Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf ·...

4
Epidemiologi .....1 dr. H. Stefanus Lawuyan MPH Epidemiologi dari Kolera hingga "Avian Influenza" Stefanus Lawuyan CHINA membantah tuduhan jurnal New Scientist sebagai sumber flu burung yang kini menjangkit pada 10 negara Asia (Kompas, 30/1/2004). Ingatan kita kembali ketika tahun lalu SARS merebak ke seluruh dunia dan menimbulkan kepanikan luar biasa. PETAKA dimulai tanggal 21 Februari 2003 ketika seorang dokter dari Kota Guangzhou di Provinsi Guangdong menderita gejala keluhan pada saluran pernapasan saat tinggal di sebuah hotel di Hongkong. Melalui kontak dengan tidak kurang dari 16 tamu lainnya yang tinggal satu lantai, penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura, Kanada, dan Vietnam. Pandemi tidak dapat dihindarkan. Tercatat tidak kurang dari 30 negara telah melaporkan kasus ini, dengan jumlah kasus mencapai 8.422 dan menyebabkan 916 orang tewas sampai 7 Agustus 2003, sebelum pandemi ini kemudian mereda. Ternyata kemudian, dari penyelidikan epidemiologis, diduga kuat bahwa kasus pertama sindrom pernapasan akut parah (SARS) berawal di Kota Fushan di Provinsi Guangdong pada tanggal 16 November 2002, juga di China. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pelajaran yang dapat dipetik dari malapetaka tersebut adalah kelemahan sistem kesehatan dari suatu daerah dapat menyebabkan penyebaran suatu penyakit secara global dan menimbulkan malapetaka yang hebat. Di kebanyakan daerah di negara kita, pembahasan bidang kesehatan selalu dikonotasikan sebagai pelayanan terhadap orang sakit di pusat kesehatan masyarakat atau rumah sakit. Tidak heran apabila alokasi dana pemerintah lebih banyak diprioritaskan pada pelayanan kesehatan untuk mengobati orang sakit. Hal ini pada akhirnya membawa dampak pula terhadap tingginya minat dokter untuk menekuni bidang spesialisasi klinik daripada bidang epidemiologi, dan manajemen yang berkembang pesat adalah manajemen perumahsakitan, melupakan peran penting dari epidemiologi sebagai bagian penting dari sistem kesehatan di suatu daerah. Epidemiologi merupakan suatu studi yang menyangkut pengukuran frekuensi penyakit, distribusinya, serta faktor-faktor yang menyebabkan penyakit tersebut (Hennekens dan Buring). Diawali sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu, ketika Hippocrates mengemukakan pemikirannya bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit, tetapi baru pada abad ke-19 pendataan distribusi penyakit dilaksanakan secara luas, salah satunya adalah hasil jerih payah Dr John Snow. John Snow John Snow (1813-1858), seorang dokter di London, sebenarnya lebih dikenal di bidang anestesi karena perannya membantu Ratu Victoria melahirkan kedua putranya dengan menggunakan kloroform. Namun, berkat minat dan upayanya selama bertahun-tahun mencatat, mengamati, dan memetakan kejadian wabah kolera di daerahnya yang kemudian dibukukan dan diterbitkannya sendiri dengan judul On the Mode of Communication of Cholera, namanya dikenang hingga kini. Penelitiannya menjadi mahakarya klasik di bidang

Transcript of Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf ·...

Page 1: Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf · manajemen strategis daerah dan dijadikan misi setiap kepala daerah di Indonesia

Epidemiologi .....1

dr. H. Stefanus Lawuyan MPH

Epidemiologi dari Kolera hingga "Avian Influenza"

Stefanus Lawuyan

CHINA membantah tuduhan jurnal New Scientist sebagai sumber flu burung yang kini

menjangkit pada 10 negara Asia (Kompas, 30/1/2004). Ingatan kita kembali ketika tahun lalu

SARS merebak ke seluruh dunia dan menimbulkan kepanikan luar biasa.

PETAKA dimulai tanggal 21 Februari 2003 ketika seorang dokter dari Kota Guangzhou di

Provinsi Guangdong menderita gejala keluhan pada saluran pernapasan saat tinggal di sebuah

hotel di Hongkong. Melalui kontak dengan tidak kurang dari 16 tamu lainnya yang tinggal

satu lantai, penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura, Kanada, dan Vietnam.

