ETIKA POLITIK MENURUT MAHFUD MD DALAM PERSPEKTIF …repository.radenintan.ac.id/11038/1/SKRIPSI BAB...
Transcript of ETIKA POLITIK MENURUT MAHFUD MD DALAM PERSPEKTIF …repository.radenintan.ac.id/11038/1/SKRIPSI BAB...
ETIKA POLITIK MENURUT MAHFUD MD DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH
SkripsiDiajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana SI Dalam Ilmu Hukum Tata Negara
Oleh:
A FIKRI THIA NAUFALNPM : 1621020405
Program Studi : Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG1441 H / 2020 M
ETIKA POLITIK MENURUT MAHFUD MD DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH
SkripsiDiajukan Untuk Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar
Sarjana SI dalam Fakultas Syariah
Oleh:
A FIKRI THIA NAUFALNPM : 1621020405
Program Studi : Hukum Tata Negara (Siyasah Syar’iyyah)
Pembimbing I : Dr. H. Khairuddin, M.H.
Pembimbing II : H. Rohmat, S.Ag., M.H.I.
FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG1441 H / 2020 M
ii
ABSTRAK
Dalam Dunia politik praktis, terkesan tidak ada etikannya, karena yang dikejar adalah tercapainya tujuan politik dengan segala cara, namun dalam Islam, ada etika politik yang telah dibangun oleh pemikir Muslim, seperti Ibn Abi Rabi’, Al Farabi, Al Mawardi dan Ibn Taymiyyah, pandangan pemikir-pemikir tersebut dapat dijadikan sebagai bahan renungan, acuan, dan evaluasi terhadap kehidupan politik yang ada, tak terkecuali kehidupan berpolitik di Indonesia, sekaligus diterapkan secara rill dalam panggung Politik, dengan cara multi-interprestasinya. Dengan beretika dalam melakukan kegiatan politik, maka diharapkan kehidupan politik yang ada menjadi lebih santun dan membawa kemaslahatan bagi Rakyat.Dari sekian banyak wancana Etika Politik baik etika politik Islam atau lainnya, Mahfud MD merupakan salah satu Tokoh Politik yang membicarakan bahwasannya masalah terbesar di Indonesia adalah Etika baik itu etika dalam kehidupan maupun etika berpolitik, maka dari itu penulis ingin meniliti apa yang dimaksud beliau mengenai etika politik.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah, pertama, Bagaimana etika Politik Menurut Mahfud MD dan kedua, Bagaimana Analisis Fiqh Siyasah terhadap Etika Politik menurut Mahfud MD. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pemikiran etika politik menurut Mahfud MD dan bagaimana pemikiran tersebut dalam Fiqh Siyasah. Signifikansi penelitian ini secara teoritis yakni memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai etika politik, Dapat membawa perkembangan terhadap ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai rujukan tentang Etika Politik tersebut, dan Dapat menjadikan dasar bahan kajian bentuk penelitian secara lebih lanjut serta lebih mendalam tentang Etika Politik. Serta secara praktis yakni Memberikaan sumbangan khususnya tentang ilmu ketatanegaraan sehingga berfungsi untuk mengetahui tentang pandangan Fiqh Siyasah mengenai Etika politik dan pemikiran tokoh khususnya Mahfud MD. Dan Memberikan informasi dan masukan bagi para peneliti berkutnya yang ingin melalakukan penelitian di bidang ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research), dan bersifat deskriptif-analitis, sehingga menggunakan pendekatan berfikir secara Deduktif dan menggunakan metode analisa yakni analisis isi (content analysis), teknik pengumpulan data yang terkumpul diolah melalui proses editing, coding, dan systematizing. Sehingga menjadi bentuk karya Ilmiah yang baik.
Hasil penelitian yang didapat, bahwa Moh. Mahfud MD memandang etika politik sebagai kegiatan berpolitik yang harus mengacu atau berlandaskan dengan Pancasila. Dan dalam Perspektif Fiqh Siyasah terhadap pemikiran Moh. Mahfud MD masih sesuai dengan Fiqh siyasah karena etika politik dalam Fiqh Siyasah tersendiri memiliki arti bahwasanya berpolitik dengan menggunakan Dasar yakni Al-Quran dan Hadist, sehingga setiap melakukan kegiatan politik harus berlandaskan dari Al-Quran dan Hadist, dan dimana pada pemikiran Moh. Mahfud MD bahwasannya etika politik adalah kegiatan politik yang berlandaskan Pancasila yang dimana Pancasila tersendiri sejalan/senapas dengan Ajaran Islam karena Nilai-nilai Islam terkandung di dalam Pancasila.
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
( QS. Al- Anfal (8) : 27 )
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahan kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Daddy Bayu Raharjo dan ibunda Yosi Amrina
yang tiada henti-hentinya mendoakan dan memberikan semua yang terbaik
untukku.
2. Kakakku tercinta Selvita Maharani yang selalu memberikan semangat.
3. Adikku tercinta Reza Bagus Amarta R. Dan Raynaldi Utomo yang selalu
memberikan semangat.
4. Teman-teman CFSquad yakni Ismelia Fathonah, Nezzi Amerta Saputri, Intan
Maharani, Ita Purnama Sari, dan Mian Angelica Habeahaan. yang telah
memberikan dukungan dan semangat agar segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman berenom squad Ani Setiawati, Reza Altedi, Hosinta Nur Asiah,
dan Yusri Romodhon yang selalu memberikan semangat agar segera
menyelesaikan skripsi ini.
6. Terkhusus untuk Ani setiawati, Hoshinta Nur Asiah, Nezzi Amerta Saputri
dan Yustika Maulina P. yang telah sangat membantu saya dalam
meminjamkan sebuah laptop kepada saya, saya ucapkan banyak terima kasih
kepada kalian semoga selalu dilimpahkan pahalanya.
7. Teman Jalan-jalan day Shesa Ria Edhera, M Albar Al-Kautsar, dan Nita
Anggraini.
8. Teman-teman uka-uka squad Desi Yulianti, Andi Firnando, Andri Ratama,
Yusril Iza M, Anggini Yulanda A, dan Rofiqul Ummam yang telah
memberikan semangat untuk segera menyelasikan skripsi ini.
viii
9. Teman-teman seperjuangan khususnya kelas H yang selalu memberi
dorongan dan semangat juang yang tiada hentinya.
10. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung yang saya banggakan.
ix
RIWAYAT HIDUP
A FIKRI THIA NAUFAL dilahirkan pada tanggal 7 juni 1998, di Tanjung
Karang Pusat Bandar Lampung, yaitu putra kedua dari empat bersaudara dan
mempunyai kakak Selvita Maharani serta Adik Reza Bagus Amarta R. dan
Raynaldi Utomo.
Pendidikan penulis bermula di SDN 1 Penegahan Bandar Lampung
ditamatkan pada tahun 2010 setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP Al Azhar
3 Bandar Lampung dan aktif dikegiatan ROHIS tamat pada tahun 2013
pendidikan selanjutnya dialnjutkan di SMA YADIKA Bandar Lampung dan aktif
dalam kegiatan OSIS dan ROHIS tamat pada tahun 2016 kemudian melanjutkan
pendidikannya di UIN Raden Intan Lampung Fakultas Syariah Jurusan Siyasah
Syari’iyah.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, penggenggam diri dan seluruh ciptaanya
yang telah memberikan hidayah, taufik dan Rahmat-nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, Shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang telah mewariskan dua sumber cahaya kebenaran
dalam perjalanan manusia hingga akhir zaman yaitu Al-Quran dan Al-Hadits.
Penulis skripsi ini diajukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Syariah, Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Prof. Dr. Moh.
Mukri, M.Ag.
2. Bapak Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung Sekaligus selaku pembimbing 1 dalam penulisan skripsi Dr. H.
Khairuddin, M.H.
3. Bapak Wakil Dekan I Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung Dr. H. A Khumaidi Jaf’ar, S. Ag., M.H.
4. Ibu Wakil Dekan II Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung Dr. Hj. Zuhraini S.H., M.H.
5. Ibu Wakil Dekan III Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung Dr. Hj. Nurnazli, S.H., S.Ag., M.H.
xi
6. Bapak Ketua Jurusan Siyasah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung Frenki, M.Si.
7. Bapak Sekertaris Jurusan Siyasah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung Hervin Yongky Pradikta, M.H.I.
8. Bapak Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam membimbing
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini H. Rohmat, S.Ag., M.H.I.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah Khususnya program Studi Siyasah
(Hukum Tata Negara) atas Ilmu dan didikan yang telah diberikan.
Prinsip menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, hal itu tidak
lain karena keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki.
Akhirnya harapan-harapan penulis, skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca atau penulis berikutnya untuk perkembangan
Ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Siyasah Syar’iyyah (Hukum Tata Negara).
Bandar Lampung, Januari 2020Penulis,
A Fikri Thia NaufalNPM. 1621020405
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL iABSTRAK iiSURAT PERNYATAAN iiiPERSETUJUAN PEMBIMBING ivPENGESAHAN vMOTTO viPERSEMBAHAN viiRIWAYAT HIDUP viiiKATA PENGANTAR ixDAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUANA. Penjelasan Judul 1B. Alasan Memilih Judul 2C. Latar Belakang Masalah 3D. Fokus Penelitian 9E. Rumusan Masalah 10F. Tujuan Penelitian 10G. Signifikansi Penelitian 10H. Metode Penelitian 11
BAB II LANDASAN TEORIA. Etika Politik 15
1. Pengertian Etika politik 162. Sejarah Etika politik 243. Epistemologi Etika politik 284. Konsepsi Etika politik 335. Etika politik dalam Fiqh Siyasah 35
B. Tinjauan Pustaka 42
BAB III ETIKA POLITIK MENURUT PEMIKIRANMAHFUD MDA. Profil Moh. Mahfud MD 48B. Karya-karya Moh. Mahfud MD 54C. Pemikiran-Pemikiran Moh. Mahfud MD
tentang Etika Politik 59
BAB IV ETIKA POLITIK MAHFUD MD DALAM FIQH SIYASAHA. Etika Politik menurut Mahfud MD 70B. Pespektif Fiqh Siyasah terhadap Etika Politik
menurut Mahfud MD 75
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASIA. Kesimpulan 79B. Rekomendasi 80
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Blanko KonsultasiLampiran 2 Hasil Turnitin Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul “Etika Politik Menurut Mahfud MD Dalam
Perspektif Fiqh Siyasah” untuk menghindari kesalahpahaman dalam
memahami judul skripsi, maka peneliti akan menegaskan beberapa istilah,
sebagai berikut, yaitu:
1. Etika Politik adalah merupakan prinsip moral tentang baik-buruk dalam
tindakan atau perilaku dalam berpolitik. Etika politik juga dapat diartikan
sebagai tata susila (kesusilaan), tata sopan santun (kesopanan) dalam
pergaulan politik.1
2. Mahfud MD adalah Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2011 dan
Hakim Konstitusi periode 2008-2013.2 Beliau seorang guru besar Hukum
Tata Negara sekaligus seorang akademisi yang sangat produktif dalam
mengeluarkan gagasan pemikiran, terutama di bidang Hukum Tata Negara.
Dan dia sekarang Menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan.
3. Fiqh Siyasah adalah Ilmu Tata Negara Islam Yang secara spesifik membahas
tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada umumnya
dan Negara pada khususnya, beberapa penerapan hukum, peraturan,
1Widjaja. H. A. W. Etika Pemerintah. (Jakarta: Bumi Aksara,1997), h. 23.
