Eschericia coli bagi kesehatan

download Eschericia coli bagi kesehatan

of 24

description

e.coli merupakan bakteri patogen indikator air

Transcript of Eschericia coli bagi kesehatan

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEscherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang memiliki panjang s ekitar 2 m, diameter 0,7 m, lebar 0,4-0,7m dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli membentuk koloni yang bundar, cembung, dan halus dengan tepi yang nyata (Andriani, 2010)Kebanyakan E. coli adalah commensals, yaitu, mereka berada dalam usus tetapi tidak berbahaya bagi hewan inang. Hanya sebagian kecil dari strain patogen, memproduksi faktor virulensi memungkinkan mereka untuk menyebabkan penyakit. Beberapa E. coli memiliki gen virulensi dalam kombinasi tidak diketahui terkait dengan penyakit, dan dapat dianggap sebagai patogen. Semua E. coli dapat membawa gen untuk ketahanan terhadap agen antimikroba (Bekal et al., 2003)E. coli pertama kali diidentifikasi oleh Theodor Escherich yang mempelajari flora yang ada di dalam usus. Escherich menggambarkan organisme bacterium coli yang menyebabkan infeksi ekstraintestinalis. Sampai dengan tahun 1940, E. coli diklasifikasikan lebih dari 70 serogrup khususnya berdasarkann antigen O (Anggraini et al., 2013)Escherichia sekarang dianggap sebagai genus dengan hanya satu species yang mempunyai beberapa ratus tipe antigenik. Tipe-tipe ini dicirikan menurut kombinasi yang berbeda-beda antara antigen 0 (antigen lipoporisakaride somatik di dalam dinding sel ), K ( antigen polisakaride kapsul) dan H (antigen protein flagela) (Melliawati, 2009)Escherichia coli O157 H:7 adalah bakteri yang mempunyai peran cukup penting dalam penyakit zoonosis yang disebarkan melalui makanan. Meskipun secara normal E. coli terdapat pada saluran pencernaan baik manusia maupun hewan, tetapi E. coli O157 H:7 adalah strain yang virulen berasal dari hewan sapi dan domba. Beberapa jenis bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara terjadinya infeksi E. coli O157 H:7, tetapi biasanya bahan pangan yang berperan sebagai foodborne disease tersebut adalah bahan pangan yang berasal dari hewan sapi. Bahan pangan tersebut antara lain daging sapi dan susu. E. coli meskipun pada saluran pencernaan manusia sebagai mikroflora normal, karena memiliki sifat oportunistik maka manusia yang memiliki sistem kekebalan yang rendah misalnya bayi, anak-anak, manula serta orang yang sedang sakit dapat menyebabkan penyakit yang serius. E. coli O157 H:7 selain dapat menyebabkan gangguan saluran pencernaan berupa diare atau sering juga disebut sebagai travelers diare juga dapat menyebabkan terjadinya hemolytic uremic syndrome, gagal ginjal bahkan kematian (Boel, 2004)

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah cara pemindah sebaran E.coli ?2. Bagaimanakah cara pengendalian penyakit asal makanan dan air ?3. Bagaimanakah epidemiologi dari E.coli ?4. Bagaiamanakah sifat patogenesitas dari E.coli ?5. Bagaimanakah cara diagnosis lab pada E.coli ?6. Bagaimanakah sifat Biologi dari E.coli ?7. Bagaimanakah respon resistensi E.coli pada inang ?1.3 TujuanDari rumusan masalah didapatkan Tujuan sebagai berikut :1. Untuk mengetahui cara pemindah sebaran E.coli 2. Untuk mengetahui cara pengendalian penyakit asal makanan dan air 3. Untuk mengetahui epidemiologi dari E.coli 4. Untuk mengetahui sifat patogenesitas dari E.coli 5. Untuk mengetahui cara diagnosis lab pada E.coli 6. Untuk mengetahui sifat Biologi dari E.coli 7. Untuk mengetahui respon resistensi E.coli pada inang

