukung upaya
pengembangan sumber antioksidan alami.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah konsentrasi ragi tempe (Rhizopus orizae) yang digunakan dalam
fermentasi berpengaruh secara nyata terhadap volume minyak kelapa
murni (VCO) yang dihasilkan?
2. Bagaimanakah sifat fisiko kimia VCO yang dihasilkan melalui proses
fermentasi Rhizopus orizae?
3. Bagaimanakah aktivitas antioksidan minyak kelapa murni (VCO) yang
dihasilkan melalui fermentasi Rhizopus orizae?
3
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
1.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini meliputi:
1. Perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae tidak berpengaruh secara nyata
terhadap volume VCO yang dihasilkan (H0)
Perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae berpengaruh secara nyata terhadap
volume VCO yang dihasilkan (Ha)
2. Sifat fisiko kimia VCO yang dihasilkan melalui fermentasi sesuai dengan
standar mutu Codex tentang Vegetable Oil
3. Minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui proses fermentasi
ragi tempe memiliki aktivitas antioksidan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi optimum ragi tempe terhadap
volume VCO yang dihasilkan
2. Mengetahui sifat fisiko kimia VCO hasil fermentasi Rhizopus orizae
3. Mengetahui aktivitas antioksidan VCO hasil fermentasi Rhizopus orizae
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi baru bagi produsen dan masyarakat mengenai
khasiat minyak kelapa murni (VCO) sebagai antioksidan alami.
4
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Pohon kelapa dalam bahasa latin disebut Cocos nucifera L berasal dari
famili palmae ordo arecales dan kelas monocotyledone. Tanaman ini dapat
tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut dan
suhu udara berkisar antara 19-29oC. Buah kelapa biasanya dipanen pada umur 11-
12 bulan. Pemanenan biasanya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kelapa yang
sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap tangkainya
(Sentra Informasi IPTEK, 2005).
Taksonomi tumbuhan kelapa (Cocos nucifera L) menurut Sentra
Informasi IPTEK (2005) adalah sebagai berikut:
Klasifikasi
Divisi: Spermatophyta
Subdivisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Bangsa:
Palmales
Suku:
Palmae
Marga:
Cocos
Jenis:
Cocos nucifera L
Gambar 1. Cocos nucifera L
Menurut Sentra Informasi IPTEK (2005) nama Lokal kelapa antara lain:
coconut (Inggris), cocotier (Perancis); kelapa, nyiur (Indonesia), kambil,
kerambil, klapa (Jawa).
5
Komposisi Buah Muda Buah Setengah Tua Buah Tua Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor
Besi Aktivitas vitamin A Thiamin
Asam askorbat Air Bagian yang dapat dimakan
68,0 kal 1,0 g 0,9 g
14,0 g 17,0 mg
30,0 mg 1,0 mg 0,0 iu 0,0 mg
4,0 mg
83,3 g 53,0 g
180,0 kal 4,0 g
13,09 g
10,0 g 8,0 mg
35,0 mg 1,3 mg 10,0 iu 0,5 mg
4,0 mg
70,09 g 53,0 g
359,0 kal 3,4 g
34,7 mg
14,0 g 21,0 mg
21,0 mg 2,0 mg 0,0 iu 0,1 mg
2,0 mg
46,9 g 53,0 g
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Daging buah kelapa yang sudah matang dapat dijadikan kopra, minyak
kelapa, dan bahan makanan lainnya. Daging buah merupakan sumber protein yang
penting dan mudah dicerna. Semakin tua umur buah kelapa maka semakin tinggi
kandungan lemaknya.
Gambar 2. Buah Kelapa Tua
Tabel 1. Komposisi Daging Buah kelapa Berdasarkan Tingkat Kematangannya
dalam 100 gram
Sumber: Sutarmi dan Rozaline, 2005
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan minyak kelapa murni
adalah buah kelapa (C. nucifera) yang berumur 11-12 bulan dengan kulit sabut
berwarna cokelat. Jenis buah kelapa yang digunakan berasal dari jenis kelapa
dalam varietas berdaging tebal. Ketuaan serta varietas kelapa harus diperhatikan
karena berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan (Timoti, 2005).
6
Kadar %-w Nama Asam Lemak Jenuh Jenis Rantai Versi [1] Versi [2] Versi [3]
Asam butirat
Asam kaproat Asam kaprilat
Pendek 0
0,4 – 0,6 5,0 - 10
0
0,05 –0,7 4,6 – 10
0
0,5 7,5
Asam kaprat Asam laurat
Medium 4,5 –8,0 43 - 51
5,0 – 8,0 45,1 – 53,2
6,3 47,0
Asam miristat
Asam palmitat Asam stearat
Panjang 16 – 21
7,5 –10 2,0 – 4,0
16,8 –21,0
7,5 –10,2 2,0 –4,0
17,5
8,8 3,0
Nama Asam Lemak Tak Jenuh
Asam oleat (C18:1) Asam linoleat (C18:2) Omega 3 LNA Poly (C18:3) Omega 6 AA Poly (C20:1) Omega 3 EPA Poly (C20:2) Omega 3 DHA Poly (C22:1)
Panjang 5,0 –10,0
1,0 –2,5 (lain2) <0,5
(lain2) <0,5 (lain2) <0,5 (lain2) <0,5
5,0 –10,0
1,0 – 2,5 (lain2) <0,6
(lain2) <0,6 (lain2) <0,6 (lain2) <0,6
7,5
1,8 0,0
0,0 0,0 0,0
Total % Asam Lemak Rantai Pendek 5,4 – 10,6 4,65 –10,6 8,00
Total % Asam Lemak Rantai Medium 47,5 – 59 50,1 – 61,2 53,30
Total % Asam Lemak Rantai Panjang 31,5 – 47,5 32,9 – 48,3 38,50
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
2.2 Minyak Kelapa Murni (VCO)
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah
kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak melalui
penambahan bahan kimia ataupun proses yang melibatkan panas yang tinggi.
Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam lemak yang tidak
terhidrogenasi seperti pada minyak kelapa biasa. VCO banyak mengandung asam
lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid / MCFA). Sifat MCFA yang
mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme tubuh.
