ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN...

89
ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama(S.Ag) Oleh : Samsul Hafid NIM : 1112032100012 PRODI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H/2019 M

Transcript of ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN...

Page 1: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA

DENGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama(S.Ag)

Oleh : Samsul Hafid

NIM : 1112032100012

PRODI STUDI AGAMA AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019 M

Page 2: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan
Page 3: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan
Page 4: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan
Page 5: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

i

ABSTRAK

Samsul Hafid, 1112032100012

Etika Alam Taoisme dan Relevansinya dengan Kehidupan Masyarakat

Modern.

Taoisme adalah suatu agama dan filsafat yang ajaran-ajarannya fokus

kepada masalah etika dan alam. Penelitian ini akan berusaha membuktikan

pernyataan ini dengan cara menggali langsung pemikiran Lao Tzu dan tokoh-

tokoh sentral Tao Lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taoisme menghasilkan suatu

perspektif etika kealaman dengan prinsip kebijaksanaan Tao. Etika kebijaksanaan

alam Tao ini terpancar pada 3 pola hidup yaitu jalan hidup menurut pembawaan

alamiah, prinsip hidup sewajarnya, dan prinsip hidup yang tidak bertentangan

dengan alam. Ketiga pola hidup di atas relevan dengan kehidupan masyarakat

modern yang secara subtansial dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan

masyarakat dewasa ini. Terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia yang sedang

membangun kehidupan demokratis di segala bidang melalui pemberdayaan

masyarakat madani. Maka etika demokrasi yang bersumber pada nilai kebajikan

alam sangat diperlukan.

Penulis menggunakan metode studi pustaka (Book Survey/Library

Research. Book Survey adalah suatu teknik dengan cara menuliskan data-data

yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti, serta menuliskan data-

data dari buku-buku yang ada relevansinya untuk memperoleh data pustaka. Oleh

karena itu penulis menggunakan data-data yang diperlukan, baik primer maupun

sekunder. Adapun data primer adalah kitab terjemahan Tao te Ching, buku

Filsafat Lao Tzu, Filsafat China, Lao Tzu dan Pemikirannya, Simple Taoism,

Mengenal Lebih dekat Agama Tao, dll. Sedangkan data sekunder adalah buku-

buku atau data lainnya yang masih ada kaitannya dengan topik yang sedang

dibahas.

Page 6: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan

kepada penulis segala nikmat dan rahmat-Nya, serta karunia iman dan Islam

sehingga sudah sepatutnya penulis selalu memuji keagungan-Nya. rasa syukur

pada gerak ucapan dan perbuatan akan senantiasa terpanjatkan karena sejatinya

memang harus begitu sebagai seorang hamba yang tak pernah ditinggalkan oleh

Tuhannya akan segala nikmat, dan dikesempatan ini, penulis masih diberi nikmat

kesehatan dan kesempatan menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan iringan salam

semoga senantiasa tercurah untuk sayyid Muhammad yang datang ke dunia ini

sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, menerangi alam ini dengan

kesempurnaan akhlaknya.

Kemudian, dengan segenap hati penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak

memakan waktu yang sebentar, tenaga yang tidak sedikit, pikiran dan segenap doa

serta berbagai macam usaha telah dicurahkan demi terselesainya satu karya ini.

Maka dengan selesainya skripsi sederhana ini, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang luar biasa kepada semua pihak yang telah membantu.

Untuk itu penulis persembahkan rangkaian kata “Terima Kasih” yang sedalam-

dalamnya Kepada semua pihak:

1. keluarga besar Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta yang telah memberikan

khazanah keilmuan dan kemahasiswaan selama ini, terutama kepada dekan,

wakil dekan, dosen-dosen, kajur serta sekjur Studi Agama-Agama.

Page 7: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

iii

2. Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, M. Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan tulus membimbing penulis serta meluangkan waktunya untuk menjalani

proses pembuatan skripsi hingga selesai dengan baik.

3. Kepada kedua orang-tua saya, Ahmad Maksum dan Kamirah, pemberi doa

paling utama, memberi kasih-sayang yang paling tulus, semoga mereka

berdua selalu diberkahi dan dirahmati oleh Allah SWT. Tak lupa kepada

saudara-saudara saya semoga semuanya sukses dunia-akhirat

4. Keluarga besar Studi Agama-Agama yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu. Semoga kalian semua sukses dunia-akhirat.

Akhirnya dengan keikhlasan dan ketulusan hati, penulis berdoa semoga

apa yang telah mereka berikan mendapat ganjaran yang setimpal dari Allah SWT.

Aamiin.

Penulis

Samsul Hafid

Page 8: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ........................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8

E. Metode Penelitian.................................................................................... 9

F. Landasan Teori ...................................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

BAB II SEKILAS TENTANG TAOISME ................................................................

A. Asal Usul dan Latar Belakang............................................................... 15

B. Taoisme Sebagai Agama dan Filsafat ................................................... 22

C. Ajaran-Ajaran Taoisme ......................................................................... 28

BAB III ETIKA ALAM TAOISME .............................................................................

A. Etika alam yang berpusat pada Tao ...................................................... 36

B. Konsep Manusia Bijaksana (te) dengan Wu Wei .................................. 45

C. Etika alam dalam Praktik Meditasi Taoisme ........................................ 54

BAB IV RELEVANSI ETIKA ALAM DENGAN KEHIDUPAN

MASYARAKAT MODERN ............................................................................

A. Telaah Kritis terhadap Etika Alam Taoisme ......................................... 56

B. Relevansi Etika Alam Taoisme dengan Kehidupan

Masyarakat Modern............................................................................... 66

Page 9: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

v

BAB V PENUTUP .........................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................... 76

B. Saran ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 80

Page 10: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai suatu ajaran filosofis, Taoisme didirikan oleh Lao Tzu pada

abad keenam sebelum Masehi. Ajaran ini terus berkembang sampai abad

kedua sebelum Masehi. Filsafat Taoisme juga terdiri dari aliran Chuang Tzu

dan Huang Lao. Di dalam ajaran-ajaran awal tentang Taoisme ini, Tao

dipandang sebagai “sumber yang unik dari alam semesta dan menentukan

semua hal; bahwa semua hal di dunia terdiri dari bagian yang positif dan

bagian yang negatif; dan bahwa semua yang berlawanan selalu mengubah satu

sama lain; dan bahwa orang tidak boleh melakukan tindakan yang tidak alami

tetapi mengikuti hukum kodratnya.”1 Sikap pasrah terhadap hukum kodrat dan

hukum alam ini disebut juga sebagai wu-wei.

Di dalam masyarakat Cina kuno, filsafat dan agama belumlah

dibedakan secara tegas. Sejak Taoisme mulai dikenal di dalam dunia

berbahasa Inggris, pembedaan antara Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme

sebagai agama belumlah ada. Pada pertengahan 1950, para ahli sejarah dan

Filsafat Cina berpendapat bahwa ada perbedaan tegas di antara keduanya,

walaupun memang keduanya berdiri di atas tradisi yang sama.

Perbedaan dasar antara filsafat Taoisme dan agama Taoisme terletak

pemahaman tentang tujuan dari keberadaan manusia itu sendiri. Para filsuf

Taois berpendapat bahwa tujuan setiap orang adalah mencapai transendensi

spiritual. Oleh sebab itu, mereka perlu menekuni ajaran Tao secara konsisten.

Sementara, para pemuka agama Taoisme berpendapat bahwa tujuan setiap

manusia adalah untuk mencapai keabadian, terutama keabadian tubuh fisik

(physical immortality) yang dapat dicapai dengan hidup sehat, sehingga bisa

berusia panjang. Pada titik ini, kedua ajaran Taoisme ini berbeda secara tajam.

1 Taosu Agung Kusumo, Tanya Jawab Agama Tao (Jakarta: Majelis Tao Indonesia), h.

43.

Page 11: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

2

Para filsuf Taoisme berpendapat bahwa usia panjang itu tidaklah penting.

“Hanya orang-orang yang tidak mencari kehidupan setelah mati”, demikian

tulis Lao Tzu di dalam Tao Te Ching pada bagian ke-13, “yang lebih

bijaksana di dalam memaknai hidup.”2 Di dalam beberapa tulisannya, Chuang

Tzu menyatakan, “Orang-orang Benar pada masa kuno tidak mengetahui

apapun tentang mencintai kehidupan, dan mereka juga tidak mengetahui

apapun tentang membenci kematian.” Lao Tzu juga menambahkan, “Hidup

dan mati sudah ditakdirkan – sama konstannya dengan terjadinya malam dan

subuh… manusia tidak dapat berbuat apapun tentangnya.”3 Jelaslah bahwa

para filsuf besar Taoisme menyatakan bahwa orang tidaklah perlu untuk

memilih antara kehidupan atau kematian. Alih-alih hidup di dalam keresahan

di antara keduanya, orang harus melampaui perbedaan di antara keduanya.

“Sikap transenden dari filsafat Taoisme terhadap hidup dan kematian”,

demikian tulis Xiaogan, “…..adalah mengikuti alam dan tidak melakukan

tindakan-tindakan yang tidak alami”.4 Sikap mengikuti alam disebut juga

sebagai tzu-jan5, dan sikap pasif dengan tidak melakukan tindakan-tindakan

yang tidak alami disebut juga sebagai wu-wei6.

Latar belakang sejarah tersebut mengisyaratkan bahwa Taoisme dalam

perkembangannya membawa misi keadilan dan kemanusiaan. Oleh karena itu

Taoisme menempatkan ajaran kebajikan (te) sebagai tema sentral dalam etika

kefilsafatannya.

Tao adalah sumber yang lebih tua daripada alam. Alam berakar pada

tao, segala sesuatu yang kita ketahui di dunia ini berasal dari tao,

diekspresikan sebagai yin dan yang. Jadi, apapun yang kita lakukan tidak

pelak lagi akan menciptakan lawan sendiri. Menurut Lao Ttze, untuk dapat

2 Tom Griffith (ed), Tao Te Ching Lao Tzu (EAST Street: Wordsworth, 1997), hal 39

3 Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (JAKARTA: UIN Jakarta Press,

2010), hal. 73. 4

Liu Xiaogan, “Taoism”, dalam Our Religions, Arvind Sharma (ed), New York:

HarperCollins, 1993, hal. 231-287 dikutip di https://rumahfilsafat.com/2010/07/07/etika-taoisme-

memperkenalkan-filsafat-taoisme. Diakses pada tanggal 23 Februari 2019. 5 Watter, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya, hal. 35

6 Tanggok, mengenal Lebih Dekat agama Tao, hal. 50.

Page 12: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

3

sukses di dalam kehidupan ini, seharusnya kita melangkah mundur, sehingga

keseimbangan dapat terjadi. Situasi kehidupann kelihatannya berjalan dengan

satu arah, padahal dengan segera akan memperlihatkan sifat alaminya yang

mendua. Orang bijak mendorong diperolehnya kepuasan dengan

meninggalkan keinginan yang berlebihan. Kesederhanaan akan membimbing

kita untuk bebas dari nafsu keinginan.7

Seluruh rangkaian epistemologi Taoisme, baik dalam ruang lingkup

filsafat maupun dalam tradisi keagamaannya menggambarkan secara

keseluruhan tentang etika alam.8

Lao Tze sebagai tokoh sentral dalam

Taoisme menjadi rujukan paling utama tentang etika alam ini dengan

konsepnya Back to Nature.

Back to Nature atau kembali kepada alam menggambarkan

kebijaksanaan terdapat pada sikap yang tidak menentang. Lao Tze

mengarahkan manusia melewati misteri dengan kembali ke alam sebagai inti

kehidupan. Ketika manusia bersikap menerima apa adanya, keadaan pun tidak

lagi menjadi masalah, biarlah segala hal menempuh jalannya yang alami.

Dengan demikian, segala sesuatu diurus oleh pola penggerak dan

penghentinya sendiri, yaitu Tao.9

Dengan mendukung hal-hal yang alami sebagai salah-satu prinsip

kembali kepada alam, maka kebijaksanaan akan membiarkan terwujudnya

Tao. Sehingga kebijaksanaan ditemukan di dalam keheningan, dalam

ketenangan, dalam sikap menerima apa adanya.

Etika alam Taoisme mengajarkan manusia untuk hidup kembali kepada

alam, belajar dari cara hidup alam, yaitu berbuat kebajikan (te). Menurut

Taoisme dengan berbuat kebajikan seseorang memiliki kekuatan moral, ia

dapat hidup bersama dan menghidupi sesamanya atas dasar kesucian hati yang

7 Alexanderr Simpkins, Simple Taoism, Penerj. Frans Kowa (Pt. Bhuana Ilmu Populer:

Jakarta, 2014), h. 16 8 Berbeda dengan Konfusianisme di mana fondasi ajarannya lebih dominan kepada etika

politik. (lihat Melinda, Etika Politik Agama Konghucu , UIN Jakarta: Ciputat, 2016) 9 Simpkins, Simple Taoism, h. 17

Page 13: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

4

murni (purity pure heart). Kebajikan (te) merupakan sesuatu yang ingin dituju

oleh para penganut Taoisme. Te adalah buah atau hasil yang diperoleh

seseorang apabila menjalankan Tao. Lao Tzu menjelaskan betapa mulianya

sifat yang sesuai dengan Tao, bekerja untuk menghidupi semuanya hingga

hidupnya langgeng dan abadi. Bagaimana kerasnya usaha orang budiman

untuk melenyapkan sang aku, namun bukan berarti kehilangan diri, bahkan

sebaliknya menemukan diri pribadi. Untuk mencapai kebajikan seseorang

harus berbuat sesuai dengan cara hidup Tao. Seperti yang dinyatakan oleh Lao

Tzu, bahwa kualitas kebajikan seseorang terdapat dalam cara hidupnya.10

Hidup dalam simbolisme Tao diibaratkan air, seseorang memiliki

kekuatan moral besar dan berkepribadian luhur bagaikan air. Air selalu

memberi keuntungan kepada segala benda, tetapi tidak mencari jasa. Air

selalu bersikap merendah meskipun selalu memberi manfaat kepada semua

kehidupan. Inilah gambaran sifat orang budiman. Di mana pun orang budiman

berada senantiasa dapat menyesuaikan diri, hatinya tenang bagaikan air telaga

yang dasarnya dalam. Air yang diam tandanya dalam, demikian pula dengan

hati yang tenang dan tenteram dimiliki oleh orang yang berhati luhur. Dalam

pergaulan dengan sesamanya selalu mencurahkan cinta kasihnya. Bicaranya

lemah lembut dan dapat dipercaya. Dengan hati yang tenang dan jujur dapat

menyelesaikan segala persoalan dengan bijaksana dan sempurna, senantiasa

mengerjakan tugas dengan baik. Semua tindakannya dilakukan pada waktu

yang tepat.

Filsafat Etika Taoisme dapat dikatakan empiris dan juga praktis.

Empiris, karena konsepsi kefilsafatannya merujuk pada fenomen alam yang

mudah ditangkap dan diamati oleh manusia, misalnya bagaimana sifat air dan

matahari yang dapat memberi makna simbolik bagi kehidupan manusia di

alam semesta. Praktis, karena isi pemikiran Taoisme berisi ajaran hidup etis,

atau cara hidup yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya :

kasih sayang sesama, keadilan, dan kejujuran. Ajaran Taoisme memang agak

10

Anand Krishna, Mengikuti Irama Kehidupan Tao Te Ching bagi Orang Modern (PT.

Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 1998), h. 34

Page 14: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

5

sulit untuk dipahami karena tidak sistematis, hanya berupa syair-syair dan

simbolik. Untuk memahaminya harus menggunakan metode hermeneutika

elaboratif, yaitu melakukan penafsiran terhadap konsep-konsep simbolik

kefilsafatannya dan menelusuri garis liniernya, kemudian

mengkomprehensikan ke dalam bentuk konsep kefilsafatan yang utuh. Berikut

pendekatan mengenai filsafat Taoisme. Menurut Lao Tzu, kebajikan (te)

diartikan sebagai karakter atau kekuatan moral yang mengandung tiga unsur,

yaitu sebagai berikut. (a) Suatu kata yang berarti selalu mengusahakan (to

go), kecenderungan memberi bantuan kepada orang lain. Kecenderungan

semacam ini muncul dalam diri seseorang (internal) dan bukan karena faktor

dari luar (external), misalnya pamrih. Di samping itu juga dilakukan secara

terus menerus sebagai kebiasaan dalam hidup. Mengandung arti jujur

(straight), yaitu kecenderungan sikap dan perilaku yang berbasis pada

kesucian hati yang murni (original purity). Bermakna kasih sayang (heart).

Dalam kebajikan arti hidup adalah untuk sesamanya, tanpa membeda-

bedakan.11

Dewasa ini di kalangan sebagian masyarakat Indonesia nampak

semakin surut apresiasi terhadap nilai-nilai etis. Cara-cara berpikir, bersikap

dan perilaku kian lepas dari dasar-dasar pertimbangan moral-etik, sebaliknya

mereka cenderung berorientasi pragmatis. Keputusan orang kini bukan lagi

apa yang seharusnya dilakukan, tetapi apa yang dapat dilakukan. Misalnya,

para pelaku politik dan birokrat, mereka lebih bersemangat berbicara tentang

hak tetapi mereka sepi berbicara tentang kewajiban, mereka tidak segan dan

tidak malu unjuk kebolehan memperjuangkan hak-haknya meskipun

sementara belum memberikan apa yang menjadi kewajibannya. Implikasinya,

orang lebih memilih cara pintas daripada berpikir proses yang memerlukan

pengorbanan waktu, pikiran, kesiapan ilmu. Eksesnya, kasus korupsi terus

menggejala di permukaan setiap sektor lini birokrasi pemerintahan negara.

Sementara keseimbangan hidup sebagian masyarakat terhadap lingkungan

alam semakin kurang, berimbas pada bencana alam dan kecelakaan yang terus

11

Krishna, Mengikuti Irama Kehidupan Tao Te Ching bagi OrangModern, h. 37.

Page 15: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

6

terjadi di mana-mana silih berganti. Kelestarian lingkungan alam kini sangat

memprihatinkan, padahal alam merupakan kesatuan kosmis dengan manusia.

