ERITRODERMA

19
ERITRODERMA DEFINISI Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma, dermatos (skin = kulit). Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50-90% dinamai pre-eritroderma. Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritroderma tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya), reaksi hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium channel blocker, dan bahan topikal), penyakit sistemik termasuk keganasan, serta idiopatik (20%). 3,4,5

description

Kedokteran

Transcript of ERITRODERMA

Page 1: ERITRODERMA

ERITRODERMA

DEFINISI

Eritoderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro- (red = merah) + derma, dermatos

(skin = kulit). Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis

(90-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara 50-90% dinamai pre-eritroderma.

Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu

terdapat, misalnya pada eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak

disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada eritroderma

yang kronik, eritroderma tidak begitu jelas, karena bercampur dengan hiperpigmentasi.

Eritroderma dapat timbul sebagai perluasan dari penyakit kulit yang telah ada

sebelumnya (psoriasis, dermatitis atopik dan dermatosis spongiotik lainnya), reaksi

hipersensitivitas obat (antiepilepsi, antihipertensi, antibiotika, calcium channel blocker, dan

bahan topikal), penyakit sistemik termasuk keganasan, serta idiopatik (20%).3,4,5

Eritroderma, disebut juga sebagai dermatitis eksfoliatif, diperkenalkan pertama kali oleh

Hebra pada 1868, merupakan kelainan kulit inflamasi yang ditandai kulit eritem generalisata dan

skuama yang luas melibatkan 90% luas permukaan kulit. Eritroderma dan dermatitis eksfoliatif

merupakan satu perjalanan klinis, yakni tahap awal berupa kulit eritem generalisata yang

kemudian diikuti dengan pengelupasan kulit. Kata ‘eksfoliasi’ berdasarkan pengelupasan skuama

yang terjadi, walaupun kadang-kadang tidak begitu terlihat, dan kata ‘dermatitis’ digunakan

berdasarkan terdapatnya reaksi eksematus.6

Page 2: ERITRODERMA

III. EPIDEMIOLOGI

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari 100.000

populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling sering pada pria dengan

rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat

terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah

psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis. 2,7

Insidens penyakit eritroderma di RSUD Kardinah Tegal berdasarkan data dari rekam

medis pada tahun 2014 tercatat sebanyak 6 kasus baru pada Januari 2014-Desember 2014.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 4 pasien jenis kelamin laki-laki dan 2 pasien jenis kelamin

perempuan. Berdasarkan usia, usia 15-24 tahun sebanyak 2 pasien, usia 25-44 tahun sebanyak 1

pasien, usia 45-64 tahun sebanyak 3 pasien.

IV. ETIOLOGI

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan penyakit

kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.3 Pada banyak kasus, eritroderma umumnya

disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau dermatitis atopik),

cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat. Identifikasi penyakit yang menyertai

menggambarkan satu dari sekian banyak kelainan kulit.8 Penyakit kulit yang dapat menimbulkan

eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%,

CTCL atau sindrom sezary 5%.9

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan

penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu, berikut klasifikasi eritroderma:

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik.

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan eritroderma

adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih

tinggi karena kebiasaan masyarakat sering melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara

tradisional.10 Waktu mulainya obat masuk ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi

dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang

masuk ke dalam tubuh lebih dari satu diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering

menyebabkan alergi.

Page 3: ERITRODERMA

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit.

Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan dan

dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.14

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal sebagai

penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu.

Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi

eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,

dermatitis atopik dan liken planus.2,10

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik.

Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi kelainan

kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat

dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan

menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya

infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun

tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection)

yang perlu diobati.2

Tabel 1. Proses yang berkaitan dengan timbulnya Eritroderma7

Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan

Dermatisis atopik

Dermatitis kontak

Dermatofitosis

Penyakit Leiner

Liken planus

Mikosis fungoides

Pemfigus foliaceus

Pitiriais rubra

Psoriasis

Sindrom Reiter

Dermatitis seboroik

Dermatitis statis

Mikosis fungoides

Penyakit Hodgkin

Limfoma

Leukemia akut dan kronis

Multipel mieloma

Karsinoma paru

Karsinoma rektum

Karsinoma tuba falopii

Dermatitis

papuloskuamosa pada

AIDS

Sulfonamid

Antimalaria

Penisilin

Sefalosporin

Arsen

Merkuri

Barbiturat

Aspirin

Kodein

Difenilhidantoin

Yodium

Isoniazod

Kuinidin

Page 4: ERITRODERMA

Captopril

Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti; hipotermia, edema

perifer, dan kehilangan cairan, dan albumin dengan takikardia dan kelainan jantung harus

mendapat perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia,

alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku dan ektropion.

V. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui secara pasti. Patogenesis eritroderma

berkaitan dengan patogenesos penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada

sebelumnya berkembang menjadi eritroderma, atau perkembangan eritroderma idiopatik de novo

tidaklah sepebuhnya dimengerti. Penelitian terbaru imunopatogenesis infeksi yang dimediasi

toxin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas staphilococcus mengkodekan superantigen.

Lokus-lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan toxin dari toxic shock syndrome dan

staphylococcal scalded-skin syndrome. Kolonisasi staphylococcusa ureus atau antigen lain

merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1, mungkin memainkan

peranan pada patogenesis eritroderma. Pasien-pasien dengan eritroderma biasanya mempunyai

kolonisasi S. aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar 17%, bagaimanapun juga hanya ada satu

dari pasien yang memiliki toxin S. aureus yang positif.

Dalam mempelajari patogenesis dari eritroderma membutuhkan pengetahuan biologi

normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya, epidermis melakukan regenerasi secara

rutin yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini berubah menjadi struktur keratin yang

utuh melalui proses selama 10-12 hari. Pada umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan

sekitar 12-14 hari lagi di stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan.3

Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal antara 500-

1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak tangan, kulit kepala, dan

dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan paling sedikit pada dada, lengan bawah dan

tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam). Karena tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari,

pengelupasan kulit yang fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara

keseluruhan.3

Patogenesis eritroderma masih menjadi perdebatan. Penelitian terbaru mengatakan bahwa

hal ini merupakan proses sekunder dari interaksi kompleks antara molekul sitokin dan molekul

Page 5: ERITRODERMA

adhesi seluler yaitu Interleukin (IL-1, IL-2, IL-8), molekul adhesi interselular 1 (ICAM-1), tumor

nekrosis faktor, dan interferon-γ.19 Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan

epidermis. Meskipun beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap

harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang hilang. Pada

skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam nukleat dan hasil

metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan peningkatan jumlah protein bebas.3

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan, perluasan penyakit

kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang

generalisata. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah

ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas bertambah.

Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal

jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit.

Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan

meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas

menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal.

Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.2,3

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari

sehingga menyebabkan kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan

peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema

sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.2

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan

rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma yang

telah berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif.10

Pada eritroderma ec alergi obat berbeda dengan eritroderma pada umumnya yang

biasanya disertai dengan eritem dan skuama. Pada eritroderma ec alergi obat terlihat adanya

eritem tanpa adanya skuama. Skuama justru baru akan timbul pada stadium penyembuhan. 2

VI. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klimis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu. Kelainan yang

paling pertama muncul adalah eritema, disebabkan oleh pembuluh darah, yang umumnya terjadi

Page 6: ERITRODERMA

pada area genitalia, ekstremitas, atau kepala. Eritem ini akan meluas sehingga dalam beberapa

hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukkan gambaran yang

disebut red man syndrome.

Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama adalah lapisan

korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus sampai kasar. Ukuran

skuama bervariasi; pada proses akut akan berukuran besar, sedangkan pada proses kronik akan

berukuran kecil. Warna skuama bervariasi, mulai dari putih hingga kekuningan.

Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga

mengenai membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bil kulut kepala sudah

terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku dan kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama

tidak selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak

disertai skuama, skuama timbul pada stadium penyembuhan.

Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan kuku. Kurang lebih

25% dari pasien mengalami alopesiam dan pada banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan

sebelum lepas seluruhnya. Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang

mengenai membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiperpigmentasi dan hipopigmentasi.

Pada eritroderma kronis, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi. 7

Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan terasa tebal

pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta yang berwarna kekuningan yng

disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena infeksi sekunder. Pada beberapa

kasus, manifestasi klinis yang muncul pada eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis

epidermal toksik, walaupun secara patofisiologi sangat berbeda.2

Eritroderma akibat alergi obat bisanya secara sistemik sebelum menuncul gejala klinis

perlu dikaji ulang untuk mengonfirmasi penyebab terjadinya eritroderma akibat obat. Pada

umumnya alergi ini timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Dapat pula bervariasi mulai dari

waktu masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit dapat segera sampai 2 minggu.

