EVA SILVIA-FST.pdf

48
DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software. ABSTRAK EVA Silvia, Sifat Fisiko Kimia dan Aktivitas Antioksidan Virgin Coconut Oil (VCO) Hasil Fermentasi Rhizopus orizae {di bawah bimbingan Drs. Dede Sukandar, M.Si dan Sandra Hermanto, M.Si } Telah dilakukan penelitian sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidan virgin coconut oil (VCO) hasil fermentasi Rhizopus orizae dengan metode DPPH. Pembuatan minyak kelapa murni (VCO) dilakukan pada sampel kelapa dari daerah Pandeglang secara fermentasi dengan inokulum Rhizopus orizae dengan variasi inokulum 1%, 2%, 5%, 7%, 10% dan 12% (b/v). Uji sifat fisiko kimia meliputi; kadar air, indeks bias, densitas, kadar asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan peroksida dan dianalisis komposisi minyak VCO dengan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi inokulum yang digunakan berpengaruh nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan dengan nilai signifikan 0,024 pada konsentrasi 2%. Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia VCO yang diperoleh telah sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, yaitu standar CODEX 19-1991 rev.2-1999. Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa minyak VCO mempunyai aktivitas antioksidan sebesar 6.35 % pada konsentrasi 1000 ppm. Kandungan asam lemak VCO hasil analisis GCMS telah sesuai dengan standar CODEX 19-1991 rev.2- 1999, dengan komposisi asam laurat sebesar 49,48 %. Kata kunci: Antioksidan, DPPH, VCO, Fermentasi, Rhizopus orizae xi

Transcript of EVA SILVIA-FST.pdf

Page 1: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

ABSTRAK

EVA Silvia, Sifat Fisiko Kimia dan Aktivitas Antioksidan Virgin Coconut Oil

(VCO) Hasil Fermentasi Rhizopus orizae {di bawah bimbingan Drs. Dede

Sukandar, M.Si dan Sandra Hermanto, M.Si}

Telah dilakukan penelitian sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidan virgin

coconut oil (VCO) hasil fermentasi Rhizopus orizae dengan metode DPPH.

Pembuatan minyak kelapa murni (VCO) dilakukan pada sampel kelapa dari

daerah Pandeglang secara fermentasi dengan inokulum Rhizopus orizae dengan

variasi inokulum 1%, 2%, 5%, 7%, 10% dan 12% (b/v). Uji sifat fisiko kimia

meliputi; kadar air, indeks bias, densitas, kadar asam lemak bebas, bilangan iod,

bilangan penyabunan, bilangan peroksida dan dianalisis komposisi minyak VCO

dengan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi inokulum yang

digunakan berpengaruh nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan dengan nilai

signifikan 0,024 pada konsentrasi 2%. Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia

VCO yang diperoleh telah sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, yaitu

standar CODEX 19-1991 rev.2-1999. Uji aktivitas antioksidan menggunakan

metode DPPH menunjukkan bahwa minyak VCO mempunyai aktivitas

antioksidan sebesar 6.35 % pada konsentrasi 1000 ppm. Kandungan asam lemak

VCO hasil analisis GCMS telah sesuai dengan standar CODEX 19-1991 rev.2-

1999, dengan komposisi asam laurat sebesar 49,48 %.

Kata kunci: Antioksidan, DPPH, VCO, Fermentasi, Rhizopus orizae

xi

Page 2: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

ABSTRACT

Eva Silvia, Physical Chemical Properties and Antioxidant Activity of Virgin

Coconut Oil (VCO) Obtained from Rhizopus orizae Fermentation {Guided by

Drs. Dede Sukandar, M.Si and Sandra Hermanto, M.Si}

The research of physical chemical properties and antioxidant activity of VCO

obtained from Rhizopus orizae fermentation had been done by DPPH method.

Production of VCO had been carried out from coconut sample obtained from

pandeglang region from fermentation by Rhizopus orizae in variation of inoculum

as follow 1%, 2%, 5%, 7%, 10% and 12%. Physical chemical test consist of

density, refractive index, water content, free fatty acid, iodine value, peroxide

value and the composition of fatty acid determined by GCMS. The result showed

that variation of inoculum had significanly 0,024 infulenced the yielded of VCO

producted. Based on this result, quality of VCO still include in standard of

CODEX 19-1991 rev.2-1999. Antioxidant activity of VCO was very low, only

6,3% at 1000 ppm. The composition of fatty acid based on GCMS resulted had

been same with standard of CODEX which lauric acid composotion equal to

49,48%.

Keyword: Antioxidant, DPPH, VCO, Fermentation, Rhizopus orizae

xii

Page 3: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai

tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah

kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan

kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat.

Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun

temurun (Yuharmen, 2002).

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu begitu

saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Apalagi keadaan perekonomian

Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat-obatan modern menjadi mahal.

Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang dilakukan adalah

meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat.

Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat

ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan

pengembangan khasiat dan keamanan suatu tumbuhan obat (Yuharmen, 2002).

VCO merupakan minyak kelapa yang diproses dari kelapa segar tanpa

pemanasan dan tidak melalui pemurnian dengan bahan kimia. Dibandingkan

dengan minyak kelapa yang diolah secara pemanasan, VCO memiliki keunggulan,

yaitu kadar air dan asam lemak bebas rendah, tidak berwarna (jernih), beraroma

harum, dan daya simpan lebih lama. Dalam perkembangannya VCO telah

1

Page 4: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

dimanfaatkan sebagai bahan baku farmasi, kosmetik, dan pangan (Kastanya,

2009).

Hasil penelitian dr Condrado Dayrit asal Filipina menunjukkan bahwa

asam laurat dan asam kaprat yang terkandung di dalam VCO mampu membunuh

virus. Di dalam tubuh, asam laurat diubah menjadi monolaurin sedangkan asam

kaprat berubah menjadi monokaprin. Senyawa ini termasuk senyawa

monogliserida yang bersifat sebagai antivirus, antibakteri, antibiotik dan

antiprotozoa (Sutomo,2006).

Saat ini telah berkembang pengolahan VCO tanpa pemanasan dengan

menggunakan minyak pancing sebagai starter. Dengan cara ini harus disediakan

dahulu minyak pancing. Petani yang baru pertama kali mengolah VCO biasanya

sulit memperoleh minyak pancing. Oleh karena itu, perlu dicari cara lain yang

lebih mudah untuk memecahkan emulsi santan/krim melalui proses fermentasi

tanpa menggunakan minyak pancing (Kastanya, 2009).

Ragi tape (Saccharomyces cereviseae) yang biasanya digunakan dalam

pembuatan tape, berpeluang digunakan dalam pengolahan VCO karena ragi tape

mengandung mikroflora seperti khamir yang dapat menghasilkan lipase untuk

memecah emulsi santan. Dengan demikian, selama proses fermentasi akan terjadi

pemutusan ikatan kimia. Metode enzimatik merupakan proses pemisahan minyak

dalam santan tanpa pemanasan. Ikatan protein minyak yang berada pada emulsi

santan bisa juga dipecah dengan bantuan enzim. Di sini, yang dirusak yaitu

proteinnya, bukan lemaknya.

Berdasarkan penelitian yang sudah ada, Pengolahan VCO dengan bantuan

ragi tape sebagai starter konsentrasi 20% menghasilkan rendemen VCO 24,23%,

2

Page 5: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

kadar air 0,05% dan asam lemak bebas 0,01%, dengan aroma khas kelapa dan

berwarna bening. Mutu VCO yang dihasilkan memenuhi standar APCC. Untuk

pengolahan VCO dengan bantuan ragi tape disarankan menggunakan konsentrasi

starter 20% agar diperoleh rendemen tinggi dan mutu VCO memenuhi standar

(Kastanya, 2009).

Dalam rangka pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional yang telah

digunakan secara luas oleh masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui potensi VCO sebagai suatu produk tanaman berkhasiat yang

dihasilkan melalui proses fermentasi ragi tempe (Rhizopus orizae) serta uji

potensial sifat fisiko kimia dan aktivitas antioksidannya guna mendukung upaya

pengembangan sumber antioksidan alami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah konsentrasi ragi tempe (Rhizopus orizae) yang digunakan dalam

fermentasi berpengaruh secara nyata terhadap volume minyak kelapa

murni (VCO) yang dihasilkan?