Di sisi lain bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami masa transisi

budaya politik yang dipicu oleh dampak perkembangan era global dan krisis

yang berkepanjangan. Proses demokratisasi masyarakat sipil yang menggulir

menuntut peluang kebebasan, keterbukaan, dan ruang gerak partisipasi politik

seluruh anggota masyarakat melalui tema-tema perjuangan demokrasi dan hak

azasi manusia. Situasi sosial masyarakat seperti ini sangat rentan bagi

timbulnya anarkisme sosial, perlu didukung oleh penguatan moralitas budaya

politik masyarakat.12

Menyikapi perkembangan masyarakat Indonesia sekarang ini, perlu

belajar dari pengalaman Taoisme yang mengajarkan manusia untuk hidup

kembali kepada alam untuk berbuat kebajikan (te). Menurut Taoisme dengan

berbuat kebajikan seseorang memiliki kekuatan moral, ia dapat hidup bersama

dan menghidupi sesamanya atas dasar kesucian hati yang murni. Dengan

melakukan kebajikan ini manusia dapat mencapai kesejahteraan dan

kebahagiaan hidup, sebab berbuat kebajikan artinya seseorang telah

melakukan wu-wei, yakni tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan

hukum alam, pembawaan kodrat manusia dan kewajaran. Kepatuhan pada

hukum alam dapat memperoleh pengalaman nilai kehidupan bagi manusia,

yakni bersikap adil, kesucian hati yang murni, disiplin dan taat azas. Masalah

inilah yang akan penulis tela‟ah lebih dalam di dalam skripsi ini yang akan

penulis beri judul Etika Alam Taoisme dan Relevansinya dalam

Kehidupan Masyarakat Modern.

12

Sirojuddin ali, pancasila dalam realitas mewujudkan Negara paripurna (Jakarta:

madzhab ciputat), h. v.

Page 16: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

7

B. Rumusan dan Batasan Masalah

a. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini akan mengacu

pada rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah relevansi etika alam Taoisme dengan kehidupan

masyarakat modern?

b. Batasan Masalah

Agar pembahasan Skripsi ini terarah, spesifik dan tidak

menyimpang dari rumusan masalah, Penulis perlu mengemukakan batasan

masalah yakni Penulis hanya akan mengambil kajian etika Taoisme yang

sangat condong kepada nilai-nilai kealaman dan relevansinya dengan

kehidupan masyarakat modern.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini

adalah:

1. Untuk mengetahui etika alam dalam Taoisme.

2. Untuk mengetahui bagaimana relevansi etika alam Taoisme dengan

kehidupan Masyarakat Modern.

3. menjadi bahan tambahan referensi dan bahan bacaan serta sumbangan

khazanah pada jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

dan khalayak pada umumnya.

Page 17: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

8

4. Untuk menunjang kegiatan dan keterampilan riset yang lebih mendalam

sebagai bagian dari kesadaran yang lebih tinggi dalam bidang keilmuan.

D. Tinjauan Pustaka

Setiap penelitian harus berpegang teguh pada asas orisinalitas,

autentisitas, dan kontekstualitas (baru dan belum pernah diteliti). Melihat hal-

hal tersebut, maka penulis melakukan kajian kepustakaan untuk menguji

bahwa penelitian ini benar-benar baru dan autentik.

Sebenarnya tulisan yang berkenaan dengan Etika Taoisme sudah

banyak penulis temui, namun dari beberapa yang penulis temui baik yang

berupa buku, skripsi, artikel, maupun yang lainnya belum penulis temukan

yang spesifik dan komprehensif yang mengkaji tentang Etika alam Taoisme.

Dari hasil penelusuran penulis, ditemukan beberapa hasil penelitian yang

terkait dengan tema ini.

Pertama, Buku yang ditulis oleh Prof. Ikhsan Tanggok yang berjudul

Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Buku ini menjelaskan secara lengkap

tentang sejarah tao dan ajaran-ajarannya serta menjelaskan eksistensi tao di

Indonesia. Meskipun di Indonesia agama ini belum disetarakan dengan enam

agama, namun sejak orde baru agama ini sudah masuk dalam organisasi

tridarma. Sekarang ini, agama tao diindonesia berada di bawah naungan

majelis tao Indonesia.

Tulisan dalam Jurnal Hukum Universitas Islam Sultan Agung tahun

2005 yang ditulis oleh Irianto Widisuseno. Tulisan ini berjudul Studi tentang

Page 18: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

9

Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi Pemberdayaan bagi

Masyarakat Madani di Indonesia. Tulisan ini membahas tentang akar sejarah

filsafat Tao, hal-hal mendasar dalam etika Natural Taoisme, dan tulisan ini

juga menjelaskan bahwa etika natural Taoisme membawa misi keadilan dan

kemanusiaan. Akan tetapi tulisan ini tidak secara runtut dan komprehensif

membahas pokok persoalan yaitu tentang etika alam Tao. Setiap sub bahasan

dalam tulisan ini diuraikan tidak sampai satu halaman, dengan kata lain

pemecahan dan pendalaman masalahnya tidak sampai ke akar-akarnya. Dan

kekurangan ini yang akan penulis gali lebih dalam di Skripsi ini.

Kedua, buku yang ditulis oleh Alan Watts yang berjudul The Tao of

Philosophy. Buku ini lebih banyak menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan

mendasar filsafat barat dan filsafat timur, dalam hal ini filsafat Tao.

Ketiga, buku yang ditulis oleh Aleksander Simpkins yang berjudul

Simple Taoisme. Buku ini menjelaskan tentang Taoisme di berbagai masa,

ajaran-ajaran pokok Tao, serta praktek-praktek filosofis spiritual Taoisme.

E. Metodologi Penelitian

Suatu penelitian secara umum mengharuskan adanya metode yang

digunakan, karena tanpa adanya metode yang jelas maka suatu penelitian tidak

akan memperoleh hasil yang maksimal, sistematis, dan terarah. Hal ini juga

berlaku dalam pengumpulan data maupun pengolahan data. Untuk

mempermudah dalam penelitian ini dan agar sesuai dengan kaidah penelitian ,

maka penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Page 19: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

10

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini merupakan penelitian pustaka

(Library Research), yaitu penelitian yang berbasis pada data-data

kepustakaan berupa buku, majalah, jurnal, koran, ensiklopedi, dan lainnya

yang berisi tentang persoalan Etika Taoisme dan segala persoalan yang

berkaitan dengannya . Penelitian ini juga mengambil data dari hasil

wawancara mendalam orang-orang yang sudah sangat memahami agama

dan Filsafat Taoisme.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena tidak

menggunakan mekanisme statistika untuk mengolah data. Sifat penelitian

ini adalah deskriptif-analitik. Deskriptif adalah metode yang menggunakan

pencarian fakta yang diinterpretasi dengan tepat. Sedangkan analitik

adalah menguraikan sesuatu dengan cermat serta terarah.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipakai untuk penelitian Skripsi ini adalah

pendekatan Teologis dengan melihat Tao sebagai sistem agama. Dalam

sejarahnya Taoisme terpecah menjadi 2 aliran menjadi Taoisme sebagai

agama dan Taoisme sebagai Filsafat. Dan Taoisme yang akan diuraikan

dalam perspektif teologis dalam skripsi ini adalah Taoisme agama. Agama

Tao memiliki system kepercayaan kepada Dewa-Dewa yang banyak,

bahkan Lao Tzu dan leluhur-leluhur Tao yang lainnya oleh penganutnya

dianggap sebagai dewa yang wajib dihormati dan disembah.

Page 20: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

11

Selain itu skripsi ini juga menggunakan pendekatan Historis, yaitu

pendekatan yang dipakai dalam sebuah skripsi dengan melihat aspek

sejarahnya. Pendekatan ini melacak akar sejarah dari Tao yang konteksnya

dimulai pada zaman Yang Tzu, Lao Tzu sampai sekarang. Setiap agama

dan filsafat termasuk Taoisme pasti tidak akan terlepas dari sejarahnya

masing-masing yang menjadi pendekatan ini harus wajib dimasukkan

dalam sudut pandangan skripsi ini.

Skripsi ini juga menggunakan pendekatan Filosofis, yaitu sebuah

pendekatan yang mengkaji nilai-nilai filsafat dalam ajaran sebuah agama.

Pendekatan ini dipakai karena skripsi ini tujuan utamanya adalah

mengeksplorasi tentang nilai-nilai etika alam dalam Taoisme. Perspektif

filsafat Taoisme adalah hubungan antara Tao, manusia, dan alam. Ketiga-

tiganya tidak bisa dipisahkan satu-sama lain karena saling mengisi satu-

sama lain.

3. Sumber data.

a. Data Primer

Yaitu sumber yang memberikan data langsung yang berkaitan dengan

permasalahan yang sedang diteliti. Data ini didapat dari buku-buku,

jurnal, dan bentuk tulisan lain yang membahas tentang Taoisme.

b. Data Sekunder

Page 21: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

12

Yaitu sumber yang diperoleh dari buku, surat kabar, media online,

majalah dan sejenisnya yang mempunyai relevansi dengan judul

skripsi di atas baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun macam-macam teknik pengumpulan data yang dipakai dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun informasi

yang berkaitan dengan topic atau masalah yang sedang diteliti, baik

melalui buku-buku, karya Ilmiah, Tesis, Disertasi, dan sumber-

sumber lain.

5. Wawancara

Penulis akan melakukan wawancara mendalam dengan tokoh Tao yang

ahli terhadap ilmu-ilmu Taoisme terutama yang ahli tentang etika alam.

F. Landasan Teori

a. Etika

Secara etimologi kata “etika” berasal dari bahasa yunani yang

terdiri dari dua kata yaitu Ethos dan ethikos. Ethos berarti sifat, watak

kebiasaan, tempat yang biasa. Ethikos berarti susila, keadaban, kelakuan

Page 22: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

13

dan perbuatan yang baik.13

Sedangkan dalam bahasa Arab kata etika

dikenal dengan istilah akhlak, artinya budi pekerti. Sedangkan dalam

bahasa Indonesia disebut tata susila.14

K Bertens dalam buku etikanya

menjelaskan lebih jelas lagi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata

Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti: tempat

tinggal yang biasa; padang rumput; kandang; kebiasaan, adat; akhlak,

watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak artinya adalah

adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup

yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang atau kepada

masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu

generasi ke generasi lain. Kebiasaan hidup yang baik ini lalu dibekukan

dalam bentuk kaidah, aturan atau norma yang di sebarluaskan, dikenal,

dipahami, dan diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Kaidah, norma

atau aturan ini pada dasarnya, menyangkut baik-buruk perilaku manusia.

Atau, etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan

tentang baik-buruknya perilaku manusia, yaitu perintah yang harus

dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.15

b. Filsafat Tao

Pesan mendasar dari Taoisme adalah bahwa kehidupan ini terdiri

keseluruhan yang bersifat organik dan saling terhubung (organic and

interconnected whole), yang terus berubah secara konstan. Gerak

perubahan yang bersifat tetap ini merupakan bagian dari tatanan alam alam

13

Lorens bagus, kamus filsafat,(Jakarta: PT Gramedia pustaka, 2000), h.217 14

Hasbullah Bakry, Sistematika Filsafat,( Jakarta: Wijaya, 1978), h.9. 15

Keraf. A. Sonny. Etika Lingkungan,(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2002), h.2

Page 23: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

14

semesta. Manusia berubah bersama alam yang terus berubah secara alami.

Dengan menyadari adanya kesatuan antara alam dan manusia, dan belajar

untuk hidup menyesuaikan diri dengan gerak alam alam, orang akan

sampai pada keadaan yang sepenuhnya bebas dan merdeka, sekaligus

secara langsung terhubung dengan gerak kehidupan dari alam semesta.

Pada tahap ini, orang hidup bersama dan melalui Tao. Orang hidup dalam

kesatuan dengan Tao. Ini adalah tingkat tertinggi di dalam kehidupan

manusia.16

G. Sistematika Pembahasan

Bab 1 yang memuat tentang pendahuluan. pada bab ini akan dibahas latar

belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan dan

rumusan masalah, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,

Landasan Teori dan sistematika penulisan.

Bab 2 yang akan membahas tentang Asal Usul dan Latar Belakang,

Taoisme Sebagai Agama dan Filsafat, dan Ajaran-Ajaran Taoisme.

Bab 3 akan membahas tentang Etika Alam yang Berpusat pada Tao,

Konsep manusia bijaksana dengan Wu Wei, dan Etika Alam

dalam Praktik Meditasi Taoisme.

Bab 4 akan membahas telaah Kritis terhadap Etika Alam Taoisme dan

relevansinya dengan kehidupan masyarakat modern.

Terakhir bab 5 yang akan memuat kesimpulan dan saran-saran dari

penelitian ini

16

http://www.jadedragon.com/archives/june98/tao.html. Diakses pada tanggal 7 februari

2018.

Page 24: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

15

BAB II

SEKILAS TENTANG TAOISME

A. Asal-Usul dan Latar Belakang

Peletak dasar ajaran Taoisme adalah Yang Chu (440-260). Ajarannya

bersifat eudaemonistik, artinya bahwa manusia harus mencari kebahagiaan

tertinggi bagi dirinya, itulah yang dinamakan kebahagiaan. Ajaran ini

kemudian dikembangkan oleh Lao Tzu (abad VI SM), dan menurut

kepustakaan Cina dikenal sebagai pendiri Taoisme atau Tao Te Chia. Ajaran

Lao Tzu ini ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Lao Tzu dan buku itu

akhirnya dikenal dengan nama Tao Te Ching. Buku tersebut memuat sajak-

sajak pendek tentang etika, psikologi dan metafisika. Kemudian hari buku Lao

Tzu ini dijadikan buku suci oleh para penganut Taosime, karena memuat

aturan-aturan tata kerja Taoisme.1

Kehidupan Lao Tzu, sama seperti buku yang dia tulis, terbungkus

penuh dengan misteri. Huston Smith mengatakan bahwa banyak sekali hal

yang tidak pasti tentang dia dari sejarah-sejarahnya, yang ada hanyalah

mosaik legenda-legenda. Beberapa legenda-legenda ini luar biasa, sementara

yang lainnya tampak lebih masuk akal.

Proses kelahiran Lao Tzu, kemunculannya secara pribadi, dan segala

hal tentang, digambarkan para pengikutnya sebagai sesuatu yang bersifat gaib,

tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Konon salah satu riwayat mengatakan Lao

1 Iriyanto Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia (Semarang: Jurnal Hukum Universitas Islam

Sultang Agung, 2007), h. 10.

Page 25: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

16

Tzu diciptakan di ruang angkasa atau di ruang yang hampa. Dalam legenda

lain juga, sebagian meyakini bahwa Lao Tzu dilahirkan dalam keadaan tua, ia

berada dalam perut ibunya selama enam puluh tahun.

Catatan sejarah yang paling dapat dipercaya tentang Lao Tzu adalah

yang ditulis pada awal abad pertama sebelum masehi oleh Szu Ma Chien,

dalam bukunya Shi Chi (Catatan Sejarah). Dalam buku ini ditulis bahwa Lao

Ttzu lahir pada pada tahun 604 SM2, merupakan penduduk asli sebuah dusun

kecil yang bernama Chu Jen, dalam bagian administratif wilayah Lai atau Li,

di distrik Ku, sebuah kota dari Negara bagian Chou. Nama keluarganya adalah

Li, namanya sendiri adalah Erh. Gelarnya Po-Yang, dan sebutan anumertanya

setelah ia wafat adalah Tan. Dia bekerja di Istana Dinasti Chou sebagai Shou

Tsang shi chi shi (penjaga arsip kerajaan).3

Menurut Huston Smith, hanya ada satu cerita yang konon terekam di

zaman hidup Lao Tzu. Kisah ini menuturkan Konfusius, yang mendengar

kabar tentang Lao Ttzu, pergi menemuinya. Kabarnya Konfusius begitu

2 Tidak ada informasi yang pasti yang dapat diandalkan dari sumber-sumber berbahasa

Cina tentang tanggal kelahiran Lao Tzu. Ada yang menegaskan dia lahir pada hari ke-14 bulan ke-

9, tahun 604 SM. Alasannya Lao Tzu adalah seorang yang sezaman dengan Konfusius. Konfusius

lahir pada tahun 550 SM dan Lao Tzu sudah lebih dulu ada 50 tahun sebelum Konfusius. Maka

Lao Tzu berarti lahir pada permulaan abad ke-6 SM. Lihat Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup

dan Pemikirannya, Yogyakarta: Basa Basi, 2019. Hal 17. 3 Thomas Watters, penulis buku Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikiranya tidak sependapat

dengan para sejarawan lainnya bahwa Lao Tzu bekerja sebagai penjaga arsip kerajaan.

Menurutnya kata “Tsang” berarti lumbung atau tempat penyimpanan, dan di sebuah catatan dalam

Li-Ci, atau Record of Ceremonies, kata itu dijelaskan sebagai museum Nasional atau Museum

Kekaisaran. Lihat Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya, Yogyakarta: Basa

Basi, 2019. Hal 20.

Page 26: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

17

terkesan dengan Lao Tzu dan menyamakannya dengan seekor Naga –

Misterius, lebih besar daripada kehidupan, dan penuh teka-teki.4

Dalam pertemuan antara Konfusius dan Lao Tzu itu, suatu waktu Lao

Tzu merasa sedih karena keenggangan manusia di zamannya untuk

menumbuhkan kebaikan alami yang ia dukung sehingga Lao Tzu kemudian

mencari penyepian pribadi yang lebih dalam menjelang tahun-tahun akhir

hidupnya.

Lao Tzu bertekad melakukan pengasingan diri karena menyaksikan

kondiri negerinya, yaitu Chuo telah banyak mengalami degradasi moral. Ia

memandang bahwa takdir negerinya itu sebentar lagi akan hancur, raja-rajanya

semakin tidak bermartabat dan memiliki derajat yang semakin menurun.

Negara secara keseluruhan, mengalami perubahan dari kondisi dasarnya.

