ESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY Brassica …repository.ub.ac.id/6733/1/Monika...
Transcript of ESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY Brassica …repository.ub.ac.id/6733/1/Monika...
i
ESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI NUTRISI DAN MEDIA TANAM SISTEM HIDROPONIK
Oleh:
MONIKA AFTHANSIA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
ii
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAKCOY
(Brassica rapa L.) PADA BERBAGAI KONSENTRASI NUTRISI
DAN MEDIA TANAM SISTEM HIDROPONIK
Oleh:
MONIKA AFTHANSIA
135040218113004
MINAT BUDIDAYA PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
MALANG
2017
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brassica
rapa L.) Pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi dan Media Tanam
Sistem Hidroponik
Nama Mahasiswa : Monika Afthansia
NIM : 135040218113004
Jurusan : Budidaya Pertanian
Program Studi : Agroekoteknologi
Tanggal Persetujuan :
Disetujui,
Pembimbing Utama,
Prof. Dr. Ir. Moch. Dawam Maghfoer, MS. NIP. 195707141981031004
Diketahui,
Ketua Jurusan,
Dr. Ir. Nurul Aini, MS. NIP. 196010121986012001
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
MAJELIS PENGUJI
Tanggal Lulus :
Penguji II
Prof. Dr. Ir. Moch. Dawam Maghfoer, MS. NIP. 195707141981031004
Penguji III
Dr. Ir. Andy Soegianto, CESA. NIP. 195602191982031002
Penguji I
Dr. Ir. Agus Suryanto, MS.
NIP. 195508181981031008
v
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyatan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar
di perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang
dengan jelas ditujukan rujukannya dalam naskah ini dn disebutkan dalam daftar
pustaka.
Malang Agustus 2017
Monika Afthansia
vi
RINGKASAN
Monika Afthansia. 135040218113004. Respon Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy
(Brassica rapa L.) Pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi dan Media Tanam Sistem
Hidroponik. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Moch. Dawam Maghfoer, MS.
Pakcoy (Brassica rapa L.) merupakan hasil dari sektor pertanian yang memiliki
permintaan konsumsi tinggi, sehingga pakcoy memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian. Hidroponik adalah solusi dari masalah alih fungsi lahan karena menggunakan
sistem budidaya tanpa tanah. Hidroponik terdiri dari dua macam yaitu hidroponik kultur
air dan hidroponik substrat. Hidroponik substrat adalah sistem hidroponik yang
menggunakan media padat. Kesesuaian konsentrasi nutrisi dan pemilihan media tanam
merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya sistem hidroponik. Sehingga perlu
dilakukan penelitian EC untuk mendapatkan konsentrasi nutrisi pada media tanam sayuran
daun.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi nutrisi dan media
tanam yang sesuai pada pertumbuhan dan hasil pakcoy (Brassica rapa L.) sistem
hidroponik.
Penelitian dilaksanakan di greenhouse Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM)
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dari bulan Januari - Maret 2017. Kondisi daerah
penelitian memiliki suhu 260C dan kelembaban 74%. Penelitian menggunakan Rancangan
Acak Kelompok yang terdiri dari 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah
konsentrasi nutrisi dan faktor kedua adalah media tanam. Faktor pertama terdiri dari 4 taraf
yaitu konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm, sedangkan
faktor kedua terdiri dari 4 taraf yaitu media tanam arang sekam 100%, arang sekam 75% +
cocopeat 25%, arang sekam 50% + cocopeat 50% dan arang sekam 25% + cocopeat 75%.
Pengamatan komponen pertumbuhan meliputi jumlah daun pertanaman, tinggi tanaman,
luas daun, diameter batang dan berat kering. Pengamatan panen meliputi bobot segar total
tanaman, bobot segar yang dikonsumsi pertanaman dan indeks panen. Analisis data
menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% yang dilanjutkan dengan uji BNT
dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara faktor media tanam
dan konsentrasi nutrisi pada parameter pengamatan tinggi tanaman umur 14 hst. Media
arang sekam 50% + cocopeat 50% yang diikuti dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 2.0
mS/cm sampai dengan 3.0 mS/cm menunjukkan peningkatan tinggi tanaman. Perlakuan
konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm menunjukkan hasil terbaik pada parameter pengamatan
jumlah daun, luas daun, diameter batang, bobot segar total tanaman dan bobot segar yang
dikonsumsi. Pada perlakuan media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% menunjukkan
hasil terbaik pada parameter pengamatan jumlah daun, diameter batang, tinggi tanaman,
luas daun, bobot segar total tanaman, bobot segar yang dikonsumsi dan indeks panen.
SUMMARY
vii
Monika Afthansia. 135040218113004. Growth and Yield Response of Pakcoy
(Brassica rapa L.) at Various Nutrient Concentrations and Growing Media
Hydroponic System. Under the supervision of Prof. Ir. Dr. Moch Dawam
Maghfoer, MS. Pakcoy (Brassica rapa L.) is one of result of the agricultural sector which has high
consumption demand, as of that, pakcoy has a good prospect to be developed. The
increasing number of population causes conversion of agricultural land. Hydroponics is the
solution of land conversion problem, because the cultivation system was done without soil.
Hydroponics consist of two types, there are water culture hydroponics and hydroponics
substrate. Hydroponic substrate is a hydroponic system which use a solid medium. The
suitability of nutrient concentration and the selection of planting medium is one of the
important factors in hydroponic cultivation system. After all, it is necessary to do and EC
research to get the nutrient concentration on vegetable leaf planting medium.
The aim of this research was to obtain nutrient concentration and an appropriate
planting medium on growth and yield of pakcoy (Brassica rapa L.)in hydroponic system.
This research was conducted in the green house of Balai Besar Latihan Masyarakat
(BBLM) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta from January until March 2017. The
condition of the research area was on the 260C and 74% of humidity. The research method
used Randomized Block Design with two factors and three replications. The first factor
was nutrient concentration and the second one was the planting medium. The first factor
consist of four levels, there were nutrient concentration 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm
and 3.5 mS/cm. Meanwhile, the second factor consist of four levels, charcoal husk planting
medium 100%, charcoal husk 75% + coco peat 25%, charcoal husk 50% + coco peat 50%
and charcoal husk 25% m+ coco peat 75%. The observation of growth component included
the number leaves, plant’s height, leaf area, stem diameter, and dry weight. The harvest
observation included the total fresh plant’s weight, the fresh weight consumed by the crop
and the harvest index. The data obtained analyzed using analysis of variance (F test)
followed by Least Significant Difference (LSD) test 5%.
The result showed that there was an interaction between factor of planting media
and nutrient concentration on parameter of plant height at the age of 14 day after
transplanting. Combination of planting media charcoal husk 50% + cocopeat 50% with
increase nutrient concentration 2.0 mS/cmto 3.0 mS/cm showed best plant height. The
treatment of nutrient concentration of 3.0 mS/cm showed the best result on observation
parameters of leaf number, leaf area, stem diameter , total fresh weight of plant, and fresh
weigh t consumed.The treatment of charcoal husk medium 25% + coco peat 75% showed
the best result on observation parameters of leaf number, stem diameter, plant height, leaf
area, total fresh weight of plant, fresh weight consumed and harvest index.
KATA PENGANTAR
viii
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpah kan rahmat dan hidayah-Nya yang telah menuntun penulis dalam
menyelesaikan Skripsi berjudul “Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakcoy
(Brassica rapa L.) Pada Berbagai Konsentrasi Nutrisi dan Media Tanam Sistem
Hidroponik”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Moch. Dawam
Maghfoer, MS selaku dosen pembimbing atas segala kesabaran, nasihat dan arahan
dan bimbingannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan nasihat, doa dan
dukungannya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Besar Latihan
Masyarakat (BBLM) Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan fasititas
dalam kegiatan penelitian skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, Agustus 2017
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
Penulis dilahirkan di Kediri 06 Oktober 1994 sebagai putri kedua dari dua
bersaudara dari Bapak Jatmiko dan Ibu Katianik. Penulis Menempuh Pendidikan
Dasar di SDN Burengan 4 Kota Kediri pada tahun 2001 sampai 2007, kemudian
penulis melanjutkan ke SMP Pawyatan Daha 1 Kota Kediri pada tahun 2007 dan
lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke SMAN
6 Kota Kediri dan lulus pada tahun 2013. Pada Tahun 2013 Penulis melanjutkan ke
pendidikan Stara 1 di Program Studi Agroekoteknologi di Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur melalui jalur Ujian Seleksi Bidikmisi.
