Epiglotitis Akut eBook

19
Epiglotitis akut Epidemiologi: epiglotitis terjadi secara sporadic tanpa dipengaruhi oleh keadaan dan biasanya mengenai anak-anak usia 2-8 tahun. Insidens penyakit ini banyak disicegah oleh vaksin Haemophilus influenza tipe B. Etopatogenesis: epiglotitis akut adalalah penyakt infeksi bakteri yang masuk melalui faring dan laring. Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah Haemophilus influenzae (tipe B). Organisme penyebab lainnya adalah pneumokokus dan streptokokus beta- hemolitikus. Gejala: penyakit ini memiliki onset yang singkat (swift), stridor inspiratoir yang keras, dan gangguan jalan nafas berat. Disfonia dan batuk mengkun tidak ada. Kebanyakan anak-anak mengeluh sangat nyeri saat menelan. Gambaran karakteristiknya adalah “hot potato” voice. Progresivitas dari penyakit ini ditandai dengan meningkatnya retraksi saat inspirasi di daerah jugular, sternum dan interkostal. Dispneu mungkin berlangsung cepat yang disebabkan oleh karena adanya obstruksi seiring dengan meningkatnya infeksi dari laring, dan kematian akibat asfiksia mungkin dapat terjadi antara beberapa menit sampai beberapa jam setelah onset. Jumlah mortalitasnya sekitar 5-10%. Diagnosis: pada pemeriksaan kavum oris dan faring, dinding faring posterior tampak merah terang dan epiglottis membengkan dan

description

epiglotitis akut adalah

Transcript of Epiglotitis Akut eBook

Page 1: Epiglotitis Akut eBook

Epiglotitis akut

Epidemiologi: epiglotitis terjadi secara sporadic tanpa dipengaruhi oleh keadaan dan biasanya

mengenai anak-anak usia 2-8 tahun. Insidens penyakit ini banyak disicegah oleh vaksin

Haemophilus influenza tipe B.

Etopatogenesis: epiglotitis akut adalalah penyakt infeksi bakteri yang masuk melalui faring dan

laring. Penyebab paling umum dari penyakit ini adalah Haemophilus influenzae (tipe B).

Organisme penyebab lainnya adalah pneumokokus dan streptokokus beta-hemolitikus.

Gejala: penyakit ini memiliki onset yang singkat (swift), stridor inspiratoir yang keras, dan

gangguan jalan nafas berat. Disfonia dan batuk mengkun tidak ada. Kebanyakan anak-anak

mengeluh sangat nyeri saat menelan. Gambaran karakteristiknya adalah “hot potato” voice.

Progresivitas dari penyakit ini ditandai dengan meningkatnya retraksi saat inspirasi di daerah

jugular, sternum dan interkostal. Dispneu mungkin berlangsung cepat yang disebabkan oleh

karena adanya obstruksi seiring dengan meningkatnya infeksi dari laring, dan kematian akibat

asfiksia mungkin dapat terjadi antara beberapa menit sampai beberapa jam setelah onset.

Jumlah mortalitasnya sekitar 5-10%.

Diagnosis: pada pemeriksaan kavum oris dan faring, dinding faring posterior tampak merah

terang dan epiglottis membengkan dan eritema (“cherry red epiglottis”). Pembentukan abses

mungkin dapat terjadi.

Inspeksi harus dilakukan dengan pemeriksaan yang hati-hati. Jangan pernah menekan dasar lidah

dengan spatel, karena dapat menyebabkan refleks evoke dari spasme laring yang menyebabkan

obstruksi jalan nafas total.

Lebih dari 50% anak-anak yang berlanjut dengan bakteremia (kultur darah). Hasil pemeriksaan

darah menunjukkan leukositosis.