2. Bagaimanakah sifat fisiko kimia VCO yang dihasilkan melalui proses

fermentasi Rhizopus orizae?

3. Bagaimanakah aktivitas antioksidan minyak kelapa murni (VCO) yang

dihasilkan melalui fermentasi Rhizopus orizae?

3

Page 6: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini meliputi:

1. Perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae tidak berpengaruh secara nyata

terhadap volume VCO yang dihasilkan (H0)

Perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae berpengaruh secara nyata terhadap

volume VCO yang dihasilkan (Ha)

2. Sifat fisiko kimia VCO yang dihasilkan melalui fermentasi sesuai dengan

standar mutu Codex tentang Vegetable Oil

3. Minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui proses fermentasi

ragi tempe memiliki aktivitas antioksidan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi optimum ragi tempe terhadap

volume VCO yang dihasilkan

2. Mengetahui sifat fisiko kimia VCO hasil fermentasi Rhizopus orizae

3. Mengetahui aktivitas antioksidan VCO hasil fermentasi Rhizopus orizae

1.5 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi baru bagi produsen dan masyarakat mengenai

khasiat minyak kelapa murni (VCO) sebagai antioksidan alami.

4

Page 7: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa

Pohon kelapa dalam bahasa latin disebut Cocos nucifera L berasal dari

famili palmae ordo arecales dan kelas monocotyledone. Tanaman ini dapat

tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut dan

suhu udara berkisar antara 19-29oC. Buah kelapa biasanya dipanen pada umur 11-

12 bulan. Pemanenan biasanya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kelapa yang

sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap tangkainya

(Sentra Informasi IPTEK, 2005).

Taksonomi tumbuhan kelapa (Cocos nucifera L) menurut Sentra

Informasi IPTEK (2005) adalah sebagai berikut:

Klasifikasi

Divisi: Spermatophyta

Subdivisi: Angiospermae

Kelas: Monocotyledoneae

Bangsa:

Palmales

Suku:

Palmae

Marga:

Cocos

Jenis:

Cocos nucifera L

Gambar 1. Cocos nucifera L

Menurut Sentra Informasi IPTEK (2005) nama Lokal kelapa antara lain:

coconut (Inggris), cocotier (Perancis); kelapa, nyiur (Indonesia), kambil,

kerambil, klapa (Jawa).

5

Page 8: EVA SILVIA-FST.pdf

Komposisi Buah Muda Buah Setengah Tua Buah Tua Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor

Besi Aktivitas vitamin A Thiamin

Asam askorbat Air Bagian yang dapat dimakan

68,0 kal 1,0 g 0,9 g

14,0 g 17,0 mg

30,0 mg 1,0 mg 0,0 iu 0,0 mg

4,0 mg

83,3 g 53,0 g

180,0 kal 4,0 g

13,09 g

10,0 g 8,0 mg

35,0 mg 1,3 mg 10,0 iu 0,5 mg

4,0 mg

70,09 g 53,0 g

359,0 kal 3,4 g

34,7 mg

14,0 g 21,0 mg

21,0 mg 2,0 mg 0,0 iu 0,1 mg

2,0 mg

46,9 g 53,0 g

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Daging buah kelapa yang sudah matang dapat dijadikan kopra, minyak

kelapa, dan bahan makanan lainnya. Daging buah merupakan sumber protein yang

penting dan mudah dicerna. Semakin tua umur buah kelapa maka semakin tinggi

kandungan lemaknya.

Gambar 2. Buah Kelapa Tua

Tabel 1. Komposisi Daging Buah kelapa Berdasarkan Tingkat Kematangannya

dalam 100 gram

Sumber: Sutarmi dan Rozaline, 2005

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan minyak kelapa murni

adalah buah kelapa (C. nucifera) yang berumur 11-12 bulan dengan kulit sabut

berwarna cokelat. Jenis buah kelapa yang digunakan berasal dari jenis kelapa

dalam varietas berdaging tebal. Ketuaan serta varietas kelapa harus diperhatikan

karena berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan (Timoti, 2005).

6

Page 9: EVA SILVIA-FST.pdf

Kadar %-w Nama Asam Lemak Jenuh Jenis Rantai Versi [1] Versi [2] Versi [3]

Asam butirat

Asam kaproat Asam kaprilat

Pendek 0

0,4 – 0,6 5,0 - 10

0

0,05 –0,7 4,6 – 10

0

0,5 7,5

Asam kaprat Asam laurat

Medium 4,5 –8,0 43 - 51

5,0 – 8,0 45,1 – 53,2

6,3 47,0

Asam miristat

Asam palmitat Asam stearat

Panjang 16 – 21

7,5 –10 2,0 – 4,0

16,8 –21,0

7,5 –10,2 2,0 –4,0

17,5

8,8 3,0

Nama Asam Lemak Tak Jenuh

Asam oleat (C18:1) Asam linoleat (C18:2) Omega 3 LNA Poly (C18:3) Omega 6 AA Poly (C20:1) Omega 3 EPA Poly (C20:2) Omega 3 DHA Poly (C22:1)

Panjang 5,0 –10,0

1,0 –2,5 (lain2) <0,5

(lain2) <0,5 (lain2) <0,5 (lain2) <0,5

5,0 –10,0

1,0 – 2,5 (lain2) <0,6

(lain2) <0,6 (lain2) <0,6 (lain2) <0,6

7,5

1,8 0,0

0,0 0,0 0,0

Total % Asam Lemak Rantai Pendek 5,4 – 10,6 4,65 –10,6 8,00

Total % Asam Lemak Rantai Medium 47,5 – 59 50,1 – 61,2 53,30

Total % Asam Lemak Rantai Panjang 31,5 – 47,5 32,9 – 48,3 38,50

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

2.2 Minyak Kelapa Murni (VCO)

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah

kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, VCO dihasilkan tidak melalui

penambahan bahan kimia ataupun proses yang melibatkan panas yang tinggi.

Selain warna dan rasa yang berbeda, VCO memiliki asam lemak yang tidak

terhidrogenasi seperti pada minyak kelapa biasa. VCO banyak mengandung asam

lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid / MCFA). Sifat MCFA yang

mudah diserap sampai ke mitokondria akan meningkatkan metabolisme tubuh.

MCFA yang paling banyak terkandung dalam VCO adalah asam laurat (Timoti,

2005). Kandungan kimia dari VCO dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Kandungan Kimia VCO

Keterangan:

[1] Kokonut Pacific (HTTP://WWW.KOKONUTPACIFIC.COM.AU/)

[2]CODEX STAN 210-1999 (Named Vegetable Oils, Rev. 1-2001;

HTTP://WWW.CODEXALIMENTARIUS.NET/)

[3] Thieme, J.G. 1968 dalam Palunkun, R. 2001

7

Page 10: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Tabel 3. Standar Mutu VCO

Persyaratan Karakteristik

Versi [1] Versi [2] Versi [3] Kadar Air (%)

Bilangan Iod (mg iod/gr sampel) Bilangan Penyabunan (mg KOH/gr sampel) Bilangan Peroksida (meq/kg sampel)

Asam Lemak Bebas (%) Densitas (gr/cm3) Indeks Bias

0,10

6 – 11 248 –265

0,002 0,20

0,908 – 0,921 1,448 – 1,450

0,20

6,3 – 10,6 248 – 265

0,015 -

0,908 – 0,921 1,448 – 1,451

0,30

8 – 10 255 – 265

1

0,30

N/A N/A

Keterangan:

[1] Kokonut Pacific (HTTP://WWW.KOKONUTPACIFIC.COM.AU/)

[2]CODEX STAN 210-1999 (Named Vegetable Oils, Rev. 1-2001;

HTTP://WWW.CODEXALIMENTARI US.NET/)

[3] Standar Industri Indonesia dalam Palungkun, R. 2001

Minyak kelapa dihasilkan melalui proses pengempaan kopra, pemanasan

santan kelapa dan bioproses santan kelapa. Bioproses santan kelapa sudah dimulai

dari penggunaan kultur murni sampai penggunaan enzim, namun sampai saat ini

penggunaannya masih tidak populer di masyarakat, salah satu hambatannya

adalah penanganan jasad renik yang dianggap rumit atau harga enzim yang tinggi.

