ETIKA

38
. PENGERTIAN ETIKA DAN MORAL 2. SISTEMATIKA ETIKA (ETIKA UMUM DAN ETIKA SOSIAUETIKA PROFESI) 3. FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN 4. HAK, KEWAJIBAN, TANGGUNGJAWAB 5. KODE ETIK PROFESI BIDAN Materi ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang apa itu etika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam parktik kebidanan sehingga seorang bidan akan terlindung dari kegiatan pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang di hadapan publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat untuk bahan tindakan selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan. Pengkajian dan pembahasan tentang etika tidak selalu -hubungannya dengan moral dan norma. Kadang etika diidentikan dengan moral, walaupun sebenamya terdapat perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk pads perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku. Etika jugs sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat sistematis yang membahas danmengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia yang dilaksanakan dengan sadar serta menyoroti kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatan yang dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun perbuatan yang melanggar norma moral, maka si pelaku akan memperoleh celaan sebagai punishmentnya. Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktutertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma/nilai. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu. Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan tanpa diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan

description

Etika

Transcript of ETIKA

Page 1: ETIKA

. PENGERTIAN ETIKA DAN MORAL2. SISTEMATIKA ETIKA (ETIKA UMUM DAN ETIKA SOSIAUETIKA PROFESI)3. FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN4. HAK, KEWAJIBAN, TANGGUNGJAWAB5. KODE ETIK PROFESI BIDAN

Materi ini sangat penting bagi mahasiswa bidan untuk mengetahui tentang apa itu etika, apa itu moral dan bagaimana menerapkannya dalam parktik kebidanan sehingga seorang bidan akan terlindung dari kegiatan pelanggaran etik ataupun pelanggaran moral yang sedang berkembang di hadapan publik dan erat kaitannya dengan pelayanan kebidanan sehingga seorang bidan sebagai provider kesehatan harus kompeten dalam menyikapi dan mengambil keputusan yang tepat untuk bahan t indakan  selanjutnya sesuai standar asuhan dan kewenangan bidan.

Pengkajian dan pembahasan tentang etika tidak selalu -hubungannya dengan moral dan norma. Kadang etika diidentikan dengan moral, walaupun sebenamya terdapat perbedaan dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk pads perbuatan yang sedang

dinilai, sedangkan Etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku. Etika jugs sering dinamakan filsafat moral yaitu cabang filsafat sistematis yang membahas danmengkaji nilai baik buruknya tindakan manusia yang dilaksanakan dengan sadar serta menyoroti kewajiban-kewajiban yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Perbuatan yang dilakukan sesuai dengan norma moral maka akan memperoleh pujian sebagai rewardnya, namun perbuatan yang melanggar norma moral, maka si pelaku akan memperoleh celaan sebagai punishmentnya.

Istilah etik yang kita gunakan sehari-hari pada hakikatnya berkaitan dengan falsafah moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam kurun waktutertentu, sesuai dengan perubahan/perkembangan norma/nilai. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah dengan lewatnya waktu.

Pada zaman sekarang ini etik perlu dipertahankan karena tanpa etik dan tanpa diperkuat oleh hukum, manusia yang satu dapat dianggap sebagai saingan oleh sesama yang lain. Saingan yang dalam arti lain harus dihilangkan sebagai akibat timbulnya nafsu keserakahan manusia. Kalau tidak ada etik yang mengekang maka pihak yang satu bisa tidak segansegan untuk melawannya dengan segala cara. Segala cara akan ditempuh untuk menjatuhkan dan mengalahkan lawannya sekadar dapat tercapai tujuan.PENGERTIAN ETIKAEtika diartikan "sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan".

Page 2: ETIKA

Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik adalah disiplin

yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia.

Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak(Jones, 1994)Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:

YUNANI  Ethos, kebiasaan atau tingkah laku

INGGRIS  Ethis, tingkah laku/prilaku manusia yg baik –> tindakan yg harus dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.

Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa:

ETIK adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg membimbing makhluk hidup dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai mereka.(Shirley R Jones- Ethics in Midwifery)TEORI MORALTeori moral mencoba memformulasikan suatu prosedur dan mekanisme untuk pemecahan masalah-masalah etik.Terdapat beberapa pendapat apa yang dimaksud dengan moral.

1. Menurut kamus lenqkap Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena).

 Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak. Akhlak dan budi pekerti Kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap

bersemangat, berani, disiplin, dll.2. Ensiklopedia Pendidikan (Prof. Dr. Soeganda Poerbacaraka).

 Suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak, maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatan yang layak dapat dinyatakan baik/buruk, benar/salah.

 Lawannya amoral Suatu istilah untuk menyatakan bahwa baik/benar itu lebih

daripada yang buruk/salah.Bila dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler. Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang, sebab untuk hal ini orang tinggalmempelajari ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di bidang moral.Moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pads ajaran agama dan hanya bersifat

duniawi semata-mata.

Bagi kits umat beragama, tentu moral keagamaan yang harus dianut dan bukannya moral sekuler.

