episode depresi sedang dgn gejala somatik edit3.docx

24
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Iznaeny Rahma No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Ajappange Soppeng Topik: Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik Tanggal (kasus) : 20 Maret 2013 Nama Pasien : Tn. M No. RM : 131560 Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Misdawaty Tempat presentasi: RSUD Ajappange Soppeng Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi: Laki-laki, 52 Tahun, sering murung, jarang berbicara, memukul diri, susah tidur, pusing, pikiran kosong, putus asa. Tujuan: Mengenal Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik serta penatalaksanaannya Bahan bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos Data Pasien: Nama: Tn. M No.Registrasi: 131560 1

Transcript of episode depresi sedang dgn gejala somatik edit3.docx

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Iznaeny Rahma

No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Ajappange Soppeng

Topik: Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik

Tanggal (kasus) : 20 Maret 2013

Nama Pasien : Tn. MNo. RM : 131560

Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Misdawaty

Tempat presentasi: RSUD Ajappange Soppeng

Obyek presentasi :

KeilmuanKeterampilanPenyegaranTinjauan pustaka

DiagnostikManajemenMasalahIstimewa

NeonatusBayiAnak RemajaDewasaLansiaBumil

Deskripsi: Laki-laki, 52 Tahun, sering murung, jarang berbicara, memukul diri, susah tidur, pusing, pikiran kosong, putus asa.

Tujuan: Mengenal Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik serta penatalaksanaannya

Bahan bahasan:Tinjauan pustakaRisetKasusAudit

Cara membahas:DiskusiPresentasi dan diskusiE-mailPos

Data Pasien:Nama: Tn. MNo.Registrasi: 131560

Nama klinikPoli Jiwa RSUD Ajapange Soppeng

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/gambaran klinis: Laki-laki, 52 tahun masuk melalui Poli Psikiatri RSUD Ajappange dengan keluhan pasien sering murung dan jarang berbicara. Pasien juga mengeluh susah tidur, pusing, pikiran kosong, dan merasa putus asa. Hal ini dialami sejak kurang lebih 1 bulan lalu saat pasien mengalami perpindahan tempat kerja ke Balai Persuteraan Alam (BPA) Tajuncu Soppeng. Sebelumnya pasien bekerja di BPA Bili-Bili kabupaten Gowa selama 2 tahun dengan jabatan sebagai staff. Di tempat kerja yang baru, pasien menjadi kepala staff dengan anggota staff sebanyak 2 orang. Pasien sering tertekan di tempat kerja karena beban kerja yang banyak sementara staff hanya sedikit dan kadang susah diatur. Jika sudah terlalu berat, kadang pasien memukul dirinya sendiri. Komunikasi dengan keluarga dan warga sekitar kurang.

2. Riwayat pengobatan: berobat di poliklinik jiwa sejak tanggal 25 Februari 2015

3. Riwayat kesehatan/penyakit: - riwayat fraktur brachii 1 tahun lalu dan dioperasi di RS Unhas

4. Riwayat keluarga: Riwayat penyakit turunan dalam keluarga (-) Menikah sejak umur 37 tahun Memiliki anak 1 orang Perempuan (14 tahun), yang tinggal dengan pasien dan bersekolah di SMP Negeri Tajuncu.

5. Riwayat pekerjaan: pegawai Balai Persuteraan Alam (BPA)

6. Lain-lain: Kondisi lingkungan sosial dan fisik: OSI hidup di lingkuangan warga yang ramah

Daftar Pustaka:

a) Maslim, dr. Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta-Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.b) Maslim, dr. Rusdi. 2003. F32.3 Episode Depresif dalam buku PPDGJ-III. Jakarta-Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma jaya.c) Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Gangguan Mood, bab 15. Jilid I .Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.H; 777-857.

