Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

7
Penerapan Sumber Energi Terbarukan Untuk Pembangkit Listrik di Indonesia Mohammad Noor Hidayat dan Furong Li, Anggota Senior, IEEE Abstrak Makalah ini menjelaskan tentang penerapan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik di Indonesia. Pembahasan dimulai dari ragam dan kapasitas masing-masing sumber listrik yang ada, baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan termasuk juga energi cadangan yang masih memungkinkan. Mengkaji kebijakan pemerintah, swasta, dan lembaga penelitian dalam merencanakan dan menjalankan proyek-proyek yang sedang dilakukan. Ditutup dengan pembahasan mengenai kendala-kendala yang muncul dalam menerapkan ide- ide yang diharapkan bisa menanganani krisis energi yang dihadapi indonesia. Kata kunci – Pembangkit listrik, energi tak terbarukan, energi terbarukan I. Istilah BPPT – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi OWC – Kolom Osilasi Air PT PLN – Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara WHYPGen – Pembangkit Listrik Tenaga Angin II. Pendahuluan Permintaan manusia akan listrik selalu proporsional terhadap tingkat pertumbuhan penduduk. Seperti yang diketahui, pertumbuhan penduduk tidak akan menurun sehingga permintaan listrik akan jauh lebih tinggi di masa depan. Sampai saat ini, bahan bakar fosil adalah sumber utama pembangkit tenaga listrik di seluruh dunia. Ketersediaan fosil, bagaimanapun juga tetap terbatas dan akan habis suatu hari nanti. Ini berarti bahwa mencari sumber lain harus menggantikan peran fosil dalam pembangkit listrik. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah implementasi sumber energi terbarukan seperti tenaga air, angin, panas bumi, fotovoltaik (panel surya), dan biomassa. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, perlu mengembangkan energi terbarukan pada pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik penduduknya. Ada beberapa alasan untuk ini. Karya ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia di bawah Beasiswa Program S3. Mohammad Noor Hidayat adalah bekerja sama dengan University of Bath, Claverton Down, Bath, Bath dan North East Somerset, BA2 7AY, Inggris. Ia juga bekerja sama dengan Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No 9, Malang, 65141, Indonesia (Email: [email protected]). Furong Li bekerja sama dengna Jurusan Tenaga dan Sistem Energi di Universitas Bath, Claverton Bawah, Bath, Bath dan North East Somerset, BA2 7AY, Inggris (email: [email protected]). Pertama, keinginan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi peran bahan bakar fosil di mana yang keberadaannya tidak dapat diperbaharui, dalam pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan yang memiliki sejumlah besar cadangan di Indonesia [1]. Kedua, Indonesia terdiri dari banyak daerah pedesaan atau terpencil yang terletak jauh dari jalur transmisi dan distribusi yang ada. Dari sudut pandang ekonomi, maka akan sangat mahal untuk membangun jalur baru dari jalur utama ke daerah-daerah terpencil. Ketiga, rasio elektrifikasi (penyaluran listrik) di Indonesia baru sekitar 65% [2]. Ini

Transcript of Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

Page 1: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

Penerapan Sumber Energi Terbarukan

Untuk Pembangkit Listrik di Indonesia Mohammad Noor Hidayat dan Furong Li, Anggota Senior, IEEE

Abstrak Makalah ini menjelaskan tentang penerapan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik di Indonesia. Pembahasan dimulai dari ragam dan kapasitas masing-masing sumber listrik yang ada, baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan termasuk juga energi cadangan yang masih memungkinkan. Mengkaji kebijakan pemerintah, swasta, dan lembaga penelitian dalam merencanakan dan menjalankan proyek-proyek yang sedang dilakukan. Ditutup dengan pembahasan mengenai kendala-kendala yang muncul dalam menerapkan ide-ide yang diharapkan bisa menanganani krisis energi yang dihadapi indonesia. Kata kunci – Pembangkit listrik, energi tak terbarukan, energi terbarukan I. Istilah

BPPT – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi OWC – Kolom Osilasi Air PT PLN – Perseroan Terbatas Perusahaan Listrik Negara WHYPGen – Pembangkit Listrik Tenaga Angin

