ERP.ppt

35
1 Metoda Perhitungan Ukuran Lot

description

metoda erp

Transcript of ERP.ppt

1

Metoda Perhitungan Ukuran Lot

2

Permintaan (demand) atau gross requirement dalam sistem MRP bersifat diskrit, yaitu permintaan terjadi pada titik waktu (point of time) yang diskrit

Artinya, permintaan hanya terjadi di setiap akhir perioda pada suatu horison perencanaan tertentu.

Di antara kedua titik waktu yang berurutan, sama sekali tidak terjadi permintaan.

Hal ini berbeda dengan permintaan yang bersifat kontinu: permintaan terjadi sepanjang horison perencanaan dengan tingkat permintaan yang tetap.

3

Metode

1. Metoda Lot for lot (LFL)2. Metoda Least Unit Cost (LUC)3. Metoda Least Total Cost (LTC)4. Metoda Part Period Balancing

(PPB)5. Metoda Period Order Quantity

(POQ)6. Algoritma Wagner-Whitin (WW)

4

1.Metoda Lot for lot (LFL)

Lot for lot menentukan ukuran lot sama besarnya dengan NR.

Asumsi yang ada di balik metoda ini adalah bahwa pemasok (dari luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu;

artinya berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.

5

Contoh LFL

Minggu

0 1 2 3 4 5 6 7 8

GR 50 60 38 20 56 45 35 40

SR

POH 150 100 40 10 10 10 10 10 10

NR 8 10 56 45 35 40

PORec

8 10 56 45 35 40

PORel

8 10 56 45 35 40

6

Contoh LFL(2)

Tampak bahwa dengan menerapkan metoda LFL, persediaan yang terbentuk hanya sebesar safety stock (SS=10), sehingga bila safety stock tidak diperlukan maka dengan penerapan metoda LFL tidak akan terbentuk persediaan.

Penerapan metoda LFL pada contoh ini membutuhkan 6 kali setup dengan ongkos Rp. 5000,00 per sekali setup, dan membentuk persediaan sebanyak 60 unit (dihitung dari 10+10+10+10+10+10) dengan ongkos simpan Rp. 100,00 per unit per minggu.

Dapat dihitung bahwa ongkos total akibat penerapan metoda LFL adalah Rp. 36.000,00.

7

2. Metoda Least Unit Cost (LUC)

Metoda ini melakukan penjumlahan kebutuhan mulai kebutuhan periode awal sampai diperolehnya kumulatif permintaan yang menghasilkan ongkos per unit yang terkecil.

Hasil penggunaan metoda LUC ini menghasilkan perhitungan sebagai berikut:

8

LUC(2)

Minggu

0 1 2 3 4 5 6 7 8

GR 50 60 38 20 56 45 35 40

SR

POH 150 100 40 86 66 10 45 10 10

NR 8 45 40

PORec

84 80 40

PORel 84 80 40

9

LUC(3)

Besarnya ukuran lot tersebut ditentukan dengan cara mencoba menghitung ongkos per unit mulai dari bila ukuran lot hanya untuk memenuhi kebutuhan pada perioda 3 saja.

Ongkos per unit dengan ukuran lot sebesar 8 unit (LS=8) adalah Rp. 625.

Kemudian dihitung ongkos per unit bila LS=28 (dihitung dari 8+20), dan menghasilkan ongkos per unit sebesar Rp. 250.

Perhitungan dilanjutkan dengan LS=84 unit dan 129 unit, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

10

LUC(4)

Minggu NR

Cakupan

perioda

Ukuran

lot

Ongko

pesan

Ongkos simpan

Ongkos

total

Ongko

Perunit

3 8 3 8 5000 0 5.000 625

4 20 3 - 4 28 5000 20 x 100 7.000 250

5 56 3 - 5 84 5000 20 x 100 + 56 x 200

18.200 216,6

6 45 3 - 6 129 500020 x 100 + 56 x

200 + 45 x 300

31.700 245,7

6 45 6 45 5000 0 5.000 111,1

7 35 6-7 80 5000 35 x 100 8.500 106,2

8 40 6-8 120 5000 35 x 100 + 40 x 200

16.500 137,5

11

LUC(5)

Dapat dilihat bahwa ongkos per unit minimum dicapai bila ukuran lot sebesar 84 unit,

sehingga ukuran ini dipilih sebagai ukuran lot yang harus diterima (planned order receipts) pada perioda 3.