Karma etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat moral, etik mencari jawaban untuk menentukan serta mempertahankan secara rasional teori yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau

Page 3: ETIKA

buruk, yang secara umum dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi tindakan manusia. Dan moral diartikan mengenai apa yang dinialinya seharusnya oleh masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan kepada profesi. Oleh karma itu etik profesi sebaiknya jugs berbentuk normatif.Hubungan antara filsafat, etika dan moral sebagai berikut:

Filsafat Agama

Etika Moral AgamaEtika Kedokteran

9Studi maoralitas manusia dalam profesi kesehatanEtika Kebidanan

Hati nurani  memutuskan moralitas tindakan manusiaTindakan sebagai bidan (benar/salah, baik/buruk)

"Pada hakikatnya moral menunjuk pada ukuran–ukuran yang telah diterima oleh suatu komunitas dan moral jugs bersumber pada kesadaran hidup yang berpusat pada slampikiran" (Maman Rachman, 2004). Moral tidak hanya berhubungan dengan larangan seksual, melainkan lebih terkait dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari.SISTEMATIKA ETIKASebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingakh laku

manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hai ,mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.

2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi-.a.  Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan

dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.

b.  Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.  Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan

antarsesama manusia dalam aktivitasnya,  Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban

manusia sebagai pribadi, Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi

Pada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapan MPR-RI No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa.Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi: Etika Sosial

Page 4: ETIKA

Budaya, Etika Politik dan Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN KEBIDANAN1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien

2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yg

merugikan/membahayakan orang lain

3. Menjaga privacy setiap individu

4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya

5. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan

apa alasannya

6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis

suatu masalah

7. Menghasilkan tindakan yg benar

8. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya

9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau

salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya

10. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak

11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di dalam

organisasi profesi

14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa disebut kode etik profesi.

HAK KEWAJIBAN DAN TANGGUNGJAWABHak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.A. Hak Pasien

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:

1). Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan

yang berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.

2). Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

3). Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa

diskriminasi.

4). Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya.

Page 5: ETIKA

5). Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas

dan bayinya yang baru dilahirkan.

6). Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama

proses persalinan berlangsung.

7). Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan

sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

8). Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat

kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.

9). Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut  (second opinion)   terhadap penyakit yang d ider i tanya, sepengatahuan dokter yang  merawat.

10). Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

11). Pasien berhak mendapat informasi yang  meliputi:

a. Penyakit yang dideritab. Tindakan kebidanan yang akan dilakukanc. Alternatif terapi lainnyad. Prognosisnyae. Perkiraan biaya pengobatan

12). Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

13). Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

14). Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.15). Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang

dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

16). Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di

rumah sakit.

17). Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.18). Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus  mal-

praktek.B. Kewaiiban Pasien1). Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib rumah

sakit atau institusi pelayanan kesehatan.

2). Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya.

3). Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.

Page 6: ETIKA

4). Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu

disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

C. Hak Bidan1). Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai  dengan

profesinya.

2). Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap

tingkat jenjang pelayanan kesehatan.

3). Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan  dengan

peraturan perundangan dan kode etik profesi.

4). Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien,

keluarga maupun profesi lain.

5). Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun

pelatihan.

6). Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan yang

sesuai.

7). Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.D. Kewaiiban Bidan1). Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan

tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

2). Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi

dengan menghormati hak-hak pasien.

3). Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang

mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

4). Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.

5). Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai

dengan keyakinannya.

6). Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang  pasien.

7). Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta risiko

yang mungkiri dapat timbul.

8). Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.

9). Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

10).BidanwajibmengikutiperkembanganIPTEKdanmenambahilmupengetahuanny

amelalui pendidikan formal atau non formal.

11). Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik

dalam memberikan asuhan kebidanan.

KODE ETIK PROFESI BIDANSetiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Dengan demikian dokter, perawat,-,bidan, guru dan sebagainya yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik.Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

Page 7: ETIKA

Kode etik profesi merupakan "suatu pernyataan komprehensif dari profesi yang memberikan tuntunan bagi angotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yangberhubungan dengan klien /pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendin". Namun dikatakan bahwa kode etik pada zaman dimana nilai–nilai perada ban semakin kompleks, kode etik tidak dapat lagi dipakai sebagai pegangan satu–satunya dalam menyelesaikan masalah etik, untuk itu dibutuhkan juga suatu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum. Benar atau salah pada penerapan kode etik, ketentuan/nilai moral yang berlaku terpulang kepada profesi.TUJUAN KODE ETIKPada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi.Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut:

1). Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesiDalam hal ini yang dijaga adalah image dad pihak luar atau masyarakat mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebutkode kehormatan.

2). Untuk menjaga dan memelihara kesejahtraan para anggotaYang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam hal kesejahteraan materil angota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya dengan sesama anggota profesi.

3). Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesiDalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4). Untuk meningkatkan mutu profesiKode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang

Page 8: ETIKA

pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

Dimensi Kode Etik1. Anggota profesi dan Klien/ Pasien.2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.3. Anggota profesi dan profesi kesehatan4. Anggota profesi dan sesama anggota profesiPrinsip Kode Etik1. 1). Menghargai otonomi2. 2). Melakukan tindakan yang benar3. 3). Mencegah tindakan yang dapat merugikan.4. 4). Memberlakukan manisia dengan adil.5. Menjelaskan dengan benar.6. Menepati janji yang telah disepakati.7. Menjaga kerahasiaanPenetapan Kode EtikKode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para anggotanya. Penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam kongres IBI.KODE ETIK BIDANKode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaanya disyahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disyahkan pada kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesiamengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab.SECARA UMUM KODE ETIK TERSEBUT BERISI 7 BAB YAITU:1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)

1). Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya

dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

2). Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat

kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

3). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,  tugas

dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

4). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

5). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan  klien,

keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan  kebutuhan

berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6). Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam

hubungan pelaksanaan - tugasnya, dengan mendorong part isipasi masyarakat

untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

Page 9: ETIKA

2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)1). Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan

masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,

keluarga dan masyarakat.

2). Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil

keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

3). Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan

atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau

dipedukan sehubungan kepentingan klien.

3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)

1). Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana

kerja yang serasi.

2). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya

maupun tenaga kesehatan lainnya.

4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)1). Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya  dengan

menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada

masyarakat.

2). Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan meningkatkan kemampuan profesinya

seuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3). Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.

5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)1). Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat

melaksanakan tugas profesinya dengan baik.2). Set iap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)1). Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuanketentuan

pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga

dan masyarakat.

2). Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada

pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan

KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7. Penutup (1 butir)Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode Etik BidanIndonesia.

Page 10: ETIKA

KONSEP ETIKA MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN17 JUNI 2014 MENINGGALKAN KOMENTAR

1. pengertian Etika, Etiket, Moral dan Hukum2. Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai arti kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia, adat, akhlak, waktu, perasaan, sikap dan cara berfikir. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat kebiasaan. Menurut filsuf Yunani Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Sehingga berdasarkan asal usul kata, maka etika berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Etika berasal dari bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yagn harus dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika berasal dari bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya moral, yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah sama, hanya bahasa asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1953), Etika artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) etika mengandung arti:1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral.2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.Sedangkan Bertens merumuskan arti kata etika sebagai berikut:1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

Page 11: ETIKA

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik.3) Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.

3. MoralMoral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai perkembangan atau perubahan norma atau nilai. Moralitas berasal dari bahasa Latin Moralis, artinya:1) Segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.2) Sifat moral atau keseluruhan azas dan nilai yang berkenaan dengan baik buruk.

4. EtiketEtiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun. Persamaan etika dengan etiket adalah:1) Sama-sama menyangkut perilaku manusia.2) Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang etika dan etiket, maka berikut ini digambarkan mengenai perbedaan antara etiket dengan etika:EtiketEtika1. Menyangkut cara suatu perbuatan yang harus dilakukan.1. Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi nilai tentang perbuatan itu sendiri.2. Hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada orang lain tidak berlaku.2. Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau tidaknya seseorang.

Page 12: ETIKA

3. Bersifat relatif, tidak sopan dalam satu kebudayaan, sopan dalam kebudayaan lain.3. Bersifat absolut, contoh jangan mencuri, jangan berbohong.4. Memandang manusia dari segi lahiriah.4. Memandang manusia dari segi batiniah.

5. Kode EtikPengertian kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan didalam hidupnya di masyarakat. Kode etik juga diartikan sebagai suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pengetahuan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.

5. HukumHukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti, kalau tidak dijiwai oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum. Contoh bahwa mencuri itu adalah moral yang tidak baik, supaya prinsip etis ini berakar di masyarakat maka harus diatur dengan hukum.

Menurut Bertens, ada beberapa perbedaan antar hukum dan moral:HukumMoral1. Hukum ditulis sistematis, disusun dalam kitab undang-undang, mempunyai kepastian lebih besar dan bersifat obyektif.1. Moral bersifat subyektif, tidak tertulis dan mempunyai ketidakpastian lebih besar.2. Hukum membatasi pada tingkah laku lahiriah saja dan hukum meminta legalitas.2. Moral menyangkut sikap batin seseorang.3. Hukum bersifat memaksa dan mempunyai sanksi.3. Moral tidak bersifat memaksa, sanksi moral adalah hati nurani tidak tenang, sanksi dari Tuhan.

Page 13: ETIKA

4. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan negara, masyarakat atau negara dapat merubah hukum. Hukum tidak menilai moral.4. Moral didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi masyarakat dan negara, masyarakat dan negara tidak dapat merubah moral. Moral menilai hukum.

 

6. Etika Dalam Pelayanan KebidananEtika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based  Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:1.    Metaetika (etika)2.    Etika atau teori moral;3.    Etika praktik.Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus segera dibuat.Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusa tentang: apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan.Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

Page 14: ETIKA

7. Sistematika EtikaSebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain :

8. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh masyarakat.

9. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :

10. Etika Umum : yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.

11. Etika Khusus : terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan.Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antar sesama manusia dalam aktivitasnya, Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban manusia sebagai pribadi.Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesiPada tahun 2001 ditetapkan oleh MPR-RI dengan ketetapakn MPR-RI No. VI/MPR/ 2001 tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yaitu Pancasila. Etika kehidupan berbangsa antara lain meliputi : Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakkan Hukum yang Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran dan Etika Kebidanan.

12. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

13. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.

14. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan/membahayakan orang lain

15. Menjaga privacy setiap individu

Page 15: ETIKA

16. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.

17. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya.

18. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah.

19. Menghasilkan tindakan yang benar20. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya21. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia

antara baik, buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.

22. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak

23. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika24. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik25. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib

masyarakat maupun tata cara di dalam organisasi profesi.26. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan

tugas profesinya yang biasa disebut kode etik profesi.27. SUMBER ETIKA28. HAK, KEWAJIBAN, TANGGUNG JAWABPancasila adalah sumber sumber nilai, maka nilai dasar Pancasila dapat dijadikan sebagai sumber pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian

Page 16: ETIKA

yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien. Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.

1. Hak PasienHak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.

2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan

profesi bidan tanpa diskriminasi.4. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai

dengan keinginannya.5. Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan,

persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan.6. Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga

selama proses persalinan berlangsung.7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan

keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

8. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.

Page 17: ETIKA

9. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang merawat.

10. Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

11. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:1. Penyakit yang diderita2. Tindakan kebidanan yang akan dilakukan3. Alternatif terapi lainnya4. Prognosisnya5. Perkiraan biaya pengobatan6. Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang

akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

7. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

1. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.2. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan

yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.3. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama

dalam perawatan di rumah sakit.4. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun

spiritual.5. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya

kasus mal-praktek.2. Kewaiiban Pasien3. Hak Bidan4. Kewajiban Bidan1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala

peraturan dan tat tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.

2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya.

Page 18: ETIKA

3. Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat.

4. Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap tingkat jenjang pelayanan kesehatan.

3. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.

4. Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.

5. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan.

6. Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk mmingkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.

7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.

3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga.

5. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

1. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.

Page 19: ETIKA

2. Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul.

3. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.

4. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

5. BidanwajibmengikutiperkembanganIPTEKdanmenambahilmupengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal.

Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan

 Kode Etik Profesi BidanKode etik profesi bidan merupakan suatu ciri profesi bidan yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif pofesi bidan yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.Kode etik profesi bidan hanya ditetapka oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus dalam Konggres IBU. Kode etik profesi bidan akan mempunyai garuh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan.Kode etik bidan Indonesia tahun 1986 dan disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) X tahun 1988, dan petunjuk pelaksanaan disyahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991. Kode etik bidan Indonesia terdiri atas 7 bab, yang dibedakan atas tujuh bagian :1.    Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).2.    Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).3.    Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir).4.    Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).5.    Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).6.    Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir).

Page 20: ETIKA

7.    Penutup (1 butir).Menurut Standar Profesi Bidan 2007, terdapat beberapa pada bagian 5, yaitu kewajiban bidan terhadap diri sendiri (dari 2 butir menjadi 3 butir).E.    Kode Etik Bidan IndonesiaSesuai keputusan Menteri Kesehatan Rupublik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar profesi bidan, didalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan ekternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi.KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT1.    Setiap bidan senatiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.2.    Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.3.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.4.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.5.    Setiap bidan dalam menjalankan tugas senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.6.    Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA1.    Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan

Page 21: ETIKA

profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.2.    Setiap bidan berkewajiban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.3.    Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA1.    Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.2.    Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PROFESINYA1.    Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.2.    Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3.    Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI1.    Setiap bidan wajib memelihara kesehatannva agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.2.    Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3.    Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH NUSA, BANGSA DAN TANAH AIR1.    Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa

Page 22: ETIKA

melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidan kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA/ KB dan kesehatan keluarga.2.    Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

MAR

31

kewenangan Bidan dalam Persalinan Sungsang bila ditinjau dari segi Etika Profesi dan Hukum Kesehatan

  Berdasarkan hasil kajian Kode Etik profesi dan landasan Hukum Kesehatan pertolongan persalinan  dengan letak Sungsang oleh Bidan, sangat bertentqangan dengan hukum.Berikut akan kami sajikan sebuah narasi pendek tentang permasalahan persalinan  dan kejadian ini mengandung aspek hukum

NARASI :Tanggal 1-April-2010 jam 05.30 Ada nyonya A datang kebidan M, sudah merasakan kontraksi ingin melahirkan, dengan riwayat ANC teratur dan normal di bidan M.  Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan M, masuk dalam persalinan kala I dan keadaan normal baik Ibu maupun Bayinya, Saran bidan M persalinan di tunggu.Selama dalam pengawasan oleh bidan,tidak ditemukan kelainan(normal)Tanggal 2-April-2010 jam 02.30 ibu merakan ingin  mengejan dan diperiksa bidan M , masuk dalam persalinan  kala II , siap untuk dilahirkan, dan ditemukan bayinya letak  Sungsang( presentasi Bokong ) Dan terpaksa harus dilahirkan, karena sudah tidak mungkin untuk dirujuk sebab sudah mendesak, Bidan memanggil teman team persalinan empat tangan yaitu Bidan B. Setengah jam kemudian Bidan B datang dan bayi sudah lahir sampai dengan leher, Akhirnya Bidan M dan Bidan B menolong persalinan tersebut , bayi lahir aspeksia,selanjutnya  selamat1.      Risiko Persalinan letak Sungsang      Pertolongan dengan letak Sungsang yang tingkat    risikonya tinggi yang

dikatagorikan menurut ilmu kebidanan sebagai persalinan yang tidak normal sehingga dapat menimbulkan kematian, seperti dalam narasi diatas sebenarnya Bidan M telah melakukan perbuatan tindakan  melawan hukum ,berdasarkan kajian penulis sangat bertentangan dengan:

