Essai Lkgtkmu-pembelajaran Akuntansi Yang Menyenangkan Rev
-
Upload
fabian-dimaz -
Category
Documents
-
view
158 -
download
6
description
Transcript of Essai Lkgtkmu-pembelajaran Akuntansi Yang Menyenangkan Rev
Am
elia
sari
Tau
resi
a K
esum
a, S
E
2010
Pem
bel
ajar
an A
kun
tan
si Y
ang
Men
yen
angk
an
Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi. Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka dilakukan inovasi dalam model pembelajaran akuntansi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu contextual teaching and learning jelajah pasar dan media permainan monopoli. Metode jelajah pasar sengaja diciptakan dalam rangka mengintegrasi pengalaman konkret atau nyata untuk mendukung konsep-konsep abstrak yang diterima peserta didik di dalam kelas. Feedback dilakukan untuk melihat efektivitas metode tersebut dengan memberi kesempatan pada peserta didik menyampaikan pengalamannya selama melakukan observasi di pasar tradisional. Media Accounting game ini sama seperti media permainan monopoli yang sengaja dibuat untuk mempermudah peserta didik dalam memahami pencatatan transaksi akuntansi secara langsung, seperti misalnya, apa yang terjadi dengan uang kas mereka jika mereka membeli barang atau rumah, bagaimana dengan jika mereka menerima sewa tanah, atau menerima uang dari penjualan rumah mereka, membayar pajak, memperoleh asuransi, memperoleh pinjaman bank dan masih banyak lagi, transaksi-transaki yang terbentuk dari permainan monopoli ini yang selanjutnya penulis beri nama accounting game. Penggunaan media pembelajaran accounting game ini berhasil memotivasi dan meningkatkan minat peserta didik untuk belajar akuntansi, hal ini ditunjukkan dengan antusiasme mereka dalam bermain, suasana gaduh dan riuh karena serunya permainan, juga pemahaman mereka untuk menggunakan strategi dalam berinvestasi juga mewarnai permainan ini.
Metode pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, membuat peserta didik secara tidak sadar menemukan sendiri konsep dari materi ajar sesuai tujuan pembelajaran yang ditetapkan memang tidak mudah. Namun dengan penelitian tindakan kelas, dan analisis yang berkelanjutan akan lebih mempermudah guru dalam melakukan inovasi terhadap metode pembelajaran di kelas.
MAN SalatigaJl. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga
Phone: 0298-323031
PEMBELAJARAN AKUNTANSI YANG MENYENANGKAN
Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang
dipergunakan dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi.
Mata pelajaran akuntansi adalah mata pelajaran yang membutuhkan kasabaran,
kecermatan, serta ketelitian. Untuk itu guru dituntut untuk tidak hanya
menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode
yang dapat melatih peserta didik belajar, misalnya dengan diskusi, role playing,
game akuntansi dan memperbanyak studi kasus yang berhubungan dengan
pelaporan akuntansi.
Selama ini yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
akuntansi adalah dengan ceramah, jarang sekali guru menjelaskan dengan media,
atau metode lain, karena beranggapan akuntansi penuh dengan hitungan, sehingga
akan menghabiskan waktu jika dilakukan dengan metode pembelajaran lain.
Selain faktor metode pembelajaran, faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik adalah faktor lingkungan. Lingkungan
merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses
pendidikan. Kondisi lingkungan sekolah dan keluarga menjadi perhatian karena
faktor ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses
pendidikan berlangsung. Di sekolah nilai-nilai kehidupan ditumbuhkan dan
dikembangkan. Oleh karena itu, sekolah menjadi wahana yang sangat dominan bagi
pengaruh dan pembentukan sikap, perilaku, dan prestasi seorang peserta didik.
Pemahaman peserta didik terhadap konsep akuntansi belum cukup memadai,
hal ini terjadi karena peserta didik pada umumnya belum memahami benar konsep-
konsep dasar akuntansi dari awal, mulai menamai akun, menjurnalnya, mengapa
suatu transaksi masuk dalam kolom debet, dan mengapa masuk dalam kolom kredit.
Faktor penyebabnya antara lain karena guru belum melakukan inovasi dalam
pembelajaran, hanya fokus pada textbook yang ada sehingga pembelajaran terasa
membosankan dan tidak menarik.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka, guru harus melakukan inovasi
dalam model pembelajarannya dengan menggunakan dua pendekatan yaitu
contextual teaching and learning jelajah pasar dan media permainan monopoli.
2
Pembelajaran dengan contextual teaching and learning jelajah pasar ini
dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami transaksi
perdagangan yang ada di pasar dan media permainan monopoli sengaja dibuat
untuk mempermudah peserta didik dalam memahami transaksi akuntansi, seperti
misalnya, apa yang terjadi dengan uang kas mereka jika mereka membeli barang
atau rumah, bagaimana dengan jika mereka menerima sewa tanah, atau menerima
uang dari penjualan rumah mereka, membayar pajak, memperoleh asuransi,
memperoleh pinjaman bank dan masih banyak lagi, transaksi-transaki yang
terbentuk dari permainan monopoli ini yang selanjutnya penulis beri nama
accounting game.
Belajar
Menurut W.S. Winkel dalam Darsono (2001:4) belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai
sikap. Menurut Sardiman (2005:19) belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Thursan Hakim belajar adalah suatu proses perubahan didalam
kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain
kemampuan (Hakim 2000:1).
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto
2003:2).
Dari pengertian-pengertian belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas mental, kegiatan jiwa raga psiko-fisik dalam interaksi
aktif dalam lingkungan untuk menuju ke perkembangnan pribadi manusia dan
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap dan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
3
Teori belajar gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Koffa dan Kohler dalam Slameto (2003:9). Hukum
belajar disini tidak ada bedanya dengan hukum yang berlaku pada pengamatan
yaitu :
a. Gestalt mempunyai sesutau yang melebihi jumlah unsur-unsurnya.
b. Gestalt timbul lebih dulu dari pada bagian-bagiannya.
Jadi belajar yang penting adanya penyesuian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik dalam
belajar. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi
mengerti atau memperoleh insight (Slameto 2003:9).
Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara
berbagai unsur dalam situasi tertentu. Belajar ialah mengembangkan insight pada
anak dengan melihat hubungan antara unsur-unsur situasi problematis dan dengan
demikian melihat makna baru dalam situasi itu (Nasution 1994:69).
Insight timbul tergantung pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kesanggupan : Maksudnya kesanggupan atau kemampuan inteligensia individu.
b. Pengalaman : Karena belajar, berarti akan mendapatkan pengalaman dan
pengalaman itu mempermudah munculnya insight.
c. Taraf kompleksitas : Semakin kompleks semakin sulit dari suatu situasi
d. Latihan : Dengan banyak latihan akan dapat mempertinggi kesanggupan
memperoleh insight, dalam situasi-situasi yang bersamaan yang telah dilatih.
e. Trial and Error : Sering seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah. Baru
setelah mengadakan percobaan-percobaan, maka seseorang dapat menemukan
hubungan berbagai unsur dalam problem itu, sehingga akhirnya menemukan
insight ( Sardiman 2005:31).
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt : (Slameto 2003:9-11)
a. Belajar berdasar keseluruhan
Orang belajar menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain
sebanyak mungkin. Mata Pelajaran yang bulat lebih mudah dimengerti daripada
bagian-bagiannya.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang
untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang
berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh
4
kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak kerena lingkungan dan
pengalaman.
c. Peserta didik sebagai organisasi keseluruhan
Peserta didik belajar tak hanya inteleknya saja, tetapi juga emosional dan
jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, orang bukan hanya mengajarkan
berbagai mata pelajaran, akan tetapi mengutamakan tujuan mendidik si anak,
membentuk seluruh
pribadinya anak seutuhnya.
d. Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama ialah
memperoleh response yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama
adalah masalah pengamatan, bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-
betul maka dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Belajar memberi hasil yang sebaik-baiknya bila didasrkan pada pengalaman.
Pengalaman adalah suatu interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar
itu baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi atau soal baru. Dalam
menghadapi itu ia akan menggunakan segala pengalaman yang telah dimilikinya.
Peserta didik mengadakan analisa reorganisasi pengalamannya.
f. Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat
pengartian tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam unsur
yang mengandung suatu problem.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan
peserta didik.
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari atau apabila mereka tahu dan menerima
tujuannya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Peserta didik memperoleh pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di
luar sekolah, dalam pergaulan, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena itu
sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan masyarakat, agar
semua turut serta membantu perkembangan peserta didik secara harmonis.
5
Teori belajar menurut aliran humanis
Kaum humanis beranggapan bahwa tiap orang menentukan sendiri tingkah
lakunya. Tujuan pendidikan adalah membantu masing-masing individu untuk
mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam
mewujudkan potensi potensi yang ada pada diri masing-masing.
Seorang guru humanis akan memperlakukan peserta didiknya sebagaimana
adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, baik itu potensi IQ, bakat
khusus/talenta, minat, dan perhatiannya.
Guru yang humanis dapat memberikan layanan belajar yang menyenangkan
bagi murid, sedangkan bahan belajar tetap berasal dari kurikulum yang berlaku,
hanya gaya-gaya mengajar dengan penuh tekanan dan ancaman dapat dikurangi
bahkan dihilangkan (Darsono 2001:18).
Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar.
Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan
sebagai hasil yang telah dicapai. Noehi Nasution (1998: 4) menyimpulkan bahwa
belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya
respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu
bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan
sementara karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa
pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:
a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya educational Psychology :
The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suau
proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif
(a process of progressive behavior adaptation). Berdasarkan eksperimennya,
B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil
yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
b. Dalam Dictionary of Psychology, Chaplin memberikan batasan belajar dengan
dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi : …..acquisition of any relatively
permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat
6
latihan dan pengalaman. Rumusan kedua : ..process of acquiring responses as a
result of special practice, belajar adalah proses memperoleh respon-respon
ebagai akibat adanya latihan khusus.
c. Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat
Learning is change in organism due to experience which can affect the
organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam
diri organism (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organism tersebut. Jadi, dalam pandangan Hitzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan
belajar apabila mempengaruhi organisme.
d. Wittig dalam bukunya, Psychology of Learning, Wittig mendefinisikan belajar
sebagai : any relatively permanent change in an organisme’s behavioral
repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang
relative menetap terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman.
e. Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology, membatasi belajar dengan
dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of accuiring
knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengertian ini biasanya
lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli
dipandang kuran representatif karena tidak mengikutsertakan perolehan
keterampilan nonkognitif.Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as a result of reinforced practise, yakni suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif permanen sebagai hasil latihan
yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial
dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, yakni :
Relatively permanent, yang secara umum menetap
Respons Potentiality, kemampuan bereaksi
Reinforce, penguatan
Practise, praktik atau latihan
f. Biggs dalam pendahuluan Teaching of Learning, Biggs mendefinisikan belajar
dalam tiga rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan
kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan dan tigkah
laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini sudah menjadi
7
kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak
materi yang dikuasai peserta didik.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai
proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan peserta didik atas
materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukan peserta
didik telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukurannya
semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik pula mutu perolehan
pelaku belajar yang kemudian dinyatakan dalam skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia disekeliling pelaku belajar. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi pelaku belajar.
Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), beliau mengutip pendapat beberapa
pakar dalam menjabarkan pengertian belajar, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. W.S. Winkel (1991: 36) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pengajaran.
Menurutnya, pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-
nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
b. S. Nasution MA (1982: 68) mendefinisikan belajar sebagai perubahan kelakuan,
pengalaman dan latihan. Jadi belajar membawa suatu perubahan pada diri
individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah
pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan,
sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek
organisasi atau pribadi individu yang belajar.
c. Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990: 29) dalam buku: Pengantar Psikologi
Pendidikan, mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu
sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk
8
kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu
saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.
d. Supartinah Pakasi (1981: 41) dalam buku: “Anak dan Perkembangannya,”
mengatakan pendapatnya antara lain: 1) Belajar merupakan suatu komunikasi
antar anak dan lingkungannya; 2) Belajar berarti mengalami; 3) Belajar berarti
berbuat; 4) Belajar berarti suatu aktivitas yang bertujuan; 5) Belajar memerlukan
motivasi; 6) Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak; 7) Belajar adalah
berpikir dan menggunakan daya pikir; dan 8) Belajar bersifat integratif.”
