erupsi akneiformis

31
BAB I PENDAHULUAN Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. Akne ditandai dengan kondisi kulit yang berminyak dengan sebum yang berlebihan, komedo yang terbuka dan tertutup, papul eritema dan pustule, pada sebagian kasus juga terdapat nodul, pustul yang dalam dan pseudocysts. 1 Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda. 1 Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneiformis disangka sebagai salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis dan gejalanya berbeda. Erupsi akneiformis diinduksi oleh obat-obatan seperti yodida dari medium kontras yang radiopaque atau yodida potassium bromides seperti propantheline bromide, testosterone, siklosporin, 1

description

erupsi akneiformis

Transcript of erupsi akneiformis

Page 1: erupsi akneiformis

BAB I

PENDAHULUAN

Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun

folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule,

nodus, dan kista pada tempat predileksinya. Akne ditandai dengan kondisi kulit

yang berminyak dengan sebum yang berlebihan, komedo yang terbuka dan

tertutup, papul eritema dan pustule, pada sebagian kasus juga terdapat nodul,

pustul yang dalam dan pseudocysts.1

Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan

lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya.

Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi

yang berbeda.1

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa

peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Etiologi

penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneiformis disangka sebagai

salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis dan

gejalanya berbeda. Erupsi akneiformis diinduksi oleh obat-obatan seperti

yodida dari medium kontras yang radiopaque atau yodida potassium bromides

seperti propantheline bromide, testosterone, siklosporin, obat antiepilepsi,

litium dan kortikosteroid sistemik.1

Etiologi erupsi akneiformis sampai saat ini masih belum dapat diketahui

secara pasti, namun diduga erupsi akneiformis disebabkan oleh obat, baik obat-

obatan yang digunakan secara sistemik maupun yang digunakan secara topikal.

Erupsi akneformis adalah reaksi kulit yang berupa peradangan folikular akibat

adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena eksresi substansi

penyebab (obat) pada kelenjar kulit. Umumnya reaksi pada kulit atau daerah

mukokutan yang terjadi sebagai akibat pemberian obat (erupsi obat) timbul karena

reaksi hipersensitivitas berdasarkan mekanisme imunologis, tetapi reaksi ini juga

dapat terjadi melalui mekanisme non imunologis yang disebabkan karena dosis

1

Page 2: erupsi akneiformis

yang berlebihan, akumulasi obat atau karena efek farmakologi yang tidak

diinginkan.1

Erupsi akneiformis dapat muncul pada lokasi yang tidak khas, misalnya

lengan dan tungkai. Bentuk lesi pada umumnya monomorf dan tidak

ditemukan komedo. Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara

akut atau subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja,

namun di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea.

Manifestasi klinis erupsi adalah papul dan pustule, monomorfik atau

oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi sekunder

kemudian setelah sisitem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, dan

umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita berbeda dari remaja sampai orang

tua.1

2

Page 3: erupsi akneiformis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa

rekasi peradangan folikular dengan manifestasi klinik papulapustular, komedo,

kista atau nodul yang menyerupai akne vulgaris.1

B. Etiologi

Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneformis

disangka sebagai salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa

etiopatogenesis dan gejalanya berbeda. Induksi obat yang diberikan secara

sistemik diakui sebagai faktor penyebab yang paling utama. Ada pula yang

mengganggap bahwa erupsi akneformis dapat disebabkan oleh aplikasi topikal

kortikosteroid, psoralen dan ultraviolet A (PUVA) atau radiasi, bahkan berbagai

bahan kimia yang kontak ke kulit akibat kerja (minyak, klor), kosmetika, atau

tekanan pada kulit.2

Erupsi akneiformis dapat disebabkan oleh : 2

Reaksi daripada obat-obatan – penyebab paling terbanyak (contohnya

kortikosteroid, ACTH, INH, yodida dan bromide, Phenobarbital, vitamin

B2,B6 dan B12, definil hidantoin, trimetadion,tetrasiklin, lithium, pil

kontrasepsi, kina, rifampisin.