MCFA yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam laurat (Timoti,
2005). Kandungan kimia dari VCO dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kandungan Kimia VCO
Keterangan:
[1] Kokonut Pacific (HTTP://WWW.KOKONUTPACIFIC.COM.AU/)
[2]CODEX STAN 210-1999 (Named Vegetable Oils, Rev. 1-2001;
HTTP://WWW.CODEXALIMENTARIUS.NET/)
[3] Thieme, J.G. 1968 dalam Palunkun, R. 2001
7
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Tabel 3. Standar Mutu VCO
Persyaratan Karakteristik
Versi [1] Versi [2] Versi [3] Kadar Air (%)
Bilangan Iod (mg iod/gr sampel) Bilangan Penyabunan (mg KOH/gr sampel) Bilangan Peroksida (meq/kg sampel)
Asam Lemak Bebas (%) Densitas (gr/cm3) Indeks Bias
0,10
6 – 11 248 –265
0,002 0,20
0,908 – 0,921 1,448 – 1,450
0,20
6,3 – 10,6 248 – 265
0,015 -
0,908 – 0,921 1,448 – 1,451
0,30
8 – 10 255 – 265
1
0,30
N/A N/A
Keterangan:
[1] Kokonut Pacific (HTTP://WWW.KOKONUTPACIFIC.COM.AU/)
[2]CODEX STAN 210-1999 (Named Vegetable Oils, Rev. 1-2001;
HTTP://WWW.CODEXALIMENTARI US.NET/)
[3] Standar Industri Indonesia dalam Palungkun, R. 2001
Minyak kelapa dihasilkan melalui proses pengempaan kopra, pemanasan
santan kelapa dan bioproses santan kelapa. Bioproses santan kelapa sudah dimulai
dari penggunaan kultur murni sampai penggunaan enzim, namun sampai saat ini
penggunaannya masih tidak populer di masyarakat, salah satu hambatannya
adalah penanganan jasad renik yang dianggap rumit atau harga enzim yang tinggi.
Inokulum tempe yang terdapat di pasaran, berpotensi sebagai perombak santan
kelapa yang aman dan mudah digunakan pada proses pembuatan minyak kelapa
secara fermentasi tanpa harus menggunakan bahan kimia dan panas yang tinggi
(Pusat Penelitian Kimia-LIPI, 2005).
Pembuatan minyak kelapa bioproses dilakukan melalui beberapa tahap
sebagai berikut: kelapa diparut, ditambah dengan air hangat (temperatur 35-37
derajat celcius) dengan perbandingan 1:1 (berat) dan diperas. Santan yang
diperoleh dibiarkan selama kurang lebih 30 menit sehingga didapat krim yang
mengapung diatas larutan bawah yang agak jernih. Larutan bawah ini kemudian
dikeluarkan dengan dekantasi, sedangkan krim yang tertinggal diinokulasi dengan
8
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
inokulum, serta diinkubasi selama 6 jam. Pada akhir akan diperoleh beberapa
fraksi yaitu : minyak galendo (fraksi protein yang juga mengandung air dan
minyak), dan fraksi air. Akan tetapi dalam praktek fraksi galendo ini terbagi dua
yaitu, galendo yang sedikit air (mengapung diatas minyak), dan galendo yang
kaya air (diperbatasan antara minyak dan air) (Pusat Penelitian Kimia-LIPI,
2005).
Minyak dikeluarkan dengan dekantasi sampai batas galendo atas bertemu
dengan galendo bawah. Gabungan galendo ini kemudian diambil dengan cara
skimming, dekantasi, atau setrifugasi untuk kemudian dihangatkan dan difiltrasi
untuk memperoleh minyak yang masih terkandung (Pusat Penelitian Kimia-LIPI,
2005).
2.3 Penggolongan Asam Lemak
Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama
minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada
makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng),
margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam
lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat
sebagai gliserida (Amiyela, 2008).
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-
cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom
karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit
satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya (Nuwen, 2008).
9
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
2.3.1 Asam Lemak Jenuh
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada
asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi
dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi
bagi asam lemak (Nuwen, 2008).
Menurut Nuwen (2008), asam lemak jenuh dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu asam lemak rantai panjang dan asam lemak rantai sedang-pendek.
Asam lemak jenuh yang merugikan bagi tubuh adalah asam lemak rantai panjang
(lebih dari 17 atom karbon). Sedangkan komponen pada minyak kelapa adalah
asam lemak rantai sedang-pendek, yaitu asam laurat (12 atom karbon), asam
kaprat (10 atom karbon), asam kaprilat (8 atom karbon), dan asam kaproat (6 atom
karbon).
O O
H3C OH H3C OH
(1) (2)
O O
H3C OH H3C OH
(3) (4)
Gambar 3. Asam Lemak Rantai Sedang: (1) Asam Laurat, (2) Asam Kaprat,
(3) Asam Kaprilat, dan (4) Asam Kaproat
Asam kaproat merupakan asam yang termasuk golongan rantai pendek
yang berada dalam minyak kelapa. Golongan asam lemak ini mudah diserap oleh
tubuh karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar seperti pada asam lemak
rantai panjang. Dalam peredaran darah asam lemak rantai sedang-pendek dapat
langsung masuk dalam metabolisme energi. Sehingga tidak menyebabkan
10
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
timbunan jaringan lemak yang akan menjadi kolesterol. Selain itu di dalam tubuh
asam laurat akan diubah menjadi monolaurat, yaitu senyawa monogliserida yang
bersifat antimikroba (Purnomo, 2006).
Asam laurat (lauric acid) terdiri dari 12 atom karbon, yang diikat jenuh
oleh atom hidrogen dan tidak ada ikatan ganda. Asam lemak ini tergolong asam
lemak rantai sedang (medium, MCFA) dan banyak ditemukan dalam air susu ibu
dan minyak kelapa (Budiarso, 2004).
2.3.2 Asam Lemak Tak Jenuh
Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya
memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya
memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan “Z”, singkatan dari bahasa jerman
zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan
“E”, singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa
metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam
lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-
nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap
relatif lurus (Nuwen, 2008).
(5) (6)
Gambar 4. Asam Lemak: (5) Cis dan (6) Trans
Menurut Nuwen (2008) asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih
baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh. Posisi ikatan
11
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung metil, ikatan
ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak omega-3 dan omega 6
(asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan dengan asam lemak
lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya a»-linolenat) dan minyak ikan laut
banyak mengandung asam lemak esensial.
