Euis Yuniastuti Editan_2

8
FEBRUARI 2013, VOLUME 5 NOMOR 1 31 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA V-1 BALIKPAPAN Euis Yuniastuti Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tridharma Jalan A.Wahab Syachranie No.7 Batu Ampar Balikpapan Abstract: This research was designed as a classroom action with three-cycle learning process research which took place in SMP Kartika V-1 Balikpapan and purposes on improving process skillsand learning outcomes in Biology subject of seventh grade students through environmental exploration approach. Throughout the research, the researcher had a role as the teacher, whilst the researcher’s acquaintances handled the observation activity. All research data obtainment was carried out by completing observation forms, interviewing students, arranging field notes, taking documentations, and conducting tests. Qualitative analysis was conducted to explicate the students’ learning motivation and process skills profile, whilst quantitative analysis was also conducted to explain the improvement of students’ learning outcomes. The results show the significant improvement in students’ process skills (59.38% average accomplishment on cycle I, 72.50% on cycle II, and 83.75% on cycle III) and learning outcomes(42.22% average learning accomplishment on cycle I, 56.67% on cycle II, and 83.33% on cycle III) on each cycle. Based on the research analysis, it can be concluded that implementing guided inquiry is a viable strategy to improve process skills and students’ learning outcomes, which consecutively impacts the improvement of students learning accomplishments. Kata kunci: keterampilan proses, hasil belajar, jelajah alam sekitar PENDAHULUAN Pada hakikatnya, biologi sebenarnya merupakan pendidikan berorientasi kehidup- an, serta lingkungan dan pelaksanaannya sa- ngat dipengaruhi oleh lingkungan masyara- kat. Rasanya tidak sesuai jika pembelajaran biologi hanya dilakukan di ruang kelas tanpa adanya kegiatan lapangan. Dengan demikian, guru biologi sangat perlu menguasai materi biologi secara lebih mendalam dengan pende- katan serta keterampilan mengajar yang baik. Selain itu, biologi masih diajarkan de- ngan sistem hafalan sehingga kurang me- ngembangkan proses berpikir. Proses pem- belajaran siswa dilaksanakan secara pasif (Nuryani, 2005). Seharusnya, pembelajaran biologi yang baik ialah pembelajaran yang dilandaskan pa- da prinsip keterampilan proses, dimana siswa dididik untuk menemukan dan mengem- bangkan sendiri fakta dan konsepnya sendiri. Penerapan keterampilan proses dalam pembelajaran biologi dapat diintegrasi di da- lam kegiatan praktikum siswa, akan tetapi di- butuhkan pendekatan pembelajaran khusus agar keterampilan proses siswa terus ber- kembang, salah satunya ialah pendekatan

Transcript of Euis Yuniastuti Editan_2

  • FEBRUARI 2013, VOLUME 5 NOMOR 1

    31

    UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR

    BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR

    PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA V-1 BALIKPAPAN

    Euis Yuniastuti

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tridharma

    Jalan A.Wahab Syachranie No.7 Batu Ampar Balikpapan

    Abstract: This research was designed as a classroom action with three-cycle

    learning process research which took place in SMP Kartika V-1 Balikpapan and

    purposes on improving process skillsand learning outcomes in Biology subject of

    seventh grade students through environmental exploration approach. Throughout

    the research, the researcher had a role as the teacher, whilst the researchers acquaintances handled the observation activity. All research data obtainment was

    carried out by completing observation forms, interviewing students, arranging field

    notes, taking documentations, and conducting tests. Qualitative analysis was

    conducted to explicate the students learning motivation and process skills profile, whilst quantitative analysis was also conducted to explain the improvement of

    students learning outcomes. The results show the significant improvement in students process skills (59.38% average accomplishment on cycle I, 72.50% on cycle II, and 83.75% on cycle III) and learning outcomes(42.22% average learning

    accomplishment on cycle I, 56.67% on cycle II, and 83.33% on cycle III) on each

    cycle. Based on the research analysis, it can be concluded that implementing guided

    inquiry is a viable strategy to improve process skills and students learning outcomes, which consecutively impacts the improvement of students learning

    accomplishments.