Infeksi

Ketidakseimbangan hormonal atau metabolit

Kelainan genetik

C. Patogenesis

Mekanisme patogenesis terjadinya erupsi akneiformis belum diketahui

secara pasti. Erupsi akneiformis terjadi melalui mekanisme non imunologis yang

dapat disebabkan karena dosis yang berlebihan, akumulasi obat atau karena efek

3

Page 4: erupsi akneiformis

farmakologi yang tidak diinginkan. Andrew J.M dalam bahasannya tentang

Cutaneous Drug Eruption menyatakan bahwa mekanisme non imunologis

merupakan suatu reaksi pseudo-allergic yang menyerupai reaksi alergi, tetapi

tidak bersifat antibody-dependent. Ada satu atau lebih mekanisme yang terlibat

dalam reaksi tersebut, yaitu: pelepasan mediator sel mast dengan cara langsung,

aktivasi langsung dari sistem komplemen, atau pengaruh langsung pada

metabolisme enzim asam arachidonat sel. Selain itu adanya efek sekunder yang

merupakan bagian dari efek farmakologis obat, juga dapat menimbulkan

manifestasi di jaringan kulit. 2,3

Wasitaatmadja dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

mengatakan bahwa erupsi akneformis adalah reaksi kulit yang berupa peradangan

folikular akibat adanya iritasi epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena

ekskresi substansi penyebab (obat) pada kelenjar kulit.1

D. Gambaran Klinis

Erupsi akneiformis timbul secara akut atau subakut

Tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne sahaja namun di seluruh

tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea.

Manifestasi klinis tampak papul dan pustule monomorfik atau oligomorfik

pada mulanya tanpa komedo.

Komedo dapat terjadi sekunder kemudian setelah sistem sebum ikut

terganggu

Dapat disertai deman atau malaise.

Umumnya tidak disertai gatal.2

Berbeda dengan akne, erupsi akneformis dapat timbul secara akut,

subakut, dan kronis. Tempat terjadinya tidak hanya terjadi di tempat predileksi

akne saja, namun dapat terjadi di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel

pilosebasea. Tempat tersering pada dada, punggung bagian atas dan lengan.3,4

Gambaran klinis berupa papul yang eritematous, pustul, monomorfik

atau oligomorfik, biasanya tanpa komedo, komedo dapat terjadi kemudian setelah

4

Page 5: erupsi akneiformis

sistem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, malaise, dan umumnya tidak

terasa gatal. Umur penderita bervariasi, mulai dari remaja sampai orang tua dan

pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pemakaian obat.3

Erupsi akneformis secara klinis mempunyai karakteristik tersendiri

seperti erupsi akneformis akibat steroid (akne steroid), erupsi akneformis akibat

paparan senyawa halogen (chloracne), dan erupsi akneformis akibat antibiotik.

Akne steroid memberi gambaran papulopustul, monomorfik, tempat predileksi di

daerah dada, ekstremitas, sedikit pada daerah wajah, dan timbul setelah

penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik. Chloracne berupa komedo yang

polimorf dan kista, sering ditemukan pada pekerja industri dan biasanya lebih

berat daripada akne steroid. Erupsi akneformis akibat antibiotik biasanya bersifat

akut, erupsi pustular generalisata, demam disertai lekositosis, dan tanpa komedo.3

Gambar 1. Erupsi akneiformis

E. Diagnosis Banding

1. Akne venenata

Erupsi setempat pada lokasi kontak dengan zat kimia yang digunakan

terjadinya subkronis umumnya monomorf berupa komedo dan papul tidak

gatal

2. Akne vulgaris

Umumnya terjadi pada remaja, berlangsung kronis. Tempat predileksi di

tempat sobore, polimorf, terdiri atas komedo, papul, pustule, nodus dan

kista serta jaringan parut hipotrofi dan hipertrofi. Umumnya tidak gatal.