O
H3C OH
(7)
O
H3C OH
(8)
Gambar 5. Asam Lemak Esensial: (7) Omega 3 (Asam a.-linolenat) dan
(8) Omega 6 (Asam Linoleat)
Asam lemak tak jenuh tunggal, asam oleat (oleic acid) terdiri dari 18 atom
karbon di mana 1 pasang karbon atom diganti oleh satu ikatan ganda dan asam
lemak ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA) serta kebanyakan
ditemukan dalam minyak sayur seperti kedelai dan canola (Budiarso, 2004).
Asam lemak tak jenuh ganda, asam linoleat (lenoleic acid) terdiri dari 18
atom karbon dengan 2 ikatan ganda (majemuk) dan tergolong dalam asam lemak
rantai panjang (LCFA) serta banyak ditemukan pada minyak sayur seperti kedelai,
jagung dan canola. (Budiarso, 2004)
O
H3C OH
(9) Gambar 6. Asam Lemak Tak Jenuh: (9) Asam Oleat
12
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
2.4 Ragi Tempe (Rhizopus orizae)
Kapang tumbuh secara karakteristik dengan perpanjangan seperti rantai
bercabang. Pertumbuhan berlangsung dari ujung miselium (pertumbuhan apikal)
serta pertumbuhan septa antar sel. Distribusi umur dan morfologi kapang
keduanya sangat penting bagi kinetika proses fermentasi. Waktu penggandaan
kapang secara tipikal adalah 4-8 jam walaupun berbagai laporan menyatakan
waktu penggandaan 60-90 menit (Judoamidjojo, 1990).
Ragi tempe (Rhizopus orizae) yang berwarna putih kapas, merupakan
kapang yang dapat mengurai protein dalam kedelai menjadi asam amino, sehingga
lebih mudah dicerna tubuh. Sedikitnya terdapat empat genus Rhizopus. R.
oligosporus merupakan genus utama, kemudian R. oryzae merupakan genus
lainnya yang digunakan pada pembuatan tempe Indonesia (Karmini, 1996).
Klasifikasi R. orizae menurut Judoamidjojo (1990) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Zygomycota
Order : Mucorales
Family : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Gambar 7. Rhizopus orizae
2.5 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas
13
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas
(Kumalaningsih, 2007).
Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai antioksidan harus
mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%),
dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus
dapat tahan pada kondisi pengolahan pangan umumnya (Nugrohob, 2007).
Antioksidan sangat beragam jenisnya. Berdasarkan fungsinya antioksidan
dapat digolongkan sebagai berikut :
2.5.1 Antioksidan Primer
Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi
berantai pembentukan radikal yang melepaskan hidrogen. Zat-zat yang termasuk
golongan ini dapat berasal dari alam dan dapat pula buatan (sintetis). Antioksidan
alam antara lain : tokoferol, lesitin, sesamol, dan asam askrobat (Nugrohob,
2007).
H O
H3C
H3C
OH
CH3
CH3
H C O C (CH2)10CH3
O
H C O C (CH2)10CH3
O
+
O H3C CH3 H3C CH3 H C O P O CH2CH2 N (CH3)3
-
H3C CH3 H O
(10) (11)
O
O OH
HO
O
HO H
H3C
O
CH3
(12) (13)
Gambar 8. Antioksidan Alami: (10) aÞ-Tokoferol, (11) Lesitin, (12) Sesamol dan
(13) Asam Askorbat
14
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Antioksidan buatan adalah senyawa-senyawa fenol. Diantara beberapa
contoh antioksidan sintetik yang diizinkan untuk makanan, ada lima antioksidan
yang penggunaanya meluas dan menyebar diseluruh dunia, yaitu Butil Hidroksi
Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propel galat, Tersier Butil Hidroksi
Kuinon (TBHQ) dan Tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan
alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersil (Buck, 1991).
OH
OCH3
CH3
C CH3
CH3
OH
CH3
H3C C
H3C
OH
CH3
C CH3
CH3
(14) (15)
OH
HO OH
C O
CH2 CH2 O
CH3
OH
CH3
C CH3
CH3
OH
(16) (17)
Gambar 9. Antioksidan Sintetik: (14) Butil Hidroksil Anisol (BHA), (15) Butil
Hidroksi Toluen (BHT), (16) Propil Galat (17) Tersier Butil
Hidroksi Kuinon (TBHQ)
2.5.2 Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja
prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi
terutama logam-logam seperti: Fe, Cu, Pb, Mn (Ardiansyah, 2007).
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama
merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.
15
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipid (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara
turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding
radikal lipida (Ardiansyah, 2007).
Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada
lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.
Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi
maupun propagasi (Gambar 10). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk
pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat
bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon,
1990).
Inisiasi : R* + AH ----------> RH + A*
Propagasi : ROO* + AH -------> ROOH + A*
Gambar 10. Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipida
Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju
autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme pemutusan rantai
autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,
1990).
Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada
laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering
lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 11). Pengaruh
16
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan,
kondisi dan sampel yang akan diuji (Ardiansyah, 2007).
AH + O2 -----------> A* + HOO*
AH + ROOH ---------> RO* + H2O + A*
Gambar 11. Antioksidan Bertindak Sebagai Prooksidan pada Konsentrasi Tinggi
2.6 DPPH (Dipenil Pikril Hidrazil)
DPPH adalah suatu reagen yang bersifat radikal, bereaksi dengan
antioksidan secara spesifik. DPPH berbentuk kristal prisma, berwarna ungu
kegelapan dengan sifat yang mudah larut dalam pelarut polar seperti metanol dan
etanol.
O2N
N N*
O2N
NO2 + AH N NH
NO2 + A*
O2N O2N
Gambar 12. Mekanisme Reaksi DPPH dengan Antioksidan
2.7 Sifat Fisiko Kimia
2.7.1 Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
17
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1989).
2.7.2 Massa Jenis (Densitas)
Massa jenis merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Uji berat jenis merupakan salah satu teknik uji kemurnian yang cukup
akurat. Archimedes menguji kemurnian emas mahkota raja berdasarkan prinsip uji
berat jenis ini. Setiap zat murni mempunyai berat jenis yang spesifik yang dapat
digunakan sebagai dasar pengujian bahan.
Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan
total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya
besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama
yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis
adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
= m/v
dimana;
?å= massa jenis,
m = massa,
V = volume.
2.7.3 Indeks Bias
Indek bias dari suatu zat ialah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh
dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau
pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya
18
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
elektromagnetik dari atom-atom di dalam molekul cairan. Pengujian indeks bias
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian dan dapat menentukan dengan
cepat terjadinya hidrogenasi katalisis (catalytic hydrogenation). Semakin panjang
rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap, indeks bias bertambah besar.