Peperangan sering terjadi. Tahun demi tahun , pasukan demi pasukan pergi

dan kembali di hadapan kerumunan orang meninggalkan kehancuran dan

kesengsaraan.5

Menyaksikan semua itu, Lao Tze pergi dengan menunggangi seekor

kerbau dan pergi kea rah barat, yang sekarang ini dikenal sebagai Tibet. Di

Lembah Hankao, dia bertemu dengan seorang penjaga gerbang negeri.

Penjaga pintu gerbang ini merasakan bahwa tokoh yang dia jumpai itu adalah

orang luar biasa yang mempunyai pengetahuan yang penuh dengan kearifan-

kearifan. Sang penjaga gerbang kemudian berusaha membujuknya untuk

4 Huston Smith, Agama-Agama Manusia terj. Dono Sunardi (Jakarta: Pt. Serambi ilmu

Semesta, 2015), h. 218. 5 Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya (Yogyakarta: Basabasi,

2019), h. 25

Page 27: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

18

kembali. Akan tetapi karena gagal melakukan ini, sang penjaga gerbang

bertanya maukah Lao Tzu setidaknya meninggalkan satu catatan mengenai

keyakinannya tentang kearifan-kearifan hidup yang dijalankanya yang bisa

bermanfaat bagi banyak orang.6

Lao Tzu setuju melakukan itu. Dia menyepi selama tiga hari dan

kembali dengan satu buku tipis berisikan 5000 kata dengan judul Tao te Ching

atau jalan dan kebajikan.7 Sampai sekarang, kitab ini tetap menjadi teks dasar

pemikiran Taois.

Yang patut dipertanyakan adalah mengapa Lao Tzu memilih jalan

meninggalkan negaranya ketimbang ia tinggal dan memperjuangkan sehingga

diharapkan bisa menjadi lebih baik. Thomas Watters beranggapan bahwa

mudah sekali dilihat mengapa filsuf seperti Lao Tze mengajarkan manusia

tidak harus memperjuangkan sesuatu, tapi malah memberikan jalan untuk hal

lain. Sebab mereka harus menjadi orang yang rendah hati dan puas dengan

keadaan yang sederhana. Karena manusia yang baik dan memiliki integritas

harus menarik diri dari bahaya-bahaya dan perbuatan jahat pemerintahan yang

durjana.8

Karena itu, dengan prinsipnya, Lao Tzu – ketika wibawa dinasti Chou

hilang, serta hari-hari penuh kejahatan dan lidah lidah yang busuk menjadi

6 Huston Smith, Agama-Agama Manusia , h. 219.

7 Para intelektual tidak beranggapan bahwa Tao te Ching ditulis oleh satu orang. Mereka

juga meragukan bahwa bentuk buku itu sebagaimana yang dikenal sekarang, sudah ada sebelum

paro ke-2 abad ketiga sebelummasehi. Akan tetapi mereka sepakat bahwa ide-ide Lao Tzu sesuai

denga titik di mana kita harus menempatkan eksistensi seseorang yang memengaruhi buku itu.

Dan mereka juga tidak berkeberatan jika menamai nama orang itu Lao Tzu. Lihat Yulius Ervan

(Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo, 2018. 8 Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya, h. 26.

Page 28: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

19

semakin memperburuk keadaan – menarik diri dari istana dan mengasingkan

diri menjadi orang yang tidk dikenal, dalam keadaan yang tidak membuat

Orang lain dengki.9

Huston Smith pernah berkomentar tentang Tao te Ching dengan mengatakan:

“Sebagai kesaksian bagi kenyamanan (at-home-ness) manusia di dalam

alam semesta, buku ini bisa dibaca dalam waktu setengah jam atau

bahkan seumur hidup.”10

Bagi yang sudah membaca kitab Tao te Ching, akan membenarkan

apa yang dikatakan oleh Huston Smith di atas. Sebagaimana sudah

disinggung sebelumnya bahwa kitab ini hanya terdiri dari 5000 kata, sangat

tipis sekali, akan tetapi dalam usaha untuk memahami misteri-misteri setiap

pernyataan yang tertulis itu, penulis setuju bahwa butuh waktu yang sangat

lama atau bahkan tidak akan pernah bisa memahami sepenuhnya setiap

kandungan-kandungan kebajikannya kecuali bagi mereka yang memang

hidup di jalan Tao.

Tao te Ching (karya klasik tentang jalan dan keluhurannya) dibagi

menjadi dua bagian. Satu bagian tentang Tao, yang artinya ketunggalan

misterius yang membimbing setiap orang dan segala sesuatu. Sedangkan

bagian lainnya tentang te, yaitu daya yang dicapai dengan mengikuti Tao.

Secara keseluruhan kitab ini terdiri dari 81 bab, berisi mengenai jalan Taois

dan menunjukkan bahwa dengan mengikutinya akan membuat manusia

mencapai kehidupan yang memuaskan. Lao Tzu memilih mengekspresikan

9Thomas Watters, Lao Tzu Kisaha Hidup Dan Pemikirannya, h. 26

10 Huston Smith, Agama-Agama Manusia , h. 219.

Page 29: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

20

Tao melalui lirik yang ambigu dan puitis, sehingga membangkitkan intuisi

mengenai Taoyang ada dalam diri pembacanya. Ia tidak berniat

menyampaikan konsep Tao melalui kata-kata yang definisinya gamblang,

karna kata-kata justru menyembunyikan Tao. Bagi Lao Tzu, hakikat batin

tidaklah untuk dikomunikasikan atau direnungkan dalam kata-kata.

Barangkali itulah cara yang paling baik; ketika Tao disembunyikan, justru

akan tersingkap.11

Menurut Prof. Iksan Tanggok, ajaran Tao te Ching ini secara social

dimulai pada abad ke-6 SM. Ide-ide yang terkandung di dalamnya adalah ide-

ide yang sudah berkembang sebelum abad ke-6 SM dan dikembangkan lebih

lanjut oleh Lao Tzu. Tidak ubahnya seperti kitab SuSi, ajaran Konfusius, yang

juga didasarkan pada ide-ide yang berkembang sebelum Konfusius lahir.12

Lebih lanjut Prof. Ikhsan Tanggok mengatakan Tao te Ching

menjelaskan tentang teori Yin dan Yang, yang menyebabkan terjadinya

sesuatu di dunia ini dan yang juga dapat menghancurkan satu dengan yang

lainnya. Termasuk juga gagasan mengenai Chi, yaitu energy kehidupan yang

menyebabkan semua makhluk hidup dapat bergerak atau hidup.

Penganut Taoisme dan masyarakat China umumnya percaya bahwa

alam semesta adalah chi. Bagi mereka, segala sesuatu yang ada di dunia

bukan hanya sekedar makhluk biologis atau makhluk berjasad. Segalanya

11

Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hhidup dalam Keseimbangan,

alihbahasa: Frans Kowa (Jakarta: Gramedia, 2000), H. 15. 12

Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2010), h. 48.

Page 30: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

21

adalah energy, atau chi, sebuah daya vital dalam alam semesta yang dapat

dimanfaat pada semua aspek kehidupan.

Di samping Tao te Ching, karya-karya klasik Taoisme yang bersifat

filosofis adalah Zuangzi. Kitab ini muncul pada abad ke-4 SM. Yang lain

adalah Leizi, yang muncul kira-kira abad ke-3 dan ke-4 M. kitab-kitab ini

menekankan mistisisme, dibentuk dengan tidak berbuat (Wu Wei) yang seolah

bertentangan dengan alam.

Tradisi bersikukuh bahwa Lao Tzu menikah dan mempunyai seorang

anak bernama Tsung. Kemudian banyak generasi berikut yang mengaku

sebagai keturunan Lao Tzu. Benar tidaknya, yang pasti hal ini menunjukkan

fakta bahwa ia telah menjadi symbol penting di dalam sejarah China dan

perkembangan Taoisme. Dipercayai bahwa Lao Tzu tidak pernah membuka

aliran resmi, tetapi para muridlah yang berduyung-duyung datang padanya

dan ia memiliki sejumlah pengikut yang setia. Inilah yang menjadi awal dari

eksistensi Taoisme.13

Setelah Lao Tzu, yang paling berpengaruh terhadap Taoisme adalah

Chuang Tzu (369-286 SM). Karyanya yang dikenal sebagai Chuang-Tzu,

menguraikan dengan jelas dan mengilustrasikan konsep-konsep Tao melalui

berbagai kisah. Karya Chuang Tzu ini sangat mengilhami teori filsafat,

penyembuhan, dan estetika China pada umumnya.14

Pada perkembangan selanjutnya, lahirlah kaum neo Taois, yaitu

sekelompok intelektual yang hidup 220-420 M, yakni pada masa filsafat

13

Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam Keseimbangan, H. 13. 14

Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam Keseimbangan, H. 19.

Page 31: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

22

China dikuasai oleh Konfusianisme. Kalangan Neo-Taois menoleh kembali

pada kaum Taois klasik, Lao Tzu dan Chuang Tzu, serta I Ching15

untuk

menafsirkan kembali tema-tema Taois yang asli dan memadukannya dengan

Konfusianisme. Neo Taoisme ini juga dipengaruhi oleh ajaran Buddha yang

tersebar pesat keseluruh daratan China. Buddisme Zen yang baru didirikan

berabad-abad kemudian pun akan dipengaruhi oleh Prinsip Neo Taois.

Kebanyakan penganut Neo Taois adalah orang muda yang idealis, kaum

terpelajar.16

B. Taoisme Sebagai Agama dan Filsafat

Di China, Tao yang dipahami sebagai filsafat disebut Tao Chia, dan

Tao yang dipahami sebagai agama disebut dengan Tao Chiao. Ketika tao

dipahami sebagai agama, maka akan melahirkan upacara-upacara ritual

sebagai sarana bagi para pengikutnya untuk berhubungan dengan hal-hal yang

gaib seperti Tuhan dan Dewa-Dewa yang mereka yakini keberadaannya. Bagi

agama, hal-hal yang gaib itu tidak perlu diteliti kebenarannya secara logika,

karena kebenaran bagi para penganut agama itu terletak pada intuisi atau hati

melalui suatu keyakinan. Sedangkan bagi filsafat, hal-hal gaib yang diyakini

kebenarannya oleh para penganut agama, haruslah diteliti kembali, sehingga

menjadi masuk akal.17

15

I ching adalah kitab utama Konfusianisme dan digabungkan dalam pemikiran Taoisme.

Lihat Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam Keseimbangan, alihbahasa:

Frans Kowa (Jakarta: Gramedia, 2000), H. 5. 16

Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam Keseimbangan,

alihbahasa: Frans Kowa (Jakarta: Gramedia, 2000), H. 37. 17

Lasiyo, seri filsafat china (Yogyakarta: jurnal filsafat UGM, 1994), h. 3-4.

Page 32: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

23

Menurut kepustakaan Cina mengenai nama Taoisme sebagai filsafat

dan Taoisme sebagai agama, masing-masing memiliki ajaran yang berbeda.

Taoisme sebagai filsafat atau Tao Chia mengajarkan agar manusia hidup

mengikuti hukum alam, sedangkan Taoisme sebagai agama atau Tao Mao

mengajarkan agar manusia tidak menentang hukum alam. Kemudian dalam

perkembangan keduanya tidak berbenturan, karena praktek dan pemaknaan

agama dan filsafat di China tidak memiliki garis atau sekat yang jelas dalam

kehidupan sehari-hari.18

Filsafat Taoisme dapat dikatakan empiris dan juga praktis. Empiris,

karena konsepsi kefilsafatannya merujuk pada fenomena alam yang mudah

ditangkap dan diamati oleh manusia, misalnya bagaimana sifat air dan

matahari yang dapat memberi makna simbolik bagi kehidupan manusia di

alam semesta. Praktis, karena isi pemikiran Taoisme berisikan tentang cara

hidup yang seharusnya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, kasih sayang

sesama, keadilan, dan kejujuran.19

Ajaran Taoisme memang agak sulit untuk dipahami karena tidak

sistematis, hanya berupa syair-syair dan simbolik. Untuk memahaminya harus

menggunakan metode hermeneutik elaboratif, yaitu melakukan penafsiran

terhadap konsep- konsep simbolik kefilsafatannya dan menelusuri garis

18

Fung Yu Lan, Sejarah Singkat Filsafat Cina, yang diterjemahan Soejono Soemargono,

Liberty, Yogyakarta, 1990, hlm. 3-4 19

Yulius Ervan (alih bahasa), Jala Menuju Kebajikan dan Kkekuasaan Lao Tzu (Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo, 2018), h. 15.

Page 33: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

24

liniernya, kemudian mengkomprehensikan ke dalam bentuk konsep

kefilsafatan yang utuh.20

Taoisme pada awalnya adalah sebuah aliran filsafat yang berasal dari

China, yang muncul kira-kira tiga abad SM. Taoisme selain berbentuk dalam

aliran filsafat Taoisme juga muncul dalam bentuk agama rakyat yang mulai

berkembang dua abad setelah perkembangan filsafat Taoisme.21

Tradisi kebatinan Tao bermula dari kepercayaan perdukunan China

kuno. Pada zaman China kuno mereka mempercayai arwah leluhur mereka. Di

provinsi Honan tempat kelahiran Lao Tse, perdukunan sangat berpengaruh

besar pada kepercayaan dan praktik budaya masyarakat China. Masyarakat

China kuno mempercayai adanya arwah leluhur yang diyakini akan

memberikan keselamatan.22

Di dalam masyarakat Cina kuno, filsafat dan agama belumlah

dibedakan secara tegas. Sejak Taoisme mulai dikenal di dalam dunia

berbahasa Inggris, pembedaan antara Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme

sebagai agama belumlah ada. Pada pertengahan 1950, para ahli sejarah dan

Filsafat Cina berpendapat bahwa ada perbedaan tegas di antara keduanya,

walaupun memang keduanya berdiri di atas tradisi yang sama.

Memang, ada keterkaitan erat antara filsafat Taoisme dan agama

Taoisme. Para filsuf Tao sendiri dianggap sebagai pendiri Taoisme, baik

sebagai filsafat maupun sebagai agama. Tao te Ching yang dianggap

20

Yulius Ervan (alih bahasa), Jala Menuju Kebajikan dan Kkekuasaan Lao Tzu, h. 17. 21

Dedi Supriyadi, FilsafatAgama, CV Pustaka Setia, Cetakan ke 1, Bandung, 2012, hlm.

332 22

Eva Wong, Inti Ajaran Tao, Jakarta, Erlangga, 2001, hal. 5

Page 34: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

25

merupakan tulisan tangan langsung dari Lao Tzu. Dalam arti tertentu, Lao Tzu

sendiri seringkali dianggap sebagai „dewa“. Ia punya beberapa julukan, seperti

“Saint Ancestor Great Tao Mysterious Primary Emperor“, dan yang memiliki

status sebagai “Dewa“ (The Divine) itu sendiri.23

Perbedaan dasar antara filsafat Taoisme dan agama Taoisme juga

terletak pemahaman tentang tujuan dari keberadaan manusia itu sendiri. Para

filsuf Taois berpendapat bahwa tujuan setiap orang adalah mencapai

transendensi spiritual. Oleh sebab itu, mereka perlu menekuni ajaran Tao

secara konsisten. Sementara, para pemuka agama Taoisme berpendapat bahwa

tujuan setiap manusia adalah untuk mencapai keabadian, terutama keabadian

tubuh fisik (physical immortality) yang dapat dicapai dengan hidup sehat,

sehingga bisa berusia panjang.

Pada titik ini, kedua ajaran Taoisme ini berbeda secara tajam. Para

filsuf Taoisme berpendapat bahwa usia panjang itu tidaklah penting. “Hanya

orang-orang yang tidak mencari kehidupan setelah mati”, demikian tulis Lao

Tzu di dalam Tao Te Ching pada bagian ke-13, “yang lebih bijaksana di

dalam memaknai hidup.” Di dalam beberapa tulisannya, Chuang Tzu

menyatakan, “Orang-orang benar pada masa kuno tidak mengetahui apapun

tentang mencintai kehidupan, dan mereka juga tidak mengetahui apapun

tentang membenci kematian.” Lao Tzu juga menambahkan, “Hidup dan mati

23

https://www.kompasiana.com/www.mohammadtakdirilahi.blogspot.com/sejarah-

agama-dan-filsafat-taoisme.

Page 35: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

26

sudah ditakdirkan -sama konstannya dengan terjadinya malam dan subuh

manusia tidak dapat berbuat apapun tentangnya.”24

Jelaslah bahwa para filsuf besar Taoisme menyatakan bahwa orang

tidaklah perlu untuk memilih antara kehidupan atau kematian. Alih-alih hidup

di dalam keresahan di antara keduanya, orang harus melampaui perbedaan di

antara keduanya. “Sikap transenden dari filsafat Taoisme terhadap hidup dan

kematian”, dan senantiasa mengikuti alam dan tidak melakukan tindakan-

tindakan yang tidak alamiah”. Sikap mengikuti alam disebut juga sebagai tzu-

jan, dan sikap pasif dengan tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak

alami disebut juga sebagai wu-wei. Kontras dengan itu, Taoisme sebagai

agama justru menekankan pentingnya keabadian jiwa sebagai prinsip utama.25

Filsafat Taoisme dan agama Taoisme juga berbeda pendapat tentang

bagaimana seharusnya orang bersikap di hadapan penguasa politik. Filsafat

Taoisme menolak tradisi (antitraditional) dan berupaya melampaui nilai-nilai

yang diakui bersama. Lao Tzu dan Chuang Tzu bersikap kritis terhadap

penguasa pada jamannya, dan juga terhadap nilai-nilai Konfusianisme

tradisional. Mereka berdua berpendapat bahwa masyarakat akan jauh lebih

baik, jika semua bentuk aturan, moralitas, hukum, dan penguasa dihapuskan.

Di sisi lain, para pemuka agama Taoisme sangat menghormati penguasa

dan aturan-aturan Konfusianisme. “Orang-orang yang hendak memiliki

24

Dikutip Xiaogan dari Lao Tzu, dengan berdasar pada terjemahan dari D.C. Lau,

Chinese Classics: Tao Te Ching, (Hongkong: Chinese University Press, 1982), hlm. 123. 25

https://www.kompasiana.com /www.mohammadtakdirilahi.blogspot.com/ sejarah-

agama -dan-filsafat taoisme.html. diakses pada tanggal 16 april 2019.