Selama menempuh pendidikan S1 penulis aktif pada organisasi kemahasiswaan
EKM (Eksekutif Keluarga Mahasiswa) sebagai staf PSDM (Pengembangan
Sumber Daya Mahasiswa) dan EKMF (Eksekutif Keluarga Mahasiswa Fakultas)
Pertanian sebagai koordinator Divisi DANKOM (Dana dan Komunikasi) pada
tahun 2016. Penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan Festifal Brawijaya tahun 2016
pada divisi Dakeship. Penulis pernah menjadi asisten praktikum di Universitas
Brawijaya pada Mata Kuliah Dasar Budidaya Tanaman, Dasar Ilmu Tanah dan
Mekanisasi Pertanian.
x
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i
RINGKASAN .................................................................................................. ii
SUMMARY ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) ................................................ 3
2.2 Hidroponik ........................................................................................ 4
2.3 Nutrisi Hidroponik ............................................................................ 5
2.4 Media Tanam Hidroponik ................................................................ 7
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................10
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................10
3.3 Metode Penelitian..............................................................................10
3.4 Pelaksanaan Percobaan .....................................................................11
3.5 Pengamatan .......................................................................................13
3.6 Analisis Data .....................................................................................15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ..................................................................................................16
4.2 Pembahasan ......................................................................................25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................30
5.2 Saran ..................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................31
LAMPIRAN .......................................................................................................34
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Kombinasi Perlakuan Antara Konsentrasi Nutrisi dan Media Tanam ........ 11
2. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Pakcoy Akibat Interaksi Antara Macam
Media Tanam dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 14 HST ....................... 16
3. Rerata Tinggi Tanaman (cm) Pakcoy Pada Perlakuan Macam Media
Tanam dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 21 dan 28 HST ...................... 17
4. Rerata Jumlah Daun (Helai) Pakcoy Pada Perlakuan Macam Media Tanam
dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 14, 21 dan 28 HST ............................ 18
5. Rerata Diameter Batang (cm) Pakcoy Pada Perlakuan Macam Media
Tanam dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 14, 21 dan 28 HST ................ 19
6. Rerata Luas Daun (cm2) Pakcoy Pada Perlakuan Macam Media Tanam dan
Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 14, 21 dan 28 HST ................................... 20
7. Rerata Berat Kering (g) Pakcoy Pada Perlakuan Antara Macam Media
Tanam dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 30 HST .................................. 21
8. Rerata Bobot Segar Total Tanaman (g) Pakcoy Pada Perlakuan Antara
Macam Media Tanam dan Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 30 HST .......... 22
9. Rerata Bobot Segar Yang Dikonsumsi (g) Pakcoy Pada Perlakuan Antara
Macam Media Tanam dan Konsetrasi Nutrisi Pada Umur 30 HST ............ 23
10. Rerata Indeks Panen (g) Pakcoy Pada Perlakuan Macam Media Tanam dan
Konsentrasi Nutrisi Pada Umur 30 HST ..................................................... 24
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) .............................................................. 3
2. Denah petak percobaan dan pengacakan dalam greenhouse ......................... 38
3. Denah pengambilan contoh ............................................................................. 39
4. Perlakuan media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% dan konsentrasi
nutrisi 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm ............................ 40
5. Perlakuan media tanam arang sekam 50% + cocopeat 50% dan konsentrasi
nutrisi 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm ............................ 40
6. Perlakuan media tanam arang sekam 75% + cocopeat 25% dan konsentrasi
nutrisi 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm ............................ 4
7. Perlakuan media tanam arang sekam 100% dan konsentrasi nutrisi 2.0
mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm ............................................ 41
8. Kondisi pakcoy di lapang saat umur 28 hst ................................................... 42
9. Kegiatan pengamatan ..................................................................................... 42
10. Penyemaian, pembibitan, persiapan media tanam dan trasnsplanting ........ 42
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Analisis ragam (anova) tinggi tanaman pakcoy ............................................34
2. Analisis ragam (anova) jumlah daun tanaman pakcoy ...................................34
3. Analisis ragam (anova) diameter batang tanaman pakcoy ..............................35
4. Analisis ragam (anova) luas daun tanaman pakcoy ........................................36
5. Analisis ragam (anova) berat kering tanaman pakcoy ....................................37
6. Analisis ragam (anova) bobot segar total tanaman pakcoy .............................37
7. Analisis ragam (anova) bobot segar tanaman yang dikonsumsi ....................37
8. Analisis ragam (anova) indeks panen tanaman pakcoy ..................................37
9. Denah percobaan pada greenhouse ................................................................ 38
10. Plot penambilan sampel ................................................................................ 39
11. Dokumentasi penelitian ................................................................................ 40
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian adalah salah satu sektor terpenting yang ada di Indonesia.
Sayuran pakcoy merupakan hasil dari sektor pertanian yang memiliki permintaan
konsumsi tinggi, sehingga pakcoy memiliki prospek yang baik untuk
dikembangkan. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan terjadinya
peningkatan alih fungsi lahan pertanian. Hidroponik merupakan solusi dari
masalah alih fungsi lahan karena menggunakan sistem budidaya tanpa tanah yang
terdiri dari 2 macam yaitu hidroponik kultur air dan hidroponik substrat.
Hidroponik kultur air adalah keadaan akar tanaman terendam dalam media
cair yang merupakan media cair yang mengandung nutrisi. Hidroponik substrat
merupakan sistem hidroponik yang menggunakan media tanam substrat atau
selain air. Media tanam yang digunakan dalam sistem hidroponik untuk
pertumbuhan tanaman memiliki kandungan hara yang cukup rendah, sehingga
diperlukan penambahan larutan nutrisi. Nutrisi merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan tanaman sehingga harus mengandung unsur garam-garam mikro dan
makro untuk pertumbuhan tanaman yang dibuat dalam larutan stok A dan stok B
(Samanhudi dan Harjoko, 2010).
Larutan nutrisi merupakan faktor penting dalam budidaya sistem
hidroponik. Hartus (2002) menyatakan bahwa kunci keberhasilan dalam usaha
hidroponik adalah larutan nutrisi. Larutan nutrisi harus memenuhi persyaratan
konsentrasi larutan nutrisi dan dosis yang tepat bagi masing-masing jenis tanaman
serta volume yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Konsentrasi nutrisi mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Menurut hasil penelitian Yusniwati, Sufiliansyah dan Daryati (2004) bahwa
konsentrasi nutrisi mampu mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun dan
diameter batang. Konsentrasi nutrisi harus diaplikasikan untuk tanaman yang
sesuai dengan ebutuhan tanaman. Pakcoy memerlukan nutrisi yang mengandung
unsur hara makro dan mikro. Unsur makro terdiri dari N, P, K, Ca, Mg dan S,
sedangkan unsur hara mikro terdiri dari Fe, Mn, Cu, Zn, B dan Mo.
2
Pemilihan media tanam harus dilakukan dengan selektif karena mampu
mempengaruhi dalam proses penyerapan nutrisi. Menurut Prihmantoro dan
Indriani (2003) yang menyampaikan bahwa media tanam arang sekam memiliki
kelebihan yaitu porositas yang baik, mudah didapat, ringan, tidak mudah
menggumpal dan relatif lebih murah. Arang sekam memiliki karakteristik ringan,
kasar sehingga memiliki sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi,
berwarna hitam dan dapat mengabsorbsisinar matahari dengan efektif. Arang
sekam memiliki jumlah rongga yang banyak sehingga aerasi dan drainase baik
dan berpengaruh mempermudah pergerakan akar tanaman dalam media tanam
(Wuryaningsih, 2008).
Cocopeat adalah serbuk halus sabut kelapa yang dihasilkan dari proses
penghancuran sabut kelapa. Cocopeat mengandung unsur hara makro dan mikro
yang dibutuhkan tanaman antara lain kalium, fosfor, kalsium, magnesium dan
natrium. Cocopeat memiliki kapasitas menahan air hingga 73% dengan kuat dan
mampu mengikat air (Creewell, 2009). Sehingga cocopeat merupakan salah satu
media tanam yang baik digunakan sebagai media tanam.
Kesesuaian media tanam dan konsentrasi nutrisi merupakan faktor penting
untuk pertumbuhan dan hasil tanaaman. Sehingga perlu dilakukan penelitian EC
untuk mendapatkan konsentrasi nutrisi pada media tanaman sayuran daun.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan konsentrasi nutrisi
dan media tanam yang sesuai pada pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy
(Brassica rapa L.) sistem hidroponik.
1.3 Hipotesis
Respon perbedaan macam media tanam dan konsentrasi nutrisi terhadap
pertumbuhan dan hasil pakcoy (Brassica rapa L.) sistem hidroponik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.)
Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah salah satu tanaman hortikultura yang
memiliki umur panen pendek. Pakcoy adalah salah satu tanaman sayuran yang
dikonsumsi pada bagian daunnya dan banyak diminati oleh masyarakat Indonesia
karena memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan karena mengandung gizi
yang tinggi. Menurut Cahyono (2003) tanaman pakcoy termasuk dalam Kingdom
Plantae, Subkingdom Tracheobionta, Subdivisi Spermatophyte, Divisi
Magnoliophyta, Kelas Dicotyledone, Sub kelas Dilleniidae, Ordo Capparales,
Famili Brassicaceae, Genus Brassica dan Spesies Brassica rapa L. Fahrudin
(2009) melaporkan bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam tanaman pakcoy
adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, Fe, Vitamin A, B dan C.
batang daun
tangkai daun
Gambar 1. Tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) (Margiyanto, 2007).
Tanaman pakcoy memiliki morfologi yang terdiri dari akar, daun dan
batang. Margiyanto (2007) melaporkan bahwa tanaman pakcoy mempunyai
batang pendek sehingga hampir tidak kelihatan. Batang pakcoy berfungsi sebagai
alat pembentuk dan penopang daun. Daun pakcoy berbentuk oval, berwarna hijau
tua agak mengkilat, krop dan tumbuh tegak. Akar pakcoy serabut memanjang
hingga 30-40 cm dan berfungsi mengambil nutrisi dan air dari media tanam
(Rukmana, 1994).