Indeks bias juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: kadar asam lemak bebas,
proses oksidasi dan suhu (Ketaren, 1986).
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:
n = c / cm
dimana;
n = indeks bias
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x108 m/s)
cm = cepat rambat cahaya di suatu medium
atau:
n = ?1Ï / ?Ï2 = sin i /sin r
dimana;
?‘1 = panjang gelombang 1
?‘2 = panjang gelombang 2
i = sudut datang
r = sudut bias
2.7.4 Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak
dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga
merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini
19
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi
hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau reaksi enzimatis.
Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang telah
terhidrolisis (Rismana, 2005).
2.7.5 Bilangan Iod
Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi
dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan
yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar (Ketaren, 1986).
I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh bebas maupun
dalam bentuk ester. Bilangan iod tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh
dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform kemudian
ditambah larutan iodin berlebih. Sisa iodin yang tidak bereaksi dititrasi dengan
tiosulfat.
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka
minyak tersebut akan semakin mudah rusak, karena sifatnya yang mudah
teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa kimia atau proses pemanasan (Rismana,
2005).
2.7.6 Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan adalah jumlah basa yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah minyak. Bilangan penyabunan biasanya berhubungan
dengan berat molekul suatu minyak/lemak. Jika suatu minyak memiliki berat
20
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
molekul kecil maka bilangan penyabunannya besar dan sebaliknya (Rismana,
2005).
Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan larutan
KOH berlebih dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu
tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan
alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam, sehingga
jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui (Ketaren, 1986).
O
H2C O C R1
O
HC O C R2
O
H2C O C R3
CH2OH
+ 3 KOH CHOH
CH2OH
R1COOK
+
+ R2COOK
+ R3COOK
Trigliserida Gliserol Sabun Kalium
Gambar 13. Reaksi Penyabunan
2.7.7 Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida didefiniskan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap
1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat
kerusakan lemak atau minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat
ditentukan dengan metode iodometri (Ketaren, 1986).
O2
H3C CH CH CH3
O O
H3C CH CH CH3
+ 2HI
H3C CH2 CH2 CH3 + H2O2 + I2
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Gambar 14. Reaksi Bilangan Peroksida
21
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
2.8 GCMS
Kromatografi gas spektroskopi massa adalah teknik analisis yang
menggabungkan dua metode analisis yaitu Kromatografi Gas dan Spektroskopi
Massa. Kromatografi gas merupakan metode analisis dimana sampel terpisahkan
secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan
dapat dilihat berupa kromatogram). Sedangkan spektroskopi massa adalah metode
analisis dimana sampel yang akan dianalisis diubah menjadi ion-ionnya, dan
massa dari ion-ion tersebut dapat diukur (hasil deteksi dapat dilihat berupa
spektrum massa) (Lingga, 2004).
Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang
diinginkan, sedangkan bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detektor)
akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut, karena bisa mendapat spektrum
bobot molekul pada suatu komponen yang dapat dibandingkan langsung dengan
Library (reference) pada software. Sampel-sampel yang dapat dianalisis dengan
menggunakan GCMS, harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya: (Lingga,
2004).
1) Dapat diuapkan pada hingga suhu 4000C
2) Secara termal stabil (tidak terdekomposisi pada suhu 4000C)
3) Sampel-sampel lainnya dapat dianalisis setelah melalui tahapan preparasi
khusus.
22
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Gambar 15. Skema GC-MS
Proses pemisahan pada GC terjadi di dalam kolom (kapiler) melibatkan
dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Dimana fase diam adalah zat yang ada di
dalam kolom, dan fase gerak adalah gas pembawa (Helium atau Hidrogen) dengan
kemurnian tinggi yaitu 9.995%.
Proses pemisahan terjadi karena terdapat perbedaan kecepatan alir tiap
molekul di dalam kolom. Perbedaan tersebut dapat di sebabkan oleh perbedaan
afinitas antar molekul dengan fase diam yang ada di dalam kolom (Lingga, 2004).
Proses pendeteksian sampel pada MS, pertama sampel yang berasal dari
GC diubah menjadi ion-ion gasnya terlebih dulu. Kemudian ion-ion tersebut
dilewatkan melalui suatu penganalisis massa (Mass Analyzer) yang berfungsi
secara selektif untuk memisahkan ion dengan satuan massa atom yang berbeda.
Terakhir ion-ion tersebut dideteksi oleh Electron Multiplier Detector (lebih peka
dari detektor biasa) (Lingga, 2004).
Bagian-bagian dari instrumentasi kromatografi gas menurut Lingga (2004)
adalah sebagai berikut:
1) Pengatur aliran gas (gas flow controller), untuk mengatur aliran gas di dalam
GC
23
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
2) Injektor (Sample Injector) sebagai tempat injeksi sampel. Adapun fungsinya
adalah: menguapkan sampel, mencampur sampel dengan gas pembawa, dan
menyalurkan campuran gas tersebut ke dalam kolom.
3) Kolom (Column) Sebagai tempat terjadinya pemisahan molekul-molekul
dalam sampel. Umumnya GC menggunakan kolom kapiler (capillary column).
Sedangkan bagian-bagian spektrometer massa menurut Lingga (2004)
adalah:
1) GCMS Interface memiliki fungsi untuk mengirimkan sampel dari GC ke MS
dengan meminimalkan kehilangan sampel saat pengiriman. Untuk GCMS
QP2010, menggunakan interface sambungan langsung (direct interface).
Artinya kolom langsung masuk ke dalam alat MS. Model interface seperti ini
memiliki kelebihan dalam penyesuaian suhu yang lebih cepat, dari dingin ke
panas atau sebaliknya
2) Sumber ion (ion source), memiliki fungsi untuk mengionkan sampel yang
berbentuk gas sebelum dianalisis di penganalisis massa
3) Pompa vakum (vacuum pump), dua tipe vakum yang dimiliki GCMS QP2010
yaitu: a) pompa vakum tinggi untuk mengurangi dan mempertahankan tekanan
pada MS saat analisis. b) pompa vakum rendah untuk mengurangi tekanan
udara luar di dalam MS.