    Kata kunci: keterampilan proses, hasil belajar, jelajah alam sekitar

    PENDAHULUAN

    Pada hakikatnya, biologi sebenarnya

    merupakan pendidikan berorientasi kehidup-

    an, serta lingkungan dan pelaksanaannya sa-

    ngat dipengaruhi oleh lingkungan masyara-

    kat. Rasanya tidak sesuai jika pembelajaran

    biologi hanya dilakukan di ruang kelas tanpa

    adanya kegiatan lapangan. Dengan demikian,

    guru biologi sangat perlu menguasai materi

    biologi secara lebih mendalam dengan pende-

    katan serta keterampilan mengajar yang baik.

    Selain itu, biologi masih diajarkan de-

    ngan sistem hafalan sehingga kurang me-

    ngembangkan proses berpikir. Proses pem-

    belajaran siswa dilaksanakan secara pasif

    (Nuryani, 2005).

    Seharusnya, pembelajaran biologi yang

    baik ialah pembelajaran yang dilandaskan pa-

    da prinsip keterampilan proses, dimana siswa

    dididik untuk menemukan dan mengem-

    bangkan sendiri fakta dan konsepnya sendiri.

    Penerapan keterampilan proses dalam

    pembelajaran biologi dapat diintegrasi di da-

    lam kegiatan praktikum siswa, akan tetapi di-

    butuhkan pendekatan pembelajaran khusus

    agar keterampilan proses siswa terus ber-

    kembang, salah satunya ialah pendekatan

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN

    PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA

    V-1 BALIKPAPAN

    Euis Yuniastuti

    32

    pembelajaran Jelajah Alam Sekitar. Melalui

    pendekatan ini, siswa tetap didorong untuk

    secara aktif menyusun eksperimen hingga

    menyimpulkan hasilnya namun tetap dibe-

    rikan arahan/bimbingan dari guru.

    Melalui pembelajaran ini, siswa diha-

    rapkan memiliki kemampuan menguasai kon-

    sep, meningkatkan kreativitas, dan kesadaran

    dalam memahami permasalahan yang ber-

    kaitan dengan pelestarian lingkungan. Keter-

    libatan siswa secara aktif dalam pendekatan

    pembelajaran ini dapat membantu mereka

    memecahkan permasalahan nyata dan meres-

    pon secara aktif terhadap fenomena alam di

    sekitar mereka

    Berdasarkan pengamatan/analisis la-

    pangan, permasalahan yang dapat diiden-

    tifikasi antara lain:

    1) Proses pembelajaran masih berpusat pada guru

    2) Siswa kurang aktif dan kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

    3) Siswa kurang mampu memecahkan serta menyikapi permasalahan yang

    dihadapinya.

    4) Pembelajaran lebih mementingkan segi hafalan.

    5) Siswa kurang mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan nyata.

    6) Guru kurang siap dalam perencanaan pembelajaran.

    7) Pembelajaran kurang bermakna. Adapun ruang lingkup penelitian ini

    antara lain:

    1) Keterampilan proses siswa yang diukur ada delapan aspek yakni mengajukan hi-

    potesis, menggunakan alat/bahan, melak-

    sanakan percobaan, mengamati, menggo-

    longkan, melakukan komunikasi, menaf-

    sirkan informasi, dan menerapkan konsep

    2) Hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif dan diukur melalui pre-test, tes formatif 1

    dan 2, tes akhir siklus, dan post-test

    3) Materi pembelajaran dibatasi pada materi Pencemaran Lingkungan

    4) Subjek dalam penelitian ialah siswa kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan sejum-

    lah 30 orang

    Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

    rumusan masalah yang diteliti adalah: (1) Ba-

    gaimana peningkatan keterampilan proses

    sains siswa kelas VII SMP Kartika V-1 Ba-

    likpapan dengan pendekatan pem-belajaran

    jelajah alam sekitar?; dan, (2) Bagaimana pe-

    ningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas

    VII SMP Kartika V-1 Balikpapan dengan

    pendekatan pembelajaran jelajah alam se-

    kitar?