Suhu, kelembaban dan ketinggian tempat merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman pakcoy. Pakcoy dapat tumbuh pada
4
ketinggian 5 – 1200 mdpl dan biasanya dibudidayakan pada ketinggian 100-500
mdpl. Kelembaban Kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan pakcoy
berkisar 80% - 90% (Cahyono, 2003).
Suhu untuk pertumbuhan pakcoy adalah 20-250C (Sesmininggar, 2006).
Pakcoy membutuhkan suhu yang sesuai agar laju pertumbuhan tidak terhambat.
Laju pertumbuhan yang baik akan memperlancar proses fotosintesis yang mampu
menghasilkan karbohidrat dalam jumlah besar sehingga menghasilkan produksi
dengan kualitas daun yang baik.
Tanaman pakcoy membutuhkan unsur hara yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan akan proses pertumbuhan. Laju pertumbuhan pada tinggi tanaman
pakcoy berlangsung pada fase vegetatif yang berhubungan dengan 3 proses
penting yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan tahap diferensiasi sel.
Penelitian Mahanani (2003) menyatakan bahwa tanaman pakcoy membutuhkan
unsur hara Nitrogen lebih tinggi karena untuk menambah zat hijau. Pada fase
vegetatif, nitrogen yang diserap akar tanaman membentuk karbohidrat dan protein
dalam peningkatan jumlah daun.
Pakcoy adalah tanaman sayuran daun yang memiliki umur panen yang
relative pendek. Sesanti dan Sismanto (2005) menyampaikan bahwa panen
pakcoy dapat dilakukan pada saat umur 40 hari setelah semai. Kriteria tanaman
pakcoy siap dipanen adalah memiliki daun berwarna hijau segar, daun telah
membuka sempurna dan batang kokoh.
2.2 Hidroponik
Hidroponik adalah salah satu sistem budidaya pertanian tanpa tanah.
Menurut Istiqomah (2006) hidroponik adalah teknik penanaman dengan media
tanam tanpa tanah, dapat berupa kerikil, pasir kasar dan arang sekam. Hidroponik
merupakan salah satu sistem pertanian yang dapat diaplikasikan pada lahan
sempit. Hidroponik sangat cocok diaplikasikan pada wilayah perkotaan, karena
dapat meminimalisirkan lahan dan tanah kosong untuk kegiatan budidaya.
Sistem hidroponik memberikan keuntungan dan kelebihan yang cukup
tinggi. Sistem hidroponik dapat memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang
5
lebih terkontrol dan mampu mendayagunakan air, nutrisi dan pestisida secara
nyata lebih efisien (Lonardy, 2006). Kelebihan sistem hidroponik adalah tanaman
lebih terkendali dari hama dan penyakit, tanaman memiliki kualitas lebih baik,
pemberian nutrisi lebih efisien karena diberikan sesuai dengan kebutuhan,
penanaman tidak tergantung pada cuaca dan dapat diaplikasikan pada lahan
sempit dan terbatas (Rosliani dan Sumarni, 2005).
Air merupakan salah satu faktor penting dalam budidaya hidroponik.
Menurut Prihmantoro dan Indriani (2001) dalam budidaya sistem hidroponik
fokus pada cara pemberian air dan hara yang optimal, sesuai dengan kebutuhan
tanaman, umur tanaman dan kondisi lingkungan sehingga tercapai hasil yang
maksimum. Yusrianti (2012) menegaskan bahwa ketersediaan air yang cukup bagi
tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Hidroponik terbagi menjadi 2 macam yaitu hidroponik menggunakan
kultur air dan hidroponik substrat. Menurut Chaidirin (2001) hidroponik substrat
merupakan salah satu sistem hidroponik menggunakan media tanam substrat atau
selain air. Media yang digunakan dapat menyerap air, nutrisi serta mampu
mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah (Lingga, 2002). Media
tanam yang digunakan pada budidaya hidroponik substrat berupa batu apung,
arang sekam, cocopeat dan pasir (Utama, Isa dan Indragunawan, 2006).
2.3 Nutrisi Hidroponik
Nutrisi adalah salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan dan
hasil tanaman sistem hidroponik. Sistem pemberian larutan nutrisi yang
diaplikasikan pada budidaya hidroponik terdapat beberapa sistem yaitu sistem
tetes, rendam, siram, semprot dan mengalir. Sistem siram dilakukan seperti pada
sistem budidaya konvensional yaitu menyiram secara manual.
Larutan nutrisi yang dibutuhkan harus mengandung unsur hara makro dan
mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman
yang terdiri dari Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca) dan
Magnesium (Mg). Unsur mikro adalah unsur yang sedikit dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman yang terdiri dari mangan (Mn), Cu, Mo, Zn dan Besi (Fe).
6
Sedangkan unsur mikro yaitu unsur yang sedikit dibutuhkan bagi tanaman
(Sutiyoso, 2003).
Nutrisi untuk budidaya hidroponik adalah nutrisi AB mix. Moekasan dan
Prabaningrum (2011) menyampaikan bahwa kandungan unsur dalam pupuk A
adalah Calsium-amonium-nitrat, Kalium-nitrat, dan Fe-EDTA. Kandungan dalam
pupuk B terdiri dari Kalium-di-hidro-fosfat, Kalium-nitrat, Ammonium-sulfat,
Kalium-sulfat, Magnesium-sulfat, Mangan-sulfat, Tembaga (Kupro)-sulfat,Seng-
sulfat, asam borat, Ammonium-hepta-molibdat atau Natrium-hepta-molibdat.
Larutan nutrisi hidroponik dibedakan menjadi stok A dan stok B karena
dalam stok A mengandung kalsium (Ca) dan stok B mengandung sulfat (S) dan
fosfat (P). Menurut Moekasan dan Prabaningrum (2011) pupuk A yang
mengandung Ca dalam keadaan pekat tidak boleh dicampurkan dengan sulfat (S)
dan fosfat (P) yang terdapat dalam pupuk B. Pencampuran pupuk A dan pupuk B
dalam bentuk pekat akan menghasilkan endapan yang mengakibatkan unsur-unsur
dalam larutan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Nutrisi akan berfungsi dengan baik jika diaplikasikan dalam jumlah yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman. Kualitas larutan nutrisi tanaman dapat
diketahui dengan mengukur menggunakan electrical conductivity (EC). EC adalah
angka penting dalam sistem hidroponik yang menunjukan kepekatan dalam
larutan nutrisi. Pengukuran kepekatan nutrisi menggunakan EC (Electro
Conductivity). Menurut Karsono, Sudarmodjo dan Sutiyoso (2002) bahwa dalam
sistem hidroponik untuk mengukur kepekatan nutrisi digunakan istilah EC
(Electro Conductivity) dengan satuan mmhos/cm (satuan daya penghantar listrik)
atau mS/cm.
EC (Electro Conductivity) diperlukan dalam sistem budidaya hidroponik
karena sebagai pengukur kesesuaian kepekatan larutan nutrisi. Tujuan dari EC
agar tanaman mendapatkan kepekatan dalam larutan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan. Nilai EC yang sesuai dengan kebutuhan tanaman mampu memacu
produktifitas tanaman. Nilai EC harus selalu dijaga agar masih berada dibawah
ambang kerusakan (Sutiyoso, 2003).
7
Menurut Sutiyoso (2003) EC untuk sayuran daun berkisar 1,5-2,5 mS/cm.
Tanaman tidak dapat menyerap unsur hara yang bersifat jenuh, jika konsentrasi
nutrisi yang digunakan terlalu tinggi. Batas jenuh konsentrasi nutrisi untuk
sayuran daun adalah 4,2 mS/cm yang berakibat tanaman akan stagnan.
Konsentrasi nutrisi yang terlalu tinggi akan menyebabkan toksisitas atau
keracunan.
Konsentrasi nutrisi yang terdapat dalam larutan nutrisi harus disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman. Konsentrasi nutrisi mampu mempengaruhi
metabolisme dalam tubuh tanaman seperti fotosintesis, aktifitas enzim dan potensi
penyerapan ion-ion dalam larutan oleh akar (Jumiati, 2009). Menurut hasil
penelitian dari Moerhasrianto (2011) bahwa konsentrasi nutrisi mampu
memberikan pengaruh pada laju pertumbuhan tanaman. Konsentrasi nutrisi perlu
diketahui karena seluruh kebutuhan makanan untuk tanaman disuplay dari larutan
ini (Untung, 2000).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan pada suatu larutan. pH dalam sistem pertumbuhan
tanaman merupakan faktor penting, karena setiap tanaman memiliki kriteria pH
untuk tumbuh. Karsono, et al (2002) melaporkan bahwa untuk hidroponik sayuran
dau, kisaran pH yang paling baik adalah 5,5-6 dengan pH optimum 5,8.
2.4 Media Tanam Hidroponik
Media tanam adalah tempat untuk tumbuh dan berkembangnya sistem
perakaran tanaman. Media tanam mampu mempengaruhi dalam proses
penyerapan nutrisi oleh tanaman. Menurut Hartus (2002) syarat media tanam
hidroponik adalah steril, porous, ringan dan mudah didapat agar mampu menahan
nutrisi lebih lama.