4) Penganalisis massa (mass analyzer), terdiri dari empat batang logam yang
dapat diberi muatan (Quadrupole), baik positif maupun negatif. Berfungsi
secara selektif mengatur voltase dari muatan batangan logam untuk berbagai
massa ion. Sehingga ion-ion yang dapat melewatinya hanya ion-ion yang
sesuai dengan voltase dan massa ion yang diinginkan.
24
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Gambar 16. Sistematika Kerja Quadrupole dalam MS
5) Detektor, ion-ion yang keluar dari penganalisis massa dideteksi dan jumlahnya
diukur oleh detektor. Dalam GCMS QP2010 menggunakan Electron
Multiplier Detector. Kelebihannya adalah sensitivitas yang lebih baik dari
detektor biasa.
Setelah data terdeteksi, lalu data dikirim ke sistem pengolah data (pada
personal komputer) untuk diolah sesuai dengan tujuan analisa (Lingga, 2004).
2.9 Spektrofotometer UV-Vis
Spektrometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk mengukur
absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh
suatu atom/molekul. Spektrofotometer dikembangkan beberapa puluh tahun lalu
untuk keperluan para fisikawan dan kimiawan dalam mempelajari struktur
molekul dan mengembangkan dengan teori molekul. Kini, spektrofotometer juga
banyak digunakan untuk berbagai seperti studi bahan alam, lingkungan ataupun
untuk mengontrol suatu proses kimiawi dalam industri (Edogawa, 2006).
Menurut Aisyah (2008), penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah
gugus fungsional/gugus kromofor (gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang
mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah. Dengan
melibatkan 3 jenis elektron yaitu : sigma, phi dan non bonding elektron.
25
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Kromofor-kromofor organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimalnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom
adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil,
metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan
mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih
besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).
Spektrofotometer UV-Vis merupakan instrumentasi analisis untuk
penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm).
Analisis ini dapat digunakan dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel
yang diukur (Edogawa, 2006).
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, menurut Edogawa (2006) yaitu:
Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang
diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya
yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam
bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat
dipicu atau diimbaskan oleh berkas cahaya yang keluar setelah melewat i
bahan/medium tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sederhana sebagai berikut:
I = T x I0
26
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Dimana I adalah intensitas berkas cahaya keluar, I0 adalah intensitas berkas
cahaya masuk/datang, dan T adalah transmitansi. Jika transmisi dinyatakan dalam
prosentase, maka
%T = (I/I0) x 100 (dalam satuan %)
Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium, yakni
A = c l
dengan ialah absorbtivitas molar (molar absortivity), c ialah konsentrasi larutan
dalam mol perliter (mol/L), dan l ialah panjang wadah sample yang dilintasi
cahaya, dinyatakan dalam sentimeter (cm)
Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat dituliskan
sebagai berikut:
atau
%T = (I/I0) x 100 = exp ( -ï c l)
A = log (I/I0) = c l
Gambar 17. Skema Absorbansi pada Spektrofotometer UV-Vis
Komponen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer menurut
Underwood dan R. A Day (2001)., secara skema ditunjukkan dalam gambar 18.
27
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Gambar 18.Diagram Sederhana dari Spektrofotometer UV-Vis
a. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah
spektrum dimana instrumen itu dirancang untuk beroperasi.
b. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengisolasi pita sempit
panjang-panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
c. Suatu wadah untuk sampel (kuvet).
d. Suatu detektor, yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi
suatu isyarat listrik.
e. Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat
isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.
f. Suatu sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat
listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi
(A)
Penyebab kesalahan sistematik menurut Aisyah (2008), yang sering terjadi
dalam analisis menggunakan spektrofotometer adalah:
28
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
a) Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan
oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang
sama untuk tempat blangko dan sampel.
c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).
29
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pangan, Pusat Laboratorium
Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 95,
Ciputat, Tangerang 15142 selama 8 bulan yaitu dari bulan 22 April sampai 20
November 2008.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas,
botol semprot, kertas saring, wadah, inkubator, pipet mikro ukuran (200 l, 500
l,1000 l), tabung reaksi, oven, seperangkat alat titrasi, Sentrifugase High
Surval, timbangan analitik, Piknometer, Refraktometer Abbe, penganas air,
spektrofotometer UV-Vis Lamda 25 Perkin Elmer, GCMS QP2010 Shimadzu
dengan kolom RTX-1MS.
3.2.2 Bahan Penelitian
Buah kelapa yang berasal dari Pandeglang-Banten, inokulum tempe
(Rhizopus orizae) dari pasar ciputat, metanol, DPPH, n-hexane, vitamin E, BF3
dalam metanol (14% b/v), benzen, larutan Wijs, etanol, KOH, KI, asam asetat,
NaOH, HCl, natrium tiosulfat, kloroform, kanji, fenolftalein.
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian aktivitas antioksidan minyak kelapa murni (VCO)
disajikan pada gambar 20 di bawah ini:
30
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
kelapa
Santan
VCO
Fermentasi ragi tempe
1%, 2 %, 5%, 7 %,
10 %, 12% (b/v)
Uji Sifat Fisiko Kimia Uji Aktivitas
Antioksidan Karakterisasi
Asam Lemak
- Kadar air - Berat jenis - Indeks bias - Asam lemak bebas
- Bil. iod - Bil. penyabunan
- Bil. peroksida
Metode DPPH GCMS
Gambar 20. Desain Penelitian
31
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Pembuatan Santan dari Buah Kelapa
Kelapa dikupas kulit dan cangkangnya kemudian diparut dan diberi air
dengan suhu 350C dengan perbandingan 1:1 (berat), lalu disaring dan didiamkan
selama 30 menit agar santan kental terpisah dari air. Santan kental inilah yang
akan difermentasikan dengan Rhizopus orizae.
3.4.2. Fermentasi Santan dengan Rhizopus orizae
Dimasukkan 100 mL santan kental ke dalam masing-masing wadah
tertutup dan ditambahkan dengan variasi konsentrasi ragi 1%, 2 %, 5 %, 7 %, 10
% dan 12 % (b/v). Dibiarkan selama 24 jam lalu dilihat hasil yang diperoleh.
Terdapat tiga lapisan yaitu minyak, blondo dan air. Minyak yang terdapat
dilapisan atas kemudian diambil dengan menggunakan sendok makan, minyak
yang dihasilkan disaring dengan kertas saring agar minyak terbebas dari air dan
zat pengotor lainnya, kemudian diukur volumenya dengan menggunakan gelas
ukur sehingga diperoleh volume dari VCO. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga
kali (triplo).
