ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

30
PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN, KEUANGAN SERTA TEKNOLOGI DAN MENGHADAPI ERA GLOBALISASI MAKALAH ETIKA BISNIS Nama :Alwin Caecario NPM : 10210586 Kelas : 4EA11 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

description

ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Transcript of ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Page 1: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG

PEMASARAN, KEUANGAN SERTA TEKNOLOGI DAN

MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

MAKALAH ETIKA BISNIS

Nama :Alwin Caecario

NPM : 10210586

Kelas : 4EA11

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2013

Page 2: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG

PEMASARAN, KEUANGAN SERTA TEKNOLOGI DAN

MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang

benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana

diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh

aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika

Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku

karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat

dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika,

yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan

dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang

berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan

termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan

pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan

sikap yang profesional.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara

lain adalah:

1. Pengendalian diri.

2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility).

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh

pesatnya perkembangan informasi dan teknologi.

4. Menciptakan persaingan yang sehat.

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”.

Page 3: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan

Komisi)

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar.

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan

golongan pengusaha ke bawah.

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati

bersama.

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang

telah disepakati.

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum

positif yang berupa peraturan perundang-undangan.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen

Jouurnal (1988), memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah

laku etika bisnis, yaitu :

1. Dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat

memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang

tidak membahayakan dan dengan Utilitarian Approach : setiap tindakan

harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena biaya serendah-

rendahnya.

2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan

kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan

ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan

menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.

3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang

sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan

baik secara perseorangan ataupun secara kelompok

Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika Bisnis yang positif :

1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi.

Page 4: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi.

Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai

yang kita yakini sebagai kebenaran.

2. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness.

Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan

jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap

karyawan diberi kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah

diterapkan.

3. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.

Integritas merujuk pada keutuhan pribadi,kepercayaan dan konsistensi.

Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan

berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.

4. Etika Bisnis itumembutuhkan kejujuran.

Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan

menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran.

Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh

produknya.

5. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.

Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami

kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada

klien atau stake-holder Anda.

6. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.

Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi

atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak

hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan

tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin

kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.

7. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal.

Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya

dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat

direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi

Page 5: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya,

ruang lingkup etika bisnis itu universal.

8. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.

Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki

sistem kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan

bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkandiri untuk masa

depan. Bisnis yang tidak punya rencana untuk menghasilkan keuntungan

bukanlah perusahaan yang beretika.

9. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.

Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis.

Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika

menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu,

perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-

hari.

10. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan.

Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan

sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin

yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.

Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan

sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas,

rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi

seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan

massif. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat

umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat

bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.

Prinsip Etika Bisnis

Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik

sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan

prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-

masing masyarakat.

Page 6: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa prinsip etika bisnis sebagai berikut :

1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan

bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk

dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang

diambil.

2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak

berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci

keberhasilan suatu bisnis (missal, kejujuran dalam pelaksanaan

kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan

kerja dan lain-lain).

3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat

perlakuan yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak

ada yang boleh dirugikan haknya.

4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling

menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.

5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis

dimana para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka

harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap dipercaya dan

merupakan perusahaan terbaik.

Konsep Etika Bisnis dalam Pemasaran

3 konsep etika dalam pemasaran menurut John R. Boatright adalah :

1. Fairness (Justice)

Fairness menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan yang

paling dasar dari transaksi pasar. Setiap pertukaran atau transaksi

dianggap fair atau adil ketika satu sama lain memberikan keuntungan

(mutually beneficial) dan memberikan informasi yang memadai.

Namun, pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan. Hal

ini disebabkan karena penjual tidak memiliki kewajiban untuk

menyediakan semua informasi yang relevan kepada

Page 7: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

pembeli/pelanggan, dan pembeli memiliki suatu kewajiban untuk

diinformasikan mengenai apa yang dibelinya.

Pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kewajiban menyangkut

informasi ini terbagi menjadi 2 doktrin tradisional dalam pemasaran,

yaitu caveat emptor (biarkan pembeli berhati – hati) dan caveat

venditor (biarkan penjual berhati – hati).

2. Freedom

Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen.