5

Page 6: erupsi akneiformis

3. Dermatitis akibat obat

Erupsi polimorf akut setelah mendapat obat sistemik disertai rasa gatal

4. Folikulitis

Pioderma pada folikel rambut setempat, berupa pustula folikular terasa

agak nyeri dan dapat disertai gejala infeksi kokus, dapat disertai demam

dan malaise.

Gambar 2. folikulitis

5. Dermatitis Perioral

Dermatitis perioral merupakan suatu kelainan yang belum diketahui

penyebabnya, terutama ditemukan pada kelompok wanita muda berkulit

putih berupa gambaran papulopustul dengan dasar eritematosa. Kelainan

ini diperkirakan sebagai akibat kortikosteroid topikal atau inhalasi,

moisturizer, dan bahan kontak iritan atau alergen. Tempat predileksi di

daerah perioral dengan karakteristik lesi merah terang di pinggir bibir.

Akan tetapi, dapat juga terjadi di daerah perinasal dan periorbital.5,6,7,8

6

Page 7: erupsi akneiformis

Gambar 3. Dermatitis perioral

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium sederhana dapat dilakukan pemeriksaan

mikrobiologi dengan pewarnaan Gram dari cairan pustula. Pemeriksaan ini

dilakukan untuk membedakan erupsi akneiformis dengan folikulitis.1

Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak

spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa

sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan

jaringan ikat pembatas massa cair sebum yang bercampur dengan darah, jaringan

mati, dan keratin yang lepas.7

Pada erupsi akibat INH dan kortikosteroid didapatkan adanya sumbatan

folikel, retensi kista, dan peradangan di daerah perifolikular. Pada penggunaan

kortikosteroid ditemukan adanya gambaran tambahan seperti kerusakan pada sel-

sel luminal dan supurasi dinding folikel sedangkan pada penggunaan INH tidak

ditemukan pustul dan lesi nodulokistik. Kelainan ini muncul setelah penggunaan 1

hari -11 bulan.7

G. Penatalaksanaan

Penghentian konsumsi obat-obat penyebab dapat menghentikan

bertambahnya erupsi dan secara perlahan menghilangkan erupsi yang ada.

Apabila penghentian pemakaian obat tidak bisa dilakukan, maka pemberian obat-

obatan yang digunakan untuk mengobati akne, baik secara sistemik maupun

topikal dapat memberikan hasil yang cukup baik.1

7

Page 8: erupsi akneiformis

Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal dilakukan untuk menekan peradangan, dan

mempercepat penyembuhan lesi. Jika sistem sebum telah ikut terganggu, maka

obat-obatan ini dapat digunakan untuk mencegah pembentukan komedo. Obat

topikal yaitu :

A. Bahan keratolitik yang dapat mengelupas kulit misalnya sulfur (4-20%), asam

retinoid (0,025-0,1%), benzoil peroksida (2,5-10%), asam azeleat (15-20%),

dan akhir-akhir ini digunakan pula asam alfa-hidroksi (AHA) seperti asam

glikolat (3-8%).

1. Sulfur bekrja sebagai keratolitik. Biasanya yang digunakan adalah sulfur

dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang endap) berupa

bubuk kuning kehijauan. Biasanya digunakan dalam bentuk bedak kocok.

Bedak kocok yang biasa digunakan adalah losio kumorfeldi, yang terdiri

dari: Camphorae 1 gram, sulfur 6,6 gram, etanol 90% 3 ml, calcici hidroxy

solutio 40 ml, zat pengemulsi 1,5 gr.