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Cara pemindah sebaran

Gb. Transmisi E.coli sumber Bekal et al., 2003 journal microbilogyPenyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung ( bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya ) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau minuman. dipindah sebarkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui makanan atau minuman. Air dan makanan merupakan faktor penularan atau penyebaran E.coli. Escherichia coli dapat dipindah sebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare (Pelczar dan Chan, 1988).Manusia yang terpapar oleh kuman E.coli O157:H7 disebabkan oleh kontak langsung dengan hewan infektif atau akibat mengkonsumsi makanan seperti ikan, udang, daging, buah, sayur, air yang telah terkontaminasi serta susu yang belum dipasteurisasi. Kotoran manusia dan hewan merupakan sumber penularan E.coli O157:H7 terhadap manusia (Anggraini et al., 2013)Penularan pada bakteri-bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Penularan tersebut juga dapat disebabkan karena tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja yang terinfeksi sehingga terjadi kontaminasi perabotan melalui alat-alat yang dipegang. Oleh karena sifat patogennya bermacam-macam, jumlah maksimal bakteri E.coli dalam produk olahan menjadi salah satu syarat mutlak (Boel, 2004) Menurut Said dan Ruliasih (2005), Perpindahan atau transmisi meliputi transpor agen infeksi dari reservoir ke inang (host). Hal ini merupakan jaringan yang penting di dalalm rantai infeksi. Organisme patogen dapat berpindah dari reservoir ke dalam inang atau host melalu berbagai rute :a. Perpindahan dari orang ke orang (Bersentuhan, berjabat tangan dan lain-lain yang kemudian diteruskan melalui mulut)b. Perpindahan melalui air (Air tanah atau permukaan yang terkontaminasi tinja yang mengandung E.coli kemudian air diminum manusia atau ternak)c. Perpindahan melalui makanan yang terinfeksi E.coli kemudian dikonsumsi oleh manusia (bersifat Vektor)d. Perpindahan melalui udara. Perpindahan melaui udara dapat terjadi pada pengolahan air limbah atau irigasi dengan menggunakan efluen air limbah yang terkontaminasi E.colie. Perpindahan melalui Vektor. Hewan ternak, ikan, dan produk yang dibuat daripadanya merupakan Vektor dari E.coli

2.2 Cara pencegahan penyakitUntuk mencegah food-borne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC) terdiri dari 4 point plan, yaitu (1) CLEAN. Mencuci tangan sebelum melakukan handling makanan adalah salah satu cara baik untuk mengurangi penyebaran food-borne disease. Mencuci peralatan yang digunakan untuk prosesing serta sanitizing dapat mengurangi jumlah bakteri dan mencegah terjadinya food-borne disease. (2) CHILL. Bakteri dapat tumbuh pada danger zone yaitu antara 4 dan 60 C. Sehingga penyimpanan makanan pada suhu refrigerator (4 C) dan freezing dapat mengurangi laju pertumbuhan bakateri. (3) SEPARATE. Bakteri yang terdapat pada raw meat dapat menyebabkan kontaminasi pada pisau serta peralatan lain. Sehingga memisahkan bahan makanan raw material dengan makanan yang telah siap saji perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya food-borne disease. (4) COOK. Memasak daging sampai bebar-benar matang dapat menyebabkan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) yang berada dalam bahan makanan tersebut mati (Andriani, 2010)Penanganan selama proses produksi, transportasi dan distribusi produk sampai ke pedagang eceran serta saat persiapan penanganan makanan oleh konsumen. Hendaknya mereka mengikuti tahap-tahap prosedur kontrol analisis untuk menentukan titik kritis yang berbahaya, terutama dalam perencanaan pemotongan hewan serta terlaksananya manajemen peternakan yang baik untuk menurunkan infeksi Escherichia coli O157:H7 (Sartika et al., 2005)2.3 Epidemiologi2.3.1 Epidemiologi E.coliKontaminasi dapat berasal dari hewan produksi (peternakan) atau juga dari tenaga penjamah itu sendiri. Sedangkan kontaminasi silang dapat terjadi bila makanan jadi yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan meja ata alat pengolah makanan selama proses persiapan yang sebelumnya telah terkontaminasi kuman patogen. Manusia yang terpapar oleh kuman E.coli O157:H7 disebabkan oleh kontak langsung dengan hewan infektif atau akibat mengkonsumsi makanan seperti daging, buah, sayur, air yang telah terkontaminasi serta susu yang belum dipasteurisasi. Manure (kotoran sapi) merupakan sumber penularan E.coli O157:H7 terhadap manusia. Apabila lahan pertanian menggunakan manure sebagai pupuk organik, maka kemungkinan besar akan menjadi sumber penularan kuman patogen melalui makanan, contohnya kentang, cedar apel, sawi, kol dan jenis sayuran lainnya (Sartika et al, 2005)