Freedom dapat dikatakan tidak ada apabila pemasar melakukan praktik

manipulasi, dan mengambil keuntungan dari populasi yang tidak

berdaya seperti anak – anak, orang – orang miskin, dan kaum lansia.

3. Well-being

Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk

dan juga periklanan, dan juga product safety.

Norma & Etika Umum dalam bidang Pemasaran

- Etika pemasaran dalam konsep produk

o Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat.

o Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit

o Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi

o Produk yang dapat memuaskan masyarakat

- Etika pemasaran dalam konteks harga

o Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.

o Perusahaan mencari margin laba yang layak.

o Harga dibebani cost produksi yang layak.

- Etika pemasaran dalam konteks tempat/distribusi

o Barang dijamin keamanan dan keutuhannya.

o Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat.

- Etika pemasaran dalam konteks promosi

Page 8: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

o Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan

obyektif.

o Sabagai sarana untuk membangun image positif.

o Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.

o Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.

o Tidak mengecewakan konsumen.

Ada tiga fakor yang mempengaruhi manajer pemasaran untuk melakukan tindakan

tidak etis (Schermerhorn, 1999), yaitu :

1. Manajer sebagai pribadi. Manajer sebagai pribadi ingin memaksimalkan

keuntungan bagi dirinya sendiri, faktor lain yang mendorong manajer

melakukan perilaku tidak etis yaitu agama dan tingkat pendidikan

2. Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari top

manajemen akan mempengaruhi tindakan etis para manajer, sehingga

kadangkala mereka mengabaikan prinsip-prinsip pribadi mereka untuk

kepentingan organisasi.

3. Lingkungan

Konsep Etika Bisnis dalam Keuangan

Beberapa praktek etika bisnis dalam dunia keuangan diantaranya :

1) Insider trading

Insider trading adalah contoh mengenai cara berbisnis yang tidak fair.

Dengan insider trading dimaksudkan menjual atau membeli saham

berdasarkan informasi dari dalam yang tidak tersedia bagi umum. Pada

tahun 1980an di Amerika Serikat terjadi beberapa kasus yang

menghebohkan. Dalam satu kasus umpamanya , ada orang yang membeli

150.000 saham dari suatu perusahaan, setelah ia mendengar informasi

bahwa mereka akan mengadakan merger dengan perusahaan lain. Publik

belum tahu tentang rencana itu. Setelah renceana merger diumumkan ia

dapat menjual sahamnya dan untung 2,7 juta dollar. Mengapa insider

trading dikatakan tidak fair ? Karena tidak disetujui oleh pihak lain yang

Page 9: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

aktif di pasar saham. Bursa efek sebagai institusi justru mengandaikan

semua orang yang bergiat di sini mempunyai pengetahuan yang sama

tentang keadaan perusahaan yang mereka jual belikan saham nya. Orang

yang bergerak atas dasar informasi dari sumber tidak umum (rahasia dan

tersembunyi) tidak berlaku fair.

2) Etika Investasi.

Dalam dunia usaha, investasi merupakan unsur penting yang tidak bisa

dipisahkan, karena investasi tersebut adalah salah satu unsur penting

dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara tersebut. Dimana konsep

pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh SDA(sumber daya alam) dan

SDM( sumber daya manusia). Kedua unsur tersebut tidak terlepas dari

adanya investasi yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk dapat

memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu Negara dan

meningkatkan produktifitas sumber daya manusianya. Bagian penting

investasi juga dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat

suatu Negara, karena dana suatu usaha yang dimiliki oleh seseorang tidak

boleh mengendap dan harus berputar. Jadi setiap orang yang memiliki

kelebihan dana harus diinvestasikan agar produktif, sehingga dapat

memberikan keseimbangan ekonomi di masyarakat dan kesejahteraan

masyarakat dapat merata dalam suatu negara.

Etika dalam praktik investasi didasarkan pada nilai-nilai dasar yang

mendorong proses investment. Investasi bukan hanya sarana untuk

memaksimalkan keuntungan saja, tetapi dapat juga sebagai alat untuk

melayani masyarakat dalam hal mencari pekerjaan yang menghasilkan

keuntungan, melindungi lingkungan, mempromosikan hak asasi dan

demokratisasi. Investasi yang etis memerlukan transparansi, tanggung

jawab sosial yang sesungguhnya, dan dalam proses mencari yang adil

kembali pada investasi tersebut.