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis, Klassifikasi dan Penatalaksanaan Episode Depresi Sedang dengan Gejala Somatik

2. Edukasi untuk pencegahan episode Depresif berulang

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:1. Subyektif:Laki-laki, 52 tahun masuk dengan keluhan pasien sering murung dan jarang berbicara. . Pasien juga mengeluh susah tidur, pusing, pikiran kosong, dan merasa putus asa. Hal ini dialami sejak kurang lebih 1 bulan lalu saat mengalami perpindahan tempat kerja. Pasien sering tertekan memikirkan pekerjaan Jika sudah terlalu berat, kadang pasien memukul dirinya sendiri.

Riwayat premorbid (RPM) Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong dukun. Pertumbuhan dan perkembangan baik. Pasien adalah orang yang cerewet, ramah, dan bertanggung jawab Pasien tamat perguruan tinggi SMEA dengan jurusan Tata Buku

Riwayat keluarga (RK) Anak ke 4 dari 7 bersaudara (,,,, , ). Pasien sudah menikah. Pasien tinggal bersama istri dan anak perempuannya. Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.Riwayat penyakit sebelumnya (RPS) Trauma (+) Infeksi (-) Kejang (-) Rokok (+) Alkohol (-) Napza (-)

2. Obyektif:a) Deskripsi umumKesan Umum: Tampak laki-laki tampak lebih tua dari umur, penampilan cukup bersih dan rapi, perawatan diri cukup, wajah tampak murung disertai sering menundukkan kepala. Kesadaran: composmentisPerilaku : cukup tenangPembicaraan : Sedikit berbicara, menjawab spontan dan volume suara yang kecil.Sikap terhadap pemeriksa : cukup kooperatifb) Keadaan afektif Mood: merasa kosongAfek: depresic) Fungsi kognitif Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasanTingkat kecerdasan sesuai dengan pendidikan dan intelegensia, mampu berhitung dan menjawab pertanyaan-pertanyaan umum. Daya konsentrasi: cukup OrientasiOrang: cukupWaktu: cukupTempat: cukupSituasi: cukup Daya ingatJangka pendek: cukupJangka menengah: cukupJangka panjang: cukup Pikiran abstrak: cukup Kemampuan menolong diri sendiri: cukupd) Gangguan persepsi Halusinasi dan ilusiHalusinasi visual: tidak adaHalusinasi auditorik: tidak adaHalusinasi olfaktori: tidak adaHalusinasi taktil: tidak adaIlusi : tidak ada Depersonalisasi dan derealisasiDepesonalisasi: tidak adaDerealisasi: tidak adae) Proses pikir Arus Pikir Kuantitatif : NormalKualitatif: Normal Isi pikirPreokupasi: tidak adaObsesi: tidak dapat dinilaiGangguan pikiran Waham bizzareSiar pikir: (-)Sisip pikir: (-)Kendali pikir: (-)Sedot pikir: (-) Waham magic mistic : (-) Waham curiga: (-) Waham kebesaran: (-) Waham kejar: (-) Waham cemburu: (-) Waham bersalah: (-) Waham tak berguna : (-) Waham somatik: (-) Waham nihilistik: (-) Bentuk pikir : realistikf) Pengendalian impulsPasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaang) Daya nilaiPenilaian realitas: derealistik (-), depersonalisasi (-)h) Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannyaPasien merasa tidak berguna.

i) Tilikan (insight)Derajat 2 : Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan , namun dalam waktu yang sama juga menyangkali penyakitnya.j) Taraf Kepercayaan Dapat dipercayak) Pemeriksaan Diagnostik lebih lanjutA) Pemeriksaan fisis: Keadaan umum: Baik Tensi:90/60 mmHg Nadi: 82 x/i Pernafasan: 16x/i Suhu: 36,5 C Sistim kardiovaskuler: kesan normal Sistim respirasi: kesan normal Sistim muskuloskeletal: kesan normal Sistim gastrointestinal: kesan normal Sistim neurologik: kesan normal Sistim urogenital: tidak diperiksa

B) Pemeriksaan lain Laboratorium: tidak diperiksa EEG: tidak diperiksa CT-scan kepala: tidak diperiksa

