Epulis CR Affa-priska

download Epulis CR Affa-priska

of 29

Transcript of Epulis CR Affa-priska

PENDAHULUAN

Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor odontogenik dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi tumor yang berasal dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-ektodermal. Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan syaraf.

Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor epitel. Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposisi dari epulis adalah iritasi kronis lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis fibromatosa, epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan epulis angiomatosa. Perubahan hormon yang terjadi saat hamil berpengaruh besar terhadap kesehatan gigi dan mulut, termasuk gusi. Perubahan hormon ini menyebabkan terjadinya perlunakan pembuluh darah gusi sehingga bisa menimbulkan peradangan pada gusi. Masalah lain adalah pembengkakan pada gusi (epulis gravidarum) yang terjadi di gusi di antara dua gigi.

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Gambaran predileksi epulis pada gusi dan bukalis

A. Definisi Epulis ialah massa menyerupai tumor pada gusi dan biasanya merupakan pembesaran yang terlokalisasi. Faktor utama penyebab timbulnya epulis ialah trauma dan iritasi mekanis, juga dapat berhubungan dengan

ketidakseimbangan hormonal dalam tubuh. Formicola dan kawan kawan (1970) telah membuktikan bahwa estradiol radioaktif yang disuntikkan pada tikus betina tidak hanya mempengaruhi sistem reproduksinya tetapi juga terhadap gusi. Ada beberapa jenis dari epulis, masing-masing memiliki karakteristik yang unik dan khas.

B. Faktor predisposisi Iritasi kronis lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi.

C. Jenis-jenis Epulis Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : 1. Epulis Gravidarum 2. Epulis Congenitalis 3. Epulis Fibromatosa 4. Epulis Granulomatosa 5. Epulis Fissuratum 6. Epulis Angiomatosa

1. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)

Definisi Epulis gravidarum adalah granuloma pyogenik yang berkembang pada gusi selama kehamilan. Tumor ini adalah lesi proliferatif jinak pada jaringan lunak mulut dengan angka kejadian berkisar dari 0.2 hingga 5 % dari ibu hamil. Epulis tipe ini berkembang dengan cepat, dan ada kemungkinan berulang pada kehamilan berikutnya.Tumor kehamilan ini biasanya muncul pada trimester pertama kehamilan namun ada pasien yang melaporkan kejadian ini pada trimester kedua kehamilannya.

Etiologi Perkembangannya cepat seiring dengan peningkatan hormon estrogen dan progestin pada saat kehamilan. Penyebab dari tumor kehamilan hingga saat ini masih belum dipastikan, namun diduga kuat berhubungan erat dengan perubahan hormonal yang terjadi pada saat wanita hamil. Faktor lain yang memberatkan keadaan ini adalah kebersihan mulut ibu hamil yang buruk.

Gambar 2. Epulis gravidarum pada wanita hamil

Pemeriksaan Fisik Gejala tumor kehamilan ini tampak sebagai tonjolan pada gusi dengan warna yang bervariasi mulai dari merah muda, merah tua hingga papula yang berwarna keunguan, paling sering dijumpai pada rahang atas.

Riwayat Penyakit Umumnya pasien tidak mengeluhkan rasa sakit, namun lesi ini sangat mudah berdarah saat pengunyahan atau penyikatan gigi. Pada umumnya lesi ini berukuran diameter tidak lebih dari 2 cm, namun pada beberapa kasus dilaporkan ukuran lesi yang jauh lebih besar sehingga membuat bibir pasien sulit dikatupkan.

Perawatan Umumnya lesi ini akan mengecil dan menghilang dengan sendirinya segera setelah ibu melahirkan bayinya, sehingga perawatan yang berkaitan dengan lesi ini sebaiknya ditunda hingga setelah kelahiran kecuali bila ada rasa sakit dan perdarahan terus terjadi sehingga mengganggu penyikatan gigi yang optimal dan rutinitas sehari-hari.

