Euthanasia
-
Upload
iki-kudusukses -
Category
Sports
-
view
6.236 -
download
29
Transcript of Euthanasia
EUTHANASIAMENURUT HUKUM DI
INDONESIA
KELOMPOK 6 IKP REG 1A
PENGERTIAN
Bahasa Yunani
• EU : Baik
• Thanasia : mati
• EUTHANASIA : kematian yang baik tanpa penderitaan Juga disebut Mercy Killing ( mati dg. Tenang )
EUTHANASIA : adalah perbuatan yang
dengan sengaja memperpendek hidup
ataupun dengan sengaja tidak
memperpanjang hidup demi
kepentingan si pasien oleh seorang
dokter ataupun bawahan yang
bertanggung jawab kepadanya.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Men. Kes/SK/X/1983 tentang kode Etik Kesehatan’ Dokter yang melakukan tindakan euthanasia ( aktif khususnya ) dapat diberhentikan dari jabatannya, hal in sesuai pasal 10 SK MenKes. Yaitu:
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup makluk insani.
Kode etik
KODE ETIK INDONESIA
EUTHANASIA1. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan
aman tanpa penderitaan dan bagi mereka yangberiman dengan menyebutkan nama Allah dibibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankanpenderitaan si sakit dengan memberinya obatpenenang
3. Mengakhiri penderitaan hidup orang sakitdengan sengaja atas permintaan pasien sendiridan keluarganya
UNSUR UNSUR EUTHANASIA
1. Ada tindakan yang dilakukan dengan sengajauntuk mengakhiri hidup seseorang
2. Tindakan tersebut dilakukan atas dasar rasabelas kasihan , karena penyakit orang tersebuttidak mungkin dapat disembuhkan .
3. Proses mengakhiri hidup yang dengansendirinya berarti juga mengakhiri penderitaantersebut dilakukan tanpa menimbulkan rasasakit pada orang yang menderita tersebut.
4. Pengakhiran hidup tersebut
dilakukan atas permintaan orang itu sendiri atau atas permintaan
keluarganya yang merasa dibebani oleh keadaan yang menguras tenaga, pikiran, perasaan dan keuangan.
JENIS EUTHANASIA
FRANS MAGNIS SUSENO
1. EUTHANASIA PASIF
membiarkan pasien meninggal
tanpa pemberian terapi/tindakan - dokter
tidak terlibat
2. EUTHANASIA AKTIF tidak LANGSUNG
Dokter terlibat – pemberian obat
3. EUTHANASIA AKTIF LANGSUNG
Dokter langsung terlibat :
• Memberi obat tidak sesuai dosis
• Memberi obat tidak untuk peruntukannya
EUTHANASIA AKTIF
EUTHANASIA AKTIF SUKARELA
Dokter persetujuan pasien/keluarga
EUTHANASIA AKTIF TERPAKSA
Dokter – tanpa persetujuan pasien/kel
EUTHANASIA PASIF DIBEDAKAN
EUTHANASIA PASIF SUKARELA
Atas permintaan keluarga/pasin
EUTHANASIA PASIF TERPAKSA
Dokter – harapan sembuh tidak ada Pasien/keluarga tahu
Euthanansia menurut hukum
Pasal 338: “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.”
Pasal 340: “Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya duapuluh tahun.”
Pasal 344: “Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya duabelas tahun.”
Pasal 345: “Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.”
- Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-
benar sedang sakit & tidak dapat diobati, misalnya kanker. - Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan
hidupnya kecil & tinggal menunggu kematian.- Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin.
- Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah dokter keluarga yang merawat pasien & ada dasar penilaian dari dua orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan euthanasia.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:
Hak azasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan hak hidup, hak damai, & sebagainya. Tapi tidak tercantum jelas adanya hak seseorang untuk mati. Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran HAM, terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung menyalahkan tenaga medis dalam pelaksanaan euthanasia. Sebenarnya, dengan dianutnya hak untuk hidup layak & sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari segala penderitaan yang hebat.
Aspek Hak Azasi Manusia
Kreteria mati
Dilihat dari nafas; Tidak berfungsinya jantung -----gerak nadi tidak geraknya/ berfungsinya jantung, karena
pendarahan otak
Prof Dr. Mahar Mardjono ( Ex Rektor UI ) -----
belum tentu pendarahan otak pasti mati
Dr. Yusuf Misbach ( Ahli Syaraf ) ada 2 kematian otak : 1. Kematian korteks otak, yang merupakan pusat
kegiatan intelektual 2. Kematian batang otak
Para fuqoha ( Dr. Peunoh Doly ) ukuran hidup orang
ada 4 macam: Adanya gerak/ nafas; Adanya suara/ bunyi; Kemampuan berfikir; dan Kemampuan merasakan lewat pancaindra
Euthanansia menurut agama
Kelahiran & kematian merupakan hak prerogatif Tuhan & bukan hak manusia sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri.
Pada dasarnya agama melarang euthanansia baik pasif maupun aktif.seperti dalam ajaran agama islam sudah di jelaskan
1. Islam sangat menghargai jiwa, lebih- lebih jiwa manusia.Al Qur`an surat Al Israa ayat 33:
Artinya; Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya ), melainkan dengan suatu alas an yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara dzalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, dan janganlah ahli waris itu melampau batas dalam mdembunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan
Al Qur`an Surat Al Baqarah ayat 178
Artinya: Hari Orang yang beriman diwajibkan atas kamu qishash beerkenaan dengan orang – orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat pemaafan dari saudaranya hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang abik, dan hendaklah (orang yang diberi maaf) membayar (diya) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampau batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
Al Qur`an Surat Maa`idah ayat 45
Artinya: Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka- lukapun di qishashnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qishashnya ), maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yuang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang- oaring yang zalim.