Page 36: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

27

keabadian”, demikian tulis Ko Hung (284-343), seorang pemuka agama

Taoisme, “haruslah menempatkan kesetiaan kepada penguasa dan kesalehan

yang tulus kepada orang tua mereka sebagai prinsip dasar.” Kou Ch‟ien

Chih, seorang pemuka agama Taoisme lainnya, juga berpendapat bahwa setiap

orang haruslah mempelajari Konfusianisme, serta secara aktif membantu

kaisar di dalam mengatur dunia. Agama Taoisme memang memberikan

perhatian besar pada kepentingan-kepentingan praktis yang bersifat temporal.

Jika filsafat Taoisme lebih bersifat individualistik dan kritis, maka agama

Taoisme dapat dipandang sebagai ajaran yang lebih bersifat sosial dan praktis.

Dalam arti ini, para filsuf Taoisme memiliki pengertian-pengertian yang agak

berbeda tentang konsep-konsep dasar Taoisme, seperti wu-wei, Tao, dan te,

jika dibandingkan dengan pengertian para pemuka agama Taoisme.

Tak ubahnya seperti Tao sebagai filsafat, Ttao sebagai agama juga

mengacu kepada ajaran-ajaran Lao Tzu yang diambil dari Tao te Ching.

Tema-tema agama dimunculkan oleh para filosof pengikut Tao pada masa

awal, namun masih samar-samar. Tema-tema ini semakin jelas pada masa

awal abad masehi. Pada masa itu Lao Tzu ditinggikan derajat spiritualnya.

Status Lao Tzu sebagai manusia biasa ditinggikan derajatnya menjadi dewa,

yang dikaitkan dengan mitologi China kuno dan ilmu gaib kekaisaran

kuning.26

26

M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: UIN Jakarta Press,

2010), h. 64-65.

Page 37: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

28

Karena Tao dipahami agama, maka dibangunlah bihara-bihara untuk

tempat para penganut agama Tao melakukan ibadah atau praktek-praktek

pemujaan terhadap hal-hal gaib yang mereka yakini.

Alexander Simpskins mengatakan bahwa pada tahun 184 masehi,

sebagian besar rakyat China menganut agama Tao. Mereka menyusun system

kepausan dalam agama Tao sampai kepada kelompok-kelompok keluarga.

Agama Tao masih ada dan hidup sampai saat ini di China dan berkembang

cukup pesat menyaingi perkembangan agama Buddha. Penganutnya tidak

hanya tersebar di seluruh China, namun juga tersebar di seluruh dunia.

C. Ajaran-Ajaran Taoisme

1. Tao: Asas Segala Sesuatu

Mencoba memahami ajaran Taoisme, mau tidak mau orang harus

paham tentang apakah yang dimaksud dengan istilah Tao itu. Istilah

“Tao” sendiri secara harfiah berarti “jalan”, satu cara bertindak.

Konfusius memakai istilah ini sebagai pengertian kefilsafatan yang

mencerminkan cara bertindak yang benar dalam bidang moral, sosial, dan

politik. Tao merupakan petunjuk bagi manusia dalam usahanya mencapai

kebahagiaan universal, yaitu jalan yang tidak kaku, akan tetapi yang

memberi kesempatan kepada manusia untuk mengubahnya menurut

seleranya masing-masing dan menyesuaikannya dengan situasi dan

kondisi. Jadi, dalam Konfusianisme, Tao lebih merupakan istilah yang

Page 38: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

29

dipergunakan dalam bidang etis, dan bukan istilah metafisik.27

Dalam Taoisme, istilah “Tao” lebih berbobot metafisik. Para

penganut Taoisme menggunakan istilah Tao mengacu kepada

keseluruhan segala sesuatu yang setara dengan apa yang oleh sejumlah

filsuf Barat disebut “Yang-Mutlak”. Tao merupakan bahan dasar yang

menyusun segala sesuatu. Tao bersifat sederhana, tanpa bentuk, tanpa

hasrat, tanpa upaya, berpuas diri sepenuhnya. Tao sudah ada sebelum

adanya langit dan bumi. Tao mengandung segala-galanya, bahkan yang

bertentangan pun dicakupnya dan diselaraskannya, seperti terang dan

gelap, diam dan gerak, ada dan tiada. Tao berjalan sebagai kodrat alam;

keluar sampai puncaknya dan kembali ke permulaannya.

Tao adalah prinsip segala sesuatu, tetapi Tao pada dirinya sendiri

bukanlah sesuatu. Semua yang ada di bumi ini merupakan sesuatu, tetapi

Tao bukanlah sesuatu objek sebagaimana objek-objek yang ada. Tao

adalah Yang Tidak Ada, tetapi Tao adalah yang mengadakan segala

sesuatu, maka serentak Tao disebut juga Yang Ada. Yang Tak Ada

merupakan hakikatnya, sedangkan Yang Ada merupakan fungsinya.

Karena itu Tao, baik Yang Ada maupun Yang Tak Ada; Yang Bernama

maupun Yang Tak Bernama (Yosef Umarhadi, 1993:77).28

Kitab Tao Te

Ching bab 1 menyebutkan :

27

Joko Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme (Yogyakarta: Jurnal Filsafat UGM,

2006), H. 214 28

Joko Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme (Yogyakarta: Jurnal Filsafat UGM,

2006), H. 253.

Page 39: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

30

“Tao yang bisa dikatakan bukanlah Tao yang kekal; Nama yang dapat

dinamakan bukanlah nama yang kekal. Yang tak bernama adalah asal-

usul Surga dan Bumi; Yang bernama adalah ibu dari segala sesuatu.

Karena itu selalu ada Yang Tidak Ada sedemikian rupa, sehingga kita

bisa melihat seluk-beluknya. Dan selalu ada Yang Ada sehingga kita

bisa melihat akibatnya. Keduanya adalah sama. Tetapi setelah

dihasilkan, mereka mempunyai nama yang berbeda. Keduanya disebut

dalam dan tinggi. Lebih dalam dan lebih tinggi, pintu segala seluk

beluk”29

Pernyataan di atas makin memperjelas pemahaman kita akan Tao,

yakni bahwa Tao itu sumber dari segala sesuatu, tetapi ia sendiri bukan

merupakan buah dari satu sumber yang lain. Segala-galanya berasal

darinya, tetapi ia sendiri tidak diasalkan. Ia juga merupakan misteri, yang

tak, tak terumpamakan, bahkan sebenarnya tak “ternamakan”.

Akan tetapi, menilik posisinya sebagai sumber segala sesuatu, dan

juga tempat kembalinya segala sesuatu, maka wajarlah para intelektual,

sebagaimana telah disebut, menamakannya dengan apa yang oleh para

filsuf barat disebut “Yang Mutlak”. Namun harus juga dicatat, bahwa Tao

bukanlah sesuatu yang “berpribadi”, atau “yang berkehendak atas

kuasanya”, karena ia “impersonal”: tanpa kehendak, tanpa suara, ia polos,

lugu, murni.30

Jadi, dalam penghayatan para pengikut Taoisme, Tao itu

sesungguhnya tidak dapat diberi nama. Akan tetapi karena orang ingin

berbicara tentangnya, maka terpaksalah diberi sejenis acuan dengan

29

Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan, h. 8. 30

Fung Yu Lan, Sejarah Singkat Filsafat Cina, yang diterjemahan Soejono Soemargono,

Liberty, Yogyakarta, 1990, hlm. 40

Page 40: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

31

menyebutnya Tao. Jadi, sebutan itu sekadar acuan, atau dengan

menggunakan ungkapan yang lazim dalam Filsafat Cina: Tao adalah

sebuah nama yang bukan nama.

Dalam Tao Te Ching bab 21 disebutkan bahwa “sejak dahulu kala

hingga kini, namanya (nama Tao) terus-menerus ada, dan menyaksikan

keadaan awal (segala barang sesuatu)”. Tao adalah sesuatu yang

menyebabkan adanya segala barang sesuatu. Karena senantiasa terdapat

barang sesuatu, maka Tao terus-menerus ada. Nama yang terus-menerus

ada merupakan nama kekal; dan, nama seperti itu sama sekali bukanlah

nama. Itulah sebabnya dikatakan: “Nama yang dapat disebut dengan nama

bukanlah nama yang kekal.31

Timbul pertanyaan, lantas adakah yang menggerakkan atau menjadi

motor bagi Tao? Dalam Tao Te Ching bab 25 dikatakan bahwa manusia

berpedoman pada Bumi, Bumi berpedoman pada Langit/Sorga, Langit

berpedoman pada Tao, dan Tao berpedoman pada “spontanitas” (tzu jan).

Tan menerjemahkan tzu jan sebagai “kodrat alam”). Dengan demikian,

menjadi jelas bagi kita bahwa “gerak” Tao itu merupakan aktivitas yang

spontan, yang sudah menjadi kodratnya, dan tidak karena digerakkan oleh

pihak lain, pun pula bukan karena Tao sendiri yang menghendaki untuk

mengadakan aktivitas. Segala-galanya bergerak dan berlaku begitu saja,

karena kodratnya memang harus demikian. Maka, agak sulit pula kalau

31

Joko Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme (Yogyakarta: Jurnal Filsafat UGM,

2006), H. 256.

Page 41: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

32

kita mengatakan tentang bagaimana terjadinya atau bagaimana proses

genesis kenyataan.

2. Ajaran tentang Etika

Chu-shi, seorang filsuf Cina yang hidup pada abad ke-12 M

mengatakan bahwa skema ajaran filosofis Taoisme terdiri dari

kesederhanaan, kehampaan diri, penyimpangan energy, dan penolakan

terhadap semua keadaan yang mengacaukan semangat ragawi.

Pembelajaran Lao Tzu umumnya terdiri dari pembicaraan, dalam

keinginan atau hawa nafsu yang hampa, ketenangan, dan pembebasan

dari pemerasan energy yang berlebihan – dalam kekosongan diri,

pengasingan diri dan mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan yang

sebenarnya. Maka bagi Lao Tzu, kata-kata yang diajarkan secara

berulang-ulang, manusia harus memiliki kehalusan budi pekerti dan

kesederhanaan dalam tingkah laku yang tampak di luar, berada pada inti

kekosongan dari segala egoisme, dan tidak menyakiti segala hal di dunia

ini. 32

Semua ajaran Taoisme Lao Tzu adalah uraian dan pengembangan

dari gagasannya tentang hubungan-hubungan antara sesuatu yang dia

namakan sebagai Tao dan alam semesta.

Secara harfiah, kata Tao bermakna jalan. Akan tetapi dalam

memahami “jalan” ini, ada tiga pengertian. Pertama, Tao adalah jalan

realitas puncak, ia adalah Rahim yang menjadi asal semua kehidupan

32

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya, Hal 59.

Page 42: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

33

memancar, dan yang menjadi tempat kembali semua kehidupan. Yang

kedua, adalah Tao adalah jalan alam semesta, menjadi norma, ritme dan

kekuatan penggerak di semua alam. Tao ini tidak bisa habis karena

semakin Tao digunakan, semakin ia mengalir. Tao memberikan

kehidupan kepada segala sesuatu, sehingga ia bisa disebut “ibu dunia”.

Makna ketiga, Tao adalah jalan kehidupan manusia tatkala ia membaur

dengan Tao.

Menurut Thomas Watters, ajaran filosofi Lao Tzu merupakan

sebuah etika, atau lebih khusus lagi, sebuah system politik etik. Semua

ajarannya bertujuan untuk membuat manusia menjadi individu dan

anggota masyarakat yang lebih baik, semuanya berbentuk pelajaran

moral yang umumnya diajarkan dalam bentuk alegori, sebagaimana bisa

disaksikan dalam penulisan kitab tao te Ching.33

Ajaran-ajaran Lao Tzu juga mempunyai corak yang semua

ajarannya diilhami dengan jiwa yang hangat dan simpatik, menganggap

manusia tidak hanya hanya sebatas sebagai individu, dan tidak hanya

sebagai anggota dari komunitas, tapi juga sebagai bagian dari alam

semesta.

Pada dasarnya seluruh ajaran Taoisme terpusat pada hubungan

antara Tao, Alam dan Manusia. Baik itu yang dalam konsep-konsep Yin

dan Yang, WU Wei, dan Te. Dan semua bagian ini akan menjadi

pembahasaan pokok pada bab 3 dan bab 4. Oleh Karena itu, penulis tidak

33

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya, Hal 60.

Page 43: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

34

berbicara lebih banyak tentang semua itu pada bab 2 ini.34

3. Konsep Yin dan Yang

Dalam pandangan Taoisme, alam semesta ini digolongkan menjadi

dua, atau dengan kata lain, alam ini di isi dengan pembagian atau golongan

elemen-elemen, yaitu elemen negatif dan positif yang masing-masing

memanifestasikan sifat dari yin dan yang. Keduanya saling menghasilkan

satu sama lain sebagai kutub-kutub yang menjadi bagian dari jalinan

keberadaan.

Yin merujuk pada ciri-ciri kelembutan, kepasifaan, kewanitaan,

kegelapan, lembah, ketidakberadaan, bumi dll. Sementara yang mengacu

pada ciri-ciri seperti sifat keras, kejantanan, kecerahan, gunung, keaktifan,

keberadaan, langit, dll.

Dalam kitab Tao te Ching dikatakan bahwa “Tao melahirkan satu

dan satu melahirkan dua”. Yang dimaksud dengan kata “dua” di sini

adalah yang dan yin yang mengatur dunia, baik dunia nyata mauoun tidak

nyata.

Yin dan yang ini adalah dua aspek yang saling berlawanan dan

keduanya sama-sama mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia,

dengan adanya interaksi antara keduanya ini, maka lahirlah alam semesta

dan seisinya. Keduanya saling melengkapi, namun hubungan mereka

adalah berjenjang. Yang selalu dianggap lebih besar daripada yin, yaitu

seperti model di mana laki-laki selalu mendominasi dalam masyarakat

Page 44: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

35

patrilineal. Apa yang terjadi dalam masyarakat patrilineal mengambil

model dari apa yang terjadi dalam hubungan yin dan yang.

Akan tetapi, meskipun keduanya merupakan dua aspek yang selalu

berlawanan, namun jika mereka bersatu, mereka menjadi harmonis.

Keduanya saling membutuhkan atau bergantung antara satu dengan yang

lain, misalnya tanpa dingin maka tidak aka nada konsep panas. Tanpa baru

tidak aka nada konsep lama. Tanpa hidup tidak aka nada konsep mati. Yin

berada dalam yang dan yang berada dalam yin. Kadangkala yang

disimbolkan sebagai yang suci atau sacral dan yin digambarkan sebagai

dunia yang bersifat profan.

Page 45: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

36

BAB III

ETIKA ALAM TAOISME

A. Etika Alam yang Berpusat Pada Tao

Substansi filsafat Taoisme terletak pada persoalan cara hidup manusia

sesuai dengan alam (sifat Tao) untuk mencapai kebahagiaan hidup, dan untuk

mencapai kebahagiaan itu maka cara hidup manusia harus mengikuti Tao.

Mengikuti Tao berarti menyesuaikan diri dengan sifat Tao. Sifat Tao

menghendaki kesederhanaan, tidak menunjukkan kemewahan dan tidak

terlihat semata-mata, bahkan selalu tersembunyi bagai mata orang, akan tetapi

Tao justru merupakan hukum yang sempurna untuk mencapai ketentraman

yang sejati. Cara hidup menurut Tao memberi pelajaran bagi seseorang yang

mengikutinya, yaitu: kesederhanaan (simplicity), kepedulian pada semua

(sensitivity), keluwesan dalam menyikapi persoalan hidup (flexibility),

ketidaktergantungan (independence), tajam dalam pemahaman (focuced),

terlatih menyelami kehidupan (cultivated), dan bergembira karena menyukai

kebaikan (joyous).1

Sebagaimana sudah disinggung pada bab sebelumnya mengenai Tao,

yang merupakan pusat segala sesuatu, juga menyiratkan sebagai sumber

kesempurnaan kehidupan. Ajaran-ajaran Taoisme mendasarkan semua

konsepsinya pada “Tao”. Tao sebagai jalan kesempurnaan ini hanya bisa

1 Iriyanto Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia (Semarang: Jurnal Hukum Universitas Islam

Sultang Agung, 2007), h. 24.

Page 46: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

37

dicapai dengan menyelaraskan diri dengan alam. Menurut para penganut

Taoisme ketika hidup sudah lebih dekat dengan alam dengan suatu cara yang

sederhana, yang tidak bertentangan dengan alam itu sendiri, maka akan

menyingkapkan keterkaitan manusia dengan Tao. Ketika manusia sudah

mampu memahami Tao yang ada dalam dirinya dan di alam semesta, maka

manusia akan berperilaku dan bertindak tanduk dengan kebijaksanaan-

kebijaksanaan Tao.2

Kebijaksanaan Tao ini terpancar dalam jalan hidup menurut

pembawaan alamiah. Taoisme berpandangan, bahwa setiap manusia memiliki

kodrat Tao atau (pembawaan) alamiahnya sendiri. Untuk itu dan segala

sesuatu mempunyai jalannya. Jalan setiap individu adalah kodratnya,

kebiasaannya, hukum perkembangannya. Segala barang sesuatu berbeda

kodrat, tetapi yang sama-sama mengalami bahwa mereka semua sama

berbahagianya jika dapat menggunakan kemampuan kodratnya secara penuh

dan bebas. Kebahagiaan hidup dapat dicapai jika masing-masing dapat

melakukan hal-hal yang dapat dan ingin mereka lakukan.3

Taoisme mengajarkan orang harus berhati-hati terhadap aturan yang

dibuat manusia, karena prinsip manusiawi sering menjadi sumber petaka, dan

prinsip kodrati Tao menjadi sumber kebahagiaan. Dalam prinsip kodrati Tao

segala sesuatu berjalan menurut hukum kodratnya masing-masing dan segala

2 Alexander Simpskins, alih bahasa (Frans Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2000), h. 73-74. 3

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 55.