Dengan cara yang sama, bila dilanjutkan penerapan metoda LUC ini, akan diperoleh ukuran lot untuk penerimaan pada perioda 6 sebesar 80 unit dan pada perioda 8 sebesar 40.

Dengan menggunakan metoda LUC ini maka ongkos persediaan yang timbul adalah sebesar {(3 x Rp. 5000,00) + (227 x Rp.100,00)} atau Rp. 37.700,00.

12

3. Metoda Least Total Cost (LTC)

Metoda LTC ini berangkat dari logika bahwa untuk permintaan yang bersifat diskrit maka ongkos total minimum akan dicapai pada saat ongkos simpan dan ongkos pesan berimbang.

13

Langkah-langkah LTC

mulai dengan perioda awal saat suatu order diperlukan

jumlahkan permintaan ke depan, perioda per perioda, dan hitung ongkos simpan kumulatif pada setiap kali penjumlahan permintaan dilakukan, sampai nilai ongkos simpan kumulatif tersebut mendekati ongkos simpan.

lakukan hal yang sama untuk perioda yang belum termasuk ke dalam pemesanan sebelumnya.

14

Contoh LTC

Minggu

0 1 2 3 4 5 6 7 8

GR 50 60 38 20 56 45 35 40

SR

POH 150 100 40 30 10 55 10 50 10

NR 8 56 35

PORec

28 101 75

PORel

28 101 75

15

Contoh LTC(2)

Minggu

NR Perioda

simpan

Ongkos simpan Ongkos simpan

kumulatif

3 8 0 0 0

4 20 1 20 x 100 x 1 = 2000 2000

5 56 2 56 x 100 x 2 = 11.200 13.200

5 56 0 0 0

6 45 1 45 x 100 x 1 = 4500 4500

7 35 2 35 x 100 x 2 = 7000 11500

7 35 0 0 0

8 40 1 40 x 100 x 1 = 4000 4000

16

Contoh LTC(3)

Dari tabel di atas terlihat bahwa ongkos simpan kumulatif yang terdekat ke nilai ongkos pesan (Rp. 5000,00) adalah sebesar Rp. 2000,00, yaitu pada saat ukuran lot sebesar 8+20 atau 28 unit, yang mencakup permintaan untuk Perioda 3 dan 4.

Demikian juga untuk ukuran lot berikut dapat dilihat bahwa Rp. 4500,00 lebih dekat ke Rp. 5000,00 dibandingkan Rp. 11.500,00 sehingga ukuran lot dapat ditentukan sebesar 101 unit, yaitu untuk pemenuhan permintaan pada Periode 5 dan 6.

17

Contoh LTC(4)

Ukuran lot yang terakhir adalah ditentukan sebesar 75 unit, yaitu untuk pemenuhan permintaan pada Perioda 7 dan 8. Penentuan ukuran lot dengan metoda ini mengakibatkan perlunya 3 kali setup dan 165 unit tersimpan, sehingga total ongkos menjadi Rp. 31.500,00.

18

4. Metoda Part Period Balancing (PPB)

Metoda ini sama saja dengan metoda LTC hanya saja langkah yang dilakukan bukan menjumlahkan ongkos simpan kumulatifnya tetapi part-period kumulatif.

Ukuran lot dipilih bila part period kumulatif ini mendekati part period ekonomis (PPE). PPE ini merupakan rasio antara ongkos pesan dan ongkos simpan.

19

Contoh PBB

Untuk contoh yang dibahas, PPE = 50 part-period, dan tabel berikut menunjukkan bahwa ukuran lot pada saat part period kumulatif mendekati nilai PPE adalah sama seperti yang dihasilkan oleh metoda LTC.

20

Contoh PBB(2)

Minggu

NR Perioda

simpan

Part-period Part-period kumulatif

3 8 0 0 0

4 20 1 20 20

5 56 2 112 112

5 56 0 0 0

6 45 1 45 45

7 35 2 70 115

7 35 0 0 0

8 40 1 40 40

21

5. Metoda Period Order Quantity (POQ)

Metoda POQ ini menentukan jumlah perioda yang akan dimasukkan ke dalam sekali pemesanan. Langkah-langkah penentuan ukuran lot dengan metoda ini adalah: hitung economic order quantity (EOQ). hitung jumlah (frekuensi) pemesan N, yaitu

dengan membagi permintaan per tahun (D) dengan EOQ. Bulatkan ke atas bila hasil pembagian (nilai N) bukan bilangan bulat

hitung POQ dengan membagi jumlah minggu per tahun dengan N. Hasil pembagian ini kemudian dibulatkan ke atas

22

Contoh POQ

Untuk menjelaskan metoda ini digunakan contoh yang merupakan agregasi dari contoh pada penentuan ukuran lot dengan metoda-metoda sebelumnya: permintaan (D) per tahun (50 minggu)

sebesar 2150 unit (merupakan hasil kali rata-rata permintaan per minggu dengan jumlah minggu per tahun, atau 43 unit minggu x 50 minggu),

ongkos pesan (P) sebesar Rp. 5000,00 dan ongkos simpan (h) per unit per tahun adalah

Rp. 5000,00 ((Rp. 100 per minggu x 50 minggu).