Inokulum tempe yang terdapat di pasaran, berpotensi sebagai perombak santan

kelapa yang aman dan mudah digunakan pada proses pembuatan minyak kelapa

secara fermentasi tanpa harus menggunakan bahan kimia dan panas yang tinggi

(Pusat Penelitian Kimia-LIPI, 2005).

Pembuatan minyak kelapa bioproses dilakukan melalui beberapa tahap

sebagai berikut: kelapa diparut, ditambah dengan air hangat (temperatur 35-37

derajat celcius) dengan perbandingan 1:1 (berat) dan diperas. Santan yang

diperoleh dibiarkan selama kurang lebih 30 menit sehingga didapat krim yang

mengapung diatas larutan bawah yang agak jernih. Larutan bawah ini kemudian

dikeluarkan dengan dekantasi, sedangkan krim yang tertinggal diinokulasi dengan

8

Page 11: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

inokulum, serta diinkubasi selama 6 jam. Pada akhir akan diperoleh beberapa

fraksi yaitu : minyak galendo (fraksi protein yang juga mengandung air dan

minyak), dan fraksi air. Akan tetapi dalam praktek fraksi galendo ini terbagi dua

yaitu, galendo yang sedikit air (mengapung diatas minyak), dan galendo yang

kaya air (diperbatasan antara minyak dan air) (Pusat Penelitian Kimia-LIPI,

2005).

Minyak dikeluarkan dengan dekantasi sampai batas galendo atas bertemu

dengan galendo bawah. Gabungan galendo ini kemudian diambil dengan cara

skimming, dekantasi, atau setrifugasi untuk kemudian dihangatkan dan difiltrasi

untuk memperoleh minyak yang masih terkandung (Pusat Penelitian Kimia-LIPI,

2005).

2.3 Penggolongan Asam Lemak

Asam lemak bersama-sama dengan gliserol, merupakan penyusun utama

minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada

makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak masak (goreng),

margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara alami, asam

lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun terikat

sebagai gliserida (Amiyela, 2008).

Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat

berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-

cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak

jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom

karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit

satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya (Nuwen, 2008).

9

Page 12: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

2.3.1 Asam Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada

asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi

dengan oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi

bagi asam lemak (Nuwen, 2008).

Menurut Nuwen (2008), asam lemak jenuh dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu asam lemak rantai panjang dan asam lemak rantai sedang-pendek.

Asam lemak jenuh yang merugikan bagi tubuh adalah asam lemak rantai panjang

(lebih dari 17 atom karbon). Sedangkan komponen pada minyak kelapa adalah

asam lemak rantai sedang-pendek, yaitu asam laurat (12 atom karbon), asam

kaprat (10 atom karbon), asam kaprilat (8 atom karbon), dan asam kaproat (6 atom

karbon).

O O

H3C OH H3C OH

(1) (2)

O O

H3C OH H3C OH

(3) (4)

Gambar 3. Asam Lemak Rantai Sedang: (1) Asam Laurat, (2) Asam Kaprat,

(3) Asam Kaprilat, dan (4) Asam Kaproat

Asam kaproat merupakan asam yang termasuk golongan rantai pendek

yang berada dalam minyak kelapa. Golongan asam lemak ini mudah diserap oleh

tubuh karena ukuran molekulnya tidak terlalu besar seperti pada asam lemak

rantai panjang. Dalam peredaran darah asam lemak rantai sedang-pendek dapat

langsung masuk dalam metabolisme energi. Sehingga tidak menyebabkan

10

Page 13: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

timbunan jaringan lemak yang akan menjadi kolesterol. Selain itu di dalam tubuh

asam laurat akan diubah menjadi monolaurat, yaitu senyawa monogliserida yang

bersifat antimikroba (Purnomo, 2006).

Asam laurat (lauric acid) terdiri dari 12 atom karbon, yang diikat jenuh

oleh atom hidrogen dan tidak ada ikatan ganda. Asam lemak ini tergolong asam

lemak rantai sedang (medium, MCFA) dan banyak ditemukan dalam air susu ibu

dan minyak kelapa (Budiarso, 2004).

2.3.2 Asam Lemak Tak Jenuh

Keberadaan ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menjadikannya

memiliki dua bentuk: cis dan trans. Semua asam lemak nabati alami hanya

memiliki bentuk cis (dilambangkan dengan “Z”, singkatan dari bahasa jerman

zusammen). Asam lemak bentuk trans (trans fatty acid, dilambangkan dengan

“E”, singkatan dari bahasa Jerman entgegen) hanya diproduksi oleh sisa

metabolisme hewan atau dibuat secara sintetis. Akibat polarisasi atom H, asam

lemak cis memiliki rantai yang melengkung. Asam lemak trans karena atom H-

nya berseberangan tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap

relatif lurus (Nuwen, 2008).

(5) (6)

Gambar 4. Asam Lemak: (5) Cis dan (6) Trans

Menurut Nuwen (2008) asam lemak tak jenuh dianggap bernilai gizi lebih

baik karena lebih reaktif dan merupakan antioksidan di dalam tubuh. Posisi ikatan

11

Page 14: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

ganda juga menentukan daya reaksinya. Semakin dekat dengan ujung metil, ikatan

ganda semakin mudah bereaksi. Karena itu, asam lemak omega-3 dan omega 6

(asam lemak esensial) lebih bernilai gizi dibandingkan dengan asam lemak

lainnya. Beberapa minyak nabati (misalnya a»-linolenat) dan minyak ikan laut

banyak mengandung asam lemak esensial.

O

H3C OH

(7)

O

H3C OH

(8)

Gambar 5. Asam Lemak Esensial: (7) Omega 3 (Asam a.-linolenat) dan

(8) Omega 6 (Asam Linoleat)

Asam lemak tak jenuh tunggal, asam oleat (oleic acid) terdiri dari 18 atom

karbon di mana 1 pasang karbon atom diganti oleh satu ikatan ganda dan asam

lemak ini tergolong dalam asam lemak rantai panjang (LCFA) serta kebanyakan

ditemukan dalam minyak sayur seperti kedelai dan canola (Budiarso, 2004).

Asam lemak tak jenuh ganda, asam linoleat (lenoleic acid) terdiri dari 18

atom karbon dengan 2 ikatan ganda (majemuk) dan tergolong dalam asam lemak

rantai panjang (LCFA) serta banyak ditemukan pada minyak sayur seperti kedelai,

jagung dan canola. (Budiarso, 2004)

O

H3C OH

(9) Gambar 6. Asam Lemak Tak Jenuh: (9) Asam Oleat

12

Page 15: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

2.4 Ragi Tempe (Rhizopus orizae)

Kapang tumbuh secara karakteristik dengan perpanjangan seperti rantai

bercabang. Pertumbuhan berlangsung dari ujung miselium (pertumbuhan apikal)

serta pertumbuhan septa antar sel. Distribusi umur dan morfologi kapang

keduanya sangat penting bagi kinetika proses fermentasi. Waktu penggandaan

kapang secara tipikal adalah 4-8 jam walaupun berbagai laporan menyatakan

waktu penggandaan 60-90 menit (Judoamidjojo, 1990).

Ragi tempe (Rhizopus orizae) yang berwarna putih kapas, merupakan

kapang yang dapat mengurai protein dalam kedelai menjadi asam amino, sehingga

lebih mudah dicerna tubuh. Sedikitnya terdapat empat genus Rhizopus. R.

oligosporus merupakan genus utama, kemudian R. oryzae merupakan genus

lainnya yang digunakan pada pembuatan tempe Indonesia (Karmini, 1996).