2. Asam retinoid topikal (tretinoin, isotretinoin, dan retinoid like drug,

adapalene) bekerja untuk mengoreksi ketidaknormalan keratinosit

folikuler. Terapi ini efektif untuk terapi dan pencegahan lesi primer,

dengan cara membatasi formasi lesi peradangan. Retinoid topikal juga

membantu penetrasi obat topikal lainnya dan juga memperbaiki

hiperpigmentasi yang banyak terjadi pada kulit gelap setelah

penyembuhan dari lesi peradangan. Retinod topikal tidak boleh diberikan

pada wanita hamil.

3. Benzoil peroksida, tidak saja membunuh bakteri melainkan menyebabkan

deskuamasi dan timbulnya gumpalan di dalam folikel. Pada permulaan

pengobatan, pasien merasa seperti terbakar. Gejala ini akan berkurang

dalam beberapa minggu. Sebaiknya dimulai dari dosis rendah dahulu,

kemudian lambat laun diganti dengan dosis tinggi. Efek samping pada

pemakaian lama adalah sensitisasi secara kontak (2,5 % dari kasus). Cara

kerja obat ini, yaitu:

Anti bakteri yang kuat

8

Page 9: erupsi akneiformis

Komedolitik

Menekan produksi sebum.

Dibanding dengan asam retinoid, asam benzoil peroksida memiliki

berbagai kelebihan :

Kurang menyebabkan iritasi dan rasa tak menyenangkan bagi

penderita.

Tidak menyebabkan bertambah hebatnya (flare up) pada bulan

pertama pengobatan.

Mengeringkan pustula lebih cepat daripada tretinoin.

Pada bentuk komedo, kurang efektif dibandingkan dengan

tretinoin.

Kombinasi asam retinoid dengan benzoil peroksida akan diperoleh efek

sinergistik, tetapi sayang keduanya tak dapat dipakai bersama-sama dalam

satu bahan dasar. Asam retinoid dapat menyebabkan kulit lebih permiabel

sehingga meningkatkan konsentrasi benzoil peroksida dalam jaringan.

4. Asam azeleat

Merupakan suatu dikarbosilisik yang mempunyai efek yang sama dengan

benzoil peroksida dan asam retinoid, dengan cara mengurangi granula

keratohialin pada saluran pilosebasea. Sifat iritasinya lebih kecil dan dapat

ditolerir dengan baik dan mempunyai efek anti inflamasi.

5. Asam alfa-hidroksi (AHA)

Asam alfa-hidroksi (AHA) konsentrasi rendah akan mengurangi kohesi

korniosit dan berguna untuk lesi yang tidak beradang sedangkan pada

konsentrasi tinggi akan menyebabkan epidermolisis subkorneal (atap

pustula pecah) dan pada lapisan dermis akan merangsang sintesis kolagen

baru. Efek asam alfa hodroksi tergantung pada macam, konsentrasi,

vehikulum, waktu pajanan dan kondisi-kondisi lain.

B. Antibiotik topikal dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel, misalnya,

eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%). 1,9,10

9

Page 10: erupsi akneiformis

Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk mengurangi reaksi radang

disamping itu dapat juga menekan produksi sebum, menekan aktivitas jasad renik

dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan obat sistemik yaitu:

1) Antibiotik sistemik, diindikasikan untuk penyakit sedang sampai berat,

untuk terapi erupsi akneiformis di dada, punggung, dan lengan, dan

pasien dengan penyakit peradangan dimana kombinasi obat topikal tidak

berhasil. Antibiotik yang sering digunakan antara lain eritromisin

(4x250mg/hari).

2) Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif

menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea, misalnya

antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari).

3) Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai

antikeratinisasi (50.000-150.000 IU/hari) dan Isotretinoin

(0,5-1mg/kgBB/hari) yang dapat menghambat produksi sebum.1

H. Prognosis

Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh apabila

penyebab induksi obat bisa dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin

dilaksanakan kerana vital maka pengobatan topikal maupun sistemik akan

memberikan hasil yang cukup baik. 1

10

Page 11: erupsi akneiformis

BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. L

Umur : 13 th

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kupang Kidul

Pekerjaan : Pelajar

No. RM : 0924xx

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis dilakukan pada Selasa, 22 Desember 2015 pukul 12.00

WIB di Poli Kulit RS. Ambarawa.