Pengobatan: sejak intubasi biasanya tidak dapat dilakukan pada anak-anak dengan epiglotitis

akut, hal ini harus dilakukan secepat mungkin, tetapi kondisi harus dikontrol ketat (kebanyakan

kematian terjadi sebelum tiba di rumah sakit). Karena perjalanan penyakit ini sanagt singkat,

maka trakeostomi umumnya tidak terlalu berguna. Disamping sedasi, harus pula diberikan

Page 2: Epiglotitis Akut eBook

antibiotik dengan spektrum yang adekuat dengan penyebab bakterinya (antibiotik pilihan:

golongan sefalosporin generasi ke tiga). Dengan pengobatan yang cepat dan adekuat, banyak

pasien yang dapat diekstubasi setelah regresi dari stenosis inflamasi, biasanya 1-3 hari setelah

intubasi. Rekurensi dari epiglotitis akut sangat jarang.

Profilaksis: proteksi terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit ini adalah memberikan

vaksinasi pada bayi dan anak-anak kecil berupa vaksin Haemophilus influenza setelah usia 2

bulan.

EPIGLOTITIS AKUT

I. PENDAHULUAN

Epiglotitis akut, atau biasa disebut juga supraglotitis atau laryngitis supraglotik,

adalah keadaan inflamasi akut pda daerah supraglotis dari laring, yang meliputi

inflamasi pada epiglottis, valekula, aritenoid, dan lipatan ariepiglotika.1 Pada tahun

1900, Theisen pertama kali melaporkan kasus epiglotitis akut sebagai “angoina-

peptiloides”. Sejak itu, epiglotitis dipublikasikan secara luas dalam literatur

pediatrik.2

Epiglotitis biasanya disebabkan karena adanya infeksi bakteri pada daerah tersebut,

dengan bakteri penyebab terbanyak adalah Haemophilus influnzae tipe B.1 Epiglotitis

paling sering terjadi pada anak-anak berusia 2-4 tahun, namun akhir-akhir ini

dilaporkan bahwa prevalensi dan insidensnya meningkat pada orang dewasa.2-4

Onset dari gejala epiglotitis akut biasanya terjadi tiba-tiba dan berkembang secara

cepat. Pada pasien anak-anak, gejala yang paling sering ditemui adalah nyeri

tenggorokan dan nyeri saat menelan. 1,4,7 Diagnosis dapat dibuat berdasarkan riwayat

perjalanan penyakit dan tanda serta gejala klinis yang ditemui, dan dari foto rontgen

lateral leher yang memperlihatkan edema epiglottis (“thumb sign”) dan dilatasi dari

hipofaring.3,7

Page 3: Epiglotitis Akut eBook

Tujuan utama dari tatalaksana pada pasien dengan epiglotitis akutadalah menjaga

agar aluran napas tetap terbuka dan menangani infeksi penyebab atau penyebab

lainnya.4

Epiglotitis akut dapat menjadi keadaan yang mengancam jiwa karena dapat

menimbulkan obstruki saluran napas atas yang tiba-tiba. Karena itu, dokter haru

mewaspadai kemungkinan terjadinya epiglotiti pada paien, mendiagnosis serta

memberikan tatalakana secara cepat dan tepat agar tidak sampai menjadi keadaan

yang mengancam jiwa.2,8

II. DEFINISI

Epiglotitis akut adalah suatu keadaan inflamasi akut yang terjadi pada daerah

supraglotis dari laring, meliputi epiglottis, valekula, aritenoid, dan lipatam

ariepiglotika, sehingga sering juga disebut dengan supraglotitis atau laryngitis

supraglotik.1

III. ETIOLOGI

Pada orang dewasa organism terbanyak yang menyebabkan epiglotitis akut adalah

Haemophilus influenza (25%) diikuti oleh H. para influenzae, Streptococcus

pneumonia dan Streptococcus grup A. Penyebab infeksi lain yang jarang ditemukan

seperti yang disebabkan Staphylococcus aureus, mycobacteria, Bacteroides

melaninogenicus, Enterobacter cloaca, Escherichia coli, Fusobacterium necrophorum,