2“Mohammad mahfud MD”, http://id.wikipedia.org/wiki/mohammad_Mahfud_MD.di akses
tanggal 11 juli 2019.
kebijakan oleh pemegang kekuasaan yang benafaskan atau sejalan dengan
ajaran Islam.3
Berdasarkan beberapa uraian dari istilah-istilah di atas, maka yang
dimaksud dari judul skripsi ini adalah bagaimana kajian Etika Politik menurut
Mahfud MD serta pemikiran etika politik Menurut Mahfud MD dalam perspektif
Fiqh Siyasah.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul “Etika politik
menurut Mahfud MD dalam perspektif Fiqh Siyasah” adalah sebagai berikut:
1. Secara objektif
Karena etika politik sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta di Dunia perpolitikan, etika politik dapat memberdayakan
mekanisme kontrol masyarakat terhadap pengambilan kebijakan para pejabat
agar tidak menyalahi etika. Sehingga etika politik akan menjamin tercapainya
harkat martabat sekaligus meninggikan akhlak bangsa. Sehingga menarik
untuk dibahas dan dilakukan penelitian. Untuk mengkaji dan menganalisis
lebih dalam tentang etika politik, terutama bagaimana pemikiran etika politik
menurut Mahfud MD.
2. Secara Subjektif
3I. Gede Panjth Astawa, Dinamika Hukum Dan Ilmu Perundang-Undangan
Diindonesia.(Bandung: PT. Alumi, 2008),h. 56.
a. Pokok bahasan ini sesuai dengan jurusan yang penulis tekuni yaitu Siyasah
syar‟ iyyah.
b. Permasalahan tersebut menarik untuk dibahas dan dilakukan penelitian.
untuk mengkaji lebih dalam dan menganalisis Etika politik menurut
Mahfud MD dalam perspektif Fiqh Siyasah.
c. Literatur dan bahan-bahan atau data-data yang diperlukan menunjang
sebagai referensi kajian dalam usaha menyelesaikan skripsi.
d. Pembahasan ini belum pernah dibahas sebelumnya di Fakultas Syariah Dan
Jurusan Siyasah syar‟iyyah.
C. Latar Belakang Masalah
Suatu keyakinan yang selalu ada dalam pandangan etika, bahwa pada
dasarnya manusia itu baik. Politik dalam pandangan etika tidak lebih dari suatu
alat, sama dengan Negara itu sendiri, hanyalah suatu alat yang berfungsi untuk
mengatur kehidupan manusia dalam sebuah Negara.4
Etika merupakan dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan etika
adalah barometer peradaban bangsa. Suatu bangsa dikatakan berperadaban tinggi
ditentukan oleh bagaimana warga bangsa bertindak sesuai dengan aturan main
yang disepakati bersama. Perilaku dan sikap taat pada aturan main
memungkinkan aktifitas dan relasi antar sesama warga berjalan secara wajar,
efisien, dan tanpa hambatan bearti. Masyarakat jawa misalnya, dituntut dan
4Burhanuddin Salam, Etika Sosial: Asas Moral dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h. 113.
diajarkan untuk memahami benar tentang arti penting etika. Sebab, etika yang
juga sering disebut unggah-ungguh, tata karma, sopan santun. Dan budi pekerti
membuatnya mampu secara baik menempatkan diri dalam pergaulan sosial, dan
itu akan sangat menentukan keberhasilan dalam bermasyarakat
Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup Negara karena teori
politik menyelidiki Negara sebagai politik yang mempengaruhi hidup
masyarakat, selain itu politik menyelidiki ide-ide, azaz-azaz, sejarah
pembentukan Negara, hakekat Negara, serta bentuk dan tujuan Negara.5
Politik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia
dalam bermasyarakat dan bernegara, karena Negara tanpa adanya sistem atau
unsur politik tidak akan berjalan dan meskipun dilain sisi politik juga sering
dianggap suatu masalah atau hal yang negatif karena penuh dengan praktik-
praktik kotor dan tidak bermoral, maka permasalahanya bagaimana merubah
praktik kotor itu menjadi bermoral dan rasional.6
Politik sesungguhnya merupakan bagian dari filsafat politik. Akan tetapi,
perlu dipertegas bahwa filsafat disini tidak diartikan sebagai kebijaksanaan
hidup, sikap hati, sistem nilai, pandangan dunia, usaha kebatinan, atau cita-cita
mengenai hal-hal yang luhur tetapi dalam arti ilmiah yang berciri akademis dan
bersumber realitas7
5Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat (Bandung : PT. Refrika Aditama, 2010),h. 64.
6Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Islam di Era Reformasi (Jakarta: Paramadina,
1999),h.26. 7Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (bandung: CV. Pustaka setia,2012),h.7.
Ketika filsafat dihubungkan dengan politik, ia melahirkan filsafat politik,
ketika filsafat politik dihubungkan dengan etika, ia melahirkan etika politik.8
Pada masa kontemporer dunia politik sering dianggap negatif, karena pada
kenyataan praktik politik yang dijalankan saat ini sering menggunakan cara-cara
tidak baik dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh tujuan dan
kepentingan yang harus diperoleh baik itu untuk indivdu atau golongan tertentu
(kelompok).
Dapat dilihat pada masa kini (kontemporer) bahwasanya yang terjadi
dalam politik yang dijalankan lebih mementingkan kepentingan
individu/kelompok, dan masih banyak sekali berpolitik tanpa menggunakan rasio
yang ada, sehingga mengutamakan perasaan dan tidak mengutamakan
kepentingan bernegara.
Seharusnya berpolitik dilakukan dengan cara damai, jujur, demokratis,
penuh tanggung jawab. sehingga politik tersebut sesuai dengan tujuan politik itu
tersendiri. Pada realitas yang ada masih banyak Para kelompok elit politik sudah
sering melupakan prinsip-prinsip nilai etika dan moralitas dalam berpolitik.
Etika politik sesungguhnya merupakan bagian dari filsafat politik. Akan
tetapi, perlu dipertegas bahwa filsafat di sini tidak diartikan sebagai
kebijaksanaan hidup, sikap rendah hati, sistem nilai, pandangan Dunia usaha
kebatinan, atau cita cita mengenai hal-hal luhur, tetapi dalam arti ilmiah yang
berciri akademis dan bersumber realitas. Ketika filsafat dihubungkan dengan
8Ibid., h.7.
politik, ia melahirkan filsafat politik, ketika filsafat politik dihubungkan dengan
etika, ia melahirkan etika politik.9
Pada dasarnya kurangnya kesadaran dalam etika berpolitik saat ini,
karena banyaknya jual beli kekuasaan dalam dunia politik yang mengakibatkan
kesempatan kepada para pemimpin atau kelompok elit politik untuk bertindak
semena-mena atau menyalahgunakan kekuasaan, dan sering melakukan
kebohongan publik sehingga rakyat akan selalu dirugikan, dan para pemimpin
atau kaum elite politik mendapatkan keuntungan untuk mereka sendiri, sehingga
Demokrasi yang memiliki makna dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Itu tidak
tercapai karena para pemmpin saat ini kurang memiliki/memahami etika politik
yang sudah ada.
Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2001 mengamanatkan perlu
ditegakkan etika kehidupan berbangsa yang meliputi etika sosial dan budaya,
etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakan hukum
yang berkeadilan dan kesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk
dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengn arah kebijakan dan kaidah pelaksanaannya, serta
menjiwai seluruh pembentukan undang-undang sesuai dengan ketetapan MPR RI
Nomor VI/MPR/2001.10
9 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2012),h.7.
10 Ketetapan Mpr No VItahun2001”http://www.Mpr.go.id/Tap-Mpr-No-vi2001-tentang-
Etika-politik-kehidupan-berbangsa, di akses tanggal 06 september 2019
Dapat dilihat diatas bahwasanya Etika politik itu sudah diatur dalam TAP
MPR RI, tetapi pada kenyataanya belum terealisasikan semestinya dengan apa
yang dimaksud dari TAP MPR tersebut,
Pada kenyataannya pemahaman dan penghayatan tentang Etika Politik
masih jauh dari harapan karena dianggap masih sekedar teori-teori serta masih
sekedar norma-norma perilaku, yang dimana pelanggarnya masih banyak yang
belum dikenakan sangsi yang jelas.
Etika poltik tidak memiliki kewenangan untuk menawarkan suatu sistem
moral individu, sikap moral, ataupun suatu norma sebagai dasar Negara. Ia
bersifat reflektif dan metaril. Dalam arti tidak mengembangkan prinsip-prinsip
moral politik secara mengawang-awang dan hanya mengandalkan rasionalitas
semata. Akan tetapi, etika berangkat dari realitas yang telah dikaji berdasarkan
ilmu politik.11
Kenyataanya hidup ini tidak dapat dilepaskan dalam politik. Setiap
manusia hidup didalam organisasi yang bernama Negara dan dapat ia
memperjuangkan hak-hak dan keyakinan melalui organisasi Negara itu, Islam
sendiri diyakini sebagai agama yang kaffah atau sempurna yang ajaranya
mencangkup semua kehidupan, termasuk politik. Islam tidak hanya mengajarkan
ibadah madhah tetapi ia mengajarkan juga muammalah dalam arti luas yang
11
Ibid.,h.50.
mencakup semua segi kehidupan yang semuanya harus berujung pada
pertanggungjawaban dalam kehidupan akhirat.12
Dalam Islam, etika politik identik dengan akhlaq siyasi. Akan tetapi,
sebagian ahli, membedakan antara konsep akhlaq dan etika. Etika tetap
dipandang produk pemikiran yang memiliki kebenaran relatif (zdhony), diangkat
dari filsafat, dan bersifat rasional (ta’aquli). Konsep akhlaq cenderung
(tanaqauli) dan (tasyri’iy) banyak dibangun atas dasar dalil qath’iy yang di
impiklasi kebenaranya pun relatif qath’I. konsep akhlaq selalu merujuk pada
idealitas tatanan kehidupan yang baik dan benar, baik individu atau masyarakat
atas dasar tuntunan syariat Islam yang sakral, yang bersumber pada Al Quran dan
hadits Nabi.13
Etika politik Islam relatif berbeda dengan etika politik umum sebab etika
politik Islam memiliki dasar yang sakral dari wahyu Tuhan dan Sunnah Rosul.
Interpreasi yang bersifat deduktif dari nash Al-Quran dan Sunnah Rosul menjadi
sesuatu yang niscaya. Demikian pula sebaliknya ketika realiatas sosial muncul,
legitemasi atas realitas itu pun harus jelas dalam etika politik Islam. Artinya,
realitas yang baik dapat diberi justifikasi sebagai sesuatu yang patut
dipertahankan jika sesuai dengan spirit nash tersebut, meskipun hasil
aktualisasinya tidak memiliki nilai indoktrinasi.14
12
Moh, Mahfud MD. “Membangun politik hukum, menegakan konstitusi” (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h.284. 13
Ayi Sofyan. “etika politik islam“(Bandung: CV Pustaka Setia.2012. cet. Ke-1).h.51. 14
Ibid,.h.20
Sebagaimana etika, sebagai bagian dari filsafat, etika politik mempelajari
realitas, misalnya sistem moral, namun tidak dapat menjadi sistem moral itu
sendiri. Perlu digaris bawahi bahwasanya etika politik membantu
mengejawantahkan sistem moral atau Ideologi Negara yang luhur ke dalam
realitas politik.15
Dalam praktiknya berpolitik itu ada yang ditampilkan secara formal-
struktural dan ada yang dilakukan dengan memperjuangkan penanaman nilai-
nilai substantif.16
Dalam realitas politik, Indonesia secara konstitusional adalah
bukan Negara Islam melainkan Negara Pancasila, sehingga secara formal
kelembagaan tidak memungkinkan bagi umat Islam untuk mewujudkan
seutuhnya prinsip-prinsip Islam tentang hukum terutama dalam bentuknya yang
resmi pula.17
Sehingga di Indonesia pada saat ini berpolitik tidak secara langsung
seutuhnya menggunakan prinsip-prinsip Islam baik itu dalam beretika politik
ataupun yang lainnya, tetapi secara tidak langsung ada sebagaian yang
menggunakan prinsip tersebut, dan ada juga yang tidak menggunakannya tetapi
walaupun tidak memakainya ia tidak bertolak belakang dengan prinsip-prinsip
Islam baik dalam beretika politik ataupun yang lainnya, tetapi pada realitasnya
juga masih banyak baik masyarakat ataupun jajaran pejabat yang kurang
15
Ibid.,h.50 16
Moh, Mahfud MD.”Membangun politik hukum, menegakan konstitusi”(Jakarta: PT Raja
grafindo persada, 2011.cet. Ke-2.).h.284. 17
Ibid., h.281.
memahami etika politik baik itu sesuai prinsip Islam atau tidak. Sehingga di
Indonesia perlu lebih ditekankan lagi tentang Etika politik.