    Pembelajaran Biologi di Tingkat SMP Menurut Dimyati (2002, 7), Belajar

    merupakan tindakan dan perilaku siswa yang

    kompleks. Siswa adalah penentu terjadinya

    proses belajar, yang terjadi karena siswa

    mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan

    sekitar berupa keadaan alam, benda-benda,

    hewan, tumbuhan, manusia, atau hal-hal lain

    yang dijadikan bahan belajar.

    Siswa yang belajar sains, menurut

    Susanto (2003, 6) tidak lagi menerima infor-

    masi tentang produk sains, tetapi melakukan

    proses ilmiah untuk menemukan fakta dan

    membangun konsep dan prinsip di bidang

    sains. Khususnya untuk pembelajaran biologi

    pada tingkat SMP, pemberian pengalaman se-

    cara langsung perlu ditingkatkan dengan de-

    mikian siswa mampu menerapkan teori yang

    telah dipelajari dalam biologi bagi kehidupan

    mereka sehari-hari. Oleh karena itu siswa

    perlu dibantu untuk mengembangkan sejum-

    lah keterampilan proses agar mereka mampu

    mengeksplorasi dan memahami fenomena

    alam sekitar (Asmani, 2009).

    Pembelajaran Jelajah Alam Sekitar (JAS)

    Sebagai Pendekatan Pembelajaran Biologi

    Jelajah Alam Sekitar merupakan suatu

    pendekatan pembelajaran yang menekankan

    pada pemanfaatan lingkungan alam sekitar

    kehidupan siswa, baik lingkungan fisik, so-

  • FEBRUARI 2013, VOLUME 5 NOMOR 1

    33

    sial, maupun budaya sebagai obyek belajar

    biologi yang fenomenanya dipelajari melalui

    kerja ilmiah (Marianti et.al., 2005). Pende-

    katan JAS dalam penerapannya mencakup

    hal-hal inovatif, yaitu konstruktivisme, pene-

    rapan proses sains, proses inkuiri, proses eks-

    plorasi alam sekitar, dan penerapan alter-

    native assessment.

    Pendekatan JAS merupakan pendekatan

    kodrat manusia dalam upaya mengenali alam

    lingkungannya (Ridlo, 2005). Pembelajaran

    melalui pendekatan JAS memungkinkan sis-

    wa mengembangkan potensinya sebagai ma-

    nusia yang memiliki akal budi. Pendekatan

    JAS menekankan pada kegiatan belajar yang

    dikaitkan dengan lingkungan alam sekitar ke-

    hidupan siswa dan dunia nyata, sehingga se-

    lain dapat membuka wawasan berpikir yang

    beragam, siswa juga dapat mempelajari ber-

    bagai konsep dan cara mengaitkannya dengan

    masalah-masalah kehidupan nyata. Berda-

    sarkan hal tersebut, maka hasil belajar siswa

    akan lebih bermakna bagi kehidupannya, se-

    bagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan

    integritas dirinya.

    Pendekatan JAS dikembangkan berda-

    sarkan pemikiran Piaget dan Vygotsky yang

    menekankan pada konstruktivisme kognitif

    dan sosial. Seseorang akan lebih efektif

    dalam proses belajar jika kognitifnya secara

    aktif mengalami rekonstruksi, baik ketika

    berbenturan dengan suatu fenomena maupun

    kondisi sosial (Saptono, 2003). Sebagai im-

    plikasinya, pembelajaran seharusnya mem-

    perhatikan pengembangan konseptual dan pe-

    mahaman siswa. Hal penting yang perlu di-

    perhatikan dalam penerapan pengembangan

    konseptual dan pemahaman siswa adalah se-

    bagai berikut:

    a. Guru bertindak sebagai fasilitator seka-ligus motivator yang tercermin dalam ke-

    giatan yang dikembangkan dalam pem-

    belajaran.

    b. Pembelajaran memungkinkan siswa bela-jar dalam kelompok.

    c. Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk meng-

    ekspresikan kemampuan dan gagasannya,

    baik lisan, performance, maupun tulisan.

    Pembelajaran dengan pendekatan JAS,

    mengajak siswa untuk mengenal obyek, ge-

    jala dan permasalahan, menelaah dan me-

    nemukan simpulan atau konsep tentang

    sesuatu yang dipelajarinya (Ridlo, 2005).