Hidroponik dikelompokkan menjadi dua yaitu hidroponik sistem substrat
dan kultur air. Menurut Susila (2013) hidroponik kultur air adalah sistem
hidroponik yang tidak menggunakan tanah sebagai media tanam dalam proses
pertumbuhan, akar tanaman terendam dalam media cair yang merupakan larutan
hara untuk tanaman. Sistem hidroponik kultur air meliputi sistem NFT (Nutrient
8
Film Technique), DFT (Deep Flow Technique), sistem rakit apung dan sistem
sumbu (Wick System).
Hidroponik sistem substrat adalah sistem hidroponik yang menggunakan
media tanam padat. Media tanam substrat terdiri media organik dan anorganik.
Media tanam organik terdiri dari potongan kayu, serbuk gergaji, arang sekam,
arang kayu, serbuk sabut kelapa, sedangkan media anorganik terdiri dari pasir,
pecahan genting, kerikil dan batu (Silvina dan Syahfrinal, 2008). Kelebihan media
organik adalah kemampuan menyimpan air tinggi, baik untuk perkembangan
mikroorganisme yang menguntungkan, aerasi optimal dan baik untuk
perkembangan akar. Kekurangan media tanam organik adalah rendahnya tingkat
sterilisasi media tanam. Media tanam anorganik memiliki kelebihan dapat
digunakan dalam waktu lama dan tingkat sterilisasi lebih tinggi serta jarang
digunakan sebagai inang jamur, bakteri dan virus (Susila, 2014).
Arang sekam adalah salah satu media tanam yang sering digunakan dalam
budidaya sistem hidroponik substrat. Pipin (2014) melaporkan bahwa media
tanam arang sekam memberikan hasil baik pada tinggi, jumlah daun, berat basah
pada tanaman. Arang sekam memiliki karakter drainase yang baik, permeabilitas
tinggi dan mampu berpengaruh baik pada perakaran tanaman (Tejasarwana,
Nugroho, Herlina dan Darliah, 2009). Proses pembuatan arang sekam dapat
dilakukan dengan proses penyangrainan (Said, 2006). Arang sekam mengandung
unsur Mangan (Mn) dan silikon (Si), tetapi tidak memiliki nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman karena proses pembakaran (Supriati dan Herliana, 2014).
Cocopeat adalah salah satu media tanam yang berasal dari sabut kelapa
memiliki kelebihan mengikat air dan meyimpan air dengan kuat. Menurut Supriati
dan Herliana (2014) cocopeat mengandung unsur-unsur esensial seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (Na) dan fosfor (P). Cocopeat adalah
media tanam yang mampu menahan air hingga 73% dari jumlah air yang tersedia
(Creewell, 2009).
Kombinasi antara arang sekam dan cocopeat mampu menjadi media tanam
yang memiliki kualitas yang baik. Menurut hasil penelitian Indrawati, Indradewa
dan Utami (2012) bahwa kombinasi arang sekam dan cocopeat lebih banyak
9
menahan air dan nutrisi. Penggunaan kombinasi media tanam arang sekam dan
cocopeat memiliki kapasitas tukar kation dan porositas total lebih tinggi
dibandingkan dengan arang sekam sehingga mampu menjerap dan menahan
nutrisi lebih tinggi.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di greenhouse Balai Besar Latihan Masyarakat
(BBLM) Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi daerah penelitian
memiliki suhu 260C dan kelembaban 74%. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari hingga Maret 2017.
3.2 Alat dan Bahan
Pelaksanaan penelitian memerlukan alat antara lain greenhouse, polibag 20
x 20 cm, tray untuk penyemaian, cutter, gunting, jangka sorong, talang
pembibitan, ember, timbangan analitik, gelas ukur, EC meter, tusuk gigi, alat tulis,
gergaji kecil, penggaris dan kamera. Bahan yang diperlukan dalam penelitian
adalah benih pakcoy hijau nauli F1 yang di produksi oleh PT East West Seed
Indonesia, nutrisi AB mix, cocopeat, arang sekam, rockwool dan air.
3.3 Metode Penelitian
Metode percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama
adalah konsentrasi nutrisi yang terdiri atas 4 taraf percobaan, yaitu:
N1 : konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm
N2 : konsentrasi nutrisi 2.5 mS/cm
N3 : konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm
N4 : konsentrasi nutrisi 3.5 mS/cm
Sedangkan faktor kedua adalah media tanam dengan 4 taraf percobaan, yaitu:
K1 : kombinasi media tanam arang sekam 100%
K2 : kombinasi media tanamarang sekam 75% + cocopeat 25%
K3 : kombinasi media tanam arang sekam 50% + cocopeat 50%
K4 : kombinasi media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75%
Dari kedua faktor tersebut diperoleh 16 kombinasi perlakuan, masing-
masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan, sehingga terdapat 48 petak percobaan.
Setiap petak percobaan terdiri atas 15 tanaman, 5 diantaranya adalah tanaman
11
sampel non destruktif. Jadi jumlah seluruh populasi tanaman dari 48 petak
percobaan adalah 720 tanaman. Berikut merupakan tabel kombinasi perlakuan
yang diperoleh dari 2 faktor, yaitu konsentrasi nutrisi sebagai faktor pertama dan
media tanam sebagai faktor kedua (Tabel 1).
Tabel 1. Kombinasi perlakuan antara konsentrasi nutrisi dan media tanam
K1 K2 K3 K4
N1 N1K1 N1K2 N1K3 N1K4
N2 N2K1 N2K2 N2K3 N2K4
N3 N3K1 N3K2 N3K3 N3K4
N4 N4K1 N4K2 N4K3 N4K4
3.4 Pelaksanaan Percobaan
3.4.1 Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah kombinasi arang sekam dengan
cocopeat. Kombinasi dari arang sekam 100%, arang sekam 75% + cocopeat 25%,
arang sekam 50% + cocopeat 50% dan arang sekam 25% + cocopeat 75%.
Tempat untuk menanam menggunakan polibag. Media tanam yang akan
digunakan dimasukkan ke dalam polibag sesuai dengan takaran kombinasi.
3.4.2 Persemaian dan Pembibitan
Media semai yang digunakan adalah rockwool. Benih pakcoy disemai
menggunakan media semai rockwool yang telah dipotong dengan ukuran 2 x 2 x 2
cm dan dilubangi. Jumlah benih pakcoy yang dimasukkan ke rockwool adalah
satu benih per lubang. Pemeliharaan semaian dengan disiram setiap hari
menggunakan air biasa untuk menjaga kelembaban tanaman pakcoy setelah
berumur 7 hari setelah semai dan telah berdaun 3 dapat dipindahkan ke
pembibitan.
Pembibitan adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyemaian.
Pembibitan dilakukan dengan mengaplikasikan nutrisi AB mix ke tanaman
dengan konsentrasi nutrisi 1 mS/cm atau setara dengan konsentrasi nutrisi 700
ppm. Waktu yang diperlukan untuk kegiatan pembibitan adalah 7 sampai 10 hari.
12
Setelah itu bibit siap untuk dipindah tanamnkan pada media tanam arang sekam
dan cocopeat.
3.4.3 Pembuatan Larutan Nutrisi
Pembuatan larutan nutrisi dimulai dengan peracikan nutrisi stok A yang
terdiri dari Calcinit 296,05 gram, Krista K 90,95 gram dan BASF Libre Fe Hi
gram, sedangkan stok B terdiri dari Krista MKP 63,16 gram, MAP 16,59 gram,
Krista K 109,95 gram MgS 194,30 gram dan BASF Librel BMX 12 gram. Setelah
peracikan nutrisi stok A dan stok B selesai, dilakukan pengenceran dengan air
untuk masing-masing stok A dan stok B untuk menjadi cairan pekat. Setelah itu
mengambil cairan pekat A dan B dalam gelas ukur yang berbeda dan dicairkan
dalam 4 ember yang berisi air serta dihitung kepekatan menggunakan EC meter
sehingga dihasilkan 4 konsentrasi nutrisi yaitu 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm
dan 3.5 mS/cm.
3.4.4 Penanaman
Media yang digunakan yaitu kombinasi arang sekam 100%, arang sekam
75% + cocopeat 25%, arang sekam 50% + cocopeat 50% dan arang sekam 25% +
cocopeat 75%. Penanaman dilakukan dengan cara memindahkan bibit dari
persemaian ke media tanam polibag dengan melakukan seleksi bibit yang
memiliki pertumbuhan seragam dan tidak terinfeksi OPT. Setiap polibag ditanami
satu bibit tanaman pakcoy dengan kedalaman lubang kurang lebih 5 cm.
3.4.5 Pemeliharaan
a. Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah
transplanting. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang tidak seragam dan mati.
b. Pemberian nutrisi
Pemberian nutrisi dilakukan 1 hari sekali pada saat pagi hari dan sore hari.
Pemberian nutrisi dilakukan secara manual dengan menggunakan gelas ukur satu
liter yang disiramkan ke media tanam dalam polibag dengan teknik dari bagian
tepi tanaman.
13
c. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara memonitoring
tanaman setiap hari dan pengendalian secara manual. Bagian tanaman yang
terserang hama dan penyakit langsung diambil dan dibuang agar tidak menyebar
ke tanaman lain.