Klebsiella pneumonia, Neisseria meningitidis, Pasturella multocida, Herpes simplex

virus (HSV) dan virus lainnya, infeksi mononucleosis, Candida dan Aspergillus (pada

pasien dengan immuocompromised).1

Penyebab non-infeksi dari epiglotitis akut dapat berupa penyebab termal (makanan

atau minuman yang panas, rokok, penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain

dan mariyuana) dan benda asing yang tertelan. Epiglotitis juga dapat terjadi sebagai

reaksi dari kemoterapi pada daerah kepala dan leher.1

IV. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, epiglotitis merupakan penyakit yang jarang ditemui, dengan

insidens pada orang dewasa sekitar 1 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dengan

rasio pria : wanita sekitar 3:1, dapat terjadi dalam dekade kelima dengan usia rata-rata

45 tahun. Namun, akhir-akhir ini terdapat bukti yang menyatakan bahwa prevalensi

Page 4: Epiglotitis Akut eBook

dan insidens epiglotitis akut pada orang dewasa meningkat, dibandingkan pada anak-

anak yang relatif menurun. Rasio insidens antara anak-anak dengan orang dewasa

pada tahun 1980 adalah 2,6:1, dan menurun menjadi 0,4:1 pada tahun 1993.

Penurunan agka kejadian epiglotitis pada anak ini terjadi sejak diperkenalkannya

vaksin untuk Haemophilus influenza tipe B (Hib). Meskipun, kemungkinan kegagalan

dari pemberian vaksin tersebut masih bisa terjadi.1 Epiglotitis akut paling sering

terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun.4

V. ANATOMI LARING

Epiglotis adalah salah satu kartilago yang membentuk kerangka laring. Epiglotis

merupakan sebuah fibrokartilago elastis yang berbentuk seperti daun, dengan fungsi

utama sebagai penghalang masuknya benda yang ditelan ke aditus laring. Saat

menelan, laring bergerak ke arah anterosuperior. Hal ini membuat epiglottis mengenai

pangkal lidah, sehingga epiglotis terdorong ke arah posterior, dan menempatkannya

pada aditus laring. Epiglotis memiliki dua tempat perlekatan di bagian anterior.

Secara superior, epiglotis melekat pada tulang hyoid melalui ligamen hioepiglotika.

Secara inferior pada bagian stem, epiglotis melekat pada permukaan dalam kartilago

tiroid tepat di atas komisura anterior melalui ligament tiroepiglotika. Permukaan

kartilago epiglotis memiliki banyak lubang yang berisi kelenjar mukus.3

Epiglotis dapat dibagi menjadi bagian suprahioid dan bagian infrahioid. Bagian

suprahioid bebas, baik pada permukaan laringealnya maupun permukaan lingualnya,

dengan permukaan mukosa laring lebih melekat dibandingkan dengan permukaan

lingual. Akibat permukaan mukosa laring melipat kea rah pangkal lidah, terbentuk

tiga lipatan: dua buah lipatan glosoepiglotika lateral dan sebuah lipatan

glosoepiglotika medial. Dua lekukan yang terbentuk dari ketiga kipatan tersebut

disebut dengan valekula (dalam bahasa Latin berarti “lekukan kecil”). Bagian

infrahioid hanya bebas pada permukaan laringealnya atau permukaan posterior. Di

antara permukaan anterior dan membrane tirohioid dan kartilago tiroid terdapat celah

pe-epiglotika yang berisi lapisan lemak. Yang melekat secara lateral adalah

membrane kuadrangular yang memanjang ke aritenoid dan kartilago kornikulata,

membentuk lipatan ariepiglotika.3

Page 5: Epiglotitis Akut eBook

Gambar 1. Perbedaan letak epiglottis pada (A) anak-anak dan (B) dewasa (dikutip

dari kepustakaan 8)

Setiap pada aspek lain dari saluran napas pediatrik, epiglottis pada anak berbeda

secara signifikan dibandingkan dengan pada orang dewasa. Pada anak-anak, epiglotis

terletak lebih ke anterior dan superior dibandingkan pada orang dewasa, dan berada

pada sudut terbesar dengan trakea. Epiglotis pada anak juga lebih terkulai dan

berbentuk “omega shaped” dibandingkan dengan epiglotis yang lebih kaku dan

berbentuk “U-shaped” pada orang dewasa.