Namun pada kasus-kasus dimana epulis tetap bertahan setelah bayi lahir, diperlukan biopsi untuk pemeriksaan lesi secara histologis. Rekurensi yang terjadi secara spontan dilaporkan pada 75 % kasus, setelah 1 hingga 4 bulan setelah melahirkan.Bila massa tonjolan berukuran besar dan mengganggu pengunyahan dan bicara, tonjolan tersebut dapat diangkat dengan bedah eksisi yang konservatif. Namun terkadang tumor kehamilan ini dapat diangkat dengan laser karena memberi keuntungan yaitu sedikit perdarahan.

2. Epulis fibromatosa Epulis jenis ini lebih sering dijumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna. Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan mukosa bagian bukal

etiologi : iritasi kronis klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi kenyal

pengobatan : eksisi terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah

Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga sering terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak klinis yang terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat, konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.

Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi. Permukaan lesi ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah dan memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Gambar 3. Epulis fibromatosa

Mikroskopis Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan. Juga ada sel radang kronis dalam stroma.

Gambar 4. Mikroskopis epulis fibromatosa

3. Epulis Granulomatosa Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling banyak didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama terjadi pada wanita.

Gambar 5. Epulis granulomatosa pada daerah palatal gigi insisif atas

Gejala Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara dua gigi, kaya vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan sentuhan dan umumnya berwarna merah keunguan.

Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya berukuran kurang dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh menjadi massa yang bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan mudah berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan terlihat erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi. Konsistensi kenyal, mudah berdarah bila tersenggol.

Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang masuk ke dalam stroma jaringan ikat dibawah epitel) yang tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang disusun oleh jaringan ikat, pembuluh darah, sebukan sel radang

akut dan kronis. Bila ada ulserasi, biasnya sel radang yang banyak dijumpai adalah PMN sehingga dambarannya menyerupai granuloma piogenikum.

Gambar 6. Mikroskopis epulis granulomatosa

Perawatan Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan kuretase tulang yang terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis juga perlu dicabut bila sudah tidak dapat dipertahankan, atau dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan akar (root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga diperlukan tindakan eksisi kembali.

3. Epulis Kongenital

Definisi

Penyebab dari terjadinya epulis kongenital belum pasti namun para ilmuwan meyakini bahwa epulis ini berasal dari sel-sel mesenkim primitif yang asalnya dari neural crest. Epulis tipe ini adalah kondisi kongenital yang sangat jarang ditemui, dan terjadi pada bayi saat kelahiran. Dari penelitian didapati bahwa epulis kongenital lebih banyak dijumpai pada bayi perempuan daripada laki-laki dengan rasio 8:1, dan paling banyak terjadi pada maksila (rahang atas) dibandingkan mandibula (rahang bawah).

Gambar 7. Seorang bayi perempuan dengan congenital epulis, kasus yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1871 dan hingga kini hanya sekitar 200 kejadian yang pernah dilaporkan.

Gejala Pada bayi yang baru lahir dijumpai massa tonjolan pada mulutnya, biasanya pada tulang rahang atas bagian anterior (depan). Dari 10% kasus yang

dilaporkan, lesi yang terjadi adalah lesi multipel namun dapat juga berupa lesi tunggal. Ukuran lesi bervariasi, dari 0.5 cm hingga 2 cm namun ada kasus di mana ukuran epulis mencapai 9 cm. lesi ini lunak, bertangkai dan terkadang berupa lobus-lobus dari mukosa alveolar. Bila epulis terlalu besar, dapat mengganggu saluran pernafasan dan menyulitkan bayi saat menyusu.

Secara histologis, epulis kongenital mirip dengan granular cell tumor yang terjadi pada orang dewasa. Perbedaannya adalah pada epulis kongenital tidak rekuren dan tampaknya tidak berpotensi ke arah keganasan. Kelainan ini dapat ditemui secara dini saat sang ibu memeriksakan kandungan melalui alat sonography namun diagnosa yang pasti belum dapat ditegakkan.

Perawatan Pada sebagian besar kasus, epulis cenderung mengecil dengan sendirinya dan menghilang saat bayi mencapai usia sekitar 8 bulan. Dengan demikian lesi yang berukuran kecil tidak membutuhkan perawatan.