Klasifikasi R. orizae menurut Judoamidjojo (1990) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Fungi

Phylum : Zygomycota

Order : Mucorales

Family : Mucoraceae

Genus : Rhizopus

Gambar 7. Rhizopus orizae

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas

13

Page 16: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas

(Kumalaningsih, 2007).

Suatu senyawa untuk dapat digunakan sebagai antioksidan harus

mempunyai sifat-sifat : tidak toksik, efektif pada konsentrasi rendah (0,01-0,02%),

dapat terkonsentrasi pada permukaan/lapisan lemak (bersifat lipofilik) dan harus

dapat tahan pada kondisi pengolahan pangan umumnya (Nugrohob, 2007).

Antioksidan sangat beragam jenisnya. Berdasarkan fungsinya antioksidan

dapat digolongkan sebagai berikut :

2.5.1 Antioksidan Primer

Antioksidan primer adalah senyawa yang dapat menghentikan reaksi

berantai pembentukan radikal yang melepaskan hidrogen. Zat-zat yang termasuk

golongan ini dapat berasal dari alam dan dapat pula buatan (sintetis). Antioksidan

alam antara lain : tokoferol, lesitin, sesamol, dan asam askrobat (Nugrohob,

2007).

H O

H3C

H3C

OH

CH3

CH3

H C O C (CH2)10CH3

O

H C O C (CH2)10CH3

O

+

O H3C CH3 H3C CH3 H C O P O CH2CH2 N (CH3)3

-

H3C CH3 H O

(10) (11)

O

O OH

HO

O

HO H

H3C

O

CH3

(12) (13)

Gambar 8. Antioksidan Alami: (10) aÞ-Tokoferol, (11) Lesitin, (12) Sesamol dan

(13) Asam Askorbat

14

Page 17: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Antioksidan buatan adalah senyawa-senyawa fenol. Diantara beberapa

contoh antioksidan sintetik yang diizinkan untuk makanan, ada lima antioksidan

yang penggunaanya meluas dan menyebar diseluruh dunia, yaitu Butil Hidroksi

Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propel galat, Tersier Butil Hidroksi

Kuinon (TBHQ) dan Tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan

alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersil (Buck, 1991).

OH

OCH3

CH3

C CH3

CH3

OH

CH3

H3C C

H3C

OH

CH3

C CH3

CH3

(14) (15)

OH

HO OH

C O

CH2 CH2 O

CH3

OH

CH3

C CH3

CH3

OH

(16) (17)

Gambar 9. Antioksidan Sintetik: (14) Butil Hidroksil Anisol (BHA), (15) Butil

Hidroksi Toluen (BHT), (16) Propil Galat (17) Tersier Butil

Hidroksi Kuinon (TBHQ)

2.5.2 Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder adalah suatu senyawa yang dapat mencegah kerja

prooksidan yaitu faktor-faktor yang mempercepat terjadinya reaksi oksidasi

terutama logam-logam seperti: Fe, Cu, Pb, Mn (Ardiansyah, 2007).

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama

merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.

15

Page 18: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai

antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke

radikal lipid (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara

turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding

radikal lipida (Ardiansyah, 2007).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.

Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi

maupun propagasi (Gambar 10). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk

pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat

bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon,

1990).

Inisiasi : R* + AH ----------> RH + A*

Propagasi : ROO* + AH -------> ROOH + A*

Gambar 10. Reaksi Penghambatan Antioksidan Primer Terhadap Radikal Lipida

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju

autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme pemutusan rantai

autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,

1990).

Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada

laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik sering

lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 11). Pengaruh

16

Page 19: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan,

kondisi dan sampel yang akan diuji (Ardiansyah, 2007).

AH + O2 -----------> A* + HOO*

AH + ROOH ---------> RO* + H2O + A*

Gambar 11. Antioksidan Bertindak Sebagai Prooksidan pada Konsentrasi Tinggi

2.6 DPPH (Dipenil Pikril Hidrazil)

DPPH adalah suatu reagen yang bersifat radikal, bereaksi dengan

antioksidan secara spesifik. DPPH berbentuk kristal prisma, berwarna ungu

kegelapan dengan sifat yang mudah larut dalam pelarut polar seperti metanol dan

etanol.

O2N

N N*

O2N

NO2 + AH N NH

NO2 + A*

O2N O2N

Gambar 12. Mekanisme Reaksi DPPH dengan Antioksidan

2.7 Sifat Fisiko Kimia

2.7.1 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang

dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat

penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,

dan citarasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi

17

Page 20: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,

sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1989).

2.7.2 Massa Jenis (Densitas)

Massa jenis merupakan pengukuran massa setiap satuan volume benda.

Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap

volumenya. Uji berat jenis merupakan salah satu teknik uji kemurnian yang cukup

akurat. Archimedes menguji kemurnian emas mahkota raja berdasarkan prinsip uji

berat jenis ini. Setiap zat murni mempunyai berat jenis yang spesifik yang dapat

digunakan sebagai dasar pengujian bahan.

Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan

total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi (misalnya

besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama

yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI massa jenis

adalah kilogram per meter kubik (kg·m-3)

Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

= m/v

dimana;

?å= massa jenis,

m = massa,

V = volume.

2.7.3 Indeks Bias

Indek bias dari suatu zat ialah perbandingan dari sinus sudut sinar jatuh

dan sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Refraksi atau

pembiasan ini disebabkan adanya interaksi antara gaya elektrostatik dan gaya

18

Page 21: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

elektromagnetik dari atom-atom di dalam molekul cairan. Pengujian indeks bias

dapat digunakan untuk menentukan kemurnian dan dapat menentukan dengan

cepat terjadinya hidrogenasi katalisis (catalytic hydrogenation). Semakin panjang

rantai karbon dan semakin banyak ikatan rangkap, indeks bias bertambah besar.

Indeks bias juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: kadar asam lemak bebas,

proses oksidasi dan suhu (Ketaren, 1986).

Secara matematis, indeks bias dapat ditulis:

n = c / cm

dimana;

n = indeks bias

c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x108 m/s)

cm = cepat rambat cahaya di suatu medium

atau:

n = ?1Ï / ?Ï2 = sin i /sin r

dimana;

?‘1 = panjang gelombang 1

?‘2 = panjang gelombang 2

i = sudut datang

r = sudut bias

2.7.4 Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak

dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga

merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini

19

Page 22: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat reaksi

hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau reaksi enzimatis.

Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang telah

terhidrolisis (Rismana, 2005).

2.7.5 Bilangan Iod

Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram

lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tidak jenuh akan bereaksi

dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan

yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar (Ketaren, 1986).

I2 akan mengadisi ikatan rangkap asam lemak tidak jenuh bebas maupun

dalam bentuk ester. Bilangan iod tergantung pada jumlah asam lemak tidak jenuh

dalam lemak. Lemak yang akan diperiksa dilarutkan dalam kloroform kemudian

ditambah larutan iodin berlebih. Sisa iodin yang tidak bereaksi dititrasi dengan

tiosulfat.

I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka

minyak tersebut akan semakin mudah rusak, karena sifatnya yang mudah

teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa kimia atau proses pemanasan (Rismana,

2005).

2.7.6 Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah basa yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah minyak. Bilangan penyabunan biasanya berhubungan

dengan berat molekul suatu minyak/lemak. Jika suatu minyak memiliki berat

20

Page 23: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

molekul kecil maka bilangan penyabunannya besar dan sebaliknya (Rismana,

2005).

Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan larutan

KOH berlebih dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu

tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak. Larutan

alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam, sehingga

jumlah alkali yang turut bereaksi dapat diketahui (Ketaren, 1986).

O

H2C O C R1

O

HC O C R2

O

H2C O C R3

CH2OH

+ 3 KOH CHOH

CH2OH

R1COOK

+

+ R2COOK

+ R3COOK

Trigliserida Gliserol Sabun Kalium

Gambar 13. Reaksi Penyabunan

2.7.7 Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida didefiniskan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap

1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat

kerusakan lemak atau minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen

pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Peroksida ini dapat

ditentukan dengan metode iodometri (Ketaren, 1986).

