Etika Menggunakan Jejaring Sosial

5
ETIKA MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL Tentu publik masih ingat betul bagaimana kasus yang menimpa Muhammad Arsyad, pemuda 24 tahun yang kesehariannya berprofesi sebagai pekerja pembakar sate. Yang bersangkutan pun di jerat pasal berlapis mulai dari penghinaan, Pornografi dan UU ITE. Celotehan MA dalam situs jejaring sosial dalam hal ini Facebook menjadi preseden buruk bagi Netter yang hobi berselancar di dunia Maya. Tentu dia tidak mengira status atau gambar yang diunggahnya di FB menggringnya ke Hotel Prodeo walaupun untuk sementara yang bersangkutan mendapat penanguhan penahanan setelah orang tua MA bertemu dan meminta maaf kepada Jokowi. Dalam kasus yang hampir mirip tentu publik masih segar dengan kasus yang menimpa seorang Mahasiswi disebuah Universitas di Yogyakarta Florence Sihombing, dimana lewatnya statusnya di Path yang menghina warga Yogyakarta membuat warga yogya berang dan berniat mengusirnya dari Yogyakarta, pun halnya dalam media sosial Florence dibully oleh berbagai kalangan. A. Booming Sosial Media Tidak dipungkiri bahwa media sosial di Indonesia mengalami pertuumbuhan yang sangat pesat. Pengguna media sosial semakin hari semakin bertambah. Oleh sebab itu wajar kiranya jika media sosial selain dijadikan sebagai ajang berinteraksi sosial, bersilaturahmi juga menjadi ajang bisnis atau market yang sangat diperhitungkan di masa-masa yang akan datang. Media sosial atau jejaring sosial sebagai sebuah sosial pertama kali diperkenalkan oleh Professor J.A Barnespada tahun 1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan. Bagi Andres

description

Etika dalam menggunakan jejaring sosial

Transcript of Etika Menggunakan Jejaring Sosial

Page 1: Etika Menggunakan Jejaring Sosial

ETIKA MENGGUNAKAN JEJARING SOSIAL

Tentu publik masih ingat betul bagaimana kasus yang menimpa Muhammad Arsyad, pemuda 24 tahun yang kesehariannya berprofesi sebagai pekerja pembakar sate. Yang bersangkutan pun di jerat pasal berlapis mulai dari penghinaan, Pornografi dan UU ITE. Celotehan MA dalam situs jejaring sosial dalam hal ini Facebook menjadi preseden buruk bagi Netter yang hobi berselancar di dunia Maya. Tentu dia tidak mengira status atau gambar yang diunggahnya di FB menggringnya ke Hotel Prodeo walaupun untuk sementara yang bersangkutan mendapat penanguhan penahanan setelah orang tua MA bertemu dan meminta maaf kepada Jokowi.

Dalam kasus yang hampir mirip tentu publik masih segar dengan kasus yang menimpa seorang Mahasiswi disebuah Universitas di Yogyakarta Florence Sihombing, dimana lewatnya statusnya di Path yang menghina warga Yogyakarta membuat warga yogya berang dan berniat mengusirnya dari Yogyakarta, pun halnya dalam media sosial Florence dibully oleh berbagai kalangan.

A. Booming Sosial Media

Tidak dipungkiri bahwa media sosial di Indonesia mengalami pertuumbuhan yang sangat pesat. Pengguna media sosial semakin hari semakin bertambah. Oleh sebab itu wajar kiranya jika media sosial selain dijadikan sebagai ajang berinteraksi sosial, bersilaturahmi juga menjadi ajang bisnis atau market yang sangat diperhitungkan di masa-masa yang akan datang.

Media sosial atau jejaring sosial sebagai sebuah sosial pertama kali diperkenalkan oleh Professor J.A Barnespada tahun 1954. Jejaring sosial merupakan sebuah sistem struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individu atau organisasi. Jejaring sosial ini akan membuat mereka yang memiliki kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang telah dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga bisa saling berhubungan. Bagi Andres Kaplan dan Michael Hanlein (2010) media sosial diartikan sebagai seperangkat aplikasi yang dijalankan dalam jaringan internet dan memiliki idiologi untuk penggunaan web 2.0 yang berfungsi sebagai tukar menukar content (isi).

Dua situs jejaring sosial yang paling terkenal dan banyak digunakan saat ini adalah Facebook dan Twitter. Namun saat ini jenis (kind) dari jejaring sosial semakin beragam ada path, instagram, Linkedin, Myspace dan lain sebagainya yang disesuikan dengan target market yang ingin disasar oleh Media sosial tersebut. Dalam konteks Asia tenggara Indonesia merupakan pengguna internet terbesar termasuk media sosial. Bukan cuman itu saja berdasarkan Survei Data Global Web Index, Indonesia adalah Negara yang memiliki pengguna sosial media yang paling aktif di asia. Indonesia memiliki 79,7% user aktif di social media mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72%, Cina 67%.

Page 2: Etika Menggunakan Jejaring Sosial

Berdasarkan data statistik indikator pengguna sosial media di Indonesia yang kami dapatkan yakni, untuk persentase jumlah pengguna sosial media di Indonesia 15% dari total populasi, rata-rata waktu yang dibutuhkan user untuk mengakses sosial media di Indonesia sekitar 2 jam 54 menit setiap harinya. Sedang persentase user yang mengakses sosial media melalui mobile atau smarphonenya 74%.