Berkaitan dengan persoalan di atas, penulis ingin membahas pemikiran
Mahfud MD tentang etika poltik, Mahfud MD seorang guru besar Hukum Tata
Negara sekaligus seorang akademisi yang sangat produktif dalam mengeluarkan
gagasan pemikiran, terutama di bidang Hukum Tata Negara.18
Pada beberapa
tahun terakhir ia sering membicarakan mengenai etika politik menurut ia
persoalan terbesar bangsa ini adalah etika, baik etika politik, etika bernegara
maupun etika berbangsa.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini fokus pada pemikiran Mahfud MD tentang Etika
Politik dan kemudian pemikiran tersebut dianalisis dari Fiqh Siyasah yaitu
Siyasah Dusturiyah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dirumuskan
permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Etika Politik menurut Mahfud MD ?
2. Bagaimana pemikiran Mahfud MD tentang Etika politik dalam perspektif
Fiqh Siyasah ?
F. Tujuan penelitian
18
“Mohammad Mahfud MD”, http://id.wikipedia.org/wiki/mohammad_Mahfud_MD.di
akses tanggal 11 juli 2019.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk :
1. Mengetahui Etika politik menurut Mahfud MD.
2. Mengetahui analisis Fiqh Siyasah terhadap Etika Politik menurut Mahfud
MD.
G. Signifikansi/manfaat Penelitian
Adapun signifikansi/manfaat penelitian sebagai berikut :
1. secara teoritis,
a. Memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai Etika Politik.
b. Dapat membawa perkembangan terhadap ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan sebagai rujukan tentang Etika Politik tersebut.
c. Dapat menjadikan dasar bahan kajian bentuk penelitian secara lebih
lanjut serta lebih mendalam tentang Etika Politik.
2. Secara praktis
a. memberikan wawasan kepada penulis dan dalam rangka meningkatkan
disiplin ilmu yang akan dikembangkan sesuai bidang studi yang
merupakan tentang mata kuliah pokok dan diperdalam lebih lanjut lagi
melalui studi-studi yang serupa dengan disiplin ilmu tersebut.
b. Memberikan manfaat bagi semua kalangan masyarakat luas terutama
setiap orang yang ingin memperdalam ilmu Hukum ketatanegaraan di
setiap Perguruan Tinggi Fakultas Hukum .
c. Memberikaan sumbangan khususnya tentang ilmu ketatanegaraan
sehingga berfungsi untuk mengetahui tentang pandangan Fiqh Siyasah
mengenai Etika politik dan pemikiran tokoh khususnya Mahfud MD.
d. Memberikan informasi dan masukan bagi para peneliti berkutnya yang
ingin melalakukan penelitian di bidang ini.
H. Metode penelitian
1. Jenis data dan sumber data
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-
buku literature dan menelaah dari berbagai macam teori dan pendapat yang
mempunyai hubungan revelan dengan permasalahan yang teliti19
.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya penelitian ini termasuk penelitian yang
menggunakan metode deskriptif-analitis20
artinya dengan mendekripsikan
pemikiran seorang tokoh yaitu Mahfud MD mengenai Etika politik secara
19
Ranny Kautun, Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, (Bandung: Taruna
Grafika,2000), h. 38. 20
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi
Aksara,1999),h.26.
komperhensif untuk kemudian di analisa secara logis, sehingga mendapat
suatu kesimpulan terhadap pemikran Mahfud MD tentang Etika politik
dalam pandangan Fiqh Siyasah.
2. Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan Hukum tersier. Untuk lebih
jelasnya berikut ini akan diuraikan tentang sumber data tersebut, yaitu :
a. Sumber bahan Hukum primer
Sumber yang diperoleh penelitian ini secara langsung yang
berasal dari Al-Quran, Hadist, buku atau karya Mahfud MD dan beserta
literatur pemikiran tokoh Mahfud MD yang berhubungan dengan kajian
tentang Etika politik menurut Mahfud MD dalam perspektif Fiqh
Siyasah. Sumber ini diambil dari literatur dan bukan berasal dari
narasumber asli.
b. Sumber bahan Hukum sekunder
Sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung mencakup
dokumen-dokumen resmi, buku-buku. Bahan bahan sekunder diperoleh
oleh referensi, buku-buku, koran, media “online”, jurnal-jurnal atau
tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dengan cara
penelusuran dan penelitian kepustakaan, yaitu mencari data mengenai objek
penelitian21
dan mengumpulkan data mengenai suatu hal atau variabel
tertentu yang berupa catatan, surat kabar, artikel dan lain sebagainya. Teknik
ini dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarsasi,
menganalisis dan mempelajari data-data yan berupa bahan-bahan pustaka
yang berkaitan serta dengan cara menelaah sumber-sumber kepustakaan
tersebut.
4. Metode Pengelolaan Data
Setelah sumber (literature) mengenai data dikumpulkan berdasakan
sumber di atas, maka langkah selanjutnya adalah pengelolahan data yang
diproses sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa ulang, kesesuaian dengan
permasalahan yang akan diteliti setelah data tersebut di kumpul.
b. Penandaan data (coding) yaitu memberikan catatan data yang
menyatakan jenis dan sumber data baik yang bersumber dari Al-Qur‟an
dan Hadist, atau buku-buku literatur lainnya yang relevan dengan
penelitian.
c. Sistematika data (systematizing) yaitu menempatkan data menurut
kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.22
5. Metode Analisis Masalah
21
Suharsin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Ed.) Cet.4 (Jakarta:
Rineka Cipta,1998),h.236 22
Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2015),h .107.
Adapun metode analisis masalah yang digunakan adalah metode
analisis isi (Content Analysis) yaitu penelitian yang bersifat pembahasan
terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media masa. Karena
dengan menggunakan metode analisis isi (Content Analysis) penulis dapat
menganailisis semua bentuk komunikasi. Baik surat kabar, berita radio,
maupun semua bahan-bahan dokumentasi yang lain. Dengan Pendekatan
yang berfikir secara Deduktif secara berfikir yang berpangkalan kaidah-
kaidah bersifat umum yang kemudian ditarik untuk diterapkan kepada
kenyataan yang bersifat khusus.
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengunakan buku pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari‟ah dan buku pedoman penulisan
lainnya yang ada relevansinya dengan penulisan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Etika Politik
Etika politik sesungguhnya merupakan bagian dari filsafat politik. Akan
tetapi, perlu dipertegas bahwa filsafat di sini tidak diartikan sebagai
kebijaksanaan hidup, sikap rendah hati, sistem nilai, pandangan Dunia usaha
kebatinan, atau cita cita mengenai hal-hal luhur, tetapi dalam arti ilmiah yang
berciri akademis dan bersumber realitas. Ketika filsafat dihubungkan dengan
politik, ia melahirkan filsafat politik, ketika filsafat politik dihubungkan dengan
etika, ia melahirkan etika politik. 23
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi secara rasional, obyektif, dan argumentatif. Adalah
salah paham kalau etika politik langsung mau mencampuri politik praktis
sebagaimana etika pada umumnya tidak dapat menetapkan apa yang harus
dilakukan sesorang.24
Tugas etika politik adalah subsider; membantu agar pembahasan masalah-
masalah Ideologis dapat dijalankan secara objektif, artinya berdasarkan argumen-
argumen yang dapat dipahami akan ditanggapi oleh semua yang mengerti
pemasalahaan. Etika politik tidak dapat mengkhobathi para politikus, tetapi dapat
memberikan patokan-patokan orientasi dan pegangan-pegangan normatif bagi
mereka yang memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolak ukur martabat manusia.25
1. Pengertian Etika Politik
23
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia,2012),h.7. 24
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, cet.
2.(Jakarta:PT Gramedia, 1998) H. 2-3. 25
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, cet.
2(Jakarta:PT Gramedia, 1998) H. 3.
Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks
ilmiah, istilah “Etika” pun berasal dari Bahasa Yunani kuno, kata Yunani
ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang
biasaa, pandang rumput, kandang, kebiasaaan, adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat
kebiasaaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latarbelakang bagi terbentuknya
istilah “Etika” yang oleh filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M). jadi,
jika kita membatasi diri pada asal usul ini kata ini, maka “etika” bearti: ilmu
tentang apa yang biasaa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat. Tetapi
menelusuri arti etimologis saja belum cukup apa yang dimaksudkan dengan
istilah “etika”.26
Etika artinya sama dengan kata Indonesia “kesusilaan” yang terdiri
dari bahasa Sansekerta “su” yang bearti baik, dan “sila” yang bearti norma
kehidupan. Etika menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma yang
baik.27
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika
didefinisikan sebagai ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan
26
K. Bertens, Etika (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.4. 27
Inu Kencana Syafiee, Etika Pemerintahan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994),h.1.
tentang hak dan kewajiban moral.28
Di situ, etika dijelaskan dengan
membedakan tiga arti:29
a. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak),
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak,
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Perumusan bisa dipertajam lagi.
Dengan demikian kita sampai pada tiga arti berikut ini:
Pertama, kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya, misalnya, jika orang berbicara tentang
“etika suku-suku Indian”, ”etika agama Budha”, “etika Prostestan”, maka
tidak dimaksud Ilmu, melainkan arti pertama tadi. Kedua, etika bearti juga
kumpulan asas atau nilai norma. Yang dimaksud disini adalah kode etik.
Ketiga, etika mempunyai arti lagi, yaitu ilmu tentang yang baik dan buruk30
.
Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-
asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik atau buruk) yang begitu saja
28
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 2, (Jakarta: Balai
Pustaka,1997), h.271. 29
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, cet.2 (Jakarta: Rajawali Pers,
2012),h.169. 30
Max Weber, Etika Prostestan Dan Semangat Kapitalisme. Terj. Yusup Priyasudiarja.
(Surabaya: Pustaka Promethean,2000), h. 169.
diterima dalam suatu masyarakat sering kali tanpa kita sadari menjadi bahan
refleksi bagus suatu penelitian sistematis dan metodis.31
Sementara itu Sidi Gazalba dalam karya klasiknya, Sistematika
Filsafat, menyuguhkan beberapa pengertian etika dari para ahli:
1. Ensiklopedia Wiker Prins: Etika adalah bagian filsafat yang
memperkembangkan teori tentang tindakan; hujah-hujahnya dan tujuan
yang diarah; diarahkn kepada makna tindakan.