O2

H3C CH CH CH3

O O

H3C CH CH CH3

+ 2HI

H3C CH2 CH2 CH3 + H2O2 + I2

I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Gambar 14. Reaksi Bilangan Peroksida

21

Page 24: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

2.8 GCMS

Kromatografi gas spektroskopi massa adalah teknik analisis yang

menggabungkan dua metode analisis yaitu Kromatografi Gas dan Spektroskopi

Massa. Kromatografi gas merupakan metode analisis dimana sampel terpisahkan

secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan

dapat dilihat berupa kromatogram). Sedangkan spektroskopi massa adalah metode

analisis dimana sampel yang akan dianalisis diubah menjadi ion-ionnya, dan

massa dari ion-ion tersebut dapat diukur (hasil deteksi dapat dilihat berupa

spektrum massa) (Lingga, 2004).

Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang

diinginkan, sedangkan bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detektor)

akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut, karena bisa mendapat spektrum

bobot molekul pada suatu komponen yang dapat dibandingkan langsung dengan

Library (reference) pada software. Sampel-sampel yang dapat dianalisis dengan

menggunakan GCMS, harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya: (Lingga,

2004).

1) Dapat diuapkan pada hingga suhu 4000C

2) Secara termal stabil (tidak terdekomposisi pada suhu 4000C)

3) Sampel-sampel lainnya dapat dianalisis setelah melalui tahapan preparasi

khusus.

22

Page 25: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Gambar 15. Skema GC-MS

Proses pemisahan pada GC terjadi di dalam kolom (kapiler) melibatkan

dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Dimana fase diam adalah zat yang ada di

dalam kolom, dan fase gerak adalah gas pembawa (Helium atau Hidrogen) dengan

kemurnian tinggi yaitu 9.995%.

Proses pemisahan terjadi karena terdapat perbedaan kecepatan alir tiap

molekul di dalam kolom. Perbedaan tersebut dapat di sebabkan oleh perbedaan

afinitas antar molekul dengan fase diam yang ada di dalam kolom (Lingga, 2004).

Proses pendeteksian sampel pada MS, pertama sampel yang berasal dari

GC diubah menjadi ion-ion gasnya terlebih dulu. Kemudian ion-ion tersebut

dilewatkan melalui suatu penganalisis massa (Mass Analyzer) yang berfungsi

secara selektif untuk memisahkan ion dengan satuan massa atom yang berbeda.

Terakhir ion-ion tersebut dideteksi oleh Electron Multiplier Detector (lebih peka

dari detektor biasa) (Lingga, 2004).

Bagian-bagian dari instrumentasi kromatografi gas menurut Lingga (2004)

adalah sebagai berikut:

1) Pengatur aliran gas (gas flow controller), untuk mengatur aliran gas di dalam

GC

23

Page 26: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

2) Injektor (Sample Injector) sebagai tempat injeksi sampel. Adapun fungsinya

adalah: menguapkan sampel, mencampur sampel dengan gas pembawa, dan

menyalurkan campuran gas tersebut ke dalam kolom.

3) Kolom (Column) Sebagai tempat terjadinya pemisahan molekul-molekul

dalam sampel. Umumnya GC menggunakan kolom kapiler (capillary column).

Sedangkan bagian-bagian spektrometer massa menurut Lingga (2004)

adalah:

1) GCMS Interface memiliki fungsi untuk mengirimkan sampel dari GC ke MS

dengan meminimalkan kehilangan sampel saat pengiriman. Untuk GCMS

QP2010, menggunakan interface sambungan langsung (direct interface).

Artinya kolom langsung masuk ke dalam alat MS. Model interface seperti ini

memiliki kelebihan dalam penyesuaian suhu yang lebih cepat, dari dingin ke

panas atau sebaliknya

2) Sumber ion (ion source), memiliki fungsi untuk mengionkan sampel yang

berbentuk gas sebelum dianalisis di penganalisis massa

3) Pompa vakum (vacuum pump), dua tipe vakum yang dimiliki GCMS QP2010

yaitu: a) pompa vakum tinggi untuk mengurangi dan mempertahankan tekanan

pada MS saat analisis. b) pompa vakum rendah untuk mengurangi tekanan

udara luar di dalam MS.

4) Penganalisis massa (mass analyzer), terdiri dari empat batang logam yang

dapat diberi muatan (Quadrupole), baik positif maupun negatif. Berfungsi

secara selektif mengatur voltase dari muatan batangan logam untuk berbagai

massa ion. Sehingga ion-ion yang dapat melewatinya hanya ion-ion yang

sesuai dengan voltase dan massa ion yang diinginkan.

24

Page 27: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Gambar 16. Sistematika Kerja Quadrupole dalam MS

5) Detektor, ion-ion yang keluar dari penganalisis massa dideteksi dan jumlahnya

diukur oleh detektor. Dalam GCMS QP2010 menggunakan Electron

Multiplier Detector. Kelebihannya adalah sensitivitas yang lebih baik dari

detektor biasa.

Setelah data terdeteksi, lalu data dikirim ke sistem pengolah data (pada

personal komputer) untuk diolah sesuai dengan tujuan analisa (Lingga, 2004).

2.9 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk mengukur

absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh

suatu atom/molekul. Spektrofotometer dikembangkan beberapa puluh tahun lalu

untuk keperluan para fisikawan dan kimiawan dalam mempelajari struktur

molekul dan mengembangkan dengan teori molekul. Kini, spektrofotometer juga

banyak digunakan untuk berbagai seperti studi bahan alam, lingkungan ataupun

untuk mengontrol suatu proses kimiawi dalam industri (Edogawa, 2006).

Menurut Aisyah (2008), penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah

gugus fungsional/gugus kromofor (gugus dengan ikatan tidak jenuh) yang

mengandung elektron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah. Dengan

melibatkan 3 jenis elektron yaitu : sigma, phi dan non bonding elektron.

25

Page 28: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Kromofor-kromofor organik seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil

mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang

maksimalnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom

adalah gugus fungsional yang mempunyai elekron bebas, seperti hidroksil,

metoksi dan amina. Terikatnya gugus auksokrom pada gugus kromofor akan

mengakibatkan pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih

besar (bathokromik) yang disertai dengan peningkatan intensitas (hyperkromik).

Spektrofotometer UV-Vis merupakan instrumentasi analisis untuk

penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada

daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm).

Analisis ini dapat digunakan dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel

yang diukur (Edogawa, 2006).

Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum

Lambert-Beer, menurut Edogawa (2006) yaitu:

Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang

diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya

yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam

bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat

dipicu atau diimbaskan oleh berkas cahaya yang keluar setelah melewat i

bahan/medium tersebut dapat dituliskan dalam bentuk sederhana sebagai berikut:

I = T x I0

26

Page 29: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Dimana I adalah intensitas berkas cahaya keluar, I0 adalah intensitas berkas

cahaya masuk/datang, dan T adalah transmitansi. Jika transmisi dinyatakan dalam

prosentase, maka

%T = (I/I0) x 100 (dalam satuan %)

Hukum Beer menyatakan bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus

dengan konsentrasi dan ketebalan bahan/medium, yakni

A = c l

dengan ialah absorbtivitas molar (molar absortivity), c ialah konsentrasi larutan

dalam mol perliter (mol/L), dan l ialah panjang wadah sample yang dilintasi

cahaya, dinyatakan dalam sentimeter (cm)

Kombinasi dari kedua hukum tersebut (Hukum Beer-Lambert) dapat dituliskan

sebagai berikut:

atau

%T = (I/I0) x 100 = exp ( -ï c l)

A = log (I/I0) = c l

Gambar 17. Skema Absorbansi pada Spektrofotometer UV-Vis

Komponen yang penting sekali dari suatu spektrofotometer menurut

Underwood dan R. A Day (2001)., secara skema ditunjukkan dalam gambar 18.

