et al., 2012). Kanker ini menyumbang 25% dari kanker yang...

6
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan kanker dengan jumlah kematian tertinggi kelima pada wanita di Amerika Serikat, menyumbang 6% dari total kematian akibat kanker pada wanita (Siegel et al., 2012). Kanker ini menyumbang 25% dari kanker yang sering terjadi pada traktus genital wanita (Hayat et al.,2010). Selain itu kanker ini merupakan kanker ginekologis dengan prognosis terburuk dikarenakan kanker ini banyak ditemukan pada stadium lanjut (Hamilton et al., 2009). Menurut Oemiati et al(2011), kanker dengan kejadian tertinggi di Indonesia adalah kanker ovarium dan serviks, kemudian diikuti oleh kanker payudara, kanker kulit, kanker kelenjar gondok dan endokrin kanker serviks, dan kanker jaringan lunak. Tumor ovarium diklasifikasikan berdasarkan tipe sel asalnya menjadi tumor ovarium epitelial, tumor ovarium sel germinal, dan tumor ovarium stroma/sex cord. Tumor

Transcript of et al., 2012). Kanker ini menyumbang 25% dari kanker yang...

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kanker ovarium merupakan kanker dengan jumlah

kematian tertinggi kelima pada wanita di Amerika Serikat,

menyumbang 6% dari total kematian akibat kanker pada

wanita (Siegel et al., 2012). Kanker ini menyumbang 25%

dari kanker yang sering terjadi pada traktus genital

wanita (Hayat et al.,2010). Selain itu kanker ini

merupakan kanker ginekologis dengan prognosis terburuk

dikarenakan kanker ini banyak ditemukan pada stadium

lanjut (Hamilton et al., 2009).

Menurut Oemiati et al(2011), kanker dengan kejadian

tertinggi di Indonesia adalah kanker ovarium dan serviks,

kemudian diikuti oleh kanker payudara, kanker kulit,

kanker kelenjar gondok dan endokrin kanker serviks, dan

kanker jaringan lunak.

Tumor ovarium diklasifikasikan berdasarkan tipe sel

asalnya menjadi tumor ovarium epitelial, tumor ovarium

sel germinal, dan tumor ovarium stroma/sex cord. Tumor

2

ovarium epitelial diklasifikasikan lagi berdasarkan tipe

histologisnya (serosum, musinosum, endometrioid, sel

jernih). Tumor epitelial merupakan tumor dengan

persentase terbanyak yang ditemukan, yaitu 60%, sedangkan

tumor sel germinal menyumbangkan sekitar 30% dari total

kanker ovarium, dan tumor stroma/sex cord sebesar 8%

(Rubin et al., 2014). Hasil penelitian tentang angka

harapan hidup penderita kanker ovarium di Rumah Sakit

Sardjito, dari 235 kasus kanker ovarium yang didapat di

RSUP DR Sardjito pada tahun 2003-2007, 88,9% pasien

menderita kanker ovarium tipe epitelial, sedangkan 11,1%

menderita kanker non epitelial (Widagdo, 2009).

Kanker ovarium epitelial memiliki beberapa subtipe

dengan patogenesis penyakit yang berbeda-beda, namun

hingga saat ini sebagian besar penelitian mengenai

biomarker karsinoma ovarium dan protokol terapi pada

penderita kanker ini tidak spesifik berdasarkan

subtipenya. Parameter klinis seperti stadium dan derajat

tumor saat ini dapat membantu dalam memutuskan manajemen

awal pada kanker ini namun tidak cukup efisien. Maka dari

itu diperlukan biomarker yang dapat melengkapi parameter

3

klinis tersebut sehingga manajemen tiap subtipe dapat

lebih spesifik dan optimal, selain itu diharapkan dapat

membantu dalam menegakkan diagnosis dan prognosis (Le

Page et al., 2010);(Kobel et al., 2008).

