eNewsletter Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Februari 2013

5
Pengetahuan, pengalaman dan pembelajaran merupakan komponen penng dalam pembangunan. Terlepas dari asal usulnya, pengetahuan mepengaruhi penentuan keputusan dan pelaksanaannya, sementara pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman maupun penelian akan mempengaruhi ndakan ke depan (Fazey, et al., 2012). Karena itu, mengelola pengetahuan menjadi faktor penng untuk mendukung efekvitas dari pembangunan. Terdapat banyak definisi mengenai pengelolaan pengetahuan yang dikemukan oleh para pakar. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan pengetahuan merupakan upaya untuk menerjemahkan pemahaman, pengalaman, pembelajaran individual (tacit knowledge) menjadi pengetahuan yang eksplisit, tertulis, diketahui dan disepaka bersama (explicit knowledge). Konsep STBM yang dibangun melalui penelian dan pengalaman di lapangan serta dilandasi teori-teori yang teruji, juga menjadikan pengelolaan pengetahuan sebagai strategi penng untuk implementasinya. Informasi, pengalaman dan pembelajaran yang beragam sebagai hasil pelaksanaan program STBM di seluruh Indonesia merupakan hal yang berharga untuk memperkaya ilmu dan pengetahuan yang akan sangat bermanfaat untuk pengambil keputusan maupun para pemangku kepenngan lainnya. Banyak upaya yang dilakukan untuk mengelola pengetahuan mengenai STBM. Pada newsleer elektronik edisi Februari ini, kami mencoba mengangkat informasi- informasi yang dapat dikumpulkan mengenai pengelolaan pengetahuan terkait STBM, terutama mengenai kegiatan-kegiatan pertukaran pengetahuan yang menjadi media yang penng untuk berbagi dan menguji informasi/pembelajaran menjadi pengetahuan bersama. Dengan mengelola pengetahuan, diharapkan segala keputusan, rencana aksi untuk STBM di masa mendatang akan menjadi lebih opmal dan target-target yang ditetapkan dapat tercapai. Editorial Kontak Kami Sekretariat STBM Nasional Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PPPL Gedung D Lantai 1 Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat 10560 - PO BOX 223 Telp. (021) 4247608 Ext: 182, (021) 42886822, Fax: (021) 42886822 email: [email protected] website: hp://www.stbm-indonesia.org 1 Februari 2013

description

eNewsletter Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Januari 2013 www.stbm-indonesia.org

Transcript of eNewsletter Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STBM Februari 2013

Pengetahuan, pengalaman dan pembelajaran merupakan komponen penting dalam pembangunan. Terlepas dari asal usulnya, pengetahuan mepengaruhi penentuan keputusan dan pelaksanaannya, sementara pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman maupun penelitian akan mempengaruhi tindakan ke depan (Fazey, et al., 2012). Karena itu, mengelola pengetahuan menjadi faktor penting untuk mendukung efektivitas dari pembangunan.

Terdapat banyak definisi mengenai pengelolaan pengetahuan yang dikemukan oleh para pakar. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan pengetahuan merupakan upaya untuk menerjemahkan pemahaman, pengalaman, pembelajaran individual (tacit knowledge) menjadi pengetahuan yang eksplisit, tertulis, diketahui dan disepakati bersama (explicit knowledge).

Konsep STBM yang dibangun melalui penelitian dan pengalaman di lapangan serta dilandasi teori-teori yang teruji, juga menjadikan pengelolaan pengetahuan sebagai strategi penting untuk implementasinya. Informasi, pengalaman dan pembelajaran yang beragam sebagai hasil pelaksanaan program STBM di seluruh Indonesia merupakan hal yang berharga untuk memperkaya ilmu dan pengetahuan yang akan sangat bermanfaat untuk pengambil keputusan maupun para pemangku kepentingan lainnya.

Banyak upaya yang dilakukan untuk mengelola pengetahuan mengenai STBM. Pada newsletter elektronik edisi Februari ini, kami mencoba mengangkat informasi-informasi yang dapat dikumpulkan mengenai pengelolaan pengetahuan terkait STBM, terutama mengenai kegiatan-kegiatan pertukaran pengetahuan yang menjadi media yang penting untuk berbagi dan menguji informasi/pembelajaran menjadi pengetahuan bersama. Dengan mengelola pengetahuan, diharapkan segala keputusan, rencana aksi untuk STBM di masa mendatang akan menjadi lebih optimal dan target-target yang ditetapkan dapat tercapai.