3.4.3 Uji Sifat Fisiko Kimia
1. Kadar Air (SNI 01-3555-1998)
Botol timbang dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C selama satu
jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang dan
dicatat bobotnya. Minyak ditimbang sebanyak 5 gram pada botol timbang yang
sudah dicatat bobot konstannya, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu
32
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
1050C selama satu jam dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu
ditimbang dan dilakukan duplo.
Kadar Air = m1 – m2 x 100% m1
m1 = bobot cuplikan
m2 = bobot cuplikan setelah pengeringan
2. Indeks Bias (Apriyantono, 1989)
Beberapa tetes minyak diteteskan pada prisma refraktometer Abbe, yang
sudah distabilkan pada suhu tertentu, dan dibiarkan selama 1 – 2 menit untuk
mencapai suhu refraktometer, lalu dilakukan pembacaan indeks bias. Sebelum dan
sesudah digunakan prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol.
R = R’ – K (T’ – T)
R = indeks bias pada suhu standar
R’ = indeks bias pada suhu pembacaan
K = 0.000385 untuk minyak
T’ = suhu pembacaan
T = suhu standar
3. Berat Jenis (Apriyantono, 1989)
Piknometer dibersihkan dan dikeringkan lalu ditimbang. Isi piknometer
dengan akuades bersuhu 20 – 300C. Pengisian dilakukan sampai air dalam botol
direndam dalam bak air yang bersuhu 250C selama 30 menit. Botol diangkat dari
bak dan dikeringkan dengan kertas pengisap, kemudian ditimbang botol dengan
isinya.
Berat jenis minyak = berat botol dan minyak – berat botol kosong
berat air pada suhu 250C
33
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
4. Asam Lemak Bebas (SNI 01-3555-1998)
Sebanyak 2 gram sampel ditimbang ke dalam erlenmeyer 250 ml.
ditambahkan 50 ml etanol 95 %, 5 tetes indikator PP dan dititer dengan larutan
standar NaOH 0.1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15
detik). Dilakukan duplo dan dihitung kadar asam lemak bebas dalam sampel.
Kadar asam lemak bebas = M x V x T
10 m
M = bobot molekul asam lemak (untuk minyak kelapa M = 200)
V = volume NaOH yang diperlukan dalam peniteran (ml)
T = normalitas NaOH
m = bobot sampel (gram)
5. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)
Ditimbang 1 gram sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan
15 ml kloroform untuk melarutkan lemak. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs,
erlenmeyer tersebut ditutup rapat dan disimpan selama 1 jam dalam ruang gelap.
Ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 100 ml air suling. Ditutup erlenmeyer
dengan segera, dikocok dan dititer dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dan
larutan kanji sebagai indikator. Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan blanko.
Kemudian dihitung bilangan iod dalam sampel.
Bilangan iod = 12.69 x T x (V3 – V4) m
T = normalitas larutan standart natrium tiosulfat 0.1 N
V3 = volume larutan tio 0.1 N yang diperlukan pada peniteran blanko (ml)
34
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
V4 = volume larutan tio 0.1 N yang diperlukan pada peniteran sampel (ml)
m = bobot sampel (gram)
6. Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)
2 gram sampel ditimbang ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, ditambahkan
25 ml KOH alkohol 0.5 dan beberapa batu didih. Dihubungkan erlenmeyer
dengan pendingin tegak dan dididihkan di atas pemanas listrik selama 1 jam.
Ditambahkan 0.5 – 1 ml fenolftalein ke dalam larutan tersebut dan titer dengan
asam klorida 0.5 N sampai warna indikator berubah menjadi tidak berwarna.
Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan blanko. Kemudian dihitung bilangan
penyabunan dalam sampel.
Bilangan penyabunan = 56.1 x T x (V0 – V1) m
V0 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan dalam peniteran blanko (ml)
V1 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan dalam peniteran sampel (ml)
T = normalitas HCl 0.5 N
m = bobot sampel (gram)
7. Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)
Sampel ditimbang ke dalam erlenmeyer 100 ml sebanyak 5 gram.
Kemudian ditambahkan 10 ml kloroform dan dilarutkan sampel dengan cara
menggoyangkan erlenmeyer. Ditambahkan 15 ml asam asetat glasial dan 1 ml
larutan KI jenuh, ditutup dengan segera erlenmeyer tersebut dan dikocok kira-kira
5 menit ditempat gelap pada suhu 150C – 250C. Ditambahkan 75 ml air suling dan
kocok dengan kuat dan dititer dengan larutan standart natrium tiosulfat 0.02 N
35
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
dengan larutan kanji sebagai indikator. Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan
blanko. Kemudian dihitung bilangan peroksida dalam sampel.
Bilangan peroksida = (V1 – V0) x T x 1000 m
V0 = volume natrium tiosulfat yang diperlukan dalam peniteran blanko (ml) V1
= volume natrium tiosulfat yang diperlukan dalam peniteran sampel (ml)
T = normalitas larutan standar natrium tiosulfat yang digunakan
m = bobot sampel (gram)
3.4.4 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Sampel dilarutkan dalam n-hexan dengan konsentrasi 250, 500, 750 dan
1000 ppm dan sebagai kontrol positif, vitamin E dibuat dengan konsentrasi 500
ppm. Sebanyak 2250 l sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2250 l vitamin E, kocok. Kemudian ditambahkan 500 l larutan
DPPH 0.05 mM lalu kocok. Sebagai kontrol positif, vitamin E dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 4500 l dan ditambahkan DPPH sebanyak 500 l
lalu kocok. Selanjutnya serapan diukur pada panjang gelombang 509 nm.
% Hambatan = A blanko - Asampel x 100% Ablanko
3.4.5 Karakterisasi VCO dengan GCMS
Agar asam lemak penyusun suatu minyak dapat diukur dengan
kromatografi gas, diubah lebih dahulu menjadi senyawa yang mudah berubah
menjadi gas yaitu dalam bentuk ester asam lemak (Winarno, 1989).
a) Esterifikasi Asam Lemak dengan metanol-BF3 (Apriyantono, 1989)
Ke dalam tabung reaksi yang berisi VCO ditambahkan 2 ml pelarut
benzen, kemudian ditambahkan 2 ml metanol-BF3. Botol ditutup dan campuran
36
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
tersebut dikocok, kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit.