Gb. Epidemiologi E.coliBakteri E. coli yang menyebar ke dalam lingkungan langsung dari hewan melalui kotoran, dan mencemari sampah, dan lantai hewan yang ditempatkan di dalam ruangan dan tanah untuk hewan luar ruangan. Mereka dapat bertahan untuk waktu yang lama, mungkin lebih dari 10 minggu, dan menyebar melalui lumpur dan pupuk kandang yang digunakan untuk memupuk buah dan tanaman, serta mengkontaminasi tanah dan air permukaan. E. coli ditransmisikan ke hewan lain melalui pakan yang terkontaminasi, penanganan, dan air minum, dan mungkin peternakan ke peternakan dengan kendaraan seperti transportasi truk. Infeksi terjadi melalui rute oral atau melalui menghirup debu yang terkontaminasi dalam kasus burung. E. coli dari hewan juga dapat menular ke manusia melalui kontak langsung, atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi setelah penyebaran pupuk kandang, atau konsumsi daging setelah kontaminasi daging di rumah pemotongan. Infeksi usus akibat ETEC dan penyakit edema STEC pada babi sering menular, strain yang sama yang ditemukan dalam jumlah tinggi dan di beberapa babi yang sakit dan dari satu batch yang lain. Strain ini biasanya menyebar selama beberapa hari setelah infeksi, mungkin karena perkembangan imunitas. Infeksi ExPEC tidak bertindak seperti penyakit menular. Strain yang berbeda ditemukan di masing-masing hewan individu, dan infeksi campuran lebih dari satu strain yang sering ditemukan pada salah satu hewan. Mikroflora feses merupakan reservoir untuk infeksi ekstraintestinal seperti mastitis, dan infeksi saluran urogenital. Demikian pula, EPEC biasanya ditemukan di usus dan kotoran hewan normal, namun dapat menyebabkan penyakit pada hewan immunocompromised (Fairbrother et al., 2000) Bakteri E. coli O157: H7 terdapat dalam lumen saluran pencernaan ternak sapi yang sehat. Proses pemotongan hewan yang kurang higienis di rumah potong dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri pada daging. Sedangkan kontaminasi pada susu dapat terjadi akibat ambing sapi perah telah terinfeksi oleh bakteri, atau kontaminasi berasal dari alat-alat pemerahan yang digunakan. Daging dan susu yang telah terkontaminasi oleh E. coli O157: H7 dan tidak dimasak secara sempurna dapat menyebabkan infeksi E. coli O157: H7 pada manusia yang mengkonsumsi. Daging dan susu yang telah terkontaminasi bakteri E. coli O157: H7 tidak memperlihatkan perubahan organoleptik baik warna, rasa, maupun bau. Manusia yang tempat tinggalnya berdekatan dengan peternakan juga dapat terinfeksi bakteri E. coli O157: H7 yang berada dalam peternakan tersebut. Selain disebarkan oleh ternak sapi melalui daging dan susunya, bakteri E. coli O157: H7 juga dapat ditularkan dari manusia yang telah terinfeksi ke manusia yang lainnya. Penyebaran bakteri E. coli O157: H7 dari manusia ke manusia yang lain terjadi secara peroral (Andriani, 2010)2.3.2 Epidemiologi penyakit diare