Lesi yang lebih besar dapat mengganggu pernafasan dan/atau menyusui sehingga perlu dilakukan pembedahan dengan anestesi total. Dilaporkan keberhasilan penggunaan laser karbondioksida untuk mengoperasi lesi epulis yang besar. Dari kasus-kasus yang ada, kejadian ini tampaknya tidak mengganggu proses pertumbuhan gigi.

4. Epulis Fissuratum Definisi Epulis fissuratum adalah hyperplasia mukosa akibat trauma ringan kronik oleh pinggiran gigi palsu. Epulis fissuratum dianalogikan sebagai akantoma fissuratum pada kulit.

Patofisiologi Epulis fissuratum muncul berhubungan dengan pinggiran gigi palsu. Epulis biasanya ditemukan pada vestibuler maksila atau mandibula. Ras Kebanyakan epulis fissuratum terjadi pada ras kulit putih. Ini berhubungan dari dominasi ras kulit putih untuk sering menggunakan gigi palsu. Jenis Kelamin Kebanyakan kasus terjadi pada wanita. Pada kenyataannya, wanita lebih suka menggunakan gigi palsu dalam waktu yang lebih lama, karena alasan estetik. Kemungkinan, perubahan epitel menjadi atropi pada wanita menopause, mempengaruhi kejadiannya pada wanita yang lebih tua. Umur Epulis fissuratum terbanyak terjadi pada umur 50, 60, dan 70-an, tapi dapat ditemukan pada hampir seluruh umur. Epulis fissuratum pernah ditemukan pada anak kecil. Faktanya, lesi berhubungan dengan penggunaan gigi palsu

dan proses iritasi yang kronis memiliki insidensi lebih tinggi pada individu yang lebih tua.

Riwayat Penyakit Epulis fissuratum berkembang lambat pada periode yang panjang pada pasien dengan nyeri pada penggunaan gigi palsu. Biasanya, pasien dengan epulis fissuratum adalah asimptomatik. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pada pasien epulis fissuratum patient typically ditemukan pembengkakan pada mukosa hiperplastik, dimana meliputi pinggiran dari gigi palsu. Lesi lebih sering pada bagian depan dari gigi palsu. Lesi pada daerah lingual jarang ditemukan. Lesi ini lebih sering pada bagian anterior rahang.

Permukaan dari massa epulis fissuratum : halus, biasanya berbentuk ulseran atau papiler.

Ukuran dari lesi epulis fissuratum lesion bervariasi; pada beberapa lesi kecil, tapi dapat meliputi seluruh mukosa vestibuler yang kontak dengan gigi palsu.

Walaupun sering dalam warna mukosa, eritema juga bisa terjadi, jika terjadi inflamasi. Beberapa lesi muncul mejadi granuloma piogenik, disebabkan proliferasi kapiler.

Gambar 8. Epulis Fissuratum pada anterior mandibula, pada tempat gigi palsu biasa dipasang. Terlihat fambaran eritema. Pada permukaan lesi biasanya halus seperti pada gambar.

Etiologi Penyebab dari epulis fissuratum adalah iritasi kronis ringan pada tempat pemasangan gigi palsu. Biasanya, berhubungan dengan resopsi dari tulang alveolar, supaya gigi palsu dapat bergerak pada mukosa vestibuler, mengakibatkan inflamasi hiperplasi jaringan yang berproliferasi pada tepi gigi palsu tersebut.

Perawatan PerawatanLesi ini dapat dihilangkan dengan eksisi. Selain itu, gigi tiruan yang menjadi timbulnya lesi ini harus diperbaiki hingga dapat memiliki kecekatan yang baik namun tidak memberi tekanan berat terhadap mukosa supaya mencegah iritasi yang lebih berat lagi.

Meski lesi ini sangat jarang dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, namun sebagai tindakan preventif sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada lesi yang telah dibuang tersebut.