3. Assesment:Gangguan suasana perasaan (gangguan mood atau afektif) merupakan sekelompok penyakit yang biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat). Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk pada perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.Pada saat ini depresi menjadi gangguan kejiwaan yang sangat mempengaruhi kehidupan, baik hubungan dengan orang lain maupun pekerjaan. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi salah satu penyakit mental yang banyak dialami masyarakat dunia.Menurut Kaplan, faktor faktor yang dihubungkan dengan penyebab depresi dapat dibagi atas: Faktor biologiData penelitian biopsikologi menyatakan yang paling berperan dalam patofisologi gangguan mood adalah disregulasi pada amin biogenik (norepinefrin, serotonin dan dopamin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di trombosit. Beberapa pasien depresi juga memiliki respon neuroendokrin yng abnormal. Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biogenik yan paling sering dihubungkan dengan patofisologi depresi, dopamin juga telah diperkirakan memiliki peranan dalam depresi. Data menyatakan bahwa aktivitas dopamin mungkin menurun pada depresi. Kelainan pada neuroendokrin utama yang menarik perhatian yaitu kelainan pada kelenjar adrenal, tiroid dan hormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan penurunan kadar testoteron pada laki-laki. Faktor GenetikData genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor yang berperan penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika tetapi melalui mekanisme yang kompleks Faktor PsikososialBeberapa klinisi sangat mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer dalam depresi. Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode depresi adalah kehilangan pasangan.Seseorang dikatakan mengalami Episode Depresif bila memenuhi sekurang-kurangnya 2 dari 3 Gejala Utama dan sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya selama 2 minggu, meliputi:Gejala Utama: Afek Depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah, kinerja yang berkurangGejala Lainnya: Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Sulit tidur Nafsu makan berkurangDikatakan episode Depresif bila ditemukan pertama kali, bila ditemukan episode depresif berikutnya harus diklasifikasikan gangguan depresif berulang

Pembagian Episode DepresifF32.0 Episode Depresif ringan Sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama Sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Berlangsung minimal 2 minggu Sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannyaF32.1 Episode Depresif Sedang Sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala utama Sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Berlangsung minimal 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tanggaF32.2 Episode depresif Berat tanpa gejala psikotik Semua gejala utama depresi harus ada Sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya Berlangsung minimal 2 minggu Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatasF32.3 Episode depresif Berat Dengan gejala psikotik Memenuhi kriteria episode depresif berat Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif

Tabel 2 Pedoman Diagnostik Episode Depresif SedangPedoman Diagnostik Episode Depresif Sedang (F32.1)

a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi pada episode depresi ringan.b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.c. Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 3 minggu.d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatikF32.11 = Dengan gejala somatik

Tabel 3 Gangguan SomatikGangguan Somatik yang Dapat Muncul pada Episode Depresif

a. Pucat.b. Hilangnya libido.c. Kekurangan energi.d. Insomnia awal dan terminal.e. Pusing, palpitasi, sesak.f. Nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri pada muskuloskeletal.g. Gangguan pencernaan.h. Retardasi psikomotor.i. Agitasi psikomotor.

Diagnosis BandingDiagnosis banding pada pasien ini yaitu Gangguan Penyesuaian (F.43.2) yang merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari munculnya stressor tersebut. ICD-10 dan DSM-IV mendefinisikan gangguan penyesuaian sebagai keadaan sementara yang ditandai dengan munculnya gejala dan terganggunya fungsi seseorang akibat tekanan pada emosi dan psikis, kejadian hidup yang penuh tekanan atau penyakit fisik yang serius.

Evaluasi MultiaksialA) Aksis IBerdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami penderitaan (merasa tertekan) dan disabilitas (kerja, fungsi sosial dan penggunaan waktu senggang). Maka pasien digolongkan sebagai pasien Gangguan Jiwa. Gangguan organobiologik tidak ditemukan maka pasien digolongkan ke Gangguan Jiwa Non Organik. Berdasarkan PPDGJ III pada pasien ini telah memenuhi kriteria untuk diagnosis Deprsi sedang dengan gejala somatik berupa adanya tiga gejala utama depresi berupa afek depresi, kehilangan minat dan kesenangan, berkurangnya energi serta 2 gejala tambahan yaitu rasa bersalah dan tidak berguna serta gangguan tidur, yang telah berlangsung selama 1 bulan sehingga digolongkan ke dalam diagnosis episode depresi sedang (F32), selain itu terdapat gejala somatik yaitu insomnia dan pusing sehingga digolongkan sebagai Depresi sedang dengan gejala somatik (F 32.11). Diagnosis banding pada pasien ini yaitu Gangguan Penyesuaian (F 43.2).