Page 23: ETIKA

a.          Undang-Undang Kesehatan Pasal 5 Ayat (2) yang  menyatakan bahwa ) “ Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman

b.         PERMENKES RI tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pada Pasal 10 point ( d ) disebutkan bahwa “ Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi  pertolongan persalinan normal

   Analisis:Dari dua pasal diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang dalam hal ini ibu yang mengalami persalinan letak Sungsang , jika ditangani oleh bidan dikatagorikan sebagai pelayanan yang tidak aman, sehingga melanggar hak orang lain, dari segi etika profesi jelas bahwa bidan M hanya boleh melakukan pertolongan persalianan dalam katagori normal, dalam persalinan letak sungsang dikatagorikan sebagai persalinan yang tidak normal.

2.  Diagnosa Letak Sungsang      Jika seorang ibu diindikasikan akan  mengalami persalinan letak  Sungsang, Bidan harus mengetahui sebelumnya ( melalui diagnosis ), dan keadaan ini harus diinformasikan kepada pasien secepatnya, dan dalam narasi diatas jelas sebenarnya telah terjadi kesalahan dalam mendiagnosis pasien sehingga Bidan M salah memberikan penilaian keadaan pasien dan sekaligus salah dalam memberikan informasi tentang keadaan pasien sebenarnya,sehingga salah pula dalam memberi asuhan. Kajian Ilmu Kebidanan sudah bisa mendeteksi secara lebih awal kasus ini , dan jika Bidan memaksakan untuk menolong persalinan letak Sungsang akan bertentangan dengan:a.     Dalam Pasal 7 Undang –Undang Kesehatan disebutkan bahwa:” Setiap

orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab”, serta dalam Pasal 8 disebutkan bahwa: “Setiap orang dapat memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah ataupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan”

b.     Dalam paragrap kedua tentang Perlindungan Pasien Pasal 56 Ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruhnya tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap

c.       Pada Pasal 10 disebutkan bahwa “ Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi:      Penyuluhan dan Konseling      Pemeriksaan fisik

Analisis:

Page 24: ETIKA

Berdasarkan empat pasal diatas jelas menolong persalinan dengan katagori letak Sungsang sudah bisa diketahui lebih awal berupa pemeriksaan fisik, dan harus segera diinformasikan kepada pasien melalui penyuluhan dan konseling, dan hal ini sudah menjadi hak pasien mengetahui informasi tentang kondisi kesehatan yang dialami dengan benar, sehingga juga mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan tenaga kesehatan selanjutnya. Dalam narasi diatas jelas Bidan M telah melakukan perbuatan melawan hukum, antara lain-         Bidan M dalam pemeriksaan fisik tidak akurat, kurang teliti sehingga

diagnosisnya salah, hasil diagnosis sebagai hasil informasi kesehatan yang seharusnya diketahui dan di informasikan ke pasien juga salah, sehingga pasien tidak mengetahui tingkat resiko dan tindakan apa yang akan dilakukan, yang seharusnya pasien juga mempunyai hak metolak terhadap tindakan yang akan dilakukan.

-          3.      Standard Persalinan Letak Sungsang

       Menolong dengan persalinan letak sungsang haruslah dengan standart  pelayanan yang tinggi, prosedur serta kehati-hatian juga diperlukan, prosedur serta standard medis yang tinggi hanya di kuasai oleh Dokter, serta akan lebih amam dilakukan di Rumah Sakit, jika terjadi kegawat daruratan terhadap pasien akan dapat ditangani dengan cepat, dan tepat, maka jika Bidan memaksakan melakukan persalinan letak Sungsang akan bertentangan dengan :a.       Pasal 24 Ayat (1) disebutkan pula bahwa ”Tenaga kesehatan sebagai mana

dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standard profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standart pelayanan, dan standart prosedur operasional dan dalam Ayat (2) disebutkan bahwa “ketentuan mengenai kode etik dan profesi sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1 diatur oleh organisasi profesi”.

b.      Pasal 19 disebutkan bahwa Dalam menjalankan praktik, bidan mempunyai hak:

      “Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik sepanjang sesuai dengan standard profesi dan standard pelayanan” Dan dalam point (c) disebutkan bahwa Bidan melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangannya, standard profesi dan standard pelayanan”Analisis:Jelas sekali tersurat dalam undang-undang tersebut jika bidan memaksakan melakukan persalinan letak Sungsang sangat bertentangan dengan standard profesi dan standard pelayanan , dalam hal ini dokter yang mempunyai wewenangnya dan dilakukan di Rumah Sakit, sehingga kehati-hatian dapat dipenuhi jika terjadi kegawat daruratan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Page 25: ETIKA

4.   Hak PasienDalam kasus letak Sungsang pasien diharapkan memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi kesehatanya terutama tentang bahaya apa yang dapat ditimbulkan, serta apa tindakan yang akan dilakukan jika terjadi persalinan letak Sungsang, maka jika bidan M  memaksa melakukan pertolongan persalinan letak Sungsang akan melanggar peraturan sebagai berikut :a.   Dalam paragraph kedua Undang-Undang Kesehatan  tentang

Perlindungan   Pasien Pasal 56 Ayat (1) dikatakan bahwa setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruhnya tindakanpertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima atau memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap

b.   Dalam Pasal 18 Point (a) tentang Kode etik dan profesi Bidan disebutkan bahwa” Dalam menjalankan praktek Bidan berkewajiban untuk menghormati hak pasien, dan dalam Point (e) Meminta persetujuan tindakan kebidanan yang akan dilakukan.