    Konseptualisasi dan pemahaman diperoleh

    siswa tidak secara langsung dari guru atau

    buku, akan tetapi melalui kegiatan ilmiah, se-

    perti mengamati, mengumpulkan data, mem-

    bandingkan, memprediksi, membuat per-

    tanyaan, merancang kegiatan, membuat hipo-

    tesis, merumuskan simpulan berdasarkan data

    dan membuat laporan secara komprehensif.

    Secara langsung, siswa melakukan eksplorasi

    terhadap fenomena alam yang terjadi. Feno-

    mena tersebut dapat ditemui di lingkungan

    sekeliling siswa atau fenomena alam (biologi)

    sehingga akan sangat membantu siswa untuk

    mengamati sekaligus memahami gejala atau

    konsep yang terjadi.

    Keterampilan Proses Sains Menurut Semiawan (1992, 12), kete-

    rampilan proses ialah keterampilan fisik dan

    mental terkait dengan kemampuan-kemam-

    puan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai,

    dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmi-

    ah, sehingga para ilmuan berhasil menemu-

    kan sesuatu yang baru. Rangkaian keteram-

    pilan proses menurut Rustaman et.al (2003,

    191) antara lain mengamati, menggolongkan,

    menafsirkan, meramalkan, menerapkan, me-

    rencanakan penelitian, dan mengkomunikasi-

    kan.

    Pelaksanaan penilaian keterampilan

    proses siswa bisa berupa tes dan non-tes. Pe-

    nilaian berupa tes dilakukan dengan membuat

    pertanyaan dalam bentuk esai (sisi subjek-

    tivitas/individualisme siswa) atau pilihan

    ganda (objektivitas siswa). Akan tetapi peni-

    laian berupa tes seringkali hanya memberi

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN

    PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA

    V-1 BALIKPAPAN

    Euis Yuniastuti

    34

    peluang tebakan sehingga berbeda dari kon-

    disi siswa sesungguhnya. Penilaian berupa

    non-tes menurut Sumiati dan Asra (2008) dan

    Arikunto (2009) membutuhkan sebuah lem-

    bar pengamatan yang dapat berisi rubrik, daf-

    tar cek, atau skala bertingkat. Penilaian ke-

    mampuan siswa didasarkan pada jenis-jenis

    kriteria yang telah ditetapkan, yakni pembe-

    rian level unjuk kerja secara kuantitatif

    dengan angka 1, 2, 3, dan 4 dan secara kuali-

    tatif sebagai interpretasinya.

    Hasil Belajar Sudjana (1990, 22) mengemukakan

    bahwa hasil belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

    menerima pengalaman belajarnya. Kemam-

    puan tersebut meliputi pengetahuan, keteram-

    pilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap yang

    merupakan tingkah laku belajar, dan hasil

    belajar pada hakikatnya ialah adanya peru-

    bahan tingkah laku sebagai hasil dari proses

    pembelajaran.

    Hasil belajar menurut Dimyati dan

    Mudjiono (2002, 174-176) dapat digolongkan

    menjadi tiga ranah utama, yakni ranah kog-

    nitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

    Dalam biologi, ranah yang lazim diukur ialah

    ranah kognitif, yakni melalui tes.

    Menurut Purwanto (2010), seluruh skor

    hasil pasca-tes dari masingmasing siswa apa bila dikurangi skor pra-tes akan menghasil-

    kan skor perolehan belajar. Dapat disimpul-

    kan, hasil belajar biologi ialah kemampuan

    yang dimiliki siswa setelah mengikuti ke-

    giatan pembelajaran biologi, diukur dengan

    tes dan dinyatakan dengan angka.

    Penelitian Tindakan Kelas Menurut Arikunto (2009), Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK) merupakan gabungan

    definisi dari tiga kata, penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan meng-

    gunakan aturan metodologi ilmiah untuk

    memperoleh data/informasi yang bermanfaat

    bagi peneliti atau orang-orang yang berke-

    pentingan. Tindakan ialah suatu gerak ke-

    giatan dalam bentuk rangkaian periode/siklus

    yang sengaja dilakukan dengan tujuan mem-

    perbaiki mutu proses belajar mengajar. Kelas

    ialah sekelompok siswa yang dalam waktu

    dan tempat yang sama menerima pelajaran

    yang sama dari seorang guru yang sama.