Pencegahan Pemeriksaan gigi rutin, dapat mencegah epulis fissuratum. Pasien yang menggunakan gigi palsu jarang sadar, bahwa mereka juga perlu memeriksakan kesehatan mulut mereka ke dokter gigi, sehingga meningkatkan resiko terjadinya epulis fissuratum.

Prognosis Dengan penatalaksanaan segera, prognosis dari epulis fissuratum ini adalah baik. Masalah yang mungkin terjadi adalah, massa pada daerah mukosa vestibuler dan berhubungan dengan gigi palsu sering lolos dari diagnosis sebagai epulis fissuratum. Sayangnya, pada kasus yang jarang, massa ini dapat menjadi skuamos sel karsinoma atau sudah bermetastase. Karena itu, jaringan ini, setelah diesktirpasi harus diperiksa secara histologis.

Edukasi pasien Menyarankan kepada pasien untuk memeriksakan gigi mereka secara rutin jika dibutuhkan dan jika ada gangguan pada jaringan mulut.

Gambar 9. massa pada mukosa vestibuler posterior ini, berhubungan dengan penggunaan gigi palsu total. Pada pasien ini, massa sudah berubah menjadi skuamous sel karsinoma.

6.

Epulis Telangiectatica (gingival pyogenic granuloma) Pembengkakan lunak pada ginggiva, yang karakteristik jaringan granulasi merah pucat. Mudah berdarah oleh karena dilatasi pembuluh darah kapiler. Mudah berdarah, pertumbuhan yang cepat, resorbsi tulang, rekurensi bila operasinya inkomplit menyebabkan secara klinis mirip suatu neoplasma. Gambaran histopatologis juga suatu proses inflamasi.

Penatalaksanaan Epulis Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva, pencabutan gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi. a. Indikasi operasi Epulis kecuali epulis gravidarum b. Diagnosis Banding Karsinoma gingiva c. Pemeriksaan Penunjang

FNA d. Teknik Operasi Menjelang operasi

Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi. (Informed consent).

Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi. Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis.

Tahapan operasi

Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum dengan intubasi nasotrakheal kontralateral dari lesi, atau kalau kesulitan bisa orotrakeal yang diletakkan pada sudut mulut serta fiksasinya kesisi kontralateral, sehingga lapangan operasi bisa bebas. Posisi penderita telentang sedikit head-up(20-250), ekstensi (perubahan posisi kepala setelah didesinfeksi).

Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril di orofaring.

Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70% 1:1000 Posisikan penderita tengadah dengan mengganjal bantal pundaknya.

Dengan menggunakan mouth spreader mulut dibuka sehingga lapangan operasi lebih jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang sehat dengan menggunakan couter-coagulation, lakukan rawat perdarahan, lakukan pembersihan lebih lanjut dengan jalan mencabut gigi yang terlibat serta lakukan kerokan pada sisa sekitar tumor.

Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.

e. Komplikasi operasi

Perdarahan Infeksi Residif

f. Mortalitas Sangat rendah g. Perawatan Pascabedah

Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4 (sehari). Antibiotik profilaksis diteruskan 1 hari.

Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak mual bisa diberi makan.

Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat operasi untuk menghentikan perdarahan pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam dari operasi atau ancaman perdarahan sudah berhenti.

Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan terutama sebelum dan sesudah minum/makan.

Penderita boleh pulang sehari kemudian.

h. Follow-Up Tiap minggu sampai luka operasi sembuh

STATUS PASIENNama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Agama Alamat Tanggal Masuk : Tn. Surono : 33 tahun : Laki-laki : Wiraswasta : Islam : Lampung timur : 10 Januari 2011

Tanggal Pemeriksaan : 10 Januari 2011 Keluhan Utama Anamnesa : Pasien Surono usia 33 tahun, datang dengan keluhan benjolan yang ada di rahang bawah kiri depannya. Keluhan timbul benjolan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu pada rahang depan sebelah kiri bawah. Benjolan ini pada awalnya hanya sebesar kacang kedelai namun sekarang menjadi sebesar biji karet. Pasien tidak mengeluh sulit makan atau sering timbul perdarahan ketika menggosok giginya. Namun dirasa sedikit mengganjal dan mengganggu karena benjolan tersebut sudah agak besar dan membuatnya sedikit kesulitan ketika mengunyah. Benjolan tersebut membuat pasien merasa tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. General Survey : Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes disangkal oleh pasien. : terdapat benjolan di rahang depan sebelah kiri bawah

