ERUPSIO DIFFICILIS
-
Upload
paramitha-adriyati -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
description
Transcript of ERUPSIO DIFFICILIS
ERUPSIO DIFFICILIS
Definisi
Erupsio Difficilis atau impaksi adalah kesulitan gigi untuk erupsi dikarenakan jalur erupsi
gigi tersebut terhalang. Gigi impaksi dapat berupa impaksi penuh (completed impacted) apabila
seluruh gigi tertutupi oleh jaringan lunak dan sebagian atau seluruhnya tertutup oleh tulang
dalam alveolus. Erupsi sebagian bila gigi tidak dapat erupsi sempurna dalam posisi normal
fungsionalnya. Ankilosis bila menyatu dengan tulang alveolar.
Gigi yang sering mangalami impaksi adalah gigi molar (geraham) ketiga. Gigi ini
memiliki berbagai macam nama antara lain wisdom tooth dalam bahasa inggris, bam wekas
dalam bahasa jawa, dll. Hal ini tentu dikarenakan gigi tersebut normal erupsi pada umur 18-25
tahun yaitu saat seseorang menjadi dewasa. Gigi molar ketiga mengalami kalsifikasi
(pembentukan kalsium) awal usia 8-10 tahun dan mahkotanya terbentuk lengkap pada usia 12-16
tahun. Gigi ini akan mengalami erupsi pada usia 17-21 tahun dan akarnya terbentuk dengan
sempurna pada usia 18-25 tahun.
Etiologi
Secara prinsip masalah impaksi timbul karena ketidaksesuaian antara ukuran bentuk gigi
dan rahang. Hal ini kemungkinan dikarenakan yang pertama bahwa sejalan dengan evolusi
primata terjadi peningkatan ukuran otak dengan mengorbankan ukuran rahang yang tidak selalu
disertai oleh reduksi sepadan ukuran atau jumlah gigi. Hasilnya adalah banyak individu yang
mengalami gigi yang sangat berjejal dan pada keadaan yang ekstrim tidak tersedia ruang sama
sekali bagi gigi yang erupsi. Yang kedua dikarenakan peradaban manusia modern yang terjadi
perubahan pola makan selama kira-kira 2000 tahun terakhir dan hal ini menyebabkan
penggunaan gigi kurang maksimal. Perubahan pola makan yang semula berupa makanan yang
padat dan membutuhkan pengunyahan lebih banyak berkembang dan menyebabkan proses
pengunyahan kurang dibutuhkan terutama dikarenakan proses pemasakan . selain itu nilai kalori
makanan produksi pabrik menjadi semakin terkonsentrasi dan gula halus tersedia secara luas.
Hasilnya adalah ukuran gigi tidak berubah seperti seharusnya oleh efek atrisi dan inilah yang
menyebabkan meningkatnya impaksi. Aktivitas otot juga berperan untuk menstimulasi
pertumbuhan rahang.
Benih gigi yang miring dapat menjadi penyebab dalam terjadinya impaksi dan hal ini
dapat dilihat sejak mahkotanya terbentuk lengkap. Infeksi kronis pada ginggiva dapat
menyebabkan ginggiva menebal dan gigi sukar menembus ginggiva.
Gejala dan Tanda
Gejala dapat tanpa keluhan hingga rasa sakit atau kaku pada rahang di area gigi molar
tiga yang impaksi; sakit kepala, sakit pada telinga atau leher; bau mulut akibat adanya infeksi.
Gigi impaksi seringkali tidak sakit dan tidak memperlihatkan persoalan. Akan tetapi gigi impaksi
dapat mendorong gigi tetangganya sehingga menyebabkan misalignment of bite. Gigi yang
tumbuh sebagian dapat menyebabkan timbunan makanan, plak dan debris lain pada jaringan
sekitar gigi sehingga menyebabkan inflamasi dan tenderness pada ginggiva yang disebut
perikoronitis. Perikoronitis juga dapat disebabkan hubungan gigi molar ketiga atas dan bawah
dimana terjadi trauma bila gigi molar tiga tas sudah tumuh namun gigi molar tiga bawah belum
tumbuh.
Komplikasi
Perikoronitis biasanya menunjukkan gejala-gejala seperti rasa sakit pada ginggiva atau
tulang, rasa yang tidak enak pada waktu menggigit. Pada gigi yang tidak tumbuh tampak celah,
nafas yang tidak enak, ginggiva di sekitar gigi impaksi berwarna merah dan bengkak, kadang-
kadang terjadi pembesaran limfonodi, dan kesulitan membuka mulut. Penampakan klinis
perikoronitis dan komplikasi yang ditimbulkan menunjukkan bahwa bakteri terlibat dalam
patologi perikoronitis yang paling banyak dijumpai adalah Streptococcus mutans dan oralis.
Nodus limfatikus dapat mengalami pembengkakan dan nyeri pada submandibula dan submental.
Trismus dan gerakan rahang dapat terganggu, rasa nyeri menyebar secara radial dan timbul
kesulitan untuk makan makanan padat.
Dapat terjadi kista pada gigi yang terbentuk saat gigi masih berada dalam ginggiva,
Ameloblastoma, hingga fraktur mandibula terutama pada angulus.
Penanganan
Sebelum dilakukan pembedahan untuk mengexpose gigi impaksi, sangat penting
untuk mengetahui posisi gigi tersebut secara tepat. Radiografi panoramik biasanya dilakukan
untuk mengetahui letak gigi impaksi. Radiografi oklusal dan periapikal terbukti lebih
membantu dalam menentukan posisi gigi impaksi dengan tepat, yang mungkin posisi gigi
impaksi dapat overlap terhadap akar gigi yang sudah erupsi.
Pngambilan gigi yang erupsi dapat dilakukan dengan odontektomi dan odontotomi.
Odontektomi adalah pencabutan dengan pembukaan flap, kemudian diambil gigi yang impaksi
secara utuh. Sedangkan Odontotomi adalah pencabutan dengan pembukaan flap, kemudian
diambil gigi yang erupsi dengan cara dipotong-potong terlebih dahulu.