II. Pendahuluan

Permintaan manusia akan listrik selalu proporsional terhadap tingkat pertumbuhan penduduk. Seperti yang diketahui, pertumbuhan penduduk tidak akan menurun sehingga permintaan listrik akan jauh lebih tinggi di masa depan. Sampai saat ini, bahan bakar fosil adalah sumber utama pembangkit tenaga listrik di seluruh dunia. Ketersediaan fosil, bagaimanapun juga tetap terbatas dan akan habis suatu hari nanti. Ini berarti bahwa mencari sumber lain harus menggantikan peran fosil dalam pembangkit listrik. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah implementasi sumber energi terbarukan seperti tenaga air, angin, panas bumi, fotovoltaik (panel surya), dan biomassa.

Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang, perlu mengembangkan energi terbarukan pada pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik penduduknya. Ada beberapa alasan untuk ini.

Karya ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia di bawah Beasiswa Program S3.

Mohammad Noor Hidayat adalah bekerja sama dengan University of Bath, Claverton Down, Bath, Bath dan North East Somerset, BA2 7AY, Inggris. Ia juga bekerja sama dengan Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno Hatta No 9, Malang, 65141, Indonesia (Email: [email protected]).

Furong Li bekerja sama dengna Jurusan Tenaga dan Sistem Energi di Universitas Bath, Claverton Bawah, Bath, Bath dan North East Somerset, BA2 7AY, Inggris (email: [email protected]).

Pertama, keinginan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi peran bahan bakar

fosil di mana yang keberadaannya tidak dapat diperbaharui, dalam pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan yang memiliki sejumlah besar cadangan di Indonesia [1]. Kedua, Indonesia terdiri dari banyak daerah pedesaan atau terpencil yang terletak jauh dari jalur transmisi dan distribusi yang ada. Dari sudut pandang ekonomi, maka akan sangat mahal untuk membangun jalur baru dari jalur utama ke daerah-daerah terpencil. Ketiga, rasio elektrifikasi (penyaluran listrik) di Indonesia baru sekitar 65% [2]. Ini

Page 2: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

berarti hanya 65% dari total luas di Indonesia yang telah menerima pasokan listrik dan 35% sisanya belum.

III. Pembangkit Listrik di Indonesia

3.1. Sumber daya Pembangkit Listrik Menurut data yang dirilis pada bulan Desember 2009 oleh Tim Pengembangan

Energi Terbarukan dan Energi Konservasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia, pembangkit tenaga listrik di Indonesia sebagian besar tergantung pada bahan bakar fosil (95,9%), yang dikenal sebagai sumber energi tak terbarukan, terdiri dari minyak (48,4%), gas alam (28,6%), dan batubara (18,8%). Sisa 4,1% dari pembangkit listrik diambil dari energi terbarukan seperti sumber tenaga air (2,7%) dan lain-lain (1,5%), yaitu panas bumi, mikro hidro, biomassa, tenaga surya, dan tenaga angin [1].

Saat ini kapasitas pembangkit listrik yang ada di Indonesia adalah sekitar 30.941 MW, menyebar luas dari Sumatera 4948 MW, Jawa-Madura-Bali 23.009 MW, Kalimantan 1.175 MW, Sulawesi 1.195 MW, Nusa Tenggara 265 MW, Maluku 182 MW, dan Papua 168 MW [1].

Jika diasumsikan bahwa tidak ada penemuan baru dan tingkat produksi energi konstan, maka cadangan energi fosil di Indonesia akan tetap eksis sampai 10,2 tahun untuk minyak alam, 45,7 tahun untuk gas alam, dan 19 tahun untuk batubara, dihitung dari akhir tahun 2008 [3].

3.2. Cadangan Energi Terbarukan di Indonesia

Menurut data yang diambil dari Perencanaan Penyediaan Listrik 2010-2019 [2], cadangan pembangkit listrik tenaga air memiliki kapasitas hingga 75,7 GW, kapasitas biomassa sekitar 50 GW, dan kapasitas panas bumi hingga 28,5 GW.