VI. FISIOLOGI LARING

Walaupun laring biasanya dianggap sebagai organ penghasil suara, namun ternyata

mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas, respirasi dan fonasi.

Kenyataannya secara filogenetik, laring mula-mula berkembang sebagai suatu

sfingter yang melindungi saluran pernapasan, sementara perkembangan suara

merupakan peristiwa yang terjadi belakangan. Perlindungan jalan napas selama aksi

menelan terjadi melalui berbagai mekanisme berbeda. Aditus laringis sendiri tertutup

oleh kerja sfingter dari otot tiroaritenoideus dalam plika ariepiglotika dan korda

vokalis palsu, disamping aduksi korda vokalis sejati dan aritenoid yang ditimbulkan

oleh otot intrinsik laring lainnya. Elevasi laring di bawah pangkal lidah melindungi

laring lebih lanjut dengan mendorong epiglotis dan plika ariepiglotika ke bawah

menutup aditus. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral, menjauhi aditus

laringis dan masuk ke sinus piriformis, selanjutnya ke introitus esofagi. Relaksasi otot

krikofaringeus yang terjadi bersamaan mempermudah jalan makanan ke dalam

esofagus sehingga tidak masuk ke laring. Di samping itu, respirasi juga dihambat

selama proses menelan melalui suatu refleks yang diperantarai reseptor pada mukosa

daerah supraglotis. Hal ini mencegah inhalasi makanan atau saliva.5

Pada binatang seperti rusa, epiglottis menjulur ke superior dan menyentuh permukaan

nasalis palatum molle. Konfigurasi demikian memungkinkan pernapasan bersamaan

pada saat makan, sehingga binatang ini masih bias menghidu dan melindungi dirinya

selama makan. Demikian pula pada bayi, posisi laring yang lebih tinggi

memungkinkan kontak antara epiglottis dengan permukaan posterior palatum molle.

Page 6: Epiglotitis Akut eBook

Maka bayi-bayi yang dapat bernapas selama laktasi tanpa masuknya makanan ke

jalan napas.5

Namun pembentukan suara agaknya merupakan fungsi laring yang paling kompleks

dan paling baik diteliti. Penemuan system pengamatan serat optik dan stroboskop

yang dapat dikordinasikan dengan frekuensi suara yang sangat membantu dalam

memahami fenomena itu. Korda vokalis sejati yang teraduksi, kini diduga berfungsi

sebagai alat bunyi pasif yang bergetar akibat udara yang dipaksa antara korda vokalis

sebagai akibt kontraksi otot-otot ekspirasi. Nada dasar yang dihasilkan dapat

dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring (krikotiroideus) berperan

penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung-

ujung bebas korda vokalis sejati dan tegangan korda itu sendiri. Otot ekstralaring juga

dapat ikut berperan. Demikian pula karena posisi laring manusia lebih rendah, maka

sebagian faring, di samping rongga hidung dan sinus paranasalis dapat dimanfaatkan

untuk perubahan nada yang dihasilkan laring. Semua itu dipantau melaui suatu

mekanisme umpan balik yang terdiri dari telinga manusia dan suau system dalam

laring sendiri yang kurang dimengerti. Sebaliknya kekerasan suara pada hakikatnya

proporsional dengan tekanan aliran udara subglotis yang menimbulkan gerakan korda

vokalis sejati. Di lain pihak, berbisik diduga terjadi akibat lolosnya udara melalui

komisura posterior di antara aritenoid yang terabduksi tanpa getaran korda vokalis

sejati.5

VII. MANIFESTASI KLINIS

Onset dan perkembangan gejala yang terjadi pada pasien epiglotitis akut berlangsung

dengan cepat. Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorok, nyeri

menelan/sulit menelan, dan suaru menggumam atau “hot potato voice”, suara seperti

seorang berusaha berbicara dengan adanya makanan panas di dalam mulutnya.