B) Aksis II Tidak ditemukan data yang cukup untuk menentukan kepribadian yang khas, maka aksis II ditegakkan sebagai ciri kepribadian tidak khas.

C) Aksis IIITidak ditemukan kelainan organobiologis sehingga dikatakan aksis III tidak ada diagnosis.

D) Aksis IVFaktor stressor pada pasien adalah faktor lingkungan yaitu perubahan tempat kerja.

E) Aksis VSkor pasien ini menurut Global Assessment of Functioning (GAF) Scale adalah 60-51. Pasien mempunyai gejala sedang dan disabilitas sedang.

4. Plan:Diagnosis: Dari kriteria di atas dan keluhan-keluhan yang ditemukan pada pasien maka dapat dikategorikan dalam Episode Depresif Sedang Dengan Gejala Somatik (F32.11)

Pengobatan: Fluoksetin 20 mg 1-0-1 Clobazam 10 mg 12-0-1 Alprazolam 0,5 mg 0-12-1 Neurodex 1x1 Psikoterapi keluarga

Penatalaksanaan1. PsikofarmakaPemberian Obat-Obatan Anti Depresan:Obat antidepresan mempunyai beberapa sinonim, antara lain timoleptik atau psychic energizers. Dalam membicarakan obat antidepresi yang menjadi obat acuan adalah amitriptilin.Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu neurotransmiter aminergik (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP khusunya di sistem limbik. Mekanisme kerja obat-obat anti depresi yaitu menghambat re-uptake neurotransmiter aminergik dan menghambat penghancuran oleh ensim monoamin oksidase. Pengolongan Obat antidepresan : Obat antidepresan Trisiklik : Seperti amitriptyline, imipramine, Clomipramine, Tianeptine Obat antidepresan Tetrasiklik : Seperti Maprotiline, Mianserin, Amoxapine Obat antidepresan Reversible Inhibitor Monoamin oxydase A (RIMA) : Seperti Moclobemide Obat antidepresan Selective Serotonin Reupteke Inhibitor (SSRI) : Seperti Sertraline, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram Obat antidepresan Atipikal : Seperti Trazodone, Mitrazapine

Efek Samping Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, dll) Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin. penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi, dll) Efek antiadrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi) Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)

Efek samping yang tidak berat biasanya berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik dapat terjadi Atropine Toxic Syndrome dengan gejala eksitasi susunan saraf pusat, hipertensi, hiperpireksia, konvuisi, toxic consumed state (confusion, delirium, disorientation). Tindakan Untuk Keadaan Ini:1. Bilas lambung 2. Diazepam 10 mg, im untuk mengatasi konvuisi 3. Prostigmin 0,5-1,0 mg im untuk mengatasi efek antikolinergik (dapat diulangi setiap 30-45 menit sampai gejala mereda) 4. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantungCara PenggunaanPemilihan jenis obat berdasarkan toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu. jenis depresi).Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan: Onset efek primer : sekitar 2-4 minggu. Onset efek sekunder : sekitar 12-24 jam Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)Proses dalam pengaturan dosis :1. Initiating dosage (test dose); untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu.2. Titrating dosage (optimal dose); mulai dosisi anjuran sampai mencapai dosis efektif (dosis optimal)3. Stabilizing dosage (stabilization dose); dosis op[timal yang dipertahankan selaam 2-3 bulan.4. Maintaining dosage (maintenance dose); selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan = dosis optimal.5. Tappering dosage (tappering dose); selama 1 bulan. Kebalikan dari proses initiating dosage.Sediaan obat antidepresi dan dosis anjuranNoNama GenerikDosis Anjuran