    Menurut Aqib (2009, 6), manfaat PTK

    bagi guru antara lain untuk memperbaiki

    pembelajaran, profesionalisme, dan keper-

    cayaan diri guru. PTK juga membantu

    sekolah untuk berkembang sebagai konse-

    kuensi adanya kemajuan pada diri guru dan

    pendidikan di sekolah tersebut.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian yang dilakukan merupakan

    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang ditu-

    jukan untuk melakukan perbaikan dan pe-

    ningkatan layanan profesional guru. Subjek

    penelitian ialah siswa kelas VII-1 SMP Kar-

    tika V-1 Balikpapan Tahun Pelajaran 2011/

    2012 yang berjumlah 30 siswa. Penelitian di-

    lakukan dari bulan Juni sampai bulan Agus-

    tus tahun 2012 dan berlokasi di SMP Kartika

    V-1 Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.

    Penelitian ini terdiri dari tiga siklus

    pertemuan yang masingmasing terdiri dari empat tahap: merencanakan, melakukan tin-

    dakan, mengamati, dan merefleksi. Materi

    pembelajaran pada siklus 1 ialah pencemaran

    udara, pada siklus 2 ialah pencemaran tanah,

    dan pada siklus 3 ialah pencemaran air. Se-

    tiap siklus terdiri dari tiga pertemuan dan di-

    akhir tiap pertemuan dilakukan evaluasi be-

    rupa tes formatif 1 (setelah pertemuan 1), tes

    formatif 2 (setelah pertemuan 2), dan tes

    akhir siklus (setelah pertemuan 3). Sebelum

    siklus 1 dimulai, kelas diberikan pre-test dan

    setelah siklus 3 berakhir, kelas diberikan

    post-test untuk evaluasi seluruh materi.

  • FEBRUARI 2013, VOLUME 5 NOMOR 1

    35

    Beberapa instrumen penelitian yang

    digunakan antara lain lembar observasi guru,

    lembar observasi siswa, catatan lapangan, dan

    dokumentasi. Pengujian keabsahan data di-

    lakukan dengan empat uji yakni uji kredi-

    bilitas (triangulasi dan diskusi dengan rekan

    sejawat), uji ketersampaian (validitas ekster-

    nal agar dapat dipahami oleh peneliti lain),

    uji dependabilitas (audit untuk menyesuaikan

    dengan prosedur), dan uji konformabilitas

    (uji objektivitas penelitian).

    Analisis data secara kualitatif dilakukan

    dengan memanfaatkan data kualitatif berupa

    hasil observasi, catatan lapangan, dan wa-

    wancara untuk membandingkan proses pem-

    belajaran dari siklus I hingga siklus III. Pe-

    nilaian keterampilan proses siswa dilakukan

    secara semi kualitatif dengan menggunakan

    skor 1 sampai 4 dengan indikasi kurang, cukup, baik, dan sangat baik, sedang-kan penilaian motivasi dilakukan secara semi

    kualitatif pula dengan menggunakan skor 1

    sampai 3 dengan indikasi tidak dilakukan, dilakukan, dan sering dilakukan.

    Analisis data secara kuantitatif dila-

    kukan dengan membandingkan hasil tes for-

    matif 1, tes formatif 2, dan tes akhir pada se-

    tiap siklus, ditambah hasil pre-test sebelum

    siklus I dan post-test setelah siklus III. Nilai

    tes siswa memiliki kriteria ketuntasan mini-

    mal sebesar 65 untuk mengukur persentase

    ketuntasan belajar siswa tiap siklus.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Peningkatan Aktivitas Guru Aktivitas guru terlihat mengalami pe-

    ningkatan dari siklus I sebesar 73,74%, pada

    siklus II menjadi 84,85% dan pada siklus III

    mencapai 92,42%. Pada siklus I, guru masih

    belum siap dan terlalu cepat menjelaskan

    kompetensi dasar sehingga siswa belum siap

    menggabungkan pemahaman terhadap materi

    sebelumnya yang telah disampaikan. Kondisi

    ini berkaitan dengan masalah kesiapan

    (readiness) siswa dalam menerima pembela-

    jaran di awal. Hal ini sesuai dengan teori be-

    lajar asosiasi menurut Thorndike (Slameto,

    2010, 114) yang menyatakan kesiapan ialah

    prasyarat untuk belajar berikutnya.