3.4.6 Panen
Panen dilakukan ketika tanaman berumur 30 hari setelah transplanting.
Kriteria tanaman pakcoy yang dipanen adalah daun berwarna hijau segar, batang
kokoh, dan tidak terinfeksi hama dan penyakit. Panen dilakukan dengan mencabut
tanaman sampai akar.
3.5 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan non destruktif dan panen.
Pengamatan mulai dilakukan pada tanaman yang berumur 14 hari setelah
transplanting dengan interval waktu 7 hari yaitu saat umur 14, 21 dan 28 hari
setelah transplanting. Pengamatan non destruktif dilakukan 3 kali pada umur 14,
21 dan 28 yang menggunakan 5 tanaman sampel pada setiap petak percobaan.
Pengamatan non destruktif meliputi:
a. Jumlah daun per tanaman
Jumlah daun diperoleh dengan cara menghitung daun yang telah membuka
sempurna pada tanaman sampel.
b. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diperoleh dengan cara mengukur menggunakan penggaris, dari
bagian pangkal batang hingga bagian tanaman tertinggi.
c. Luas daun per tanaman
Luas total daun per tanaman diperoleh dengan menggunakan metode panjang x
lebar x faktor koreksi. Luas daun menggunakan rumus sebagai berikut:
LD = P x L x fk
Keterangan :
14
LD = Luas daun (cm2)
P = panjang daun (cm)
L = lebar daun (cm)
fk = faktor koreksi
Faktor koreksi didapatkan dengan rumus :
fk = x/q . A
P.L
Keterangan :
x = bobot kertas pada daun (g)
q = bobot kertas (g)
A = Luas kertas (cm2)
P = panjang pada daun (cm)
L = lebar pola daun (cm)
d. Diameter batang
Diameter batang diperoleh dari hasil pengukuran batang pakcoy bagian
atas, tengah dan bawah menggunakan jangka sorong, setelah itu dirata-rata.
e. Bobot kering tanaman
Bobot kering tanaman diperoleh dari tanaman ditimbang bobot segarnya,
diambil satu tanaman per petak percobaan untuk dioven selama 2 x 24 jam dengan
suhu 800C dan dilakukan penimbangan untuk bobot keringnya.
Pengamatan panen dilakukan dengan menghitung bobot segar tanaman,
bobot segar konsumsi per tanaman, bobot kering tanaman dan indeks panen.
a. Bobot segar total per tanaman
Bobot segar total tanaman diperoleh dengan cara menimbang seluruh
bagian tanaman yaitu daun, batang dan akar.
b. Bobot segar yang dikonsumsi per tanaman
15
Bobot segar konsumsi per tanaman diperoleh dengan cara menimbang
bobot segar total tanaman yang dikurangi pada bagian akarnya sehingga
menghasilkan daun, batang dan tangkai daun.
c. Indeks panen
Indeks panen dihitung untuk mengetahui jumlah total biomasa pada
tanaman. Indeks panen dihitung dengan menggunakan rumus:
IP = BSK/BST
Dimana:
IP : Indeks panen
BSK : bobot segar konsumsi tanaman (g)
BST : bobot segar total tanaman (g)
3.6 Analisis Data
Data yang didapatkan dari hasil pengamatan dilakukan analisis. Analisis
dengan menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% yang bertujuan
untuk mengetahui nyata atau tidak nyata pengaruh dari perlakuan. Apabila
terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf 5%.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Komponen pertumbuhan
Komponen pengamatan pertumbuhan tanaman pakcoy meliputi tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang dan bobot kering.
1. Tinggi tanaman
Hasil analisis ragam pengamatan tinggi tanaman pakcoy menunjukkan
adanya interaksi antara perlakuan macam media dan konsentrasi nutrisi pada umur
pengamatan 14 hst (Lampiran 1). Perlakuan macam media berpengaruh nyata
pada tinggi tanaman dan konsentrasi nutrisi yang menunjukkan hasil
tinggitanaman tidak berbeda nyata pada umur pengamatan 21 dan 28 hst
(Lampiran 1).
Tabel 2. Rerata tinggi tanaman (cm) pakcoy akibat interaksi antara macam media
tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur 14 hst
Konsentrasi
Nutrisi (EC)
Media
AS
100%
AS 75% + Cc
25%
AS 50% +Cc
50%
AS 25% +
Cc75%
EC 2.0 mS/cm 13.98 bA 12.56 abA 12.10 aA 16.00 cB
EC 2.5 mS/cm 13.43 bA 13.32 abA 11.89 aA 15.10 cAB
EC 3.0 mS/cm 12.72 aA 13.49 aA 13.78 aB 13.63 aA
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
12.48 aA
1.51
13.77 aA
13.82 aB
13.78 aA
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf kecil pada baris yang sama dan
huruf kapital pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyataberdasarkan uji BNT pada taraf 5%, AS = arang sekam, Cc =
cocopeat.
Tabel 2 menunjukkan perlakuan media arang sekam 50% + cocopeat 50%
dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm sampai dengan 3.0 mS/cm
menghasilkan peningkatan tinggi tanaman pakcoy dan berbeda nyata, sedangkan
pada konsentrasi nutrisi 3.5 mS/cm tidak berbeda nyata. Perlakuan media arang
sekam 25% + cocopeat 75% dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm
sampai dengan 3.0 mS/cm menyebabkan penurunan tinggi tanaman pakcoy yang
berbeda nyata dan konsentrasi nutrisi 2.5 mS/cm tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm dan 3.0 mS/cm.
17
Tabel 3. Rerata tinggi tanaman (cm) pakcoy pada perlakuan macam media tanam
dan konsentrasi nutrisi pada umur 21 dan 28 hst.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) pada umur hst
21 28
AS 100% 16.64 a 19.90 a
AS 75% + Cc 25% 16.83 a 20.73 ab
AS 50% + Cc 50% 16.19 ab 20.30 ab
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
17.76 b
1.04
21.17 b
0.98
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
16.92
20.30
EC 2.5 mS/cm 16.87 20.37
EC 3.0 mS/cm 16.83 20.80
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
16.80
tn
20.52
tn
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT dengan taraf 5%, tn =
tidak nyata AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah
tanam).
Tabel 3 perlakuan macam media arang sekam 25% + cocopeat 75% pada
umur 21 hst menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan arang sekam 100% dan arang sekam 75% + cocopeat 25%
dan perlakuan media arang sekam 50% + cocopeat 50% tidak berbeda nyata.
Perlakuan macam media arang sekam 25% + cocopeat 75% pada umur 28 hst
menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
arang sekam 100% dan perlakuan media arang sekam 50% + cocopeat 50% dan
arang sekam 75% + cocopeat 25% tidak berbeda nyata.
2. Jumlah daun
Hasil analisis ragam pada pengamatan jumlah daun tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi pada semua umur pengamatan. Perlakuan macam media dan
konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap jumlah daun
tanaman pakcoy pada umur pengamatan 14 dan 28 hst (Lampiran 2).
18
Tabel 4. Rerata jumlah daun (helai) pakcoy pada perlakuan macam media tanam
dan konsentrasi nutrisi pada umur 14, 21 dan 28 hst
Perlakuan Jumlah daun (helai) pada umur hst
14 21 28
AS 100% 7.23 a 9.20 11.83
AS 75% + Cc 25% 7.08 a 9.11 12.16
AS 50% + Cc 50% 6.93 a 9.30 11.73
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
8.18 b
1.03
9.53
tn
11.48
tn
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
8.26 b
9.43
12.06 a
EC 2.5 mS/cm 7.17 a 9.06 10.70 b
EC 3.0 mS/cm 7.00 a 9.28 12.35 b
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
7.01 a
1.03
9.36
tn
12.20 b
1.23
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT dengan taraf 5%, tn =
tidak nyata AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah
tanam).
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan macam media arang sekam 25% +
cocopeat 75% pada umur pengamatan 14 hst menghasilkan jumlah daun yang
lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan media arang sekam 100%,
arang sekam 75% + cocopeat 25% dan arang sekam 50% + cocopeat 50%.
Perlakuan konsentrasi nutrisi pada umur pengamatan 14 hst konsentrasi nutrisi 2.0
mS/cm menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm.
Perlakuan konsentrasi nutrisi pada umur pengamatan 28 hst konsentrasi nutrisi 3.0
mS/cm menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan
dengan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi
nutrisi 2.5 mS/cm dan 3.5 mS/cm.
3. Diameter batang
Hasil analisis ragam pada pengamatan diameter batang tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi pada semua umur pengamatan. Perlakuan macam media
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap diameter batang tanaman pakcoy
pada umur pengamatan 28 hst. Perlakuan konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil
yang berbeda nyata pada umur pengamatan 21 hst (Lampiran 3).
19
Tabel 5. Rerata diameter batang (cm) pakcoy pada perlakuan macam media
tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur 14, 21 dan 28 hst
Perlakuan Diameter batang (cm) pada umur hst
14 21 28
Media
AS 100%
0.42
0.60
0.74 a
AS 75% + Cc 25% 0.51 0.59 0.81 b
AS 50% + Cc 50% 0.47 0.60 0.86 bc
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
0.44
tn
0.62
tn
0.88 c
0.65
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
0.42
0.57 a
0.80
EC 2.5 mS/cm 0.43 0.58 a 0.79
EC 3.0 mS/cm 0.47 0.64 b 0.85
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
0.46
tn
0.63 b
0.45
0.84
tn
Keterangan :Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkanuji BNT dengan taraf 5%, tn = tidak nyata
AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah tanam).
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan macam media pada umur
pengamatan 28 hst arang sekam 25% + cocopeat 75% menghasilkan diameter
batang yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan arang sekam
75% + cocopeat 25% dan arang sekam 100% dan tidak berbeda nyata pada media
arang sekam 50% + cocopeat 50%. Perlakuan konsentrasi nutrisi pada umur
pengamatan 21 hst konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm menghasilkan diameter batang
lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 2.0
mS/cm dan 2.5 mS/cm dan tidak berbeda nyata terhadap konsentrasi nutrisi 3.5
mS/cm.
4. Luas daun
Hasil analisis ragam pada pengamatan luas daun tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi pada semua umur pengamatan. Perlakuan macam media
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap luas daun tanaman pakcoy pada
umur pengamatan 14 hst. Perlakuan konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil yang
berbeda nyata pada umur pengamatan 28 hst
20
Tabel 6. Rerata luas daun per tanaman (cm2) pakcoy pada perlakuan macam
media tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur 14, 21 dan 28 hst
Perlakuan Luas daun per tanaman (cm2) pada umur hst
14 21 28
Media
AS 100
126.91 a
334.36
707.31
AS 75% + Cc 25% 121.74 a 336.19 701.86
AS 50% + Cc 50% 133.23 a 356.10 663.95
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
156.02 b
19.38
357.36
tn
732.12
tn
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
EC 2.5 mS/cm
EC 3.0 mS/cm
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
148.11 b
132.10 ab
133.12 ab
124.57 a
19.38
332.14
326.50
362.55
362.82
tn
617.31 a
680.71 ab
754.98 b
752.23 b
102.01
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkanuji BNT dengan taraf 5%, tn = tidak nyata
AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah tanam).
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan macam media arang sekam 25% +
cocopeat 75% pada umur pengamatan 14 hst menghasilkan luas daun yang lebih
tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan media arang sekam 100%, arang
sekam 75% + cocopeat 25% dan arang sekam 50% + cocopeat 50%. Perlakuan
konsentrasi nutrisi pada umur pengamatan 14 hst konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm
menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan
dengan konsentrasi nutrisi 2.5 mS/cm, 3.0 mS/cm dan 3.5 mS/cm. Perlakuan
konsentrasi nutrisi pada umur pengamatan 28 hst konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan
konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm dan tidak berbeda nyata dengan konsentrasi nutrisi
2.5 mS/cm dan 3.5 mS/cm.
5. Berat Kering
Hasil analisis ragam pada pengamatan berat kering tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi pada umur pengamatan 30 hst. Perlakuan macam media dan
konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
21
Tabel 7. Rerata berat kering per tanaman (g) pakcoy pada perlakuan antara macam
media tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur 30 hst
Perlakuan Berat kering (g) pada umur hst
30
Media
AS 100%
7.01
AS 75% + Cc 25% 6.08
AS 50% + Cc 50% 6.88
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
6.26
tn
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
6.16
EC 2.5 mS/cm 6.38
EC 3.0 mS/cm 7.36
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
6.32
tn
Keterangan : tn = tidak nyata, AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari
setelah tanam) .
4.1.2 Komponen panen
Komponen pengamatan panen tanaman pakcoy meliputi bobot segar total
tanaman, bobot segar yang dikonsumsi dan indeks panen.
1. Bobot segar total tanaman
Hasil analisis ragam pada pengamatan bobot segar total tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi. Perlakuan macam media dan konsentrasi nutrisi menunjukkan
hasil yang berbeda nyata terhadap bobot segar total tanaman pakcoy 30 hst.
22
Tabel 8. Rerata bobot segar total tanaman per tanaman (g/ton) pakcoy pada
perlakuan antara macam media tanam dan konsentrasi nutrisi pada
umur 30 hst
Perlakuan Bobot segar total tanaman (g) pada umur hst
30
Media
AS 100%
64.53 a
AS 75% + Cc 25% 62.13 a
AS 50% + Cc 50% 61.25 a
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
76.03 b
7.8
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
58.70 a
EC 2.5 mS/cm 58.74 a
EC 3.0 mS/cm 69.80 b
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
76.71 b
7.8
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT dengan taraf 5%, tn = tidak
nyata, AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah
tanam).
Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan macam media arang sekam 25% +
cocopeat 75% menghasilkan bobot segar total tanaman yang lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan dengan media arang sekam 100%, arang sekam 75%
+ cocopeat 25% dan arang sekam 50% + cocopeat 50%. Perlakuan konsentrasi
nutrisi 3.5 mS/cm menghasilkan bobot segar total tanaman yang lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm dan 2.5 mS/cm
dan konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm tidak berbeda nyata.
2. Bobot segar yang dikonsumsi
Hasil analisis ragam pada pengamatan bobot segar yang dikonsumsi
tanaman pakcoy menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam
perlakuan media dan konsentrasi nutrisi. Perlakuan macam media dan konsentrasi
nutrisi menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap bobot konsumsi tanaman
pakcoy pada umur pengamatan 30 hst (Lampiran 5).
23
Tabel 9. Rerata bobot segar yang dikonsumsi per tanaman (g/ton) pakcoy pada
perlakuan antara macam media tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur
30 hst
Perlakuan Bobot konsumsi (g/ton) pada umur hst
30
Media
AS 100
53.27 a
AS 75% + Cc 25% 55.30 a
AS 50% + Cc 50% 53.86 a
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
68.10 b
7.37
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
50.85 a
EC 2.5 mS/cm 51.12 a
EC 3.0 mS/cm 67.51 b
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
61.05 b
7.37
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT dengan taraf 5%, tn = tidak
nyata, AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah
tanam).
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan macam media arang sekam 25% +
cocopeat 75% menghasilkan bobot segar yang dikonsumsi lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan dengan media arang sekam 75% + cocopeat 25%,
arang sekam 50% + cocopeat 50% dan arang sekam 100%. Perlakuan konsentrasi
nutrisi 3.0 mS/cm menghasilkan bobot segar yang dikonsumsi lebih tinggi dan
berbeda nyata dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm dan 2.5 mS/cm
dan pada perlakuan konsentrasi nutrisi 3.5 mS/cm tidak berbeda nyata.
3. Indeks panen
Hasil analisis ragam pada pengamatan indeks panen tanaman pakcoy
menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara macam perlakuan media dan
konsentrasi nutrisi.Perlakuan macam media menunjukkan hasil yang berbeda
nyata terhadap bobot konsumsi tanaman pakcoy pada umur pengamatan 30 hst
(Lampiran 5).
24
Tabel 10. Rerata indeks panen (g) pakcoy pada perlakuan antara macam media
tanam dan konsentrasi nutrisi pada umur 30 hst
Perlakuan Indeks panen (g) pada umur hst
30
Media
AS 100%
0.85 a
AS 75% + Cc 25% 0.86 a
AS 50% + Cc 50% 0.88 ab
AS 25% + Cc 75%
BNT 5%
0.89 b
4.03
Konsentrasi Nutrisi (EC)
EC 2.0 mS/cm
0.85
EC 2.5 mS/cm 0.86
EC 3.0 mS/cm 0.87
EC 3.5 mS/cm
BNT 5%
0.87
tn
Keterangan : Bilangan yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata berdasarkan uji BNT dengan taraf 5%, tn = tidak
nyata, AS = arang sekam, Cc = cocopeat dan hst (hari setelah
tanam).
Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan macam media arang sekam 25%
+ cocopeat 75% menghasilkan indeks panen yang lebih tinggi dan berbeda nyata
dibandingkan dengan media arang sekam 100% dan arang sekam 75% + cocopeat
25%. Sedangkan pada media arang sekam 50% + cocopeat 50% tidak berbeda
nyata.
25
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh interaksi perlakuan media tanam dan konsentrasi nutrisi
pada pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy
Media tanam dan konsentrasi nutrisi adalah faktor penting yang mampu
mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan secara
hidroponik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara
perlakuan media tanam dan konsentrasi nutrisi berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman (Tabel 2).
Tinggi tanaman merupakan salah satu faktor yang digunakan sebagai
parameter pengamatan pertumbuhan tanaman. Tinggi tanaman pakcoy dengan
media arang sekam 50% + cocopeat 50% yang diikuti dengan peningkatan
konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm sampai dengan 3.0 mS/cm menunjukkan
peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah persentase media arang sekam 50%
+ cocopeat 50% memiliki kandungan unsur hara yang lebih sedikit untuk
menunjang pertumbuhan tanaman. Peningkatan konsentrasi nutrisi berarti
menambah jumlah unsur hara yang terdapat pada media tanam untuk
pertumbuhan. Selanjutnya perlakuan media arang sekam 25% + cocopeat 75%
yang diikuti dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm sampai dengan 3.0
mS/cm menunjukkan penurunan tinggi tanaman. Penurunan tinggi tanaman
tersebut kemungkinan disebabkan persentase media arang sekam 25% + cocopeat
75% memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi. Kandungan unsur hara
yang tinggi pada cocopeat diikuti dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 3.0
mS/cm dan 3.5 mS/cm menyebabkan tersediannya unsur hara dalam jumlah
berlebih. Media tanam yang mengandung unsur hara tersedia dalam jumlah yang
berlebih mengakibatkan akar tanaman tidak mampu menyerap unsur hara dengan
optimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Siswadi dan Yuwono (2015)
bahwa pertumbuhan dapat terhambat jika unsur hara tidak tersedia atau tersedia
dalam jumlah yang berlebih.