Analisis :Dari analisa kedua pasal tersebut dapat penulis katakan bawa pasien bisa menolak suatu tindakan yang akan dilakukan tenaga kesehatan walupun sudah memperoleh impormasi secara lengkap, dan hal ini adalah hak dari pasien secara penuh, Bidan M  harus menghormati hak pasien, dan meminta persetujuan kepada pasien, impormasi tentang keadaan pasien harus diinformasikan secara akurat sehingga pasien memahami dan mau menerima segala tindakan pelayanan yang akan dilakukan tenaga kesehatan.

5.      Kerugian Pasien     Dalam kasus letak Sungsang jika Bidan memaksakan melakukan pertolongan persalinan, akan dapat menimbulkan kerugian pada pasien,yang berujung pada kematian bayi atau bahkan ibunya, maka hal ini akan bertentangan dengan :a.    Pasal 58 Ayat (1) Undang-Undang Kesehatan  bahwa “ Setiap orang

berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan dan / atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimannya”.

b.      Pasal 21 Tentang  Kode etik dan profesi kebidanan Dinyatakan bahwa dalam rangka melaksanakan pengawasaan pemerintah atau pemerintah daerah dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik bidan , baik teguran lisan, tertulis, pencabutan SIPB satu tahun atau selamannyaAnalisis  :

Page 26: ETIKA

Dari analisis kedua pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai hak untuk menuntut ganti rugi jika terjadi kesalahan prosedure pelayanan, Bidan melakukan pertolongan persalinan letak sungsang jelas telah melanggar prosedur. Dalam hal ini pemerintah dapat menuntut secara administratif berdasarkan kode etik profesi bidan.

                                   Berdasarkan pembahasan diatas jelas sekali pertolongan persalina

oleh Bidan sangat tidak boleh baik dari segi Undang-Undang , Etika Profesi maupun dari segi prosedur pelayanan  kesehatan berdasarkan Anatomi dan fisiologi pada kasus letak  Sungsang.

Namun Dalam praktiknya banyak permasalahan-permasalahan yang dialami oleh tenaga kesehatan terutama oleh Bidan, karena berbagai faktor, antara lain :1)      Tempat pelayanan persalinan yang terlalu jauh, terpencil seperti di

daerah-daerah pedalaman, jangkauan sarana tempat pelayanan seperti Rumah Sakit sangat jauh terjangkau, sehingga bidan memberanikan diri untuk melakukan persalinan letak sungsang ini.

2)      Pada kasus tertentu karena pengaruh adat istiadat atau pengetahuan tradisional, Bidan sangat sulit menerangkan bahwa persalinan dengan letak  Sungsang sangat bahaya dilakukan. Bahkan diabaikan atau ditentang. Sehingga Bidan terpaksa melakukannya.

3)      Pasien datang ketempat bidan sudah dalam keadaan bayi mau keluar,sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan rujukan.

4)      Pasien tidak mau dirujuk dengan alas an ekonomi,karena mereka tahu jika melahirkan di Rumah Sakit biaya yang dikeluarkan mahal

5)      Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi uang, dan satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat diperoleh pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih tahu informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang yang seharusnya.1)      Dalam narasi diatas sebenarnya pasien telah pasrah pada tindakan

apa yang dilakukan Bidan M akan tetapi terjadi kelalaian dalam memeriksa keadaan pasien. Tindakan  dilakukan Bidan M sangat membahayakan bagi kesehatan ibu dan bayinya walaupun bayi yang ada dalam isi narasi dia atas telah keluar dengan selamat.

Dengan banyaknya permasalahan yang dialami oleh tenaga kesehatan terutama bidan tersebut,agar bidan bisa terlindungi oleh hukum,maka bidan dalam kelakukan tindakan harus memberikan inform consent untuk persetujuan tindakan maupun penolakan tindakan

Page 27: ETIKA

ISSUE ETIKa)    Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien,keluarga,masyarakat Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga dan masyarakat mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan.

Kasus 1 :Disuatu desa , ada ditempatkan seorang bidan bernama buk neneng , buk neneng ini terkenal sekali materialistis . Sampai-sampai pelayanan yang di berikannya saja tergolong materialiastis . Suatu hari datang pasien bernama liska untuk bersalin . Setelah persalinan selesai suami dari Liska tidak bisa membayar semua uang persalinannya dengan lunas . Si bidan tidak terima dengan hal tersebut dan terus mendesak untuk melunasinya dan menceritakan kepada semua orang . Seharusnya sebagai seorang bidan janganlah dinilai masyarakat sebagai sosok yang materialistis karena bidan menolong persalinan itu berdasarkan hati nurani .