Page 47: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

38

hal yang terjadi diterima sebagaimana adanya. Manusia hendaknya menerima

apa yang diberikan oleh hidup serta memanfaatkannya dengan baik.

Melalui pemahaman cara hidup alamiah ini, Lao Tzu menanamkan

sikap hidup manusia agar dapat berserah diri sepenuhnya, sehingga tidak

mudah mengeluh dalam mengatasi kesulitan hidupnya, karena harus disadari

bahwa segala hal yang terjadi pengenalan jatidiri diatur oleh hukum kodrat

Tao.

Selain itu, kebijaksanaan Tao juga tergambar pada prinsip hidup

sewajarnya. Dalam Tao te Ching bab 3 dikatakan:

“Jika bakat tidak diagungkan, orang tidak akan bersaing satu sama lain.

Jika benda langka dan berharga tidak dihargai, orang tidak akan

mencuri.

Jika benda-benda yang dapat menimbulkan keinginan untuk dimiliki tidak.

Dipamerkan, hati orang tidak akan gundah.

Ketika orang yang tercerahkan memerintahkan sesuatu, ia mengosongkan

pikiran dari hal-hal yang tidak diperlukan”.4

Prinsip kewajaran dalam Taoisme ini mengandung pengertian adanya

ukuran normatif dalam cara hidup manusia sehari-hari, yakni manusia

seharusnya tidak bertindak secara berlebihan, manusia harus melepaskan

sikap perilaku yang semu. Sebab, kepribadian sebagaimana yang terlihat dari

luar itu tidak penting, yang penting adalah pengenalan jati diri. Jadi,

pengertian hidup sewajarnya dapat diartikan sebagai proses pengenalan atau

4 Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan Lao

Tzu (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2018), h. 10.

Page 48: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

39

penemuan jati diri. Norma kewajaran tersirat dalam pola hidup sederhana,

sikap rendah hati, tidak arogan, tidak sombong dan tanpa pamrih.5

5

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 25.

Page 49: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

40

Lao Tzu menjelaskan betapa murninya sifat sewajarnya itu,

sebaliknya semua buatan manusia terdapat banyak tiruan dan kepalsuannya.

Kebajikan yang sempurna tidak meninggalkan bekasnya. Orang yang

sungguh-sungguh murni kebajikannya, selalu melakukan kebajikan secara

diam-diam, tidak dibangga-banggakan, bahkan ibarat orang yang ditolong

tidak tahu siapa yang menolong.

Tao bersifat sewajarnya bagaikan alam. Alam tampaknya diam dan

tidak mengerjakan sesuatu, segala sesuatu tampak hidup dan bergerak dengan

sewajarnya, tetapi semua itu adalah pekerjaan alam. Matahari yang berdiam

dan kelihatannya tidak mengerjakan suatu apa, namun sesungguhnya

matahari bekerja untuk menghidupi segala apa yang berada di seluruh alam

ini. Matahari mencurahkan sinar prana yang mengandung gaya hidup sangat

besar, sehingga semua makhluk di alam ini besar maupun kecil tak terkecuali

menerima gaya hidup dengan tanpa perbedaan.

Ajaran tentang hidup secara wajar merupakan penjabaran hukum

pembalikan Tao, bahwa segala sesuatu yang berlebihan justru akan

membuahkan hasil yang sebaliknya. Berendah hatilah dan segala sesuatu

akan teratasi. Tunduklah dan kau akan menjadi lurus. Kosongkan dirimu dan

kau akan jadi penuh. Milikilah meski sedikit, dank au akan lebih beruntung,

karena memiliki banyak akan membingungkan kamu sendiri.6

Lao Tzu mengulangi apa yang menjadi keyakinannya, dan keyakinan

itu sangat kuat dan berharga. Keyakinan Lao Tzu adalah keyakinan pada

6

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 56.

Page 50: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

41

alam, pada mekanisme alam. Sebagaimana ikan harus berada dalam kolam,

begitupun senjata harus disimpan dengan baik. Keyakinan ini hendaknya

dipahami sebagaimana apa yang tersirat untuk memahami pemikiran Lao

Tzu. Ikan tidak akan pernah meninggalkan kolam. Ikan akan menjadi besar

dan gemuk, tetapi ikan tetap berada dalam kolam, di luar kolam yang ada

hanyalah kematian. Sebaliknya, manusia begitu memperoleh kekayaan sedikit

saja sudah ia lupa daratan. Semakin banyak harta yang diperoleh semakin

jauh manusia dari realita kehidupan. Tetapi saat manusia jatuh akan sulit

sekali bagi manusia untuk bangkit kembali. Senjata berarti kekuatan,

kekuasaan, apabila senjata telah dimiliki jangan dipamerkan. Hendaknya

manusia jangan menjauhkan dari massa, dan realita kehidupan.7

Formula Lao Tzu untuk menciptakan dunia yang damai sangat

sederhana. Dunia ini terdiri dari individu-individu, apabila mereka berdamai,

tenang, maka mereka akan mengalami keseimbangan jiwa, dan dengan

sendirinya dunia akan damai. Jadi, yang harus mengurus diri adalah individu

atau individu mengurus diri sendiri. Selain itu cintailah pekerjaan sendiri,

dengan begitu tak terasa telah bekerja keras sehingga tak perlu lagi dorongan

untuk bekerja. Dengan demikian tak ada lagi perasaan mengharapkan

imbalan, karena sudah mencintai pekerjaan sendiri. Menurut Lao Tzu apabila

individu mulai mencitai tugasnya, maka tidak akan ada kegelisahan, stress,

dan semuanya akan berjalan tenang dan damai.8

7

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 56. 8

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 56.

Page 51: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

42

Bagi Taoisme, manusia yang selalu bertindak diluar batas kewajaran,

dengan melakukan hal-hal yang selalu berlebihan tidak akan pernah

memperoleh keberhasilan yang hakiki dan tidak akan pernah merasa puas.

Hal ini dijelaskan dalam Tao te Ching bab 29:

“Pada seseorang yang ingin mengendalikan dunia

Saya tidak akan melihat kemungkinan untuk berhasil

Dunia adalah sebuah instrument roh

Ia tidak dapat dikendalikan

Ia tidak dapat digenggam

Mereka yang mencoba mengendalikannya kalah

Mereka yang mencoba menggenggamnya kehilangan dia

Jadi orang yang bijak tidak berusaha mengendalikan

Sehingga tidak dikalahkan

Tidak berusaha menggengam

Sehingga tidak kehilangan

Hal-hal dalam ciptaan dapat memimpin atau mengikuti,

Menarik atau menolak tumbuh kuat atau melemah

Berhasil atau gagal

Karenanya orang bijak menghindari hal-hal berlebihan

Menjauhi pemborosan

Dan menolak kesombongan”.9

Pernyataan tao te ching menyatakan bahwa ada banyak hal di dunia yang

tidak bisa dikendalikan dan digapai oleh manusia karena keterbatasan manusia.

Dan menurut tao hal yang perlu dilakukan adalah memperlakukan dengan

sewajarnya semua hal-hal yang disebutkan itu sehingga manusia tidak akan

celaka.

9 Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan Lao

Tzu, h. 36.

Page 52: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

43

Di samping yang dua di atas, kebijaksanan etis Tao juga akan terpancar

dengan menjalankan prisip hidup yang sesuai dengan hukum alam. Menurut

Taoisme, Bumi dan langit beserta isinya masing-masing sebagai kesatuan

unsur jagad raya (semesta alam), memiliki sifat dan cara kerjanya yang disebut

hukum alam. Hukum alam memiliki ketentuan dan keteraturan kodrati sebagai

hasil ciptaan Tao. Tao adalah induk dari segala benda dan makhluk, oleh

karena itu segala hal akan kembali kepada Tao. Sifat kebesaran Tao telah dapat

difahami, seperti oleh para ahli ilmu alam yang mampu mengetahui tentang

atom, misalnya: Einstein dapat memahami buah hasil bekerjanya Tao dan

occultisme (kaum mistik) dapat melihat Tao dari kegaibannya. Dunia ini sangat

kecil bila dibanding dengan luas semesta alam. Cakrawala manusia hanya

terdiri dari sebelas planet (mestinya ada dua belas planet, namun satu planet

belum diketahui). Ternyata cakrawala manusia tidak hanya satu melainkan

banyak. Di dalam tiap cakrawala ada matahari dengan beberapa planet yang tak

dapat dihitung junlahnya di seluruh alam semesta ini. Bila dibanding dengan

luas alam, maka bumi tempat tinggal manusia hanya merupakan sebutir pasir

gurun sahara. Manusia tidak mungkin dapat mengetahui tentang keseluruhan

struktur semesta alam termasuk hukum alamnya. 10

Dalam filsafat Taoisme, Alam terus menerus berubah ketika

menyingkapkan diri dan bertumbuh, setelah itu mengerut dan merosot drastis.

Semua makhluk hidup mempunyai siklusnya sendiri-sendiri sejak penciptaan

hingga kehancurannya. Mereka dilahirkan, hidup dan mati. Dalam siklus hidup

10

Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia , h. 57.

Page 53: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

44

terdapat tarik ulur yang berkesinambungan antara Yin dan Yang, kegiatan dan

ketidakgiatan, ketegangan dan relaksasi, ada dan tidak ada.11

Siklus hidup seyogyanya dibiarkan menjalani evolusinya secara alami

dan utuh. Hidup menjadi sulit ketika orang mencoba memaksakan kehendak

pribadi mereka atas sifat alami batin, ketika mereka mencoba mengganggu

siklus alami. Bagi Taoisme manusia harus belajar membiarkan segala sesuatu

terjadi sebagaimana mestinya, manusia hidup sebagaimana dimaksudnya oleh

sifat alami, sehingga keteraturan serta pemenuhan takdir pun datang dengan

sendirinya.

Taoisme beranggapan bahwa menjaga diri dengan ketenangan dan

kealamiaan adalah sumber nyata bagi kehidupan yang sehat. Mengikuti cara-

cara alam yang naluriah. Apabila orang menjadi terlalu terlibat dalam budaya,

suatu jalinan yang dibuat oleh manusia, maka mereka terikat pada kaidah

eksternal dan kendali dari luar diri. Mereka akan kehilangan kesadaran atas

hubungan erat dengan Tao. Dan berpaling ke kendali eksternal akan

menimbulkan kesulitan dan persoalan hidup.12

Pemikiran kefilsafatan Taoisme yang bersifat naturalisitk tidak

memusatkan perhatian pada persoalan tentang keseluruhan struktur semesta

alam. Substansi pemikiran Taoisme berupa pemahaman prinsip hukum alam

11

Yin dan Yang menghasilkan suatu keseimbangan yang dinamis antara daya gerak dan

sikap diam, antara keaktifan dan kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke pusatnya.

Kesatuan dari hal-hal yang bertentangan pun berkembang. Dan kesatuan ini, dalam Taoisme

menjadi sumber tuntunan, menjadi tolak ukur, menjadi standar untuk mengevaluasikebenaran

ketika akal budi dikerahkan dalam segala hal. Lihat Alexander Simpskins, alih bahasa (Frans

Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam Keseimbangan (Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer,

2000), h. 69. 12

Simpskins, alih bahasa (Frans Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan, h. 79.

Page 54: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

45

yang dapat diorientasikan ke dalam ajaran etikanya, misal tentang

keseimbangan kehidupan, kejujuran, ketulusan, ketaatan, keadilan dan

kesederhanaan.

B. Konsep Manusia Bijaksana (Te) dengan Wu Wei

Sekali lagi penulis tegaskan bahwa Konsep Tao dalam Taoisme

mengekspresikan diri dalam alam, sehingga ketika manusia selaras dengan

alam, ia juga akan menjadi selaras dengan tao. Ini pula yang menjadi dasar

dalam konsep manusia bijaksana dalam Taoisme yang teraplikasikan dalam

filosofi Wu Wei.

Manusia bijaksana dalam Taoisme populer diidentikkan dengan istilah

te yang bisa diartikan sebagai kebajikan. Terdapat banyak penafsiran

mengenai arti te yang sebenarnya: kuasa, keluhuran, hidup itu sendiri. Semua

tafsiran ini mencerminkan betapa te berarti hidup dan perilaku dalam

kehidupan, kekuasaan dan pengaruhnya terhadap kehidupan. Judul kitab Tao

te Ching itu sendiri mencerminkan etika kebajikan (te), terutama paru

keduanya yang menekankan petunjuk hidup dan menghargai kehidupan

dengan bersikap sederhana dan natural.13

Dalam khasanah etika Taoisme, konsep Te sebenarnya mengatasi

perbedaan baik buruk. Dalam Tao Te Ching bab 2, Lao Tzu menulis: “Apabila

seluruh umat manusia di dunia mengetahui bahwa keindahan adalah

keindahan, maka pada waktu itu sudah terdapat kejelekan. Apabila seluruh

13

Simpskins, alih bahasa (Frans Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan, h. 30.

Page 55: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

46

umat manusia mengetahui bahwa kebaikan adalah kebaikan, maka pada saat

itu sudah terdapat keburukan. Selanjutnya, dalam bab 38 Lao Tzu menulis:

“Bila Tao hilang, ada Te. Bila Te hilang, ada perikemanusiaan. Bila

perikemanusiaan hilang, ada (kebaikan) peri keadilan. Bila peri keadilan

hilang, ada ketentuan upacara. Ketentuan upacara merupakan cermin

kemerosotan martabat kesetiaan serta sikap saling mempercayai, dan

merupakan awal kekacauan dunia”.14

Bagi Taoisme, semua kebajikan yang direkayasa itu palsu, dan oleh

karenanya sia-sia belaka. Ini terjadi karena kebanyakan manusia kehilangan

Te aslinya. Te aslinya hilang, karena manusia terlampau banyak keinginan dan

terlalu banyak pengetahuan, yang bertentangan dengan konsep alamiah hidup

sewajarnya. Celakanya, manusia menganggap bahwa dengan memenuhi

semua keinginan dan memuaskannya, ia akan menjadi bahagia. Pandangan

yang demikian itu, bagi Taoisme, merupakan pandangan yang menyesatkan.

Lao Tzu mengatakan: “Kelima macam warna membutakan mata. Kelima

macam jenis bunyi memekakkan telinga. Kelima ragam citarasa meletihkan

mulut. Menunggang kuda serta berburu menggilakan pikiran. Benda-benda

berharga yang langka menghalangi perilaku yang betul”.15

Lao Tzu juga menekankan agar manusia mempunyai sedikit

pengetahuan saja. Pengetahuan itu sendiri merupakan objek keinginan. Dari

lain pihak, pengetahuan itu juga memungkinkan manusia mengetahui lebih

banyak tentang objek keinginan dan sekaligus menjadi sarana untuk

14

Fung Yu Lan, Penerj. John Rinaldi, Sejarah Filsafat Cina (Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2007), h. 127. 15

Fung Yu Lan, Penerj. John Rinaldi, Sejarah Filsafat Cina, h. 130.

Page 56: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

47

mendapatkan objek keinginan itu. Dengan demikian, pengetahuan merupakan

majikan dan sekaligusbudak keinginan. Bagaikan lingkaran setan, semakin

banyak pengetahuan, semakin banyak keinginan; begitu pula, semakin banyak

keinginan, kian banyak pula pengusahaan pengetahuan, sehingga orang tidak

tahu lagi kapan merasa puas, dan di mana harus berhenti. Sebagaimana kata

Lao Te dalam Tao te Ching bab 18 bahwa jika akal manusia digunakan dia

membawa penipuan dan kemunafikan.16

Agar kehidupan tidak disesaki oleh segala bentuk keburukan, maka

manusia hendaklah memahami dan menghayati wu wei. Istilah wu wei dapat

diterjemahkan sebagai “tanpa bertindak” atau “jangan berbuat apa pun” atau

“tidak mempunyai kegiatan”, “tidak berbuat”. bisa juga diartikan “jangan

mencampuri”.17

Meski pun para penulis yang dikutip itu mengekspresikan

nuansa kata yang bervariasi untuk memaknai wu wei, namun agaknya semua

sepakat bahwa hendaknya dipahami bahwa dalam pengertiannya yang tepat

wu wei bukanlah seruan untuk sama sekali pasif. Wu wei sebenarnya

menganjurkan manusia agar berbuat sesuai dengan kodratnya, secara wajar,

alamiah, tanpa dibuat-buat, tanpa rekayasa, dan tanpa tujuan pemuasan

keinginan. Konsekuensinya, kewajaran satu tindakan ialah tidak melakukan

“agresi” terhadap apa pun. Segala-galanya dibiarkan berlangsung menurut apa

adanya; jangan dicampuri, jangan direkayasa, jangan dibuat-buat, jangan

16

Fung Yu Lan, Penerj. John Rinaldi, Sejarah Filsafat Cina, h. 130. 17

Fung Yu Lan, Penerj. John Rinaldi, Sejarah Filsafat Cina, h. 128.

Page 57: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

48

disiasati. Jadi, secara paradoksal dapat dikatakan: bertindak dengan tanpa

tindakan.18

Kebijaksanaan wu wei sering ditamsilkan dengan contoh seperti air,

kayu yang belum terukir, wanita, dan jabang bayi. Dalam Tao Te Ching bab

78 dikatakan: “Tiada benda yang lebih lemah dari air. Tetapi tidak satu pun

yang lebih kuat dari padanya dalam mengalahkan kekerasan. Untuk ini tidak

ada yang bisa menggantikan. Bahwa kelemahan mengalahkan kekerasan. Dan

kelembutan mengalahkan kekakuan. Semua orang tahu itu, tetapi tidak ada

yang dapat melaksanakannya”. Dalam bab 43 dikatakan pula: “Yang

terlembut di kolong langit dapat menembus yang terkeras di kolong langit;

berasal dari yang tak berwujud ia dapat memasuki barang yang tak bersela-

sela; inilah sebabnya: tidak bertindak ada gunanya. Mengajar tanpa kata,

berguna tanpa bertindak”.19

Dari sini tampaklah bahwa kelemahan atau lebih

tepat disebut “kelembutan” lebih diutamakan dalam Taoisme.