Gb. Epidemiologi DiareMenurut Huwaida (2014), E. coli menjadi patogen jika jumlah bakteri ini dalam saluran pencernaan meningkat atau berada di luar usus. E. coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. E. coli berasosiasi dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel. Epidemiolginya sebagai berikut :a) Penyebaran kuman yang menyebabkan diare Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar atau yang terkontaminasi tinja. b) Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diarec) Faktor lingkungan dan perilaku Penyakit diare adalah salah satu penyakit yang berasal dari lingkungan. Dua faktor yang dominan pada penyakit diare, yaitu dari sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan saling berhubungan dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.2.3 Sifat PatogenitasMenurut Fairbrother et al., (2000), E. coli patogen dalam setiap patotipe dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai virotypes, berdasarkan gen virulensi yang mereka miliki. Sebuah virotype adalah kombinasi gen tertentu virulensi. Faktor virulensi penting dikodekan oleh gen-gen ini termasuk adhesins fimbrial, enterotoksin, sitotoksin, kapsul, dan lipopolisakarida, atau LPS. E. coli patogen juga dapat dibedakan oleh serotypinc, berdasarkan perbedaan antigenik dalam O antigen dari LPS, dalam flagellar atau antigen H, dan antigen fimbrial atau F. Diagram berikut menunjukkan bagaimana patogen E. coli setiap penyakit patotipe penyebabnya. Ikuti link yang sesuai untuk mempelajari faktor-faktor virulensi yang terlibat dalam setiap langkah dari proses penyakit, dan apa O serotipe dan virotypes penting.ETEC

Bakteri patogen mencemari lingkungan tertelan oleh hewan rentan dan memasuki saluran usus (1). Bakteri ini memiliki adhesi fimbrial yang memediasi kepatuhan terhadap reseptor spesifik pada sel epitel usus (2). Mengakibatkan kolonisasi bakteri kebanyakan ditemukan pada mukosa jejunum dan ileum atau. Bakteri patuh menghasilkan enterotoksin yang menstimulasi air dan kehilangan elektrolit ke dalam lumen usus (3), yang menyebabkan dehidrasi dan mungkin kematian, dan berat badan menurun dalam hidup hewan (4)STEC EDEMA DISEASE

Bakteri patogen mencemari lingkungan tertelan oleh hewan rentan dan memasuki saluran usus (1). Bakteri ini memiliki adhesi fimbrial yang memediasi kepatuhan terhadap reseptor spesifik pada sel epitel usus (2). Mengakibatkan kolonisasi bakteri kebanyakan ditemukan pada mukosa jejunum dan ileum atau. Bakteri patuh menghasilkan racun yang diangkut melintasi sel-sel epitel ke sirkulasi (3). Racun ini bekerja pada sel-sel endotel pembuluh darah, mengakibatkan edema pada jaringan yang berbeda, yang mengarah ke manifestasi gejala seperti ataksia dan kematian (4).

EPEC

Bakteri patogen mencemari lingkungan tertelan oleh hewan rentan dan memasuki saluran usus (1). Focal kolonisasi bakteri yang luas dari usus kecil dan besar diamati (2). Bakteri menghasilkan reseptor khusus mereka sendiri yang disuntikkan ke dalam sel epitel inang melalui aparat bakteri jarum suntik-seperti. Sebuah adhesin bakteri kemudian menengahi lampiran yang sangat intim bakteri ke reseptor sel dan sinyal bakteri merangsang penipisan dari mikrovili, atau perbatasan kuas, dan reorganisasi sitoskeleton sel (3). Bakteri patuh juga merangsang degenerasi sel epitel, dan infiltrasi PMN lamina propria dalam. Perubahan sel ini dapat menyebabkan munculnya diare (4)

ExPEC

Berpotensi bakteri patogen mencemari lingkungan tertelan oleh hewan rentan dan memasuki saluran usus atau masukkan melalui saluran pernafasan (ayam) (1). Bakteri ini dianggap patogen oportunistik, mereka tetap sebagai bagian dari mikroflora normal dan menjajah usus, pernapasan atau permukaan mukosa lainnya, mungkin karena adhesins fimbrial (2). Ketika hewan tersebut melemah, seperti berikut infeksi virus, karena konsumsi mikotoksin, atau ketika bayi yang baru lahir belum menerima cukup kolostrum, bakteri melewati lebih mudah melalui mukosa ke sirkulasi (3). Bakteri diinternalisasi dapat melawan efek mematikan komplemen dan fagosit (4) dan bertahan dan berkembang biak dalam sistem (5 juga sebagian karena produksi aerobactin. Produksi racun oleh bakteri dapat menyebabkan kerusakan jaringan (6). Pelepasan endotoksin oleh bakteri mati, dapat memicu respons sitokin menyebabkan shock dan kematian hewan (7). Pada infeksi lokal, mungkin ada interaksi bakteri dengan matriks ekstraselular, yang mengarah ke pneumonia, serositis, mastitis, infeksi saluran kemih, dll (8)