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para pakar tersebut, secara
umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruh tingkah
laku inividu yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil pengalaman
Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa perubahan
tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan (maturation), keadaan gila,
mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap (permanent)
sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor.
Istilah menetap (permanent) dalam definisi ini mensyaratkan bahwa segala
perubahan yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat
dari belajar. Demikian pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara
belajar dengan segala tingkah laku yang merupakan hasil dari proses kematangan
(maturation) fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-kemampuan yang disebabkan
oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat disebut sebagai hasil dari belajar.
Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar menurut
Muhibbin Syah, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah
(2008) adalah “taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah atau pondok pesantren yang dinyatakan dalam bentuk skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka
nilai yang diberikan oleh guru”.
9
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat
memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat
keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi
tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah
laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau
skor.
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat
dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar
atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target
atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu:
a) tahu, mengetahui (knowing);
b) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing);
dan
c) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being).
Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu
Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga
ranah yaitu:
1) ranah kognitif (cognitive domain);
2) ranah afektif (affective domain); dan
3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada
pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa
ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui
prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada
pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran
yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya
bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia
membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana
proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang
berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang
telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara
rutin dan konsekwen.
10
Berdasarkan hal tersebut, jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau
aspek, yaitu:
1) ranah kognitif (cognitive domain);
2) ranah afektif (affective domain); dan
3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah
tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai
penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari
ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan
bahwa:
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar peserta didik
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi
yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator
prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat
evaluasi. Menurut Muhibbin Syah (2008: 150), urgensi pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-
indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi
lebih tepat, reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis
belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang
disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008:
151).
Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita
yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar.
Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin
kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.
IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar
seseorang. Ada faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan
prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan Seminar Sehari
tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Anak dan Kurikulum
Berbasis Komputensi di Sekolah Dasar”, diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain sebagai berikut:
11
1) pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul;
2) perkembangan dan pengukuran otak; dan
3) kecerdasan (intelegensi) emosional (http://ditptksd.go.id, 2008).
Sementara itu, Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar dan mengklasifikasikannya menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Faktor-faktor intern.
Faktor-faktor intern, yakni faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang
yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Di antara faktor-faktor intern yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang adalah antara lain:
1) kecerdasan/intelegensi;
2) bakat;
3) minat;
4) motivasi.
2) Faktor-faktor ekstern,
Adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang
yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor
ini adalah antara lain:
1) keadaan lingkungan keluarga;
2) keadaan lingkungan sekolah; dan
3) keadaan lingkungan masyarakat (Sunarto, 2009).
Kedua uraian pendapat tersebut di atas kurang merepresentasikan kesemua
faktor yang dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar seseorang. Masih
banyak faktor-faktor lain yang belum tercover di dalamnya. Oleh karenanya, untuk
melengkapi kedua pendapat tersebut, penulis sajikan pandangan Muhibbin Syah
mengenai hal tersebut. Menurut beliau, faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga
bagian, yaitu :
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri peserta
didik), yakni keadaan/kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk
faktor-faktor internal antara lain adalah:
1) Faktor fisiologis
12
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan
memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik
akan berpengaruh pada peserta didik dalam keadaan belajarnya.
2) Faktor psikologis
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah antara lain:
a) Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question (IQ)
seseorang
b) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan
pemahaman dan kemampuan yang mantap.
c) Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu.
d) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu.
e) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yag akan datang.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik),
yakni kondisi lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-
faktor ini antara lain yaitu :
1) Faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat
2) Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan
dan letak rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar,
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik. Faktor-
faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar
peserta didik di sekolah.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to
learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan
metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
(Muhibin Syah, 2008: 139).
Dan untuk lebih memudahkan dalam memahami hubungan antara proses dan
prestasi belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, berikut ini penulis
sajikan skema hubungan tersebut:
13
Gambar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Prestasi Belajar
Contextual teaching and learning (CTL)
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual(Contextual teaching and learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu,
hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru membantu peserta didik mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
14
Faktor-Faktor Internal:1. Kondisi Fisiologis * sehat * tidak sehat2. Kondisi psikologis * Intelegensi * Minat * Perhatian * Motivasi * Bakat
Faktor-Faktor Eksternal:Kondisi lingkungan sosial
* Ling. Keluarga * Ling. sekolah* Ling. masyarakat
Kondisi lingkungan non sosial* Rumah/tmp. Tinggal * Gdg. sekolah* Alat & sumber belajar* Iklim/cuaca * Waktu belajar
Faktor-Faktor Pendekatan Belajar:
1. Strategi Belajar2. Metode belajar
PROSES DAN PRESTASI BELAJAR
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan pemikiran tentang
belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik harus
mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola
bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang
sesuatu persoalan
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi
baru.
Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi didrinya, dan bergelut dengan ide-ide
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak
itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian
orang lain
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang
terbatas (sedikit demi sedikit)
Penting bagi peserta didik tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana
ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Peserta didik sebagai Pembelajar
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang
tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan
cepat hal-hal baru
15
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu
yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang
baru dan yang sudah diketahui.
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi
mereka sendiri.
4. Pentingnya lingkungan Belajar
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada
peserta didik. Dari guru akting di depan kelas, peserta didik menonton ke
peserta didik akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara peserta didik
menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya
Umpan balik amat penting bagi peserta didik, yang berasal dari proses
penilaian yang benar
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu
penting.
Pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Contextual teaching and learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan
yang bertujuan menolong para peserta didik melihat makna dalam materi akademik
yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subjek akademik
dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang
bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur
16
sendiri, melakukan kerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan penilaian
autentik. (Johnson, Elaine B, 2007)
Pendekatan kontekstual (Contextual teaching and learning /CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep Contextual teaching and learning, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil
Contextal Teaching and Learning merupakan suatu proses pendidikan yang
holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga
peserta didik memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
Contextal Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan
mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik).
Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
Contextal Teaching and Learning dengan pendekatan jelajah pasar
dimaksudkan agar peserta didik dapat langsung mengamati transaksi-transaksi yang
terjadi di usaha-usaha dagang yang banyak terdapat di pasar tradisional, dengan
17
demikian mengurangi gap antara teori yang terdapat dalam textbook dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
Tujuh Komponen CTL
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru
berdasar pada pengetahuan awal
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan
menerima pengetahuan
2. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
Peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan
berpikir peserta didik
Bagi peserta didik yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang
berbasis inquiry
4. Learning Community
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
Tukar pengalaman
Berbagi ide
5. Modelling
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar peserta didik mengerjakannya
6. Reflection
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
Mencatat apa yang telah dipelajari
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assesment
Mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik
18
Penilaian produk (kinerja)
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
Karakteristik Pembelajaran CTL
Kerjasama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Peserta didik aktif
Sharing dengan teman
Peserta didik kritis guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja peserta didik, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya peserta didik,
laporan hasil pratikum, karangan peserta didik dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap
tentang apa yang akan dilakukan bersama peserta didiknya sehubungan dengan
topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media
untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran, dan authentic assessmentnya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi
tentang apa yang akan dikerjakannya bersama peserta didiknya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program
pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi,
yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan
operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
19
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan peserta didik yang merupakan gabungan antara Standara
Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan peserta didik
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa peserta didik
dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
Proses Experiential learning
Teori experiential learning menawarkan suatu pandangan yang berbeda secara
fundamental proses pembelajaran dari teori-teori pembelajaran behavioral yang
didasarkan pada epistemologi empiris atau teori-teori pembelajaran implisit yang
mendasari banyak metode pendidikan tradisional, metode-metode dimana sebagian
besar didasarkan pada epistemologi rasionali-idealis. Dari perspektif ini muncul
beberapa preskripsi yang sangat berbeda untuk penghantaran pendidikan,
hubungan-hubungan yang tepat di antara kegiatan pembelajaran, bekerja dan
banyak kegiatan hidup lainnya, serta penciptaan pengetahuan itu sendiri.
Perspektif pembelajaran ini disebut “experiential” dikarenakan dua alasan.
Yang pertama terkait jelas dengan asal intelektualnya dalam karya Dewey, Lewin
dan Piaget. Alasan kedua adalah untuk menekankan peran sentral yang dimainkan
pengalaman dalam proses pembelajaran. Ini membedakan teori experiential learning
dari teori-teori pembelajaran rasionalis dan kognitif lainnya yang cenderung
memberikan penekanan utama pada akuisisi, manipulasi dan mengingat banyak
simbol, dan dari teori-teori pembelajaran behavioral yang menyangkal peran apapun
kesadaran dan pengalaman subyektif dalam proses pembelajaran. Meskipun
demikian, harus ditekankan bahwa teori experiential learning sebagai sebuah
alternatif ketiga untuk teori pembelajaran behavioral dan kognitif, melalui teori
experiential learning sebuah perspektif integratif holistik tentang pembelajaran yang
menggabungkan pengalaman, persepsi, kognisi dan perilaku.
20
Tiga Model Proses Experiential learning
Model Lewin: Penelitian tindakan dan Metode latihan kerja
Dalam banyak teknik penelitian tindakan dan metode metode latihan kerja,
pembelajaran, perubahan dan pertumbuhan dilihat paling difasilitasi oleh suatu
proses terintegrasi yang dimulai dengan pengalaman sekarang diikuti dengan
pengumpulan data dan pengamatan-pengamatan tentang pengalaman tersebut.
Data ini kemudian dianalisa dan kesimpulan-kesimpulan analisa ini diumpankan
balik kepada para pelaku dalam pengalaman tersebut untuk penggunaan modifikasi
perilaku mereka dan pilihan pengalaman-pengalaman baru. Dengan demikian,
belajar diterima sebagai sebuah siklus empat-tahap, Pengalaman konkret (nyata)
langsung merupakan dasar pengamatan dan refleksi. Pengamatan-pengamatan ini
diasimilasikan ke dalam sebuah “teori” dimana darinya implikasi-implikasi baru suatu
tindakan bisa dideduksi (ditarik kesimpulan). Implikasi atau hipotesa ini kemudian
bisa berfungsi sebagai pemimbing dalam bertindak menciptakan pengalaman-
pengalaman baru.
Dua aspek model pembelajaran ini khususnya patut diperhatikan. Pertama
adalah penekanannya pada pengalaman konkret sekarang untuk memvalidasi dan
menguji konsep-konsep abstrak. Pengalaman personal langsung dalam poin fokus
pembelajaran memberikan kehidupan, tekstur dan makna personal subyektif bagi
konsep-konsep abstrak tersebut dan pada waktu yang sama juga memberikan
sebuah poin referensi konkret yang dibagi secara umum untuk menguji banyak
implikasi dan validitas banyak ide yang dicipakan selama proses pembelajaran
tersebut. Ketika manusia berbagi suatu pengalaman, mereka bisa membaginya
secara penuh, secara konkret dan secara abstrak.
Kedua, penelitian tindakan dan metode latihan kerja didasarkan pada proses-
proses feedback. Lewin meminjam konsep feedback dari teknik elektrik untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran sosial dan proses pemecahan masalah/soal
yang valid untuk menilai banyak deviasi (penyimpangan) dari tujuan-tujuan yang
diinginkan. Feedback informasi ini adalah dasar bagi sebuah proses berkelanjutan
tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan konsekuensi dari tindakan
tersebut. Lewin dan para pengikutnya percaya bahwa banyak inefektivitas individual
21
dan organisasional bisa ditelusuri dari kurangnya proses feedback. Inefektivtias ini
menghasilkan ketidakseimbangan antara pengamatan dengan tindakan
Model Pembelajaran Dewey
Model pembelajaran Dewey sangat mirip dengan model Lewin, walaupun dia lebih
mengeksplisitkan sifat perkembangan pembelajaran yang dinyatakan secara implisit
dalam konsep Lewin tentang proses feedback dengan cara mendeskripsikan
bagaimana pembelajaran merubah bentuk banyak impuls, perasaan dan keinginan
akan pengalaman konkret menjadi tindakan purposeful tingkatan lebih tinggi dengan
maksud tertentu.
