Ethical Behavior.ppt

download Ethical Behavior.ppt

of 18

Transcript of Ethical Behavior.ppt

Kelompok 3: Vanica Serly Melli Hervina Nursri Maryani Siska

DEFINISI ETIKAEncyclopedia of philosophy mendefinisikan etika dalam tiga cara: 1. Pola umum atau cara hidup mengacu pada eika Budha atau Kristen. 2. Seperangkat aturan perilaku atau kode etik mengacu pada etika professional dan perilaku yang tidak beretika. 3. Penyelidikan tentang cara hidup dan aturan perilaku berkaitan dengan metaethics, teori tentang etika.

Selain itu, Encyclopedia of philosophy mendefinisikan moralitas dan kode etik sebagai istilah yang mengandung empat karakteristik: 1. Keyakinan tentang sifat manusia 2.Keyakinan tentang cita-cita, tentang apa yang baik atau yang diinginkan atau kelayakan untuk mengejar kepentingan pribadi 3.Aturan yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan 4.Motif yang cenderung membuat kita memilih jalan yang benar atau salah.

Masing-masing dari keempat karakteristik tersebut akan dibahas dengan menggunakan empat teori etika utama yang diterapkan oleh pengambil keputusan etis dalam lingkungan bisnis: 1.Utilitarianisme 2.Deontologi 3.Kesetaraan 4.Etika kebajikan.

Dalam bisnis, terdapat banyak kendala yang mempengaruhi apakah pembuat keputusan melakukan hal yang benar. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a. kendala organisasi b. karakteristik pribadi

ETIKA DAN BISNIS

Archie Carrol mengamati bahwa pada umumnya, bisnis dianggap bertujuan untuk mengejar keuntungan. Apabila bisnis tidak menguntungkan, maka bisnis akan berhenti/tutup. Akibatnya, tujuan utama dari perusahaan yang mengejar keuntungan adalah untuk tetap bertahan dalam bisnis. Hal ini dicapai dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat secara efisien dan efektif. Hal tersebut merupakan tujuan dasar dari bisnis, namun bukan merupakan satusatunya tujuan.

Mengapa pelaku bisnis harus beretika? Terdapat tiga penjelasan umum mengenai hal ini yaitu: 1. Etika didasarkan pada pandangan tentang agama Definisi etika sebelumnya menyatakan bahwa etika adalah pola umum atau cara hidup. Dalam tradisi agama, terdapat hukum perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan, jangan mengucapkan kebohongan dan hukum lainnya. Bagi banyak orang merupakan kehormatan untuk mematuhi hukum dan kode agama yang mengatur perilaku. Oleh karena itu, kita harus beretika karena itu adalah hukum Tuhan. 2. Etika didasarkan hubungan kita dengan orang lain. Etika berhubungan dengan bagaimana kita menghargai orang lain, ditunjukkan melalui kasih sayang, simpati, kebaikan dan sejenisnya. Karena kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan hidup bermasyarakat dengan orang lain. Oleh karena itu, etika merupakan identifikasi simpatik kita terhadap orang lain dan sering terwujud dalam tindakan-tindakan kebaikan, persahabatan dan cinta. 3. Berperilaku etis karena kepentingan pribadi. Kepentingan pribadi adalah suatu kepentingan dalam semua hal yang berhubungan dengan saya, keluarga saya, teman-teman dan masyarakat dimana saya tinggal.

KEPENTINGAN PRIBADI DAN EKONOMI

Adam Smith (1723-1790) berpendapat bahwa kepentingan pribadi mengarah kepada kerja sama ekonomi. Dalam karyanya, An Inquiry into the nature and causes of The Wealth of Nations, beliau mengamati bahwa pembeli dan penjual tertarik untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan masing-masing. Pembeli ingin mendapatkan kepuasan atau utilitas yang relatif besar dari konsumsi yang dilakukan. Sedangkan penjual ingin mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Pada tahun 1790, Smith menerbitkan risalah yang berjudul Theory of Moral Sentiments dimana ia mengembangkan sebuah etika berdasarkan simpati Dengan kata lain, perilaku etika didasarkan pada sentiment terhadap simpati yang selanjutnya membatasi kepentingan pribadi yang tak terkendali.