Untuk menghentikan reaksi, ke dalam campuran ditambahkan 1 ml air destilat
dimana campuran akan terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan atas mengandung
ester-ester metil yang larut dalam benzen, sedangkan lapisan bawah adalah
campuran metanol, air dan katalis asam. Botol disentrifusa untuk memisahkan
kedua lapisan tersebut dan selanjutnya lapisan benzen dipindahkan ke dalam botol
kecil lainnya. Sampel siap untuk dianalisis dengan GCMS.
b) Analisis Asam Lemak dengan GCMS (Apriyantono, 1989)
Asam lemak dari minyak dilakukan menggunakan gas kromatografi (GC)
setelah melalui proses esterifikasi terlebih dahulu. GCMS yang digunakan adalah
merk Shimadzu tipe QP 2010, dengan menggunakan kondisi operasional sebagai
berikut:
Gas : Helium
Kolom : RTX-1MS, Fase diam : Polymetil siloxant
Suhu : Injektor: 2800C, Oven: 800C – 2800C, 200C/menit,
Interface: 3000C
Kontrol mode : Split
Column flow : 1.14 ml/min
Split ratio : 200
Mode ionisasi : Electron Impact
Solven delay : 3 menit
M/Z : 45.00 – 350.00
37
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Fermentasi dengan Rhizopus orizae
Dalam pembuatan minyak kelapa murni melalui proses ekstraksi
komponen minyak dari santan digunakan panas minimum, dikarenakan pada suhu
35°C asam kaproat akan mulai terurai, dan pada suhu di atas 60°C asam-asam
lemak yang lain, seperti kaproat dan kaprilat menguap. Dasar inilah yang
digunakan untuk memilih air hangat (suam-suam kuku, dengan suhu antara 350C
sampai 40°C) sebagai air perasan santan. Selanjutnya, air perasan santan di
fermentasi dengan Rhizopus orizae dengan variasi inokulum 1%, 2%, 5%, 7%,
10% dan 12% (b/v).
Volume minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui proses
fermentasi dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4.Volume Minyak Kelapa Murni
Volume Minyak Kelapa Murni (ml) Perlakuan
(b/v) A B C Rata-rata 1% 2% 5% 7%
10% 12%
26 27 31 23
20 24
28 35 28 19
22 16
29 30 23 27
23 18
27.67 30.67 27.33 23.00
21.67 19.33
keterangan: A,B,C = pengulangan
Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat bahwa konsentrasi optimum untuk
memperoleh VCO maksimum adalah pada konsentrasi 2% (b/v) ragi terhadap
volume santan yang dihasilkan sebesar 30.67 ml. Hal ini dikarenakan antara
inokulum dan medium sesuai dengan nutrisi yang ada pada medium santan dan
cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bagi inokulum tersebut.
38
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Hasil analisa statistik rancangan acak lengkap dengan menggunakan SPSS
menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae berpengaruh secara
nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan dengan nilai F hitung > F tabel dan
Ho ditolak, artinya konsentrasi ragi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
volume VCO yang dihasilkan, dengan probabilitas sebesar 0,024 ( < 0,05)
sehingga Ho ditolak. (lampiran 5)
4.2 Sifat Fisiko Kimia
Analisis mutu produk minyak kelapa murni hasil fermentasi dilakukan
terhadap beberapa parameter, meliputi: kadar air, indeks bias, densitas, kadar
asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan penyabunan dan bilangan peroksida.
4.2.1 Kadar Air
Banyak konsumen VCO muntah karena ketengikan, tengik ini terjadi
karena hidrolisis akibat tingginya kadar air di dalam VCO. Hal ini ternyata
disebabkan karena tingginya kandungan air, seperti yang telah diketahui bahwa
berat jenis minyak lebih ringan dari berat jenis air (Sutarmi dan Rosaline, 2005).
Hasil analisis kadar air dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Air dalam VCO
Ulangan
Kadar Air % Kadar Air
Rata-rata % Standar CODEX 19-1991
rev.2-1999 1 2
0.0940 0.0838
0.0889
Maks. 0,1 – 0,5 %
Hasil analisis kadar air VCO adalah sebesar 0,0889 persen menunjukkan
bahwa kandungan air dalam minyak kelapa murni sangat rendah. Hal ini
dikarenakan dilakukannya penyaringan sebanyak 2 kali dan rendahnya kadar air
inilah yang memungkinkan minyak kelapa murni tahan lama untuk disimpan dan
tidak cepat menjadi tengik. Air, baik yang terdapat di dalam minyak maupun yang
39
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
berasal dari udara adalah penyebab utama terjadinya ketengikan, hal ini
disebabkan hidrolisis lemak dalam media air menghasilkan gliserol dan asam-
asam lemak bebas tak jenuh yang teroksidasi lebih lanjut sehingga menjadi
senyawa aldehid yang berbau tengik (Alam Syah, 2005).
4.2.2 Indeks Bias
Nilai indeks bias suatu jenis minyak dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu
yang lebih tinggi indeks bias semakin kecil. Hasil uji indeks bias pada suhu 260C
dan 400C dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Indeks Bias VCO
Ulangan Indek Bias
(260C) Rata-rata
(260C Indeks Bias
(400C) Standar CODEX 19-1991
rev.2-1999 (400C)
1 2
1.454 1.454
1.454
1,448
1,448 – 1,451
Indeks bias dari minyak yang dihasilkan sebesar 1,448. Pengujian indeks
bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan dapat
menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalisis (catalytic
hydrogenation). Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan
rangkap, indeks bias bertambah besar. Indeks bias yang diperoleh dari sampel
termasuk dalam standar mutu Codex.
4.2.3 Massa Jenis ( Densitas)
Densitas atau massa jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel
minyak dengan berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu (biasanya
ditentukan pada suhu 250C). Hasil analisis massa jenis VCO dapat dilihat pada
tabel 7.
40
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
Tabel 7. Hasil Analisis Berat Jenis VCO
Ulangan
Massa Jenis
Rata-rata Standar CODEX 19-1991
rev.2-1999 1 2
0.9214 0.9213
0.921
0,908 – 0,921
Berat jenis yang didapat sesuai dengan standar mutu Codex yaitu sebesar
0,908 – 0,921 untuk VCO dan berat jenis dari minyak yang dihasilkan sebesar
0,921.
