[embahasan
-
Upload
irvan-sakti -
Category
Documents
-
view
234 -
download
5
description
Transcript of [embahasan
BAB III
PEMBAHASAN
Pada praktikum acara pendahuluan petrografi ini dilakukan deskripsi
sebanyak 4 sayatan. Sayatan yang diamati dan dideskripsi secara mikroskopis
berupa tekstur, komposisi, diagenesis, dan porositas. Setelah dilakukan deskripsi
maka akan diketahui nama batuan dari sayatan yang diamati. Berikut hasil
pengamatan yang telah dilakukan.
3.1 Pembahasan Sayatan 15
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop
polarisator dengan perbesaran 4x. Secara mikroskopis sayatan 15 merupakan
batuan sedimen klastik. Diperoleh ukuran butirnya 0,5 mm. Kemudian tingkat
kebundaranya adalah angular, Sortasinya well Sorted terlihat fragmen dan
matrix yang memiliki ukuran yang seragam. Kemasnya terbuka terlihat ruang
antar fragmen. Kontak butir termasuk kedalam floating karena kenampakan
butirnya seperti mengapung diantara semen. Sayatan peraga memiliki
porositas yaitu intergranular karena terdapat lubang porosity diantara butiran-
butiran grain.
Dilihat dari komposisinya, terdapat komposisi Grains berupa Kuarsa
polikristalin yang memiliki kenampakan, warna colorless, gelapan
gelombang, relief sedang. Kemudian Feldspar dengan kenampakan kembaran
Carlsbad Albite, relief rendah, warna colorless yang diinterpretasi merupakan
plagioklas. Komposisi lainya berupa Matrix kuarsa dengan kenampakan
warna colorless.Kemudian terdapat semen dolomit dengan kenampakan
menjarum. Dari komposisi tersebut, dapat diperoleh persentasenya dari setiap
medanpandang. Persentase pada medan pandang I yaitu. Kuarsa 0%, Feldspar
10%, Kuarsa matrix 60%, dan Cement 30%. Kemudian pada medan pandang
II. Grain Kuarsa 20%, Feldspar 10%, Matrix Kuarsa 30%, dan Cement 30%.
Pada medan pandang III. Grain Kuarsa 15%, Feldspar 15%, Matrix Kuarsa
35%, dan Cement 20%. Maka dari itu, diperoleh persentase secara
keseluruhan Grain Kuarsa 13,33%, Feldspar 13,33%, Matrix Kuarsa 43,33%,
dan Cement 26,67%.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh nama batuan ini.
Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz Arenite
Interpretasi proses terbentuknya batuan ini. Dilihat dari tingkat
kebundaran yang tinggi, diinterpretasi material sedimen telah mengalami
erosi yang intensif. Kemudian dilihat dari sortasi dan kemas diinterpretasi
keadaan arusnya saat transportasi ataupun pengendapan tidakstabil sehingga
terendapatkan material sedimen dengan ukuran yang tidak sama. Dilihat dari
porositasnya yang cukup tinggi mencirikan proses
diagenesadansementasitidakintensif. Dilihat dari komposisi kuarsa, dan
Feldspar . Maka diinterpretasi provenancenya berupa batuan beku intermediet
– asam. Mineral kuarsa banyak ditemukan karena memiliki resistensi yang
tinggi terhadap proses weathering. Kemudian material terendapkan pada
suatu lingkungan pengendapan dan mengalami diagenesa hingga menjadi
batuan.