2. New American Encyclopedia: Etika adalah ilmu tentang filsafat moral,
tidak mengeanai fakta, tapi tentang nilai-nilai; tidak mengenai sifat
tindakan manusia, tapi tentang idenya, kareana itu bukan ilmu yang
positif tapi yang normatif.
3. A.S. Hornby Dictionart: Etika adalah ilmu tentang moral atau prinsip-
prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan.
4. A Handbook of Christiab Ethic: Etika adalah ilmu normatif, memandang
manusia sebagai tenaga moral, mempertimbangkan tindakan
kebiasaaanya dan karakter dengan tinjauan tentang benar atau salahnya,
kecendrungannya kepada yang baik dan buruk.32
Berpijak dari pengertian-pengerian diatas, Sidi Gazalba
menyimpulkan bahwa etika merupakan teori tentang perbuatan manusia,
dipandang dari nilai baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
31
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik….., h. 169. 32
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,(Jakarta: Bulan Bintang,1992),h.49-50
Dengan kata lain, etika merupakan ilmu/refleksi sistematik mengenai
pendapat-pendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral.33
Etika mempelajari bagaimana orang harus berbuat antar sesama,
dengan makhluk lain, dan dengan sistem alam. Ekspetasi yang fundamental
adalah, orang harus menghindar dari menjadi penyebab cedera tanpa dasar
yang tak bisa dibenarkan (unjustifiedharm).34
Etika merupakan penelahaan standar moral proses pemeriksaan
standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar
tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan
permasalahan konkret.35
Jadi etika sekaligus kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang
karena etika tidak berwenang untuk menetapkan, apa yang boleh kita
lakukan dan apa yang tidak. Wewenang itu diklaim oleh berbagai pihak yang
memberikan ajaran moral. Lebih karena etika berusaha untuk mengerti
mengapa, atau dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma tertentu.
Ajaran modal dapat diibaratkan dengan buku petunjuk bagaimana kita harus
memperlakukan sepeda motor kita dengan baik, sedangkan Etika
33
Franz Magnis Suseno, Etika Jawa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001),h.6. 34
Deni Elliot, Ethical Challenges: Creatingan Ethics Toolkit,(Authorhouse, 2009),h.17. 35
Manuel G. Velasquez, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus, Ed. 5(Yogyakarta: Andi,
2005).h.12.
memberikan kita pengertian tentang struktur dan teknologi sepeda motor
sendiri.36
Atau ajaran moral itu bagaikan ban pengaman yang dapat
dilemparkan ke kolam untuk menyelamatkan orang yang sedang tenggelam,
sedangkan etika mengajarkan orang bagaimana ia dapat berenang sendiri.
Maka ajaran moral langsung formatif bagi manusia, sedangkan pelajaran
etika secara langsug hanya menyampaikan suatu kecakapan teoritis.37
Politik dalam bahasa Inggris politic, secara leksikal mengandung arti
acting or judging wisely, well judged, prudent (A.P. Cowic, 1974:645);
bijaksana atau dengan bijaksana. Politik dalam Bahasa Latin adalah
politucus, dalam Bahasa Yunani Politicus, berasal dari kata polis yang
bermakna city “kota”. Politik dalam Bahasa Indonesia dipahami dengan tiga
arti, yaitu: 38
1. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahan suatu Negara atau terhadap Negara lain,
2. Tipu muslihat atau kelicikan, dan
3. Dipakai nama sebuah disiplin pengetahuan, yaitu Ilmu Politik.
Pengertian politik secara etimologi, kata “politik” dapat berupa
pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (sistem
36
Franz Magniss, Suseno, Etika Dasar, (Yogyakarta: Kanisius,1987),h.14. 37
Franz Magnis, Suseno, berfilsafat dari konteks, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999),
h.10. 38
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (bandung: CV. Pustaka Setia,2012),h.61.
pemerintahan/dasar pemerintahan). Segala urusan dan tindakan
(kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan Negara atau
terhadap orang lain. Cara bertindak dalam menghadapi dan menangani suatu
masalah. Secara umum, politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem
politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem itu
dan melaksanakan tujuan itu.39
Istilah politik dipakai untuk konsep pengaturan masyarakat menuju
masyarakat politik yang baik, sebagaimana termuat dalam buku Plato dalam
bukunya republic, dan Aristoteles dalam bukunya politeia.40
Menurut Aristoteles, selama manusia menjadi makhluk sosial (zoon
politikon) selama itu pula kita menemukan politik. Ini bearti dalam
kehidupan bersama, manusia memiliki hubungan yang khusus yang
diwarnai oleh adanya aturan yang mengatur kehidupan itu.41
Miriam Budiardjo (2000: 8) mengemukakan pengertian politik
adalah: “pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau Negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
39
http:budisma1.blogspot.com/2011/08/budaya-politik-di-indonesia.html. di akses pada
tanggal 21 desember 2019. 40
Salim G.P., M. Arselkal. Etika Intervensi Negara; Perspektif Etika Politik Ibn
Taimiyah.(Jakarta: Logos,1999).h.35. 41
Philipus, Ng., dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada,2011),h.89.
melaksanakan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan
itu.”42
Menurut Miriam Budiardjo, ada lima pendekatan yang digunakan
untuk mendefinisikan istilah “politik” tersebut. Pendekatan-pendekatan
tersebut yaitu pendekatan kenegaraan (state), kekuasaan (power),
pengambilan keputusan (decision making), kebijaksanaan (policy, belied),
dan pembagian kekuasaan (decision making), atau alokasi (allocation).
Politik selalu menyangkut tujuan masyarakat kegiatan berbagai kelompok,
termasuk partai politik dan kegiatan perorangan.43
Gabriel A. Almond mendefinisikan politik sebagai kegiatan yang
berhubungan dengan kendali pembuatan keputusan publik dalam masyarakat
tertentu di wilayah tertentu, di mana kendali ini disokong lewat instrument
yang sifatnya otoritatif dan koersif.44
Politik memungkinkan individu atau kelompok melakukan beberapa
hal yang tanpanya mereka tidak biasa melakukannya, dan politik juga
membatasi individu atau kelompok dari melakukan apa yang jika tidak ada
politik, mereka akan biasa melakukannya. Politik itu jauh lebih luas
dibanding apa yang dilakukan pemerintah.45
42
Beddy Irawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoretik dan
Empirik, (Jakarta: Rajawali Pers,2012),h.12. 43
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1998), h.8. 44
Basri Seta, Pengantar Ilmu Politik. (Yogykarta: Indie Book Corner. 2011),h.3. 45
David Marsh Dan Gery Stoker, Theory And Methods In Politikcal Science, (New York:
Palgrave Macmillan, 2012). Diterjemahkan Oleh Helmi Mahadi Dan Shohifullah, Teori Dan Metode
Dalam Ilmu Politik, (Bandung: Nusa Media, 2010), h.11.
Berdasarkan penjelasan tentang etika dan politik di atas, maka arti
etika politik adalah kumpulan nilai yang berkenaan dengan akhlak untuk
mengatur dan memimpin sesuatu dengan cara yang mendatangkan
kemaslahatan.46
dan etika politik itu merupakan filsafat moral mengenai
dimensi politik kehidupan manusia.47
Etika politik merupakan pedoman orientasi dan pegangan normatif
untuk menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan tolak ukur
martabat manusia.48
Karenanya, pokok permasalahan etika politik adalah
persoalan legitimasi etis kekuasaan. Untuk itu setiap penguasa dituntut untuk
mempertanggungjawabkan kekuasaanya, dan bila ia tidak mampu
memenuhinya, maka kekuasaan itu dianggap tidak sah.49
Etika politik menuntut agar segala klaim atas hak untuk menata
masyarakat dipertanggungjawabkan pada Prinsip-prinsip moral dasar. Dalam
konteks ini pula etika politik berfungsi sebagai sarana kritik Ideologi. Lebih
jelasnya, sumbangan etika politik terhadap pembangunan masyarakat justru
bahwa komitmen Satu-satunya adalah pada pencarian kebenaran, apalagi
kebenaran praktis yang berelevansi luas bagi kehidupan masyarakat, dengan
sendirinya pantas untuk selalu disuarakan.50
46
Rashda Diana, et al. “Etika Politik Dalam Perspektif Al-Mawardi”. Jurnal Peradaban Islam,
Vol I4, No. 2 (2 November 2018), h. 368. 47
Franz Magnis Suseno, Etika Politik…, 8. 48
Ibid., 2-5 49
Ibid., 22-30. 50
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, cet.
2 (Jakarta:PT Gramedia, 1998) H.2.
Etika itu bersifat refleksif atau meta-real, menurut Franz Magnis
Suseno, etika politik mereflesikan: apa yang menjadi inti keadilan, apa yang
menjadi dasar etis sebuah kekuasaan dan bagaimana kekuasaan harus
dijalankan. Etika politik tidak antipasti pada Ideologi dan tidak menjadi cara
atau norma tertentu, tetapi membimbing politik yang luhur.51
Etika politik termasuk dalam kelompok etika sosial yakni membahas
Norma-norma moral yang seharusnya menimbulkan sikap dan tindakan antar
manusia, karena hampir semua kewajiban manusia bergandengan dengan
kenyataan bahwa ia merupakan mahhluk sosial. Etika politik tidak
menawarkan suatu sistem normatif sebagai dasar Negara. etika bersifat
reflektif yakni memberikan sumbangan pemikiran tentang bagaimana
Masalah-masalah kehidupan dapat dihadapi, tetapi tidak menawarkan
tentang bagaimana cara memecahkannya. Dengan demikian etika politik
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia
dan bukan sebagai warga Negara tidak identik.
Fungsi etika politik terbatas pada penyediaan pemikiran teoritis
untuk mempertanyakan dan menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab, rasional, objektif dan argumentatif. Oleh karena itu
tugas etika politik adalah sebagai subsidier dalam arti membantu agar
pembahasan Masalah-masalah Ideologi dapat dijalankan dengan objektif
artinya berdasarkan Argument-argumen yang dapat dipahami dan ditanggapi
51
Ibid.,h. 12.
oleh semua pihak yang mengerti permasalahan. Etika politik dapat
memberikan Patokan-patokan, orientasi dan pegangan normatif bagi mereka
yang memang ingin menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan
tolak ukur martabat manusia.52
2. Sejarah etika politik
Sejarah etika dimulai sebagai suatu usaha filsafat yang lahir dari
keambrukan tatanan moral pada saat kebudayaan Yunani yakni pada 2500
tahun yang lalu, karena pada saatitu pandangan tentang baik dan buruk tidak
lagi dipercaya, para filosof mempertanyakan kembali Norma-norma dasar
bagi kelakuan manusia.
Sejarah perkembangan etika politik saat ini kembali memunculkan
semangat tinggi terhadap moral. Demikian ini ditandai dengan banyaknya
politisi, pengamat, dan ilmuan mencari jawban terhadap standar tindakan
yang etis dan bermoral. Etika tersendiri menjadi suatu keyakinan masyarakat
yang cenderung bersifat pribadi. Agama dan tradisi dijadikan acuan banyak
orang untuk mencari bahkan memecahkan masalah tentang etika. Namun
demikian keduannya tersebut memiliki keterbatasan sehingga membuat
Nilai-nilai tradisi dan agama menjadi tumpang tindih. Tradisi biasa menjadi
52
Runi Hariantati, Etika Politik Dalam Negara Demokrasi, Jurnal Demokrasi, Vol. II No. 1
(Th. 2003), H.61.
nilai moral yang ada pada agama, begitu juga sebaliknya, agama bagian dari
tradisi yang sumber nilainya masih diberlakukan.53
Sejarah etika politik sudah ada sejak lama, bahkan sebelum adanya
suatu Negara yang mengatur tata kehidupan manusia dalam bernegara dan
bermasyarakat. Filosof-filosof politik klasik berusaha menjawab tentang
struktur organisasi mana yang paling baik. Menurut Plato, Negara yang baik
adalah Negara yang merealisasikan keadilan yang ditata selaras dan
seimbang dengan pimpinan yang berorintasi pada idea metafisik kebaikan.