Pembentukan banyak tujuan adalah sebuah operasi-operasi intelektual
kompleks yang meliputi: (1) pengamatan terhadap kondisi sekitar; (2)
pengetahuan tentang apa yang sudah terjadi dalam situasi-situasi yang
serupa di masa lalu, sebuah pengetahuan yang diperoleh sebagian dari
mengingat kembali dan sebagian dari informasi, nasihat dan peringatan dari
orang yang memiliki pengetahuan lebih luas; dan (3) penilaian
(pertimbangan), yang menyatukan apa yang telah diamati dan apa yang telah
diingat untuk melihat apa yang mereka beritahukan. Sebuah tujuan berbeda
dari suatu impuls awal dan keinginan melalui penerjemahannya ke dalam
rencana dan metode tindakan berdasarkan perkiraran konsekuensi tindakan
pada kondisi yang diamati dalam suatu cara tertentu. Masalah krusial
pendidikan adalah pada penundaan tindakan segera berdasarkan keinginan
sampai pengamatan dan penilaian telah turut campur.
Perkiraan (ramalan) belaka, bahkan jika mengambil bentuk prediksi
akurat, tentu saja tidaklah cukup. Antisipasi intelektual, ide konsekuensi,
harus berpadu dengan keinginan dan impuls untuk mendapatkan daya gerak
maju. Maka ini kemudian memberikan arah kepada impuls yang buta,
walaupun keinginan memberikan daya dorong dan momentum bagi banyak
ide (Dewey, 1938).
Kami mencatat dalam deskripsinya tentang kemiripan pembelajaran ini dengan
model Lewin, dalam penekanannya pada pembelajaran sebagai sebuah proses
mengintegrasikan pengalaman dan banyak konsep, pengamatan dan tindakan.
Impuls pengalaman memberikan ide-ide daya gerak maju mereka, dan ide-ide
memberikan arah kepada impuls tersebut. Penundaan tindakan segera apapun akan
22
sangat esensial bagi campur tangan pengamatan dan penilaian, dan tindakan
sangat esensial untuk tujuan pencapaian. Melalui integrasi proses-proses yang
berlawanan tetapi saling terkait secara simbiotis inilah sebuah tujuan yang matang
berkembang dari impuls buta.
Model Pembelajaran dan Perkembangan Kognitif Piaget
Bagi Piaget, banyak dimensi pengalaman dan konsep, refleksi dan tindakan
membentuk dasar keberlanjutan perkembangan cara bepikir orang dewasa.
Perkembangan dari masa kanak-kanak sampai dewasa bergerak dari sebuah
pandangan dunia fenomenal konkret menjadi pandangan konstruksionis abstrak,
dari sebuah pandangan egosentris aktif menjadi model pembelajaran internal
reflektif. Piaget juga mengemukakan bahwa ini telah menjadi arah-arah
perkembangan utama dalam pengetahuan ilmiah (Piaget, 1970). Proses
pembelajaran dimana perkembangan ini terjadi adalah sebuah siklus interaksi antara
individu dengan lingkungannya yang hampir sama dengan model-model
pembelajaran Dewey dan Lewin. Dalam istilah Piaget, kunci pembelajaran terletak
pada interaksi mutual proses dan akomodasi konsep atau skema-skema
pengalaman di dunia dan proses asimilasi banyak peristiwa dan pengalaman dari
dunia ke dalam banyak konsep dan skema yang sudah ada. Pembelajaran, atau
dalam istilah Piaget, adaptasi kecerdasan dihasilkan dari suatu ketegangan
seimbang antara dua proses tersebut. Ketika proses-proses akomodasi
mendominasi asimilasi, kita memiliki imitasi – pencetakan/pembentukan diri
seseorang ke dalam kontur atau pembatasan lingkungan. Ketika asimilasi lebih
mendomasi akomodasi, kita memiliki lakon – pembebanan konsep dan kesan-kesan
seseorang tanpa melihat banyak kenyataan lingkungan. Proses pertumbuhan
kognitif pada traksasi berkelanjutan antara asimilasi dengan akomodasi, terjadi
dalam tahap-tahap yang berurutan, masing-masing memasukkan apa yang telah
berlangsung sebagai sebuah fungsi kognitif baru tingkat lebih tinggi.
Hasil penelitian Piaget telah mengidentifikasi empat tahap pertumbuhan kognitif
yang muncul dari sejak lahir sampai sekitar usia 14-16. Dalam tahap pertama (0-2
tahun), anak sangat konkret dan aktif dalam gaya pembelajarannya. Tahap ini
disebut tahap sensoris-motoris. Pembelajaran sangat enaktif melalui merasakan,
menyentuh dan menangani. Representasi didasarkan pada tindakan – misalnya,
“lubang harus digali”. Mungkin pencapaian paling besar periode ini adalah evolusi
23
perkembangan perilaku berbasis tujuan: “Periode sensoris-motoris memperlihatkan
suatu evolusi luar biasa dari kebiasaan tak disengaja menjadi kegiatan eksperimen
dan eksploratif yang sangat disengaja atau berbasis tujuan.” (Flavell,1963). Tetapi
anak kecil baru memiliki sedikit skema atau teori dimana dia bisa mengasimilasikan
banyak kejadian, dan sebagai hasilnya, cara berpendirian primernya terhadap dunia
(hidup) adalah akomodatif. Lingkungan memainkan sebuah peran utama dalam
membentuk ide dan intensinya. Pembelajaran terutama terjadi melalui asosiasi
antara stimulus dengan respon.
Dalam tahap kedua (2-6 tahun), anak memelihara orientasi konkretnya tetapi
mulai mengembangkan orientasi refleksi ketika dia mulai menginternalkan banyak
tindakan, merubah mereka menjadi banyak gambar/citra/kesan. Ini disebut tahap
representasional. Pembelajaran sekarang lebih bersifat ikonis, melalui manipulasi
banyak pengamatan dan kesan. Anak ini sekarang dibebaskan dari pencelupannya
dalam pengalaman langsung, dan sebagai hasilnya, bebas bermain/melakonkan dan
memanipulasi banyak citra/kesan dunia. Pada tahap ini, cara berpendirian primer
anak terhadap dunia bersifat divergen. Dia dipikat dengan kemampuannya
mengumpulkan banyak kesan dan memandang dunia dari banyak perspektif
berbeda. Mempertimbangkan deskripsi Bruner tentang anak pada tahap ini:
Apa yang nampak selanjutnya dalam perkembangan adalah suatu
pencapaian sangat besar. Banyak kesan (citra) mengembangkan status
otonomis, mereka menjadi perangkum tindakan. Pada usia tiga tahun, anak
telah menjadi contoh teladan kemampuan sensoris menimbulkan gangguan
(menarik perhatian). Dia merupakan korban hukum bersemangat, dan pola
tindakannya merupakan serangkaian pertemuan dengan semangat
(kegembiraan) ini dimana kemudian digantikan dengan warna yang secara
kromatis baik sekali, dimana pada gilirannya mengalah atau tunduk pada pola
tindakan gaduh (ribut) selanjutnya. Apa yang membangkitkan rasa ingin tahu
tentang periode ini adalah bahwa anak merupakan makhluk moment (waktu);
kesan tentang momen tersebut mencukupi dan dikontrol oleh satu ciri situasi.
(Bruner, 1966).
Dalam tahap ketiga (7-11 tahun), perkembangan intensif kekuatan abstrak-
simbolis dimulai. Tahap perkembangan simbolis pertama disebut Piaget tahap
operasi-operasi konkret. Pembelajaran pada tahap ini diatur oleh logika banyak
24
kelas dan hubungan. Anak dalam tahap ini lebih meningkatkan independensinya dari
dunia pengalaman langsung melalui perkembangan daya induktif:
Untuk menggunakan analogi sederhana, struktur operasi konkret adalah
lebih mirip tempat parkir dimana tempat parkir individual kadang-kadang terisi
dan kadang-kadang kosong; meskipun demkian, banyak ruang di antara
mereka bertahan lama, dan membuat si pemilik melihat di antara banyak
mobil yang benar-benar ada para penghuni potensial di masa mendatang
tempat yang kosong dan akan-kosong. (Flavell, 1963).
Dengan demikian, berkebalikan dengan anak dalam tahap sensoris-motoris
dimana gaya pembelajarannya didominasi oleh proses-proses akomodatif, anak
pada tahap operasi konkret adalah lebih asimilatif dalam gaya pembelajarannya. Dia
bergantung pada banyak konsep dan teori untuk memilih dan memberikan bentuk
pada pengalaman-pengalamannya.
Tahap terakhir perkembangan kognitif Piaget muncul dengan permulaan usia
remaja (12-15 tahun). Dalam tahap ini, para remaja bergerak dari proses-proses
simbolis berdasarkan operasi-operasi konkret menuju proses-proses simbolis logika
representasional, yaitu tahap operasi formal. Dia sekarang kembali pada suatu
orientasi yang lebih aktif, tetapi ini merupakan suatu orientasi aktif yang sekarang
dimodifikasi oleh pekembangan kekuatan reflektif dan abstrak yang mendahuluinya.
Kekuatan/dorongan simbolis yang dimilikinya sekarang memungkinannya untuk
terlibat dalam pemberian alasan hipotetis-deduktif. Dia mengembangkan implikasi-
implikasi yang mungkin atas teorinya dan melanjutkan untuk menguji secara
eksperimen apakah ini benar adanya. Dengan demikian, gaya pembelajaran
dasarnya adalah konvergen, berkebalikan dengan orientasi divergen anak pada
tahap representasional:
Kemudian, kita melihat bahwa pemikiran formal bagi Piaget bukanlah
tidak terlalu seperti ini atau perilaku khusus tersebut seperti orientasi yang
sama rata, kadang eksplisit dan kadang implisit, pada pemecahan masalah;
sebuah orientasi pada pengorganisasian data (analisa kombunatorial), pada
isolasi dan kontrol variabel, pada pembenaran dan bukti hipotetis dan pada
pembenaran dan pembuktian logis (Flavell, 1963).
Karakteristik Experiential learning
25
Terdapat persamaan sangat besar di antara model-model proses pembelajaran
yang sudah dibahas di atas. Bersama-sama, mereka membentuk sebuah perspektif
unik tentang pembelajaran dan perkembangan, sebuah perspektif yang bisa
dikarakterisasikan dengan preposisi-preposisi berikut ini, yang dimiliki oleh tiga
tradisi utama experiential learning.
Pembelajaran Diterima Paling Baik sebagai sebuah Proses, Bukan dalam
Bentuk Hasilnya
Penekanan pada proses pembelajaran berkebalikan dengan hasil-hasil behavioral
membedakan experiential learning dari pendekatan-pendekatan idealis pendidikan
tradisional dan dari teori-teori pembelajaran behavioral yang dibuat oleh Watson,
Hull, Skinner, dll. Teori experiential learning terletak pada dasar filosofis dan
epistemologis yang berbeda dari teori-teori pembelajaran behavioris dan pendekatan
pendidikan idealis. Banyak versi modern pendekatan-pendekatan terakhir ini
didasarkan pada filosofi empiris Locke, dll. Epistemologi ini didasarkan pada ide
bahwa terdapat elemen-elemen kesadaran yang selalu tetap sama. Bermacam
kombinasi dan asosiasi elemen-elemen konsisten ini membentuk pola-pola berpikir
yang beragam. Ini merupakan pernyataan terkenal tentang elemen-elemen pikiran
yang konstan dan tetap yang memiliki pengaruh mendalam pada pendekatan-
pendekatan yang berlaku pada pembelajaran dan pendidikan, menghasilkan suatu
kecenderungan untuk mendefinisikan pembelajaran dalam bentuk hasilnya, apakah
ini berupa pengetahuan dalam suatu gudang fakta yang diakumulasi atau
kebiasaan-kebiasaan yang mewakili respon-respon behavioral terhadap kondisi-
kondisi stimulus spesifik. Jika ide-ide ini dilihat sebagai hal yang tetap dan kekal,
maka nampak mungkin untuk mengukur berapa banyak yang telah dipelajari
seseorang berdasarkan jumlah ide-ide tetap yang telah diakumulasi oleh orang
tersebut.