3.2 Sayatan AMAL BMFK 07
Sayatan dengan nomor peraga AMAL BMFK 07 ini merupakan batuan
sedimen klastik, yang mana pengamatan pada preparat ini menguunakan
perbesaran 4 kali. Tekstur yang terlihat dari sayatan ini meliputi ukuran butir,
kebundaran, kemas, pemilahan, bentuk butir, dan kontak antar butir. Ukuran
butir yang dominan dari sayatan ini adalah 2 mm. Dengan melihat fragmen-
fragmen pada sayatan ini banyak yang menyudut, sehingga dapat dikatakan
bahwa kebundaran dari sayatan adalah angular. Hubungan antara butir satu
dengan yang lainnya tidak saling menenmpel, sehingga dapat dikatakan
kemas dari sayatan ini adalah kemas terbuka. Dengan melihat keseragaman
anatar butir yang terdapat pada sayatan ini yang tidak seragam, sehingga
dapat dikatakan pemilahan atau sortasi dari sayatan ini buruk. Bentuk butir
dari sayatan ini adalah bladed dengan kontak antar butir long of contact,
dimana terdapatnya fragmen-fragmen pada sayatan ini yang saling
menenpel/bersinggungan satu sama lain.
Dilihat dari komposisinya, terdapat komposisi Grains berupa Kuarsa
polikristalin yang memiliki kenampakan, warna colorless, gelapan
gelombang, relief sedang. kenampakan kembaran Carlsbad Albite, relief
rendah, warna colorless yang diinterpretasi merupakan plagioklas. Komposisi
lainya berupa Matrix kuarsa dengan kenampakan warna colorless. Kemudian
terdapat semen kalsit. Dari komposisi tersebut, dapat diperoleh persentasenya
dari setiap medanpandang. Persentase pada medan pandang I yaitu. Kuarsa
20%, plagioklas 40%, Kuarsa matrix 20%, dan Cement 20%. Kemudian pada
medan pandang II. Grain Kuarsa 40%, mineral opak 20%, Matrix Kuarsa 0%,
Matrix mineral opak 15%, dan Cement 25%. Pada medan pandang III. Grain
Kuarsa 35%, plagioklas 20%, Matrix Kuarsa 20%, dan Cement 25%. Maka
dari itu, diperoleh persentase secara keseluruhan Grain Kuarsa 31,6%,
plagioklas 20%, Matrix Kuarsa 13,33%, dan Cement 21,33%.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh nama batuan ini.
Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz Arenite
Pada sayatan ini didominasi fragmen berupa mineral kuarsa, hal ini
dapat diinterpretasikan bahwa mineral kuarsa ini terbentuk pada suhu yang
relatif rendah ±600º C. hal ini dapat menjadi acuan bahwa berdasarkan Goldic
Weathering Series mineral-mineral yang terbentuk pada suhu rendah
memiliki resistensi yang sangat tinggi, sehingga meskipun mineral kuarsa ini
terkena proses pelapukan, erosi, dan abrasi mineral kuarsa ini tidak akan
terubahkan dan masih tetap bertahan menjadi mineral kuarsa. Pada sayatan ini
juga terdapat mineral-mineral plagioklas,hal ini menunjukkan bahwa mineral
plagioklas ini memiliki tingkat resistensi yang sangat rendah, sehingga ketika
terkena pengaruh pelapukan, erosi, dan abrasi, mineral plagioklas ini akan
rusak atau terubahkan menjadi mineral-mineral lempung. Pada sayatan ini
terdapat semen kalsit hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ketika terjadi
proses sementasi terjadi pelrutan batugamping yang menyebabkan
terbentuknya semen oksida besi pada batuan ini.
Proses diagenesis yang terjadi pada sayatan ini meliputi kompaksi,
sementasi, dan rekristalisasi. Ketika suatu batuan (provenance) terkena
pengaruh perubahan/pergantian suhu, sehingga akan terjadi suatu pelapukan.
Material-material hasil dari pelapukan ini akan tererosi dan tertransportasi
hingga material-material tersebut diendapkan pada suatu tempat (cekungan).