Ekstra Oral

: Wajah asimetris

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Frekuensi nafas Suhu Intra Oral Oral Higiene : Buruk Lidah Bibir Dasar mulut : t.a.k : t.a.k : t.a.k : sakit sedang : compos mentis : tidak dilakukan : 64 x/menit : 20 x/menit : tidak dilakukan

Mukosa bukal : t.a.k Palatum Gingiva Oklusi Gigi Geligi : t.a.k : t.a.k : normal

Kwadran 1/5 8 8 Kwadran 4/8 Kwadran 3/7 Jaringan Sekitar 7 7 6 6 5 5

Kwadran 2/6 4 4 3 3 2 2 11 11 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8

Inspeksi: ditemukan suatu massa kenyal, berbatas tegas, dan dapat digerakan dijaringan ginggiva gigi 3.4-3.2 Palpasi : Batas tegas Nyeri tekan (-) Bertangkai Warna merah muda

Gambaran Ro : Tampak suatu gambaran fibrimatous pada gigi 3.4-3.2. tidak ditemukan suatu destruksi pada tulang sekitarnya.

Diagnosis kerja Epulis fibromatosa

Rencana Perawatan Eksisi jaringan yang membesar dan mengalami peradangan. Menghilangkan faktor iritasi lokal, dalam hal ini calculus terutama pada gigi 3.4-4.4 Menginstruksikan pada pasien untuk menjaga kerbesihan mulut dan giginya. Terapi Eksisi jaringan patologis dan jaringan yang mengalami peradangan (ekskokleasi epulis) Konseling Memberi tahu pasien tentang hasil pemeriksaan. Menjelaskan rencana tindakan yang dilakukan dan tujuannya. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut dan giginya. Menyarankan pasien untuk membersihkan karang giginya.

Prognosa Quo ad vitam Quo ad functionam Quo ad sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam

Pelaksanaan Tindakan operasi : 10 Januari 2011. Tindakan operasi : 1. Pasien disiapkan. 2. Pasien ditidurkan di tempat tidur. 3. Pasien diberi bius lokal. 4. Tindakan reposisi :

Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose lokal dengan menggunakan pehacain dengan teknik blok mandibula. Posisi penderita telentang sedikit head-up(20-250), ekstensi (perubahan posisi kepala setelah didesinfeksi).

Desinfeksi intraoral dengan povidon iodine setelah dipasang tampon steril di daerah bucal dan lingual.

Desinfeksi lapangan operasi luar dengan povidon iodine. Posisikan penderita dengan tengadah. Pasien diminta untuk membuka mulut sehingga lapangan operasi lebih jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan yang sehat dengan menggunakan scapel, lakukan rawat perdarahan, lakukan pembersihan lebih lanjut dengan jalan melakukan kerokan pada sisa sekitar tumor serta membersihkan karang gigi pada sekitar lesi .

mengirimkan hasil eksisi ke bagian patologi anatomi dengan Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.

.

Pembahasan

Pasien Surono usia 33 tahun, datang untuk operasi benjolan yang ada di rahang bawah kiri depannya. Pasien tidak mengeluh sulit makan atau sering timbul perdarahan ketika menggosok giginya, namun dirasa sedikit mengganjal dan mengganggu karena benjolan tersebut sudah agak besar dan membuatnya sedikit kesulitan ketika mengunyah serta menimbulkan ketidak percayaan dirinya ketika berbicara dengan orang lain. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Berdasarkan anamnesis pada kasus ini ditemukan adanya keluhan timbul benjolan sejak 1 tahun yang lalu pada rahang depan sebelah kiri bawah. Benjolan ini pada awalnya hanya sebesar kacang kedelai namun sekarang menjadi sebesar karet. Pasien tidak mengeluhkan adanya perdarahan yang terjadi ketika dia menggosok

giginya, namun pasien mulai merasa terganggu dengan adanya benjolan ini terutama pada saat mengunyah makanan.