Editorial

Kontak Kami

Sekretariat STBM Nasional Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat

Jenderal PPPLGedung D Lantai 1

Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta Pusat 10560 - PO BOX 223

Telp. (021) 4247608 Ext: 182, (021) 42886822, Fax: (021) 42886822

email: [email protected] website: http://www.stbm-indonesia.org

1

Februari 2013

Dokumentasi pembelajaran mengenai praktek pemicuan dalam mendorong perilaku stop buang air besar sembarangan yang disusun berdasarkan pertemuan konsolidasi pembelajaran pelaksanaan pembangunan sanitasi berbasis masyarakat di Indonesia pada tahun 2009. Pembelajaran dari berbagai daerah ini disajikan dengan melihat lima aspek keberlanjutan: kelembagaan, pendanaan, sosial-budaya dan teknologi.

Download: Stop Buang Air Besar Sembarangan: Pembelajaran dari Para Penggiat CLTS (Community Led Total Sanitation) (3,1 MB), link: https://docs.google.com/file/d/0B-jCPrlm_D_CbEtRU3JsQzZEV28/edit?usp=sharing

Deskripsi:Kebutuhan akan

pengelolaan pengetahuan saat ini semakin meningkat. Dinamika pembangunan yang semakin tinggi yang ditandai dengan banyaknya ketidakpastian dalam proses pembangunan mendorong berbagai program untuk mengelola pengetahuannya. Dalam sektor air minum dan sanitasi, pengelolaan pengetahuan menjadi salah satu faktor pendukung program yang sangat penting. Namun, perlu strategi yang tepat dalam mengelola pengetahuan agar menjadi lebih efektif, bukan menjadikan pengguna semakin tenggelam dalam beragam informasi.

Publikasi yang dikeluarkan oleh IRC mengulas mengenai pengelolaan pengetahuan di sektor air minum dan sanitasi, mulai dari konsep dan definisi, proses, teknologi yang digunakan, hingga faktor pendukung dan penghambat pengelolaan pengetahuan.

Daftar isi:1. Introduction2. Concepts and definitions3. Strategy4. People5. Processes6. Technology7. Enablers and barriers8. Improving knowledge management

Unduh/Download:Knowledge and Information Management in Water • and Sanitation Sector A Hard Nut To Crack (1,2 MB) – internal, link: http://stbm-indonesia.org/wp/wp-content/uploads/2006/07/Knowledge-and-Information-Management-in-Water-and-Sanitation-Sector-A-Hard-Nut-To-Crack.pdfKnowledge and Information Management in Water • and Sanitation Sector: A Hard Nut To Crack (1,2 MB) – alternative, link: https://docs.google.com/file/d/0B-jCPrlm_D_CNFRkU0NiSGNtTU0/edit

Sumber: IRC.nl

Rekomendasi Pustaka

2

Stop Buang Air Besar Sembarangan: Pembelajaran dari Para Penggiat CLTS (Community Led Total Sanitation)

Knowledge and Information Management in Water and Sanitation Sector: A Hard Nut To Crack

Buku Knowledge and Information Management in Water and Sanitation Sector, publikasi dari IRC, tahun 2006.

Information and Communication Technology (ICT) menjadi salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan pengetahuan bagi program STBM

Pengelolaan pengetahuan saat ini menjadi sebuah konsep yang semakin diminati untuk dieksplorasi, tidak terkecuali sektor sanitasi. Beberapa hal yang mendasari adalah tingginya kompetisi di dalam sektor, adanya isu mutasi atau pergantian posisi pekerja yang memiliki risiko hilangnya pengetahuan bersama dengan pekerja yang berpindah posisi, serta era keterbukaan informasi yang mengakibatkan tersedianya beragam informasi dalam jumlah yang cukup besar yang terkadang akan membingungkan si pencari informasi.