Plato menyakini bahwa etika politik yang seperti itu paling sesuai dengan
kebutuhan seluruh masyarakat dengan demikian paling menunjang kebaikan
masyarakat. Menurut Aristoteles, pendekatan etis yang dilakukannya adalah
kebahagian.54
Menurut Aristoteles dengan adanya Negara, manusia dapat hidup
bahagia, maka tingkah laku manusia harus memiliki Keutamaan- keutamaan
etis. Negara yang paling baik adalah Negara yang organisasinya sesuai
dengan fungsinya. Serta dipimpin oleh orang yang berpengalaman dan
memiliki keutamaan yang diperlukan, Negara yang paling baik adalah
Negara yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.55
53
Virginia Held, Etika Moral:Pembenaran Tindakan Sosial, Terj. Drs. Y. Ardy Handoko,
Cet.2, (Jakarta: Erlangga, 1991),H.9. 54
Franz Magnis Suseno, 13 Model Pendekatan Etika (Yogyakarta: Kanisus, 1998),h.36. 55
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern…,
h. 190.
Dalam fase filsafat politik Yunani belum mengenai legitimasi
kekuasaan. Etika politik saat itu belum merefleksikan nilai transendental dan
belum memahami arti kesejahteraan. Kemudian berkembang terhadap
pemikiran yang mengajukan tuntutan legitimasi etis. Dalam fase ini
legitimasi etis menjadi sorotan dalam etika poltik. Augustinus mengajukan
bahwa legitimasi etis terdapat dalam Negara, yang dibedakan menjadi dua
yaitu negara Allah dan Negara duniawi. Negara Allah yang akan mncapai
kesempurnaan pada akhir jaman, sedangkan Negara akan hancur pada akhir
zaman nanti.56
Perkembangan berikutnya muncul tokoh filosof Thomad Aquinas
yang kembali menggali tuntunan legitimasi politik, fokus perhatiannya pada
bidang kenegaraan dan politik, khususnya hubungan Negara dengan hukum
kodrat. Menurutnya, hukum kodrat merupakan hukum dasar moral yang
mencerminkan hukum kebijaksanaan Ilahi. Pendekatan etis ini merupakan
moralitas manusia sebagai ketaatan kepada hukum kodrat.57
Inti filsafat
Negara Thomas Aquinas adalah bahwa eksistensi Negara bersumber dari
kodrat manusia. Bagi Thomas Aquinas, Negara merupakan realitas positif
dan rasional.58
56
Ibid., h.194 57
Franz Magnis Suseno, 13 Model Pendekatan Etika,…… h.87. 58
Franz Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,…..
h.198.
Dalam fase Selanjutnya etika politik berkembang menjadi kajian
yang lebih sistematis. Pada abad ke-17 muncul Tokoh-tokoh filsafat yang
mengembangkan Pokok-pokok etika politik. Konsep John locke tentang
“pemisahan kekuasaan gereja dengan kekuasaan Negara”, “kebebasan
berpikir dan bernegara”,”pembagian kekuasaan”, dan konsep “hak asasi
manusia”. Selain itu ada Tokoh-tokoh lain yang berminat terhadap etika
politik, yaitu Monstesquie dengan gagasan “pembagian kekuasaan”
Rousseau dengan pemikiran “kedaulatan rakyat”. dan dengan gagasan
tentang “Negara hukum demokrasi/republicam”.59
Dalam Islam, sudah adanya semangat teologi dan sudah adanya
realitas politik yang dimana dapat mendorong para filsuf dan para ahli
politik Islam membuat aturan tersendiri mengenai pemilihan pemimpin
Negara demi tercapainya Negara yang ideal. Ini dapat dilihat dalam beberapa
karya tulis dari Al Mawardi dalam karyanya Al-Ahkam Al- Shultaaniyah, dll.
Dapat dikatakan bahwasannya pemikir Islam telah menyadari betapa Islam
sangat memperhatikan dalam menciptakan dan mengembangkan Negara
yang Ideal dan ajaran etika politik.
3. Epistemologi Etika Politik
Politik bearti kemahiran; menghimpun kekuatan; meningkatkan
kuantitas dan kualitas kekuatan; mengawasi dan menggunakam kekuatan
59
Franz Magnis Suseno, Artikel Di Tulis Dari Kuliah Umum “Sekitar Etika Politik”,
(Yogyakarta: UGM, 2007).
untuk mencapai tujuan tertentu didalam Negara atau institut lainnya. Dalam
konteks ilmu politik, terdapat dua tingkatan ilmu, yaitu: pertama, ilmu
politik. Pada tingkatan ini, ilmu politik menggarap perumusan istillah, Dalil-
dalil yang membantu untuk mendeskripsikan Proses-proses yang
berlangsung, menyediakan strategi alternatif dalam kerangka skema tujuan
sarana, pengamatan terhadap segala macam Lembaga-lembaga politik atau
kuasi-politik, relasi dan interaksi antar-mereka, klasifikasi berbagai Ideologi
dan sistem nilai politik dengan implikasinya Masing-masing. Kedua, filsafat
politik yang didalamnya terdapat etika politik. Filsafat politik bersifat
metasains; tidak menggarap realitas secara langsung, tetapi menggarap
realitas secara ilmiah oleh ilmu yang lebih spesifik, yaitu ilmu politik.60
Filsafat dan etika politik mengupas argumentasi dan pernyataan ilmu
politik mengenai hakikat realitas manusia, pola legitimasi, dan tuntutan
normatif dasar yang dikemukakan. Dalam kerangka ini, fungsi etika politik
ditetapkan. Ada tiga kriteria untuk menilai betul tidaknya tindakan politik,
yaitu:
1. Pada tingkatan umum, yaitu Prinsip-prinsip moral dasar; misalnya
prinsip keadilan, kejujuran, dan amanah;
60
Teuku May Rudy. Pengantar Ilmu Politk, Wawasan Pemikiran Dan Kegunaannya,
(Bandung: Mizan, 1999.) h. 21.
2. Bersifat menengah dan mengacu pada bidang tertentu, misalnya prinsip
kekuasaan harus dilegitimasikan secara demokratis, dan kebijakan
publik melalui permusyawaratan dalam perwakilan rakyat;
3. Kriteria penilaian yang sesuai dengan zaman dan situasi. Prinsip
pertama berlaku umum dan masih abstrak sehingga tidak dapat
dioperasionalkan karena tanpa instrument dan ukuran yang jelas. Oleh
karena itu, ia merupakan wewenang etika umum untuk menilainya.61
Bidang yang khas dari etika politik ialah Prinsip-prinsip pada tingkat
kedua. Akan tetapi, hal ini dapat dioperasionalkan dengan mengacu pada
kekhasan bidangnya. Misalnya, tuntutan legitimasi politik demokratis
mengandaikan bahwa dalam reallitas politik, kehendak masyarakat dibuat
lebih efektif dalam pengambilam kebijakan konkret. Syarat-syarat seperti itu
termasuk wewenang ilmu politk, jadi, untuk merumuskannya Prinsip-prinsip
tingkat II, etika politik tidak cukup hanya berangkat dari moral dasar, tetapi
membutuhkan masukan dari ilmu politik tentang struktur realitas politik
dengan berbagai permasalahannya.62
Dalam etika politik dan etika normatif, prinsip dasar tingkat kedua
merupakan hasil perpaduan antara prinsip dasar dengan struktur realitas.
Dalam hal ini, diperlukan masukan dari Ilmu-ilmu politik tentang realitas
dan interpretasinya meskipun hasilnya bersifat relatif. Di sini, etika tidak
61
Ayi Sofyan, Etika Politik…., h. 21-22. 62
Ibid., h. 22
dapat diperlakukan secara dogmatis, misalnya dengan menetapkan Prinsip-
prinsip dasar dulu, kemudian menerapkan pada berbagai kehidupan.63
Apa yang telah dikemukakan diatas mengandung makna
kemungkinan adanya sistem politik Islami dalam sebuah Negara dan dalam
masyarakat non-Negara, terutama yang terlihat dalam sejarah Islam sebelum
hijrah. Oleh karena itu, meskipun wujud ideal (yang dicita-citakan) sebuah
sistem politik Islam adalah sebuah Negara, pembicaraan tentang sistem
politik Islam dapat terlepas dari konteks (bagian uraian, yang ada
hubungannya dengan) kenegaraan, yakni konteks kemasyarakatan yang
dapat dipandang sebagai subsistem politik. Dalam subsistem politik ini,
Hukum-hukum Allah dapat ditegakkan meskipun dalam ruang lingkup yang
terbatas sesuai dengan kemampuan, sebagai persiapan pembentukan
masyarakat mukmin yang siap menjalankan hukum Islam dan ajaran agama.
Karena kesiapan masyarakat terkait dengan iman dan amal saleh, di antara
Langkah-langkah mendasar yang harus dilakukan adalah pembaharuan iman
dan peningkatan amal saleh. Untuk itu, diperlukan kajian terhadap Al-Quran
dan Al-Hadist, pemasyarakatan dan pembudayaan Hasil-hasil kajian itu.64
Etika politik dalam Islam relatif berbeda dengan etika politik umum
sebab etika politik Islam memiliki dasar yang sakral dari wahyu Tuhan dan
Sunnah Rasul. Interpretasi yang bersifat deduktif dari nash Al-Quran dan
63
Ibid. 64
Abd Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran (Jakarta: Fakultas Pasca
Sarjana, Instititut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif Hidayatullah,1989),h.295-296.
Sunnah Rasul menjadi suatu niscaya. Demikian pula sebaliknya, ketika
realitas sosial muncu, legitimasi atas realitas itu pun harus jelas dalam etika
politik Islam. Artinya, realitas yang baik dapat diberi justifikasi sebagai
sesuatu yang patut dipertahankan jika sesuai dengan spirit nash tersebut,
meskipun hasil aktualisasinya tidak memiliki nilai indoktrinasi. Oleh karena
itu, epistemologi akhlak tidak terlepas dari Metode-metode pemahaman atas
ajaran (istinbath, istidhlal, dan ijtihad). Terutama dalam konteks penerapan
etika politik, hampr seluruh jalur pengambilan keputusan dalam syariat
Islam dapat diberlakukan secara proporsional.65
Dengan demikian, etika politik bertolak dari Masalah-masalah di
bidang politik yang memerlukan penanganan etis. Etika politik tidak dimulai
dari ruang kosong. Realitas politik selalu merupakan bidang yang
dipertanyakan dan diperebutkan secara Ideologis. Metode etika politik atas
dasar realitas ini dikenal dengan metode kritis-negatif. Kritis karena tidak
mulai dari pendapat sendiri, tetapi berangkat dari Teori-teori atau Paham-
paham yang relevan, kemudian diperiksa secara kritis, dengan cara
memisahkan Unsur-unsur yag dinilai tepat di antara yang tidak tepat.