Meskipun demikian, teori experiential learning terus berjalan dari serangkaian
asumsi yang berbeda. Ide bukanlah elemen pemikiran yang tetap (tak bisa diubah)
dan kekal tetapi dibentuk dan dibentuk ulang melalui pengalaman. Dalam ketiga
model pembelajaran yang baru saja dibahas, pembelajaran dideskripsikan sebagai
sebuah proses dimana banyak konsep diperoleh dan dimodifikasi terus-menerus
dari pengalaman. Tidak ada dua pemikiran yang pernah sama, karena pengalaman
selalu turut campur. Piaget (1970), misalnya, mempertimbangkan penciptaan
26
pengetahuan baru sebagai masalah sentral epistemologi genetik, semenjak setiap
tindakan memahami (mengerti) adalah hasil suatu proses konstruksi dan invensi
berkelanjutan melalui banyak proses interaksi asimilasi dan akomodasi.
Pembelajaran adalah sebuah proses yang muncul dimana hasil-hasilnya hanya
mewakili catatan historis, bukan pengetahuan masa depan.
Ketika dipandang dari perspektif experiential learning, kecenderungan untuk
mendefinisikan pembelajaran dalam bentuk hasil bisa menjadi sebuah definisi bukan
pembelajaran, dalam proses tersebut merasakan bahwa kegagalan untuk
memodifikasi banyak ide dan kebiasaan yang dihasilkan pengalaman tidaklah
kondusif untuk diadaptasi. Contoh paling jelas ironi ini terletak dalam aksioma
behavioris bahwa kelebihan suatu kebiasaan bisa diukur berdasarkan penolakannya
terhadap kepunahan. Yaitu, makin banyak aku “mempelajari” suatu kebiasaan,
makin lama aku akan menolak berperilaku dalam cara tersebut ketika tidak lagi
dihargai. Hampir sama, terdapat orang-orang yang merasa bahwa banyak orientasi
yang menerima pembelajaran dalam bentuk hasil adalah berkebalikan dengan
proses adaptasi yang memiliki pengaruh negatif pada sistem pendidikan. Jerome
Bruner, dalam bukunya yang sangat berpengaruh, Toward a Theory of Instruction,
mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendorongkan
pembelajaran dan keterampilan dalam proses mendapatkan pengetahuan, bukan
untuk menghafal isi pengetahuan: “Belajar adalah sebuah proses, bukan sebuah
produk/hasil.” Paulo Freire menyebut orientasi yang bisa menerima pendidikan
sebagai pemindahan muatan tetap konsep “perbankan” pendidikan:
Dengan demikian, pendidikan menjadi suatu tindakan menabung
(menyimpan), dimana di dalamnya para siswa merupakan tempat
penyimpanan dan pengajar adalah penyetor (penabung/penyimpan). Sebagai
ganti komunikasi, pengajar mengeluarkan pernyataan resmi dan membuat
depositor-deposito yang diterima, dihafal dan diulangi siswa dengan sabar. Ini
merupakan konsep “perbankan” pendidikan, dimana jangkauan tindakan
memungkinkan siswa meluas hanya sejauh menerima, mengisi dan
menyimpan deposito. Mereka benar-benar memiliki kesempatan menjadi
kolektor dan pembuat katalog hal-hal yang mereka simpan. Tetapi dalam
analisa terakhir, adalah manusia sendiri yang disimpan melalui kurangnya
kreativitas, transformasi dan pengetahuan dalam sistemnya yang salah jalan.
Karena terpisah dari pembelajaran, terpisah dari praktek tetapnya, manusia
27
tidak bisa benar-benar menjadi manusia seutuhnya. Pengetahuan muncul
hanya melalui invensi dan reinvensi, melalui pembelajaran tanpa lelah, tidak
sabar, berkelanjutan dan penuh harapan manusia meneruskan perjalanan di
dunia, dengan dunia dan dengan manusia lainnya (Freire, 1974,).
Pembelajaran sebagai Proses Berkelanjutan yang Didasarkan pada
Pengalaman
Pengetahuan secara berkelanjutan diperoleh dan diuji dari dan dalam pengalaman si
pembelajar. William James (1980), dalam penelitiannya tentang sifat kesadaran
manusia, dikejutkan oleh fakta bahwa kesadaran juga bersifat berkelanjutan. Dia
bertanya, bagaimana bisa saya bangun di pagi hari dengan kesadaran, pikiran,
perasaan, ingatan dan pengertian yang sama tentang siapa saya ketika saya pergi
tidur malam sebelumnya? Hampir sama dengan Dewey, kontinuitas pengalaman
merupakan kebenaran paling kuat tentang eksitensi (keberadaan) manusia, yang
merupakan hal sentral dalam teori pembelajaran:
Prinsip kontinuitas pengalaman berarti bahwa setiap pengalaman
mengambil sesuatu dari pengalaman sebelumnya dan memodifikasi dalam
beberapa cara kualitas pengalaman sesudahnya Karena seseorang
mengalami satu situasi ke situasi lainnya, maka dunianya dan lingkungannya
meluas atau menyempit. Dia tidak menemukan dirinya hidup di dunia lain
tetapi di suatu bagian atau aspek berbeda di satu dunia dan dunia yang
sama. Apa yang telah dipelajarinya dalam cara pengetahuan dan
keterampilan dalam satu situasi menjadi instrumen pemahaman dan
berhadapan secara efektif dengan banyak situasi lain yang mengikuti
selanjutnya. Proses tersebut berlangsung selama hidup dan pembelajaran
terus berlanjut. (Dewey, 1938).
Walaupun kita semua sadar akan kontinuitas dalam kesadaran dan
pengalaman yang ditunjuk oleh James dan Dewey, dan mengambil kenyamanan
dari sifat bisa diprediksi dan jaminan yang diberikannya, terdapat suatu saat dalam
penumbra (bayangan gerhana) dimana kesadaran merupakan suatu elemen
keraguan dan ketidakpastian. Bagaimana saya berdamai dengan perasaan saya
sendiri tentang kontinuitas dan prediktabilitas dengan apa yang nampak sering
sebagai dunia yang kacau balau (semrawut) dan tak bisa diprediksi di sekitar saya?
Saya menjalani hari-hari saya dengan banyak tugas dan pertemuan (rapat) dengan
28
kesadaran wajar tentang apa persoalannya, atau tentang apa yang dikatakan atau
dipikirkan orang lain, dan banyak ide tentang tindakan-tindakan apa yang harus
diambil. Tetapi, saya kadang dibuat berdiri terbalik oleh keadaan-keadaan yang tak
bisa diprediksi, miskomunikasi dan miskalkulasi (salah perhitungan) yang sangat
membuat menyesal. Ini ada dalam sifat saling mempengaruhi antara harapan
dengan pengalaman dimana pembelajaran tersebut terjadi. Dalam frase Hegel,
“Pengalaman apapun yang tidak melanggar harapan tidaklah layak disebut
pengalaman.” Dan bagaimanapun juga, banyak ganti rugi pelanggaran ini
menyebabkan struktur pengalaman saya diperbaiki secara ajaib, dan saya
menghadapi hari selanjutnya sedikit berubah tetapi masih sebagai orang yang sama.
Bahwa inilah proses pembelajaran mungkin bisa diilustrasikan lebih baik oleh
gaya/sikap bukan pembelajaran yang bisa dihasilkan dari sifat saling mempengaruhi
antara harapan dan pengalaman. Untuk berfokus lebih tajam pada kontinuitas dan
kepastian bahwa seseorang dibutakan oleh penumbra keraguan dan ketidakpastian
sama dengan membahayakan dogmatisme dan rigiditas, yaitu ketidakmampuan
belajar dari pengalaman-pengalaman baru. Atau sebaliknya, membuat kontinuitas
terus digoyang oleh perubahan pengalaman baru berarti harus dibuat lumpuh oleh
ketidakamanan (ketidakpastian), yaitu ketidakmampuan melakukan tindakan efektif.
Dari persepktif filosofi epistemologis ini, Pepper (1942) memperlihatkan bahwa dua
sikap ini – dogmatis dan sketisisme mutlak – merupakan landasan-landasan yang
tidak mencukupi bagi penciptaan sistem-sistem pengetahuan yang valid. Dia lebih
mengusulkan suatu sikap provisionalisme, atau apa yang disebutnya skeptisisime
parsial, yang bisa menjadi pembimbing pencarian informasi dan pembelajaran.
Fakta bahwa pembelajaran merupakan konsep berkelanjutan yang didasarkan
pada pengalaman memiliki implikasi-implikasi pendidikan yang penting. Dinyatakan
secara sederhana, ini menyatakan secara tidak langsung bahwa semua
pembelajaran adalah pembelajaran ulang. Bagaimana mudah dan menggodanya
dalam merancang suatu mata pelajaran untuk berpikir tentang pikiran peserta didik
yang sama kosongnya dengan satu lembar kertas dimana kita bisa menggoreskan
sketsa kita. Tetapi bukan ini masalahnya. Setiap orang masuk ke dalam setiap
situasi pembelajaran dengan ide-ide jelas tentang suatu topik. Kita semua adalah
psikolog, sejarawan dan ahli fisika atom. Ini hanyalah bahwa beberapa dari teori kita
adalah lebih sederhana (mentah) dan tidak benar daripada banyak teori lainnya.
Tetapi untuk berfokus hanya pada penyaringan dan validitas teori-teori ini akan
29
kehilangan poinnya. Poin pentingnya adalah orang-orang yang kita ajar telah
memiliki keyakinan ini apapun kualitas mereka dan sampai sekarang mereka masih
menggunakan mereka kapanpun situasi meminta mereka menjadi ahli fisika atom,
sejarawan, atau siapapun.
Dengan demikian, pekerjaan seseorang sebagai seorang pendidik bukan
hanya untuk menanamkan ide-ide baru tetapi juga untuk membuang atau
memodifikasi ide-ide lama. Dalam banyak kasus, penolakan terhadap ide-ide baru
berasal dari konflik dengan keyakinan lama yang tidak konsisten dengan mereka.
Jika proses pendidikan dimulai dengan memperkenalkan kepercayaan dan teori
para peserta didik, meneliti dan menguji mereka dan kemudian mengintegrasikan
ide-ide baru dan lebih halus ke dalam sistem kepercayaan orang tersebut maka
proses pembelajarannya akan difasilitasi. Piaget telah mengidentifikasi dua
mekanisme dimana dengannya ide-ide baru diadopsi oleh seorang individu –
integrasi dan substitusi. Ide-ide yang berkembang melalui integrasi cenderung
menjadi bagian sangat stabil konsepsi seseorang. Di sisi lain, ketika muatan/isi
suatu konsep berubah dikarenakan substitusi, selalu terdapat kemungkinan kembali
tingkat konseptualisasi dan pemahaman lebih awal, atau pada sebuah teori
dualisme tentang dunia dimana teori-teori yang menyertai dimana dipelajari melalui
substitusi tidaklah sesuai dengan teori-teori yang berlaku (digunakan) yang lebih
terintregrasi dengan pandangan konseptual dan atitudinal (terkait dengan opini atau
perasaan personal) seseorang tentang dunia ini.
Akuntansi
Secara Definisi, Akuntansi adalah proses mengidentifikasikan, penggolongan,
penyortiran,pengikhtisaran dan penyajian transaksi keuangan (informasi ekonomi),
sehingga dapat dilakukan penilaian dan pengambilan keputusan oleh pemakai
informasi tersebut. (Zahir-2009)
Akuntansi merupakan bahan kajian mengenai suatu sistem untuk
menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan.
Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan
tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi
perusahaan), pemerintah (Akuntansi pemerintah), ataupun organisasi masyarakat
lainnya (Akuntansi publik)-(Diknas-2008)
30
Setelah mempelajari akuntansi, peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan
bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran
transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Pembelajaran akuntansi ini juga diharapkan dapat membekali peserta didik
dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu
menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur Akuntansi yang benar, baik
untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun
ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan peserta didik.
Akuntansi perusahaan dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya membeli
barang dagangan dengan tujuan untuk dijual kembali tanpa mengadakan perubahan
bentuk atau memprosesnya terlebih dahulu. Dengan demikian, karakteristik
perusahaan dagang yang tidak dimiliki oleh perusahaan jasa adalah yang berkaitan
dengan kegiatan pembelian dan penjualan barang dagangan itu sendiri sehingga
semua akun yang terdapat pada perusahaan jasa akan terpakai dalam perusahaan
dagang ditambah dengan akun-akun baru yang berhubungan dengan pembelian,
penjualan dan persediaan barang dagangan.
Secara umum dapat disimpulkan karakteristik kegiatan usaha perusahaan
dagang meliputi kegiatan pembelian, pembayaran, penjualan, dan penerimaan uang.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut masih ada kegiatan-kegiatan lain yang
frekuensinya relatif jarang misalnya kegiatan intern perusahaan.
Dari pengertian di atas, maka penghasilan atau pendapatan utama dari
perusahaan dagang adalah selisih antara harga penjualan barang dengan harga
pembelian atau dengan kata lain laba atau rugi pada perusahaan sama dengan
penjualan dikurangi harga pokok.
A. Akun Khusus Perusahaan Dagang
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa transaksi yang terjadi pada
perusahaan jasa juga dapat terjadi dalam perusahaan dagang dan ditambah dengan
transaksi yang berkaitan dengan karakteristik dari perusahaan dagang seperti
pembelian barang dagangan dan persediaan barang dagangan.
31
Gambar: Kegiatan Perusahaan Dagang
1. Akun Khusus dan Jenis Transaksi Perusahaan Dagang
a. Pembelian
Transaksi pembelian dalam perusahaan dagang yang paling spesifik
adalah pembelian barang dagangan. Selain itu, pembelian juga meliputi
pembelian peralatan, perlengkapan, dan jasa lainnya dalam rangka kegiatan
usaha. Pembelian ini bisa dilakukan secara tunai dan kredit. Khusus untuk
pembelian barang dagangan, jumlah harga barang yang terutang atau yang
harus dibayar akan dicatat pada akun pembelian, sedangkan untuk pembelian
peralatan dan perlengkapan akan dicatat pada akun peralatan dan
perlengkapan. Bukti pencatatan dari transaksi pembelian ini berupa faktur asli
atau kuitansi (bukti kas keluar).
Faktur asli yang diterima dari penjual merupakan bukti pencatatan
transaksi pembelian barang dagangan secara kredit. Jumlah harga barang yang
dibeli (harga neto faktur) akan dicatat kea kun pembelian (D), sekaligus
menambah akun utang usaha (K). Jika pembelian dilakukan secara tunai maka
akan dicatat dengan cara mendebit pembelian dan mengkredit kas.
32
Perusahaan Dagang
Pembelian
Penjualan
Barang Dagang Persediaan Barang Dagang (D)L/R
Pembelian (D)Beban Angkut Pembelian (D)Retur Pembelian dan Pengurangan Harga (K)Potongan Pembelian (K)
Penjualan (K)Retur Penjualan dan Pengurangan Harga (D)Potongan Penjualan (D)Beban Angkut Penjualan (D)
b. Retur Pembelian dan Pengurangan Harga
Oleh karena suatu
hal, ada kalanya pihak
pembeli merasa tidak puas
dengan kualitas barang yang
diterima dari penjual,
misalnya ada cacat mutu
atau rusak selama dalam
pengiriman. Dalam hal ini
pihak pembeli bisa
mengembalikan barang yang diterima kepada pihak penjual yang disebut retur
pembelian. Harga barang yang dikembalikan tersebut akan mengurangi jumlah
utangnya. Alternatif lain, pembeli tidak mengirim kembali barang yang diterima,
tetapi meminta pengurangan harga untuk barang yang cacat tersebut. Jumlah
yang diterima akan dicatat pada akun retur pembelian dan pengurangan harga
(atau cukup retur pembelian). Bukti pencatatan retur pembelian ini berupa nota
debit.
Apabila barang yang diterima dari penjual tidak sesuai dengan pesanan
atau cacat mutunya, maka pembeli bisa mengembalikan barang tersebut atau
meminta pengurangan harga. Untuk itu, pembelian akan mengirimkan nota debit
kepada pihak penjual. Berdasarkan nota debit ini akan dicatat ke akun retur
pembelian danpengurangan harga atau retur pembelian (K) sekaligus
mengurangi utang usaha (D).
c. Potongan Pembelian
Pada waktu terjadi transaksi pembelian barang dagangan, kedua belah
pihak akan terikat dengan syarat jual-beli tertentu. Seandainya pembelian
barang dagangan dilakukan secara kredit dengan tempo satu bulan, kemudian
karena sesuatu hal pembeli mempercepat pelunasannya atau pembayaran
33
dilakukan masih dalam waktu yang ditentukan untuk memperoleh potongan,
maka jumlah yang harus dibayarkan adalah jumlah terutang dikurangi potongan
yang diterima. Potongan yang diterima ini disebut potongan tunai dan akan
dicatat pada akun potongan pembelian. Bukti pencatatan potongan pembelian
ini bisaanya berupa kuitansi pembayaran yang di dalamnya dijelaskan potongan
yang diteirma.
Perhatikan contoh transaksi pembelian barang dagangan dari UD
Sejahtera tanggal 5 Januari 2005 dengan syarat pembayaran 3/10, n/60. Hal ini
berarti jika pembeli membayar lebih cepat atau masih dalam jangka waktu
potongan, yaitu 10 hari setelah tanggal transaksi (Sampai dengan tanggal 15
Januari 2005), pembeli akan mendapat potongan pembelian sebesar 3%,
sedangkan jatuh tempo kredit adalah tanggal 5 Maret 2005 (60 hari setelah
tanggal transaksi).
d. Beban Angkut Pembelian
Untuk memperoleh barang dagangan, seringkali pihak pembeli
mengeluarkan biaya untuk pengiriman barang tersebut. Hal ini terjadi bila syarat
jual-beli menyebutkan bahwa ongkos kirim barang menjadi tanggungan pembeli.
Dengan demikian, harga perolehan barang dagangan tersebut meliputi harga
pembelian ditambah dengan ongkos angkutnya. Semua pengeluaran untuk
mengangkut pembelian barang dagangan ini akan dicatat pada akun beban
angkut pembelian. Bukti pencatatannya bisa berupa faktur atau kuitansi.
Transaksi jual-beli dengan syarat franko gudang pembeli mensyaratkan
semua biaya pengiriman barang dagangan sejak dari gudang penjual sampai di
gudang pembeli menjadi tanggungan pihak pembeli, sekaligus pengakuan
kepemilikan dan pencatatan akuntansinya dilakukan sejak barang masih berada
di gudang penjual.
Bisa juga syarat penyerahan menyebutkan franko gudang penjual, tetapi
pengiriman dilakukan oleh pihak penjual sehingga harga neto faktur terdiri atas
harga barang ditambah biaya pengiriman. Jumlah tersebut yang nantinya akan
menjadi utang bagi pembeli.
e. Penjualan
Pada saat perusahaan dagang menjual barang dagangannya maka
perusahaan akan menghasilkan pendapatan sejumlah harga barang yang
dibebankan kepada pembeli. Transaksi penjualan dapat dilakukan secara tunai
34
atau kredit dengan diikuti syarat jual-beli yang mengikat kedua belah pihak. Hasil
pendapatan penjualan barang dagangan tersebut akan dicatat dalam akun
penjualan. Bukti pencatatan transaksi ini adalah faktur tembusan atau kuitansi
tembusan (bukti kas masuk). Faktur tembusan uang dipegang oleh penjual
merupakan bukti pencatatan atas penjualan barang dagangan secara kredit.
Jumlah harga barang yang dijual (harga neto faktur) merupakan penghasilan
dan akan dicatat pada akun penjualan (K) sekaligus menambah jumlah piutang
usaha (D).
f. Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
Pada saat menjual barang dagangan, pihak penjual juga terikat oleh
syarat jual-beli tertentu. Dengan demikian, kadangkala perusahaan harus
menerima kembali barang yang telah dijualnya. Hal ini terjadi bila barang yang
dijual tersebut tidak sesuai dengan permintaan pembeli atau karena sebab yang
lain. Tentu saja jumlah yang diterima kembali akan mengurangi tagihan dan
disebut retur penjualan.
Alternatif lain adalah barang yang tidak sesuai dengan permintaan
pembeli tersebut tidak perlu diretur, tetapi kepada pembeli diberikan
pengurangan harga. Baik retur penjualan maupun pengurangan harga akan
dicatat pada akun retur penjualan dan pengurangan harga (atau cukup retur
penjualan), dengan bukti pencatatan berupa nota kredit.
Apabila penjual menerima kembali barang yang telah dijualnya kepada
pembeli karena terdapat cacat mutu atau sebab yang lain, maka jumlah harga
barang yang diterima kembali tersebut akan mengurangi jumlah tagihan. Untuk
itu penjual akan mengirimkan nota kredit kepada pihak pembeli atas barang
yang diterimanya kembali. Pengembalian barang dagangan ini akan dicatat
pada kun retur penjualan dan pengurangan harga (D) dan piutang usaha (K).
g. Potongan Penjualan
Sebagai salah satu upaya untuk memotivasi pembeli agar segera
membayar atau mempercepat pelunasan harga barang yang diperjualbelikan,
ada kalanya pihak penjual memberikan potongan tunai atas pelunasan yang
dipercepat oleh pihak pembeli. Tentu saja potongan tunai ini akan mengurangi
jumlah tagihan yang diterima oleh penjual, sehingga jumlah yang diterima
adalah jumlah tagihan dikurangi dengan potongan yang diberikan. Potongan
yang diberikan ini akan dicatat ke akun potongan penjualan, dengan bukti
35
pencatatannya berupa kuitansi tembusan atau bukti kas masuk yang di
dalamnya dijelaskan jumlah potongan yang diberikan.
Perhatikan contoh transaksi penjualan barang dagangan kepada Toko
Adil tanggal 6 Januari 2005 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Hal ini berarti
penjual akan memberi potongan tunai 2% apabila pembeli melunasi harga
barang paling lambat tanggal 16 Januari 2005, sedangkan jatuh tempo kredit
adalah tanggal 14 Februari 2005 (30 hari setelah tanggal transaksi).
h. Beban Angkut Penjualan
Pihak penjual seringkali harus
mengeluarkan biaya untuk pengiriman
barang yang diperjualbelikan sampai ke
tempat pembeli. Hal ini terjadi bila syarat jual
beli menetapkan bahwa ongkos kirim
menjadi tanggungan pihak penjual. Semua
pengeluaran yang menyangkut pengiriman barang terjual, oleh pihak penjual
akan dicatat pada akun beban angkut penjualan, bukti pencatatannya berupa
faktur atau kuitansi (bukti kas keluar).
Jika jual-beli dilakukan dengan syarat penyerahan franko gudang
pembeli, maka semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan penjual.
Semua pengeluaran biaya untuk mengirim barang sampai ke gudang pembeli,
oleh penjual akan dicatat pada akun beban angkut penjualan (D).
i. Persediaan Badang Dagangan
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali ada kalanya selama
periode tertentu belum belum seluruhnya terjual. Dengan kata lain, pada akhir
periode tertentu masih terdapat sisa barang dagangan. Sisa barang dagangan
yang belum terjual ini setelah dihitung nilainya akan dicatat pada akun
persediaan dagangan. Bukti pencatatan untuk persediaan barang dagangan ini
adalah bukti memorial. Dalam pencatatan persediaan terdapat dua cara.
1) Sistem Berkala/Periodik
Dalam sistem berkala/periodik, pendapatan dari penjualan dicatat pada
waktu penjualan dilakukan, tetapi pada saat penjualan tidak langsung dicatat
harga pokok barang yang terjual. Dengan demikian, jika terjadi mutasi/penjualan
barang dagang dicatat pada akun penjualan.