Teknologi informasi menjadi salah satu perangkat yang kini banyak digunakan untuk mengelola pengetahuan. Program STBM sendiri juga menggunakan teknologi informasi ini sebagai salah satu media untuk berbagi pengetahuan, yaitu melalui situs STBM. Situs menjadi salah satu alat utama karena mudah dan dapat diakses darimana saja, terlebih lagi dengan banyaknya pengguna ponsel pintar (smartphone). Upaya untuk mencari atau membagi informasi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Menarik melihat seorang teman yang memperbaharui informasi di dalam situs secara real time dengan menggunakan ponsel pintarnya. Dalam sebuah pertemuan sharing pembelajaran, ia mengetik artikel dalam ponselnya dan segera mengirimkan kepada pengelola situs untuk diterbitkan.

Jejaring sosial saat ini juga menjadi sebuah alat yang cukup diminati untuk berbagi informasi. Bayangkan ketika seseorang mengunggah sebuah informasi di jejaring sosial, pengguna yang memiliki koneksi dengan orang tersebut dapat langsung terpapar informasi tersebut. Jika kemudian ada yang meneruskan informasi, tentunya bertambah lagi jumlah individu pengguna yang akan memperoleh informasi. Model sebaran informasi seperti ini bahkan bisa sampai mendunia. Di Bali, jejaring sosial pun juga sudah dimanfaatkan untuk berbagi pengetahuan antara

sanitarian. Diskusi pun bisa berkembang karena jejaring sosial juga memungkinkan pengguna untuk memberikan komentar, pertanyaan, maupun berbicara secara langsung.

Berbagi pengetahuan juga bisa dilakukan melalui forum online atau mailing list. Selain situs, mailing list merupakan salah satu mode berbagi pengetahuan yang paling awal, sebelum semakin berkembangnya media sosial maupun instant messenger.

Dengan berbagai macam media, mengelola pengetahuan bisa menjadi mudah, namun jangan sampai kita terjebak pada teknologi itu sendiri. Mengelola pengetahuan pada dasarnya bergantung kepada masing-masing individu. Kemauan untuk belajar, variasi cara belajar, serta kemauan untuk berbagilah yang menjadikan kesuksesan dari upaya pengelolaan pengetahuan, yang akhirnya dapat mendukung kesuksesan program itu sendiri. Nah, untuk mendukung kesuksesan program STBM, maukah kita memulai berbagi pengetahuan?

Ditulis oleh: Dyota Condrorini ([email protected])

Artikel

3

ICT dalam mendukung pengelolaan pengetahuan untuk STBM

Upaya mendorong perubahan perilaku untuk buang air besar di jamban sehat melalui proyek TSSM di Jawa Timur memiliki dampak positif terhadap peningkatan kondisi kesehatan masyarakat.

Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) dilaksanakan di Indonesia, pertama kali mengambil lokasi di Provinsi Jawa Timur. TSSM sendiri merupakan sebuah program yang ditujukan untuk menumbuhkan kebutuhan akan layanan sanitasi serta memperkuat sisi penyediaan layanan sanitasi. Banyak pembelajaran yang diperoleh selama pelaksanaan TSSM di Jawa Timur pada tahun 2007-2010. Untuk melihat dampak dari proyek TSSM sendiri, WSP secara khusus melakukan studi dampak yang hasilnya dipresentasikan dalam sebuah kegiatan pertemuan pertukaran pengetahuan dengan para pemangku kepentingan pada 19 Maret 2013. Tujuan utama dari studi ini adalah untuk melihat faktor apa saja yang bekerja dengan baik untuk mendorong peningkatan akses sanitasi.

Presentasi Studi Dampak TSSM di Jawa Timur

Scaling up TSSM

Dalam rangka pertukaran pengetahuan, Water and Sanitation Program (WSP)/Bank Dunia memfasilitasi presentasi dan diskusi mengenai pelaksanaan STBM di Indonesia. Salah satu penyaji dalam kegiatan tersebut adalah Husni Thamrin, Kepala Bidang Sosial-Budaya Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Barat. Husni menyampaikan mengenai pengalaman dan pembelajaran pelaksanaan STBM di Nusa Tenggara Barat di hadapan para penggiat STBM, mulai dari WSP, Plan Indonesia, SIMAVI, Sekretariat STBM, Kementerian Kesehatan, Sekretariat Pokja AMPL, Mercy Corps, PAMSIMAS dan mitra-mitra STBM lainnya.