Prediktor adanya obstruksi saluran napas adalah perkembangan yang cepat dalam 8

jam setelah onset gejala, terdapat stridor inspiratoar, saliva yang menggenang, laju

pernapasan lebih dari 20 kali permenit, dispnea, retraksi dinding dada dan posisi yang

tegak.2 Selain itu, tanda-tanda lain yang dapat ditemukan pada pasien dengan

epiglotitis akut adalah demam, nyeri pada palpasi rigan leher, dan batuk.1

Page 7: Epiglotitis Akut eBook

Pada anak-anak, manifestasi klinik yang nampak akan terlihat lebih berat

dibandingkan pada orang dewasa. Tiga tanda yang paling sering ditemui adalalah

demam, sulit bernapas, dan iritabilitas. Anak-anak akan terlihat toksik dan terlihat

tanda-tanda adanya obstruksi saluran napas atas. Akan terlihat pernapasan yang

dangkal, stridor inspiratoar, retraksi, dan saliva yang banyak. Selain itu juga terdapat

nyeri tenggorok yang hebat dan disfagia.4 Berbicara pun terbatas akibat nyeri yang

dirasakan. Batuk dan suara serak biasanya tidak ditemukan, namun bisa terdapat

suara menggumam. Stridor muncul ketika saluran napas hamper sepenuhnya tertutup.

Anak-anak biasanya akan melakukan posisi “tripod” (pasien duduk dengan tangan

mencengkeram pinggir tempat tidur, lidah menjulur dan kepala lurus ke depan).

Laringospasme dapat muncul secara tiba-tiba dengan adanya aspirasi sekret ke

saluran napas yang telah menyempit dan menimbulkan respiratory arrest.10

Obstruksi saluran napas pada pasien dengan epiglotitis akut dapat terjadi karena

mukosa dari daerah epiglotis longgar dan memiliki banyak pembuluh darah, sehingga

ketika terjadi reaksi inflamasi, iritasi, dan respon alergi, dapat dengan cepat terjadi

edema dan menutupi saluran napas sehingga terjadi obstruksi yang mengancam jiwa.8

VIII. DIAGNOSIS

Epiglotitis akut dapat ditegakkan berdasarkan:

Anamnesis

Pada anamnesis dapat ditemukan adanya disfagia, sakit tenggorokan dan demam,

biasanya seorang anak akan menolak untuk makan. Dispneu progresif, suara biasanya

tidak parau tetapi menyerupai “hot potato voice”, penderita lebih suka posisi duduk

tegak atau bersandar ke depan (kadang dengan siku yang diletakkan di lutut, dikenal

dengan tripod position.1,10

Pemeriksaan Fisis

Dari pemeriksaan fisis laringoskopi indirek, pada inspeksi dapat terlihat epiglotis dan

daerah sekitarnya yang eritematosa, membengkak, dan berwarna merah ceri, namun

pemeriksaan ini jarang dilakukan karena kemungkinana akan memperparah sumbatan

dari saluran napas. Ataupun jika perlu dilakukan, maka pemeriksaan ini dilakukan di

tempat yang memiliki alat-alat yan lengkap, seperti di ruang operasi. Dapat jga

Page 8: Epiglotitis Akut eBook

dilakukan pemeriksaan laringoskopi direk dengan fiber optik untuk pemeriksaan yang

lebih akurat.1,9

Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi

Penggunaan pemeriksaan radiologis pada pasien dengan epiglotitis akut masih

kontroversial. Meskipun diketahui bahwa epiglotitis dapat didiagnosis dari

radiografi lateral leher, masih dipertanyakan apakah prosedur ini aman dan

memang diperlukan.8 Dari hasil pemeriksaan radiografi ditemukan gambaran

“thumb sign”, yaitu bayangan dari epiglotis globular yang membengkak, terlihat

penebalan lipatan ariepiglotika, dan distensi dari hipofaring. Terkadang, epiglotis

itu sendiri tidak membengkak, namun daerah supraglotis masih terlihat tidak jelas

dan Nampak kabur akibat edema dari struktur supraglotis yang lain. Pada kasus

yang berat, terapi tidak boleh ditunda untuk melakukan pemeriksaan radiografi.