26
4.2.2 Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
pakcoy
Media tanam adalah faktor penting yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
proses pertumbuhan dan hasil karena merupakan tempat untuk tumbuh dan
berkembangnya sistem perakaran tanaman. Jenis media tanam yang digunakan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media
yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase
baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen
serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Yuhasnita (2007)
menyampaikan bahwa media yang mempunyai aerasi dan drainase yang baik
memiliki daya pegang air dan mampu memfasilitasi pertukaran gas yang keluar
masuk melalui media dan kurangnya oksigen diperakaran dapat mengurangi
kemampuan akar untuk menyerap air dan mineral yang cukup untuk pertumbuhan
tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam arang sekam
25% + cocopeat 75% secara nyata mampu mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
pada pengamatan jumlah daun, diameter batang, luas daun, tinggi tanaman, bobot
segar total tanaman, bobot segar yang dikonsumsi dan indeks panen. Media tanam
yang mengandung persentase cocopeat lebih tinggi memiliki kemampuan untuk
mengikat air dan nutrisi lebih baik, memiliki kandungan unsur hara yang lebih
tinggi. Media tanam cocopeat memiliki kapasitas menahan air 73% dan mampu
mengikat air dengan kuat (Creewell, 2009). Sesuai dengan hasil penelitian
Indrawati, Indradewa dan Utami (2012) yang menunjukkan bahwa kombinasi
arang sekam dan cocopeat lebih banyak menahan nutrisi dan air. Selain itu
kombinasi ini memiliki porositas total yang lebih tinggi dibandingkan dengan
media arang sekam saja. Jumlah air dan nutrisi yang tercukupi mampu
mendukung proses membukanya stomata daun yang mempu menambah CO2
untuk berdifusi ke daun dan meningkatkan laju transpirasi. Sesuai dengan
penelitian Pratiwi, Subandi dan Mustari (2015) jika jumlah air pada media tanam
dalam keadaan terlalu sedikit akan menimbulkan kekeringan pada tanaman
sehingga stomata daun menutup yang mengakibatkan menurunnya turgor sel
27
daun sehingga mengurang jumlah CO2 yang berdifusi ke daun. Selain itu dengan
menutupnya stomata menyebabkan menurunnya laju transpirasi.
Media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% menunjukkan hasil
terbaik karena persentase media tanam cocopeat yang lebih tinggi mampu
menambah kebutuhan unsur hara tanaman. Menurut Supriati dan Herliana (2014)
cocopeat merupakan media tanam yang mengandung unsur hara esensial seperti
Kalium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na) dan Fosfor (P).
4.2.3 Pengaruh konsentrasi nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman pakcoy
Konsentrasi nutrisi adalah faktor penting yang diperlukan tanaman untuk
proses pertumbuhan dan harus diperhatikan. Hasil penelitian pada perlakuan
konsentrasi nutrisi menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada parameter jumlah
daun, diameter batang, bobot segar total tanaman dan bobot konsumsi.
Pada awal pertumbuhan (14 hst) perlakuan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm
menunjukkan hasil jumlah daun dan luas daun yang tertinggi. Pada fase vegetatif
perlakuan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm mampu mencukupi kebutuhan unsur hara
untuk proses pembentukan daun. Hal ini disebabkan umur tanaman dalam
pertumbuhan merupakan faktor yang mempengaruhi respon tanaman terhadap
konsentrasi nutrisi. Pada fase vegetatif tanaman memerlukan unsur hara nitrogen
dalam jumlah yang tinggi untuk mendukung pembentukan daun, batang dan tinggi
tanaman. Lingga (2005) menyatakan bahwa respon tanaman terhadap tingkat EC
dipengaruhi umur tanaman dan tahap pertumbuhan tanaman, serta peran nitrogen
berfungsi untuk memacu pertumbuhan pada fase vegetatif. Proses pembentukan
organ vegetatif daun tanaman membutuhkan unsur hara nitrogen dalam jumlah
yang banyak karena nitrogen merupakan unsur hara yang penting dalam
membentuk asam amino dan protein sebagai bahan dasar tanaman dalam
menyusun daun (Haryanto, Sugito dan Soegianto, 2000)
Nutrisi adalah faktor penting yang dibutuhkan tanaman untuk menunjang
proses pertumbuhan terutama dalam sistem hidroponik. Hasil jumlah daun (Tabel
3) dan diameter batang (Tabel 4) dengan perlakuan konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan terbaik dibandingkan dengan konsentrasi
28
2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm dan 3.5 mS/cm. Hal ini dikarenakan pada batang pakcoy
mengalami proses pembesaran sel sehingga memerlukan unsur hara optimum.
Konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm mampu menyuplay unsur hara untuk memacu laju
pertumbuhan. Menurut Moerhasrianto (2011) konsentrasi nutrisi mampu
memberikan pengaruh pada laju pertumbuhan.
Parameter komponen hasil menunjukkan bahwa konsentrsi nutrisi 3.0
mS/cm mampu meningkatkan bobot segar total tanaman dan bobot segar yang
dikonsumsi. Bobot segar total tanaman merupakan indikator pengamatan yang
dipengaruhi oleh jumlah daun, luas daun, diameter batang dan bobot akar
tanaman. Bobot segar yang dikonsumsi dipengaruhi oleh bobot segar total
tanaman yang dikurangi dengan bobot akar. Konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm
mampu meningkatkan jumlah daun, diameter batang dan luas daun karena jumlah
unsur hara yang tinggi terutama unsur hara nitrogen yang terserap sempurna oleh
tanaman pada fase vegetatif. Unsur hara nitrogen ini membantu dalam proses
pembentukan daun pada tanaman, sehingga semakin tinggi jumlah daun dan luas
daun maka bobot segar total tanaman dan bobot segar yang dikonsumi juga
semakin tinggi. Perlakuan konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm menunjukkan hasil bobot
segar total tanaman (Tabel 8) dan bobot segar yang dikonsumsi (Tabel 9) yang
lebih tinggi dan terbaik dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi lainnya. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Sutiyoso (2003) bahwa sayuran daun
memerlukan konsentrasi nutrisi (EC) berkisar 1.5 – 2.5 mS/cm.
Konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm mengandung sejumlah unsur hara yang
dapat diserap oleh tanaman dengan baik dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi
2.0 mS/cm dan 2.5 mS/cm yang memiliki kandungan unsur hara yang lebih
sedikit. Konsentrasi nutrisi dalam jumlah yang tinggi mampu meningkatkan laju
pertumbuhan tanaman karena mempengaruhi tingginya proses penyerapan unsur
hara oleh tanaman. Nilai konsentrasi nutrisi (EC) berpengaruh pada kecepatan
penyerapan unsur hara oleh tanaman, semakin besar nilai konsentrasi nutrisi (EC)
maka semakin cepat penyerapan unsur hara oleh tanaman dan sebaliknya (Fajar,
2006).
29
Tingkat konsentrasi nutrisi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Konsentrasi nutrisi 3.5 mS/cm dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 3.0
mS/cm menunjukkan penurunan hasil karena tanaman pakcoy berada dalam
keadaan jenuh atau unsur hara terrsedia dalam keadaan berlebih. Konsentrasi
nutrisi 3.5 mS/cm merupakan jumlah konsentrasi yang kurang sesuai dan dalam
keadaan terlalu tinggi yang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan
hingga toksisitas. Menurut Sukawarti (2010) dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa nilai EC 3.06 mS/cm hingga 3.2 mS/cm menunjukkan hasil tinggi
tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering, volume akar dan bobot tajuk segar
tanaman yang terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Konsentrasi nutrisi yang diaplikasikan dalam larutan nutrisi harus
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman untuk tumbuh. Konsentrasi nutrisi
merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan tanaman yang didukung oleh
beberapa faktor lainnya. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah
cahaya matahari, suhu, pH dan kualitas air. Ketersediaan cahaya matahari yang
cukup sangat mendukung dalam proses fotosintesis. Phaisal (2005) berpendapat
bahwa kekurangan cahaya matahari berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Kondisi penelitian ini memiliki jumla cahaya yang terbatas karena greenhouse
dalam keadaan ternaungi. Sehingga diperlukan faktor lain untuk mendukung
proses pertumbuhan tanaman. Jumlah konsentrasi nutrisi yang tinggi mampu
menjadi faktor pendukung dalam pertumbuhan. Konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm
mampu memberikan suplay hara untuk fotosintesis dalam kondisi keterbatasan
cahaya.
pH adalah indikator yang mampu mempengaruhi penyerapan unsur hara
pada tanaman. pH yang terlalu rendah dan terlalu tinggi menyebabkan
pengendaapan unsur hara dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Sutiyoso
(2003) berpendapat bahwa pH di bawah 5,5 dan di atas 6,5 berpengaruh pada
beberapa unsur yang mulai mengendap sehingga tidak terserap oleh tanaman dan
mengakibatkan tanaman mengalami defisiensi unsur hara. Konsentrasi nutrisi 3.0
mS/cm memiliki nilai pH 6 sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara dengan
baik. Menurut Karsono et al, (2002) menyatakan bahwa pH untuk hidroponik
sayuran daun berkisar 5.5 hingga 6 dengan pH optimum 5.8.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat interaksi antara media tanam dan konsentrasi nutrisi pada parameter
pengamatan tinggi tanaman pada umur pengamatan 14 hst. Media tanam arang
sekam 50% + cocopeat 50% dengan peningkatan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm
sampai dengan 3.0 mS/cm menunjukkan peningkatan tinggi tanaman terbaik.