Dengan kelembutannya, air mengalahkan kekerasan; tetapi dengan

kelembutannya pula, air memberi kehidupan. Simaklah Tao Te Ching bab 8

berikut ini:

“Kecerdikan tertinggi adalah seperti air; air itu cerdik memberikan faedah

kepada segala benda tanpa berebutan dengannya, berdiam pada tempat

yang tak disukai orang, maka dengan demikian mendekati Tao. Cerdik

memilih kediaman yang rendah, cerdik menenangkan hatinya, cerdik

menjalankan peri kemanusiaan, cerdik berkata dengan kejujuran, cerdik

memerintah dengan aturan, cerdik menggunakan kemampuan dalam

18

Ikhsan tanggok, mengenal lebih dekat agama tao (ciputat: uin Jakarta press, 2006), h.

104-105. 19

Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan

Lao Tzu, h. 53, 92.

Page 58: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

49

urusannya, cerdik menunggu waktu dalam gerakannya. Justru tidak

berebutan, maka tidak membuat kesalahan”20

Ini memberikan implikasi dan indikasi bahwa watak air yang lemah-

lembut dan menyukai tempat rendah ternyata memberi faedah dan tanpa

meminta imbalan; tidak berebut, tidak saling bertabrakan kepentingan,

senantiasa harmonis dengan irama kehidupan. Ia tidak berbuat atas satu target

tertentu, pun pula tidak berkeinginan, tidak bertujuan, tidak berpamrih, ia

hanya “mengalir” sesuai dengan watak alamiahnya, sesuai kodratnya. Dengan

meneladani air, manusia diharapkan jauh dari pamrih kepentingan,

keserakahan, keangkaramurkaan. Keserakahan dan keangkaramurkaan adalah

bentuk kekerasan yang harus dihindari menurut para penganut Taoisme.

Di depan telah dikatakan, kebijaksanaan wu wei ditamsilkan dengan

perempuan dan jabang bayi. Inilah perkataan Lao Tzu dalam Tao Te Ching

bab 38:

“Siapa yang mengetahui kejantanannya, tapi mempertahankan

keperempuanannya, menjadi budak dunia; yang menjadi budak dunia,

kesaktiannya yang kekal takkan hilang; ia akan menjadi bayi lagi”.21

Di bagian lain, Lao Tzu mengatakan:

“Ketika manusia dilahirkan, ia lembut dan lemah. Waktu mati, ia menjadi

keras dan kaku. Ketika benda-benda dan tumbuhan masih hidup, mereka

begitu lembut dan gemulai. Bila mati, mereka menjadi rapuh dan kering.

20

Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan Lao

Tzu, h. 14.

21

Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan Lao

Tzu, h. 46.

Page 59: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

50

Karena itu kekerasan dan kekakuan merupakan teman kematian.

Kelembutan dan kehalusan adalah teman kehidupan”22

Sekali lagi, kelemah-lembutan amat diutamakan dalam Taoisme.

karena itulah wujud kehidupan. Di samping itu, tampak pula pengutamaan

sikap takluk dan berserah diri sebagaimana dilambangkan dengan watak

perempuan. Orang hendaknya takluk dan berserah diri pada alam, menjadi

budak dunia. Ini amat kontras dengan kebanyakan pemikiran Barat yang

justru menempatkan manusia berhadap-hadapan dan menaklukkan dunia,

menaklukkan alam, menguasainya, dan mengeksploitasinya. Dalam

Taoisme, orang justru harus hidup selaras dan menyatu dengan alam,

menghormati segala isinya, mencintainya, sebagaimana ia mencintai dirinya

sendiri.

Apabila diringkaskan, sikap dan perilaku manusia bijaksana itu ialah

hidup sesuai dengan kodratnya, menyelaraskan diri dengan alam, tidak

mengumbar keinginan, tidak membangun ambisi, rendah hati, lemah

lembut, tidak berbuat melawan kodrat, tidak memaksa diri. Jika bertindak,

ia menurutkan naluri alamiahnya, tidak memiliki target, tidak dibebani

ambisi dan kepentingan. Ia sederhana, polos, lugu, karena Te yang

merembesi dirinya pun lugu dan murni. Dengan demikian, orang akan dapat

kembali menyatu dengan Tao: Prinsip Realitas sendiri. Begitulah sikap dan

perilaku manusia bijaksana dalam perspektif Taoisme.

22

Yulius Ervan (Alih Bahasa), Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan Kekuasaan Lao

Tzu, h. 90.

Page 60: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

51

Dari seluruh penjabaran di atas, etika Taoisme diringkas ke dalam

perbedaan antara pasivitas dan aktivitas, antara kelembutan dan kekerasan,

dan antara kompetisi dan kesabaran, di mana pasitivitas itu lebih

menguntungkan daripada aktivitas. Kelembutan lebih berguna daripada

kekerasan, dan kesabaran lebih berguna daripada kompetisi. Di satu sisi

memahami kemuliaan, tetapi di sisi lain sekaligus menjaga kerendahatian,

memahami yang putih tetapi juga menjaga yang hitam.

Pandangan Lao Tzu orang mudah sekali jatuh ke dalam hal-hal yang

berlawanan dari yang diinginkannya, maka adalah lebih baik bagi setiap

orang, jika ia mulai dengan hal-hal yang tidak diinginkannya, lalu bergerak

ke hal-hal yang diinginkannya. “Untuk memperoleh sesuatu”, demikian kata

Lao Tzu, “adalah perlu bagi orang untuk pertama-tama memberi.” Jadi,

untuk mencapai sesuatu, orang harus pertama-tama memulai dengan yang

berlawanan dari yang ingin dia capai. Dengan demikian, esensi dari

pendekatan Lao Tzu adalah “dengan mulai mengejar tujuan dari titik yang

secara diametral bertentangan dengan tujuan itu.”

Dari kesimpulan di atas, kita bisa menarik poin bahwa inti dari etika

Taoisme yang ditawarkan oleh Lao Tzu adalah wu-wei ini, wu-wei lebih

lanjut berarti pembatalan dan sekaligus pembatasan tingkah laku manusia,

terutama tingkah laku di dalam dunia sosial. Ada beberapa tingkatan wu-wei

di dalam Taoisme, mulai dari wu-wei sebagai tidak melakukan apapun,

melakukan tindakan seminimal mungkin, tindakan pasif ke dalam dunia

Page 61: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

52

sosial, sikap menunggu perubahan alami dari hal-hal yang ada, dan yang

terakhir ini sering juga disebut sebagai bertindak alami (acting naturally).

Lao Tzu sendiri sangat yakin, bahwa wu-wei akan dapat

menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan damai. “Semakin

besar hukum dan tatanan diberlakukan maka semakin banyak pencuri dan

perampok, oleh karena itu seorang bijak akan berkata: saya tidak bertindak

apa-apa dan orang itu sendiri akan berubah.” Lawan dari sikap wu-wei

adalah yu-wei, atau apa yang disebut sebagai bertindak. Yu-wei ini

menciptakan hukum dan tatanan, serta dengan itu juga menciptakan para

pencuri dan orang-orang yang melanggar tatanan. Sementara kontras dengan

itu, wu-wei menciptakan kemakmuran bersama, harmoni, dan kedamaian.

“Sebuah kerajaan seringkali diberikan kepada orang yang tidak melakukan

tindakan. Jika orang melakukan tindakan, maka ia tidak cukup memadai

untuk memenangkan sebuah kerajaan.” Demikian kata Lao Tzu. Kehidupan

yang ideal hanya dapat dicapai, jika orang menerapkan etika wu-wei ini di

dalam hidupnya.23

Dengan menerapkan wu-wei di dalam hidup, kaum Taoist yakin

orang-orang yang lemah bisa menaklukan orang-orang yang kuat dengan

kelembutannya. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hal yang paling

lembut di dunia dapat melampaui hal yang paling keras di dunia melalui

inilah Tao mengetahui keuntungan untuk tidak mengambil tindakan apapun.

Di dalam dunia manusia, menurut Lao Tzu, negara-negara yang kuat dapat

23

Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya ( Yogyakarta: Basabasi,

2018), h. 131.

Page 62: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

53

dengan mudah mendeklarasikan sebuah perang. Akan tetapi pada akhirnya,

negara-negara yang lebih lemahlah yang akan menang. Ini adalah kebenaran

yang nyata, bahwa kelemahlembutan dapat melampaui kekerasan.

Walaupun begitu nyata, tetapi orang begitu cepat lupa dengan hal ini,

sekaligus begitu sulit untuk mempertahankan kesadaran semacam ini.

Wu-Wei sangat menekankan nilai-nilai spesifik, seperti pasivitas,

sikap mengalah, dan ketenangan. Lao Tzu berkeyakinan bahwa Wu Wei

dapat menciptakan keharmonisan masyarakat. Di dalam pandangan filsafat

Taoisme, kekuasaan adalah sumber dari segala ketidakberuntungan dan

kekacauan.

C. Etika Alam dalam Meditasi Taoisme

Praktik praktik Taoisme dalam hal ini di tujukan terhadap bentuk

bentuk ritual bagaimana menajalankan tao baik itu dalam bentuk gerakan

gerakan meditasi, peyembuhan. Semua ini dalam upaya mencari kedalam tao

sehingga bisa mendapatkan ketenangan mendalam energy vital, dan ritual

ritual taoisme ini juga menjadi alat untuk mengexpresikan tao dalam rangka

untuk menemukan keselarasan.

Meditasi menjadi bentuk penyatuan antara diri manusia (mikrokosmos)

dengan alam (makrokosmos). Penyatuan dengan cara menyelaraskan gerakan

gerakan meditasi taois dengan mengikuti irama irama alam tanpa sedikitpun

upaya untuk menentangnya sama sekali. Meditasi membantu manusia

mengarungi alam sadar dan bawah sadar manusia, dengan mengikuti sirkulasi

Page 63: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

54

chi yang mengalir sebagai kompas dan sejalan dengan tao dan ketika sudah

sampai kepada tahap sempurna gerakan meditasi ini akan menghasilkan

kejernihan pikiran, ketenangan, vitalitas, kepekaan, keluesan, dan keuletan

yang lebih tinggi.24

Sejak zaman Lao Tzu, kaum taois menganjurkan orang untuk

mengheningkan pikiran dengan cara meditasi. Meskipun kaum tradisional

pada masa awal ajaran tidak menawarkan intruksi langkah demi langkah.

Tetapi tetap merujuk pada meditasi sebagai kunci utama untuk dapat bersikap

menerima dan mengembangkan ketenangan batin, ketenangan tubuh,

ketenangan pikiran, dan efek dari semua itu akan menghasilkan output social

yang mencerminkan sikap-sikap manusia bijaksana yang sangat taois

sebagaimana sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.25

24

Simpskins, alih bahasa (Frans Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan, h. 104. 25

Simpskins, alih bahasa (Frans Kowa), Simple Taoism Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan, h. 105.

Page 64: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

55

BAB IV

RELEVANSI ETIKA ALAM DENGAN

KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

A. Telaah Kritis terhadap Etika alam Taoisme

Terdapat banyak cap atau label yang diberikan kepada Taoisme,

misalnya saja karena pandangan Taoisme yang naturalistik itu dianggap

mengandung konsekuensi sifat deterministik atas seluruh proses dan peristiwa

kehidupan. Akibatnya, ajaran Taoisme yang menganjurkan manusia agar

menuruti kodratnya dan pasrah pada keberlangsungan alam semesta seakan

menempatkan manusia pada posisi yang fatalistik dalam mengarungi

kehidupan. Taoisme juga acapkali dicap sebagai ajaran yang menganjurkan

relativisme, bahkan nihilisme. Akibatnya, pandangan Taoisme juga dianggap

cenderung anti-intelektual, anti-sistem, anti-sosial, anti-kebudayaan; dan oleh

karenanya Taoisme dianggap sebagai penyebar anarkhisme.

Penilaian sedemikian itu tentu saja tidak semuanya benar, namun dari

lain pihak juga tidak semuanya keliru. Penilain yang diberikan oleh seseorang

tentu tidak lepas dari sudut pandang si penilai. Di samping itu, satu

terminologi yang diterapkan sebenarnya diam-diam juga sudah mengandung

atau didasari oleh satu pandangan kefilsafatan tertentu. Segi lain yang juga

harus diperhitungkan ialah konteks zaman yang dipergunakan sebagai tolok

ukur dan konteks masyarakat di zaman bersangkutan. Hal terakhir inilah yang

acapkali diabaikan.

Page 65: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

56

Walaupun tokoh seperti Lao Tzu dan Chuang Tzu diperkirakan hidup

sezaman dengan Konfusius, tetapi oleh para pengikutnya, ajaran mereka

masih dikumandangkan jauh ke depan melampaui zaman ketika para tokoh itu

hidup. Ada dugaan bahwa kitab-kitab peninggalan Lao Tzu dan Chuang Tzu

yang kini masih bisa dijejaki, diperkirakan telah mengalami modifikasi yang

dilakukan oleh para pengikutnya. Sementara itu, sebagaimana telah diketahui

secara luas bahwa di Cina terdapat bermacam aliran filsafat. Segera dapat

diduga, bahwa di antara berbagai aliran filsafat itu pastilah terdapat perbedaan,

bahkan pertentangan. Dalam konstelasi yang demikian itu, Tan Tjoe Som

mengatakan bahwa dalam kitab Tao Te Ching terdapat ajaran-ajaran yang

berupa “jawaban” atau “tentangan” terhadap ajaran lain. Umpamanya, ucapan

yang menentang perikemanusiaan, keadilan, dan upacara, sebenarnya

ditujukan kepada ajaran Konfusianisme (Ru Chia). Tentangan terhadap akal

dan pengetahuan ditujukan kepada aliran Mohisme (Mo Chia); sementara itu

penentangan atas penggunaan kata-kata muluk ditujukan kepada Mazhab

Nama-Nama (Ming Chia). Sedangkan tentangannya atas kekerasan,

pemerkosaan atau pemaksaan, lebih ditujukan kepada aliran atau Mazhab

Legalisme (Fa Chia).1

Dalam konteks sosial historisnya, ajaran Taoisme konon timbul sebagai

reaksi atau protes terhadap keadaan masyarakat Cina waktu itu. Cina ketika itu

1 Joko Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme (Yogyakarta: Jurnal Filsafat UGM,

2006), H. 270.

Page 66: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

57

diwarnai oleh ketidakadilan, kekejaman, kecongkakan, kemunafikan,

kesengsaraan, dan penderitaan lahir batin akibat peperangan yang tiada henti-

hentinya. Di samping itu, masyarakat Cina ketika itu juga dijejali dengan

banyak larangan yang keras, pun pula banyak anjuran dan kecerdasan.2

Apabila kedua penulis yang dikutip di atas itu benar, maka masuk

akallah bila ajaran Taoisme sedemikian rupa itu. Barangkali penganjur

Taoisme merasa muak dengan segala “tetek-bengek” yang menyusahkan

manusia, yang ironisnya semua “tetek-bengek” itu justru dibuat oleh manusia

sendiri. Sementara itu, alam semesta begitu tenang, harmonis, dan

berlangsung menurut kodratnya. Kerinduan akan kemurnian, keluguan,

kesederhanaan, kelemahlembutan, dan spontanitas (bukan dibuat-buat),

kiranya relevan sebagai “obat penawar” bagi “penyakit” zaman itu.

Persoalannya adalah: Apakah ajaran kuno itu masih relevan bagi masa kini?

Masalah yang menyangkut prinsip metafisik, kiranya tidak berguna

untuk diperdebatkan dalam karangan ini, sebab bagaimana pun juga, satu

pandangan metafisik pada babak terakhir akan berujung pada keyakinan.

Perdebatan metafisik yang berlarut-larut hanya akan tergelincir pada diskusi

mandul. Oleh karena itu, tinjauan kritis atas ajaran Taoisme ini lebih

difokuskan ke arah filsafat praktis, yakni etika.

Ajaran pertama yang mendasar ialah kebijaksanaan wu wei, yakni

“tidak berbuat”, “tidak mencampuri”. Kalau ajaran ini berarti anjuran untuk

memupuk pasivitas, sudah pasti tidak relevan bagi masa kini. Akan tetapi, bila

2 2Fung Yu Lan, Penerj. John Rinaldi, Sejarah Filsafat Cina (Yogyakarta: Pustaka

Belajar, 2007), h. 130.

Page 67: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

58

ajaran itu ditafsirkan sebagai “tidak mendikte” atau “tidak memaksakan

kehendak”, maka segera tampak relevansinya. Campur tangan dan agresi, baik

terhadap alam maupun manusia, tentu tidak dapat diterima. Dalam konteks

apa pun, pihak yang diagresi pastilah menderita.3 Alam yang dieksploitasi

berlebihan secara terus-menerus akan menurun kapasitasnya dan terganggu

keseimbangannya; dan manusia sendirilah yang akan menanggung akibatnya

(tsunami, banjir bandang, tanah longsor, angin puyuh, semua telah

“menghajar” manusia tanpa ampun). Hingga di awal abad ke-21 ini makin

banyak pihak sadar dan merasakan betapa telah terjadi kerusakan alam di

sana-sini akibat kerakusan, kekerasan, dan kecerobohan manusia, yang dengan

angkuhnya memeras alam habis-habisan dengan mengandalkan sains dan

teknologi yang diciptakan oleh akalbudinya. Agaknya, di sinilah sinyalemen

Taoisme benar, bahwa “pengetahuan” adalah budak dan sekaligus majikan

bagi “keinginan”: pengetahuan akan alam mengakibatkan keinginan yang

tiada henti untuk mengeksploitasi alam; pada saat yang sama, keinginan untuk

mengeksploitasi alam juga membutuhkan pengetahuan. Begitulah,

pengetahuan dan keinginan berkelindan, dan akibatnya ialah kehancuran alam.

Sampai di sini, sulit untuk menyangkal kebenaran dan futurisme yang

dikumandangkan Taoisme.

Akan tetapi, apakah dengan demikian orang lalu harus berpantang

untuk mencari, mengusahakan, memiliki, dan memanfaatkan pengetahuan?

Apakah dengan demikian orang harus surut ke belakang ke zaman pra-

3 Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme, H. 271.