STEC Ruminants and contamination cycleBakteri yang berpotensi patogen yang dicerna oleh ternak ruminansia dan lainnya (1) dan menjajah saluran usus, tetapi tidak menyebabkan penyakit pada hewan-hewan ini. Bakteri diekskresikan dalam tinja dan mencemari lingkungan, termasuk minum dan kolam air populasi manusia (2). Ada juga mungkin kontaminasi makanan seperti buah-buahan, sayuran, kecambah, selada, dan susu mentah dan jus (3). Mungkin ada kontaminasi bangkai di pembantaian, dan bakteri akan dicampur ke daging sapi. Orang yang bersentuhan langsung dengan hewan, yang bekerja di peternakan atau dalam pembantaian-rumah, juga dapat terkontaminasi oleh bakteri (4). Ada juga dapat menyebar bakteri dari orang ke orang (5). Pada manusia, bakteri ini menjajah sebagian usus besar dan menyebabkan melampirkan sama dan menonjolkan lesi dengan yang dijelaskan untuk AEEC (6). Bakteri menghasilkan reseptor khusus mereka sendiri yang disuntikkan ke dalam sel epitel inang melalui aparat bakteri jarum suntik-seperti. Sebuah adhesin bakteri kemudian menengahi lampiran yang sangat intim bakteri ke reseptor sel dan sinyal bakteri merangsang penipisan dari mikrovili, atau perbatasan kuas, dan reorganisasi sitoskeleton sel. Bakteri patuh menghasilkan racun yang diangkut melintasi sel-sel epitel ke sirkulasi (7). Racun ini bekerja pada sel-sel endotel pembuluh darah, sehingga tidak berdarah diare berdarah dan kram perut (8). Mungkin ada komplikasi sindrom uremik hemolitik yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut, terutama pada anak-anak

Kuman ini flora normal dalam usus, menjadi patogen apabila mencapai jaringan di luar saluran pencernaan ,saluran air kemih ,saluran empedu, paru-paru poriteneum dan selaput otak yang menyebabkan peradangan pada tempat tersebut. E.coli dapat menyebabkan penyakit diare (Winarno, 2008)Menyebabkan penyakit bila resistensi usus melemah. Bakteri akan menyerang jaringan dinding usus yang akan menyebabkan diare pada usus manusia. perlekatan kuman pada sel mukosa usus (epitel usus), kuman menelurkan toxin (diare) (Hendrayana et al., 2012)Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia. Enteropatogenic Escherichia coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak di negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum jelas diketahui (Jalaluddin, 2012)Escherichia coli akan menjadi patogen bila pindah dari habitatnya yang normal kebagian lain dalam inang, misalnya, bila E. coli di dalam usus masuk ke dalam saluran kandung kemih kelamin dapat menyebabkan sistitis, yaitu suatu peradangan pada selaput lendir organ tersebut (Melliawati, 2009)patogenitas dari kuman Escherichia coli juga dapat menyebabkan sepsis. Ketika host dalam keadaan normal, Escherichia coli dapat mencapai aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir rentan sekali terhadap sepsis Escherichia coli karena mereka kekurangan antibody IgM. Sepsis dapat terjadi setelah infeksi saluran kencing (Jawert et al., 2005)Infeksi saluran kemih : E.coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria. Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E. coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan tanda-tanda khusus sepsis. E.coli Yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis berhubungan dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah P. Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan pielonefritis. Infeksi dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena adanya pembesaran prostat, baru dan kehamilan. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis (Boel, 2004)Sebagai salah satu serotipe E. coli yang bersifat zoonosis, patogenitas dari bakteri ini ditentukan oleh kemampuannya untuk menghasilkan satu atau lebih sitotoksin yang sangat potensial yang dikenal dengan nama Shiga like toxin atau verotoxin, di samping kemampuan bakteri ini untuk melakukan penempelan dan perlekatan terutama pada sekum dan kolon (Suardana et al., 2014)Sebagai bakteri yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki beberapa factor virulen yang membantu bakteri menyerang induk semangnya nya yaitu saluran pencernaan manusia. Shiga like toxin (SLT) atau shiga toxin yaitu Stx1 dan Stx2 adalah salah satu factor virulen dari E. coli O157: H7 yang utama. Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam lumen usus manusia dapat masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat adanya factor virulen yang lain yaitu intimin. Faktor virulen intimin dapat menyebabkan munculnya attaching dan effacing lesions sehingga terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). Bakteri EHEC menghasilkan factor protein EspA dan EspB yang dapat membantu terjadinya penempelan pada epithel usus, dengan dibantu adanya gene eae yang terdapat pada bakteri EHEC. Setelah bakteri EHEC berhasil menempel pada epithel usus dan menimbulkan lesi maka bakteri dan toxin yang telah dihasilkan dalam lumen usus dapat menembus ke bagian lapisan yang lebih dalam dan menembus lapisan endothel sehingga masuk kedalam aliran darah (Fontaine et al., 2002)