Sementara indikator pengguna media sosial di Indonesia sekitar 15%, hampir sama dengan total perkembangan pemakai internet di Indonesia. Artinya, hampir semua pengguna internet di Indonesia memiliki akun media sosial. Sayangnya, perkembangan media sosial yang begitu pesat tidak diikuti dengan penggunaannya secara bijak. Hal inilah yang sering menjadi pemicu munculnya kesalahpahaman di antara para pengguna.

B. Cerdas Berkomunikasi

Berdasarkan data statistik indikator pengguna sosial media di Indonesia yang kami dapatkan yakni, untuk persentase jumlah pengguna sosial media di Indonesia 15% dari total populasi, rata-rata waktu yang dibutuhkan user untuk mengakses sosial media di Indonesia sekitar 2 jam 54 menit setiap harinya. Sedang persentase user yang mengakses sosial media melalui mobile atau smarphonenya 74%. Artinya hampir setiap jam User di Indonesia mengakses media sosial hampir setiap jam nya.

Banyak hal yang bisa dilakukan melalui media sosial berkirim komentar , pesan sampai mengirim gambar. Namun tidak selamanya apa yang kita kirim apa yang kita bahas memiliki nuansa positif bahkan tidak jarang bisa kita lihat banyak juga konten-konten yang mengandung unsur negatif. Penulis merupakan salah satu pengguna aktif media sosial, dalam dunia maya apakah itu media sosial, informasi mengalir begitu bebas tanpaada filter. Filter itu sendiri adalah diri kita sendiri (ourselves). Ketika kita kebablasan dalam bersikap, emosional dalam menggunakan media sosial maka yang terjadi adalah hal-hal yang diluar batas etika terkadang bisa muncul.

Dengan dalih kebebasan menyampaikan pendapat gagasan dan lain sebagainya terkadang hal-hal yang kita lakukan melanggar hukum. Pada dasarnya media sosial sama dengan dunia nyata ada aturan hukum yang mengikatnya. Dan ini sebenarnya yang banyak tidak dipahami oleh user media online. Hal itu pulalah yang terjadi pada MA ataupun florence Sihombing.

Jika kurang lengkap misalnya bisa kita buktikan lagi dengan dilaporkan Dewi Persik oleh Johnsin Yaptonaga pengusaha Mobil mewah lamborgini dikarenakan statusnya di twitter yang katanya adalah kebohongan dan mencemarkan nama baiknya. Jelas sudah memang media sosial apapun cerinya harus disikapi dengan bijak dan beretika ketika hendak membuat suatus, ,memposting gambar dan lain sebagainya harus ada filter terlebih dahulu dari diri kita sendiri apakah postingan kita merupakan fitnah,menyinggung orang lain , mencemarkan nama orang lain, pornografi dan sebagainya.

Page 3: Etika Menggunakan Jejaring Sosial

Karena itu, sebelum terjun ke dalam media sosial perlu dipahami terlebih dahulu etika berkomunikasi, sehingga dapat tercipta santun bermedia sosial. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi di media sosial. Gunakan pilihan kata yang tepat. Pilihlah kata-kata yang sopan—tidak kasar, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan keambiguan sehingga orang lain yang membaca pun tidak salah menafsirkan maksud Anda. Ini sangat penting sebab Anda dan orang lain tidak langsung bertatap muka.

Hindari isu sensitif. Jangan sesekali mengumbar hal-hal atau isu yang sensitif di media sosial, seperti isu SARA, apalagi jika pandangan Anda memihak. Demikian juga dengan pornografi. Sebaiknya berikan informasi untuk hal-hal yang berguna sehingga tidak menyebabkan konflik antarsesama pada situs jejaring tersebut.

Tidak menjatuhkan. Media sosial diciptakan untuk menjalin komunikasi bukan untuk menjatuhkan satu sama lain. Hindari kalimat mengejek atau mengumpat, apalagi memfitnah yang ditujukan untuk seseorang. Sebab, meski Anda tidak ‘berteman’ dengan orang tersebut, bukan tidak mungkin ‘pesan’ Anda akan tersampaikan padanya.

Batasi informasi pribadi. Media sosial memang tidak membatasi mengenai apa yang akan Anda tulis, tapi bijaklah dalam meng-update status. Tidak semua orang harus tahu mengenai kehidupan pribadi kita, apalagi masalah yang terjadi dalam ranah keluarga.

Simpan hal-hal sensitif untuk diri sendiri. Tidak ikut berkomentar. Banyak berita beredar di media sosial yang membuat kita ikut berkomentar. Sebelum ikut berkomentar ada baiknya cari tahu dulu kebenaran atau informasi terkait berita tersebut. Sebab, bila hal tersebut berhubungan dengan nama besar atau brand, bukan tidak mungkin kita dapat dikenakan UU ITE pasal 27 ayat 3 tentang pencemaran nama baik.

Sudah saatnya user media sosial harus memperbaiki cara berkomunikasi yang beretika baik di dunia nyata atau di dunia maya melalui instrumen Media Sosial. Melek Hukum terkait transaksi elektronik menjadi keharusan sebelum kita mengarungi lebih jauh di Media sosial yang tidak memiliki filter dan bisa diupdate secara bebas oleh siapapun tanpa batas.