Rata-rata radiasi matahari di Indonesia adalah 4,8 kWh per meter tiap harinya yang dapat diubah menjadi energi panas dan tenaga listrik menggunakan teknologi panas matahari dan panel surya. Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki rata-rata angin berkecepatan 3-6 meter yang per detik yang cocok untuk mengembangkan energi angin sampai dengan 10-100 kW. Sementara itu, pemerintah Indonesia masih dalam proses melakukan penelitian dan pembangunan untuk mengeksplorasi kemungkinan menggunakan nuklir dan gelombang laut dalam menghasilkan listrik.

IV. Kebijakan dan Insentif Pemerintah Indonesia

Komposisi energi primer pada tahun 2025 terdiri dari energi minyak alam kurang dari 20%, gas alam lebih dari 30%, batubara lebih dari 33%, dan dari batubara cair lebih dari 2%. Ini berarti bahwa 85% konsumsi energi masih tergantung pada sumber energi tak terbarukan. Sedangkan sisanya 15% akan berasal dari energi terbaruka, terdiri dari bahan bakar bio (5%), panas bumi (5%), biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya, dan tenaga angin (5%) [4].

Untuk mendapatkan komposisi di atas, pemerintah Indonesia menentukan beberapa program dalam pembangunan energi terbarukan seperti [4]:

a. Listrik untuk desa b. Generator listrik terbarukan yang saling berhubungan c. Program pengembangan biogas d. Program pembangunan terpadu mikrohidro e. Program listrik mikrohidro f. pembangkit listrik Perkotaan dengan tenaga surya g. Penasehat teknis dan sosialisasi

Page 3: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

h. Persiapan regulasi Dimana, sebagian besar proyek sumber energi terbarukan dimanfaatkan untuk

penelitian dan pengembangan program pemerintah. Selain itu, skema insentif telah diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung pengembangan energi listrik terbarukan berdasarkan pada [4] : a. Mengutamakan pengembangan energi terbarukan daerah b. Kewajiban membeli listrik dari energi terbarukan c. Penentuan harga listrik dari sumber energi terbarukan berdasarkan alasan ekonomi d. Memberikan insentif pajak pendapatan untuk investasi energi terbarukan e. Bebas biaya pendaftaran f. Kemudahan prosedur perizinan g. Studi kelayakan oleh pemerintah

Skema ini sudah disesuaikan dengan kebijakan komersialisasi yang berjalan di Indonesia.

V. Proyek-proyek Sumber Energi Terbarukan

Banyak proyek dalam pelaksanaan energi terbarukan telah direncanakan, dilakukan, dan diselesaikan baik oleh Instansi pemerintah maupun pihak swasta. Beberapa lembaga penelitian juga telah melakukan penelitian terkait dengan subjek ini. 5.1. Perencanaan dan Proyek Pemerintah.

Pemerintah Indonesia mendukung pembangunan energi terbarukan dengan menetapkan Kementerian Riset dan Teknologi bekerja sama dengan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) untuk : a. Mengembangkan prototipe energi yang berdiri sendiri dengan membangun Hybrid

Listrik Stasiun Tenaga yang mengakomodasi angin, matahari, dan tenaga bio diesel [5]. Konstruksi ini juga memiliki kombinasi dari berbagai jenis sumber energi seperti generator diesel, fotovoltaik, tenaga angin, dan baterai dilengkapi dengan sistem kontrol terpadu. Teknologi ini dapat menghasilkan tenaga listrik yang lebih efektif-efisien dan digunakan untuk memasok listrik di daerah pedesaan [6].

b. Instalasi dua belas unit turbin angin, sampai dengan tahun 2007, dengan kapasitas sekitar 160 kW dari kapasitas yang ditargetkan 250 megaWatt pada tahun 2025 sudah tersebar di Indonesia [6].

c. Membangun gelombang pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas hingga 10 kVA, pada akhir tahun 2007 [6].

d. Memperkirakan dan menargetkan kapasitas energi angin untuk listrik hingga 100-200 kilowatt untuk desa-desa terpencil, pada tahun 2010 [6].

e. Mengembangkan Techno Camp yang merupakan daerah yang disediakan untuk pengembangan berbagai pembangkit listrik energi terbarukan seperti pembangkit listrik hybrid, pembangkit listrik tenaga angin, dan pembangkit listrik laut menggunakan Teknologi Kolom Osilasi Air (OWC) [6]. Perusahaan Listrik Negara (PT PLN), atas nama pemerintah, bersedia membeli listrik tambahan dari pembangkit listrik terbarukan yang dihasilkan oleh perusahaan swasta sampai dengan 500 MW pada tahun 2014. Sampai saat ini, PT PLN telah membeli dengan total daya 70 MW [7].