Pada Gambar 1 dapat dilihat proses penempelan bakteri enterohemorrhagic E. coli (EHEC) pada permukaan lumen usus. EHEC yang menempel pada sep epithel akhirnya menyebabkan terjadinya attaching dan effacing lesion yang diikuti dengan lepasnya microvilli serta terjadinya bentuk perlekatan pedestal. Kemudian Shiga toxin yang telah dihasilkan akan masuk ke bagian yang lebih dalam dan meninggalkan lumen sehingga menyebabkan efek sistemik (Maynard et al., 2003)

2.5 Diagnosis LabDiagnosa penderita diare berdarah karena infeksi enterohemorrhagic E. coli (EHEC) dilakukan dengan melakukan kultur specimen dalam media sorbitol MacConkey (SMAC) agar atau menggunakan cefeximine potassium tellurit sorbitol-MacConcay agar (CT-SMAC). Saat ini telah tersedia teknik rapid deteksi yang berbasis PCR di pasaran. Selain itu teknologi deteksi menggunakan fluorescent dan deteksi antibody juga dapat digunakan untuk mendiagnosa. Untuk melakukan deteksi dan isolasi shiga toxin dapat digunakan metode deteksi ELISA dan Immunobloting (Andriani, 2010)

Pengujian awal patogen E.coli menggunakn multipleks PCR. Pengayaan disesuaikan dengan spesies hewan tertentu terutama babi, sapi, anjing dan kucing, kelinci, dan manusia. Sampel positif dapat diperiksa lebih lanjut untuk isolasi patogen E. coli dan analisis lengkap (virotyping) untuk skala besar hingga 100 atau lebih faktor virulensi menggunakan multipleks PCR dan / atau hibridisasi koloni, memungkinkan kita untuk mengkonfirmasi potensi patogen individu isolat. O serotyping dan H typing dapat dilakukan untuk membantu dalam identifikasi isolat patogen (Noamani et al., 2003)

2.6 Biologi E.coliSel Escherichia coli memiliki ukuran panjang 2,0 6,0 m, tersusun tunggal berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu 10 40oC dengan suhu optimum 37oC. Bakteri ini mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 7,5. Bakteri ini sangat sensitif terhadap panas dan dapat diinaktifkan pada suhu pasteurisasi bakteri ini termasuk ke dalam bakteri anaerobik fakultatif, yang artinya bakteri ini secara terbatas dapat hidup dalam keadaan aerobik ataupun anaerobik serta merupakan bakteri Gram negatif dan dapat bertahan hidup hingga suhu 60oC selama 15 menit atau pada 55oC selama 60 menit (Yusuf, 2011)