Pandemi tidak dapat dihindarkan. Tercatat tidak kurang dari 30 negara telah melaporkan

kasus ini, dengan jumlah kasus mencapai 8.422 dan menyebabkan 916 orang tewas sampai 7

Agustus 2003, sebelum pandemi ini kemudian mereda.

Ternyata kemudian, dari penyelidikan epidemiologis, diduga kuat bahwa kasus pertama

sindrom pernapasan akut parah (SARS) berawal di Kota Fushan di Provinsi Guangdong pada

tanggal 16 November 2002, juga di China.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pelajaran yang dapat dipetik dari malapetaka

tersebut adalah kelemahan sistem kesehatan dari suatu daerah dapat menyebabkan

penyebaran suatu penyakit secara global dan menimbulkan malapetaka yang hebat.

Di kebanyakan daerah di negara kita, pembahasan bidang kesehatan selalu dikonotasikan

sebagai pelayanan terhadap orang sakit di pusat kesehatan masyarakat atau rumah sakit.

Tidak heran apabila alokasi dana pemerintah lebih banyak diprioritaskan pada pelayanan

kesehatan untuk mengobati orang sakit. Hal ini pada akhirnya membawa dampak pula

terhadap tingginya minat dokter untuk menekuni bidang spesialisasi klinik daripada bidang

epidemiologi, dan manajemen yang berkembang pesat adalah manajemen perumahsakitan,

melupakan peran penting dari epidemiologi sebagai bagian penting dari sistem kesehatan di

suatu daerah.

Epidemiologi merupakan suatu studi yang menyangkut pengukuran frekuensi penyakit,

distribusinya, serta faktor-faktor yang menyebabkan penyakit tersebut (Hennekens dan

Buring). Diawali sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu, ketika Hippocrates mengemukakan

pemikirannya bahwa lingkungan dapat berpengaruh terhadap terjadinya suatu penyakit, tetapi

baru pada abad ke-19 pendataan distribusi penyakit dilaksanakan secara luas, salah satunya

adalah hasil jerih payah Dr John Snow.

John Snow

John Snow (1813-1858), seorang dokter di London, sebenarnya lebih dikenal di bidang

anestesi karena perannya membantu Ratu Victoria melahirkan kedua putranya dengan

menggunakan kloroform. Namun, berkat minat dan upayanya selama bertahun-tahun

mencatat, mengamati, dan memetakan kejadian wabah kolera di daerahnya yang kemudian

dibukukan dan diterbitkannya sendiri dengan judul On the Mode of Communication of

Cholera, namanya dikenang hingga kini. Penelitiannya menjadi mahakarya klasik di bidang

Page 2: Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf · manajemen strategis daerah dan dijadikan misi setiap kepala daerah di Indonesia

Epidemiologi .....2

dr. H. Stefanus Lawuyan MPH

epidemiologi dan berbagai kajian tentang penelitiannya masih ditulis oleh para ahli di

beberapa jurnal kedokteran terkemuka hingga kini.

Pada masa-masa itu yang menjadi masalah sosial yang utama adalah wabah kolera, yang cara

penularannya belum diketahui. Penyakit ini secara berkala melanda Benua Eropa dan

menimbulkan angka kematian yang tinggi. Setelah mewabah Benua Eropa secara hebat pada

tahun 1832, penyakit ini kemudian mengancam Kota London pada tahun 1848 dan 1853.

Snow membuat catatan-catatan tentang kejadian kasus dan kematian yang terjadi serta

berusaha merangkainya mencari jawab terhadap penyakit kolera ini.

Dalam epidemi tahun 1848, kematian karena kolera terutama dijumpai di daerah selatan

Sungai Thames dan semakin berkurang pada daerah yang semakin jauh dari sungai.

Banyaknya kematian ditemukan terutama pada daerah yang kebutuhan airnya dipasok oleh

dua perusahaan air (minum) swasta, Southwark and Vauxhal Water Company dan Lambeth

Water Company.

Kedua perusahaan tersebut mendistribusikan air yang diambil dari Sungai Thames melalui

jaringan pipa ke rumah-rumah penduduk. Persaingan di antara kedua perusahaan tersebut

membuat jaringan pipa yang berada di sebelah selatan Kota London kala itu dapat dikatakan

semrawut, dan merupakan salah satu faktor yang menyulitkan Snow dalam penelitiannya.