Material-material ini masih berupa material sedimen (endapan), ketika ada
suatu material yang diendapkan dan disusul oleh material lain diendapkan
pula, sehingga seiring berjalannya waktu material sedimen yang pertama kali
diendapkan akan terkena pengaruh tekanan dari matrial sedimen yang
diendapkan di atasnya. Dengan bertambahnya kedalaman suhu juga akan
semakin meningkat, hal inilah yang nantinya akan memicu terjadinya suatu
proses diagenesis. Tahap awal dari diagenesis ini adalah kompaksi, yaitu
material sedimen yang semula berupa endapan karena adanya pengaruh
tekanan maka akan mengalami pemampatan yang akhirnya material-material
sedimen ini akan menjadi kompak, proses inilah yang disebut proses
kompaksi. Seiring dengan bertambahnya suhu dan tekanan makan akan
terjadi pressure disolution yang akan menghasilkan semen, pada sayatan ini
terdapat semen kalsit yang terdapat pada sayatan ini dapat diinterpretasikan
terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan. Semen kalsit ini
bisa dibawa oleh air membawa larutan CaCo3, dimana air tersebut akan
mempresipitasikan larutan CaCo3 kedalam batuan sedimen, sehingga
terbentuklah semen kalsit ini. Proses diagenesis yang terjadi pada sayatan ini
adalah rekristalisasi, hal ini dibuktikan dengan terdapatnya mineral-mineral
kuarsa yang berbentuk angular dan menenpel antara satu dengan yang
lainnya. Secara umum apabila suatu material yang telah mengalami
transportasi yang cukup jauh maka akan berbentuk rounded dikarenakan
proses abrasi, akan tetapi kenampakan mikroskopis yang terlihat pada sayatan
ini menunjukkan bahwa mine ral kuarsa berbentuk angular dan saling
menempel satu sama lain. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dengan
bertambahnya suhu dan tekanan tadi mampu membuat mineral-mineral
kuarsa ini terekristalisasi tumbuh bersama (quartz overgrowth). Dilihat dari
komposisi sayatan yang didominasi oleh fragmen dengan ukuran pasir sedang
(2 mm), dapat diinterpretasikan bahwa letak provenance dari batuan ini cukup
jauh, sehingga dengan lamanya transportasi dan banyaknya proses abrasi
sehingga material-material sediemen yang bermula berukuran besar terabrasi
hingga menjadi ukuran yang lebih kecil, seperti yang tampak pada sayatan
ini.
3.3 Sayatan AMAL BMFK 04
Sayatan dengan nomor peraga AMAL BMFK 04 ini merupakan
batuan sedimen klastik, yang mana pengamatan pada preparat ini
menguunakan perbesaran 4 kali. Tekstur yang terlihat dari sayatan ini
meliputi ukuran butir, kebundaran, kemas, pemilahan, bentuk butir, dan
kontak antar butir. Ukuran butir yang dominan dari sayatan ini adalah 2,5
mm. Dengan melihat fragmen-fragmen pada sayatan ini banyak yang agak
membundar, sehingga dapat dikatakan bahwa kebundaran dari sayatan
adalah sub rounded. Hubungan antara butir satu dengan yang lainnya
saling menenmpel, sehingga dapat dikatakan kemas dari sayatan ini adalah
kemas tertutup. Dengan melihat keseragaman antar butir yang terdapat
pada sayatn ini yang cukup seragam, sehingga dapat dikatakan pemilahan
atau sortasi dari sayatan ini well sorted. Kontak antar butir yaitu long
contact , dimana fragmen-fragmen dalam sayatan ini saling menempel atau
tidak terdapat celah antar masing-masing fragmen.
Dilihat dari komposisinya, terdapat komposisi Grains berupa
Kuarsa polikristalin yang memiliki kenampakan, warna colorless, gelapan
gelombang, relief sedang. kenampakan kembaran Carlsbad Albite, relief
rendah, warna colorless yang diinterpretasi merupakan plagioklas.
Komposisi lainya berupa Matrix kuarsa dengan kenampakan warna
colorless. Kemudian terdapat semen dolomit dengan kenampakan
menjarum. Dari komposisi tersebut, dapat diperoleh persentasenya dari
setiap medan pandang. Diperoleh persentase secara keseluruhan Grain
Kuarsa polikristalin 10%, plagioklas 11,67% dan litik 20%, Matrix Kuarsa
31,67%, matriks plagioklas 33,33 %dan Cement 18,03%.Berdasarkan data
tersebut, maka dapat diperoleh nama batuan ini. Berdasarkan
komposisinya yaitu Quartz Wacke
Pada sayatan ini didominasi fragmen berupa mineral kuarsa, hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa mineral kuarsa ini terbentuk pada suhu yang relatif
rendah ±600º C. hal ini dapat menjadi acuan bahwa berdasarkan Goldic
Weathering Series mineral-mineral yang terbentuk pada suhu rendah
memiliki resistensi yang sangat tinggi, sehingga meskipun mineral kuarsa ini
terkena proses pelapukan, erosi, dan abrasi mineral kuarsa ini tidak akan
terubahkan dan masih tetap bertahan menjadi mineral kuarsa. Pada sayatan ini
juga terdapat mineral-mineral feldspar, akan tetapi kenampakan mineral
feldapar pada sayatan ini melmiliki bentuk dan tekstur tidak sempurna. Hal
ini menunjukkan bahwa mineral plagioklas ini memiliki tingkat resistensi
yang sangat rendah, sehingga ketika terkena pengaruh pelapukan, erosi, dan
abrasi. Untuk semen silika yang terdapat pada sayatan ini, merupakan urat
kuarsa yang tumbuh mengisi rekahan yang terdapat pada batuan ini.
Proses diagenesis yang terjadi pada sayatan ini meliputi kompaksi,
sementasi, dan rekristalisasi. Ketika suatu batuan (provenance) terkena
pengaruh perubahan/pergantian suhu, sehingga akan terjadi suatu pelapukan.
Material-material hasil dari pelapukan ini akan tererosi dan tertransportasi
hingga material-material tersebut diendapkan pada suatu tempat (cekungan).
Material-material ini masih berupa material sedimen (endapan), ketika ada
suatu material yang diendapkan dan disusul oleh material lain diendapkan
pula, sehingga seiring berjalannya waktu material sedimen yang pertama kali
diendapkan akan terkena pengaruh tekanan dari matrial sedimen yang
diendapkan di atasnya. Dengan bertambahnya kedalaman suhu juga akan
semakin meningkat, hal inilah yang nantinya akan memicu terjadinya suatu
proses diagenesis. Tahap awal dari diagenesis ini adalah kompaksi, yaitu
material sedimen yang semula berupa endapan karena adanya pengaruh
tekanan maka akan mengalami pemampatan yang akhirnya material-material
sedimen ini akan menjadi kompak, proses inilah yang disebut proses
kompaksi. Seiring dengan bertambahnya suhu dan tekanan makan akan
terjadi pressure disolution yang akan menghasilkan semen, pada sayatan ini
terdapat semen kalsit dan silka. Semen kalsit yang terdapat pada sayatan ini
dapat diinterpretasikan terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung
diendapkan. Semen dolomit yang diinterpretasikan terbentuk akibat reaksi
kimia antara CaCO3dengan air meteorit. Adanya litik menunjukkan bahwa
adanya pecahan fragmen batuan yang ikut mengalami kompaksi dan menjadi
satu dalam tubuh batuan.Dilihat dari komposisi sayatan ini yang didominasi
oleh fragmen dengan ukuran pasir kasar (2,5 mm), dapat diinterpretasikan
bahwa letak provenance dari batuan ini tidak cukup jauh, sehingga dengan
lamanya transportasi dan banyaknya proses abrasi sehingga material-material
sedimen yang bermula berukuran besar terabrasi .
3.4 Sayatan STA 81
Preparat dengan nomor peraga ini merupakan batuan sedimen klastik,
yang mana pengamatan pada preparat ini menguunakan perbesaran 4 kali.
Tekstur yang terlihat dari sayatan ini meliputi ukuran butir, kebundaran,
kemas, pemilahan, bentuk butir, dan kontak antar butir. Ukuran butir yang
dominan dari sayatan ini adalah 1 mm. Dengan melihat fragmen-fragmen
pada sayatan ini banyak yang menyudut, sehingga dapat dikatakan bahwa
kebundaran dari sayatan adalah angular. Hubungan antara butir satu dengan
yang lainnya tidak saling menenmpel, sehingga dapat dikatakan kemas dari
sayatan ini adalah kemas terbuka. Dengan melihat keseragaman antar butir
yang terdapat pada sayatan ini yang tidak seragam, sehingga dapat dikatakan
pemilahan dari sayatanini buruk. kontak antar butir long of contact. dimana
terdapatnya fragmen-fragmen pada sayatan ini yang saling
menenpel/bersinggungan satu sama lain.
Dilihat dari komposisinya, terdapat komposisi Grains berupa Kuarsa
polikristalin yang memiliki kenampakan, warna colorless, gelapan
gelombang, relief sedang. Kemudian Feldspar dengan kenampakan kembaran
Carlsbad Albite, relief rendah, warna colorless yang diinterpretasi merupakan
plagioklas. Komposisi lainya berupa Matrix kuarsa dengan kenampakan
warna colorless.Kemudian terdapat semen dolomit dengan kenampakan
menjarum. Dari komposisi tersebut, dapat diperoleh persentasenya dari setiap
medanpandang. Persentase pada medan pandang I yaitu. Kuarsa 35%,
Feldspar 15%, plagioklas 15% Kuarsa matrix 10%,plagioklas matriks 5% dan
Cement 10%. Kemudian pada medan pandang II. Grain Kuarsa 40%,
Feldspar 20%, plagioklas 20% Kuarsa matrix 5%,plagioklas matriks 10%.
Feldspar matrik 5% dan Cement 20%.. Pada medan pandang III. Grain
Kuarsa 25%, Feldspar 20%, plagioklas 15% Kuarsa matrix 20%,plagioklas
matriks 0%. Feldspar matrik 10 % dan Cement 10%.. Maka dari itu, diperoleh
persentase secara keseluruhan Grain Kuarsa 33,33%, Feldspar 15%, Matrix
Kuarsa 11,6%, dan Cement 16,67%.
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh nama batuan ini.
Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz Arenite
Pada sayatan ini didominasi fragmen berupa mineral kuarsa, hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa mineral kuarsa ini terbentuk pada suhu yang relatif
rendah ±600º C. hal ini dapat menjadi acuan bahwa berdasarkan Goldic
Weathering Series mineral-mineral yang terbentuk pada suhu rendah
memiliki resistensi yang sangat tinggi, sehingga meskipun mineral kuarsa ini
terkena proses pelapukan, erosi, dan abrasi mineral kuarsa ini tidak akan
terubahkan dan masih tetap bertahan menjadi mineral kuarsa. Pada sayatan ini
juga terdapat mineral-mineral feldspar, akan tetapi kenampakan mineral
feldapar pada sayatan ini melmiliki bentuk dan tekstur tidak sempurna. Hal
ini menunjukkan bahwa mineral plagioklas ini memiliki tingkat resistensi
yang sangat rendah, sehingga ketika terkena pengaruh pelapukan, erosi, dan
abrasi, mineral plagioklas ini akan rusak atau terubahkan menjadi mineral-
mineral lempung. Proses diagenesis yang terjadi pada sayatan ini meliputi
kompaksi, sementasi, dan rekristalisasi. Ketika suatu batuan (provenance)
terkena pengaruh perubahan/pergantian suhu, sehingga akan terjadi suatu
pelapukan. Material-material hasil dari pelapukan ini akan tererosi dan
tertransportasi hingga material-material tersebut diendapkan pada suatu
tempat (cekungan). Material-material ini masih berupa material sedimen
(endapan), ketika ada suatu material yang diendapkan dan disusul oleh
material lain diendapkan pula, sehingga seiring berjalannya waktu material
sedimen yang pertama kali diendapkan akan terkena pengaruh tekanan dari
matrial sedimen yang diendapkan di atasnya. Dengan bertambahnya
kedalaman suhu juga akan semakin meningkat, hal inilah yang nantinya akan
memicu terjadinya suatu proses diagenesis. Tahap awal dari diagenesis ini
adalah kompaksi, yaitu material sedimen yang semula berupa endapan karena
adanya pengaruh tekanan maka akan mengalami pemampatan yang akhirnya
material-material sedimen ini akan menjadi kompak, proses inilah yang
disebut proses kompaksi. Seiring dengan bertambahnya suhu dan tekanan
makan akan terjadi pressure disolution yang akan menghasilkan semen, pada
sayatan ini terdapat semen oksida besi hal ini dapat diinterpretasikan adanya
suatu larutan yang membawa unsur oksida besi yang mempresipitasi pada
material sedimen yang terkompaksi tadi. Proses diagenesis yang terjadi pada
sayatan ini adalah rekristalisasi, hal ini dibuktikan dengan terdapatnya
mineral-mineral kuarsa yang berbentuk angular. Secara umum apabila suatu
material yang telah mengalami transportasi yang cukup jauh maka akan
berbentuk rounded dikarenakan proses abrasi, akan tetapi kenampakan
mikroskopis yang terlihat pada sayatan ini menunjukkan bahwa mineral
kuarsa berbentuk angular dan saling menempel satu sama lain.
Dilihat dari komposisi sayatan ini yang didominasi oleh fragmen dengan
ukuran pasir sedang ( 1 mm), dapat diinterpretasikan bahwa letak provenance
dari batuan ini cukup jauh, sehingga dengan lamanya transportasi dan
banyaknya proses abrasi sehingga material-material sediemen yang bermula
berukuran besar terabrasi hingga menjadi ukuran yang lebih kecil, seperti
yang tampak pada sayatan ini.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 sayatan 15
Deskripsi mikroskopis yaitu ukuran butirnya 0,5 mm, tingkat
kebundaranya adalah angular, sortasi well ,kemas terbuka,kontir termasuk
kedalam floating. Sayatan peraga memiliki porositas yaitu intergranular.
Persentase komposisi secara keseluruhan Grain Kuarsa 13,33%, Feldspar
13,33%, Matrix Kuarsa 43,33%, dan Cement 26,67%. Berdasarkan
komposisinya nama batuan yaitu Quartz Arenite.
4.1.2 Sayatan AMAL BMFK 07
Deskripsi mikroskopis sayatan peraga meliputi ukuran butir adalah 2
mm. Derajat kebundaran dari sayatan adalah angular. Kemas terbuka,
sortasi buruk, kontak antar butir long of contact. persentase secara
keseluruhan Grain Kuarsa 31,6%, plagioklas 20%, Matrix Kuarsa 13,33%,
dan Cement 21,33%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh
nama batuan ini. Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz Arenite.
4.1.3 Sayatan AMAL BMFK 04
Ukuran butir yang dominan dari sayatan ini adalah 2,5 mm. Derajat
kebundaran dari sayatan adalah sub rounded. Kemas tertutup, sortasi dari
sayatan ini well sorted. Kontak antar butir yaitu long contact. Diperoleh
persentase komposisi secara keseluruhan Grain Kuarsa polikristalin 10%,
plagioklas 11,67% dan litik 20%, Matrix Kuarsa 31,67%, matriks
plagioklas 33,33 %dan Cement 18,03%.Berdasarkan data tersebut, maka
dapat diperoleh nama batuan ini. Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz
Wacke
4.1.4 Sayatan STA 81
Ukuran butir yang dominan dari sayatan ini adalah 1 mm. Dengan
melihat fragmen-fragmen pada sayatan ini banyak yang menyudut,
sehingga dapat dikatakan bahwa kebundaran dari sayatan adalah angular.
Hubungan antara butir satu dengan yang lainnya tidak saling menenmpel,
sehingga dapat dikatakan kemas dari sayatan ini adalah kemas terbuka,
Sortasi buruk. kontak antar butir long of contact. persentase secara
keseluruhan Grain Kuarsa 33,33%, Feldspar 15%, Matrix Kuarsa 11,6%,
dan Cement 16,67%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat diperoleh
nama batuan ini. Berdasarkan komposisinya yaitu Quartz Arenite