E. coli adalah bakteri batang Gram-negatif yang mendiami mikroflora usus atau ekosistem sebagian besar spesies mamalia dan burung. E. coli diklasifikasikan menjadi 150 sampai 200 serotipe atau serogrup berdasarkan somatik (O), kapsul (K), fimbrial (F) dan flagellar (H) antigen (Noamani et al., 2003)Bentuk bulat cenderung ke batang panjang. Bentuk batang, biasanya berukuran 0,5 x 1 - 3 . Terdapat sendiri sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek Bergerak atau tidak bergerak bergerak dengan menggunakan flagella peritrik biasanya tidak berbentuk kapsul Tidak membentuk spora Gram negatif Aerob, anaerob fakultatif (Melliawati, 2009)

2.7 Respon resistensi pada inangRespon induksi inang dengan mengikuti bakteri. Lampiran bakteri ke reseptor sel epitel akktif secara spesifik, TLR4-dependent, transmembran jalur sinyal (langkah 1). Sel epitel diaktifkan menanggapi dengan sekresi sitokin dan ekspresireseptor. Dalam fl sel inflamasi direkrut pada mukosa dan membunuh bakteri dalam perjalanan mereka melintasi mukosa (langkah 2). P fimbriae danfimbriae tipe 1 menggunakan reseptor yang berbeda dan jalur sinyal TLR4 yang berbeda. Mengikat P fi mbriae ke reseptor Gala1-4Galbepitop di globoseries dari glikosfingolipid (GSLs) dan mengaktifkan sel-sel epitel melalui TLR4 dalam LPS-independen, Ser / Thr protein kinase tergantung cara dan dengan dikeluarkannya ceramide. Tipe 1 fimbriae mengikat residu mannose (AMAN) pada glikoproteindan juga mengaktifkan sel-sel epitel melalui TLR4, tetapi dengan keterlibatan protein kinase tirosin dan LPS (Bergsten et al., 2005)

Gb. Respon resistensi sel inang

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulana. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung ( bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya ) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau minuman. dipindah sebarkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui makanan atau minuman. Air dan makanan merupakan faktor penularan atau penyebaran E.coli. Escherichia coli dapat dipindah sebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lainb. Untuk mencegah food-borne disease yang disebabkan oleh enterohemorrhagic E. coli (EHEC) terdiri dari 4 point plan, yaitu (1) CLEAN (2) CHILL (3) SEPARATE (4) COOKc. Kontaminasi dapat berasal dari hewan produksi (peternakan) atau juga dari tenaga penjamah itu sendiri. Sedangkan kontaminasi silang dapat terjadi bila makanan jadi yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan meja ata alat pengolah makanan selama proses persiapan yang sebelumnya telah terkontaminasi kuman patogen. Manusia yang terpapar oleh kuman E.coli O157:H7 disebabkan oleh kontak langsung dengan hewan infektif atau akibat mengkonsumsi makanan seperti daging, buah, sayur, air yang telah terkontaminasi serta susu yang belum dipasteurisasi. Manure (kotoran sapi) merupakan sumber penularan E.coli O157:H7 terhadap manusia.d. Escherichia coli akan menjadi patogen bila pindah dari habitatnya yang normal kebagian lain dalam inange. Pengujian awal patogen E.coli menggunakan multipleks PCRf. Sel Escherichia coli memiliki ukuran panjang 2,0 6,0 m, tersusun tunggal berpasangan. Escherichia coli tumbuh pada suhu 10 40oC dengan suhu optimum 37oC. Bakteri ini mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 7,5g. Resistensi inang ada dua cara yaitu 1.adhesion, signaling, activation, 2.mediator release, neutrophil recruitment3.2 Sarana. Untuk mengurangi penyebaran bakteri E. coli O157:H7 perlu dilakukan saat hewan masih diternakkan di farm, yaitu dengan mengurangi kejadian infeksi pada ternak sapi (good farming practices) sampai proses penyembelihan di rumah potong hewan. b. Penyebaran E. coli selain dari hewan ke manusia dapat juga terjadi dari manusia ke manusia. Sehingga peran hygiene individu dan safe food handling adalah sangat penting dalam penyebaran foodborne disease