    Pada siklus II, aktivitas guru meningkat

    sebesar 11,11%. Hal ini disebabkan guru te-

    lah memperbaiki media pembelajaran dengan

    menggunakan LCD dan mengajak siswa ke-

    luar kelas. Menurut Miarso (1984), media

    yang dirancang dengan baik dapat merang-

    sang timbulnya semacam dialog internal da-

    lam diri siswa yang belajar sehingga dapat

    memicu perubahan kualitas dalam diri siswa

    Teori belajar asosiasi menurut Thorndike

    (Slameto, 2010, 114) yang menyatakan ke-

    siapan ialah prasyarat untuk belajar beri-

    kutnya.

    Gambar 1. Diagram rekapitulasi keseluruhan

    hasil pembelajaran jelajah alam

    sekitar

    Pada siklus III, guru sudah menerapkan

    pendekatan pembelajaran jelajah alam sekitar

    dengan maksimal sehingga aktivitas me-

    ningkat menjadi 92,42%. Saat melaksanakan

    praktikum, guru sepenuhnya melakukan bim-

    bingan karena siswa sudah mudah diatur dan

    bertanggung jawab terhadap tugasnya. Guru

    dapat mengelola kelas secara merata sehingga

    siswa memperoleh perhatian yang sama.

    Siswa sudah mampu berdiskusi baik

    secara berkelompok maupun dalam kelas.

    Siswa sudah terbiasa belajar dengan pende-

    katan pembelajaran jelajah alam sekitar. Me-

    nurut Landsberg (Rustaman, 2003), kerja sa-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN

    PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA

    V-1 BALIKPAPAN

    Euis Yuniastuti

    36

    ma ialah proses beregu di mana anggotanya

    saling mendukung untuk mencapai hasil me-

    lalui sumbangan pemahaman dan penguatan

    satu sama lain agar semuanya berpartisipasi.

    Hal ini lah yang terjadi selama siklus III ber-

    langsung.

    Peningkatan Keterampilan Proses Siswa Keterampilan proses siswa mengalami

    peningkatan dari siklus I sebesar 59,38%,

    menjadi 72,50% pada siklus II, dan mencapai

    83,75% pada siklus III. Pada siklus I, kete-

    rampilan proses siswa masih belum maksi-

    mal. Hanya dua kelompok yang masuk dalam

    kategori baik, dua lainnya masih tergolong cukup, dan masih ada satu kelompok yang tergolong kurang. Pada siklus ini, siswa kurang jelas menerima informasi dari guru

    akibat rendahnya inisiatif siswa untuk ber-

    tanya.

    Pada siklus II, terdapat kemajuan dalam

    keterampilan proses siswa, di mana sudah

    tiga kelompok tergolong baik dan dua ke-lompok tergolong cukup, serta tidak ada kelompok yang tergolong kurang. Berda-sarkan pengamatan, pada siklus II satu ke-

    lompok masih salah membuat hipotesis, dise-

    babkan kelompok tersebut masih kurang me-

    nyimak dan banyak bermain.

    Pada siklus III, kemajuan besar terjadi

    pada kelompok siswa, di mana hanya satu

    kelompok yang tergolong cukup, dan em-pat sisanya tergolong baik. Piaget (Hughes, 2012, 30) menemukan bahwa perkembangan

    kognitif sebagian besar bergantung pada se-

    berapa jauh anak akan aktif berinteraksi de-

    ngan lingkungannya. Didalam kelas, penya-

    jian pengetahuan dengan mendorong siswa

    menemukan sendiri pengetahuan tersebut di-

    lakukan melalui interaksi jelajah alam sekitar.