Keluhan Utama :

Gatal-gatal

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal dan muncul bintil-bintil di

daerah wajah, tengkuk, dan punggung sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya muncul

bintil-bintil kecil yang semakin lama semakin banyak. Gatal dirasakan terus

menerus hingga mengganggu aktivitas. Gatal terutama dirasakan saat berkeringat.

Pasien kadang menggaruk bagian yang gatal.

11

Page 12: erupsi akneiformis

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat peyakit kulit lain : disangkal

Riwayat alergi obat, makanan, dan cuaca : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat peyakit kulit lain : disangkal

Riwayat alergi obat, makanan, dan cuaca : disangkal

Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Pribadi

Pasien adalah pelajar SMP

Mandi sehari dua kali

Tidak sedang mengkonsumsi obat tertentu

Riwayat Lingkungan Sosial dan Ekonomi

Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan 2 saudara kandungnya.

Biaya pengobatan menggunakan biaya pribadi.

12

Page 13: erupsi akneiformis

C. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada Selasa, 22 Desember 2015 pukul 12.15

WIB di Poli Kulit RS. Ambarawa.

1) Status Praesens

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 80x/menit

Nafas : 22x /menit

Suhu : 36,50 C (axiler)

2) Status Internus

1) Kulit : turgor kulit turun (-), ikterik (-)

2) Kepala : kesan mesosefal

3) Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil

bulat,central, reguler dan isokor 3 mm

4) Hidung: nafas cuping hidung (-), sekret (-)

5) Telinga : serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid

(-/-)

6) Mulut : bibir kering(-), bibir sianosis (-), bibir pucat (-), lidah

kotor (-), gusi berdarah (-)

7) Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)

8) Thorax :

Pulmo : SDV (+/+)

Cor : S1 > S2 , Reguler

9) Abdomen : Datar, dinding perut supel, bising usus (+) normal,

nyeri tekan (-), nyeri alih (-), hepatosplenomegali (-)

13

Page 14: erupsi akneiformis

10) Extermitas

Superior Inferior

Edema

Akral dingin

-/-

-/-

-/-

-/-

3) Status Dermatologis

Lokasi 1 : wajah

UKK : papul multipel, ukuran miliar, batas tegas, dengan dasar

kulit eritematosa

Lokasi 2 : tengkuk

UKK : papul multipel, pustul, ukuran miliar, batas tegas, dengan

dasar kulit eritematosa

14

Page 15: erupsi akneiformis

Lokasi 3 : punggung

UKK : papul multipel, pustul, ukuran miliar, batas tegas, dengan

dasar kulit eritematosa

4) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

15

Page 16: erupsi akneiformis

D. RESUME

Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal dan muncul bintil-bintil di

daerah wajah, tengkuk, dan punggung sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya muncul

bintil-bintil kecil yang semakin lama semakin banyak. Gatal dirasakan terus

menerus hingga mengganggu aktivitas. Gatal terutama dirasakan saat berkeringat.

Pasien kadang menggaruk bagian yang gatal.

Pasien tidak pernah menderita penyakit serupa sebelumnya. Pasien tidak

sedang mengkomsumsi obat tertentu.

Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan papul multipel, pustul,

batas tegas, ukuran miliar, dengan dasar kulit eritematosa pada wajah, tengkuk,

dan punggung.