Page 68: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

59

sejarah? Agaknya impian Taoisme mengandaikan adanya sosok-sosok

manusia yang benar-benar “natural”; manusia “lugu” yang benar-benar

menjadi “anak alam” yang menghormati dan mencintai alam. Namun apakah

impian semacam itu realistik? Bukankah impian semacam itu sekadar utopia

yang membayangkan prakondisi manusia yang bermasyarakat dan berbudaya?

Pengandaian semacam itu hanya dapat dibayangkan secara teoritis, namun

hampir tak dapat ditemukan dalam tataran praksis. Ataukah yang mau

digambarkan Taoisme itu adalah sosok-sosok manusia prasejarah? Kalau

demikian, maka telah terjadi regresi besar-besaran justru pada saat para

penganjur ajaran Taoisme itu sendiri masih hidup.

Ajaran anti-agresi atas sesama manusia tentu saja masih relevan hingga

kini, bahkan hingga kapan pun. Melonjaknya populasi umat manusia dan

semakin tipisnya ketersediaan sumber daya mengakibatkan terjadinya

perebutan atas sumber daya tersebut, entah dengan cara terang-terangan atau

pun dengan cara terselubung dengan rapi; entah dengan cara yang santun atau

pun kasar; entah dengan cara yang beradab atau pun yang biadab. Dan,

perebutan yang biadab tentu saja merupakan agresi keji yang tidak layak bagi

kemanusiaan.4 Celakanya, perebutan itu acapkali bukan karena benar-benar

didesak oleh kebutuhan yang nyata, melainkan tak jarang karena sekadar

desakan pemuasan keinginan. Di sinilah relevansi ajaran Taoisme untuk hidup

sederhana, wajar, dan bersahaja. Lebih lanjut, menjauhi kekerasan dan

bersikap lemah lembut sungguh merupakan ajaran yang tetap relevan di

4 Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme , H. 220.

Page 69: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

60

zaman yang telah disesaki oleh kekerasan dan keberingasan seperti sekarang

ini.

“Berbuat” itu sendiri sebenarnya bukanlah keburukan, tetapi yang

buruk ialah perbuatan yang dibuat-buat. Ini adalah salah satu ajaran Taoisme.

Kiranya, ajaran ini pun masih relevan di masa kini. Relevansi ajaran ini dapat

ditafsirkan ke dua arah. Pertama, perbuatan yang dibuat-buat maksudnya

perbuatan yang “tidak murni”, “memaksa diri”, tidak mengikuti Te-nya.

Perbuatan ini akan berbuah ketidak harmonisan hidup, bahkan akan berakibat

kepada ketidak harmonisan alam. Jadi, yang dimaksud perbuatan yang dibuat-

buat berarti perbuatan yang tidak alamiah, dan berakibat mengacaukan

keselarasan segala hal dalam perspektif Taoisme. Kedua, perbuatan yang

dibuat-buat, bisa juga ditafsirkan sebagai perbuatan yang tidak murni, tidak

tulus, tidak semestinya. Tafsir ini tentu relevan untuk masa kini. Betapa

seringnya kita temui orang-orang tertentu yang perbuatan dan penampilannya

hanyalah “seolah-olah”: seolah-olah beriman, seolah-olah dermawan, seolah-

olah peduli, seolah-olah penyayang, dan banyak seolah-olah lainnya. Semua

itu menunjukkan perbuatan yang dibuat-buat, tidak murni, tidak tulus, tidak

wajar. Pendek kata, semua itu hipokrit. Dan, bagaimana pun juga, hipokrisi

tidak dapat diterima oleh hati nurani yang jernih, yang ikhlas. Di sinilah orang

pantas merenungkan secara mendalam ajakan Taoisme ke arah kejujuran dan

ketulushatian.5

5 Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme, H. 274.

Page 70: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

61

Ajakan Taoisme untuk rendah hati dan “tahu diri” juga layak disambut.

Demi harta, kebesaran, dan popularitas, tidak jarang orang menghalalkan

segala cara : budaya jalan pintas, main suap, sombong, merasa paling

kompeten, dan suka mengklaim bahwa apa pun yang dapat memberi

kemaslahatan bagi sesama diakui sebagai karya dan jerih payahnya sendiri.

Semua sikap tersebut sungguh pantas disayangkan, karena jalan pintas dan

main soap termasuk “kekerasan” yang merusak harmoni moral. Sombong dan

merasa paling kompeten merupakan sifat tinggi hati. Padahal, pada

kenyatannya tiada seorang pun di muka bumi ini yang mampu menghasilkan

karya benar-benar “seorang diri”. Entah langsung atau tidak langsung, semua

karya yang tercipta pasti melibatkan pihak lain : baik pihak lain itu sesama

manusia maupun barang sesuatu yang bukan-manusia, atau bahkan alam

sendiri terlibat secara dominan.6

Dengan demikian, kiranya harus dikoreksi pula pendapat yang

mengatakan bahwa Taoisme itu pada dasarnya berpandangan individualistik,7

karena setiap individu dianjurkan untuk mencari kebahagiaannya sendiri-

sendiri. Kecaman ini mungkin beralasan, bila Taoisme mengajarkannya dalam

rangka pemuasan diri menuruti keinginan duniawi. Padahal, ajaran Taoisme

adalah kebahagiaan batin, ketenteraman hati, dengan cara tidak mengumbar

keinginan, melainkan justru “membatasinya” seminimal mungkin. Dengan

6 Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme ,H. 218.

7 Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dsan Pemikirannya (Yogyakarta: Basabasi,

2019), h. 70.

Page 71: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

62

demikian, runtuh jugalah tudingan yang mencecar Taoisme sebagai ajaran

egoistik.8

Taoisme bukannyamengajarkan egoisme, atau acuh tak acuh terhadap

keadaan masyarakat. Taoisme hanya mau mengatakan, boleh jadi agak utopis,

bahwa “sekali tiap-tiap individu merasa bahagia dengan memurnikan Te-nya,

maka berarti masyarakat secara keseluruhan dengan sendirinya akan bahagia,

tenteram, dan sejahtera”.

Taoisme juga dikenal menentang hukum dan pranata-pranata sosial

lainnya. Namun hendaklah disadari, bahwa pada kenyataannya, hukum

(positif) sendiri biasanya hanyalah merupakan upaya minimal yang lebih

bersifat represif belaka. Sementara itu, pendidikan moral bagi masyarakat

sama sekali dipandang sebagai di luar kompetensi dan kawasan hukum.

Taoisme berpendirian bahwa semakin banyak aturan, justru semakin kacaulah

masyarakat yang diaturnya. Bagi Taoisme, tidak usahlah banyak mengatur,

apalagi mengatur dengan aturan yang “dibuat-buat”, dan lebih buruk lagi bila

aturan yang dibuat itu dipergunakan oleh penguasa untuk menindas rakyat,

atau sekurang-kurangnya hanya membela kepentingan penguasa. Dalam

pandangan Taoisme, manusia itu pada dasarnya baik, karena setiap diri

manusia dirembesi oleh Te dari Tao universal yang abadi. Kebobrokan terjadi

justru karena manusia “menciptakan” kebudayaan, termasuk hukum dan

pranata sosial lainnya.9

8Reza wattimena, etika taoisme, memperkenalkan filsafat taoisme (rumahfilsafat.com),

diakses pada tanggal 12 april 2019. 9 Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme ,H. 225..

Page 72: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

63

Pandangan Taoisme sebagaimana diuraikan di atas itu tampak konsisten

secara teoretik, namun tidak realistik dalam konteks pengalaman empirik.

Oleh karenanya, pandangan itu layak digugat. Gugatan pertama ialah asumsi

dasarnya bahwa manusia itu pada dasarnya baik.10

Pada kenyatannya, pada

diri manusia selalu bersemayam sifat baik dan sekaligus sifat buruk (jahat).

Justru kebudayaanlah yang mampu menawarkan nilai-nilai kebaikan sekaligus

keburukan agar manusia dapat memilih dengan cermat dan

mempertanggungjawabkan pilihannya itu. Bisa saja aturan hukum yang

“dibuat-buat” perlu dicela, tetapi apabila kehidupan bersama tanpa dikawal

oleh ”aturan main” yang adil, maka anarkhilah akibatnya. Gugatan kedua ialah

jika asumsi dasar yang mengatakan bahwa manusia itu mempunyai sifat baik

dan sekaligus buruk itu benar, maka apabila sifat buruknya yang dominan

dengan disertai kekuatan (power), maka kesewenang-wenanganlah yang

terjadi. Oleh karena itu, harus dikatakan, bahwa bagaimana pun juga hukum

itu tetap diperlukan. Hanya saja, hukum harus ditolak, apabila tidak adil dan

menindas, entah atas nama “legalitas” atau pun “stabilitas”.

Terhadap dampak negatif yang diakibatkan oleh sains dan teknologi

yang kini kian meluas, agaknya Taoisme memberikan inspirasi kepada

manusia modern untuk mengadakan reorientasi atas pengusahaan sains dan

teknologi itu. Kemajuan teknologi dari saat ke saat terus-menerus diperkokoh

dengan hasil-hasil riset sains; meski riset sains yang dilakukan seringkali

diwarnai dengan manipulasi dan rekayasa atas alam beserta isinya, termasuk

10

Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme ,H. 225. .

Page 73: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

64

manusia. Begitu banyak hal-hal artifisial yang tercipta lewat sains dan

teknologi, bahkan sudah pada taraf “artificial intelligence”. Akibatnya, kini

manusia hidup di “alam” artifisial pula. Akibat lebih lanjut, banyak orang

mulai teralienasi karena dilanda kemiskinan otentisitas hidupnya. Di sinilah

panggilan Taoisme untuk back to nature menjadi relevan. Walau pun mungkin

manusia modern sudah tidak bisa lagi menerima ajaran Taoisme tentang

“penyerahan diri” kepada alam, namun Taoisme dapat “menegur” atau

sekurang-kurangnya “menyentil” keangkuhan manusia yang senantiasa

merasa diri sebagai penguasa alam. Bagaimana pun juga, manusia tetap tidak

bisa hidup di “luar” dan tanpa “dihidupi” oleh alam. Oleh karena itu,

pandangan bahwa alam laksana “sapi perah” dapat dikoreksi dan disadarkan

lewat ajaran Taoisme.

Sains dan teknologi juga membawa dampak negatif terhadap kejiwaan

manusia, baik secara individual maupun sosial, sehingga acapkali muncul

bentuk-bentuk “kekerasan” – baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun

pengada-pengada lain – yang patologis. Dengan kelembutannya, Taoisme

dapat mengetuk hati nurani orang modern untuk kembali kepada “fitrah”-nya,

dan tidak manipulatif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Sesungguhnyalah, walau tampaknya Taoisme tidak mengagungkan manusia di

atas pengada-pengada lain, namun agaknya tersembunyi niat untuk

memuliakan manusia. Kiranya, diam-diam dalam ajaran Taoisme terdapat

inkonsistensi dalam memandang manusia, sebagaimana ketidakkonsistenan

ajarannya tentang “tidak berbuat” dan tidak mengajarkan kemanusiaan dan

Page 74: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

65

keadilan, padahal kitab-kitab Taoisme sendiri sarat dengan ajaran dan anjuran

tindakan tertentu agar manusia mencapai kebahagiaan, ketenteraman, dan

kedamaian.11

Sungguh inkonsistensi yang justru berguna bagi manusia.

B. Relevansi Etika Alam Taoisme dengan Kehidupan Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya

mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban

masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan,

sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak

dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke

masa kini, misalnya gelandangan. Ciri-ciri Masyarakat Modern yaitu

hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-kepentingan

pribadi, hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan

suasana yang saling memepengaruhi.12

Pada kehidupan masyarakat modern, kerja merupakan bentuk

eksploitasi kepada diri, sehingga mempengaruhi pola ibadah, makan, dan pola

hubungan pribadi dengan keluarga. Sehingga dalam kebudayaan industri dan

birokrasi modern pada umumnya, dipersonalisasi menjadi pemandangan

sehari-hari. Masyarakat modern mudah stres dan muncul penyakit-penyakit

baru yang berkaitan dengan perubahan pola makanan dan pola kerja.

11

Alexander Simpskins, Simple Taoism Tuntunan Hhidup dalam Keseimbangan,

alihbahasa: Frans Kowa (Jakarta: Gramedia, 2000), H. 85. 12

Bakker, JWM, Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Hal. 92.

Page 75: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

66

Yang terjadi kemudian adalah dehumanisasi dan alienasi atau

keterasingan, karena dipacu oleh semangat kerja yang tinggi untuk menumpuk

modal. Berger menyebutnya sebagai “lonely crowd” karena pribadi

menemukan dirinya amat kuat dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam

kebudayaan industrialisasi, terus terjadi krisis. Pertama, kosmos yang nyaman

berubah makna karena otonomisasi dan sekularisasi sehingga rasa aman

lenyap. Kedua masyarakat yang nyaman dirobek-robek karena individu

mendesakkan diri kepada pusat semesta, ketiga nilai kebersamaan goyah,

keempat birokrasi dan waktu menggantikan tokoh mistis dan waktu mitologi.

13

Adanya Modernisme melahirkan sekularisasi adalah sebuah proses

pemisahan institusi-institusi dan simbol-simbol politis dari initusi-institusi dan

simbol-simbol religius. Kebijakan-kebijakan Negara yang mengatur sebuah

masyarakat tidak lagi didasarkan pada norma-norma agama, melainkan pada

asas-asas non-religius, seperti: etika dan pragmatisme politik. Kelahiran

Negara nasional dan Negara konstitusional di zaman modern menandai proses

ini. Konstitusi Negara modern tidak lagi didasarkan pada doktrin-doktrin

religius, seperti pada Negara-negara tradisional di Eropa abad pertengahan,

melainkan pada prosedur-prosedur birokratis rasional yang mengakui

kesamaan hak dan kebebasan setiap warganegara. Mengapa masyarakat

modern menempuh jalan sekularisasi? Karena (1) Otoritas politis tidak merasa

13

https://jurnal.ugm.ac.id/jps/article/download/23449/15449. Diakses pada tanggal 12

april 2019.

Page 76: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

67

cukup dengan wewenangnya atas wilayah publik dan ingin juga memberikan

regulasi dalam ruang privat seperti yang dilakukan oleh otoritas religius; dan

(2) pikiran kritis dicurigai sebagai unsur „subversif‟ yang melemahkan

kepatuhan kepada otoritas. Sekularisasi adalah upaya memberi batas-batas di

antara kedua bidang itu dengan memandang keduanya otonom, yakni yang

satu tidak dapat direduksi kepada yang lain. Dengan sekularisasi, urusan-

urusan religius dianggap beroperasi di dalam ruang privat, tercakup dalam

kebebasan subjektif individu untuk menemukan jalan hidupnya.14

Pemikiran Taoisme dapat dikatakan empiris dan Praktis. Empiris karena

semua ajarannya merujuk pada fenomena alam yang dapat diamati oleh setiap

orang. Misalnya, bagaimana sifat air dan matahari yang dapat merefleksikan

makna kehidupan manusia. Praktis, karena isi pemikiran Taoisme berisi ajaran

tentang bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya bagi setiap orang

dalam hidup.15

Simbolisme dalam filsafat Tao lebih menekankan pada etika daripada

metafisika dan religi, sehingga sering disebut simbolisme etik. Simbolisme

etis ini merupakan gambaran refleksi idealitasnatural manusia yang

seharusnya dimiliki oleh setiap orang, sebagai implikasi sebagai inplikasi

manusia harus berbuat sesuai dengan hokum alam. Simbolisme etis memiliki

arti bagi manusia bahwa manusia menjadi bijaksana jika mampu

14

Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat, (Jakarta: Gema Insani press, 2005), hlm. xxxv 15

Thomas Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya (Yogyakarta: Basabasi,

2019), h. 130-131.

Page 77: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

68

menterjemahkan atau menginterpretasikan dan menjabarkan hokum alam serta

mentransformasikanya kedalam sikap dan perbuatan sehari hari yang dilandasi

kesucian hati yang murni. Pola kehidupan manusia semacam ini dalam

kumulasinya akan menciptakan kehidupan masyarakat yang harmoni dan

sejahtera dalam segala zaman terutama kontek zaman sekarang.

Konsep taoisme tentang kebajikan ini secara subtansial dapat

memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat dewasa ini. Terlebih lagi

bagi masyarakat Indonesia yang sedang membangun kehidupan demokratis

disegala bidang melalui pemberdayaan masyarakat madani, maka etika

demokrasi yang bersumber nilai kebajikan sangat diperlukan. Mengapa

taoisme berkembang pesat di cina, karena system filsafatnya bertumpu pada

akar persoalan hidup masyarakat cina sendiri, sehingga filsafat taoisme

meyatu dalam praktek kehidupan sehari-hari. Kelahiran taoisme berkaitan

dengan pengalamn sejarah masa kehancuran kerajaan chou sebagai akibat dari

peyelewengan dan tindakan raja yang sewenang-wenang dalam peyelanggaran

pemerintah. Kehidupan manusia semakin menderita dan kejahatan merajalela.

Dari pengalam sejarah tersebut sebgai kaum terpelajar sampai pada

kesimpulan, peraturan yang dibuat manusia itu dapat menyesatkan

masyarakat. Perundang-undangan Negara yang hanya didasarkan pada otak

atau rasio hanya akan menyesatkan rakyat. Manusia harus belajar dari hokum

Page 78: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

69

alam yang banyak memberikan pengalamn nilai kehidupan bagi manusia,

yakni untuk bersikap adil, kesucian murni, disiplin dan taat azas.16

Pengalaman sejarah tersebut memberi spirit bagi perjalanan taoisme

untuk membawa misi keadilan dan kemanusiaan, bahwasanya kehidupan

manusia secara etis diharapkan tidak merugikan orang lain, tatapi memberikan

kelangsungan hidup sesamanya. Karena itu ajaran kebijakan ( te ) ditempatkan

sebagai tema utama dalam pemikiran kefilsafatanya, kemudian dikemas dalam

ajaran etika natural taoisme.17

Makna kebijakan menurut taoisme sebagai karakter atau kekuatan

moral yang mengandung tiga unsur :18

1. Selalu mengausahakan (to go) kecenderungan memberikan bantuan

kepada orang lain, muncul dari diri seseorang dilakukan menerus

sebagai kebiasaan hidup.