27

Page 30: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Gambar 18.Diagram Sederhana dari Spektrofotometer UV-Vis

a. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah

spektrum dimana instrumen itu dirancang untuk beroperasi.

b. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengisolasi pita sempit

panjang-panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh

sumber cahaya.

c. Suatu wadah untuk sampel (kuvet).

d. Suatu detektor, yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya menjadi

suatu isyarat listrik.

e. Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat

isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.

f. Suatu sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat

listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Adsorbansi

(A)

Penyebab kesalahan sistematik menurut Aisyah (2008), yang sering terjadi

dalam analisis menggunakan spektrofotometer adalah:

28

Page 31: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

a) Serapan oleh pelarut

Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi

matrik selain komponen yang akan dianalisis.

b) Serapan oleh kuvet

Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.

Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan

kualitas yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan

oleh kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang

sama untuk tempat blangko dan sampel.

c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat

rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi

sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui

pengenceran atau pemekatan).

29

Page 32: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pangan, Pusat Laboratorium

Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terletak di Jl. Ir. H. Juanda No. 95,

Ciputat, Tangerang 15142 selama 8 bulan yaitu dari bulan 22 April sampai 20

November 2008.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi seperangkat alat gelas,

botol semprot, kertas saring, wadah, inkubator, pipet mikro ukuran (200 l, 500

l,1000 l), tabung reaksi, oven, seperangkat alat titrasi, Sentrifugase High

Surval, timbangan analitik, Piknometer, Refraktometer Abbe, penganas air,

spektrofotometer UV-Vis Lamda 25 Perkin Elmer, GCMS QP2010 Shimadzu

dengan kolom RTX-1MS.

3.2.2 Bahan Penelitian

Buah kelapa yang berasal dari Pandeglang-Banten, inokulum tempe

(Rhizopus orizae) dari pasar ciputat, metanol, DPPH, n-hexane, vitamin E, BF3

dalam metanol (14% b/v), benzen, larutan Wijs, etanol, KOH, KI, asam asetat,

NaOH, HCl, natrium tiosulfat, kloroform, kanji, fenolftalein.

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian aktivitas antioksidan minyak kelapa murni (VCO)

disajikan pada gambar 20 di bawah ini:

30

Page 33: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

kelapa

Santan

VCO

Fermentasi ragi tempe

1%, 2 %, 5%, 7 %,

10 %, 12% (b/v)

Uji Sifat Fisiko Kimia Uji Aktivitas

Antioksidan Karakterisasi

Asam Lemak

- Kadar air - Berat jenis - Indeks bias - Asam lemak bebas

- Bil. iod - Bil. penyabunan

- Bil. peroksida

Metode DPPH GCMS

Gambar 20. Desain Penelitian

31

Page 34: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

3.4 Cara Kerja

3.4.1 Pembuatan Santan dari Buah Kelapa

Kelapa dikupas kulit dan cangkangnya kemudian diparut dan diberi air

dengan suhu 350C dengan perbandingan 1:1 (berat), lalu disaring dan didiamkan

selama 30 menit agar santan kental terpisah dari air. Santan kental inilah yang

akan difermentasikan dengan Rhizopus orizae.

3.4.2. Fermentasi Santan dengan Rhizopus orizae

Dimasukkan 100 mL santan kental ke dalam masing-masing wadah

tertutup dan ditambahkan dengan variasi konsentrasi ragi 1%, 2 %, 5 %, 7 %, 10

% dan 12 % (b/v). Dibiarkan selama 24 jam lalu dilihat hasil yang diperoleh.

Terdapat tiga lapisan yaitu minyak, blondo dan air. Minyak yang terdapat

dilapisan atas kemudian diambil dengan menggunakan sendok makan, minyak

yang dihasilkan disaring dengan kertas saring agar minyak terbebas dari air dan

zat pengotor lainnya, kemudian diukur volumenya dengan menggunakan gelas

ukur sehingga diperoleh volume dari VCO. Dilakukan pengulangan sebanyak tiga

kali (triplo).

3.4.3 Uji Sifat Fisiko Kimia

1. Kadar Air (SNI 01-3555-1998)

Botol timbang dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C selama satu

jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang dan

dicatat bobotnya. Minyak ditimbang sebanyak 5 gram pada botol timbang yang

sudah dicatat bobot konstannya, kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu

32

Page 35: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

1050C selama satu jam dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu

ditimbang dan dilakukan duplo.

Kadar Air = m1 – m2 x 100% m1

m1 = bobot cuplikan

m2 = bobot cuplikan setelah pengeringan

2. Indeks Bias (Apriyantono, 1989)

Beberapa tetes minyak diteteskan pada prisma refraktometer Abbe, yang

sudah distabilkan pada suhu tertentu, dan dibiarkan selama 1 – 2 menit untuk

mencapai suhu refraktometer, lalu dilakukan pembacaan indeks bias. Sebelum dan

sesudah digunakan prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol.

R = R’ – K (T’ – T)

R = indeks bias pada suhu standar

R’ = indeks bias pada suhu pembacaan

K = 0.000385 untuk minyak

T’ = suhu pembacaan

T = suhu standar

3. Berat Jenis (Apriyantono, 1989)

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan lalu ditimbang. Isi piknometer

dengan akuades bersuhu 20 – 300C. Pengisian dilakukan sampai air dalam botol

direndam dalam bak air yang bersuhu 250C selama 30 menit. Botol diangkat dari

bak dan dikeringkan dengan kertas pengisap, kemudian ditimbang botol dengan

isinya.

Berat jenis minyak = berat botol dan minyak – berat botol kosong

berat air pada suhu 250C

33

Page 36: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

4. Asam Lemak Bebas (SNI 01-3555-1998)

Sebanyak 2 gram sampel ditimbang ke dalam erlenmeyer 250 ml.

ditambahkan 50 ml etanol 95 %, 5 tetes indikator PP dan dititer dengan larutan

standar NaOH 0.1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15

detik). Dilakukan duplo dan dihitung kadar asam lemak bebas dalam sampel.

Kadar asam lemak bebas = M x V x T

10 m

M = bobot molekul asam lemak (untuk minyak kelapa M = 200)

V = volume NaOH yang diperlukan dalam peniteran (ml)

T = normalitas NaOH

m = bobot sampel (gram)

5. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)

Ditimbang 1 gram sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan

15 ml kloroform untuk melarutkan lemak. Ditambahkan 25 ml larutan Wijs,

erlenmeyer tersebut ditutup rapat dan disimpan selama 1 jam dalam ruang gelap.

Ditambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 100 ml air suling. Ditutup erlenmeyer

dengan segera, dikocok dan dititer dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dan

larutan kanji sebagai indikator. Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan blanko.

Kemudian dihitung bilangan iod dalam sampel.

Bilangan iod = 12.69 x T x (V3 – V4) m

T = normalitas larutan standart natrium tiosulfat 0.1 N

V3 = volume larutan tio 0.1 N yang diperlukan pada peniteran blanko (ml)

34

Page 37: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

V4 = volume larutan tio 0.1 N yang diperlukan pada peniteran sampel (ml)

m = bobot sampel (gram)

6. Bilangan Penyabunan (SNI 01-3555-1998)

2 gram sampel ditimbang ke dalam labu erlenmeyer 250 ml, ditambahkan

25 ml KOH alkohol 0.5 dan beberapa batu didih. Dihubungkan erlenmeyer

dengan pendingin tegak dan dididihkan di atas pemanas listrik selama 1 jam.

Ditambahkan 0.5 – 1 ml fenolftalein ke dalam larutan tersebut dan titer dengan

asam klorida 0.5 N sampai warna indikator berubah menjadi tidak berwarna.

Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan blanko. Kemudian dihitung bilangan

penyabunan dalam sampel.

Bilangan penyabunan = 56.1 x T x (V0 – V1) m

V0 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan dalam peniteran blanko (ml)

V1 = volume HCl 0.5 N yang diperlukan dalam peniteran sampel (ml)

T = normalitas HCl 0.5 N

m = bobot sampel (gram)

7. Bilangan Peroksida (SNI 01-3555-1998)

Sampel ditimbang ke dalam erlenmeyer 100 ml sebanyak 5 gram.