E. DIAGNOSIS

1. Diagnosis Banding

Erupsi akneiformis

Akne vulgaris

Akne venenata

2. Diagnosis kerja

Erupsi akneiformis

F. PENATALAKSANAAN

Farmakologis

a. Terapi awal :

1) Clindamycin phospate 1,2 %

Tretinoin 0,025 %

Mf gel da in tube No.I

Sue (malam hari)

2) Clindamycin 2 x 1 tab 150 mg No.XIV

16

Page 17: erupsi akneiformis

3) Cetirizine 1 x 1 tab 10 mg No.VII

b. Terapi Lanjutan :

1) Clindamycin 2 x 1 tab 150 mg No. X

2) Cetirizine 1 x 1 tab 10 mg No. V

3) Vitamin A 2 x 1 tab No. XX

Non Farmakologis

a. Edukasi tentang penyakit dan pengobatannya

b. Jangan digaruk walaupun terasa sedikit gatal dan hindari lenting yang

pecah

c. Menjaga kebersihan badan, pakaian, dan kebersihan lesi agar tidak

terjadi infeksi sekunder.

d. Konsumsi obat harus teratur

e. Memakai pakaian yang mudah menyerap keringat.

f. Kontrol kembali untuk melihat perkembangan penyakit pasien.

G. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam

17

Page 18: erupsi akneiformis

BAB IV

PEMBAHASAN

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa

peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Etiologi penyakit

ini masih belum jelas. Erupsi akneiformis dapat muncul pada lokasi yang tidak

khas, misalnya lengan dan tungkai. Bentuk lesi pada umumnya monomorf dan

tidak ditemukan komedo. Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara

akut atau subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja,

namun di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasi

klinis erupsi adalah papul dan pustule, monomorfik atau oligomorfik, pada

mulanya tanpa komedo.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, terdapat

kesesuaian antara gejala klinis yang dikeluhkan pasien dengan manifestasi klinis

erupsi akneiformis. Pada anamnesis didapatkan keluhan gatal-gatal dan muncul

bintil-bintil di daerah wajah, tengkuk, dan punggung sejak 1 minggu yang lalu.

Awalnya muncul bintil-bintil kecil yang semakin lama semakin banyak. Gatal

dirasakan terus menerus hingga mengganggu aktivitas. Gatal terutama dirasakan

saat berkeringat. Pasien kadang menggaruk bagian yang gatal. Pasien tidak pernah

menderita penyakit serupa sebelumnya. Pasien tidak sedang mengkomsumsi obat

tertentu. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan papul multipel, pustul,

batas tegas, ukuran miliar, dengan dasar kulit eritematosa pada wajah, tengkuk,

dan punggung.

Dari anamnesis dan pemeriksaan status dermatologis didapatkan

diagnosis banding akne vulgaris dan akne venenata. Akne vulgaris merupakan

peradangan kronis unit pilosebasea. Penyebabnya multifactor. Keluhan berupa

gatal, nyeri +/- dan estetis. Efloresensinya berupa komedo hitam (terbuka) dan

putih (tertutup), papul, pustule, nodul, kista, jaringan parut, dan pigmentasi.

Umumnya pasien didiagnosis akne vulgaris didasarkan pada lesi berbentuk

komedo, papula, nodul pada muka, punggung, dan dada. Papul dan pustule

18

Page 19: erupsi akneiformis

berukuran 1-5 mm yang disebabkan oleh infalamasi, oleh karena itu ditemukan

pula eritema dan edema. Pada pasien ini tidak didapatkan efloresensi berupa

komedo terbuka ataupun tertutup, maka diagnosis akne vulgaris disingkirkan.

Akne venenata merupakan erupsi setempat pada lokasi kontak dengan zat

kimia yang digunakan, terjadinya subkronis, umumnya monomorf berupa komedo

dan papul, tidak gatal. Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit, dimulai dengan

komedo kemudian pada fase yang lebih lanjut timbul peradangan. Pada pasien ini

tidak didapatkan riwayat kontak dengan serangga yang diduga menyebabkan

penyakit yang dialami. Sehingga diagnosis kerja pada pasien adalah erupsi

akneiformis.

Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan

memberikan edukasi dan terapi farmokologik. Terapi awal diberikan antibiotik

topikal yaitu Clindamycin phospate 1,2% + Tretinoin 0,025 % gel tube No.I

digunakan pada malam hari, antibiotik sistemik yaitu Clindamycin 2 x 1 tab 150

mg No.XIV, dan antihistamin yaitu Cetirizine 1 x 1 tab 10 mg No.VII. Terapi

lanjutan diberikan antibiotik sistemik yaitu Clindamycin 2 x 1 tab 150 mg No. X,

antihistamin yaitu Cetirizine 1 x 1 tab 10 mg No. V, dan Vitamin A 2 x 1 tab No.

XX.

Hal tersebut sesuai dengan teori dimana diberikan antibiotik topikal

untuk mengurangi jumlah mikroba dalam folikel. Pengobatan sistemik ditujukan

terutama untuk mengurangi reaksi radang disamping itu juga untuk menekan

produksi sebum dan menekan aktivitas jasad renik. Antibiotik sistemik,

diindikasikan untuk penyakit sedang sampai berat, untuk terapi erupsi akneiformis

di dada, punggung, dan lengan. Diberikan Vitamin A sebagai antikeratinisasi.

Serta diberikan antihistamin untuk meredakan gatal.

19

Page 20: erupsi akneiformis

BAB V

KESIMPULAN

Pasien An. L usia 13 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD

Ambarawa pada tanggal 22 Desember 2015 dengan keluhan gatal-gatal dan

muncul bintil-bintil di daerah wajah, tengkuk, dan punggung sejak 1 minggu yang

lalu. Awalnya muncul bintil-bintil kecil yang semakin lama semakin banyak.

Gatal dirasakan terus menerus hingga mengganggu aktivitas. Gatal terutama

dirasakan saat berkeringat. Pasien kadang menggaruk bagian yang gatal. Pasien

tidak pernah menderita penyakit serupa sebelumnya. Pasien tidak sedang

mengkomsumsi obat tertentu.

Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan papul multipel, pustul,

batas tegas, ukuran miliar, dengan dasar kulit eritematosa pada wajah, tengkuk,

dan punggung.

Penatalaksanaan erupsi akneiformis meliputi pengobatan topikal dan

sistemik. Dimana diberikan antibiotik topikal, antibiotik sistemin, antihistamin,

dan vitamin A untuk mengurangi jumlah mikroba dalam folikel, antikeratinisasi,

dan mengurangi rasa gatal.

20

Page 21: erupsi akneiformis

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Editor. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 : Hal 253-60

2. Layton AM. Disorders of the Sebaceous Gland in Rook’s Textbook of Dermatology. 8th ed. WileyBlackwell. Singapore. 2010.

3. James DW, Timothy GB, Dirk ME. Diseases of The Skin Clinical Dermatology 11th ed. Saunders Elsevier. 2011.

4. Daili SS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan Bergambar. Penerbit : PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta Pusat. Hal 90-3

5. Widjaja, SE. Rosasea dan Akne Vulgaris Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Harahap M, Editor. Hipokrates Jakarta : 2000. Hal 31-45

6. Siregar R.S, Editor. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC : Jakarta : 2004. Hal 178-84

7. Zaenglaein AL, Graber EM, Thiboutout DM, Fitzpatrick;s Dermatology In General Medicine. 8th ed. McGraw-Hill 2012: Hal 1264-87.

8. Soedirman et al, Acne Vulgaris, dalam Komite medik RSUP DR Sardjito, Standard Pelayanan Medis RSUP DR Sardjito, Edisi 2. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2004. 299-301.

9. Plewig G, Kligman A.M. Acne and Rosacea 3rd Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2000

10. James WD. Acne. The New England Journal of Medicine. 2005; 352: 1463- Access on: February 21, 2009. Available at:www.insp.mx/biblio/alerta/al0805/24.pdf

21