36
Penjualan secara tunai dicatat pada akun kas (D) dan akun penjualan (K),
sedangkan penjualan secara kredit dicatat pada akun piutang usaha (D) dan
penjualan (K).
2) Sistem Perpetual/Permanen
Dalam sistem perpetual/permanent, baik jumlah penjualan maupun harga
pokok penjualan dicatat setiap saat barang dijual. Sistem ini dapat
memperlihatkan besarnya persediaan barang yang ada. Setiap terjadi
mutasi/perubahan barang dagangan dicatat pada akun persediaan barang
dagang, sedangkan besarnya harga pokok dicatat pada akun harga pokok
penjualan. Jika terjadi penjualan barang dagang secara tunai, dicatat pada akun
kas (D), harga pokok penjualan (D), persediaan barang dagan (K), dan
penjualan (K).
Pada perusahaan dagang karena jenis usahanya akan terdapat
persediaan barang dagang. Jumlah persediaan ini sangat besar pengaruhnya
terhadap laba rugi perusahaan, karena nilai persegiaan secara langsung akan
berhubungan dengan harga pokok penjualan maupun harga pokok produksi
barang yang dihasilkan. Dimana harga pokok tersebut selama ini
perhitungannya sebagai berikut.
2. Syarat Pembayaran
Transaksi jual beli akan diikuti dengan sejumlah syarat yang mengikat
kedua belah pihak, khususnya apabila transaksi jual-beli dilakukan secara kredit.
Salah satu syarat tersebut adalah syarat pembayaran. Syarat ini erat
hubungannya dengan potongan tunai (lihat potongan pembelian dan potongan
penjualan) dan jangka waktu kredit atas barang yang diperjualbelikan. Dalam
praktik perdagangan besar, jual beli masih dapat dikategorikan secara tunai
meskipun pembayaran dilakukan beberapa waktu kemudian. Tidak ada
ketentuan umum mengenai batasan jangka waktu jual-beli tersebut masih
dikategorikan tunai, hal ini tergantung pada kesepakatan antara pihak penjual
dengan pembeli. Kebiasaan umum yang berlaku adalah bila jual-beli dilakukan
secara tunai, penjual akan memberikan potongan tunai kepada pembeli.
Syarat pembayaran harus melunasi harga barang paling lambat 30 hari
setelah tanggal transaksi.
37
a. n/30
n/30 artinya, pembeli harus melunasi harga barang paling lambat 30 hari
setelah tanggal transaksi.
b. 2/10, n/30
2/10, n/30 artinya, potongan sebesar 2% akan diberikan apabila pembeli
melunasi harga barang paling lambat 10 hari setelah tanggal transaksi,
sedangkan jangka waktu kredit (n) yang diberikan adalah 30 hari.
c. EOM (End of Month)
EOM (End of Month) artinya, harga neto faktur harus dilunasi paling
lambat pada akhir bulan. Dalam hal ini pihak penjual tidak memberi
potongan tunai pada pembeli. Dari contoh di atas, bila syaratnya EOM
berarti pembeli harus melunasi harga neto faktur sebesar Rp.100.000,00
paling lambat tanggal 31 Januari 2005 tanpa mendapat potongan.
d. n/10, EOM
n/10, EOM artinya, harga neto faktur harus dilunasi paling lambat 10 hari
setelah akhir bulan tanpa mendapat potongan tunai.
Dari contoh di atas apabila syaratnya n/10, EOM pembeli harus
membayar sebesar harga faktur Rp.100.000,00 paling lambat tanggal 10
Februari 2005 tanpa mendapat potongan tunai.
3. Syarat Penyerahan Barang
Selain syarat pembayaran, dalam transaksi jual-beli juga sering
disebutkan adanya syarat penyerahan barang. Syarat penyerahan ini adalah
kesepakatan penjual dengan pembeli yang berhubungan dengan tempat barang
yang akan diserahterimakan setelah terjadi kecocokan mengenai harga. Dengan
kata lain, syarat penyerahan adalah perjanjian antara kedua belah pihak
mengenai siapa yang akan menanggung biaya pengiriman barang dari gudang
penjual sampai ke gudang pembeli.
Simpulan: Syarat penyerahan adalah perjanjian antara pihak penjual
dan pembeli mengenai siapa yang akan menanggung biaya
pengiriman barang dari gudang penjual sampai ke gudang
pembeli.
38
Beberapa syarat penyerahan yang lazim terjadi dalam jual-beli barang
adalah sebagai berikut:
a. Franko Gudang Penjual
Artinya, semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pihak
pembeli atau dengan kata lain barang diserahkan di gudang penjual.
Dalam hal ini, pencatatan transaksi dan pemindahan hak pemilihan atas
barang diakui sejak dari gudang penjual (atau sejak tanggal transasksi).
b. Franko Gudang Pembeli
Artinya, semua ongkos pengiriman barang menjadi tanggungan pihak
penjual atau dengan kata lain barang diserahkan di gudang pembeli.
Dalam hal ini, pencatatan transaksi dan pemindahan hak pemilikan atas
barang diakui setelah barang diterima di gudang pembeli.
c. CIF (Cost, Insurance, and Freight)
Artinya, pihak penjual menanggung biaya pengiriman barang dan premi
asuransi kerugian atas barang tersebut.
d. CIFIC (Cost, Insurance, and Freight Inclusive Commission)
Artinya, sama dengan CIF ditambah dengan tanggungan biaya komisi.
e. Free and Board (FOB) Shipping Point
Artinya, ongkos angkut dari gudang penjual dan ongkos menaikkan
barang ke atas kapal menjadi tanggungan penjual, sedangkan sisanya
(ongkos kapal, ongkos menurunkan dari kapal, dan ongkos angkut dari
pelabuhan sampai di gudang pembeli) menjadi tanggungan pembeli.
f. Free on Board (FOB) Destination Point
Artinya, ongkos angkut dari gudang penjual, ongkos menaikkan barang ke
atas kapal, dan ongkos kapal menjadi tanggungan penjual, sedangkan
sisanya (ongkos menurunkan dari kapal dan ongkos angkut dari
pelabuhan sampai gudang pembeli) menjadi tanggungan pembeli.
B. Jurnal Khusus
1. Definisi Jurnal Khusus
Setiap transaksi yang terjadi dalam perusahaan dicatat dalam buku harian
atau jurnal. Dalam perusahaan kecil, transaksi yang terjadi, baik jumlah maupun
jenisnya relatif sedikit sehingga dalam pencatatannya masih memungkinkan
39
digunakan satu macam buku harian, yaitu jurnal umum. Sebaliknya, untuk
perusahaan besar transaksi yang terjadi, baik jumlah maupun jenisnya sangat
banyak sehingga jika hanya digunakan satu macam jurnal menjadi tidak praktis
atau kurang efisien. Untuk perusahaan yang memiliki transaksi banyak dan
beraneka ragam, dalam pencatatannya perlu diadakan pengelompokkan atau
pemisahan, yaitu untuk transaksi yang sejenis dan sering terjadi, pencatatannya
dilakukan dalam satu macam jurnal, yaitu jurnal khusus. Penggunaan jurnal
khusus akan lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, juga
memungkinkan adanya pembagian pekerjaan atau pekerjaan pencatatan dapat
dilakukan oleh beberapa orang sehingga proses pencatatan akan lebih praktis
dan efisien.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan perbedaan antara jurnal
umum dengan jurnal khusus adalah sebagai berikut.
Jurnal Umum Jurnal Khusus
a. Digunakan untuk mencatat semua
jenis transaksi
b. Bentuk buku harian dengan dua
lajur
c. Penulisan antara akun dan waktu
membuat ayat jurnal dilakukan
setiap transaksi
d. Posting dilakukan untuk tiap-tiap
transaksi
e. Pekerjaan pencatatan dapat
dilakukan oleh semua orang
a. Digunakan untuk mencatat transaksi
yang sejenis dan sering terjadi
b. Bentuk buku harian dengan banyak
lajur
c. Penulisan nama akun pada waktu
membuat ayat jurnal tidak dilakukan
untuk setiap transaksi
d. Posting dilakukan secara kolektif dan
berkala
e. Pekerjaan pencatatan dapat
dilakukan oleh beberapa orang.
2. Jenis Jurnal Khusus
Transaksi yang terjadi dalam perusahaan dagang terdiri atas beberapa
jenis. Tiap-tiap transaksi yang sejenis dan yang sering terjadi, proses
pencatatannya dilakukan dalam jurnal khusus. Jurnal khusus yang diperlakukan
dan sering digunakan oleh perusahaan dagang adalah jurnal pembelian, jurnal
penjualan, jurnal pengeluaran kas, dan jurnal penerimaan kas. Selain keempat
jurnal khusus tersebut, masih diperlukan jurnal umum yang digunakan untuk
40
mencatat transaksi yang tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus, seperti retur
pembelian, retur penjualan, dan penyusutan aktiva tetap.
a.Jurnal Pembelian
Kegiatan pembelian meliputi pembelian barang dagangan dan barang
lainnya, baik secara tunai maupun kredit. Untuk transaksi pembelian secara
kredit pencatatannya digunakan jurnal khusus, yaitu jurnal pembelian. Dengan
demikian, jurnal pembelian adalah jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi pembelian secara kredit.
Pencatatan transaksi pembelian secara kredit dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Jika transaksi hanya terdiri atas pembelian barang dagangan,
pencatatan dapat dilakukan di jurnal pembelian dengan bentuk satu
lajur jumlah atau skontro dan jika terjadi pembelian barang lainnya
dicatat dalam jurnal umum.
2) Jika transaksi terdiri dari pembelian barang dagangan dan barang
lainnya, pencatatan dapat dilakukan di jurnal pembelian dengan bentuk
stafel.
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal pengeluaran kas adalah jurnal khusus yang digunakan untuk
mencatat transaksi-transaksi pengeluaran kas. Transaksi pengeluaran kas
yang sering terjadi dalam perusahaan dagang meliputi pembelian barang
dagangan secara tunai, pembayaran kewajiban dan pembayaran beban
usaha.
Untuk transaksi pengeluaran kas, dicatat di akun kas dan sebagai akun
tandingannya disesuaikan dengan jenis penggunaannya. Misalnya, pembelian
barang dagangan dicatat pada akun pembelian (D) dank as (K), pembayaran
utang usaha dicatat pada akun utang usaha (D) dan akun kas (K), dan
pembayaran beban dicatat pada akun beban (D) dan akun kas (K).
Untuk memudahkan pencatatan transaksi pengeluaran kas, digunakan
jurnal pengeluaran kas dengan bentuk stafel. Setiap transaksi yang sering
terjadi dibuatkan satu kolom khusus, sedangkan untuk transaksi yang jarang
terjadi disediakan kolom serba-serbi.
c. Jurnal Penjualan
41
Kegiatan penjualan meliputi penjualan barang dagangan dan barang
lainnya, baik tunai maupun kredit. Untuk transaksi penjualan secara kredit,
dicatat dalam jurnal khusus, yaitu jurnal penjualan. Dengan demikian, jurnal
penjualan adalah jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat transaksi-
transaksi penjualan barang dagangan secara kredit.
Pencatatan transaksi di jurnal penjualan adalah sebagai berikut:
1) Jika transaksi hanya terdiri atas penjualan barang
dagangan, pencatatan dapat dilakukan dengan jurnal penjualan
berbentuk satu lajur jumlah atau skontro.
2) Jika transaksi terdiri atas penjualan barang dagangan dan barang
lainnya, pencatatan dapat dilakukan dengan jurnal penjualan bentuk
stafel.
d. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas adalah jurnal khusus yang digunakan untuk
mencatat transaksi-transaksi penerimaan kas. Transaksi penerimaan kas
yang sering terjadi meliputi
penjualan barang dagangan
secara tunai, pembayaran piutang
oleh pelanggan, penerimaan bunga, dan
sebagainya. Misalnya, transaksi
penerimaan kas dicatat pada akun kas
dan sebagai akun padanannya
disesuaikan dengan jenis penggunaannya. Transaksi penjualan tunai dicatat
pada akun kas (D) dan penjualan (K), transaksi penerimaan piutang usaha
dicatat pada akun kas (D) dan piutang usaha (K), dan transaksi penerimaan
barang dicatat pada akun kas (D) dan pendapatan bunga (K).
e. Jurnal Umum
Jurnal umum adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi-
transaksi yang tidak bisa dicatat dalam jurnal khusus. Transaksi yang dicatat
ke dalam jurnal umum biasanya retur pembelian, retur penjualan,
pengambilan barang dagangan untuk keperluan keluarga, dan transaksi-
transaksi intern.