Etika dalam praktik investasi bukan hanya tentang keuangan saja, tetapi

melibatkan investasi dalam waktu, sumber daya, ide dan proses yang lebih

besar untuk umum baik dari manusia dan lingkungan. Selain itu, investasi

Page 10: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa resiko

keuangan bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi

disebabkan oleh banyak hal seperti faktor keamanan (baik dari bencana

alam atau yang diakibatkan oleh manusia), ketertiban hukum dan lain-lain.

3) Takeovers, Merger, and Leverage Buyouts (LBOs)

Akuisisi dapat dilakukan secara “ bersahabat “ ataupun dengan cara “

hostile takeover “. Umumnya penolakan akuisisi berasal dari pihak

manajemen perusahaan yang akan diakuisisi. Hal ini dapat dimengerti,

karena merekalah yang kemungkinan besar akan kehilangan posisi

mereka. Untuk mengatasi kemungkinan ini, mereka mungkin

menggunakan berbagai taktik mempertahankan diri seperti golden

parachute, white knight, dan poisson pill.

Dalam peristiwa akuisisi, pihak yang seringkali tidak setuju adalah

manajemen dari perusahaan yang akan dibeli ( acquired company ). Hal

ini disebabkan karena adanya ketakutan dari pihak manajemen perusahaan

yang akan dibeli akan terancam posisi apakah digeser, diganti atau

mungkin dihilangkan posisi jabatan yang ada sebelumnya.

Apabila merger dapat dilakukan secara bersahabat ( friendly merger ),

maka manajemen kedua perusahaan akan melakukan perundingan yang

berkaitan dengan harga yang wajar, pembayaran akuisisi dan lain

sebagainya yang akan diusulkan kepada pemilik perusahaan. Akan tetapi

apabila manajemen perusahaan yang akan diakuisisi tidak setuju dengan

usulan-usulan yang diajukan oleh perusahaan yang akan mengakuisisi,

maka proses akuisisi ini akan dilakukan dengan cara hostile takeover.

Hostile takeover berarti cara akuisisi yang dilakukan dengan tidak

mengajak berunding perusahaan yang akan diakuisisi ( acquired

company ), perusahaan yang akan mengakuisisi mungkin akan

memberikan tawaran yang cukup menarik agar acquired company mau

menjual perusahaannya, misalnya dengan menawarkan harga saham yang

lebih tinggi dari harga pasar.

Page 11: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Dalam hal ini, pihak manajemen perusahaan yang akan diakuisisi,

kemungkinan akan melakukan berbagai macam taktik untuk

mempertahankan diri ( defense tactics ) yang intinya bertujuan agar supaya

akuisisi yang akan dilakukan tidak terjadi. Dengan demikian posisi yang

mereka duduki selama ini di dalam manajemen perusahaan tidak akan

terancam. Beberapa taktik yang kemungkinan dilakukan antara lain adalah

Golden Parachute, yaitu taktik yang dinyatakan dalam kontrak kerja, yang

menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memperoleh kompensasi

yang sangat besar apabila mereka kehilangan jabatan karena perusahaan

dimana mereka bekerja telah diakuisisi oleh perusahaan lain.

Etika Investasi.

Pasar Modal seringkali dilihat sebagai wahana investasi yang bersifat hit and run,

dimana investor mencari keuntungan yang sebesar-besarnya dalam waktu

sesingkat-singkatnya, atau zero sum game, dimana keuntungan seorang investor

identik dengan kerugian yang diderita oleh investor lain. Pendapat ini, walaupun

memang didasarkan atas praktek yang sering terjadi di pasar modal, tentunya

tidak menggambarkan wajah pasar modal secara keseluruhan. Ibarat sebuah pisau

yangdapat digunakan untuk menyakiti namun juga dapat digunakan untuk

mengobati orang, investasi di pasar modal dapat dimanfaatkan untuk meraih

keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan orang lain, namun juga dapat

dimanfaatkan untuk mempengaruhi perusahaanagar menjalankan usahanya

berdasarkan prinsip-prinsip sosial yang bertanggung jawab. Contohnya adalah

dengan memanfaatkan hak suara pemegang saham untuk membuat perusahaan

mengikuti prinsip good corporate governance, lingkungan hidup, dan hak asasi

manusia. Pendekatan investasi yang disebut terakhir ini, atau dikenal dengan

istilah Socially Responsible Investment (SRI), pada akhirnya bukan saja

menyehatkan perekonomian secara keseluruhan, namun juga menjaga

keberlangsungan sumber-sumber daya alam.