5.2. Partisipasi Pihak Swasta a. Investasi di pembangkit listrik berbasis mikrohidro. Kendala yang ditemui para

investor dalam memperoleh keuntungan sebesar-besarnya adalah tidak adanya jaminan dari pemerintah yang menyatakan akan membeli semua listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik pihak swasta [8].

Page 4: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

b. Investasi di proyek WHYPGen (Hybrid Wind Power Generation – Pembangkit Listrik Tenaga Angin). Kesepakatan proyek ini telah ditandatangani antara perusahaan swasta (GE – General Electric) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (atas nama pemerintah Indonesia) pada bulan September 2010 [9].

5.3. Penelitian Lembaga Kegiatan a. Penelitian dan Penerapan sumber energi terbarukan untuk pendinginan makanan dan

sistem pengeringan. Penelitian ini dilakukan oleh Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan telah diterapkan di beberapa industri rumah [10].

b. Penelitian dan penerapan Solar Cell, Pembangkit Listrik Bertenaga Aliran Air, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Pusat Studi Energi, Universitas Gajah Mada. Khusus untuk teknologi sel surya, telah diterapkan di beberapa daerah bekerja sama dengan masing-masing pemerintah daerah [11].

VI. Hambatan

Selama proses pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan kemungkinan akan ditemui beberapa kendala antara lain : a. Kendala keuangan

− Jalur Transmisi dan distribusi untuk menyalurkan listrik ke daerah terpencil di mana sebagian besar energi terbarukan tersedia untuk kota-kota yang kebutuhannya lebih diprioritaskan. Kondisi ini terkait dengan keterbatasan dana investasi dari pemerintah.

− Keterbatasan jaminan pemerintah dalam membeli listrik dari perusahaan listrik swasta yang menghasilkan listrik dari sumber terbarukan

b. Kendala teknologi − Beberapa proyek listrik untuk desa-desa tidak menunjukkan hasil yang diharapkan

karena proyek tidak datang dengan kebijakan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan pemahaman masyarakat pedesaan di mana proyek dikembangkan.

− Masih adanya sejumlah besar cadangan terbarukan yang dimiliki tetapi belum dimanfaatkan karena pemerintah dan pihak yang terkait belum menerapkan cara yang tepat dengan penggunaan teknologi yang canggih

c. Kendala politik − Tidak ada tim khusus yang mengkoordinasikan proyek antar departemen dalam

kabinet pemerintah terkait energi terbarukan ini. Hal ini mencerminkan bahwa pemerintah menghadapi kurangnya koordinasi internal antar lembaga yang dipimpinnya [12].

d. Penduduk / Permintaan Distribusi − Pertumbuhan penduduk yang seharusnya juga bisa diimbangi dengan pertumbuhan

listrik ternyata berkembang secara tidak proporsional di Indonesia. 60% dari populasi tinggal di Jawa dan Bali dan 40% sisanya tinggal di pulau-pulau lain. Ini berarti bahwa lebih dari setengah dari total kebutuhan listrik terletak pada dua pulau terpadat dari sekitar 11.000 pulau yang ada di Indonesia.