Kemudian ditambahkan 10 ml kloroform dan dilarutkan sampel dengan cara

menggoyangkan erlenmeyer. Ditambahkan 15 ml asam asetat glasial dan 1 ml

larutan KI jenuh, ditutup dengan segera erlenmeyer tersebut dan dikocok kira-kira

5 menit ditempat gelap pada suhu 150C – 250C. Ditambahkan 75 ml air suling dan

kocok dengan kuat dan dititer dengan larutan standart natrium tiosulfat 0.02 N

35

Page 38: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

dengan larutan kanji sebagai indikator. Dilakukan duplo dan dilakukan penetapan

blanko. Kemudian dihitung bilangan peroksida dalam sampel.

Bilangan peroksida = (V1 – V0) x T x 1000 m

V0 = volume natrium tiosulfat yang diperlukan dalam peniteran blanko (ml) V1

= volume natrium tiosulfat yang diperlukan dalam peniteran sampel (ml)

T = normalitas larutan standar natrium tiosulfat yang digunakan

m = bobot sampel (gram)

3.4.4 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

Sampel dilarutkan dalam n-hexan dengan konsentrasi 250, 500, 750 dan

1000 ppm dan sebagai kontrol positif, vitamin E dibuat dengan konsentrasi 500

ppm. Sebanyak 2250 l sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

ditambahkan 2250 l vitamin E, kocok. Kemudian ditambahkan 500 l larutan

DPPH 0.05 mM lalu kocok. Sebagai kontrol positif, vitamin E dimasukkan ke

dalam tabung reaksi sebanyak 4500 l dan ditambahkan DPPH sebanyak 500 l

lalu kocok. Selanjutnya serapan diukur pada panjang gelombang 509 nm.

% Hambatan = A blanko - Asampel x 100% Ablanko

3.4.5 Karakterisasi VCO dengan GCMS

Agar asam lemak penyusun suatu minyak dapat diukur dengan

kromatografi gas, diubah lebih dahulu menjadi senyawa yang mudah berubah

menjadi gas yaitu dalam bentuk ester asam lemak (Winarno, 1989).

a) Esterifikasi Asam Lemak dengan metanol-BF3 (Apriyantono, 1989)

Ke dalam tabung reaksi yang berisi VCO ditambahkan 2 ml pelarut

benzen, kemudian ditambahkan 2 ml metanol-BF3. Botol ditutup dan campuran

36

Page 39: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

tersebut dikocok, kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 3 menit.

Untuk menghentikan reaksi, ke dalam campuran ditambahkan 1 ml air destilat

dimana campuran akan terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan atas mengandung

ester-ester metil yang larut dalam benzen, sedangkan lapisan bawah adalah

campuran metanol, air dan katalis asam. Botol disentrifusa untuk memisahkan

kedua lapisan tersebut dan selanjutnya lapisan benzen dipindahkan ke dalam botol

kecil lainnya. Sampel siap untuk dianalisis dengan GCMS.

b) Analisis Asam Lemak dengan GCMS (Apriyantono, 1989)

Asam lemak dari minyak dilakukan menggunakan gas kromatografi (GC)

setelah melalui proses esterifikasi terlebih dahulu. GCMS yang digunakan adalah

merk Shimadzu tipe QP 2010, dengan menggunakan kondisi operasional sebagai

berikut:

Gas : Helium

Kolom : RTX-1MS, Fase diam : Polymetil siloxant

Suhu : Injektor: 2800C, Oven: 800C – 2800C, 200C/menit,

Interface: 3000C

Kontrol mode : Split

Column flow : 1.14 ml/min

Split ratio : 200

Mode ionisasi : Electron Impact

Solven delay : 3 menit

M/Z : 45.00 – 350.00

37

Page 40: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Fermentasi dengan Rhizopus orizae

Dalam pembuatan minyak kelapa murni melalui proses ekstraksi

komponen minyak dari santan digunakan panas minimum, dikarenakan pada suhu

35°C asam kaproat akan mulai terurai, dan pada suhu di atas 60°C asam-asam

lemak yang lain, seperti kaproat dan kaprilat menguap. Dasar inilah yang

digunakan untuk memilih air hangat (suam-suam kuku, dengan suhu antara 350C

sampai 40°C) sebagai air perasan santan. Selanjutnya, air perasan santan di

fermentasi dengan Rhizopus orizae dengan variasi inokulum 1%, 2%, 5%, 7%,

10% dan 12% (b/v).

Volume minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui proses

fermentasi dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4.Volume Minyak Kelapa Murni

Volume Minyak Kelapa Murni (ml) Perlakuan

(b/v) A B C Rata-rata 1% 2% 5% 7%

10% 12%

26 27 31 23

20 24

28 35 28 19

22 16

29 30 23 27

23 18

27.67 30.67 27.33 23.00

21.67 19.33

keterangan: A,B,C = pengulangan

Berdasarkan tabel 4 di atas, terlihat bahwa konsentrasi optimum untuk

memperoleh VCO maksimum adalah pada konsentrasi 2% (b/v) ragi terhadap

volume santan yang dihasilkan sebesar 30.67 ml. Hal ini dikarenakan antara

inokulum dan medium sesuai dengan nutrisi yang ada pada medium santan dan

cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bagi inokulum tersebut.

38

Page 41: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Hasil analisa statistik rancangan acak lengkap dengan menggunakan SPSS

menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae berpengaruh secara

nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan dengan nilai F hitung > F tabel dan

Ho ditolak, artinya konsentrasi ragi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap

volume VCO yang dihasilkan, dengan probabilitas sebesar 0,024 ( < 0,05)

sehingga Ho ditolak. (lampiran 5)

4.2 Sifat Fisiko Kimia

Analisis mutu produk minyak kelapa murni hasil fermentasi dilakukan

terhadap beberapa parameter, meliputi: kadar air, indeks bias, densitas, kadar

asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan penyabunan dan bilangan peroksida.

4.2.1 Kadar Air

Banyak konsumen VCO muntah karena ketengikan, tengik ini terjadi

karena hidrolisis akibat tingginya kadar air di dalam VCO. Hal ini ternyata

disebabkan karena tingginya kandungan air, seperti yang telah diketahui bahwa

berat jenis minyak lebih ringan dari berat jenis air (Sutarmi dan Rosaline, 2005).

Hasil analisis kadar air dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Air dalam VCO

Ulangan

Kadar Air % Kadar Air

Rata-rata % Standar CODEX 19-1991

rev.2-1999 1 2

0.0940 0.0838

0.0889

Maks. 0,1 – 0,5 %

Hasil analisis kadar air VCO adalah sebesar 0,0889 persen menunjukkan

bahwa kandungan air dalam minyak kelapa murni sangat rendah. Hal ini

dikarenakan dilakukannya penyaringan sebanyak 2 kali dan rendahnya kadar air

inilah yang memungkinkan minyak kelapa murni tahan lama untuk disimpan dan

tidak cepat menjadi tengik. Air, baik yang terdapat di dalam minyak maupun yang

39

Page 42: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

berasal dari udara adalah penyebab utama terjadinya ketengikan, hal ini

disebabkan hidrolisis lemak dalam media air menghasilkan gliserol dan asam-

asam lemak bebas tak jenuh yang teroksidasi lebih lanjut sehingga menjadi

senyawa aldehid yang berbau tengik (Alam Syah, 2005).

4.2.2 Indeks Bias

Nilai indeks bias suatu jenis minyak dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu

yang lebih tinggi indeks bias semakin kecil. Hasil uji indeks bias pada suhu 260C

dan 400C dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Indeks Bias VCO

Ulangan Indek Bias

(260C) Rata-rata

(260C Indeks Bias

(400C) Standar CODEX 19-1991

rev.2-1999 (400C)

1 2

1.454 1.454

1.454

1,448

1,448 – 1,451

Indeks bias dari minyak yang dihasilkan sebesar 1,448. Pengujian indeks

bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian minyak dan dapat

menentukan dengan cepat terjadinya hidrogenasi katalisis (catalytic

hydrogenation). Semakin panjang rantai karbon dan semakin banyak ikatan

rangkap, indeks bias bertambah besar. Indeks bias yang diperoleh dari sampel

termasuk dalam standar mutu Codex.