DAFTAR PUSTAKAAndriani. 2010.ESCHERICHIA COLI 0157 H:7 SEBAGAI PENYEBAB PENYAKIT ZOONOSIS. Balai Penelitian Veteriner. BogorAnggraini R, Marniati Salim, dan Elida Mardiah. 2013. UJI BAKTERI ESCHERICHIA COLI YANG RESISTAN TERHADAP ANTIBIOTIK PADA IKAN KAPAS-KAPAS DI SUNGAI BATANG ARAU PADANG. Jurnal Kimia Unand (ISSN No. 2303-3401), Volume 2 Nomor 2, Mei 2013Bekal S, Brousseau R, Masson L, Prfontaine G, Fairbrother JM and Harel J .2003. Rapid identification ofEscherichia colipathotypes by virulence gene detection with DNA microarrays.Journal of Clinical Microbiology41: 2113-2125.Bergstena G, Bjorn Wullta,b, Catharina Svanborg. 2005. Escherichia coli, mbriae, bacterial persistence and host response inductionin the human urinary tract. International Journal of Medical Microbiology 295 (2005) 487502Boel T. 2004. INFEKSI SALURAN KEMIH DAN KELAMIN. 2004 Digitized by USU digital libraryFairbrother JM, Higgins R and Desautels C .2000. Trends in pathotypes and antimicrobial resistance ofEscherichia coliisolates from weaned pigs. In proceedings of the 16th Congress of the International Pig Veterinary Society, Melbourne, Australia p. 17Fontaine F, Prs S, Gyles CL and Fairbrother JM .2002. Trends in O149:K91 EnterotoxigenicEscherichia colifrom pigs in Qubec. In proceedings of the 17th IPVS Congress, Ames, Iowa, USA. p 70.Huwaida R N. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah E.coli air bersih pada penderita diare. UIN SYARIF HIDAYATULLAH. JAKARTAHendrayana M A, Komang Januartha Putra Pinatih, Amy Yelly. 2012. DETEKSI BAKTERI Escherichia coli SEROTIPE O157 PADA DAGING BABI DARI PEDAGANG DAGING BABI DI KOTA DENPASAR. MEDICINA VOLUME 43 NOMOR 1 JANUARI 2012

Jalaluddin. 2012. ANALISA BAKTERI Escherichia coli DI KOLAM RENANG WATERBOOM ULEE LHEUE KOTA BANDA ACEH. AKADEMI ANALIS KESEHATAN BANDA ACEHJawetz M; Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Alih Bahasa: Huriwati Hartanto dkk. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Cetakan I, 2008.Maynard C, Fairbrother JM, Bekal S, Sanschagrin F, Lvesque RC, Brousseau R, Masson L, Larivire S and Harel J .2003. Antimicrobial resistance genes in enterotoxigenicEscherichia coliO149:K91 isolates obtained over a 23-Year period from pigs.Antimicrobial Agents and Chemotherapy47: 3214-3221Melliawati R. 2009. ESCHERICHIA COLI dalam kehidupan manusia. BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009Noamani B, Fairbrother JM and Gyles CL .2003. Virulence genes of O149 enterotoxigenicEscherichia coliof postweaning diarrhea in pigs.Veterinary Microbiology97: 87-101.Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar Dasar Mikrobiologi, Jakarta : UI Press.Said NI dan Ruliasih Marsidi. 2005. Mikroorganisme patogen dan parasit dalam air limbah domestik serta alternatif teknologi pengolahan. JAI VOL 1 NO 1 2005Suardana I W, Iwan Harjono Utama, dan Michael Haryadi Wibowo. 2014. IDENTIFIKASI Escherichia coli O157:H7 DARI FESES AYAM DAN UJI PROFIL HEMOLISISNYA PADA MEDIA AGAR DARAH. Jurnal Kedokteran Hewan ISSN : 1978-225XSartika R A D, Yvonne M. Indrawani, Trini Sudiarti. 2005. ANALISIS MIKROBIOLOGI ESCHERICHIA COLI O157:H7 PADA HASIL OLAHAN HEWAN SAPI DALAM PROSES PRODUKSINYA. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2005: 23-28Yusuf A. 2011. TINGKAT KONTAMINASI Escherichia coli PADA SUSU SEGAR DI KAWASAN GUNUNG PERAK, KABUPATEN SINJAI. UNIVERSITAS HASANUDDIN. MAKASSAR

4