Kasus 2 :Di sebuah desa, ada seorang bidan yang sudah membuka praktek kurang lebih selama dua tahun. Pada suatu hari datang seorang klien bernama Ny Ani usia kehamilan 38 minggu dengan keluhan perutnya terasa sakit sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pembukaan 3 dan ternyata janin dalam keadaan letak sungsang. Oleh karena itu bidan menyarankan agar di Rujuk ke Rumah Sakit untuk melahirkan secara operasi SC. Namun keluarga klien terutama suami menolak untuk di Rujuk dengan alasan tidak punya biaya untuk membayar operasi. Tapi bidan tersebut berusaha untuk memberi penjelasan bahwa tujuan di Rujuk demi keselamatan janin dan juga ibunya namun jika tetap tidak mau dirujuk akan sangat membahayakan janin maupun ibunya. Tapi keluarga bersikeras agar bidan mau menolong persalinan tersebut. Sebenarnya, dalam hal ini bidan tidak yakin bisa berhasil menolong persalinan dengan keadaan letak sungsang seperti ini karena pengalaman bidan dalam hal ini masih belum begitu mendalam. Selain itu juga dengan di Rujuk agar persalinan berjalan dengan lancar dan bukan kewenangan bidan untuk menolong persalinan dalam keadaan letak sungsang seperti ini. Karena keluarga tetap memaksa, akhirnya bidan pun menuruti kemauan klien serta keluarga untuk menolong persalinan tersebut. Persalinan berjalan sangat lama karena kepala janin tidak bisa keluar. Setelah bayi lahir ternyata bayi sudah meninggal. Dalam hal ini keluarga menyalahkan bidan bahwa bidan tidak bisa bekerja secara profesional dan dalam masyarakatpun juga tersebar bahwa bidan tersebut dalam melakukan tindakan sangat lambat dan tidak sesuai prosedur.

Page 28: ETIKA

b)     Issue Etik yang terjadi antara Bidan dengan Teman Sejawat ETIK adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai benar dan salah yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.

      Kasus 1 :      Di suatu desa yang tidak jauh dari kota dimana di desa tersebut ada dua orang

bidan yaitu bidan Yati dan bidan Liska yang sama – sama memiliki RB dan ada persaingan di antara dua bidan tersebut.

      Pada suatu hari datang seorang pasien yang akan melahirkan di RB bidan Liska yang lokasinya tidak jauh dengan RB bidan Yati . Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata pembukaan masih belum lengkap dan menemukan letak sungsang dan bidan tersebut tetap akan menolong persalinan tersebut meskipun mengetahui bahwa hal tersebut melanggar wewenang sebagai seorang bidan demi mendapatkan banyak pasien untuk bersaing dengan bidan Yati.Sedangkan bidan Yati mengetahui hal tersebut. Jika bidan Liska tetap akan menolong persalinan tersebut,bidan Yati akan melaporkan bidan Liska untuk menjatuhkan bidan Liska karena di anggap melanggar wewenang profesi bidan.

C ) Issu etik yang terjadi antara bidan dan profesi       Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic

masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena terjadinyasuatu hal-hal yangmenyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.

       Kasus 1 :Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal kehamilan ibu tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir pervaginanya sangat beresiko saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada janin bisa terjadi gawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko yang akan terjadi. Tapi ia lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan komisinya dari pada dirujuk kermah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar organisasi profesi ( IBI ), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek ( BPS ) bidan A dicabut dan dikenakan denda sesuai dengan pelanggarantersebut.

       Kasus 2 :       Disuatu desa terpencil ditempatkan seorang bidan PTT , sebut saja bidan Erni .

Bidan Erni ini sangat jarang sekali berada ditempat . Sehingga dimasa kerjanya

Page 29: ETIKA

bidan yang seharusnya dibutuhkan ini tidak memberikan pelayanan sebagai mana mestinya . Ini merupakan planggaran yang dilakukannya terhadap profesinya . Hal ini terdengar oleh organisasi profesi (IBI) dan bidan PTT ini bisa di kenakan sanksi yang setimpal atas pelanggaran yang ia lakukan .

D )    Issu Etik Bidan dengan Team Kesehatan LainnyaYaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan tenaga medis lainnya. Sehingga menimbulkanketidak sepahaman atau kerenggangan social.Kasus 1 :Disuatu daerah terdapat seorang dokter dan bidan yang sama-sama membuka praktik mandiri . Terjadi persaingan disini antara Dokter A dan bidan B . Setiap harinya pasien yang datang di bidan B lebih banyak daripada di dokter A . Masyarakat lebih dekat dan nyaman berobat dengan bidan B daripada dokter A dikarenakan bidan B lebih ramah dan harga untuk sekali berobatnya tidak begitu mahal . Dokter A menjadi iri dengan banyaknya pasien yang datang ke bidan tersebut .Hal ini dapat menjadi konflik antara bidan dan dokter tersebut .

       Kasus 2 : Disuatu desa yang ada sebuah BPS,  suatu hari ada seorang Ibu berusia 35 Tahun keadaannya sudah lemah. bidan menanyakan kepada keluarga pasien apa yang terjadi pada pasien. Dan suami pasien menjawab ketika dirumah anti jatuh & terjadi perdarahan hebat. Setelah itu  bidan memberikan pertolongan , memberikan infuse dan pertolongan lainnya . Bidan menjelaskan pada keluarga,  agar istrinya di bawa ke rumah sakit untuk dilakukan curretase.Kemudian keluarga anti menolak saran bidan tersebut , dan meminta bidan yang melakukan currentase. Selang waktu 2 hari anti mengalami perdarahan lagi kemudian keluarga merujuk ke RS.Dokter menanyakan kapeda suami anti, apa yang sebenarnya terjadi dan suami anti menjelaskan bahwa 3 hari yang lalu istrinya mengalami keguguran & di currentase bidan didesanya .  Dokter mendatangi bidan terebut. Maka  Terjadilah konflik antara bidan & dokter.