Gambaran klinisnya berupa eritema universal. Pada stadium akut tidak terdapat skuama, pada

stadium penyembuhan baru timbul skuama.2

Eritroderma akibat penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan sering dijumpai

kelainan-kelainan yang mendasarinya yang membantu dalam menegakkan diagnosis. Sering

ditemukan plak psoriasis yan masih tersisa, papul atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau

Page 7: ERITRODERMA

yang khas dari ptiriasis rubra dan lesi papuler pada drug eruption. Riwayat psoriasis yang

bersifat kronik dan residif dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya eritroderma. Kelainan

kulit berupa skuama yang berlapis-lapis dan kasar di atas kulit yang eritematosa, sirkumskripta.

Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan

kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninggi dari pada sekitarnya dan skuama ditempat itu

lebih tebal. Kuku juga perlu dilihat, dicari apakah ada pitting nail berpa lekukan miliar, tanda ini

hanya menyokong dan tidak patognomonis untuk psoriasis. Jika ragu-ragu, pada tempat yang

meninggi tersebut dilakukan biopsi untuk pemeriksaan histopatologik. Kadang-kadang biopsi

sekali tidak cukup dan harus dilakukan beberapa kali. Penyakit Leiner atau eritroderma

deskuamativum ini biasanya terjadi pada penderita usia antara 4 minggu sampai 20 minggu.

Keadaan umum penderita baik, biasanya tanpa keluhan. Kelainan berupa skuama berminyak dan

kekuningan di kepala. Kelainan kulit berupa eritema universal disertai skuama yang kasar.

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, berbagai penyakit atau

kelainan alat dalam dapat menyebabkan kelainan kulit berupa eritroderma. Setiap kasus

eritroderma yang tidak termasuk golongan 1 dan 2 harus dicari penyebabnya, yang berarti harsu

diperiksa secara menyeluruh, apakah ada penyakit pada alat dalam dan harus dicari pula pakah

ada infeksi dalam dan infeksi fokal. Termasuk didalam golongan ini adalah sindrome Sezary.

Sindroma Sezary termasuk penyakit limfoma, ada yang berpendapat merupakam stadium

mikosis fungoides. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungan dengan infeksi virus

HTLV-V dan dimasukkan kedalam CTCL (Cutaneus T-Cell Lymphoma). Yang diserang adalah

orang dewasa, mulainya penyakit pada pria rata-rata berusia 64 tahun sedangkan pada wanita

berusia 53 tahun. Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang

universal disertai skuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat pula infiltrasi pada kulit dan

edema. Pada sepertiga hingga setengah para penderita didapati splenomegali,

limfadenopatisuperfisial, alopesia, hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris serta

kuku yang distrofik. 2

VII. DIAGNOSIS

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada

sebelumnya, misalnya warna hitam-kemerahan di psoriasis dan di pilaris rubra pityriasis;

perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan

Page 8: ERITRODERMA

eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit

dalam eritroderma di pilaris rubra pityriasis; hiperkeratotik skala besar kulit kepala, biasanya

tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL dan pityriasis rubra,

ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.2

VIII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis

Banding

Penyebab Predisposisi Predileksi Efloresensi Manifestasi

lain

Psoriasis Tidak

diketahui,

diduga

autoimun

Pria lebih

banyak,

biasanya

dewasa

Kulit kepala,

perbatasan

daerah tersebut

dengan muka,

ekstremitas

bagian ekstensor

terutama siku

dan lutut, kuku

dan daerah

lumbosakral

Makula

eritematosa

berbatas tegas,

miliar-numular,

ditutupi oleh

skuama yang

tebal, kasar,

berlapis-lapis,

berwarna putih

mengkilat,

fenomena tetesan

lilin, Auspit,

Kobner

Kadang

gatal

Dermatitis

Seboroik

Peningkatan

aktivitas

kelenjar

sebasea

Lebih sering

pada dewasa

Bagian tubuh

yang banyak

mengandung

kelenjar sebasea:

kulit kepala,

belakang telinga,

alis mata, cuping

hidung, ketiak,

dada,

antarskapula,

Makula

eritematosa yang

ditutupi papula

lonjong, miliar

difus, skuama

halus putih

berminyak.