Secara umum SRI didefinisikan sebagai filosofi investasi yang memasukkan

pertimbangan-pertimbangan etika dan moral disamping pertimbangan finansial.

Page 12: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Adapun pertimbangan-pertimbangan etika dan moral tersebut mencakup masalah-

masalah lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan corporate governance.

ETIKA BISNIS DALAM TEKNOLOGI

Kita hidup di zaman ketika kemajuan teknologi berkembang secara pesat.

Setiap generasi baru mengalami kemajuan teknologi yang tidak dilihat oleh

generasi sebelumnya; teknologi adalah bagaimana kita mempertahankan hidup

dan membuat kehidupan kita menjadi semakin nyaman. Teknologi adalah inti dari

banyak bisnis, apakah itu digunakan untuk mengejar produk baru atau proses atau

sebagai sarana untuk mencapai target berharga lainnya. Namun, teknologi

bagaikan pedang bermata dua. Banyak manfaat positif yang mengalir dari

kemajuan teknologi. Dengan cara yang sama, namun, banyak masalah-masalah

baru atau tantangan yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi. Futuris John

Naisbitt, misalnya, telah mempertanyakan apakah kemajuan teknologi memiliki

potensi untuk memberikan kebebasan dan kekuatan yang merusak moral

masyarakat. Dia mengatakan bahwa, apabila dipergunakan secara benar, teknologi

dapat mendukung dan meningkatkan kehidupan manusia, namun apabila

dipergunakan dengan tidak benar maka dapat merusak dan meendistorsi

masyarakat.

Teknologi telah menjadi bagian utama dari proses bisnis dewasa ini.

Selain itu, isu-isu etis untuk bisnis dan masyarakat telah muncul sebagai akibat

dari kemajuan teknologi. Banyak yang berpendapat bahwa teknologi berkembang

dengan kecepatan yang signifikan melampaui kapasitas masyarakat, pemerintah,

ataupun pebisnis untuk dapat memahami konsekuensi dan etika dari teknologi.

Teknologi mengacu pada semua cara yang dilakukan oleh manusia dalam

memanfaatkan penemuan-penemuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan

hasrat hidup. Sejak awal mula, manusia telah menciptakan dan mengembangkan

berbagai macam peralatan, teknik, mesin, dan bahan-bahan yang dipergunakan

untuk mempertahankan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Sumber daya

juga telah ditemukan dan dikembangkan. Kemajuan teknologi ini telah membuat

Page 13: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

pekerjaan dan aktivitas bisnis manusia menjadi jauh lebih mudah dan lebih

productive. Maka dapat disimpulkan bahwa bisnis telah terkait sangat erat dengan

teknologi lebih dari sektor lainnya.

Manfaat Teknologi

Kita memiliki kehidupan yang jauh lebih baik hari ini sebagai karyawan,

konsumen, dan anggota masyarakat karena perkembangan teknologi yang

semakin pesat. Teknologi telah membantu kita mendapatkan kendali atas alam,

dan untuk membangun kehidupan yang lebih beradab. Selama berabad-abad,

teknologi telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat terutama di empat

bidang berikut. Pertama, teknologi telah meningkatkan produksi barang dan jasa,

dimana manfaat terutama dirasakan oleh sektor bisnis. Di pertengahan tahun

1800-an, manusia dan binatang adalah sumber utama listrik di peternakan. Pada

awal 1900-an, traktor dan mesin lain yang didukung oleh bensin dan listrik

menjadi sesuatu yang umum. Hari ini, mesin melakukan hampir semua pekerjaan

di peternakan. Perkembangan tersebut terjadi pada sektor manufaktur,

pertambangan, dan industri lainnya; sehingga jumlah produk yang tersedia untuk

dijual dan konsumsi meningkat pesat.