Jika radiografi memang dibutuhkan, pemeriksaan harus didampingi dengan

personil yang dapat mengintubasi pasien secara cepat ketika obstruksi saluran

napas memberat atau telah tertutup seluruhnya.1-3

Gambar 2. Gambaran edema pada epiglotis, valecula yang menghilang dan

penyempitan dari lumen laring (dikutip dari kepustakaan 2 dan 6)

2. Laringoskopi

Laringoskopi fiber optik merupakan pemeriksaan terbaik yang dianjurkan untuk

melihat epiglotis secara langsung.

Gambar 3.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak spesifik pada pasien dengan epiglotitis dan

dilakuakan ketika saluran napas pasien telah diamankan. Jumlah leukosit dapat

meningkat dari 15.000 hingga 45.000 sel/µl.4 Kultur darah dapat diambil, terutama

jika pasien terlihat tidak baik secara sistemik. Kultur biasanya memberikan hasil

yang positif pada 25% kasus.1

Epiglotitis dapat menjadi fatal jika terlambat terdiagnosis.6 Diagnosis biasanya

dapat ditegakkan dari riwayat perjalanan penyakit dan temuan klinis, serta

pemeriksaan radiografi jika memungkinkan.3

Page 9: Epiglotitis Akut eBook

IX. DIAGNOSIS BANDING

Karakteristi

k

Epiglotitis

(Supraglotitis)

Laringotrakeobronkitis

(Infraglotitis)

Trakeitis

bakterialis

Etiologi Bakteri Virus Virus dan sering

bakteri

Usia 3-6 tahun Di bawah 3 tahun 8-15 tahun

Onset Tiba-tiba Perlahan-lahan Perlahan-lahan

Stridor Inspirasi Inspirasi dan ekspirasi Inspirasi dan

ekspirasi

Batuk - Kering Produktif

Suara Redam, lembut, dan

berat

Kasar, serak -

Menelan Sulit, sakit Tidak berpengaruh Biasanya sulit dan

sakit

Disfagi +, mengiler

(drooling)

- -

Demam Tinggi Kadang subfebris Sedang

Leukositosis ++ - +

Foto

Rontgen

Thumbs sign Steeple sign -

Tavel diferensiasi diagnosis dari epiglotitis akut (dikutip dari kepustakaan 5 dan 6)

X. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien dengan epiglotitis diarahkan kepada mengurangi

obstuksi saluran napas dan menjaganya agar tetap terbuka, serta megeradikasi agen

penyebab. Intubasi tidak boleh dilakukan di lapangan kecuali sudah terjadi obstruksi

saluran napas yang akut. Pada pasien dengan keadaan yang tidak stabil,

penatalaksanaan saluran napas sangat diperlukan. Tanda dan gejala yang

berhubungan dengan kebutuhan intubasi termasuk distress pernapasan, keadaan

saluran pernapasan yang membahayakan yang ditemukan saat pemeriksaan, stridor,

ketidakmampuan untuk menelan, saliva yang menggenang, dan keadaan yang

memburuk dalam 8-12 jam. Epiglotis yang membesar pada pemeriksaan radiografi

Page 10: Epiglotitis Akut eBook

berhubungan dengan obstruksi saluran napas. Jika masih ragu-ragu, mengamankan

saluran napas merupakan pendekatan yang paling aman. Keadaan pasien dapat

memburuk secara cepat, dan peralatan untuk membuka saluran napas harus tersedia.