2.      ISSUE MORALIssue moral adalah topik penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan .

          Kasus 1 :Disuatu RB milik bidan Liska datang seorang pasien hamil tetapi memiliki riwayat anemia . Dalam kehamilan 16 minggu pasien datang dengan keadaan lemah . Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kandungan sangat lemah , dikhawatirkan dapat membahayakan ibu . Mau tidak mau

Page 30: ETIKA

kandungan harus di gugurkan , kalau tidak akan membahayakan ibu . Disatu sisi aborsi dapat menyelamatkan nyawa ibu dan di satu sisi aborsi dilarang oleh agama .

Kasus 2 :Ada seorang ibu mengalami kanker serviks stadium 4 yang sudah sangat kronis sekali . Setiap harinya ibu ini merasakan sakit yang sangat luar biasa . Karna ketidaksanggupannya menahan rasa sakit yang begitu menusuk ibu ini dengan persetujuan anak-anaknya meminta untuk melakukan euthanasia (suntik mati ) , secara legalitas di Indonesia tidak di perbolehkan hal seperti ini . Jika ingin melakukannya ibu tersebut bisa melakukannya di negara luar seperti Belgia .

3.      DILEMA MORALDilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.

          Kasus 1 :Seorang ibu primipara masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan anamnese dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Ternyata selama kala II kemajuan kala II berlangsung lambat, perineum masi tebal dan kaku.Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya menolak di episiotomi. Sementara waktu berjalan terus dan denyut jantung janin menunjukkan keadaan fetal distress dan hal ini mengharuskan bidan untuk melakukan tindakan episiotomi, tetapi ibu tetap tidak menyetujuinya. Bidan berharap bayinya selamat.Sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia perna melakukan hal ini tanpa persetujuan pasien, dilakukan karna untuk melindungi bayinya.

Jika bidan melakukan episiotomi tanpa persetujuan pasien, maka bidan akan dihadapkan pada suatu tuntutan dari pasien. Sihingga inilah yang merupakan contoh gambaran dilema moral. Bila bidan melakukan tindakan tanpa pesetujuan pasien, bagai mna tinjau dari segi etik dan moral. Bila tidak dilakukan tindakan, apa yang akan terjadi pada bayinya?”

Kasus 2 :Seorang Bidan yang ditempatkan di Desa pelosok ( terpencil ) telah lama bertugas didaerah tersebut, dan sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat di Desa tersebut.Namun Bidan tersebut masih BIdan P2B sedangkan untuk saat ini seorang bidan diharuskan minimal D3 kebidanan , karena jarak Desa ke kota ke tempat pendidikan yang jauh & bidan juga

Page 31: ETIKA

sudah merasa banyak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat nya bidan tersebut tidak melanjutkan ke D3 kebidanan. Karena tanpa melanjutkan pun masyarakat juga sudah banyak yang mempercayai pelayanannya dan hampir semua ibu bersalin didaerah tersebut yang mempercayakan pertolongan persalinan pada bidan itu.Dilema yang dirasakan bidan , bidan merasa sudah mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat di tempat dia Praktek. Sehingga ia merasa tidak perlu melanjutkan pendidikannya ke D3 kebidanan. Di sisi lain Bidan mendapatkan tuntutan dari organisasi profesi untuk melanjutkan pendidikan D3 kebidanan.

4.      KONFLIK MORALMenurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.Kasus 1Ada seorang bidan yang berpraktik mandiri di rumah. Ada seorang pasien inpartu datang ke tempat praktiknya. Hasil pemeriksaan penapisan awal menunjukan persentasi bokong dengan tafsiran berat janin 3700 gram, dengan kesejahteraan janin dan ibu baik. Maka bidan tersebut menganjurkan dan memberi konseling pada pasien mengenai kasusnya dan untuk dilakukan tindakan rujukan. Namun pasien dan keluarganya bersikukuh untuk tetap melahirkan di bidan tersebut, karena pertimbangan biaya dan kesulitan lainnya. Melihat kasus ini maka bidan dihadapkan pada konflik moral yang bertentangan dengan prinsip moral dan otonomi maupun kewenangan pada kebidanan. Bahwa sesuai Kepmenkes Republik Indonesia 900/menkes/sk/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan. Bidan tidak berwenang memberikan pertolongan persalinan pada primigravida dengan persentasi bokong di sisi lain ada prinsip nilai moral dan kemanusiaan yang dihadapi pasien. Yaitu ketidakmampuan secara sosial ekonomi dan kesulitan yang lain, maka bagaimana seorang bidan mengambil keputusan yang terbaik terhadap konflik moral yang dihadapi dalam pelayanan  kebidanan.

Kasus 2Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk

Page 32: ETIKA

pasien, dan yang lebih patal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik Mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (dentology