    Peningkatan Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa mengalami pening-

    katan ketuntasan dari siklus I hanya 42,22%

    menjadi 56,67% pada siklus II, dan mencapai

    83,33% pada siklus III. Pada siklus I ketunta-

    san siswa relatif rendah, hanya 15 orang di

    akhir siklus I yang tuntas belajarnya (meraih

    nilai di atas 65).

    Pada siklus II, terjadi peningkatan pada

    setiap pertemuan, di mana pada akhir siklus

    terdapat 20 orang yang tuntas (66,67% dari

    total siswa). Namun dalam catatan lapangan

    siklus II, terdapat penurunan nilai dari tes for-

    matif 1 ke tes formatif 2 pada dua orang sis-

    wa, dan sekitar lima orang siswa mengalami

    penurunan dari tes formatif 2 ke tes akhir

    siklus II. Hal ini disebabkan oleh beberapa

    hal antara lain karena sakit dan materi pen-

    cemaran tanah pada siklus II cukup sulit un-

    tuk dipahami karena kurang berdampak lang-

    sung kepada siswa.

    Pada siklus III, peningkatan juga dapat

    ditemukan pada tiap pertemuan, di mana di

    akhir siklus ketuntasan menjadi 90,00% atau

    hanya sekitar tiga orang siswa yang masih

    belum tuntas.

    Berdasarkan catatan lapangan, ketiga

    siswa tersebut memiliki masalah tersendiri

    yang mempengaruhi prestasi belajar mereka.

    Siswa pertama memiliki masalah pada kondi-

    si fisik yang lemah akibat sakit asma se-

    hingga sulit belajar lebih keras. Siswa kedua

    memiliki masalah dalam membagi waktu

    antara belajar dan bekerja akibat harus mem-

    bantu ekonomi keluarganya. Siswa terakhir

    memiliki masalah psikologis karena kerapkali

    memperoleh intimidasi (bullying) dari orang

    tuanya, berupa amarah dan pukulan saat hasil

    rapot yang buruk.

    Menurut Andrew Mell (Mulyadi, 2010,

    122), bullying terjadi jika seseorang merasa

    teraniaya dan direndahkan orang lain baik

    secara verbal, fisik, maupun mental. Guru bi-

    sa memotivasi anak tersebut untuk selalu

    rajin belajar dan dapat memberi pelajaran

    tambahan.

  • FEBRUARI 2013, VOLUME 5 NOMOR 1

    37

    PENUTUP

    Simpulan Penerapan pendekatan pembelajaran je-

    lajah alam sekitar dapat meningkatkan kete-

    rampilan proses siswa dalam melakukan

    praktikum biologi, khususnya mengenai dam-

    pak pencemaran lingkungan. Tiap siklus, per-

    sentase keterampilan proses siswa mengalami

    kenaikan dari 59,38% (siklus I) menjadi

    72,50% (siklus II), dan terakhir mencapai

    83,75% (siklus III).

    Hasil belajar siswa sebagai dampak dari

    kenaikan keterampilan proses juga menga-

    lami kenaikan di tiap siklus, yakni mulai dari

    ratarata persen ketuntasan sebesar 42,22% (siklus I), menjadi 56,67% (siklus II), dan

    terakhir mencapai 83,33% (siklus III).

    Saran Perlunya penerapan pendekatan pembe-

    lajaran jelajah alam sekitar oleh rekan-rekan

    guru pada tingkat SMP

    Siswa perlu membiasakan diri untuk

    bekerja sama dalam proses pembelajaran,

    khususnya dalam jelajah alam sekitar yang

    berpusat pada siswa itu sendiri

    Peneliti lain disarankan untuk melanjut-

    kan penelitian ini agar dapat memperoleh te-

    muan penelitian yang lebih baik dan kompre-

    hensif dengan kasus dan lingkungan pendi-

    dikan yang berbeda.

    Implikasi Secara teoritis, implikasi dari penelitian

    ini ialah sebagai referensi bagi pengem-

    bangan penelitian tindakan kelas lebih lanjut

    dalam rangka peningkatan keterampilan pro-

    ses, motivasi, dan hasil belajar siswa dalam

    pembelajaran biologi.