Hal ini dipertegas dalam pemeriksaan intra oral yaitu ditemukan adanya suatu massa yang berwarna merah muda pucat, berbatas tegas, kenyal, bertangkai, serta tidak mudah berdarah.

Pada kasus ini, tampak hasil rontgen menunjukkan adanya

suatu gambaran

fibromatous pada gigi 3.4-3.2 namun tidak ditemukan adanya suatu destruksi pada tulang sekitarnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lesi ini tidak menimbulkan kerusakan struktur tulang pendukungnya.

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan dipertegas dengan gambaran radiologis dimana terdapat gambar massa pada daerah mandibula sinistra anterior tepatnya pada ginggiva gigi 3.4 sampai 3.2, maka pemeriksa mengambil kesimpulan bahwa penderita mengalami epulis fibromatosa.

Penatalaksanaan pasien dengan epulis fibromatosa adalah dengan operasi ekskokleasi epulis atau pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva yang mengalami pembesaran dan peradangan, serta pengerokan sisa jaringan dan faktor

iritasi lokal yang menjadi penyebab, dalam kasus ini epulis fibromatosa disebabkan oleh kalkulus. Pasien dalam anastesi lokal.

Pada pasien epulis fibromatosa, faktor penyebab tersering adalah iritasi lokal oleh adanya kalkulus atau karang gigi. Timbulnya kekambuhan atau rekurensi penyakit ini sangatlah besar jika faktor penyebab tidak dihilangkan, oleh karena itu setelah dilakukan operasi dianjurkan pada pasien agar memelihara kebersihan mulutnya dengan cara membersihkan karang giginya (scalling). Pada pasien ini untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder setelah dilakukan pembedahan dan mengurangi nyeri yang ditimbulkan setelah operasi maka perlu diberikan antibiotic serta analgetik.

DAFTAR PUSTAKA

Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum http://emedicine.medscape.com/article/1077440-overview di akses pada 13 januari 2011 Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum Follow Up.http://emedicine.medscape.com /article/1077440-followup di akses pada 11 januari 2011 Anonim. 2010.Epulis.http://cpddokter.com/home/index2.php?option=com content &do_ pdf=1 &id=1699 di akses pada 13 januari 2011 Anonym. 2010. Gigi dan mulut, Epulis. http://klikdokter.org/medisaz/read/2010/07/05/236/epulis. di akses pada 9 juli 2010 Anonym. 2009. PATOLOGI TRAKTUS DIGESTIVUS. http://ainuamri.blogsome.com/2009/02/19/patologi-traktus-digestivus/ di akses pada 9 juli 2010

Anonym. 2010. Ekskokleasi epulis. http://bedahunmuh.wordpress.com/2010/05/18/ekskokleasi-epulis/ di akses pada 9 juli 2010 Nung nung. 2009. Gigi sehat. http://gigikugigiku.blogspot.com/2009/04/epulis.html di akses pada 9 juli Anonym. 2009. Epulis. 2010

http://achmadfiqar.wordpress.com/2008/06/19/epulis/ di akses pada 9 juli 2010 Anonym.. 2009.Epulis. http://books.google.co.id/books?id=PgTdKvlAnoC&pg=PA42&lpg=PA42&dq=epulis+fibromatosa&source=bl&ots=aN7j0wkd Kk&sig=nNhdhIpNlYT544ubzfw4WmGC0w&hl=id&ei=3wM4TNmfIIiUrAemv dyCCQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CDgQ6AEwCA#v =onepage&q=epulis%20fibromatosa&f=false. di akses pada 9 juli 2010

Dwiretno, Tantin. 2010. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio gigi dengan hambatan oklusal. http://staff.ui.ac.id/internal/130536742/publikasi/epulisfibrosa.pdf di akses pada 9 juli 2010

Neville, Brad W dkk. 1995. Oral and Maxillofacial Pathology. Philadelphia : WB. Saunders