Kedua, teknologi telah mengurangi jumlah tenaga kerja yang diperlukan

untuk memproduksi barang dan jasa. Tidak hanya jumlah produksi yang

meningkat, namun juga produktivitas. Hal ini telah mengakibatkan lebih banyak

waktu luang, yang telah secara signifikan mempengaruhi gaya hidup. Ketiga,

teknologi membutuhkan jumlah sumber daya manusia yang jauh lebih rendah

dibandingkan sistem manual, hal tersebut menjadikan pekerjaan menjadi jauh

lebih mudah dan lebih aman. Keempat, standar hidup yang semakin tinggi adalah

akibat langsung dari teknologi. Hari ini, di negara yang telah mampu mengambil

keuntungan dari teknologi, warga negaranya memiliki kehidupan yang sejahtera

dan harapan hidup semakin meningkat.

Efek Samping dan Tantangan Teknologi

Page 14: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Meskipun teknologi telah memberikan begitu banyak manfaat bagi

masyarakat, namun ada beberapa efek samping yang sering kali tidak diantisipasi

sebelumnya. Sebagai contoh adalah permasalahan teknologi pada kendaraan

bermotor. Dari tahun 1800-an ke awal 1900-an diyakini bahwa mobil akan lebih

tenang, tidak bising, dan tidak berbau seperti transportasi dengan menggunakan

kuda. Namun dalam kenyataannya, kendaraan bermotor jauh lebih berisik dan

mendatangkan polusi udara dan kelangkaan sumber daya yang signifikan. Polusi

udara jelas mengganggu kesehatan masyarakat. Selain itu mengakibatkan

banyaknya kecelakaan kendaraan bermotor.

Terdapat 4 (empat) efek samping negatif dari teknologi. Pencemaran

lingkungan menduduki peringkat pertama sebagai salah satu efek negatif dari

teknologi. Meskipun telah banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah ini,

negara-negara industri di dunia tetap menghadapi permasalahan signifikan terkait

udara, air, tanah, limbah padat, dan polusi suara. Pengaruh iklim dan pemanasan

global adalah topik yang tak dapat dielakkan dalam kaitannya dengan teknologi

saat ini. Kedua, meipisnya sumber daya alam. Kemajuan teknologi yang begitu

pesat dan terus-menerus mengancam pasokan sumber daya alam. Kelangkaan

bahan bakar sangat sering dijumpai saat ini. Ketiga, masalah pengangguran.

Dengan teknologi yang semakin pesat, mesin mengambil tempat manusia dalam

industri, seperti yang telah kita alami dalam fase pengembangan industri

otomatisasi. Keempat, banyak pekerjaan dalam dunia teknologi gagal untuk

memberikan para pekerja rasa keberhasilan dan kepuasan akan apa yang mereka

lakukan. Teknologi baru yang muncul menghadirkan banyak tantangan untuk

manajer, organisasi, dan masyarakat.

Etika dan Teknologi

Yang pasti, teknologi memiliki banyak manfaat bagi umat manusia.

Perspektif kami pada saat ini adalah untuk menaikkan pertanyaan etis yang

mungkin berhubungan dengan pengembangan bisnis dan penggunaan teknologi

dan inovasi. Seperti pengambilan keputusan manajemen dan globalisasi Segala

tindakan masyarakat dalam dunia bisnis berkaitan dengan teknologi dan memiliki

Page 15: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

implikasi etis yang harus diidentifikasi dan dibahas. Manajemen perusahaan

bertujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak bermoral dalam praktik

teknologi.

Penerapan etika bisnis menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang

melibatkan teknologi. Tujuan dari para manajer bisnis adalah untuk meraih

keuntungan dan menghindari kerugian. Dalam membuat keputusan etis, norma-

norma yang berlaku mengenai teknologi harus diuji oleh prinsip-prinsip keadilan,

perlindungan hak-hak, dan utilitarianisme. 

Sehubungan dengan tiga model dari etika-etika manajemen, masyarakat

bisnis harus menghindari praktek-praktek teknologi yang tidak bermoral dalam

produk, proses, dan aplikasi. Ada banyak ruang untuk penyalahgunaan dan salah

tafsir. Teknologi adalah anugerah bagi umat manusia yang sangat mudah untuk

mengabaikan atau gagal untuk membedakan dimensi etis pengambilan keputusan

dan aplikasi. Manajer harus berusaha untuk mematuhi standar tinggi etika perilaku

dan kebijakan, hati-hati memperhatikan hukum yang ada, dan menampilkan

kepemimpinan yang beretika dalam mengantisipasi dan menanggapi teknologi

yang berhubungan dengan dilema etika.