C. Buku Besar
42
Jurnal khusus kemudian diposting ke buku besar secara berkala.
Informasi yang disajikan berupa posisi aktiva dan utang pada akhir periode. Oleh
karena itu, untuk memposting jurnal khusu diperlukan buku besar umum dan
buku pembantu.
Buku besar merupanan kumpulan akun yang saling berkaitan dan
menjadi satu kesatuan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan
satu persahaan. Adapun buku besar pembantu adalah akun buku besar yang
dibuat untuk mencatat perincian yang ada dalam buku besar umum yang
bersangkutan.
Buku besar pembantu, diantaranya buku besar pembantu utang, dan buku
besar pembantu piutang dagang.
D. Neraca Saldo
Setelah jurnal di posting ke buku besar, kemudian disusun neraca saldo
yang berisi saldo akun-akun yang ada dalam buku besar. Neraca saldo ini juga
sebagai alat untuk menguji kebenaran proses pecatatan transaksi ke dalam
jurnal dan ke buku besar
Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi dengan Strategi Pembelajaran
Contextual teaching and learning
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar. Dengan demikian,
seseorang dikatakan belajar apabila setelah melakukan kegiatan belajar ia
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan. Misalnya, ia
menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, keterampilannya meningkat,
sikapnya semakin positif, dan sebagainya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
perubahan tingkah laku tanpa usaha dan tanpa disadari bukanlah belajar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Hal ini berarti bahwa belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar dalam tulisan
43
ini yang dimaksud adalah pengetahuan (Hudojo, 1990:2). Perolehan hasil belajar
dapat dilihat, diukur, atau dirasakan oleh seseorang yang belajar atau orang lain,
tetapi tidak demikian halnya dengan proses belajar bagi seseorang yang sedang
belajar. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimanakah terjadinya proses belajar
sehingga seseorang memperoleh pengetahuan?
Terjadinya proses belajar sebagai upaya untuk memperoleh hasil belajar
sesungguhnya sulit untuk diamati karena ia berlangsung di dalam diri seseorang.
Namun demikian, kita dapat mengidentifikasi dari kegiatan yang dilakukannya
selama belajar. Sehubungan dengan hal ini, para ahli psikologi cenderung untuk
menggunakan pola tingkah laku manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip
prinsip belajar. Misalnya Piaget (sebagai “bapak” psikologi kognitif), memandang
bahwa pengetahuan terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi. Maksudnya,
apabila pada seseorang diberikan suatu informasi (persepsi, konsep, dsb), dan
informasi itu sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimiliki orang tersebut, maka
informasi itu langsung berintegrasi (berasimilasi) dengan struktur kognitif yang sudah
ada dan diperoleh pengetahuan baru. Sebaliknya, apabila informasi itu belum cocok
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki orang tersebut, maka struktur kognitif
yang sudah ada direstrukturisasi sehingga terjadi penyesuaian (akomodasi) dan
baru kemudian diperoleh pengetahuan baru.
Dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka
dilakukan inovasi dalam model pembelajaran akuntansi dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu contextual teaching and learning jelajah pasar dan media
permainan monopoli.
Metode Jelajah Pasar
Dua aspek model pembelajaran yang patut diperhatikan adalah Pertama
adalah penekanannya pada pengalaman konkret sekarang untuk mendukung dan
menguji konsep-konsep abstrak. Pengalaman personal langsung dalam poin fokus
pembelajaran memberikan kehidupan, tekstur dan makna personal subyektif bagi
konsep-konsep abstrak tersebut dan pada waktu yang sama juga memberikan
sebuah poin referensi konkret yang dibagi secara umum untuk menguji banyak
implikasi dan validitas ide yang dicipakan selama proses pembelajaran tersebut.
Ketika manusia berbagi suatu pengalaman, mereka bisa membaginya secara penuh,
secara konkret dan secara abstrak.
44
Kedua, penelitian tindakan dan metode latihan kerja didasarkan pada proses-
proses feedback. Konsep feedback yaitu dengan mendeskripsikan proses
pembelajaran sosial dan proses pemecahan masalah/soal yang menghasilkan
banyaknya penyimpangan dari tujuan-tujuan yang diinginkan. Feedback informasi ini
adalah dasar bagi sebuah proses berkelanjutan tindakan yang ditujukan untuk
mencapai tujuan dan konsekuensi tindakan tersebut. Banyak inefektivitas individual
dan organisasional bisa ditelusuri dari kurangnya proses feedback. Inefektivtias ini
menghasilkan ketidakseimbangan antara pengamatan dengan tindakan.
Kedua aspek tersebut harus terintegrasi sehingga meminimalkan
penyimpangan dari tujuan pembelajaran semula.
Pembelajaran dengan contextual teaching and learning jelajah pasar ini
dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami transaksi
perdagangan yang ada di pasar. Dalam metode jelajah pasar, peserta didik
melakukan pengamatan dan wawancara dengan para pedagang di pasar tradisional,
mereka bertugas untuk mencatat semua transaksi yang terjadi antara pedagang
dengan konsumen langsung dan pedagang dengan supplier. Mereka juga
mengamati apa yang terjadi dengan transaksi tunai dan transaksi kredit, perhitungan
potongan pembelian, retur pembelian, juga perhitungan potongan penjualan dan
retur penjualan juga jatuh tempo pembayaran transaksi kredit. Hasil pengamatan
tersebut nantinya dipresentasikan didepan kelas.
Metode jelajah pasar sengaja diciptakan dalam rangka mengintegrasi
pengalaman konkret atau nyata untuk mendukung konsep-konsep abstrak yang
diterima peserta didik di dalam kelas. Feedback dilakukan untuk melihat efektivitas
metode tersebut dengan memberi kesempatan pada peserta didik menyampaikan
pengalamannya selama melakukan observasi di pasar tradisional.
Peserta didik sedang melakukan pengamatan dan wawancara dengan pedagang di pasar Jetis Salatiga (atas)
45
Hasil pengamatan dipresentasikan di dalam kelas (bawah)
Pada presentasi tersebut, peserta didik mengetahui macam-macam transaksi
yang terjadi pada usaha dagang, seperti transaksi pembelian, penjualan, retur
pembelian, retur penjualan, piutang, hutang dan lain sebagainya. Yang menarik
adalah, mereka juga mendiskusikan mengenai filosofi para pedagang di pasar
tersebut, perjalanan hidupnya, jatuh bangunnya, hingga sukses menjadi pedagang,
dapat membeli rumah dan menyekolahkan anak-anak mereka hingga sarjana.
Bahwa tidak boleh putus asa, pantang menyerah, harus teliti dalam membeli produk
dari supplier, memperjelas perjanjian dagang antar penjual dengan supplier,
Dari presentasi dan diskusi yang dilakukan tersebut, peserta didik terlibat
langsung dalam observasi merasa senang dan termotivasi, disamping integrasi
pembelajaran abstrak dan nyata yang mereka temukan, mereka mempelajari
pengalaman hidup, proses suatu usaha dagang dari modal kecil, hingga menjadi
besar.
Integrasi ini ternyata menginspirasi peserta didik untuk tidak mudah putus asa
dan kuat dalam menjalani kehidupan. Seorang peserta didik bahkan bersemangat
menceritakan kisah seorang ibu yang memiliki usaha dagang cukup besar di pasar
tersebut. Peserta didik ini bahkan ikut memberi semangat teman-temannya agar
tidak mudah putus asa dan kelak dapat menjadi manusia yang mandiri tidak terus
bergantung dengan orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Pengangguran dan
tingkat kemiskinan di Indonesia belum mengalami penurunan yang berarti, sehingga
dibutuhkan anak muda-anak muda yang kreatif, berani dan tidak mudah putus asa
untuk dapat bertahan dalam persaingan hidup yang tidak mudah ini.
46
Gambar peserta didik mewawancari pemilik kiosSeorang ibu pemilik kios, sambil menata dagangannya dengan senang hati menceritakan
kisah hidupnya yang penuh tantangan dan sukses pada akhirnya
Seorang peserta didik yang lain bahkan mulai merancang untuk membuat
usaha dagang yang menguntungkan dan dapat menolong orang lain, karena mereka
memiliki prinsip, tujuan menjadi kaya adalah agar dapat bersodaqoh lebih banyak
lagi.
Integrasi ini tidak hanya memenuhi tujuan pembelajaran akuntansi agar dapat
memahami macam-macam transaksi usaha dagang, namun juga menginspirasi dan
memotivasi peserta didik bahwa ada kehidupan yang lebih keras dan berat di luar
sana, semua orang pasti mengalaminya, namun yang berbeda adalah bagaimana
kita menyikapinya, bagaimana kita menghadapinya. Para pedagang di pasar
tersebut buktinya. Mereka berdagang dari usaha kecil menempel di kios orang,
hingga dapat membeli kios sendiri dan menguliahkan anak-anaknya hingga selesai.
Media Accounting game
Media Accounting game ini sama seperti media permainan monopoli yang
sengaja dibuat untuk mempermudah peserta didik dalam memahami pencatatan
transaksi akuntansi secara langsung, seperti misalnya, apa yang terjadi dengan
uang kas mereka jika mereka membeli barang atau rumah, bagaimana dengan jika
mereka menerima sewa tanah, atau menerima uang dari penjualan rumah mereka,
membayar pajak, memperoleh asuransi, memperoleh pinjaman bank dan masih
banyak lagi, transaksi-transaki yang terbentuk dari permainan monopoli ini yang
selanjutnya penulis beri nama accounting game. Dengan media ini peserta didik
tidak hanya melakukan pengamatan namun juga terlibat langsung dalam transaksi
47
jual beli, disamping itu peserta didik juga belajar untuk mengatur keuangan,
sehingga perdagangan yang mereka lakukan dapat menguntungkan.
Gambar Media Accounting game
Media Accounting game yang digunakan adalah Media yang dibuat oleh
penulis dan pernah memperoleh penghargaan sebagai finalis (5 besar) pada Lomba
Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh LIPI
pada tahun 2009.
Permainan dengan media Accounting game ini memerlukan kecerdasan,
ketegasan, dan ketangkasan para pemain dalam mengadakan transaksi kombinasi
antara menyewakan, menjual dan membeli harta kekayaan hingga akhirnya salah
seorang menjadi orang kaya mutlak
Permainan ini dimulai di kotak START dan berjalan seterusnya sesuai dengan
angka-angka yang tertunjuk di kartu dadu. Pemain yang berhenti di atas sebuah
tanah bangunan yang belum dimiliki oleh lain pemain, berhak membelinya dari bank
dengan harga yang telah ditentukan di papan permainan. Kalau pemain tersebut tak
berhasrat membeli tanah bangunan tadi, maka bank berhak menjualnya kepada
penawar yang tertinggi. Tujuan utama memiliki tanah bangunan sebanyak mungkin
ialah memungut sewa dari pemain yang berhenti di atas tanah milik tersebut. Uang
sewa dapat dipungut lebih banyak lagi kalau di tanah-tanah bangunan didirikan
rumah-rumah atau hotel. Hanya kalau sudah memiliki 1 (satu) kompleks tanah
bangunan (lihat huruf abjad (alphabet) yang bersamaan), pemain diijinkan
membangun rumah-rumah atau hotel. Kotak-kotak DANA UMUM & KESEMPATAN
48
Gambar suasana di dalam kelasAsyik bermain hingga tidak menyadari bel sudah berbunyi
memberi ketika kepada pemain mengambil kartu yang telah tersedia dan harus taat
pada keterangan di dalam kartu.