Negatif, karena tidak mulai dari penetapan Prinsip-prinsip tertentu,
melainkan membongkar Pandangan-pandangan moral politik yang ada,
65
Mudlor Achmad, Etika Dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas.1993),h. 22.
membuang yang tidak tahan uji tetapi mempertahankan apa yang semestinya
sebagai prinsip.66
Salah satu prinsip etika politik adalah bawa manusia apriori dan
proma facie harus berbuat baik kepada siapa dan apa saja yang ada. Manusia
apriori mengambil sikap yang mendukung, membela, menyetujui,
memajukan, melindungi, memberi ruang perkembangan, bukannya merusak,
menyiksa, mengeram, mencekik, membatasi, dan mematikan. Prinsip ini
terdapat pada prinsip kesejahteraan umum bahwa semua tindakan dan
kebijaksanaan harus dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang
Sebesar-besarnya dari orang Sebanyak-banyaknya, asal tidak melanggar hak
dan keadilan. Prinsip dasar lain adalah manusia wajib memperlakukan
semua orang dengan adil, yakni menghormati Hak-haknya dan memberikan
perlakuan yang sama dalam situasi yang sama.67
Prinsip keadilan itu berdasarkan prinsip hormat terhadap seseorang
yang mengungkapkan kewajiban untuk memperlakukan manusia sebagai
tujuan pada dirinya sendiri dan tidak pernah menjadikannya sebagai sarana
untuk mencapai tujuan lebih jauh meskipun besar manfaatnya. prinsip itu
menuntut juga tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri; bahkan
66
Ayi Sofyan, Etika Politik…., h. 22-23. 67
Ibid., h. 23.
demi tujuan yang baik. Jangan pernah membiarkan diri diperalat, diperas,
diperkosa, dan diperbudak.68
Prinsip-prinsip itu memiliki implikasi yang relevan dengan etika
politik, misalnya, bahwa semua orang harus diperlakukan sama dalam
martabat mereka sebagai manusia, berkendudukan sama dalam masyarakat,
dengan Hak-hak dasar yang sama. Manusia berhak atas kebebasanya, yang
hanya boleh dibatasi demi kebebasan yang sama luasnya dari setiap anggota
masyarakat dan demi kepentingan bersama. Persaudaraan antara kelompok
dan golongan wajib diusahakan sekuat tenaga. Perdamaian wajib pula
ditegakkan untuk mengatasi perang dan konflik. Saling hakikinya.
Keyakinan-keyakinan moral ini menjadi dasar etika politik yang juga akan
dibahas secara Islami.69
4. Konsepsi Etika Politik
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu
cabang dari Ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora). Sebagai cabang falsafah ia
membahas Sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang ajaran dan
pandangan moral. Sebagai cabang ilmu ia membahas bagaimana dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Etika sebagai ilmu
dibagi menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum
membahas Prinsip-prinsip umum yang belaku bagi setiap tindakan manusia.
68
Munawir Syadzali, Islam Dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran. (Jakarta: UI
Press, 1993), h. 23. 69
Ayi Sofyan, Etika Politik….,, h. 23.
Dalam falsafah barat dan timur, seperti dalam Islam, Aliran-aliran pemikiran
beraneka ragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan Asas-asas dari
tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai apa yang terkandung di
dalamnya.70
Menurut Arkoun etika politik adalah pentingnya studi politik yang
bernuansa akademis ketimbang mengedepankan studi historis kronologi
belaka. Arkoun juga menekankan betapa pentingnya suatu pemerintahan
dijalankan dengan memakai logika akademis ketimbang logika politis
semata. Ia juga mengkritisi para agamawan yang hanya tampil sebagai
legitimator terhadap suatu pemerintahan yang sudah jelas menyimpang dari
kebenaran. Arkoun juga mengkritisi kaum fundamentalis yang banyak
berlindung di balik slogan kebangkitan Islam.71
Menurut aristoteles, etika adalah pendahulu politik. Politik
melengkapi etika. Kebahagian bergantung pada sejumlah faktor eksternal
(termasuk kesehatan dan beberapa standar hidup minimum) dan pada
Kebiasaaan-kebiasaaan inernal atau Nilai-nilai luhur menjaga kita dari
pengejaran yang terlalu banyak atau terlalu sedikit terhadap suatu kebaikan.
Kebahagian bukanlah suatu keadaan subjektif yang bebeda dari individe ke
70
Loren Bagus, Kamus Filsafat, cet. 3 (Jakarta; Gramedia, 2002), h. 217. 71
Muhammad Azhar, Etika Politik Muhammad Arkaoun , Jurnal Disertasi, Vol. 10 No.1, Juni
2012, h. 7.
individu, melainkan sebuah keadaan objektif dari baiknya kondisi
seseorang.72
Konsepsi etika politik Al-Ghazali adalah suatu teori sistem
pemerintahan yang berisikan masyarakat dan aparatur negara yang
mempunyai moral yang baik dengan ditopang oleh agama sebagai dasar
Negara. seorang pemimpin yang ideal menurut Al-Ghazali adalah seorang
yang mengerti tentang budi luhur atau moral agama dan kebijakan yang
harus diterapkan dalam menjalankan sistem pemerintahan.73
5. Etika politik dalam Fiqh Siyasah
Etika politik dalam perspektif Fiqh Siyasah masuk dalam Fiqh
Siyasah Dusturiyah karena yang mengatur hubungan antara warga Negara
dengan lembaga Negara yang satu dengan Warga Negara dan lembaga
Negara yang lain dalam Batas-batas administratif suatu Negara.74
dan di
perkecil lagi ruang lingkup dari Fiqh Siyasah Dusturiyah bahwasannya etika
politik masuk Bidang Siyasah Tasri’iyah karena termasuk di dalamnya
persoalan ahlu hali wal aqdi, perwakilan persoalan rakyat. Hubungan
muslim didalam satu Negara, seperti Undang-undang Dasar, Undang-
undang, Peraturan Pelaksanaan, Peraturan Daerah, dan lain sebagainya.75
72
Joseph Losco-Leonard Williams, Politikcal Theory, Kajian Klasik Dan Kontemporer,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2005), h. 179. 73
Irfan Iris, Islam dan Konstitusionalisme (Kontribusi Islam dalam Penyusunan Undang-
undang Dasar Indonesia Modern), (Yogyakarta: Pukap Indonesia, 2009), h. 69. 74
A. Djazuli, Fiqh Siyasah (Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syariah), ed, revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), h. 31. 75
Ibid, h, 48
Pertama disini penulis akan menjelaskan terlebih dahulu pengertian
etika menurut Fiqh Siyasah, dikalangan Muslim memandang bahwa etika itu
sinonim dengan moral dan akhlak, sebagaimana pengertian yang diberikan
Rachmat Djatnika, bahwa secara etimologis akhlak berasal dari Bahasa arab,
yaitu isim masdar dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan, sesuai dengan wazn
af’ ala-yuf’ilu-if’alan yang bearti perangai, tabiat, watak dasar, kebiasaaan,
sopan santun.76
Sedangkan menurut terminologi/istilah, akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa pikir
panjang dan renungan lagi.77
Menurut Abul Haq Anshari dalam Islamic ethic: Concepts And
Prospects bahwa sesungguhnya etika Islam sebagai sebuah disiplin Ilmu
atau subjek keilmuan yang mandiri tidak pernah ada pada hari ini.
Menurutnya kita tidak pernah menjumpai Karya-karya yang mendifinisikan
konsepnya, mengambar Isu-isunya dan mendiskusikan permasalahannya.78
Batasan tentang ukuran baik dan buruk, itu sebagai cabang dari
filsafat maka etika bertitik tolak dari akal fikiran yang murni, hal ini
menyebabkan tidak berlakunya Nilai-nilai agama, kenyataan inilah letak
perbedaan yang mendasar etika umum dan etika Islam. Dalam pelajaran
76
M. Sidi Raitun, Etika Politik Islam, (Jakarta: Transmisi Media Jakarta, 2012), h.14 77
Azumaedi Azra, Dkk, Pendidikan Agama Pada Perguruan Tinggi, (Jakarta : Departemen
Agama, 2002), h.204. 78
Boy ZTF, Pranada, Filsafat : Sejarah Aliran Dan Tokoh, (Malang: UMM Press, 2003),
h.23.
dikenal dengan ilmu akhlak yakni suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan
ajaran Allah dan Rasulnya Ajaran etika Islam sesuai dengan fitrah dan akal
fikiran lurus.79
Setelah diketahui secara singkat pengertian etika, di sini penulis juga
akan membahas secara singkat mengenai pengertian politik Islam. Secara
harfiyah dalam Islam, politik disebut Siyasah yang bearti mengatur,
mengendalikan, mengurus atau membuat keputusan. Sehingga secara
harfiyah kata As Siyasah bearti pemerintahan, pengambil keputusan,
pembuat kebijakan, pengurus, pengawasan, dll.
Etika politik dipandang sebagai salah satu hal yang harus dijalankan
dalam Islam. Sebab, Islam memandang segala sesuatunya adalah beribadah
kepada Allah SWT. Maka sudah sepatutnya dalam berpolitik seorang
muslim harus mengindahkan segala bentuk etika poltik yang sudah diatur.
Etika politik Islam ralatif berbeda dengan etika politik umum, sebab etika
politik Islam memiliki dasar yang sakral dari wahyu tuhan dan Sunnah
rasul.80
Namun terminologi etika poliik dalam dunia pemikiran Islam
terdahulu tidak menampakkan definisi jelasnya, beberapa pemikir terdahulu
telah memaparkan konsep senada dengan etika politik Islam dengan
terminologi yang berbeda.
79
Hasbullah Bakri, Sistematika Filsafat, (Wijaya, Jakarta: 1981), h.4. 80
Achmad Farid‟., “Prinsip Etika Politik Pemimpin Dalam Islam”. Jurnal Dauliyah, vol4, No.
2 (juli 2019), h.68.
Dalam dunia Islam kontemporer, beberapa intelektual muslim juga
mencoba mendifinisikan etika politik Islam, Salah satunya adalah Dr. Beni
Ahmad Saebani, yang lebih condong mendefinisikan etika poltik Islam
sebagai Siyasah syar’iyyah. Menurutnya, adalah politik yang berbasis pada
Ajaran-ajaran Allah dan Rasul-nya dengan tujuan utama mencapai
kemaslahatan. dalam konteks etika politik Islam, Nilai-nilai akhlak yang
cakupannya luas harus menjadi dasar dan pertimbangan Tindakan-tindakan
serta legitimasi politik. Bahwa etika politik Islam merupakan suatu konsep
yang disertakan dengan prinsip etika atau akhlak, yang berlandaskan Dasar-
dasar keIslaman dalam Al-Quran dan As-sunnah, yang diimplementasikan
ke dalam ranah politik sehingga akan menghasilkan kemaslahatan
masyarakat pada umumnya. Tentu tujuan dari etika politik Islam sangat
mendalam. Selain untuk mencapai kemaslahatan umat, Islam juga
menitikberatkan etika politik sebagai alat untuk mencapai politik yang
bersih, sehingga pada akhirnya kesuksesan politik tersebut membawa
seseorang pada tercapainya kemuliaan di sisi Allah SWT.81
Menurut Abdul Wahhab Khalaf dalam teori Islam-nya, etika politik
lebih berperan pada bagaimana cara mengelola Negara menuju kemaslahatan
tanpa dibarengi dengan diskriminasi terhadap Golongan-golongan tertentu
agar terhindar dari kemudaratan. Dengan kata lain mengelola Masalah-
81
Achmad Farid‟., “Prinsip Etika Politik Pemimpin Dalam Islam”. Jurnal Dauliyah, vol4, No.