2. Mengandung arti jujur (straight) yaitu kecenderungan sikap perilaku

yang berbasis pada kesucian hari yang murni.

3. Bermakna kasih sayang dalam kebajikan, arti hidup adalah untuk

sesamanya, tanpa membeda-bedakan.

Kebajikan berarti tao, untuk menuju kebahagiaan sempurna atau

kebahagaian lahir batin. Orang yang mencapai kebahagaiaan sempurna yaitu

seseorang yang telah mencapai tingkat manusia agung, yang hidupnya untuk

sesama dan lingkuanganya.

16

Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme ,H. 226. 17

Pitoyo, Manusia Bijaksana Menurut Taoisme ,H. 227. 18

Iriyanto Widi Suseno, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya bagi

Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia (Semarang: Jurnal Hukum Universitas Islam

Sultang Agung, 2007), h. 54

Page 79: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

70

Dalam melihat permasalahan perkembangan sains dan teknologi yang

membuat manusia terkekang dan tidak bisa dengan leluasa bergerak serta

membiarkan alam ini berjalan menurut hukumnya sendiri, maka konsep etika

alam Taoisme juga kiranya dapat menawarkan pandangannya yang setidaknya

dapat membuat manusia keluar dari permasalahan tersebut.

Ketika manusia mengembangkan teknologi dan sains dengan semangat

modernisasi, justru itu yang akan membuat manusia tidak bisa bergerak ke

mana-mana karena manusia dipasung oleh sikapnya yang berusaha melawan

kodrat alam. Modernisasi sendiri menginginkan perubahan atas hal-hal yang

ketinggalan zaman dan tradisional untuk digantikan dengan hal-hal yang baru

dan bisa mengikuti arus perkembangan.

Tetapi dengan hal seperti itu manusia justru akan semakin menjadi-jadi.

Ketika suatu perubahan yang diinginkan dalam modernisasi ini sudah tercipta

namun manusia masih dibelenggu oleh rasa ketidakpuasan terhadap perubahan

itu. Maka sesuatu hal lain harus dilakukan supaya terjadi hal yang baru lagi.

Dan itu tidak akan ada habisnya.

Dalam konteks ini, setidaknya manusia bisa bebas dari kekangan pada

dirinya sendiri dengan kembali lagi pada alam dan membiarkan alam berjalan

sebagaimana mestinya. Ini perlu dilakukan agar tidak ada hal yang dibuat-buat

Page 80: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

71

untuk memenuhi keinginan hasrat semata, namun di sisi lain berlawanan

dengan kodrat alam itu sendiri.

Taoisme mengatakan, orang yang bijak tidak berbuat apa-apa dan orang

yang bijak tidak perlu menghasilkan apa-apa. Mereka hanyalah merenungkan

alam saja. Taoisme menentang segala bentuk tindakan karena dalam kehidupan

tindakan itu sia-sia belaka.19

Dicontohkan dengan seorang pemanah yang membidikkan panahnya

dengan jelek. Kegagalan ini diakibatkan karena pemanah tersebut berkeinginan

untuk menang. Keinginan ini melahirkan kecemasan dan kecemasan itulah

yang membuatnya gagal.20

Kemampuan tertinggi adalah ketika seseorang bertindak pada taraf yang

tidak sadar. Seorang ahli piano perlu memusatkan pikiran dan kekuatannya

supaya ia berhasil. Taoisme menekankan ketidaksadaran, intuisi, spontanitas -

aliran yang tidak bertenaga dalam pikiran dan tindakan.

Taoisme percaya bahwa kebijaksanaan adalah mengetahui kesulitan-

kesulitan dan tidak pernah mempunyai sikap agresif pada kodrat alam manusia.

Orang tidak akan mencapai tujuan dengan sikap yang agresif.21

Hal ini selaras dengan apa yang dibahas di atas terkait dengan semangat

manusia dalam mengembangkan sains dan teknologi dalam modernisasi, yang

pada dasarnya ada ambisi dan agresivitas di balik semangat pengembangan

teknologi dan sains.

19

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dsan Pemikirannya , h. 131. 20

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dsan Pemikirannya , h. 131. 21

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dsan Pemikirannya , h. 133

Page 81: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

72

Ambisinya adalah mengejar perubahan dengan tindakan secara terus

menerus dan tidak memperhatikan kodrat alam, yang mana hal seperti ini

adalah tidak sesuai dengan kodrat alam. Hal itu menurut Wu-Wei dapat

menyebabkan manusia gagal dalam menghadapi permasalahan terkait dengan

kebebasannya yang dipasung oleh ambisinya yang tidak pernah habis.

Kemudian permasalahan terkait dengan sumber daya yang semakin

menipis, pencemaran lingkungan, cuaca yang tidak teratur, dan kerusakan

ekosistem akibat kemajuan teknologi dan sains. Hal ini ketika dilihat dari Wu-

Wei sendiri sangat relevan, bahwa manusia yang mengeksploitasi alam dengan

senjata teknologi dan sains mengeruk apa pun yang ada di alam dengan sesuka

mereka.

Akibatnya alam yang dieksploitasi secara terus menerus akan menurun

kapasitasnya dan manusialah yang akan menuai akibatnya. Banjir, tsunami,

dan tanah longsor yang akan menghajar manusia sebagai imbalan yang

setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Maka dari itu campur tangan dan

agresi terhadap manusia ataupun alam tidak dapat diterima karena

bagaimanapun juga itu pihak yang diagresi pasti menderita.

Hal yang dapat ditawarkan dalam menengahi permasalahan ini adalah

dengan merefleksikan konsep Wu-Wei terkait dengan “Jangan Menyampuri”

yang dapat diartikan bahwa kita akan hidup selaras dengan alam jika kita mau

mengikuti kodrat alam dan tidak menentang apa yang sudah digariskan oleh

kodrat alam. Itu karena pada dasarnya keharmonisan menurut Wu-Wei hanya

akan terjadi ketika alam dibiarkan berjalan menurut hukumnya sendiri.

Page 82: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

73

Sejatinya, pesan mendasar dari Taoisme adalah bahwa kehidupan ini

terdiri keseluruhan yang bersifat organik dan saling terhubung (organic and

interconnected whole), yang terus berubah secara konstan. Gerak perubahan

yang bersifat tetap ini merupakan bagian dari tatanan alamiah alam semesta.

Manusia hidup bersama alam yang terus berubah secara alami. Dengan

menyadari adanya kesatuan antara alam dan manusia, dan belajar untuk hidup

menyesuaikan diri dengan gerak alamiah alam, manusia akan sampai pada

keadaan yang sepenuhnya bebas dan merdeka, sekaligus secara langsung

terhubung dengan gerak kehidupan dari alam semesta. Lantas, keadaan dan

kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari alam seyogyanya dihayati dengan

sikap manusia yang menghargai dan mencintai alam sebagai bagian integral-

tidak terpisah dari kehidupannya. Manusia tidak bisa hidup tanpa alam, dan

sebaliknya alam akan semakin penuh dengan hubungannya dengan manusia.

Manusia sejatinya mengeksploitasi alam dengan landasan bahwa hidup adalah

orientasi pada kesenangan dan bukan penderitaan apalagi kematian. Hal itulah

yang mendasari manusia untuk “memiliki” segala sesuatu sebanyak-banyaknya

tanpa memiliki sikap timbal-balik atau kehilangan. Yang pada akhirnya

membuahkan kemelekatan akan sesuatu secara berlebihan tanpa mampu

membatasi diri. Alhasil, alam menjadi “korban”. Alam menjadi obyek pemuas

hasrat dan keinginan manusia. Alam tidak dipandang lagi sebagai bagian dari

hidup manusia.

Page 83: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

74

Tao melalui ajarannya Wu-Wei dan Te memberikan pandangan lain.

Tao memberikan pandangan bahwa manusia hidup bersama dan melalui Tao.

Manusia hidup dalam kesatuan dengan Tao, tingkat tertinggi di dalam

kehidupan manusia, dan alam bagian di dalamnya. Dengan hidup bersama dan

melalui Tao, manusia hidup dalam keharmonisan dan ketentraman. Lantas,

untuk hidup selaras dengan alam kita harus mempunyai keyakinan. Kita harus

mempercayakan diri kita pada “yang tak diketahui”. Tao yang diajarkan Lao

Tzu mengajarkan kita untuk mencintai dan menyuburkan segalanya namun

tidak menguasainya.22

Dari sudut pandang Taoisme secara khusus ajaran Wu-Wei dan Te,

penulis menyimpulkan cara yang lebih arif dan bijak dalam memperlakukan

alam semesta. Seperti yang telah diulas diatas bahwa Tao mengajarkan kepada

manusia untuk bersikap lemah lembut, rendah hati dan menyangkal diri. Secara

garis besar, lemah lembut berarti menganggap alam sebagai sahabat manusia,

rendah hati berarti sikap mampu membatasi diri dengan berbuat seperlunya

saja (terhadap alam/penggunaan sumber daya), dan sikap menyangkal diri yang

adalah sikap menganggap diri dan hidup manusia hanyalah sebagai pinjaman

dari alam semesta kepadanya. Penulis, dengan kesadaran demikian, maka

manusia bukan lagi menjadi “musuh” alam. Sebaliknya, manusia menjadi

bagian dari alam, dan alam menjadi bagian dari manusia, yang saling

bersinergi membentuk suatu keharmonisan yaitu hidup seimbang dan saling

menyejahterakan.

22

Watters, Lao Tzu Kisah Hidup dsan Pemikirannya , h. 99.

Page 84: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

75

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam penulisan Skripsi ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Etika

alam Taoisme didasarkan dan berpusat pada jalan hidup Tao. Dan etika

kebijaksanaan alam Tao ini terpancar pada 3 pola hidup. Pertama, jalan

hidup menurut pembawaan alamiah. Melalui pemahaman cara hidup

alamiah ini, Lao Tzu menanamkan sikap hidup manusia agar dapat

berserah diri sepenuhnya, sehingga tidak mudah mengeluh dalam

mengatasi kesulitan hidupnya, karena harus disadari bahwa segala hal

yang terjadi pengenalan jatidiri diatur oleh hukum kodrat Tao.

Kedua adalah kebijaksanaan Tao juga tergambar pada prinsip hidup

sewajarnya. Dalam Tao te Ching bab 3 dikatakan:

“Jika bakat tidak diagungkan, orang tidak akan bersaing satu sama lain.

Jika benda langka dan berharga tidak dihargai, orang tidak akan

mencuri.

Jika benda-benda yang dapat menimbulkan keinginan untuk dimiliki tidak.

Dipamerkan, hati orang tidak akan gundah.

Ketika orang yang tercerahkan memerintahkan sesuatu, ia mengosongkan

pikiran dari hal-hal yang tidak diperlukan”.

Prinsip kewajaran dalam Taoisme ini mengandung pengertian

adanya ukuran normatif dalam cara hidup manusia sehari-hari, yakni

manusia seharusnya tidak bertindak secara berlebihan, manusia harus

melepaskan sikap perilaku yang semu. Sebab, kepribadian sebagaimana

yang terlihat dari luar itu tidak penting, yang penting adalah pengenalan

Page 85: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

76

jati diri. Jadi, pengertian hidup sewajarnya dapat diartikan sebagai proses

pengenalan atau penemuan jati diri. Norma kewajaran tersirat dalam pola

hidup sederhana, sikap rendah hati, tidak arogan, tidak sombong dan tanpa

pamrih.

Ketiga adalah kebijaksanan etis Tao juga akan terpancar dengan

menjalankan prinsip hidup yang sesuai dengan hukum alam. Menurut

Taoisme, Bumi dan langit beserta isinya masing-masing sebagai kesatuan

unsur jagad raya (semesta alam), memiliki sifat dan cara kerjanya yang

disebut hukum alam. Hukum alam memiliki ketentuan dan keteraturan

kodrati sebagai hasil ciptaan Tao. Tao adalah induk dari segala benda dan

makhluk, oleh karena itu segala hal akan kembali kepada Tao. Sifat

kebesaran Tao telah dapat difahami, seperti oleh para ahli ilmu alam yang

mampu mengetahui tentang atom, misalnya: Einstein dapat memahami

buah hasil bekerjanya Tao dan occultisme (kaum mistik) dapat melihat

Tao dari kegaibannya.

Dunia ini sangat kecil bila dibanding dengan luas semesta alam.

Cakrawala manusia hanya terdiri dari sebelas planet (mestinya ada dua

belas planet, namun satu planet belum diketahui). Ternyata cakrawala

manusia tidak hanya satu melainkan banyak. Di dalam tiap cakrawala ada

matahari dengan beberapa planet yang tak dapat dihitung junlahnya di

seluruh alam semesta ini. Bila dibanding dengan luas alam, maka bumi

tempat tinggal manusia hanya merupakan sebutir pasir gurun sahara.

Page 86: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

77

Manusia tidak mungkin dapat mengetahui tentang keseluruhan struktur

semesta alam termasuk hukum alamnya.

Sedangkan relevansi etika alam Taoisme dengan kehidupan

masyarakat modern adalah Konsep taoisme tentang etika alam inisecara

subtansial dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan masyarakat

dewasa ini. Terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia yang sedang

membangun kehidupan demokratis disegala bidang melalui pemberdayaan

masyarakat madani, maka etika demokrasi yang bersumber nilai kebajikan

alam sangat diperlukan. Mengapa taoisme berkembang pesat di cina,

karena system filsafatnya bertumpu pada akar persoalan hidup masyarakat

cina sendiri, sehingga filsafat taoisme meyatu dalam praktek kehidupan

sehari-hari.

B. Saran

Pertama, karya ini merupakan karya yang terbuka atas kritik dan

saran yang mungkin bisa menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya. Para

insan akademisi Studi Agama-Agama harus mengkaji lebih jauh tentang

persoalan ekologi yang tentu dilihat dari persfektif teologi agama-agama.

Bumi adalah satu-satunya tempat manusia hidup, maka sudah sewajarnya

kita semua harus mampu menjaga dan merawat bumi ini agar terhindar

dari kehancuran akibat tangan-tangan jahat manusia.

Page 87: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

78

Kedua, dalam proses penyelesaian karya ini, penulis mendapatkan

kesulitan terutama referensi buku-buku tentang Lao Tzu dan Taoisme

yang banyak tidak ditemukan baik di perpustakaan umum maupun di

perpustakaan fakultas. Maka saran penulis, perpustakaan khususnya

perpustakaan fakultas harus lebih lengkap menyediakan referensi-referensi

tentang agama agama lain khususnya Taoisme.

Page 88: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

79

DAFTAR PUSTAKA

Creel, H.G., (Terj. Soejono Soemargono), Alam Pikiran Cina: Sejak Confucius

sampai Mao Ze Dong. Yogyalarta: Tiara Wacana, 1998.

Enny Aryati, Studi Banding tentang Manusia dalam Konfusianisme dan Taoisme,

Yogyakarta: Skripsi, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 1991.

Ervan, Yulius (Alih Bahasa), Lao Tzu Tao te Ching Jalan Menuju Kebajikan dan

Kekuasaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2018.

Kebung, Konrad, Filsafat Berpikir Orang Timur. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011.

Koller, John M., (terj. Donatus Sermada), Filsafat Asia, , Flores: Ledalero, 2010.

Krishna, Anand, Mengikuti Irama Kehidupan Tao Te Ching bagi Orang Modern.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1998.

Kusumo, Taosu Agung, Tanya Jawab Agama Tao. Jakarta: Majelis Tao

Indonesia, 2008.

Lasiyo, Seri Filsafat Cina, Taoisme, Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM, 1994.

Lasiyo, Filsafat Lao Tzu. Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Filsafat UGM,

1991.

Lau, D.C, Chinese Classics: Tao Te Ching, Hongkong: Chinese University Press,

1982.

Murata, Sahiko (terj. Rahmani Astuti), The Tao of Islam. Bandung: Mizan, 1997.

Priyono, “Nilai Budaya Barat dan Timur Menuju Tata Hubungan Baru” dalam

Tim Redaksi Driyarkara, Jelajah Hakikat Pemikiran Timur, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Simpskins, Alexander (ter: Frans Kowa), Simple Taois: Tuntunan Hidup dalam

Keseimbangan, alihbahasa. Jakarta: Gramedia, 2000.

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 2000.

Smith, Huston (terj. Dono Sunardi), Agama-Agama Manusia,. Jakarta: Pt.

Serambi ilmu Semesta, 2015.

Page 89: ETIKA ALAM TAOISME DAN RELEVANSINYA DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45599/1/SAMSUL HAFID-FUF.pdfetika alam taoisme dan relevansinya . dengan kehidupan

80

Soemargono, Soejono, Sejarah Ringkas Filsafat Cina. Yogyakarta: Liberty, 1990.

Supriyadi, Dedi, FilsafatAgama. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Tanggok, M. Ikhsan, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2010.

Thi Anh, To (Terj. John Yap Pariera), Nilai Budaya Timur dan Barat: Konflik

atau Harmoni?. Jakarta: PT. Gramedia, 1984.

Umarhadi, Yosef, Taoisme Jelajah Hakikat Pemikiran Timur. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Watters, Thomas, Lao Tzu Kisah Hidup dan Pemikirannya. Yogyakarta:

Basabasi, 2018.

Watts, Alan, The Tao Of Philosophy. Yogyakarta: Jendela Dunia, 2003.

Widi Suseno, Iriyanto, Studi tentang Etika Natural Taoisme dan Sumbangannya

bagi Pemberdayaan Masyarakat Madani di Indonesia. Semarang: Jurnal

Hukum Universitas Islam Sultang Agung, 2007.

Wiratmadja, Adia, Sekilas Filsafat China. Liberty:Yogyakarta,1978.

Yu Lan, Fung, (Terj. Soejono Soemargono), Sejarah Singkat Filsafat Cina.

Yogyakarta:Liberty, 1990.

Zen, M.T., Sains, Teknologi, dan Hari Depan Manusia. Jakarta: Yayasan Obor

dan PT. Gramedia, 1981.

http://winsig-cina.blogspot.com/2007/04/sekilas-tentang-wu-wei.html.