Dalam kegiatan tersebut, diceritakan kronologis pelaksanaan pembangunan sanitasi di Nusa Tenggara Barat. Periode 1980-2009, pembangunan sanitasi di NTB lebih fokus kepada pembangunan fisik sehingga tidak memberikan daya ungkit yang signifikan dan hanya memberikan akses jamban sehat kepada masyarakat sebesar 61,53%. Sementara tingkat pemakaian jamban belum menjadi perhatian. Tahun 2010-2011, upaya peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation) sudah mulai diimplementasikan melalui proyek WSLIC 2 dan berhasil meningkatkan akses jamban sehat menjadi 66,16%. Namun, ternyata setelah proyek berakhir, perilaku buang air besar sembarangan terjadi kembali. Dari 70 desa yang berhasil Open Defecation Free (ODF) di tahun 2010, pada akhir 2012, hanya ada 39 desa yang ODF. Periode 2012-saat ini, STBM dilaksanakan dengan mengombinasikan 3 komponen STBM, telah berhasil meningkatkan akses jamban sehat menjadi 68,91%, berkembangnya wirausaha sanitasi, serta peningkatan desa ODF bahkan hingga menjadi ODF tingkat kecamatan.

Kesuksesan program STBM di NTB didorong oleh sinergi ketiga komponen yang berjalan dengan baik. Saat ini, di NTB terdapat 262 fasilitator STBM terlatih dan aktif serta terdapat 17 wirausaha sanitasi yang aktif dan berkembang. Dari wirausaha sanitasi tersebut, sudah ada 633 jamban terbangun. Dari sisi enabling environment, Pemerintah Provinsi NTB juga menyediakan reward

4

Lisa Cameron, dari Monash University Australia, menjadi evaluator yang melakukan studi tersebut. Disampaikan bahwa untuk melihat dampak dari TSSM, diambil 160 komunitas secara acak, dimana 80 desa memperoleh intervensi dan 80 lainnya tidak. Fokus evaluasi sendiri dilakukan untuk melihat apa saja dampak dari TSSM dalam peningkatan layanan sanitasi, kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) yang umum di masyarakat, serta dampak terhadap kesehatan (mencakup kejadian diare, kandungan parasit, kecenderungan anemia, serta berat dan tinggi badan).

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyebab diare cukup tinggi, dan lebih dari 90% rumah tangga mengakui bahwa memiliki jamban dapat memberikan keuntungan kepada keluarga dan masyarakat dengan mengurangi risiko kejadian diare. TSSM sendiri menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam mendorong peningkatan akses sanitasi di masyarakat. Rumah tangga yang diintervensi melalui TSSM memiliki 29% kemungkinan untuk membangun jamban. Namun, tingginya biaya yang dibutuhkan masih menjadi alasan utama belum membangun jamban.

Dari sisi kesehatan, risiko kejadian diare juga mengalami penurunan 30% dibandingkan dengan kejadian diare pada saat penelitian. Di samping itu, hasil pengukuran berat dan tinggi badan pada anak-anak menunjukkan bahwa ada peningkatan berat badan sebanyak 0,24 kg dan penambahan tinggi badan sebesar 0,82 cm.

Peningkatan akses dan perbaikan kondisi kesehatan yang disampaikan tersebut, ternyata hanya terjadi pada 80% masyarakat yang berada pada kelas ekonomi teratas. Sementara 20% terbawah tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, dapat direkomendasikan bahwa diperlukan penguatan penyediaan layanan sanitasi yang memiliki opsi-opsi yang lebih terjangkau.

Studi TSSM

NTB Menargetkan 80% Akses Jamban Sehat Tercapai di Tahun 2013

5

untuk kabupaten, kecamatan dan desa yang berhasil mencapai status ODF. TIdak tanggung-tanggung, sampai 1,5 M dialokaskan untuk reward tersebut.

