Epistaxis

7
Epistaxis Epistaxis = Perdarahan (keluarnya darah) dari rongga hidung = nasal hemorrhage = nose bleed Epistaxis dapat dialami oleh semua usia dan tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Epistaxis bukanlah suatu penyakit, namun gejala dari beberapa penyakit tertentu. Berdasarkan asal perdarahannya, epistaxis dibagi menjadi dua: 1. Epistaxis Anterior, umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda 2. Epistaxis Posterior, sering terjadi pada orang-orang yang lanjut usia Anatomi vaskularisasi cavum nasi: - Bagian atas hidung memperoleh vaskularisasi dari a. ethmoidalis anterior dan posterior. Kedua arteri ini merupakan cabang dari a. ophtalmica, cabang dari a. carotis interna. - Bagian bawah hidung disuplai oleh cabang dari a. maxillary interna, yaitu a. sphenopalatina dan a. nasopalatina. - Bagian bawah sebelah anterior memperoleh vaskularisasi dari a. lateralis nasi dan a. nasales posterior yang merupakan cabang dari a. facialis. - Cabang-cabang dari arteri-arteri tersebut kemudian saling beranastomosis membentuk suatu plexus pembuluh darah (plexus Kiesselbach) di sepanjang bagian anterior septum kartilagenosa yaitu pada area Little’s. Karena letaknya pada bagian anterior, bagian ini mudah mengalami trauma fisik dan lingkungan sehinga menjadi tempat tersering terjadinya epistaxis.

Transcript of Epistaxis

Page 1: Epistaxis

Epistaxis

Epistaxis = Perdarahan (keluarnya darah) dari rongga hidung = nasal hemorrhage = nose bleed

Epistaxis dapat dialami oleh semua usia dan tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Epistaxis bukanlah suatu penyakit, namun gejala dari beberapa penyakit tertentu.

Berdasarkan asal perdarahannya, epistaxis dibagi menjadi dua:

1. Epistaxis Anterior, umumnya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda2. Epistaxis Posterior, sering terjadi pada orang-orang yang lanjut usia

Anatomi vaskularisasi cavum nasi:

- Bagian atas hidung memperoleh vaskularisasi dari a. ethmoidalis anterior dan posterior. Kedua arteri ini merupakan cabang dari a. ophtalmica, cabang dari a. carotis interna.

- Bagian bawah hidung disuplai oleh cabang dari a. maxillary interna, yaitu a. sphenopalatina dan a. nasopalatina.

- Bagian bawah sebelah anterior memperoleh vaskularisasi dari a. lateralis nasi dan a. nasales posterior yang merupakan cabang dari a. facialis.

- Cabang-cabang dari arteri-arteri tersebut kemudian saling beranastomosis membentuk suatu plexus pembuluh darah (plexus Kiesselbach) di sepanjang bagian anterior septum kartilagenosa yaitu pada area Little’s. Karena letaknya pada bagian anterior, bagian ini mudah mengalami trauma fisik dan lingkungan sehinga menjadi tempat tersering terjadinya epistaxis.

Page 2: Epistaxis

Penyebab Epistaxis:

Penyebab epistaxis dikelompokkan menjadi penyebab lokal atau penyebab yang sistemik, antara lain:

Gejala epistaxis ini bervariasi mulai dari perdarahan ringan yang terjadi berulang kali ataupun perdarahan yang cukup banyak, yang masing-masing membuat penderita datang berobat ke dokter.

Epistaxis Anterior

90% dari kejadian epistaxis berasal dari pembuluh darah pada area Little’s. Perdarahan pada bagian anterior ini biasanya akan segera berhenti karena penjepitan kedua

alae nasi kea rah septum. Perdarahan pada bagian anterior sering terjadi terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Penyebab tersering perdarahan ini adalah karena trauma.

Penatalaksanaan:

1. Posisi penderita sedikit menunduk sehingga darah tidak tertelan ke faring, sementara kedua alae nasi dijepit ke arah septum nasi selama 5 sampai 20 menit.

2. Berikan nasal dekongestan dengan kapas yang dibasahi dengan:a. Cocaine 4%b. Oxymetazoline

Page 3: Epistaxis

c. Phenylephrine 2% dan phenylephrine 4%( 1:1)

Dimasukkan ke dalam hidung selama 10-20 menit.

Tindakan ini selain untuk membuat vasokonstriksi juga untuk memudahkan mencari pembuluh darah yang mengalami perdarahan sehingga dapat dilakukan tindakan berikutnya jika diperlukan.

3. KauterisasiDengan asam Trichloroasetat 100% atau untuk penetrasi lebih dalam dengan perak nitrat atau elektrokauter. Hanya saja untuk penggunaan perak nitrat dan elektrokauter harus berhati-hati supaya tidak dilakukan berulang-ulang karena dapat menimbulkan perforasi septum nasi. Selain itu juga dihindarkan kauterisasi pada kedua sisi septum.

4. Tampon anteriorDilakukan bila Epistaxis tidak dapat dihentikan dengan cara-cara di atas.

- Kain kasa dengan lebar 1,5 cm yang diberi vaselin dan acidum boricum dimasukkan ke dalam kavum nasi yang berdarah dengan berlapis-lapis seperti accordion dari bawah ke atas. Jika masih didapatkan perdarahan dapat ditambahkan tampon pada sisi kontralateral untuk menambah tekanan (counter pressure). Tampon disimpan di dalam cavum nasi selama 24 jam.

- Merocel or Doyle Sponge

Epistaxis Posterior

Epistaxis posterior biasa terjadi pada orang yang lanjut usia, terutama terkait dengan hipertensi dan arteriosclerosis. Umumnya perdarahan ini berasal dari arteri sphenopalatina. Perdarahan yang terjadi dicurigai sebagai epistaxis posterior apabila didapatkan:

1. Sebagian besar perdarahan terjadi ke dalam faring,2. Tampon anterior gagal mengontrol perdarahan, atau3. Secara nyata didapatkan dari pemeriksaan hidung bahwa perdarahan terletak posterior dan

superior.

Page 4: Epistaxis

Penatalaksanaan:

1. Tampon Posterior

2. Tampon antero-posterior (tampon bellocq)Mirip dengan tampon anterior, namun koane posterior dan nares anterior diberi tampon penahan (depper)

3. Double balloon devicea. Berikan salep Bactroban pada kateter, b. masukan “device” seluruhnya pada nares,

Page 5: Epistaxis

c. balon posterior dikembangkan dengan 7-10 cc NaCl.d. Tarik kateter sampai balon posterior berhenti pada posterior cavum nasie. Balon anterior dikembangkan dengan 15-30 cc NaClf. Untuk mempertahankan pindahnya balon, dijepit dengan ‘umbilical clamp’g. Balon diletakkan selama 2-5 hari.

4. Foley Catheter (10-40 french dengan 30 cc balon)a. Berikan salep bactroban pada kateter,b. Masukan kateter ke dalam lubang hidungc. Perhatikan ujung kateter pada belakang tenggorok,d. Kembangkan balon dengan 10 cc NaCl, tarik balon perlahan sehingga terletak di

posterior,e. Buat tampon anteriorf. Jepit dengan ‘umbilical clamp’

Jika seluruh tindakan diatas tidak berhasil, baik pada epistaxis anterior maupun posterior, maka dapat dilakukan tindakan ligasi arteri:

arteri ethmoidalis anterior Arteri Maxillaris interna Arteri carotid externa