Jika intubasi gagal, dapat dilakukan trakeostomi atau krikotirotomi segera.1

Pada pasien dengan keadaan yang stabil tanpa tanda-tanda bahaya saluran napas, sulit

bernapas, stridor, atau saliva menggenang, dan hanya memiliki pembengkakan yang

ringan, dapat ditangani tanpa intervensi saluran napas yang segera dengan

pengawasan ketat di unit perawatan intensif atau ICU. Karena obstruksi saluran napas

dapat terjadi dengan cepat pada pasien, penilaian serial berulang dari patensi saluran

napas sangat diperlukan.1

Pada anak-anak, hindari prosedur yang dapar meningkatkan kegelisahan sampai

saluran napas anak tersebut telah diamankan. Prosedur seperti pengambilan darah dan

pemasangan infus, meskipun dibutuhkan pada kebanyakan kasus epiglotitis akut pada

anak, dapat meningkatkan kegelisahan dan memperparah keadaan salurannya.4

Antibiotik intravena dapat dimulai dengan sesegera mungkin dan harus mencakup

Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus, Streptococcus dan Pneumococcus,

seperti amoksisilin/asam klavulanat atau sefalosporin generasi kedua atau ketiga,

seperti sefuroksim, sefotaksim, atau seftriakson. Kortikosteroid sering

direkomendasikan untuk epiglotitis. Walaupun begitu, tidak ada data yang

menunjukkan kegunaannya pada keadaan ini. Penggunaa kortikosteroid tidak

mengurangi kebutuhan untuk intubasi, durasi intubari, ataupun durasi perawatan.3 9

Ekstubasi biasanya dapat dilakukan setelah 48 hingga 72 jam, dimana edema telah

berkurang dan terdapat kebocoran udara di sekeliling selang endotrakeal. Criteria

untuk ekstubasi termasuk berkurangnya eritema, berkurangnya edema epiglotis, atau

secara empiris setelah 48 jam intubasi. Laringoskopi fiber optik transnasal dapat

dilakukan untuk menilai resolusi dari edema sebelum dilakukan ekstubasi.3,8

Alur tatalaksana epiglotitis akut (dikutip dari kepustakaan 9)

XI. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Meskipunepiglotitis akut itu sendiri merupakan penyakit yang dapat mengancam

jiwa, infeksi lain dapat terjadi secara bersamaan. Komplikasi paling sering adalah

pneumonia. Infeksi konkomitan dengan Haemophilus influenza yang lain termasuk

Page 11: Epiglotitis Akut eBook

meningitis, adenitis servikal, perikarditis, dan otitis media. Selain itu, dapat juga

terjadi abses epiglotis dan uvulitis.9,10

Komplikasi non-infeksi juga dapat terjadi pada pasien dengan epiglotitis. Pasien

dengan obstruksi saluran napas yang menyeluruh dan respiratory arrest dapat

mengalami kerusakan hipoksik dari system saraf pusatdan system organ yang lain.

Bahkan pasien yang telah mendapat tatalaksana yang cukup dapat menjadi hipoksik.10

Mortalitas pada pasien anak-anak telah menurun dari 7,1% menjadi 0,9% sejak

digunakannya intervensi saluran napas profilaksis. Mortalitas pada orang dewasa

sekita 1-7%, namun jika terjadi obstruksi, mortalitas menjadi 17,6%.

Page 12: Epiglotitis Akut eBook

Pathophysiology

Haemophilus influenzae type b (Hib) or Streptococcus pneumoniae (see Etiology) can colonize the pharynges of otherwise healthy children through respiratory transmission from intimate contact. These bacteria may penetrate the mucosal barrier, invading the bloodstream and causing bacteremia and seeding of the epiglottis and surrounding tissues. Bacteremia may also lead to infection of the meninges, skin, lungs, ears, joints, and other structures.

Hib infection of the epiglottis leads to acute onset of inflammatory edema, beginning on the lingual surface of the epiglottis where the submucosa is loosely attached. Swelling significantly reduces the airway aperture. Edema rapidly progresses to involve the aryepiglottic folds, the arytenoids, and the entire supraglottic larynx. The tightly bound epithelium on the vocal cords halts edema spread at this level. Frank airway obstruction, aspiration of oropharyngeal secretions, or distal mucous plugging can cause respiratory arrest.

Noninfectious inflammation of any of the structures around the epiglottis may also result from thermal or chemical injury or from local trauma, including blunt trauma to the neck.[1]

Patofisiologi

Haemophilus influenza tipe b (Hib) atau Streptococcus pneumonia dapat menyerang faring