Kasus PT. Indosat dan Anak Perusahaannya (IM2) Terkait Etika Bisnis dan

Teknologi

Kasus dibangun dengan tuduhan adanya pelanggaran pada kerja sama

antara Indosat sebagai penyelenggara jaringan telekomunikasi (Jartel) dengan

anak usahanya Indosat Mega Media (IM2) yang merupakan penyelenggara jasa

telekomunikasi (Jastel). Pada kerja sama ini, IM2 menyediakan kepada

masyarakat layanan akses Internet, yang merupakan sub jasa telekomunikasi,

menggunakan jaringan nirkabel berkecepatan tinggi yang populer disebut dengan

nama 3G (third generation). Jaringan 3G tersebut beroperasi pada pita frekuensi

2,1 GHz yang dialokasikan oleh pemerintah selebar 10 MHz kepada Indosat

melalui proses tender.

Menurut penyidik Kejagung, seperti diberitakan selama ini, IM2 tidak

menggunakan jaringan milik Indosat, tetapi menggunakan frekuensi milik induk

Page 16: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

perusahaannya itu, kemudian mengembangkan jaringan sendiri untuk layanan

Internet berbasis 3G pada masyarakat, atau kasarnya mengambil untung secara

komersial. Jika pernyataan itu benar, maka artinya frekuensi 2,1 GHz yang

dialokasikan kepada Indosat digunakan secara bersama (sharing) antara Indosat

dan IM2 dengan menggunakan jaringannya masing-masing, sebab layanan selain

Internet-IM2 seperti layanan suara, tetap dapat digunakan oleh pelanggan 3G

Indosat. Penggunaan bersama frekuensi pada hakekatnya, tanpa penetapan

Pemerintah, jelas-jelas dilarang oleh regulasi (Pasal 14, PP 53/2000 tentang

Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit).

Tetapi penggunaan jaringan, baik yang mengandung unsur frekuensi radio

atau tidak, milik Penyelenggara Jartel oleh Penyelenggara Jastel, malah didorong

oleh ketentuan yang ada (Ayat (2), Pasal 9, UU 36/1999 tentang Telekomunikasi

dan Pasal 13, PP 52/2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi). Kerja sama

penggunaan jaringan memiliki tujuan yang baik, yaitu efisiensi nasional dan

demokratisasi ekonomi berupa kesempatan usaha di bidang layanan

telekomunikasi, yang lebih luas kepada badan usaha kecil dan menengah, tanpa

harus menginvestasikan dana besar dalam membangun jaringan telekomunikasi.

Sehingga pertanyaanya, apakah IM2 hanya menggunakan frekuensi 2,1

GHz (3G) milik Indosat, atau IM2 menggunakan kapasitas jaringan 3G Indosat

secara kesatuan termasuk frekuensi 2,1 GHz di dalamnya? Bukti yang kuat untuk

membedakan kedua praktik kerja sama di atas sangat diperlukan agar majelis

hakim di pengadilan tidak sekadar tertendang "bola panas" yang harus berjibaku

membuktikan kasus teknologi ini. Khawatirnya, jika tidak dapat menjatuhkan

vonis bersalah karena tidak memiliki bukti yang kuat, pengadilan akan dituding

tidak mampu menyelesaikan kasus yang dapat menyelamatkan uang negara

bernilai 1,3 triliun rupiah.

Interferensi Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2

Penggunaan frekuensi radio bersama (sharing) oleh lebih dari satu pihak

adalah suatu pekerjaaan teknis operasional yang tidak sederhana, karena adanya

potensi besar terjadinya interferensi atau gangguan. Interferensi adalah momok

Page 17: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

sangat mengkhawatirkan bagi penyelenggara telekomunikasi, karena dapat

menyebabkan jaringan yang dibangun dengan biaya miliaran atau triliunan rupiah

menjadi sia-sia, tidak dapat dimanfaatkan.