VII. Kegiatan yang diusulkan

Berdasarkan fakta bahwa penerapan sumber-sumber energi terbarukan pembangkit listrik di Indonesia masih belum dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya, maka pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian lebih untuk mengatasi hal tersebut. Bagaimanapun juga pemerintah Indonesia melalui Kebijakan Energi Nasional tahun 2006 sudah menyatakan bahwa pembangkit listrik yang diambil dari energi terbarukan harus mencapai lebih dari 15% pada tahun 2025 [13]. Beberapa kegiatan ini diusulkan untuk

Page 5: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

dapat membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan yang akan dihadapi dalam mewujudkan target : a. Sektor keuangan

− Memberikan prosedur sederhana dan lisensi kepada pihak swasta untuk mengembangkan pembangkit tenaga listrik di daerah terpencil menggunakan sumber energi terbarukan serta memberikan jaminan bahwa listrik yang dihasilkan akan dibeli oleh pemerintah. Jadi, industri listrik akan memiliki kepastian tentang bisnis mereka, berapa banyak uang yang harus didapatkan untuk menghasilkan listrik dan berapa banyak uang yang akan didapat dari penjualan listrik tersebut. Apalagi jika pemerintah memberikan kewenangan kepada industri-industri untuk membangun dan mengelola sistem distribusi listrik di daerah tertentu untuk jangka waktu tertentu.

− Jika mungkin pemerintah dapat memperkenalkan persaingan di pasar listrik, khususnya pembangkit listrik menggunakan sumber energi terbarukan. Kebijakan ini tetap harus didukung oleh peraturan yang memadai, infrastruktur, dan partisipasi aktif dari swasta dan masyarakat.

b. Sektor teknologi − Memfasilitasi lembaga penelitian untuk menemukan penerapan teknologi yang

tepat untuk menerapkan energi terbarukan. Selain itu, lembaga penelitian harus membangun jaringan yang kuat and cocok dengan industri di bidang pengembangan energi terbarukan. Lembaga penelitian dapat melakukan penelitian yang didanai oleh industri untuk menemukan teknologi yang efektif dan efisien dalam eksplorasi energi terbarukan. Kemudian industri akan menggunakan teknologi tersebut untuk bisnis mereka sehingga mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan.

− Meningkatkan kerjasama bilateral terutama dengan negara-negara maju dalam pengembangan dan pelaksanaa teknologi energi terbarukan.

c. Sektor politik − Memperkuat koordinasi internal antar departemen sehingga mendapatkan program

yang berkesinambungan untuk mensukseskan kebijakan yang diambil. Mengenai proyek listrik masuk desa, departemen terkait harus bekerja sama dengan masing- pemerintah lokal untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menggunakan teknologi energi terbarukan.

− Pemerintah harus mencari sumber-sumber energi baru untuk memanfaatkan setiap cadangan sumber energi terbarukan yang ada. Mereka harus mempertimbangkan adanya cadangan listrik tenaga air yang memiliki kapasitas sampai dengan 75,7 GW. Selain energi cadangan, pemerintah juga telah menguasai dan mampu memanfaatkan sumber energi terbarukan ini selama bertahun-tahun.

d. Masyarakat / Sektor Konsumen − Memetakan pusat kebutuhan listrik di pulau-pulau di luar Jawa dan Bali.

Tujuannya adalah mencoba untuk menyeimbangkan kebutuhan listrik di seluruh negeri. Jika Pemerintah harus membangun transmisi baru dan jalur distribusi baik di Jawa - Bali maupaun pulau-pulau lainnya, maka pemerintah akan mendapat penghargaan dalam mengalokasikan kebutuhan akan tenaga listrik

VIII. Kesimpulan

Indonesia memiliki cadangan energi terbarukan yang melimpah untuk pembangkit listrik. Tetapi hanya sebagian kecil yang baru bisa digunakan. Perencanaan, proyek, dan penelitian saat ini baik yang dilakukan oleh pemerintah, swasta atau lembaga penelitian belum memberikan perhatian yang memadai untuk sumber terbarukan karena adanya

Page 6: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

hambatan yang datang dari keuangan, teknologi, politik dan sektor masyarakat. Dalam rangka mencapai 15% pembangkit listrik sumber terbarukan pada tahun 2025, pemerintah harus aktif dan bertindak segera untuk meningkatkan pelaksanaan kebijakan tersebut. Kemudian unsur lain seperti perusahaan swasta, lembaga penelitian, dan masyarakat juga harus sadar untuk mendukung kebijakan pemerintah ini. Dengan kata lain, peran aktif dari semua pihak akan sangat penting dalam rangka menghadapi hambatan yang ada sehingga bisa mendapat keberhasilan pelaksanaan sumber terbarukan. Akhirnya, pemenuhan target pemerintah yang akan meningkatkan rasio penyebaran listrik di Indonesia.