2 (juli 2019), h.68.
masalah umum demi kemaslahatan umat dengan menggunakan Rambu-
rambu syariat yang telah tertuang di dalam Al- Quran dan hadits dan prinsip-
prinsip umumnnya baik dilihat dari segi penganturan kehidupan,
Perundangan-perundangan, keuangan dan moneter, peradilan, eksekutif,
masalah dalam negeri ataupun hubungan internasional.82
Pemikiran Al-Mawardi dalam politiknya dilandasi dengan kerangka
teori politik yang berdasarkan prinsip Islam, sesuai dengan disiplin ilmu
yang dialaminya. Artinya, pemikiran politiknya berdasarkan pada kerangka
teori politik yang sesuai dengan prinsip Hukum Islam.83
Al-Mawardi telah mempraktikan Teori-teorinya agar tidak tekesan
utopis, baik dalam tatanan etika maupun politik. Sehingga, seorang khalifah
atau imam (kepala Negara) dapat menteladaninya dengan mengaktualisasi
sikap atau komitmen keagamaan dan politiknya, yang mungkin diikuti
perubahan perilaku masyarakat menuju kearah yang lebih baik. Demikianlah
Al-Mawardi menggambarkan kesatuan antara politik dan etika yang harus
diterapkan kepala Negara agar kehidupan masyarakat terus membaik.84
Etika politik Al-Mawardi bersandarkan pada Al-Quran dan Al-
Sunnah terlepas dari kondisi masyarakat yang dihadapi. Dalam konsep
etikanya, Al-Mawardi selalu menekankan keharusan seorang penguasa untuk
82
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah dalam Kontekstualisasi Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2007), cet. Ke-1, jilid 1, h.5. 83
Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Inonesia, (Jakarta:Djambatan, 1992), h, 3. 84
Rashda Diana, Siswanto Masrui, Surwandono, „Etika Politik dalam Perspektif Al-
Mawardi”, Jurnal TSAQAFAH, Vol 14 No.2 (November 2018) h. 3.
selalu patuh dan berpegang teguh pada nilai etika dan moral yang sudah
dijelaskan dalam Al-Quran dan Sunnah. Dengan ini, Al-Mawardi mencoba
memberikan solusi terhadap perbaikan kondisi masyarakat sekaligus untuk
menjaga stabilitas politik.85
Konsep umum yang sangat ideal dalam pemikiran etika politik Al-
Mawardi untuk diterapkan dalam kehidupan Politik. Hal tersebut
mencangkup kemampuan pribadi pemimpin (penguasa), kejujuran, keadilan,
penyampaian amanat pada haknya, apresiasi terhadap keilmuan, dan
membela kepentingan rakyat (yang teraniaya) di atas kepentingan pribadi
serta golongan.86
Pemikiran etika politik Al-Ghazali adalah suatu teori sistem
pemerintahan yang berisikan masyarakat dan aparatur negara yang
mempunyai moral yang baik dengan ditopang oleh agama sebagai dasar
Negara. seorang pemimpin yang ideal menurut Al-Ghazali adalah seorang
yang mengerti tentang budi luhur atau moral agama dan kebijakan yang
harus diterapkan dalam menjalankan sistem pemerintahan.87
Ibnu Khaldun yang menarik dari sisi politik adalah keberaniannya
untuk menyatakan adanya peraturan yang bersumber pada rasio. Ini
bermakna bahwa kepala Negara dalam mengemban tugasnya yang efektif,
85
Ibid, h. 38. 86
Ibid. 87
Irfan Iris, Islam dan Konstitusionalisme (Kontribusi Islam dalam Penyusunan Undang-
undang Dasar Indonesia Modern), (Yogyakarta: Pukap Indonesia, 2009), h. 69.
stabil, harmonis, tidak harus didasarkan atas Hukum agama semata, tetapi
juga didasarkan atas etika dan moralitas konvesional. Di sini, berlaku
konvensi moral dan etika menjadi landasan hukum.88
Beberapa prinsip ajaran Islam yang dapat dijadikan etika dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain meliputi kekuasaan sebagai
amanah, musyawarah, keadilan sosial, persamaan, pengakuan dan
perlindungan terhadap Hak-hak asasi manusia. Dalam konteks kenegaraan,
amanah dapat berupa kekuasaan ataupun kepemimpinan. Kekuasaan adalah
amanah, maka Islam secara tegas melarang kepada pemegang kekuasaan
agar melakukan obusei atau penyalahgunaan kekuasaan yang
diamanahkanya. Karena itu pemegang kekuasaan atau pemimpin wajib
berlaku adil dalam arti sesungguhnya.89
Seperti yang dijelaskan bahwasannya kekuasaan merupakan suatu
amanah, dan amanah merupakan salah satu prinsip ajaran Islam yang dapat
dijadikan etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip amanah
tercantum dalam Al-Quran surah An- Nisa (4) : 58
﴿۸۵: النساء﴾
“Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
88
Ayi Sofyan, Etika Politik….,, h. 293. 89
Jan Hendrik Rapar, pengantar filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), h.54.
memberi pengajaran yang Sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. “90
(An- Nisa (4) : 58)
Makna amanah adalah “titipan” atau “pesan”. Dalam demokrasi
Islam, amanah dipahami sebagai “sesuatu karunia atau nikmat Allah yang
merupakan suatu bentuk pemeliharaan dan dilaksanakan dengan Sebaik-
baiknya sesuai dengan Prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan dalam
Alquran yang kelak harus dipertanggungjawabkan kepada Allah.91
B. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis atau peneliti telah menelaah terhadap beberapa penelitian,
ada beberapa yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang penulis teliti.
Yakni:
Pertama penelitian yang berhasil peneliti temukan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Novitasari (2017)92
yang berjudul “Konsep Demokrasi Menurut
Mahfud MD Dalam Perspektif Siyasah Islam”, Tujuan dari Penelitian ini adalah
mengetahui konsep Demokrasi Menurut Mahfud MD dan mengetahui analisis
Siyasah Islam Terhadap konsep Demokrasi menurut Mahfud MD. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan permasalahan
yakni berupa Buku-buku karya Mahfud MD, Al-Quran dan Hadits, serta karya
90
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta Selatan: PT
Panjita Cemerlang, 2013), h. 91
Faisal Baasir, Etika Politik: Pandangan Seorang Politiksi Muslim Cet. 1. (Jakarta; Pustaka
Sinar Harapan, 2003), h. xxxvii. 92
Novitasari, “Konsep Demokrasi Menurut Mahfud MD dalam perspektif Siyasah Islam”.
(Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan , Lampung, 2017).
tulis seperti jurnal, artikel, media on-line, koran dan buku yang relevan dengan
penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi yang bearti
suatu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran dan penelitian
kepustakaan, yaitu mencari data yang sesuai dengan obyek penelitian. Kemudian
data yang diperoleh diolah menggunakan teknik pengolahan data berupa editing,
coding, dan rekonstruksi, dan kemudian di analisis menggunakan metode analisis
isi (content Analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahfud MD memandang
Demokrasi yang merupakan asas yang fundamental tidak selalu melahirkan
sistem Demokratis. Mahfud MD membuktikan bahwasannya sistem politik yang
demokratis cenderung hukum yang responsif, sedangkan sistem politik yang
otoriter cenderung melahirkan hukum yang ortodoks. Pemikiran-pemikiran yang
telah dipaparkan oleh Mahfud MD dalam penelitian ini menyatakan bahwa
konsep demokrasi menurut Mahfud MD masih sejalan dengan Siyasah Islam.
Penelitian yang kedua adalah penalitian dari Abdul Aziz Muslim (2017)93
yang berjudul “Pemikiran Mahfud MD tentang Politik Hukum Islam Sebagai
Sumber Hukum Di Indonesia”. tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
bagaimana pemikiran seorang Mahfud MD tentang Hukum Islam sebagai
Sumber hukum di Indonesia kemudian mengetahui bagaimana kontribusi
pemikirannya itu sebagai sumber Hukum Positif di Indonesia. Data yang
93
Abdul Aziz Muslim, “Pemikiran Mahfud MD tentang Politik Hukum Islam sebagai Sumber
Hukum Di Indonesia”. (Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan ,
Lampung, 2017).
digunakan dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan permasalahan
yakni berupa Buku-buku karya Mahfud MD, Al-Quran dan Hadits, serta karya
tulis seperti jurnal, artikel, media on-line, koran dan buku yang relevan dengan
penelitian ini. Pengumpulan data yang digunakan yaitu dokumentasi yang bearti
suatu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran dan penelitian
kepustakaan, yaitu mencari data yang sesuai dengan obyek penelitian. Kemudian
data yang diperoleh diolah menggunakan teknik pengolahan data berupa
systematizing, coding, dan rekonstruksi, dan kemudian di analisis menggunakan
metode berfikir deduktif kemudian dianalisa menggunakan analisa deduktif dan
menggunakan pendekatan normatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya Mahfud MD telah bertolak
dari sebuah perbandingan antara Hukum Islam maupun Hukum sekuler
kemudian ia berupaya agar membumikan didalam realitas politik yang ada di
Indonesia dan membumikan juga dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
dan menurutnya ada perpaduan antara Hukum-hukum tersebut.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian dari Aswan Irfan Riansyah
(2018)94
yang berjudul “Relasi Antara Politik Dan Hukum Menurut Pandangan
Mahfud MD dan Fiqh Siyasah”, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
relasi antara politik dan hukum menurut pandangan Mahfud MD dan mengetahui
persamaan dan perbedaan tentang relasi antara politik dan hukum menurut
94
Aswan Irfan Riansyah, “Relasi Antara Politik Dan Hukum Menurut Pandangan Mahfud MD
Dan Fiqh Siyasah”. (Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan ,
Lampung, 2018).
pandangan Mahfud MD dan Fiqh Siyasah. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah yang berkaitan dengan permasalahan yakni berupa Buku-buku karya
Mahfud MD, Al-Quran dan Hadits, serta karya tulis seperti jurnal,artikel, media
on-line, koran dan buku yang relevan dengan penelitian ini. Pengumpulan data
yang digunakan yaitu dokumentasi yang bearti suatu teknik pengumpulan data
dengan cara penelusuran dan penelitian kepustakaan, yaitu mencari data yang
sesuai dengan obyek penelitian. Kemudian data yang diperoleh diolah
menggunakan teknik pengolahan data berupa editing, coding, dan rekonstruksi,
dan kemudian di analisis menggunakan metode analisis data yakni komparatif
yang bearti perbandingan antara data yang satu dengan data yang lainnya antara
variabel satu dengan variabel lainnya untuk mendapatkan suatu kesamaan dan
kemudian menggunakan pola deduktif yang bearti berpangkalan dari Kaidah-
kaidah yang bersifat umum kemudian ditarik untuk mendapatkan kesimpulan
yang bersifat khusus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya menurut Mahfud MD
mendefinisikan politik hukum adalah politik determinan atas hukum, konsep
tersebut mengambarkan bahwa dalam keadaan pembentukan hukum sangat
dipengaruhi oleh kekuasaan politik belaka atau yang biasaa disebut konfigurasi
politik dalam pandangan Siyasah Islam bahwa hubungan Politik dan hukum
bersifat problematis karena keduanya melibatkan ketatanegaraan antara ranah
yang sakral dengan ranah yang profane. Antara pandangan Mahfud MD dan
pandangan dari Fiqh Siyasah memiliki persamaan dalam hal hubungan politik
yakni sama dalam menempatkan politik sebagai kekuasaan untuk menetapkan
sebuah aturan yang mengatur kehidupan manusia sesuai dengan situasi dan
kondisi perkembangan masyarakat sekarang. Dan perbedaan nya yakni
bahwasannya dalam pandangan Mahfud MD situasi dan kondisi politik tertentu
dapat melahirkan hukum tertentu juga, maka menurutnya akan mengakibatkan
kepentingan politik yang melahirkan suatu kepentingan yang tidak sesuai dengan
kepentingan masyarakat, dalam hal ini berbeda sekali dalam Pandangan Fiqh
Siyasah tidak sejalan dengan pendapat Mahfud MD.