Hal-hal inilah yang dapat dihasilkan dari pengamatan Snow, sampai kejadian epidemi

berikutnya pada tahun 1853. Sementara itu, antara tahun 1848 sampai 1853, dapat dikatakan

London bebas dari kolera.

Ketika wabah kolera kembali menjangkiti Kota London pada bulan Juli 1853, Snow kembali

melakukan penyelidikan di daerah selatan Sungai Thames seperti kejadian epidemi yang lalu.

John Snow mendatangi rumah-rumah yang terkena musibah dan mengadakan penelitian

tentang sumber air yang digunakan dalam rumah-rumah itu.

Menurut catatannya, jumlah kematian pada rumah yang mendapat distribusi dari Southwark

and Vauxhall Company jauh lebih besar daripada yang mendapat distribusi baik dari

Lambeth Company maupun dari perusahaan lainnya ataupun dari sumber air lainnya, seperti

dari sumur. Berdasarkan pengamatannya selama itu, Snow memiliki dugaan kuat bahwa

terdapat hubungan antara penyakit kolera dan air.

Mungkin Snow dengan penyelidikannya itu tidak akan dikenal luas seandainya tidak terjadi

wabah kolera pada tahun berikutnya. Dia meneruskan pencatatan yang dilakukan seperti pada

wabah sebelumnya dan mendapati temuan yang senada dengan penelitian sebelumnya. Di

tengah kesibukannya mengadakan penelitian itu, Snow tertarik dengan data tentang kematian

sebesar 616 orang di daerah Soho, di dekat rumahnya di Piccadilly.

Menurut Snow, kejadian kolera di daerah tersebut dapat dikatakan merupakan kejadian

terburuk di negerinya. Tidak seperti di bagian selatan Sungai Thames, distribusi air di daerah

itu dilayani oleh perusahaan New River dan Grand Junction. Mutu air yang diproduksi oleh

kedua perusahaan tersebut sangat jelek serta mengalir rata-rata hanya dua jam sehari.

Hal itu membuat banyak penduduk daerah tersebut mencukupi kebutuhan airnya dari sumur-

sumur yang terdapat di daerah tersebut, yang airnya lebih jernih. Kemudian Snow memetakan

semua kasus kematian itu dan perhatiannya tertuju pada banyaknya kematian di sekitar sumur

yang terletak di Broad Street.

Page 3: Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf · manajemen strategis daerah dan dijadikan misi setiap kepala daerah di Indonesia

Epidemiologi .....3

dr. H. Stefanus Lawuyan MPH

Kecurigaan Snow semakin besar ketika ternyata hampir seluruh penduduk yang meninggal

itu pernah mengonsumsi air dari sumur itu. Hal ini menguatkan teorinya dan ia segera

melaporkannya kepada otoritas di daerah tersebut. Sebagai hasilnya, keesokan harinya tuas

pompa air di sumur pada Broad Street dicabut dan disimpan sehingga penduduk untuk

sementara tidak dapat mengambil air dari sumur itu. Sejak itu kasus kolera menunjukkan

penurunan yang cepat dan tidak ditemukan kasus baru.

Epidemiologi modern

Ketika tuas pompa sumur di Broad Street diangkat atas rekomendasi Snow, banyak ahli

mengemukakan bahwa hal itu merupakan awal dari promosi kesehatan, epidemiologi, dan

pengetahuan tentang adanya penyebab suatu penyakit.

Sejak itu epidemiologi berkembang terus. Tonggak epidemiologi modern diletakkan oleh

Richard Doll dan kawan-kawan ketika mengadakan studi tentang kebiasaan merokok di

kalangan dokter di Inggris pada tahun 1950-an. Penelitiannya, yang menggabungkan

epidemiologi dengan pengamatan di bidang klinis, membawanya pada kesimpulan bahwa

terdapat hubungan antara kanker paru-paru dan kebiasaan merokok, memperluas ruang

lingkup epidemiologi ke bidang penyakit kronis.

Menurut Morris (1955), epidemiologi merupakan "Cinderella" dari dunia kedokteran, yang

diharapkan mampu menjembatani antara public health dan clinical medicine. Lebih lanjut

disebutkan bahwa epidemiologi kaya dengan saran temuan yang perlu ditindaklanjuti dengan

studi klinis serta uji laboratorium.