IX. Referensi

[1] Perkembangan Tim Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia, Desain Cetak Biru : Pengembangan Energi Terbarukan dan Energi Konservasi, "Tambahan energi ramah lingkungan, emisi karbon berkurang", Agustus 2010. [2] PT PLN Persero (Perusahaan Listrik Negara), Rencana Penyediaan Bisnis Listrik 2010-2019, 2010. [3] http://www.indonesiapower.co.id/index.php?option=com_content&view = Artikel & id = 844: keseriusan-mengurus-energi-Terbarukan & catid = 1: beritaterkini & Itemid = 18, diakses di 20 th November 2010 [4] Presidental Peraturan Republik Indonesia no. 5 Tahun 2006, tentang Kebijakan Energi Nasional, 25 th Januari 2006 [5] Kementerian Riset dan Teknologi, Kepemerintahan Indonesia, www.ristek.go.id, diakses pada 24 th November 2010 [6] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Kepemerintahan Indonesia, www.bppt.go.id, diakses pada 24 th November 2010 [7] PLN Beli 500 MW Tenaga Mikrohidro Dari Swasta, www.kabarbisnis.com, diakses pada 20 th November 2010 [8] Guru Sihotang, Pembangkit Mikrohidro Keluhkan Daya Serap PLN, www.bisnis.com, diakses pada 20 th November 2010 [9] GE Dukung Pengembangan Energi Terbarukan di Indonesia, www.pme-indonesia.com, diakses pada 20 th November 2010 [10] Armansyah H. Tambunan, Laboratorium Energi Pertanian dan Pedesaan Elektrifikasi, Departemen Teknik Pertanian, Bogor Institut Pertanian Bogor, 2009 [11] The Pusat Studi Energi, Universitas Gajah Mada, www.indonetwork.or.id/pse-ugm, diakses pada 23 rd November 2010 [12] http://www.alpensteel.com/article/53-101-Energi-Terbarukan--Terbarukan-Energi / 3858 - Tahun-INI-Pemerintah-Alokasikan-Rp561-Miliar-UNTUK-Anggaran-Energi-Terbarukan.Html, diakses pada 23 rd November 2010

Page 7: Energi terbarukan untuk indonesia (terjemah paper IEEE)

[13] Blue Print - Manajemen Energi Nasional 2006-2025, Lihat Untuk Kebijakan Energi Nasional, Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006, Jakarta, 2006

X. Biografi Mohammad Noor Hidayat lahir di Malang, Jawa Timur, Indonesia, pada 25 September 1974. Lulus dari Universitas Brawijaya, Malang tahun 1998 dan mendapat gelar master dari University of Strahclyde, Glasgow, Inggris, pada tahun 2006. Sekarang, ia belajar di University of Bath sebagai mahasiswa PhD di Elektronik dan Teknik Elektro. Dia juga dosen di Politeknik Negeri Malang, Indonesia. Pengalaman kerjanya pernah menjabat sebagai Kepala Perawatan Listrik di PT Tjiwi Kimia - Pulp dan Pabrik Kertas (1999-2001) dan sebagai dosen listrik di jurusan teknik, Politeknik Negeri Malang, Indonesia (2001-sekarang).

Dr Furong Li (M'00, SM'09) lahir di Shaanxi, Cina. Dia menerima B. Eng nya. di Insinyur Listrik dari Universitas Hohai, Cina pada tahun 1990, dan gelar Ph.D. pada tahun 1997 dengan tesis tentang Aplikasi dari Algoritma Genetika di Optimalisasi Operasi Sistem Tenaga Listrik. Pengalaman pekerjaannya pernah menjabat sebagai sebagai Dosen di Universitas Bath di Jurusan Tenaga dan Sistem Energi pada tahun 1997, di mana dia sekarang menjadi Reader. Fokus utama penelitiannya adalah di perencanaan sistem tenaga, analisis dan sistem tenaga ekonomi.