ITU (International Telecommunication Union), lembaga khusus PBB, pun

sangat serius mengatur penggunaan frekuensi ini dengan melakukan banyak studi

dan pertemuan yang hasilnya antara lain dituangkan dalam babon "Radio

Regulation," bertujuan agar penggunaan frekuensi radio optimal karena tidak

terjadi interferensi yang mengganggu. Oleh sebab itu, bila kerja sama Indosat-IM2

berupa penggunaan bersama frekuensi rasanya mustahil, jika tidak terdapat

kesepakatan teknis tertulis tentang metode pengoperasiannya.

Kesepakatan itu diperlukan agar unit kerja masing-masing pihak dapat

menyiapkan perangkat radio yang sinyalnya tidak akan saling berinterferensi.

Kejagung dengan otoritas yang dimiliki harus dapat memperoleh bukti

administrasi dalam perjanjian kerja sama atau dokumen lain yang menjelaskan

adanya kesepakatan teknis tersebut.

Bukti Teknis Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2

Dengan mengabaikan dampak ekonomi, yaitu hilangnya kesempatan untuk

mendapatkan hasil yang optimal dari spektrum frekuensi yang dikelola,

kesepakatan teknis disebutkan di atas dapat dilakukan berupa pembagian wilayah

operasional. Misalnya, IM2 hanya dapat menggunakan pita frekuensi 2,1 GHz di

wilayah Jawa dan Sumatera sementara Indosat di wilayah lainnya. Atau, tanpa

pembagian geografi namun frequency sharingdilakukan dengan menggunakan

teknologi multiple access yang secara umum didasarkan pada:

1. Pembagian waktu penggunaan (Time Division Multiple Access/TDMA).

2. Pembagian kanal frekuensi, unit kecil dari suatu pita frekuensi, yang

digunakan masing-masing pihak (Frequency Division Multiple

Access/FDMA).

3. Pengkodean unik yang disisipkan dalam sinyal yang dikirim dan diprogram

dalam jaringan tiap pihak (Code Division Multiple Access/CDMA).

Page 18: ETIKA BISNIS DALAM PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI

Agar tuduhan tidak terbantahkan, Kejagung perlu bukti dari audit forensik

teknis atas perangkat jaringan yang digunakan oleh Indosat maupun IM2. Dimulai

dengan identifikasi perangkat pemancar dan penerima seperti BTS (Base

Transceiver Station) Indosat dan IM2, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan

metode penggunaan frekuensi secara bersama yang digunakan. Misal, jika

digunakan metode CDMA perlu ditunjukkan sampai dengan algoritma

pengkodean (coding-decoding) mana yang digunakan oleh IM2 dan mana yang

digunakan oleh Indosat.

Tanpa bukti-bukti di atas, rasanya sulit menetapkan bahwa kerja sama ini

adalah merupakan penggunaan frekuensi bersama. Karena, jika yang dilakukan

hanya uji penggunaan dan pemeriksaan dari sisi terminal pemakai maka bukti

tersebut akan sumir dan sangat lemah, informasi yang dihasilkan tidak akan

membedakannya dengan kerja sama penggunaan jaringan telekomunikasi yang

memiliki unsur frekuensi radio, yang sah secara hukum di Indonesia.

Dampak Pelanggaran Etika Bisnis dan Teknologi oleh Indosat dan IM2

Akhir dari kasus ini sangat dinantikan oleh penyelenggara telekomunikasi,

terutama penyelenggara Jastel, termasuk 200 lebih ISP (Internet Service

Provider), Content Provider, ITKP (Internet Teleponi untuk Keperluan Publik),

dan sebagainya. Karena, kalau kerja sama Indosat-IM2 ini yang merupakan kerja

sama penggunaan jaringan, namun kemudian dinyatakan sebagai pelanggaran

regulasi, maka bentuk kerja sama yang mereka lakukan dengan Penyelenggara

Jartel lain juga secara yusrisprudensi dinyatakan sebagai tindak pidana. Pasalnya,

dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada jaringan milik penyelenggara Jartel yang

tidak memiliki unsur frekuensi radio, paling tidak berupa gelombang mikro

maupun satelit. Begitu juga penyelenggara siaran TV ketika menggunakan SNG

(Satellite News Gathering), dan menggunakan kapasitas satelit dari Penyelenggara

Jartel akan dinyatakan merupakan praktik kerjasama yang melanggar hukum.