4.2.3 Massa Jenis ( Densitas)

Densitas atau massa jenis adalah perbandingan berat dari volume sampel

minyak dengan berat air yang volumenya sama pada suhu tertentu (biasanya

ditentukan pada suhu 250C). Hasil analisis massa jenis VCO dapat dilihat pada

tabel 7.

40

Page 43: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

Tabel 7. Hasil Analisis Berat Jenis VCO

Ulangan

Massa Jenis

Rata-rata Standar CODEX 19-1991

rev.2-1999 1 2

0.9214 0.9213

0.921

0,908 – 0,921

Berat jenis yang didapat sesuai dengan standar mutu Codex yaitu sebesar

0,908 – 0,921 untuk VCO dan berat jenis dari minyak yang dihasilkan sebesar

0,921.

4.2.4 Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas terdapat di dalam minyak atau lemak sejak bahan

mulai dipanen dan jumlahnya akan terus bertambah selama proses pengolahan dan

penyimpanan. Keberadaan asam lemak bebas biasanya dijadikan indikator awal

terjadinya kerusakan minyak (Alam Syah, 2005). Hasil analisis kadar asam lemak

bebas dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Asam Lemak Bebas dalam VCO

Ulangan Asam Lemak

Bebas Asam Lemak Bebas

Rata-rata Standar CODEX 19-

1991 rev.2-1999

I II

0.2884% 0.2884 %

0.2884%

0.5%

Hasil analisis kadar asam lemak bebas minyak kelapa murni sebesar

0,2884 persen menunjukkan bahwa minyak tersebut memiliki kualitas yang bagus

dikarenakan kandungan air yang sedikit dalam minyak dan pada proses yang tidak

menggunakan pemanasan serta pada saat penyimpanan yang terlindung dari

cahaya dan udara yang dapat menghasilkan asam lemak bebas. Hasil ini sudah

memenuhi standar codex yaitu 0.5%.

41

Page 44: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

4.2.5 Bilangan Iod

Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100

gram minyak atau lemak. Asam lemak bebas yang tidak jenuh dalam minyak dan

lemak mampu menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh.

Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau

ikatan tidak jenuh. Hasil analisis bilangan iod VCO dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Hasil Analisis Bilangan Iod VCO

Ulangan

Bilangan Iod Bilangan Iod

Rata-rata Standar CODEX 19-1991

rev.2-1999 I II

8,4903 8,2208

8,3555 mg iod/g sampel

6.3 – 10.6 mg iod/g sampel

Data analisis menunjukkan, minyak VCO mempunyai bilangan iod yaitu

8,3555 mg iod/g sampel. Angka ini sesuai dengan standar codex 6,3 – 10,6 mg

iod/g sampel, hal ini terjadi dikarenakan komponen asam lemak jenuh (ikatan

tunggal) yang banyak terdapat dalam minyak dan sedikitnya asam lemak tak

jenuh (ikatan rangkap). Semakin besar bilangan iod, maka semakin banyak ikatan

rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak. Sedangkan semakin banyak

ikatan rangkap dalam suatu minyak, maka minyak tersebut akan semakin mudah

rusak, karena sifatnya yang mudah teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa

kimia atau proses pemanasan.

4.2.6 Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan ialah jumlah alkali yang dibutuhkan untuk

menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan dinyatakan dalam

jumlah miligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gram

42

Page 45: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

minyak atau lemak. Hasil analisis bilangan penyabunan VCO dapat dilihat pada

tabel 10.

Tabel 10. Hasil Analisis Bilangan Penyabunan VCO

Ulangan Bilangan

Penyabunan Bilangan Penyabunan

Rata-rata Standar CODEX 19-

1991 rev.2-1999

I II

389,39 387,90

388,65 mg KOH/g

248 – 265 mg KOH/g

Data analisis bilangan penyabunan minyak VCO adalah sebesar 388,65

mg KOH/gram contoh, angka ini relatif lebih besar dari standar untuk angka

penyabunan minyak kelapa yaitu 255 – 265 mg KOH/gram contoh. Besarnya

bilangan penyabunan bergantung dari massa molekul minyak. Minyak yang

memiliki berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang lebih

tinggi. Hal ini diduga erat kaitannya dengan kandungan asam lemak dari minyak

VCO yang terdiri dari 95% berupa asam lemak rantai sedang.

4.2.7 Bilangan Peroksida

Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat

kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat

oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Hasil analisis

bilangan peroksida VCO dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Analisis Bilangan Peroksida VCO

Ulangan

Bilangan Peroksida Bilangan Peroksida

Rata-rata Standar CODEX 19-

1991 rev.2-1999

I II

0,04 0,04

0,04 meq/kg minyak

3 meq/kg minyak

Analisis bilangan peroksida digunakan untuk menentukan tingkat

kerusakan oksidasi minyak atau lemak. Kerusakan oksidasi berlangsung apabila

43

Page 46: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan ikatan rangkap pada minyak atau

lemak. Senyawa peroksida merupakan produk yang terbentuk pada awal proses

oksidasi, yang sifatnya tidak stabil dan mudah terdekomposisi. Hasil analisis

bilangan peroksida sebesar 0,04 meq/kg minyak menunjukkan bahwa tingkat

kerusakan oksidasi minyak kelapa murni masih relatif rendah, hal ini dikarenakan

asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam VCO relatif kecil yaitu sebesar 5%.

4.3 Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan diukur dengan metode DPPH, dengan standar vitamin

E sebagai pembanding pada konsentrasi 500 ppm. Hasil analisis dapat dilihat pada

tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan VCO Metode DPPH

% Hambatan

Blanko

Vitamin E

Sampel + Vitamin E

-

21.16

27.51

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan

bahwa minyak VCO mempunyai aktivitas antioksidan sebesar 6.35 % pada

konsentrasi 1000 ppm, sedangkan pada konsentrasi 250, 500 dan 750 ppm tidak

terlihat adanya aktivitas antioksidan berdasarkan uji perubahan warna DPPH dari

ungu menjadi kuning. Apabila dibandingkan dengan aktivitas vitamin E sebesar

21.16 % pada konsentrasi 500 ppm, aktivitas antioksidan VCO lebih rendah.

Aktivitas antioksidan yang sangat kecil disebabkan vitamin E yang terkandung

dalam VCO relatif kecil dan juga pada penelitian ini yang diuji masih berupa

ekstrak kasar, sehingga masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung

44

Page 47: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas lebih kuat dibandingkan

ekstraknya serta optimasi metode yang kurang tepat untuk senyawa nonpolar.

4.4 Hasil Analisis Komposisi Asam Lemak dengan GCMS

Minyak kelapa murni yang dibuat juga dilakukan analisis kandungan asam

lemak dengan menggunakan GCMS merck Shimadzu QP2010 dengan kondisi

operasional gas pembawa helium kolom RTX-1MS dengan fase diam Polymetil

siloxant dengan laju alir 1,14 ml/menit. Hasil analisa dengan GCMS menunjukkan

kromatogram sebagai berikut:

45

Page 48: EVA SILVIA-FST.pdf

DocumentToPDF trial version, to remove this mark, please register this software.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi Rhizopus orizae

berpengaruh secara nyata terhadap volume VCO yang dihasilkan (signifikansi

0,024) pada konsentrasi 2%.

2. Analisis sifat fisiko kimia Virgin Coconut Oil hasil fermentasi menunjukkan

sebagian besar parameter masih termasuk ke dalam Standar Codex meliputi;

kadar air, indek bias, densitas, kadar asam lemak bebas, bilangan iod dan

bilangan peroksida, semua termasuk dalam standar mutu Codex, kecuali

bilangan penyabunan sebesar 388,65 mg KOH/ g sampel.

3. Minyak kelapa murni (VCO) yang dihasilkan melalui fermentasi Rhizopus

orizae memiliki aktivitas antioksidan sebesar 6.35% pada konsentrasi 1000

ppm.

5.2 Saran

Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut guna diperolehnya aktivitas

antioksidan yang lebih besar serta metode yang lebih sesuai untuk senyawa

nonpolar.

50