Board accounting game yang sudah dipersiapkan oleh guru, dibuat dengan
versi yang sedikit berbeda, seperti misalnya uang yang digunakan diberi variasi dan
gambar grup band kesukaan anak muda saat ini yaitu Avanged Sevenfold, demikian
pula dengan gambar-gambar di board dan pada kartu kesempatan dan dana umum.
Semuanya dibuat semenarik mungkin sehingga peserta didik merasa nyaman dan
senang belajar akuntansi.
Jika dalam
jelajah pasar peserta
didik, hanya
melakukan
pengamatan,
wawancara,
presentasi dan diskusi,
dalam permainan ini
peserta didik terlibat
langsung dalam
transaksi
perdagangan, mereka
juga dituntut untuk
mengatur keuangan, agar uang mereka dapat berkembang.
Sebagian besar kesulitan anak-anak dalam pembelajaran akuntansi, adalah
mereka kurang merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu diperlukan media yang pas guna menjembatani pembelajaran akuntansi
khususnya perusahaan dagang dengan kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran
yang digunakan adalah media accounting game. Peserta didik yang dilibatkan dalam
permainan akuntansi ini diharapkan lebih mudah dalam mempelajari transaksi-
transaksi akuntansi perusahaan dagang, sehingga dapat dengan mudah menyusun
suatu siklus akuntansi perusahaan dagang. Hasil pembelajaran untuk kegiatan ini
adalah menulis semua transaksi yang mereka lakukan dalam satu kali permainan.
Rencana berikutnya mereka menyusun transaksi tersebut dalam bentuk jurnal
umum, jurnal khusus, buku besar, kertas kerja, laporan perubahan modal, laporan
laba rugi dan neraca.
49
Saat permainan berlangsung di dalam kelas, peserta didik dibagi menjadi 7
kelompok, masing-masing kelompok lima orang, 4 orang bermain sebagai pemain,
dan 1 orang bertugas menjadi bankir. Pada gambar juga terlihat setiap pemain
membuat catatan transaksinya dalam pada selembar kertas.
Permainan ini persis sama dengan permainan monopoli, namun papan
permainan dan seluruh alat-alat dibuat disesuaikan dengan permainan akuntansi.
Hasil pembelajaran adalah catatan transaksi dan komentar peserta didik atas
permainan tersebut, pada umumnya mereka menyukai cara belajar akuntansi
perusahaan dagang, dengan media accounting game ini. Hal ini juga ditunjukkan
dengan antusiasme mereka saat waktu belajar habis, mereka masih belum ingin
berhenti bermain.
Ketika dilakukan evaluasi, setiap peserta didik diminta untuk membuat
transaksi atas perdagangan yang mereka lakukan dan hasilnya mereka memahami
cara mencatat transaksi pada setiap perdagangan yang mereka lakukan.
Penggunaan media pembelajaran accounting game ini berhasil memotivasi
dan meningkatkan minat peserta didik untuk belajar akuntansi, hal ini ditunjukkan
dengan antusiasme mereka dalam bermain, suasana gaduh dan riuh karena
serunya permainan, juga pemahaman mereka untuk menggunakan strategi dalam
berinvestasi juga mewarnai permainan ini.
Metode pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, membuat
peserta didik secara tidak sadar menemukan sendiri konsep dari materi ajar sesuai
tujuan pembelajaran yang ditetapkan memang tidak mudah. Namun dengan
penelitian tindakan kelas, dan analisis yang berkelanjutan akan lebih mempermudah
guru dalam melakukan inovasi terhadap metode pembelajaran di kelas.
Seorang guru hendaknya memiliki kreatifitas dan sensitivitas yang tinggi
dalam mengajar. Sehingga ia dapat menemukan metode pembelajaran yang tepat
bagi peserta didiknya. Metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan kondisi kelas, yang terpenting adalah tidak memaksa peserta didik,
membuat suasana kelas enjoyable dan nyaman, sehingga mereka dapat menyerap
informasi dan semua kejadian pada tindakan yang dilakukan guru dengan baik.
50
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta:
Depdikbud.
Abu Muhammad Ibnu Abdullah. 2008. Prestasi Belajar, (Online) (http://spesialis-
torch.com, diakses 10 Februari 2010).
Adi Satrio. 2005. Kamus Ilmiyah Populer. Visi7.
Ahmad Tafsir. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di
Sekolah. Bandung: Maestro.
A.M, Sardiman. 2005. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Asnawi, Yahya. 2010. Kajian Teoritis Prestasi Belajar. Website: www.areefah.tk ,
diakses 10 Februari 2010)
Darsono,Max, dkk. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press
http://ditptksd.go.id. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Anak, (Online) (http://ditptksd.go.id, diakses 10 Februari 2010)
Gold, Steven. 2004. E Experiental Learning, Rochester Institute of Technology
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Akuntansi. Malang: IKIP
Malang
Johnson, Elaine B. Contextual teaching and learning: menjadikan kegiatan
belajar mengajar mengasyikkan dan bermakna. Mizan Learning Center
2007
Loekmono, Lobby. 1994.Belajar Bagaimana Belajar. Salatiga: PT BPK Gunung
Mulia
Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nasution, 1994. Asas-asas Kurkulum. Jakarta: Rineka Cipta
Noehi Nasution. Et.all. 1998. Materi Pokok Psikologi Pendidikan. Jakarta:
direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan
Universitas Terbuka.
Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
51
Nur, M. 2001. Pemotivasian Peserta didik Untuk Belajar. Buku ajar mahapeserta
didik: Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Rosiqoh, Anis. 2009. Model pembelajaran Akuntansi dengan Quantum Teaching.
Penelitian Tindakan Kelas. MAN Salatiga.
S. K. Grewal, N. Panteli. 2005. Experiental Learning and E Learning. University
of Bath, England
Syah, Muhibbin. 1999, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cetakan
keempat, Bandung Rosda
SJ, Drost. 2000, Reformasi Pengajaran, Salah Asuhan Orangtua?, Grasindo,
Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar, (Online)
(http://sunartombs.wordpress.com, diakses 10 Februari 2010)
Suryabrata. Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tu’u, Tulus,2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Peserta didik.
Jakarta: Grasindo
Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia
52
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Institusi : MAN SALATIGA
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1 (III/b)
dengan ini menyatakan bahwa Essay yang berjudul “Pembelajaran Akuntansi yang
Menyenangkan” adalah benar-benar hasil buah pikiran saya, yang diajukan untuk
mengikuti kegiatan Lomba Karya Tulis Guru Kreatif yang diselenggarakan oleh Magistra
Utama. Essay ini belum pernah diikutkan pada ajang kompetisi serupa yang
diselenggarakan oleh instansi/lembaga lainnya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di
kemudian hari ditemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan surat pernyataan ini,
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengetahui Salatiga, 5 Juli 2010 Kepala Madrasah Yang menyatakan,
Dr. H. Badaruddin, M.Ag Ameliasari Tauresia Kesuma, SE NIP.19501211 197903 1 003 NIP.19740430 200501 2 001
KEMENTERIAN AGAMAMADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Telp. 323031SALATIGA 50714
SURAT KETERANGAN
No. …………..…………………….
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala MAN SALATIGA:
Nama : DR. H. BADARUDDIN, M.Ag
NIP : 19501211 197903 1 003
Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1 (VI/b)
dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1(III/b)
adalah benar-benar guru pada MAN SALATIGA yang mengampu bidang studi EKONOMI. Bahwa yang bersangkutan bermaksud mengajukan Essay yang berjudul “Pembelajaran Akuntansi yang Menyenangkan” dalam rangka untuk berpartisipasi pada kegiatan Lomba Karya Tulis Guru Kreatif se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Magistra Utama.
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 5 Juli 2010
Kepala Madrasah
Dr. H. Badaruddin, M.AgNIP. 19501211 197903 1 003
KEMENTERIAN AGAMAMADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Telp. 323031SALATIGA 50714
SURAT KETERANGAN
No. …………..…………………….
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala MAN SALATIGA:
Nama : DR. H. BADARUDDIN, M.Ag
NIP : 19501211 197903 1 003
Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1 (VI/b)
dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1(III/b)
adalah benar-benar guru pada MAN SALATIGA yang mengampu bidang
studi EKONOMI sejak tahun 2003 hingga sekarang.
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Salatiga, 5 Juli 2010
Kepala Madrasah
Dr. H. Badaruddin, M.AgNIP. 19501211 197903 1 003
BIODATA
1. Nama : Ameliasari Tauresia Kesuma, SE
2. NIP / NIK : 197404302005012001
3. Pangkat/Golongan : Penata Muda tk.1 (III/b)
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Tempat, tgl lahir : Solo, 30 April 1974
6. Pendidikan Terakhir : S1 Ekonomi
7. Akta Mengajar : Memiliki
8. Alamat Rumah : Jl. Kauman No.3 Salatiga 50714
9. No Telp/HP : 0815 7777 081
10.Homepage/Blog : - http://leakesuma.multiply.com
- http://raihanaurora.multiply.com
11.E-mail : [email protected]
12.Sekolah Tempat Tugas
1) Nama : MAN Salatiga
2) Website : http://mansalatiga.sch.id
3) Alamat Sekolah : Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12
4) Kecamatan : Sidorejo
5) Kabupaten/Kota : Salatiga
6) Provinsi : Jawa Tengah
7) No. Telp. Sekolah : (0298) 323031
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Institusi : MAN SALATIGA
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1 (III/b)
dengan ini menyatakan bahwa Essay yang berjudul “Pembelajaran Akuntansi yang
Menyenangkan” adalah benar-benar hasil buah pikiran saya, yang diajukan untuk
mengikuti kegiatan Lomba Karya Tulis Guru Kreatif yang diselenggarakan oleh Magistra
Utama. Essay ini belum pernah diikutkan pada ajang kompetisi serupa yang
diselenggarakan oleh instansi/lembaga lainnya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di
kemudian hari ditemukan kenyataan yang tidak sesuai dengan surat pernyataan ini,
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mengetahui Salatiga, 5 Juli 2010 Kepala Madrasah Yang menyatakan,
Dr. H. Badaruddin, M.Ag Ameliasari Tauresia Kesuma, SE NIP.19501211 197903 1 003 NIP.19740430 200501 2 001
KEMENTERIAN AGAMAMADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Telp. 323031SALATIGA 50714
SURAT KETERANGAN
No. …………..…………………….
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala MAN SALATIGA:
Nama : DR. H. BADARUDDIN, M.Ag
NIP : 19501211 197903 1 003
Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1 (VI/b)
dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1(III/b)
adalah benar-benar guru pada MAN SALATIGA yang mengampu bidang studi EKONOMI. Bahwa yang bersangkutan bermaksud mengajukan Essay yang berjudul “Pembelajaran Akuntansi yang Menyenangkan” dalam rangka untuk berpartisipasi pada kegiatan Lomba Karya Tulis Guru Kreatif se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Magistra Utama.
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 5 Juli 2010
Kepala Madrasah
Dr. H. Badaruddin, M.AgNIP. 19501211 197903 1 003
KEMENTERIAN AGAMAMADRASAH ALIYAH NEGERI SALATIGA
Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Telp. 323031SALATIGA 50714
SURAT KETERANGAN
No. …………..…………………….
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala MAN SALATIGA:
Nama : DR. H. BADARUDDIN, M.Ag
NIP : 19501211 197903 1 003
Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1 (VI/b)
dengan ini menerangkan bahwa :
Nama : AMELIASARI TAURESIA KESUMA, SE
NIP : 19740430 200501 2 001
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tk.1(III/b)
adalah benar-benar guru pada MAN SALATIGA yang mengampu bidang
studi EKONOMI sejak tahun 2003 hingga sekarang.
Demikian surat keterangan ini saya buat, untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
Salatiga, 5 Juli 2010
Kepala Madrasah
Dr. H. Badaruddin, M.AgNIP. 19501211 197903 1 003
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
EMPIRIK
FOTOKEGIATAN PEMBELAJARAN
JELAJAH PASAR
DAN
ACCOUNTING
GAME
FILM
PROSES
SIMULASI
METODE
PORTOFOLIO UJI
COBA METODE
DAN HASIL
PENELITIAN