Beberapa penelitian diatas, memiliki persamaan dengan penelitian yang
penulis/peneliti lakukan yakni mengenai subjek yang diteliti, yaitu Sama-sama
meneliti pemikiran seorang Tokoh Indonesia yaitu Moh. Mahfud MD.
Sedangkan perbedaan nya yaitu pada objek permasalahannya yang diteliti.
Penelitian yang diteliti oleh penulis berfokus pada pandangan Moh. Mahfud MD
tentang Etika Politik.
Dengan demikian, meskipun di atas telah disebutkan adanya penelitian
dengan subjek yang serupa dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis,
akan tetapi mengingat objek permasalahan penelitian nya berbeda. Pertama
persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
oleh Novitasari (2017) yakni persamaannya Sama-sama meniliti pemikiran
seorang Tokoh yang bernama Moh Mahfud MD, dan memiliki perbedaan yakni
terletak pada objek permasalahannya dalam penelitian ini objek permasalahan
bagaimana konsep Demokrasi dalam pandangan Mahfud MD sedangkan penulis
memiliki objek permasalahan bagaimana etika politik menurut Mahfud MD.
Kedua adalah persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abdul Aziz Muslim (2017) yakni persamaannya Sama-sama
meniliti pemikiran seorang Tokoh yang bernama Moh Mahfud MD, dan
memiliki perbedaan yakni terletak pada objek permasalahanya dalam penelitian
ini objek permasalahan bagaimana Politik Hukum Islam sebagai Sumber Hukum
di Indonesia dalam pandangan Mahfud MD sedangkan penulis memiliki objek
permasalahan bagaimana etika politik menurut Mahfud MD. Dan ketiga yaitu
persamaan dan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
oleh Aswan Irfan Riansyah (2018) yakni persamaannya Sama-sama meniliti
pemikiran seorang Tokoh yang bernama Moh Mahfud MD, dan memiliki
perbedaan yakni terletak pada objek permasalahanya dalam penelitian ini objek
permasalahan bagaimana relasi antara politik dan hukum dalam pandangan
Mahfud MD sedangkan penulis memiliki objek permasalahan bagaimana etika
politik menurut Mahfud MD. maka penulis/peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang etika politik menurut Mahfud MD dalam perspektif Fiqh
Siyasah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Achmad, Mudlor, Etika Dalam Islam, Surabaya: Al-Ikhlas.1993.
Aini, Philipus, Ng., dan Nurul, Sosiologi dan Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011.
Arikunto, Suharsin, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Ed.) Cet.4 Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Astawa, Gede Panjth, Dinamika Hukum Dan Ilmu Perundang-Undangan Di Indonesia, Bandung: PT. Alummi, 2008.
Azra, Azumedi, Dkk, Pendidikan Agama Pada Perguruan Tinggi, Jakarta : Departemen Agama, 2002.
Baasir, Faisal. Etika Politik: Pandangan Seorang Politisi Muslim Cet. 1. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 2003.
Bagus, Loren, Kamus Filsafat, cet. 3 Jakarta; Gramedia, 2002.
Bakri, Bakri, Sistematika Filsafat, Jakarta: Wijaya, 1981.
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1998.
Djazuli, A, Fiqh Siyasah (Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah), ed, revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003.
Elliot, Deni, Ethical Challenges: Creatingan Ethics Toolkit, Authorhouse, 2009.
G. Velasquez, Manuel, Etika Bisnis, Konsep dan Kasus, Ed. 5 Yogyakarta: Andi, 2005.
G.P., M. Arselkal, Salim, Etika Intervensi Negara; Perspektif Etika Politik Ibn Taimiyah. Jakarta: Logos,1999.
Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang,1992.
H. Muladi, hak asasi manusia hakekat ,konsep implikasi dalam perpektif hukum dan masyarakat, Jakarta: PT. Refika Aditama: Bandung, 2005.
Held, Virginia, Etika Moral:Pembenaran Tindakan Sosial, Terj. Drs. Y. Ardy Handoko, Cet.2, Jakarta: Erlangga, 1991.
Iqbal, Muhamma, Fiqh Siyasah dalam Kontekstualisasi Politik Islam, cet. Ke-1, jilid 2 Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.
Irawan Maksudi, Beddy, Sistem Politik Indonesia:Pemahaman Secara Teoretik dan Empirik, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Iris, Irfan, Islam dan Konstitusionalisme (Kontribusi Islam dalam Penyusunan Undang-undang Dasar Indonesia Modern), yogyakarta: Pukap Indonesia, 2009.
Isra, Saldi, dan Edy Suandi Hamid, Sahabat Berbicara Mahfud MD Jakarta: Murai kencana, 2013
K. Bertens, Etika Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.
Kautan, Ranny, metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, Bandung: Taruna Grafika, 2000.
Losco-Leonard Williams, Joseph, Political Theory, Kajian Klasik Dan Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2005.
Madjid, Nurcholish, Cita-Cita Politik Islam di Era Reformasi Jakarta: Paramadina, 1999.
Magnis Suseno, Franz, 13 Model Pendekatan Etika Yogyakarta: Kanisus, 1998.
, berfilsafat dari konteks, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.
, Etika Dasar, Yogyakarta: Kanisius,1987.
, Etika Jawa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.
, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, cet. 2, Jakarta: PT Gramedia, 1998.
Mahfud MD, Moh, ”Membangun politik hukum, menegakan konstitusi“ Jakarta: PT Raja grafindo persada, cet. Ke-2, 2011.
. Setahun Bersama Gusdur; Kenangan Menjadi Menteri Pertahanan Di Saat Sulit Jakarta: LP3ES, 2003.
. Hukum Tak Kunjung Tegak, Bandung; PT Citra Aditya Bakti, 2007.
. Membangun politik hukum, menegakan konstitusi Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
. Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen, Jakarta: LP3ES, 2007.
. Konstitusi Dan Hukum Alam Kontroversi Isu, Ed. 1, Cet. 2. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Mardalis, 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara.
Mash, David Dan Gery Stoker, Theory And Methods In Political Science, (New York: Palgrave Macmillan, 2012). Diterjemahkan Oleh Helmi Mahadi Dan Shohifullah, Teori Dan Metode Dalam Ilmu Politik, (Bandung: Nusa Media, 2010.
May Rudy, Teuku, Pengantar Ilmu Politk, Wawasan Pemikiran Dan Kegunaannya, Bandung: Mizan, 1999.
Muhammad, Abdul Kadir. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2015.
Muin Salim, Abd, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Quran Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana, Instititut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif Hidayatullah,1989.
Raitun, M. Sidi, Etika Politik Islam, Jakarta: Transmisi Media Jakarta, 2012.
Salim, peter, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English. Press, 2002
Seta, Basri, Pengantar Ilmu Politik. Yogykarta: Indie Book Corner, 2011.
Soekanto, Soerjono, 1885. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,Jakarta: Rajawali Pers, 1885.
Sofyan, Ayi, Etika Politik Islam. bandung: CV. Pustaka setia, 2012.
Syadzali, Munawir, Islam Dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: UI Press, 1993.
Syafiie, Inu kencana, Etika Pemerintahan Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.
. Pengantar Filsafat. Bandung : PT. Refrika Aditama,2010.
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke 2, Jakarta: Balai Pustaka,1997.
Tim UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta:Djambatan, 1992.
Weber, Max, Etika Prostestan Dan Semangat Kapitalisme. Terj. Yusup Priyasudiarja. Surabaya: Pustaka Promethean, 2000.
Widjaja. H. A. W, Etika Pemerintah, Jakarta: Bumi Aksara. 1997.
Zaprulkhan, Filsafat Umum Sebuah Pendekatan Tematik, cet.2 Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
ZTF Boy, Pranada, Filsafat : Sejaran Aliran Dan Tokoh, Malang: UMM Press, 2003.
Jurnal
Azhar, Muhammad, Etika Politik Muhammad Arkaoun , Jurnal Disertasi, Vol. 10 No.1, Juni 2012.
Diana, Rashda, et al. “Etika Politik Dalam Perspektif Al-Mawardi”. Jurnal Peradaban Islam, Vol I4, No. 2, 2 November 2018.
Farid’, Achmad. “Prinsip Etika Politik Pemimpin Dalam Islam”. Jurnal Dauliyah, vol4, No. 2 juli 2019.
Mahfud Md, “ Mengokohkan Ideologi Pancasila Menyongsong Generasi Z -Alpha”, (Makalah yang disampaikan Pada Kuliah Umum di universitas Soegiyo Pranoto, yang diselenggarakan Oleh Universitas Soegiyo Pranoto,Semarang, 08 Oktober 2018)
Mahfud Md, “ Pancasila Sebagai Benteng Pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia Dari Potensi Konflik Berdasarkan Isue Keagamaan “, (Makalah yang disampaikan Pada Rakernis Bidang Intelejen Kejaksaan Agung Republik Indonesia, yang diselenggarakan di Gedung Sasana Pratdana Kejaksaan Agung, Senin, 18 September 2017)
Mahfud Md, “Membangun Jati Diri Bangsa (Globalisasi Sebagai Tantangan Dan Pancasila Sebagai Imperatif Solusi) “, Jurnal Sabda , Vol 13, No.02 Desember 2018.
Rashda Diana, Siswanto Masrui, Surwandono, ‘Etika Politik dalam Perspektif Al-Mawardi”, Jurnal TSAQAFAH, Vol 14 No.2. November 2018
Runi Hariantati, Etika Politik Dalam Negara Demokrasi, Jurnal Demokrasi, Vol. II No. 1, Th. 2003.
Sumber on-line
http:budisma1.blogspot.com/2011/08/budaya-politik-di-indonesia.html.( di akses pada tanggal 21 desember 2019)
Ketetapan Mpr No VI tahun 2001. http://www.Mpr.go.id/Tap-Mpr-No-vi2001-tentang-Etika-politik-kehidupan-berbangsa, (di akses tanggal 06 september 2019).
Mahfud MD https://id.wikipedia.org/wiki/Mahfud_MD, (diakses pada Jumat, 10 Januari 2020| 05:41 WIB).
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Profil Hakim; Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., (on-line), tersedia di: https://mkri.id/index.php?page=web.ProfilHakim2&id=7&menu=3 (Di Akses Pada Jumat, 10 Januari 2020 | 04:31 WIB).
Ricad Saka, “ Mahfud MD: Pancasila harus dijadikan etika bernegara” (On-line), tersedia di: htto://www.kumparan.com, (diakes pada kamis, 16 Januari 2020| 10:36 WIB).
Makalah dan Skripsi
Abdul Aziz Muslim, “Pemikiran Mahfud MD tentang Politik Hukum Islam sebagai Sumber Hukum Di Indonesia”. (Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan , Lampung, 2017).
Aswan Irfan Riansyah, “Relasi Antara Politik Dan Hukum Menurut Pandangan Mahfud MD Dan Fiqh Siyasah”. (Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan , Lampung, 2018).
Magnis Suseno, Franz, Artikel Di Tulis Dari Kuliah Umum “Sekitar Etika Politik”, Yogyakarta: UGM, 2007.
Mahfud Md, “Etika Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Berdasarkan Konstitusi”.(Makalah yang disampaikan Pada dalam rangka kuliah perdana program pascasarjana Universitas Gadjah Mada Tahun Akademik 2012/2013, yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 17 September 2012).
Novitasari, “Konsep Demokrasi Menurut Mahfud MD dalam perspektif Siyasah Islam”. (Skripsi program Sarjana Hukum, Universitas Islam Negeri Raden Intan , Lampung, 2017).