1.Amitriptilin75-150 mg/hari

2.Amoksapin200-300 mg/hari

3.Klomipramin100-200 mg/hari

4.Imipramin75-150 mg/hari

5.Moklobemid300-600 mg/hari

6.Maprotilin75-150 mg/hari

7.Aminiptin75-150 mg/hari

8.Mianserin30-60 mg/hari

9.Opipramol50-150 mg/hari

10.Sertralin50-100 mg/hari

11.Trazodon100-200 mg/hari

12Paroksetin20-40 mg/hari

13.Fluvaksamin50-100 mg/hari

14.Fluoksetin20-40 mg/hari

Untuk sindrom depresi yang datang berobat jalan, pemilihan terbaiknya mengikuti urutan:a) Langkah 1 : Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) Citalopram (Celexa) Escitalopram (Lexapro) Fluoxetine (Prozac, Prozac Weekly, Sarafem) Paroxetine (Paxil, Paxil CR, Pexeva) Sertraline (Zoloft) Fluoxetine combined with the atypical antipsychotic olanzapine (Symbyax)b) Langkah 2 : Golongan Trisiklik Amitriptylinec) Langkah 3 : Golongan Tetrasiklik. Golongan Atypical, Golongan MAOI (Mono Amine Oxydase Inhibitor) Reversibel Bupropion (Wellbutrin, Wellbutrin SR, Wellbutrin XL) Mirtazapine (Remeron, Remeron SolTab) Nefazodone Trazodone (Oleptro) Isocarboxazid (Marplan) Phenelzine (Nardil) Selegiline (Emsam, Eldepryl, Zelapar) Tranylcypromine (Parnate)

Perhatian Khusus Kegagalan pengobatan Kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat Pengaturan dosis yang tidak adekuat Pengobatan tidak cukup lama mempertahankan dosis optimal. Kontraindikasi Penyakit jantung koroner Glaukoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi Pada penggunaan litium, kelainan fungsi jantung. ginjal. dan kelenjar tiroid.

2. PsikoterapiSecara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian, mematangkan kepribadian, memperkuat ego, meningkatkan citra diri, memulihkan kepercyaan diri yang semuanya itu untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat.a) Psikoterapi suportifUntuk memberi dukungan, semangat, dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juang dalam menghadapi hidup ini tidak kendur atau menurunb) Psikoterapi re-edukatifUntuk memberi pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.c) Psikoterapi re-konstruktifUntuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi pribadi yang utuh seperti semula sebelum sakit.d) Psikoterapi kognitifUntuk memulihkan kembali daya kognitif ( daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga mampu membedakan nila-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, mana yang halal dan haram dan sebaginya.e) Psikoterapi psikodinamikPsikodinamik adalah suatu pendekatan konseptual yang memandang proses-proses mental sebagai gerakan dan interaksi kuantitas-kuantitas energi psikis yang berlangsung intra-individual dan inter-individual (antar orang)Untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya. Diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme perubahan diri dengan baik.f) Psikoterpi prilakuUntuk memulihkan gangguan prilaku yang terganggu menjadi prilaku yang adaptif ( mampu menyusuaikan diri) kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkanagar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah, dan lingkungan sosialnya. g) Psikoterapi keluargaUntuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.h) PsikososialDiupayakan untuk tidak menyendiri, tidak melamun, banyak kegiatan dan kesibukan dan banyak bergaul

3. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitaliation)Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

PrognosisPrognosa baik apabila : Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik Perawatan di rumah sakit hanya singkat Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas Tidak ada gangguan kepribadian.Prognosa buruk apabila : Adanya penyerta gangguan distimik Penyalahgunaan NARKOBA Gejala gangguan cemas Riwayat lebih dari satu episode depresi Laki laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan perempuan.

Watansoppeng , 25 Mei 2015Peserta Pendamping

dr. Iznaeny Rahma dr. Misdawaty17