Dalam diskusi sempat muncul pertanyaan kritis mengenai reward yang berpotensi konflik dengan prinsip tanpa subsidi yang diusung CLTS. Pertanyaan tersebut dijawab dengan mantap oleh Husni yang juga didukung oleh beberapa peserta diskusi bahwa reward tidak ditujukan untuk mensubsidi pembangunan jamban, melainkan untuk mendorong penciptaan lingkungan yang mendukung, seperti kegiatan pemantauan dan evaluasi, pertemuan untuk pertukaran pembelajaran, maupun penyegaran proses pemicuan. Dengan strategi yang dimilikinya, Provinsi NTB pun menargetkan 80% KK akan terlayani jamban sehat di tahun 2013.

Ditulis oleh: Dyota Condrorini ([email protected])

Knowlympics ini merupakan ajang penghargaan bagi aktivitas/event yang terkait pengelolaan pengetahuan.

Kesempatan tidak datang dua kali untuk mengikuti kegiatan-kegiatan internasional seperti yang diadakan forum jejaring di bawah salah satu Vice President Bank Dunia yang selalu diadakan setiap tahunnya di Kantor Pusat Bank Dunia di Washington DC, Amerika Serikat. Kegiatan ini sekarang dinamakan Sustainable Development Network (SDN) Forum. Dahulu para penggiat air dan sanitasi menyebutnya Water Week, namun dengan kebijakan yang baru digabunglah kegiatan tersebut dalam satu kegiatan jejaring dimaksud.

Knowlympics —Penghargaan Terhadap Pengelolaan Pengetahuan di SDN Forum di Washington DC

SDN forum 2013 mengambil tema “Solution for a Sustainable Future”; dimana arah kegiatan dikaitkan dengan isu perubahan iklim global (Global Climate Change) dan “Go Green Growth”.

Knowlympics-SDN Forum-DCBenar-benar sebuah forum pertukaran pengetahuan yang besar. Setiap tahunnya, lebih dari 400 orang dari berbagai penjuru dunia berkumpul disana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Walaupun kegiatan ini dilaksanakan selama 2 minggu, ternyata tidak dapat menampung jumlah presenter/panelis yang ingin berbagi pengalaman, apabila dilakukan secara berurutan. Karena itu, banyak kegiatan diskusi yang dilakukan secara bersamaan (paralel), sehingga peserta pun harus memilih sesi mana yang akan diikuti.

Dalam tulisan ini tidak akan diceritakan apa dan bagaimana keseluruhan sesi yang kami ikuti, namun ada satu sesi menarik yang disebut “Knowlympics” merupakan kependekan dari Knowledge Olympics, sebuah olimpiade pengetahuan. Knowlympics ini merupakan ajang penghargaan bagi aktivitas/event yang terkait pengelolaan pengetahuan, mulai dari upaya memberikan masukan yang tepat waktu, upaya memfasilitasi klien dalam mengaplikasikan pengetahuan, pertukaran pengetahuan, mendorong terjadinya berbagi pengetahuan, dsb.

Sesi ini berlangsung selama 2 ½ jam, dan dikemas layaknya sebuah penyelenggaraan olimpiade; dimana ada pembawaan obor olimpiade oleh orang berpakaian atlet dan diserahkan obor —yang merupakan simbol semangat menggali dan berbagi pengetahuan— tersebut kepada Vice President SDN.

Dalam Knowlympics ini ada sekitar 10 kategori yang dipertandingkan, dan di dalamnya ternyata telah ada para finalis yang akan memperebutkan medali emas, perak dan perunggu. Setiap kategori diwakili satu karakter olahraga musim dingin (seperti pada gambar), karena SDN forum ini dilaksanakan pada musim dingin.

Peserta pun diberikan kesempatan untuk memilih kategori mana yang menurut mereka paling favorit sebagai isu di SDN forum. Cara pemilihan secara langsung dan online melalui gadget (tablet atau smartphone) yang dibawa oleh setiap peserta.

Knowlympics ini merupakan sebuah inspirasi, mengingatkan betapa pentingnya pengetahuan, sehingga upaya untuk mengelola pengetahuan tersebut sangat dihargai.Ditulis oleh: Amin Robiarto - WSP ([email protected])