4.2.4 Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas terdapat di dalam minyak atau lemak sejak bahan
mulai dipanen dan jumlahnya akan terus bertambah selama proses pengolahan dan
penyimpanan. Keberadaan asam lemak bebas biasanya dijadikan indikator awal
terjadinya kerusakan minyak (Alam Syah, 2005). Hasil analisis kadar asam lemak
bebas dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Asam Lemak Bebas dalam VCO
Ulangan Asam Lemak
Bebas Asam Lemak Bebas
Rata-rata Standar CODEX 19-
1991 rev.2-1999
I II
0.2884% 0.2884 %
0.2884%
0.5%
Hasil analisis kadar asam lemak bebas minyak kelapa murni sebesar
0,2884 persen menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki kualitas yang bagus
dikarenakan kandungan air yang sedikit dalam minyak dan pada proses yang tidak
menggunakan pemanasan serta pada saat penyimpanan yang terlindung dari
cahaya dan udara yang dapat menghasilkan asam lemak bebas. Hasil ini sudah
memenuhi standar codex yaitu 0.5%.
41
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
4.2.5 Bilangan Iod
Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100
gram minyak atau lemak. Asam lemak bebas yang tidak jenuh dalam minyak dan
lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh.
Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau
ikatan tidak jenuh. Hasil analisis bilangan iod VCO dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Hasil Analisis Bilangan Iod VCO
Ulangan
Bilangan Iod Bilangan Iod
Rata-rata Standar CODEX 19-1991
rev.2-1999 I II
8,4903 8,2208
8,3555 mg iod/g sampel
6.3 – 10.6 mg iod/g sampel
Data analisis menunjukkan, minyak VCO mempunyai bilangan iod yaitu
8,3555 mg iod/g sampel. Angka ini sesuai dengan standar codex 6,3 – 10,6 mg
iod/g sampel, hal ini terjadi dikarenakan komponen asam lemak jenuh (ikatan
tunggal) yang banyak terdapat dalam minyak dan sedikitnya asam lemak tak
jenuh (ikatan rangkap). Semakin besar bilangan iod, maka semakin banyak ikatan
rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak. Sedangkan semakin banyak
ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka minyak tersebut akan semakin mudah
rusak, karena sifatnya yang mudah teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa
kimia atau proses pemanasan.
4.2.6 Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam
jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram
42
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
minyak atau lemak. Hasil analisis bilangan penyabunan VCO dapat dilihat pada
tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Bilangan Penyabunan VCO
Ulangan Bilangan
Penyabunan Bilangan Penyabunan
Rata-rata Standar CODEX 19-
1991 rev.2-1999
I II
389,39 387,90
388,65 mg KOH/g
248 – 265 mg KOH/g
Data analisis bilangan penyabunan minyak VCO adalah sebesar 388,65
mg KOH/gram contoh, angka ini relatif lebih besar dari standar untuk angka
penyabunan minyak kelapa yaitu 255 – 265 mg KOH/gram contoh. Besarnya
bilangan penyabunan bergantung dari massa molekul minyak. Minyak yang
memiliki berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih
tinggi. Hal ini diduga erat kaitannya dengan kandungan asam lemak dari minyak
VCO yang terdiri dari 95% berupa asam lemak rantai sedang.
4.2.7 Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat
oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Hasil analisis
bilangan peroksida VCO dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Bilangan Peroksida VCO
Ulangan
Bilangan Peroksida Bilangan Peroksida
Rata-rata Standar CODEX 19-
1991 rev.2-1999
I II
0,04 0,04
0,04 meq/kg minyak
3 meq/kg minyak
Analisis bilangan peroksida digunakan untuk menentukan tingkat
kerusakan oksidasi minyak atau lemak. Kerusakan oksidasi berlangsung apabila
43
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan ikatan rangkap pada minyak atau
lemak. Senyawa peroksida merupakan produk yang terbentuk pada awal proses
oksidasi, yang sifatnya tidak stabil dan mudah terdekomposisi. Hasil analisis
bilangan peroksida sebesar 0,04 meq/kg minyak menunjukkan bahwa tingkat
kerusakan oksidasi minyak kelapa murni masih relatif rendah, hal ini dikarenakan
asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam VCO relatif kecil yaitu sebesar 5%.
4.3 Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH, dengan standar vitamin
E sebagai pembanding pada konsentrasi 500 ppm. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 12.
Tabel 12. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan VCO Metode DPPH
% Hambatan
Blanko
Vitamin E
Sampel + Vitamin E
-
21.16
27.51
Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan
bahwa minyak VCO mempunyai aktivitas antioksidan sebesar 6.35 % pada
konsentrasi 1000 ppm, sedangkan pada konsentrasi 250, 500 dan 750 ppm tidak
terlihat adanya aktivitas antioksidan berdasarkan uji perubahan warna DPPH dari
ungu menjadi kuning. Apabila dibandingkan dengan aktivitas vitamin E sebesar
21.16 % pada konsentrasi 500 ppm, aktivitas antioksidan VCO lebih rendah.
Aktivitas antioksidan yang sangat kecil disebabkan vitamin E yang terkandung
dalam VCO relatif kecil dan juga pada penelitian ini yang diuji masih berupa
ekstrak kasar, sehingga masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung
44
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas lebih kuat dibandingkan
ekstraknya serta optimasi metode yang kurang tepat untuk senyawa nonpolar.
4.4 Hasil Analisis Komposisi Asam Lemak dengan GCMS
Minyak kelapa murni yang dibuat juga dilakukan analisis kandungan asam
lemak dengan menggunakan GCMS merck Shimadzu QP2010 dengan kondisi
operasional gas pembawa helium kolom RTX-1MS dengan fase diam Polymetil
siloxant dengan laju alir 1,14 ml/menit. Hasil analisa dengan GCMS menunjukkan
kromatogram sebagai berikut:
45
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae
berpengaruh secara nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan (signifikansi
0,024) pada konsentrasi 2%.
2. Analisis sifat fisiko kimia Virgin Coconut Oil hasil fermentasi menunjukkan
sebagian besar parameter masih termasuk ke dalam Standar Codex meliputi;
kadar air, indek bias, densitas, kadar asam lemak bebas, bilangan iod dan
bilangan peroksida, semua termasuk dalam standar mutu Codex, kecuali
bilangan penyabunan sebesar 388,65 mg KOH/ g sampel.
3. Minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui fermentasi Rhizopus
orizae memiliki aktivitas antioksidan sebesar 6.35% pada konsentrasi 1000
ppm.
5.2 Saran
Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut guna diperolehnya aktivitas
antioksidan yang lebih besar serta metode yang lebih sesuai untuk senyawa
nonpolar.
50