    Secara praktis, penelitian ini berimpli-

    kasi terhadap guru, siswa, dan sekolah. Bagi

    guru, pembelajaran jelajah alam sekitar men-

    ciptakan efektivitas dan efisiensi waktu yang

    tinggi dalam mengajar karena pembelajaran

    berpusat pada siswa dan peran guru hanya

    sebatas fasilitator dan pengarah/pembimbing

    siswa. Bagi siswa, pembelajaran jelajah alam

    sekitar berimplikasi langsung terhadap kema-

    juan sikap belajar, kemandirian, kemampuan

    berpikir secara ilmiah, kemampuan berdis-

    kusi, dan bekerja sama siswa. Bagi sekolah,

    pembelajaran jelajah alam sekitar akan ber-

    dampak pada tingginya angka ketuntasan be-

    lajar siswa sehingga akan meningkatkan citra

    sekolah di masyarakat.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S., 2009. Penelitian Tindakan Ke-

    las, Rineka Cipta, Jakarta.

    Asmani, J.M., 2009. Belajar Efektif Untuk

    SMP dan SMA, Diva Press, Yogyakar-

    ta.

    Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan

    Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

    Djamarah, S dan A. Zain, 2002. Pendekatan

    Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakar-

    ta.

    Hidayanto, D.N., 2009.Pemikiran Pendidik-

    an: Dari Filsafat ke Ruang Kelas. Pe-

    nerbit LeKDiS, Jakarta.

    Hughes, A.G. dan E.G. Hughes, 2012. Lear-

    ning and Teaching: Pengantar Psiko-

    logi Pembelajaran Modern, Penerbit

    Nuansa, Bandung.

    Johnson, E.B., 2011. Contextual Teaching &

    Learning (CTL): Menjadikan Kegiatan

    Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan

    Bermakna. Penerbit Kaifa, Bandung.

    Marianti, Aditya, dan E.K. Nugroho, 2005.

    Jelajah Alam Sekitar (JAS). Makalah

    Dipresentasikan pada Seminar dan Lo-

    kakarya Peningkatan Keterampilan Ku-

    rikulum Pendidikan Biologi dengan

    Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Juru-

    san Biologi FMIPA UNNES, Sema-

    rang.

    Miarso, Y., 1984. Teknologi Komunikasi

    Pendidikan: Pengertian dan Penera-

  • JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

    UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN

    PENDEKATAN PEMBELAJARAN JELAJAH ALAM SEKITAR PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA

    V-1 BALIKPAPAN

    Euis Yuniastuti

    38

    pannya di Indonesia, Penerbit Rajawali,

    Jakarta.

    Mulyadi, H., 2010. Diagnosis Kesulitan Bela-

    jar, Penerbit Nuha Litera, Yogyakarta.

    Nur, M., 2005. Asesmen Komprehensif dan

    Berkelanjutan. Makalah Dipresentasi-

    kan dalam Kegiatan Peningkatan Kete-

    rampilan Mengajar dengan Pendekatan

    Jelajah Alam Sekitar Melalui Penga-

    jaran Mikro, Surabaya.

    Nuryani, 2005. Pendekatan Belajar Menga-

    jar Biologi, UM Press, Malang.

    Purwanto, 2010. Evaluasi Hasil Belajar, Pus-

    taka Pelajar, Yogyakarta.

    Rustaman, N. et. al., 2003. Pendekatan Be-

    lajar Mengajar Biologi. FPMIPA-UPI,

    Bandung.

    Semiawan, C.R., 1992. Pendekatan Ketram-

    pilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan

    Siswa dalam Belajar, Penerbit Grasin-

    do, Jakarta.

    Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor

    yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta,

    Jakarta.

    Sudjana, Nana, 1990. Dasardasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesin-

    do, Bandung.

    Sumiati dan Asra, 2008. Metode Pembelajar-

    an, CV Wacana Prima, Bandung.

    Susanto, P., 2003. Keterampilan Dasar

    Mengajar IPA berbasis Konstruktivis-

    me. JICA, Malang.