Media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% dengan peningkatan
konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm sampai dengan 3.0 mS/cm menunjukkan
penurunan tinggi tanaman.
2. Media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% menghasilkan jumlah daun
diameter batang, tinggi tanaman, luas daun, bobot segar total tanaman, bobot
segar yang dikonsumsi dan indeks panen yang lebih baik dbandingkan dengan
perlakuan media tanam arang sekam 100%, arang sekam 75% + cocopeat 25%
dan arang sekam 50% dan cocopeat 50%.
3. Konsentrasi nutrisi 3.0 mS/cm menghasilkan jumlah daun, diameter batang,
luas daun, bobot segar total tanaman dan bobot segar yang dikonsumsi yang
lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi nutrisi 2.0 mS/cm, 2.5 mS/cm dan
3.5 mS/cm.
5.2 Saran
Media tanam arang sekam 25% + cocopeat 75% dengan konsentrasi nutrisi 3.0
mS/cm dapat dijadikan sebagai cara untuk meningkatkan hasil tanaman
pakcoy.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono. 2003. Tanaman Hortikultura. Penebar Swadaya. Jakarta. p. 12-62
Chadirin, Y. 2001. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diktat Kuliah
Departemen Teknik Pertanian IPB. Bogor.
Cresswell, G. 2009. Cooir Dust A Proven Alternative To Peat. Cresswell
Horticultural Services. Grose Vale. p. 12.
Fahrudin, F. 2009. Budidaya Caisim (Brassica juncea L.) Menggunakan Ekstrak
The dan Pupuk Kascing. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Fajar, A. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan
Hidroponik. (Online). Jurnal Produksi Tanaman 1(3).
Hariyanto, A. E., Y. Sugito dan A. Soegianto. 2000. Respon Tanaman Gandum
(Triticium aestivum L.) Galur Nias dan DWR 162 Terhadap Pemberian
Pupuk Kandang Ayam. J. Agrivita. 24(1):30-36
Hartus, T. 2002. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Indrawati, R. Indradewa dan Utami. 2012. Pengaruh Komposisi Media dan Kadar
Nutrisi Hidroponik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tomat (Lycopersicon
Esculentum Mill.). Alumni Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta. J. Agrotekbis, 3(3):190-296
Istiqomah, S. 2006. Menanam Hidroponik. Azka press. Jakarta. p. 1-2 .
Jumiati, E. 2009. Pengaruh Berbagai Konsentrasi EM4 Pada Fermentasi Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bayam Merah
(Amarathus tricolor L.) Secara Hidroponik. Skripsi UNS. Surakarta.
Karsono, S. Sudarmodjo dan Y. Sutioso. 2002. Hidroponik skala rumah tangga.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lingga, P. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk Penebar Swadaya. Jakarta. p. 150.
Lingga, P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya
Jakarta. p. 60.
Lonardy, M. V. 2006. Respons Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.)
Terhadap Suplay Senyawa Nitrogen Dari Sumber Berbeda Pada Sistem
Hidroponik. Skripsi Universitas Tadulako. Palu.
Mahanani, C. R. L. 2003. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk NPK Terhadap
Produksi Tanaman Pakchoy (Brassica chinensis) Varietas Green Pakchoi.
Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Institute Pertanian Bogor.
Bogor. pp. 60.
Margiyanto, E. 2007. Budidaya Tanaman Sawi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Moekasan, T. K dan L. Prabaningrum.2011. Meramu Pupuk Hidroponik AB Mix
Untuk Tanaman Paprika. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. p. 1-2.
32
Moerhasrianto, P. 2011. Respon Pertumbuhan Tiga Macam Sayuran Pada
Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik. Jurusan Budidaya Pertanian
Universitas Jember. Jember.
Phaisal, R. (2005). Pengaruh naungan dan pupuk daun terhadap pertumbuhan dan
produksi seledri dalam teknologi hidroponik sistem terapung (THST).
Skipsi. Departemen BPP Faperta IPB. Bogor.
Pipin, K. 2014. Kajian Tentang Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim
(Brassica Juncea L) dengan Berbagai Media Tanam Hidroponik.
Unspecified Thesis. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Pratiwi, P. R., M. Subandi dan E. Mustari. 2015. Pengaruh Tingkat EC (Electrical
conductivity) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Pada Sistem Instalasi Aeroponik Vertikal. Jurusan Agroteknologi
Faultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Gunung Djati. Bandung. J. Agro.
2(1).50-55
Prihmantoro, H dan H. Y Indriani. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim untuk
Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rosliani, R. dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Teknik
Hidroponik. Balai Pnelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembnagan
Pertanian. p. 27.
Rukmana, R. 1994. Pertanian Petsai dan Sawi. Kanisius.Yogyakarta.
Said, A. 2006. Budidaya Mentimun dan Tanaman Musim Secara Hidroponik.
Ganeca Exact. Jakarta. p. 10.
Samanhudi dan D. Harjoko. 2010. Pengaturan Komposisi Nutrisi dan Media
dalam Budidaya Tanaman Tomat Sistem Hidroponik. J. Ilmiah Pertanian
Biofarm. 13 (9): 1-10.
Sesanti, N. R dan Sismanto. 2005. Pertumbuhan dan Hasil Pakcoy pada Dua
Sistem Hidroponik dan Empat Jenis Nutrisi. Politeknik Negeri Lampung.
Lampung. J. Kelitbang. 4(1).
Sesmininggar, A. 2006. Optimasi Konsntrasi Larutan Hara Tanaman Pakchoim
(Brassica rapa L. cv group pakchoi) pada Teknologi Hidroponik Sistem
Terapung. Skripsi IPB. Bogor.
Silvina, F. dan Syafrinal. 2008. Penggunaan Berbagai Media Tanam dan
Konsentrasi Pupuk Organik Cair pada Pertumbuhan dan produksi
Mentimun Jepang Secara Hidroponik. Jurnal Korespondesi. Universitas
Riau. Pekanbaru. J (SAGU). 7 (1) :7-12.
Siswadi dan Yuwono T. 2015. Pengaruh macam media terhadap pertumbuhan dan
hasil selada (Lactuca sativa L.) hidroponik. Jurnal Agronomika 9(3): 257-
264.
Sukawati, I. 2010. Pengaruh Kepekatan Larutan Nutrisi Organik terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica oleraceae Var. Albo-
glabra) pada berbagai Komposisi Media Tanam dengan Sistem
33
Hidroponik Substrat. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Susila, A. D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura
Faklutas Pertanian. Modul V IPB. Bogor. p. 20.
Susila, E. T. 2014. Wadah Peralatan dan Greenhouse. Kuliah Hidroponik.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sutiyoso, Y. 2003. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriati, Y. dan E. Herlina. 2014. 15 Sayuran Organik dalam Pot. Penebar
Swadaya. Jakarta. p. 148.
Tejasarwana, R., E. D. S. Nugroho., D. Herlina dan Darliah. 2009. Tanggap
Pertumbuhan Mawar Mini dan Produksi Bunga pada Berbagai Daya
Hantar Listrik dan Komposisi Media Tanam. J.Hort. 19 (4): 396-406.
Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Penebar Swadaya. Jakarta.
Utama, H. S., S. M. Isa dan A. Indragunawan. 2006. Perancangan dan
Implementasi Sistem Optimalisasi Pemeliharaan Tanaman Hidroponik. J.
Teknik. 8(1): 1-4
Wibowo, S. dan A. Asriyanti. 2013. Aplikasi Hidroponik NFT pada Budidaya
Pakcoy (Brassica rapa chinensis). Program Studi Agroekoteknologi
Politeknik Banjarnegara. Banjarnegara. 13(3):159-167
Wuryaningsih. 2008. Pengaruh Media Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Hias Pot Spathiphyllum sp. Buletin Penelitian Tanaman Hias. J.
Hortikultura. 2(2) : 81-89.
Yuhasnita, R, M. 2007. Pengaruh jenis media tanam dan dosis pupuk urea
terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight). Skripsi
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yusniwati, I. Suliansyah dan H. Dayati. 2004. Pengaruh Konsentrasi Nutrisi pada
Budidaya Paprika Secara Hidroponik. J. Stigma. 12(2):171-176
Yusrianti. 2012. Pengaruh Pupuk Kandang dan Kadar Air Tanah Terhadap
Produksi Selada (Lactuca sativa L.). Laporan Penelitian Program Studi
Agroteknologi. Universitas Riau. Riau.