Di masa kini pentingnya epidemiologi semakin dirasakan secara sosial untuk menjaga agar

manusia dapat tetap terjaga kesehatannya dengan mengurangi angka kesakitan. Malapetaka

SARS yang menjadi pandemi di seluruh dunia setahun lalu tidak terlepas dari lemahnya

penyelidikan epidemiologis yang dilakukan otoritas kesehatan di Provinsi Guangdong, China,

merupakan bukti pentingnya penelitian yang pernah dilakukan Snow tersebut.

John Snow mungkin tidak pernah membayangkan rumitnya penyakit yang bermunculan di

abad ini, emerging disease-seperti HIV/AIDS, ebola, SARS, influenza A(H5N1) virus-dan re-

emerging disease (seperti malaria, demam berdarah, termasuk kolera yang kembali

mengganas) kini menjadi ancaman bagi kehidupan manusia.

Ditambah pula dengan kemajuan teknologi yang jauh melampaui ruwetnya jaringan pipa di

London yang kacau dan saling tumpang tindih di masa itu membuat penyelidikan

epidemiologis di masa kini semakin rumit.

Epidemiologi di negara kita

Ketika SARS mereda, otoritas kesehatan di negara kita tidak terlihat secara maksimal

mengambil pelajaran dari petaka tersebut hingga kini avian influenza mengancam negara kita

dan dunia. Sudah waktunya penyelidikan epidemiologis dijadikan prioritas penting di daerah-

daerah, pencegahan timbulnya penyakit baru (emerging disease) maupun penyakit lama yang

mengganas kembali (re-emerging disease) patut diangkat sebagai tolok ukur dalam

manajemen strategis daerah dan dijadikan misi setiap kepala daerah di Indonesia serta

dituangkan dalam kebijakan-kebijakan strategisnya.

Page 4: Epidemiologi dari Kolera hingga Avian Influenzapuskesmaspalaran.tripod.com/stefepidemiologi.pdf · manajemen strategis daerah dan dijadikan misi setiap kepala daerah di Indonesia

Epidemiologi .....4

dr. H. Stefanus Lawuyan MPH

Jaringan epidemiologi yang ada perlu diperketat dan diperbaiki, termasuk dengan lebih

menjangkau dan melibatkan praktik dokter umum maupun spesialis, dan seperti Snow tidak

perlu harus menunggu dan mengandalkan peralatan yang canggih seperti komputer untuk

mewujudkannya.

Jiwa, ketekunan, dan kepedulian John Snow terhadap penyelidikan kasus-kasus penyakit

harus dijadikan suri teladan dari seluruh jajaran kesehatan (negeri maupun swasta) yang ada

di negara kita ini. Dengan begitu, setiap penyakit (terutama menular) diharapkan dapat

diselidiki dan didokumentasikan dengan baik untuk diinformasikan kepada masyarakat dan

otoritas kesehatan di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu singkat.

Pola manajemen pusat kesehatan masyarakat yang ada saat ini sudah waktunya dikaji ulang

(health reform), perlu dipikirkan untuk membaginya menjadi pusat pelayanan orang sakit dan

pusat pelayanan kesehatan masyarakat yang melayani upaya-upaya pencegahan penyakit

(paradigma sehat) dan penelitian penyakit. Dengan demikian, hal itu diharapkan dapat

mempercepat pengembangan evidence based medicine di bidang klinis dan epidemiologis

agar seiring dan sejalan dalam memperkuat ketahanan nasional di bidang kesehatan.

Pusat-pusat pengendalian penyakit menular yang "mumpuni" perlu dibangun (pada tahap

awal) di setiap ibu kota provinsi, sebagai suatu upaya pencegahan dalam kerangka risk

management. Dengan demikian, suatu ketika, kita tidak sampai menuai kecaman dunia

karena kecerobohan dan kelambanan kita, suatu penyakit yang berasal dari suatu daerah di

negara kita menimbulkan fatalitas dan kerugian yang besar terhadap peradaban manusia di

dunia ini, seperti kontroversi yang dialami otoritas di China tersebut.

dr. H. Stefanus Lawuyan, MPH

Dokter, Bertugas pada Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya