Energi Alternatif Ramah Lingkungan

14
ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN MURAH Di susun Oleh Dede Subhan :1310247597 Yos Ardhie Nugroho :1310247635 Yuslindawati :1310247543 PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2014

description

energi alternatif

Transcript of Energi Alternatif Ramah Lingkungan

ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGANMURAH

Di susun OlehDede Subhan :1310247597Yos Ardhie Nugroho:1310247635Yuslindawati:1310247543

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGANPROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS RIAUPEKANBARU2014

I. PENDAHULUAN

Kondisi perekonomian global yang semakin membaik sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2009 secara tidak langsung juga memberikan dampak terhadap kondisi energi secara global. Kebutuhan energi primer kembali meningkat sebesar 5% pada tahun 2010, yang mendorong peningkatan emisi CO2 menjadi lebih tinggi. Subsidi energi fosil meloncat lebih dari USD 400 juta seiring dengan peningkatan harga minyak dunia dan kecenderungan perilaku konsumsi yang tidak efisien. Ketersediaan akses listrik masih menjadi masalah dunia, diperkirakan ada sekitar 1,3 miliar penduduk atau setara dengan 20% dari total populasi di dunia yang belum mendapatkan akses terhadap listrik. Ketersediaan listrik juga akan menjadi masalah baru mengingat sejak terjadinya bencana reaktor nuklir Fukushima Daichi, beberapa negara yang telah memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir mengeluarkan kebijakan untuk menghentikan pengoperasian pembangkit tenaga nuklir, sementara negara yang berencana untuk membangun pembangkit tenaga nuklir berusaha mempertimbangkan kembali pembangunannya dan memprioritaskan penggunaan sumber-sumber energi lain dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik yang semakin meningkat.

Faktor geopolitik juga menjadi pemicu timbulnya permasalahan di sektor energi. Kekacauan yang terjdi di beberapa wilayah timur tengah ditambah ketegangan antara Iran dan Israel telah mengakibatkan gejolak yang mengakibatkan peningkatan harga minyak dunia dan berdampak terhadap meningkatnya biaya penyediaan energi di dunia. Beberapa masalah tersebut juga dihadapi oleh Indonesia. Subsidi energi semakin meningkat dan pada tahun 2011 mencapai Rp 255,6 triliun. Jumlah masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap listrik masih 87,69 juta penduduk. Meskipun masih relatif besar, jumlah tersebut sudah semakin menurun dari tahun sebelumnya sebesar 159,5 juta penduduk. Keterbatasan infrastruktur domestik juga menjadi tantangan dan permasalahan dalam memenuhi kebutuhan energi domestik. Ketergantungan terhadap minyak masih dominan mencapai 49,7% sementara pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) masih sekitar 6%, meskipun secara umum regulasi guna mendukung pengembangan EBT sudah diterbitkan, namun hal tersebut belum mampu untuk mendorong investor untuk mengusahakan dan mengembangkan EBT. Diharapakan pemanfaatan EBT akan mencapai 17% pada tahun 2025.

Pembangunan yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa juga menjadi masalah dalam penyediaan energi terutama listrik, mengingat seabagian besar sumberdaya energi justru berada di luar pulau Jawa. Akibatnya pusat-pusat beban di luar Jawa masih relatif kecil dan cenderung memiliki kurva beban yang sangat berbeda antara beban dasar dan beban puncak. Ditambah dengan belum terkoneksinya jaringan transmisi di beberapa pulau di luar pulau Jawa, hal ini mengakibatkan ketersediaan pembangkit listrik skala besar di luar Jawa sulit untuk dimungkinkan sehingga menyebabkan penggunaan PLTD masih sangat diperlukan

Isu-isu penting dalam pengembangan energi saat ini dapat berasal dari jenis energi maupun dari sektor penggunanya. Dari jenis energi, bahan bakar untuk pembangkit listrik menjadi isu penting karena saat ini masih didominasi oleh penggunaan bahan bakar fosil, yaitu batubara dan bahan bakar minyak (BBM). Walaupun pangsa penggunaan BBM semakin kecil namun dalam komponen biaya pembangkitan masih merupakan komponen terbesar.

II. PEMBAHASANPenggunaan energi alternatif akan mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain untuk pasokan minyak. Selain itu energi alternatif akan mengurangi pencemaran lingkungan dan efek negatif pada sumber daya alam seperti air, udara, dll. Peningkatan penggunaan sumber alternative pada akhirnya akan menciptakan lapangan kerja baru mempercepat pertumbuhan ekonomi.Beberapa jenis sumber energi alternatif adalah sebagai berikut:1. Tenaga NuklirProses reaksi yang digunakan pada reaktor nuklir adalah reaksi fisi. Panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan air yang kemudian digunakan untuk menggerakan generator. Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2007 menunjukan bahwa sekitar 14% pasokan listrik dunia dipenuhi oleh pembangkit listrik tenaga nuklir.2. Biomassa Materi biologis yang masih hidup atau yang telah mati disebut biomassa. Tanaman hidup, pohon mati dan serpihan kayu merupakan bagian dari biomassa. Di korea selatan penggunaan pellet kayu sebagai energy alternatif pun telah lazim digunakan. Di Amerika Serikat tercatat 0.5% listrik di Negara tersebut berasal dari energy biomassa.3. Gas AlamSebelum digunakan, gas alam lazimnya dikompresi terlebih dahulu hingga berubah fase menjadi cair. Walaupun gas alam menghasilkan polusi, namun dibandingkan bahan bakar lain seperti bensin dan solar, emisinya dianggap masih lebih bersih.4. Panas BumiPanas bumi merupakan energi dari panas inti bumi yang berada di dekat kerak bumi, biasanya berada di gunung merapi yang mulai jarang aktif. Cara kerjanya Hampir sama dengan reaktor tenaga nuklir, yaitu dengan memutar turbin dengan tenaga uap.5. Pembangkit Listrik Tenaga AirPembangkit listrik tenaga air masih menjadi sumber energi yang populer, karena ramah lingkungan dan tidak menghasilkan limbah.6. Pembangkit Listrik Tenaga AnginPembangkit listrik jenis ini merubah energi dari perputaran kincir untuk memutar generator untuk menghasilkan listrik.7. Tenaga MatahariSel surya atau tenaga matahari cukup lazim ditemukan. Inti dari cara kerjanya adalah perpindahan elektron menuju ke alat yang membutuhkan listrik. Teknologi ini masih berkembang dan semakin ringan dan mudah diangkut.Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia. Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.Komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan menggunakan teknologi fotovoltaik adalah sel surya. Saat ini terdapat banyak teknologi pembuatan sel surya. Sel surya konvensional yang sudah komersil saat ini menggunakan teknologiwafersilikon kristalin yang proses produksinya cukup kompleks dan mahal. Secara umum, pembuatan sel surya konvensional diawali dengan proses pemurnian silika untuk menghasilkan silikasolar grade(ingot), dilanjutkan dengan pemotongan silika menjadi wafer silika. Selanjutnya wafer silika diproses menjadi sel surya, kemudian sel-sel surya disusun membentuk modul surya. Tahap terakhir adalah mengintegrasi modul surya dengan BOS (Balance of System) menjadi sistem PLTS. BOS adalah komponen pendukung yang digunakan dalam sistem PLTS seperti inverter, batere, sistem kontrol, dan lain-lain.Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industriphotovoltaic(PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 jutaSolar Home Systemberkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel suryaSmart Solar Panel System(SPS), yang mampu menyerap intensitas cahaya matahari dengan lebih optimal karena menggunakan lensafresnelyang dipadukan dengansolartracker.Solar trackersendiri merupakan alat pengatur otomatis posisi panel surya, agar mampu mengikuti arah datangnya sinar matahari.Penggunaansolar trackerini memang sudah umum digunakan. Tapi inovasinya terletak padasolar tracker-nya yang mampu menyerap lebih banyak cahaya matahari.Solar trackerpada (SPS) ini memiliki inovasireal-time clock. Dengan metodereal-time clock,solar trackerpada SPS akan bergerak sembilan derajat setiap 30 menit, terang Rizky.Selain inovasi padasolar tracker-nya,Solar Panel System(SPS) karya mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ITS ini juga menggunakan lensafresnelpada sel suryanya. Lensafresnelini dipilih karena memiliki kemampuan daya serap cahaya matahari yang tinggi.Untuk lensa fresnel ini kami pilih karena bersifat tipis dan ringan, ujar Rizky yang mengaku memperoleh dana Rp9 juta dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk membuat karya yang diikutkan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 di Universitas Diponegoro, Semarang.Dalam pembuatannya SPS, tim memperhitungkan titik fokus lensafresneluntuk meletakkan lensa itu pada sel surya.Ini dilakukan agar dapat meningkatkan intensitas cahaya matahari yang masuk.

8. Energi Gelombang LautTeknologi ini jarang digunakan karena mengganggu usaha penangkapan ikan sekaligus bentang alam lingkungan laut.

Beberapa kelebihan dan kekurangan dari tenaga alternatif adalah sebagai berikut:1. Energi TerbarukanEnergi alternatif merupakan energi terbarukan. Sumber energi seperti matahari dan panas bumi akan selalu tersedia dan tidak pernah habis seperti minyak bumi atau batubara. 2. Ramah LingkunganBeberapa energi alternatif tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan dalam jangka panjang jika dibandingkan dengan bahan bakar yang berasal dari energi fosil.3. Relatif Lebih MurahDengan mengesampingkan biaya produksi, sumber energi alternatif tidak perlu dibeli. Sumber energi dari cahaya matahari, angin, panas bumi, air, dll hanya membutuhkan biaya awal untuk instalasi.4. Pasokan MelimpahPada hal ini bersifat relatif tergantung lokasinya. Jika berada di daerah banyak cahaya matahari, maka berarti memiliki banyak pasokan energi surya. Demikian juga jika berada di daerah gunung merapi, makan berlimpah energi panas bumi.

Beberapa kekurangan dari energi alternatif antara lain:1. Biaya Instalasi Awal TinggiBiaya instalasi awal untuk pembangkitan listrik dari energy alternatif, misalnya bendungan untuk PLTA, membangun bendungan termasuk relokasi penduduk tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Instalasi untuk mengkonduksi panas bumi pada pembangkit listrik geothermal.2. Penyimpanan dan TransportasiSalah satu alasan utama mengapa energy alternative belum digunakan secara luas adalah penyimpanan dan biaya transportasi yang masih tinggi. Sampai saat ini masih dilakukan penyempurnaan dalam berbagai bidang dan berbagai tenaga alternative yang ada.3. Belum Dapat DiandalkanSumber tenaga alternative ini mengalami kendala dari faktor alam. Misalnya pada PLTA, permasalahannya adalah musim kemarau, pada geothermal adalah keaktifan gunung merapi yang terkadang sulit diprediksi, pada sel surya terganggu dengan musim yang silih berganti yang mengakibatkan terganggunya penerimaan cahaya dari matahari.4. Belum EfisienTeknologi yang ada sekarang belum cukup untuk mendapatkan energi yang efisien dari pada sumber energy yang konvensional.Dalam implementasi program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) masih banyak kendala antara lain : harga jual BBN yang masih belum dapat bersaing dengan harga BBM karena masih disubsidinya harga BBM. BBN yang berupa bioethanol dan biodiesel merupakan bahan bakar penggganti BBM yang saat ini sebagian besar pemanfaatannya masih disubsidi. Mengingat BBM di masa mendatang makin sulit dan mahal, bioethanol maupun biodiesel akan menjadi salah satu alternatif yang menarik karena selain termasuk bahan bakar yang bersih juga dapat menyerap tenaga kerja di daerah yang sangat besar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sektor transportasi juga banyak mengalami kendala dalam penyediaan sarana berupa angkutan umum yang bersifat masal, maupun prasarana berupa jalan dan sistem pendukungnya, khususnya pada transportasi darat belum dapat berfungsi secara optimal sehingga memunculkan langkah alternatif antara lain dengan penggunaan kendaraan pribadi, baik mobil atau sepeda motor maupun angkutan umum yang bukan masal (angkot) dalam jumlah yang terlalu banyak dibandingkan angkutan masal. Pengembangan angkutan massal seperti bus rapid transport sudah mulai diperkenalkan di beberapa kota besar di Indonesia. Jenis angkutan missal lainnya seperti mass rapid transport dan monorail direncanakan bisa dibangun di Jakarta dalam waktu dekat ini. Selain hal tersebut sektor transportasi masih mengandalkan BBM sebagi sumber energi. Penggunaan EBT seperti, listrik, hybrid, bioethanol dan biodiesel baik untuk kendaraan penumpang maupun komersial hingga saat ini masih sedikit. Konsumsi energi di sektor rumah tangga masih banyak menggunakan biomasa dalam bentuk kayu bakar. Dengan peningkatan jumlah wilayah perkotaan yang disebabkan oleh adanya urbanisasi serta perubahan status dari wilayah desa menjadi kota, maka akan terjadi perubahan pola penggunaan energi di masa depan dari kayu bakar dan minyak tanah ke jenis energi komersial yang lebih bersih, seperti LPG, dan gas kota.

Walaupun secara umum regulasi yang ada sudah baik, kondisi ini masih belum mampu mendorong investor untuk mengusahakan pembangkitan tenaga listrik energi terbarukan, karena pada wilayah tertentu harga beli PLN masih belum mencapai keekonomian pembangkit energi baru dan terbarukan. Pada saat ini sudah diterbitkan beberapa regulasi untuk penentuan feed-in tariff (FIT) yang diharapkan akan dapat mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi untuk pembangkitan tenaga listrik. Penggunaan teknologi pembangkit dari energi baru dan terbarukan skala kecil lebih cocok untuk dikembangkan di wilayah atau pulau- pulau terpencil.

III. KESIMPULANKebutuhan energi yang semakin meningkat dan ketersediaan bahan baku yang semakin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian terhadap bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbarui merupakan solusi dari permasalahan energy tersebut. Untuk itu Indonesia yang memiliki potensi luas wilayah yang begitu besar diharapkan untuk segera mengaplikasi bahan bakar alternatife yang lebih mudah didapatkan, murah dan lebih ramah lingkungan.