Salah satu hal mendasar dari terjadinya kanker

adalah perkembangan tumor dari suatu sel yang mulai

berproliferasi secara abnormal(Cooper et al., 2000). Ki-

67 dan PCNA merupakan penanda proliferasi sel yang banyak

diteliti hubungannya dengan prognosis dari kanker (Thomas

et al., 1994);(Georgescu et al.,1999);(Le page et

al.,2010).

Ki-67 merupakan biomarker proliferasi seluler. Ki-67

dapat dideteksi selama semua fase aktif siklus sel, yaitu

G1, S, G2, M. Biomarker ini mencapai puncak pada fase G2

dan M, kemudian levelnya mulai menurun saat fase anaphase

dan telofase, kemudian tidak terdeteksi pada fase siklus

sel G0 (Jonat et al., 2009).

PCNA merupakan nuclear protein 36 kilodalton.

Protein ini memiliki beberapa fungsi dalam siklus

selular. PCNA berfungsi sebagai penanda proliferasi dan

replikasi DNA. Selain itu, penanda ini juga sangat

4

berpengaruh dalam regulasi siklus sel, reparasi kerusakan

DNA, dan juga proses apoptosis sel (Pankeusku et al.,

2001). Konsentrasinya meningkat secara maksimal pada fase

akhir G1 dan S, serta berkorelasi secara langsung dengan

kecepatan proliferasi sel dan sintesis DNA (Korkolopoulou

et al., 1994).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini

akan mengamati perbedaan ekspresi Ki-67 dan PCNA pada

kanker ovarium epitelial dilihat pada tiap tipe

histologisnya. Dari hasil yang didapat diharapkan dapat

menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya dan membantu

dalam penentuan diagnosis, prognosis, serta manajemen

penyakit.

I.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan ekspresi Ki-67 dan PCNA

pada kanker ovarium epitelial tipe serosum, musinosum,

endometrioid, dan sel jernih?

5

I.3. Keaslian Penelitian

Kobel et al (2008) telah melakukan penelitian yang

berjudul “Ovarian Carcinoma Subtype Are Different

Diseases: Implications for Biomarker Studies”. Penelitian

tersebut mengamati perbedaan ekspresi dari beberapa

biomarker pada kanker ovarium yang diklasifikasikan

berdasarkan histologi perjalanan penyakitnya (serosum,

musinosum, endometrioid, sel jernih), dan mengamati

adanya hubungan ekspresi biomarker tersebut dengan

prognosis penyakit. Salah satu penanda yang digunakan

adalah Ki-67.

Reitmaier et al (2000) telah melakukan penelitian

yang berjudul “[Comparative Studies on The Biological

Significance of The Marker for Proliferation Ki-67

Antigen and PCNA in Primary Ovarian Carcinoma]”.

Penelitian tersebut dilakukan pada 49 blok paraffin

karsinoma ovarium dengan pewarnaan IHC mengamati korelasi

antara ekspresi PCNA dengan stadium tumor, derajat tumor,

tipe histologis, dan prognosis tumor. Penelitian tersebut

menunjukkan tidak adanya hubungan antara ekspresi PCNA

dengan tipe histologis tumor.

6

Pada penelitian ini akan dikaji mengenai perbedaan

ekspresi Ki-67 dan PCNA pada kanker ovarium khususnya

epitelial dengan tipe serosum, musinosum, endometrioid,

dan sel jernih.

I.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan

ekspresi Ki-67 dan PCNA pada kanker ovarium epitelial

tipe serosum, musinosum, endometiroid, dan sel jernih.

I.5. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui perbedaan ekspresi Ki-67 dan PCNA

pada kanker ovarium epitelial tipe serosum, endometrioid,

dan sel jernih diharapkan dapat sebagai dasar untuk

penelitian-penelitian selanjutnya dalam menentukan

diagnosis dan prognosis berdasarkan tipe kanker ovarium

epitelial dan sebagai dasar dalam pengembangan terapi

sesuai dengan tipe kanker ovarium epitelial.