23

Contoh POQ(2)

Hitung EOQ,

Hitung N, N = 2150/65,6 = 32,8 33 hitung POQ, POQ = 50/33 = 1,5

dibulatkan 2 Dengan demikian ukuran lot ditentukan

sama dengan jumlah permintaan setiap 2 perioda ke depan, dan perhitungan MRP dengan menggunakan hasil ini ditunjukkan pada tabel berikut:

24

Contoh POQ(3)

Minggu

0 1 2 3 4 5 6 7 8

GR 50 60 38 20 56 45 35 40

SR

POH 150 100 40 30 10 55 10 50 10

NR 8 56 35

PORec

28 101 75

PORel

28 101 75

25

Contoh POQ(4)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penerapan metoda POQ ini menimbulkan ongkos total sebesar Rp. 31.500,00, yaitu dari ongkos 3 kali setup ditambah dengan ongkos simpan untuk sejumlah 165 part.

26

6. Algoritma Wagner-Whitin (WW)

Metoda ini menggunakan pendekatan program dinamis dan menghasilkan solusi optimal.

Langkah-langkah dalam Algoritma WW ini adalah sebagai berikut:

27

WW : Langkah 1

Hitung matriks total ongkos variabel (ongkos pesan dan ongkos simpan) untuk seluruh alternatif order di seluruh horison perencanaan yang terdiri dari N perioda.

Definisikan Zce sebagai total ongkos variabel (dari Perioda c sampai Perioda e) bila order dilakukan pada Perioda c untuk memenuhi permintaan Perioda c sampai Perioda e.

Rumusan Zce tersebut adalah sebagai berikut:

28

WW: Rumusan Langkah 1

29

Langkah 2 Definisikan fe sebagai ongkos

minimum yang mungkin dalam Perioda 1 sampai Perioda e, dengan asumsi tingkat persediaan di akhir Perioda e adalah nol. Algoritma mulai dengan f0 =0 dan mulai menghitung secara berurutan f1, f2, ..., fN. Nilai fN adalah nilai ongkos dari pemesanan optimal.

30

Langkah 3 Interpretasikan fN menjadi ukuran lot dengan cara

sbb: Pemesanan-terakhir dilakukan pada Perioda w untuk memenuhi permintaan dari Perioda w sampai Perioda N. Pemesanan sebelum pemesanan-terakhir harus dilakukan pada Perioda v untuk memenuhi

permintaan dari Perioda v sampai Perioda w-1. : :

Pemesanan yang pertama harus dilakukan pada Perioda 1 untuk memenuhi permintaan dari Perioda 1 sampai Perioda u-1.

31

Proses selanjutnya dijelaskan pada lampiran…

32

Pemilihan Metoda Penentuan Ukuran Lot

Dari contoh yang diberikan, masing-masing metoda tersebut menunjukkan performansi berikut:

33

Metoda Frekuensisetup

Jumlahpersedian

Ongkostotal

Lot for lot (LFL) 6 60 Rp. 36.000,0

0

Least unit cost (LUC) 3 227 Rp. 37.700,0

0

Least total cost (LTC)

3 165 Rp. 31.500,0

0

Part period balancing (PPB)

3 165 Rp. 31.500,0

0

Period order quantity (POQ)

3 165 Rp. 31.500,0

0

Algoritma

Alternatif I

3 165 Rp. 31.500,0

0

WW Altenatif II 4 115 Rp. 31.500,0

0

34

Di antara keenam metoda tersebut, hanya Algortima Wagner Whitin (WW) yang dijamin menghasilkan solusi optimal.

Sehingga, meskipun metoda LTC, PPB dan POQ menghasilkan solusi yang sama dengan solusi optimal, metoda-metoda selain Algoritma WW tidak terjamin akan selalu menghasilkan solusi optimal.

35

Akhirnya selesai juga……….;)