TEORI-TEORI YANG BERGUNA UNTUK MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA1. Teleologi: Utilitarianisme dan KonsekuensialismeAnalisis Dampak Teleotologi berasal dari kata Yunani, telos yang berarti akhir, konsekuensi, hasil. Sehingga teori teleotologi mempelajari perilaku etika dalam hal akibat atau konsekuensi dari keputusan etis. Teleotologi cocok untuk banyak pelaku bisnis yang berorientasi pada hasil karena berfokus pada dampak dari pengambilan keputusan. Teloetologi mengevaluasi keputusan sebagai baik atau buruk, diterima atau tidak dalam hal konsekuensi dari keputusan tersebut. Keputusan yang baik secara etika yaitu yang memberikan hasil yang positif, sedangkan keputusan yang buruk menyebabkan hasil yang negatif.

Salah satu aliran etika teleotologi adalah utilitarianisme. Utilitarianisme berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.

Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam: a. Undang-undang Utilitarianisme/ Konsekuensialisme Menganggap sebuah tindakan baik atau benar secara etika jika tindakan tersebut mungkin menghasilkan kebaikan yang lebih besar dari pada kejahatan. Dan sebaliknya suatu tindakan dianggap buruk atau salah jika menghasilkan kejahatan lebih banyak dibanding kebaikan. b. Peraturan Utilitarianisme Peraturan utilitarianime membatasi individu pada justifikasi aturan-aturan moral sehingga memungkinkan akan menghasilkan lebih banyak kebaikan dibanding kejahatan. Anggapannya adalah terdapat kemungkinan secara prinsip untuk menghitung kesenangan atau rasa sakit yang dihubungkan dengan keputusan.

Kelemahan teori utilitarianisme: 1. Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas, kesenangan dan rasa sakit bisa diukur. Padahal dalam kenyataannya, kita tidak bisa mengukur rasa tersebut. Kita tidak dapat menyetarakan kebahagiaan seseorang dengan orang lain. 2. Distribusi dan intensitas dari kebahagiaan yaitu prinsipmenghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan dan untuk mendistribusikan kebahagiaan tersebut pada sebanyak mungkin orang. Hal ini sulit dicapai karena untuk mencapai kebahagiaan itupun sangat sulit apalagi dengan pertimbangan sebanyak mungkin orang. 3. Hak minoritas dapat dilanggar dengan konsep utilitarianisme. 4. Utilitarianisme mengabaikan motivasi daan berfokus hanya pada konsekuensi.

2. Etika Deontologi- Motivasi untuk perilaku Deontologi mengevaluasi perilaku etika berdasarkan motivasi pembuat keputusan dan menurut prinsip ini tindakan dapat dibenarkan secara etika meskipun tidak menghasilkan keuntungan bagi pengambil keputusan ataupun bagi masyarakat luas. Immanuel Kant (1724-1804) memberikan artikulasi yang jelas dari teori ini. Bagi Kant, sesuatu yang baik dilihat dari itikad baik tanpa memperdulikan konsekuensinya. Ia juga berargumen bahwa semua konsep moral berasal dari alasan bukan pada pengalaman. Menurut Kant, tugas/kewajiban adalah standar yang menilai perilaku etika.

Menurut Kant ada 3 prinsip yang harus dipenuhi yaitu: a. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban. b. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik. c. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.

a. b.

Kant mengembangkan dua hukum untuk menilai etika: Imperatif Kategories Imperatif Praktis

Kelemahan Deontologi: 1. Imperatif kategoris tidak memberikan panduan yang jelas dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih hukum moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. 2. Imperatif Kategoris menetapkan standar yang sangat tinggi.

3. Teori Keadilan dan Kewajaran Filsuf Inggris David Hume (1711-1776) berpendapat bahwa kebutuhan akan keadilan terjadi karena dua alasan: orang tidak selalu bermanfaat dan terdapat sumber daya yang langka.

Terdapat dua aspek keadilan: a. Keadilan Prosedural (proses untuk menentukan alokasi) Berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama dari system yang adil adalah bahwa prosedur yang adil dan transparan b. Keadilan Distribitif (Alokasi yang sebenarnya) Dalam keadilan disribusi terdapat tiga kriteria utama untuk menentukan distribusi yang adil: kebutuhan, kesetaraan aritmatika dan prestasi.

4. Etika Kebajikan Etika kebajikan mengambil inspirasi dari filsuf Yunani Aris Toteles yang berpikir bahwa tujuan hidup adalah kebahagiaan dalam arti kegiatan jiwa yaitu memenuhi tujuan merasa bahagia dengan hidup yang mulia dan dengan hidup yang sesuai dengan alasan. Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang ditunjukkan dalam tindakan sukarela. Kelemahan dari teori ini yaitu berkaitan dengan apa saja etika yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan bagaimana kebajikan ditunjukkan dalam tempat kerja.