Kadang erosi

dengan krusta

kekuningan

Gatal

Page 9: ERITRODERMA

suprapubis

Pitiriasis

Rosea

Tidak

diketahui

Pria=wanita,

semua usia

Dapat tersebar di

seluruh tubuh

terutama yang

tertutup pakaian

Eritema bentuk

lonjong,

lentikular-

numular, ditutupi

skuama halus,

sumbu panjang

lesi sesuai

dengan garis

lipatan kulit,

khas: lesi inisial

(herald patch=

medallion)

soliter bentuk

oval, anular,

diameter, jarang

> 1 herald patch

Gatal dapat

didahului

gejala

prodromal

ringan

(malaise,

nyeri

kepala, sakit

tenggorokan

Dermato-

fitosis

Golongan

jamr

dermatofita

Pria=wanita,

semua usia

Dapat tersebar di

seluruh tubuh

manapun

Makula

eritematosa

dengan tepi aktif

disertai

papul/vesikel,

penyembuhan

sentral, berbatas

tegas, skuama

halus, jika

berlangsung

kronik dijumpai

likenifikasi atau

hiperpigmentasi

Gatal

terutama

jika

berkeringat

Sifilis Treponema Pria= wanita, Genitalia Bercak-bercak Sering

Page 10: ERITRODERMA

Stadium II pallidum dewasa, bayi

baru lahir

eksterna, sekitar

anus, ketiak,

sudut mulut,

inferior

mammae, dapat

mengenai perut,

punggung,

tangan

eritema dengan

skuama merah

tembaga

disertai

demam

malam hari

(dolores

nocturnal),

pembesaran

kelenjar

getah

bening

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan

gammaglobulin ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis, maupun

anemia ringan. 3

2. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu mengidentifikasi

penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran

yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan

parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete

ridge lebih dominan.

Eritroderma akibat limfoma, yang menginfiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan mungkin

akhirnya memeperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrat di dermis-

epidermis, dengan sel cerebriform monoklear atipikal dan Pautrier’s microabscesses. Pasien

dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan

eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada

limfoma.

Pada pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan

permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang pada

eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan

Page 11: ERITRODERMA

papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga ditemukan. Pada

eritroderma iktisioform dan ptiriais rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih

dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya. 10

PENATALAKSANAAN

Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang

disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dosis prednison 3 x 10 mg – 4 x 10 mg.

Penyembuhan terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari- beberapa minggu. Pada golongan II

akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula prednison 4 x 10 mg –

4 x 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan dosis dapat dinaikkkan.

Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat

pengobatan dengan ter pada psoriasis, maka obat tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena

psoriasis dapat pula diobati dengan etretinat. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi

beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak secepat golongan I. 2

Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik. Dosis

prednison 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrome Sezary pengobatannya terdiriatas kortikosteroid dan

sitostatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari. Pada eritroderma yang

lama diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan

protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi

oleh eritema, misalnya dengan salep lanolin 10%.

KOMPLIKASI

1. Gagal jantung

2. Gagal ginjal

3. Kematian mendadak akibat hipotermia sentral. 11

PROGNOSIS

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus karena

penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat dihentikan dan diberikan terapi yang

sesuai. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik yang mendasarinya seperti limfoma akann

tergantung pada kondisi keberhasilan pengobatan, tetapi mungkin timbul kekambuhan. Kasus

Page 12: ERITRODERMA

idiopatik adalah kasus yang tidak terduga, dapat bertahan dalam waktu yang lama, sering kali

disertai dengan kondisi yang lemah.

Eritroderma yang termasuk golongan I, yakni karena alergi obat secara sistemik,

prognosisnya baik. Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan golongan yang

lain. Pada eritroderma yang belum diketahui penyebabnya, pengobatan dengan kortikosteroid

hanya mengurangi gejalanya, penderita akan mengalami ketergantungan kortikosteroid.

Sindrome Sezary prognosisnya buruk, penderita pria umumnya akan meninggal setelah 5

tahun, sedangkan penderita wanita setelah 10 tahun. Kematian disebbakan oleh infeksi atau

penyakit berkembang menjadi mikosis fungoides.